artikel ilmiah

21
ARTIKEL ILMIAH DAUN IMBAU (Azadirachta indica) PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN Disusun untuk Mengikuti Lomba Artikel Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ke X Disusun oleh : Eko Agus Purnomo PO 7133110055

Upload: justinal-algojo

Post on 06-Aug-2015

192 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Ilmiah

ARTIKEL ILMIAH

DAUN IMBAU (Azadirachta indica) PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN

Disusun untuk Mengikuti Lomba Artikel Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ke X

Disusun oleh :

Eko Agus Purnomo

PO 7133110055

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

2011

i

Page 2: Artikel Ilmiah

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayati,

memiliki kelimpahan sinar matahari, air, dan tanah serta mempunyai bermacam-

macam jenis tanaman yang tumbuh subur. Dengan adanya berbagai macam

jenis tanaman tersebut memungkinkan berkembangnya berbagai produk hayati

ramah lingkungan yang mampu menjadikan keunggulan komparatif dengan

negara lain, meskipun belum termanfaatkan secara maksimal. Karya ini

memperlihatkan sebarapa besar potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Indonesia membutuhkan ide-ide kreatif dari seluruh masyarakat untuk terus

berkembang menjadi lebih baik ke depan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini yaitu:

1. Allah SWT yang memberikan kesehatan, kesempatan, serta kemampuan

untuk membuat karya tulis ini.

2. Orangtua yang sangat membantu memberi motivasi serta nasehat yang

bermanfaat dalam proses penulisan yang cukup banyak menyita waktu

3. Bapak Yogi Cipto Hartono,S.Pd. dari SMK N 1 Magelang yang telah

membantu saya.

4. Teman-teman lain yang telah memberi motivasi bagi penulisan karya tulis

ini.

Karya ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi serta

wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, April 2011

ii

Page 3: Artikel Ilmiah

ABSTRACT

Petani selalu disibukkan oleh adanya hama pengganggu yang dapat

menyebabkan mereka menelan banyak kerugian yang besar atau gagal panen.

Untuk mengatasi hal tersebut petani menggunakan pestisida untuk mengusir

hama, tapi mereka menggunakan pestisida anorganik yang mempunyai bahaya

besar bagi lingkungan hidup. Hal itu dapat kita hindari dengan menggunakan

pestisida organik yang lebih baik dari pada penggunaan pestisida anorganik.

Pestisida organik adalah pestisida yang ramah lingkungan dan tidak merusak

rantai makanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pestisida organik baik

terhadap lingkungan atau ramah lingkungan.

Salah satu pestisida organik adalah dengan memanfaatkan daun imbau,

karena mempunyai banyak kelebihan.Daun imbau dapat menjadi pestisida

organik yang baik tanpa efek samping, misalnya bau yang menyengat atau

larutan yang membuat iritasi kulit. Tidak hanya itu dari segi ekonomi cukup

ekonomis dan ramah lingkungan.

Daun imbau mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-

sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan

nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke,

1992). Daun imbau mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide

dan quercetin (Neem Foundation, 1997).

Pada penelitian ini kami menggunakan metode, yaitu metode eksperimen

dan metode observasi. Metode eksperimen digunakan untuk membuat pestida

organik dari daun imbau. Dan metode observasi untuk mengetahui efek pestisida

organik dari daun imbau terhadap serangga dan hama.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang kelebihan daun imbau

sebagai pestisida organik dibandingkan pestisida anorganik.

ii

Page 4: Artikel Ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Petani sering disibukkan oleh adanya hama penggangu yang

menyerang tanaman pertanian mereka. Hama sangat berpengaruh besar

terhadap hasil pertanian, karena tanaman yang diserang hama akan

cacat atau mati, sehingga tidak dapat memperoleh hasil pertanian yang

maksimal. Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

pasal 22 ayat 2 berbunyi pengendalian vektor penyakit merupakan

tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan

yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit seperti serangga

(nyamuk) dan binatang pengerat. Usaha – usaha pengendalian vektor

tersebut bertujuan menurunkan kepadatan populasi vektor ke tingkat

yang tidak membahayakan masyarakat.

Untuk mengatasi kerugian tersebut petani menggunakna pestisida

untuk membunuh hama tersebut. Tapi pestisida yang sering digunakan

petani adalah pestisida anorganik atau pestisida kimia. Telah kita ketahui

bersama bahwa pestisida anorganik mempunyai banyak kekurangan,

selain memerlukan uang yang tidak sedikit untuk membelinya, juga

karena dampak negative yang terlalu besar terhadap lingkungan.

Lingkungan yang sering terkena pestisida anorganik akan menjadi

tercemar, karena zat – zat kimia yang terkandung dalam pestisida

anorganik sulit diuraikan, dan menyebabkan tanah tidak subur kembali.

Hal tersebut menjadi momok besar para petani yang menginginkan hasil

panen yang tetap melimpah yang bebas akan hama tapi juga

menginginkan lingkungan yang tetap lestari. Impian petani tersebut dapat

menjadi kenyataan jika para petani mengganti pestisida anorganik ke

pestisida organik.

Pestisida organik dapat kita buat dengan memanfaatkan kekayaan

alam kita, salah satu contoh yang kami ambil adalah dengan

memanfaatkan daun imbau. Selain dapat menjadi obat tradisional, daun

imbau juga dapat menjadi pestisida organik yang baik. Pestisida organik

dari daun imbau ini sangat ekonomis karena pohon imbau tumbuh secara

1

Page 5: Artikel Ilmiah

liar sehingga mudah dicari, pembuatan pestisida organik ini sangat

mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang besar. Yang lebih

menguntungkannya lagi pestisida organik dari daun imbau ini tidak

berakibat buruk terhadap lingkungan atau ramah lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah daun imbau dapat menjadi pestisida organic ?

2. Apakah pestisida organik dari daun imbau ini dapat menjadi pestisida

yang ramah lingkungan ?

3. Apakah dampak positif menggunakan daun imbau sebagai pestisida

organik dari pada menggunakan pestisida anorganik ?

C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan artikel ilmiah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk membuktikan bahwa pestisida organik dari daun imbau

ramah lingkungan.

2. Untuk mengetahui dampak positif pestisida organik dari daun

imbau.

3. Untuk memberikan solusi alternativ kepada petani khususnya

dan masyarakat umumnya mengenai pestisida organik yang

ramah lingkungan dan ekonomis.

D. Manfaat

1. Bagi ilmu pengetahuan

Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai tambahan informasi

dalam ilmu-ilmu yang berhubungan dengan pengendalian hama atau

serangga terutama tentang penggunaan pestisida organik.

2. Bagi masyarakat

a. Mengurangi penggunaan bahan pestisida kimia sehingga

meminimalisir pencemaran lingkungan.

2

Page 6: Artikel Ilmiah

b. Pemahaman pada masyarakat mengenai pentingnya pengendalian

hama khususnya pertanian dengan penggunaan teknologi yang

ramah lingkungan.

3. Bagi lingkungan

Mengurangi dampak negatif penggunaan bahan pestisida anorganik

yang mengakibatkan akumulasi di alam sehingga menyebabkan

resisten pada serangga.

3

Page 7: Artikel Ilmiah

BAB II

METODELOGI

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu metode observasi

untuk mengetahui efek pestisida organik dari daun imbau terhadap

serangga dan hama. Serta melakukan eksperimen yaitu peneliti

melakukan percobaan sendiri yang dilakukan di Magelang tanggal 28

Agustus 2011 di rumah penulis. Penelitian ini dilakukan untuk membuat

pestisida organik dari daun imbau yang ramah lingkungan. Dengan

adanya data-data penelitian ini maka penulis mencoba untuk mengolah

data-data tersebut menjadi sebuah karya ilmiah yang berbentuk artikel.

B. Populasi dan Sempel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang menyangkut

masalah yang diteliti (Notoatmojo, 2002). Populasi yang menjadi

percobaan dalam penelitian ini adalah smua jenis hama yang ditemui di

rumah peneliti. Dari hasil survei yang diamati rata-rata yang banyak

ditemukan seperti jangkrik dan ulat.

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diambil dengan cara

atau teknik tertentu (Notoatmojo, 2002). Pengambilan sempel dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik Accidental Sampling. Dalam teknik

sampling ini yang dijadikan anggota sampel adalah siapa saja yang

kebetulan dijumpai ditempat-tempat tertentu, sedangkan yang kebetulan

tidak dijumpai sama sekali tidak diperhatikan dan tidak diperhitungkan

dalam penugasan sabjek kedalam sempel (Hadi, 2004). Oleh karena itu

peneliti mengambil sempel hama yang ditemui yang sedang berada

dilingkungan rumah. Berdasarkan penentuan sampel diatas maka sampel

dalam penelitian ini berjumlah 15 ekor hama.

3

Page 8: Artikel Ilmiah

BAB III

ISI

A. Diskripsi Daun Imbau

Daun Imbau merupakan pohon yang tinggi batangnya dapat mencapai 20

m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk

lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan

buah batu dengan panjang 1 cm. Buah imbau dihasilkan dalam satu sampai

dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna

kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit

buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu

kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1987). Ciri-ciri Imbau,

Pohon tinggi 8-15 m, bunga banci. Batang simpodial, kulit batang

mengandung gum, pahit. Daun menyirip gasal berpasangan. Anak daun

dengan helaian berbentuk memanjang lanset bengkok, panjang 3-10 cm,

lebar 0,5-3,5 cm, pangkal runcing tidak simetri, ujung runcing sampai

mendekati meruncing, gundul tepi daun bergerigi kasar, remasan berasa

pahit, warna hijau muda. Bunga memiliki susunan malai, terletak di ketiak

daun paling ujung, 5-30 cm, gundul atau berambut halus pada pangkal

tangkai karangan, tangkai bunga 1-2 mm. Kelopak kekuningan, bersilia, rata

rata 1 mm.

Daun imbau tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan

daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai,

dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian

daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun anak daun memanjang

sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing

dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-

10,5 cm (Backer dan Van der Brink, 1965).

Mahkota putih kekuningan, bersilia, panjang 5-7 mm. Benang sari

membentuk tabung benang sari, sebelah luar gundul atau berambut pendek

halus, sebelah dalam berambut rapat. Putik memiliki panjang rata rata 3 mm,

gundul. Buah bulat, hijau kekuningan 1,5-2 cm. Asal usul tidak jelas. Waktu

berbunga Maret – Desember. Tumbuh di daerah tropis, pada dataran rendah.

Tanaman ini tumbuh di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Madura pada

4

Page 9: Artikel Ilmiah

ketinggian sampai dengan 300 m dpl, tumbuh di tempat kering berkala, sering

ditemukan di tepi jalan atau di hutan terang. Helaian anak daun berwarna

coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai

serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm,

lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi

daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya

hampir sejajar satu dengan lainnya.

Habitat dan penyebaran daun imbau ini tumbuh liar di hutan dan di

tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-

tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak terdapat di

daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat

yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan

Van der Brink, 1965).

Daun imbau mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-

sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan

nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker

(Duke, 1992). Daun imbau mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine,

nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).

Sedangkan kegunaan daun imbau sendiri lumyan banyak antara lain

yaitudi India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana imbau

digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam,

antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb,

1986). Daun imbau juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit,

hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu

bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997). Seduhan kulit batangnya

digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit

dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu

setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum

sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di

Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai

obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987). Dari kelebihan-

kelebihan dan data yang ada dari daun imbau ini kami mencoba

bereksperimen untuk mengetahui apakah daun itu dapat dijadikan pestisida

alami.

5

Page 10: Artikel Ilmiah

B. Cara Pembuatan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pestisida organik dari daun

imbau adalah kain saring, sprayer, kantong plastik dan gelas sendok. Kemudian

bahan yang digunakan adalah daun imbau satu ons dan air satu liter. Cara

kerjanya yaitu Siapkan alat dan bahan yang diperlukan kemudian pisahkan daun

imbau dari batangnya. Daun yang telah terpisah tadi dijemur kurang lebih 2 hari

hingga kering betul. Setelah daun imbau kering, remas – remas daun imbau tadi

dalam kantong plastik hingga menjadi serpihan kecil – kecil. Selanjutnya siapkan

air satu liter dalam gelas, kemudian masukan serpihan daun imbau tadi dalam

gelas berisi air tersebut lalu aduk – aduk dengan sendok hingga tercampur

semua. Saring larutan tersebut sehingga ampas serpihan daun imbau

terpisahdenagn air. Sesudah bersih, masukkan larutan tersebut dalam sprayer

untuk menyemprotkan cairan tersebut. Selanjutnya pestisida tersebut siap

digunakan.

C. Uji Coba

Uji coba ini bertujuan untuk mengamati efek pestisida organik dari daun

imbau terhadap serangga ataupun hama yang berbeda-beda spesies. Alat yang

digunakan seperti sprayer yang nantinya akan digunakan sebagai alat semprot

dan mangkok kecil. Kemudian bahan yang digunakan untuk uji coba ini antara

lain jangkrik kecil, jangkrik besar ulat kecil dan ulat besar yang masing-masing 1

ekor. Cara kerjanya yaitu yang pertama siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

kemudian letakkan jangkrik kecil pada mangkok kecil tadi selanjutnya jangkrik

yang berada di mangkok tadi kemudian disemprotkan pestisida organik dari daun

imbau tadi ke arah jangkrik kecil pada mangkok tadi kira- kira sebanyak satu

sendok makan ( kurang lebih 7,5 cc). Berikutnya, amati apa yang terjadi pada

jangkrik tersebut, dan catat waktu yang perlukan jangkrik tadi untuk meninggal

atau tidak bergerak sama sekali. Lakukan percobaan ini pada serangga yang

disediakan.

Dari hasil penelitian dulu saat saya masih duduk di bangku SLTA dapat

diketahui sebagai beriku :

No Serangga Takaran Waktu yang diperlukan

6

Page 11: Artikel Ilmiah

serangga melemah

1 Jangkrik kecil 1 sendok

makan ( 7,5 cc)

2 menit 50 detik.

2. Jangkrik

Besar

1 sendok

makan (7,5

cc)

3 menit 33 detik.

3. Ulat kecil 1 sendok

makan (7,5

cc)

1 menit 31 detik

4. Ulat Besar 1 sendok

makan (7,5 cc)

1 menit 47 detik

Keunggulan

Dalam metode pembuatan pestisida organik dari daun imbau dan penerapannya

terhadap serangga atau hama, memiliki beberapa keunggulan dari pada

pestisida anorganik, yaitu :

No Pembeda Pestisida organik daun imbau Pestisida anorganik

1. Cara

mendapatkan

Lebih mudah, karena

bahannya langsung diambil

dari alam. Dan daun imbau

termasuk tumbuhan liar.

Lebih sulit, karena harus

di toko pertanian, dan

belum semua desa

memilikinya.

2. Cara

pembuatan

Lebih mudah, tidak

memerlukan peralatan yang

sulit dicari. Dan prosedurnya

tidak rumit.

Lebih sulit, karena

memerlukan peralatan

dan bahan yang sulit

dicari. Dan melewati

tahap yang rumit dalam

pembuatannya.

3. Biaya Sangat murah, kita hanya

membutuhkan 2 ons daun

imbau dan 1 liter air bersih.

Lumayan mahal

4. Pengaruh

terhadap

lingkungan

Tidak berbahaya bagi

lingkungan hidup, karena dari

bahan-bahan yang alami tanpa

Sangat berbahaya

terhadap lingkungan,

karena mengandung

7

8

Page 12: Artikel Ilmiah

campuran bahan kimia.

Sehingga mudah diurai

kembali oleh tanah dan tidak

menyebabkan tanah menjadi

tidak subur.

bahan – bahan kimia,

sehingga sulit terurai

oleh tanah dan dapat

menyebabkan tidak

subur kembali.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa:

1. Daun imbau dapat menjadi pestisida organik, karena pestisida yang

terbuat dari daun imbau ini dapat membunuh serangga yang juga salah

satu jenis hama dengan baik,tanpa efek samping (misalnya: bau yang

menyengat, larutan yang menyebabkan iritasi )

2. Pestisida organic dari daun imbau adalah pestisida yang ramah

lingkungan, karena terbuat dari bahan – bahan organic atau alami.

Sehingga dapat terurai kembali dan tidak menyebabkan residu dan

pencemaran.Pada pestisida anorganik sangat sulit diuraikan karena

tersusun atas zat – zat kimia, dan zat – zat kimia itu akan meresidu pada

tumbuhan, ketika tumbuhan itu kita makan, zat – zat kimia yang teresidu

pada tumbuhan tadi akan masuk pada tubuh kita, sehingga meracuni

tubuh kita.

Pestisida organik juga berfungsi sebagai pengusir hama atau preventif. Hal itu

tentunya berbeda dengan pestisida kimia atau anorganik yang sifatnya

membunuh hama tanaman atau curatif. Selain itu, penggunaan pestisida organik

juga dapat mencegah struktur lahan pertanian menjadi keras dan menghindari

ketergantungan pada pestisida kimia. Dari pernyataan tersebut, dapat kita

simpulkan bahwa pestisida anorganik akan membunuh hama yang terkena

pestisida itu, sehingga secara tidak langsung akan merusak rantai makanan.

Misalnya:

Padi Belalang Ayam Ular Elang

Pengurai

Jika belalang punah maka rantai makanan di atas akan terganggu.

BAB V

Page 13: Artikel Ilmiah

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian tersebut,maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Daun imbau dapat menjadi pestisida organik yang baik tanpa efek

samping, misalnya bau yang menyengat atau larutan yang membuat

iritasi kulit.

2. Pestisida organik adalah pestisida yang ramah lingkungan dan tidak

merusak rantai makanan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa

pestisida organik baik terhadap lingkungan atau ramah lingkungan.

3. Pestisida organik dari daun imbau memiliki banyak kelebihan dari

pada pestisida anorganik baik dari segi ekonomi maupun keramahan

lingkungan.

B. Saran – Saran

Dari temuan-temuan di atas dapat diajukan beberapa saran,yaitu:

1. Sebaiknya para petani menggunakan pestisida organik dari daun

imbau ini, karena tidak berakibat buruk bagi lingkungan hidup.

2. Kepada pemerintah sebaiknya mendistribusikan dan memperkenalkan

pupuk organik kepada para petani.

3. Kepada pemerintah sebaiknya memberikan penyuluhan tentang

bahaya pestisida anorganik.

DAFTAR PUSTAKA9

Page 14: Artikel Ilmiah

Iskandar, Adang, dkk. 1986. Pemberantasan Serangga dan Binatang

Pengganggu. Jakarta : DEPKES.

Kartono Kartini. Pengatar Metodelogi Riset. Alumni: Bandung,1976

Nurcahyo, Eko. 1995. Memberantas Binatang Pengganggu di Lingkungan.

Jakarta : PT Penebar Swadaya.

Rosidi,Imron.2005.Ayo senang Menulis Karya Tulis Ilmiah.Jakarta:Media

Pustaka.

Sudarmo,Subiyakto.1992.Pestisida Untuk Tanaman.Yogyakarta:Kanisius.

Lampiran10

Page 15: Artikel Ilmiah

PESERTA

Nama : Eko Agus Purnomo

Kelas/ Semester : Non reguler/ 2

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

No Hp : 085729290047