artikel gabungan

16
Nama :Sally Tripayomi NPM :11-045 Malpraktek (malapraktek) RS Omni kembali terjadi, Dr Salman pun jadi korban Selasa malam, 20.00 WIB, 3 Mei 2011 Saya nonton JakTV di mana mengupas kasus malpraktek yang di lakukan oleh RS Omni Medical Center untuk yang kesekian kalinya dan kali ini menimpa dokter senior dari RS Harapan Kita. Dalam ulasannya : Dokter Salman yang merupakan dokter dari RS Harapan Kita berobat di RS Omni Medical Center karena masalah prostat. Hal ini di lakukan karena membaca iklan di sebuah media bahwa ada pengobatan terbaru mengenai masalah prostat dengan nama metode pengobatan "TUNA" (Trans Urethal Needle Ablation) yang prosesnya dengan menancapkan sejumlah alat ke bagian prostat dan di aliri gelombak elektro. Metode ini di jamin tanpa operasi sedikitpun yang memakan biaya mahal.:mewek Dalam penjelasan pengobatan prostat dengan metode TUNA ini hanya cukup di lakukan 1x saja langsung sembuh dan tanpa operasi apapun. (Ini yang di tawarkan oleh RS Omni Medical Center tentang pengobatan prostat dengan metode TUNA tersebut. Selanjutnya setelah menjalani TUNA Dr Salman bukannya sembuh tapi malah harus di operasi. Dan selama menjalani operasi di RS Omni Medical Center, Dr Salman mengalami pendarahan hebat dan mengalami rasa sakit yang amat parah hingga hampir kehilangan nyawanya.:cd Menduga ada yang tidak beres pada proses pengobatan prostatnya di RS Omni Medical Center, Dr Salman minta di pindahkan ke RS Fatmawati dan setelah menjalani pengobatan di RS Fatmawati Dr Salman sembuh. Dokter Salman menduga ada Malpraktek selama proses pengobatan di RS Omni Medical Center karena Dr Salman tahu benar

Upload: hesti-rahayu

Post on 22-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Gabungan

Nama :Sally Tripayomi

NPM :11-045

Malpraktek (malapraktek) RS Omni kembali terjadi, Dr Salman pun jadi korban

Selasa malam, 20.00 WIB, 3 Mei 2011Saya nonton JakTV di mana mengupas kasus malpraktek yang di lakukan oleh RS Omni Medical Center untuk yang kesekian kalinya dan kali ini menimpa dokter senior dari RS Harapan Kita.

Dalam ulasannya :Dokter Salman yang merupakan dokter dari RS Harapan Kita berobat di RS Omni Medical Center karena masalah prostat. Hal ini di lakukan karena membaca iklan di sebuah media bahwa ada pengobatan terbaru mengenai masalah prostat dengan nama metode pengobatan "TUNA" (Trans Urethal Needle Ablation) yang prosesnya dengan menancapkan sejumlah alat ke bagian prostat dan di aliri gelombak elektro. Metode ini di jamin tanpa operasi sedikitpun yang memakan biaya mahal.:mewek

Dalam penjelasan pengobatan prostat dengan metode TUNA ini hanya cukup di lakukan 1x saja langsung sembuh dan tanpa operasi apapun. (Ini yang di tawarkan oleh RS Omni Medical Center tentang pengobatan prostat dengan metode TUNA tersebut.

Selanjutnya setelah menjalani TUNA Dr Salman bukannya sembuh tapi malah harus di operasi. Dan selama menjalani operasi di RS Omni Medical Center, Dr Salman mengalami pendarahan hebat dan mengalami rasa sakit yang amat parah hingga hampir kehilangan nyawanya.:cd

Menduga ada yang tidak beres pada proses pengobatan prostatnya di RS Omni Medical Center, Dr Salman minta di pindahkan ke RS Fatmawati dan setelah menjalani pengobatan di RS Fatmawati Dr Salman sembuh.

Dokter Salman menduga ada Malpraktek selama proses pengobatan di RS Omni Medical Center karena Dr Salman tahu benar bagaimana prosedur yang benar dalam pengobatan di rumah sakit. Dr Salman meminta "Medical Record" (yang menjadi hak setiap pasien untuk pengobatan lebih lanjut), selama menjalani pengobatan di RS Omni Medical Center, tetapi tidak pernah di berikan. Sepertinya RS Omni Medical Center tidak ingin malprakteknya pada Dr Salman terungkap dan kesannya menutup-nutupi.

Lalu Dr Salman pun melaporkan kasus ini ke kantor polisi. Dan kasus malpraktek oleh RS Omni Medical Center ini pun di buka. Tapi setelah beberapa waktu pihak kepolisian menolak untuk memprosesnya lebih lanjut dengan alasan tidak cukup bukti. (Dugaan Polisi di suap):najis

Tidak hanya sampai disana Dr Salman pun terus berupaya lewat jalur hukumnya dengan memindahkan tuntutan ke kasus perdata, menuntut ganti rugi atas pengobatan TUNA yang ternyata HOAX dimana disebutkan tidak perlu operasi, tapi yang ujung-ujungnya ia harus

Page 2: Artikel Gabungan

menjalani operasi dan mengalami pendarahan hebat dan sakit yang amat sangat dan hampir merengut nyawanya.

Tuntutan perdatanya :Kerugian materiil 30 an juta untuk biaya operasi + kerugian immateriil sebesar 300 an juta.

Dr Salman terus berupaya mengajukan gugatannya hingga ke Makamah Agung, tapi lagi-lagi upayanya seperti membentur Batu Karang yang besar.

Hukum di Indonesia benar-benar parah.Aparat hukum bisa di beli dengan uang.Tidak heran kalau banyak masyarakat (termasuk gw) enggan berobat di Rumah sakit dalam negeri.Masyarakat dari golongan menegah ke atas lebih memilih berobat di luar negeri seperti di Singapore atau China yang metode pengobatannya sudah terpercaya.Ini juga yang jadi alasan kenapa masyarakat menengah ke bawah lebih percaya pengobatan alternatif di dalam negeri daripada harus ke rumah sakit.Bukannya sembuh malah nyawa melayang.

RS Omni Medical Center itu bener-bener rumah sakit SETAN DUIT.

Gw bener-bener kesel pas nonton tayangan di Jak TV semalam, sampe ga bisa tidur kalau tidak sharing di kaskus ini.

Kaskuser mohon hati-hati yah.

Malpraktek (malapraktek) RS Omni kembali terjadi, Dr Salman pun jadi korban

Page 3: Artikel Gabungan

Nama : Hesti RahayuNPM : 11-039

Diduga Malpraktek Pasien Mengalami Ulkus Pada Perut

Rumah Sakit Permata Bunda, Bekasi diduga melakukan malpraktik terhadap seorang ibu saat melakukan operasi caesar. Korban mengalami pendarahan karena perutnya berlubang setelah menjalani operasi.Korban adalah Erna Cahyaningrum, warga Perumahan Griya Persada Elok, Blok B6 RT 05 RW 06, Mustika Jaya, Kota Bekasi.

Wanita yang merupakan istri Galih itu, menjalani operasi cecar di RS Permata Bunda yang terletak di Jalan Mustika Jaya, Kampung Ciketing, Kota Legenda, Kota Bekasi, saat hendak melahirkan anak pertamanya. Menurut Galih, istrinya dibawa ke rumah sakit tersebut pada Minggu 17 Mei 2009 lalu untuk melahirkan anak pertama mereka. Di rumah sakit itu Erna harus menjalani operasi ceasar. Setelah puteri mereka lahir, Erna menginap selama tiga hari di rumah sakit tersebut untuk penyembuhan dan menjalani perawatan medis lebih lanjut. Setelah tiga hari menjalani rawat inap, Erna diperbolehkan pulang ke rumah. Saatmelakukan kontrol di bidan terdekat. Ternyata, bidan menemukan lubang pada bagian perut sebelah kanan bekas luka ceasar Erna.Selain itu, dari luka tersebut juga mengeluarkan darah dan nanah. Sang bidan menyarankan agar melakukan cek kembali ke rumah sakit tempat Erna dioperasi ceasar. Bidan juga mengatakan kalau perut bekas dioperasi ceasar itu ternyata tidak dijahit. Sebelumnya, menurut Galih dirinya memang diberitahukan dokter yang menangani istrinya, kalau usai menjalani cecar perut istrinya itu tidak dijahit, melainkan dengan cara dilem atau menggunakan perekat.Kemudian pada Minggu 24 Mei 2009 lalu, Galih kembali membawa istrinya ke RS Permata Bunda, untuk menjalani operasi dan dijahit. Sayangnya, setelah menjalani rawat inap ternyata perut Erna kembali berlubang pada bagian kanan dan kirinya. Bahkan juga mengeluarkan darah seperti sebelumnya.

ANALISA SITUASI

Page 4: Artikel Gabungan

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis).Dalam kasus diatas bisa disebabkan akibat kelalaian tenaga medis yang kurang tanggap dan kompeten dalam menangani pasien, seharusnya pasien normal Caesar yang masuk ke rumah sakit isa sembuh dalam luka jahitan selama beberapa bulan namun hal ini malah menambah penyakit pada pasient sehingga pasien harus mengeluarkan biaya dan waktu lebih dalam mengobati penyakit yang datang dikemudian hari .Hal ini tidak akan terjadi apabila tenaga kesehatan dapat meemperhatikan lebih terhadap safety pasien, terutama terhadap keselamatan jiwa pasien.Keselamatan dan terjaminnya kesehatan pasien merupakan indicator utama dalam pelayanan kesehatan, kasus diatas tidak jarang ditemukan saat tenaga kesehatan yang menangani tidak menjalankan protap yang telah ditetapkan.Padahal protap biasany telah diletakan pada setiap tempat diruangan rumah sakit .Namun karena kasus diatas baru dalam masa pemeriksaan maka belum bisa dikategorikan sebagai kasus malpraktek.karena kesalahan bisa saja terjadi karna faktor intern yang ada pada diri pasien. Bisa jadi kecelakaan diakibatkan karena aktifitas dan tingkah laku pasien yang salah sehingga menggagu terhadap masa penyembuhan luka jahitan setelah operasi.Beranjak dari semua uraian diatas bagaimanapun sehatusnya rumah sakit harus lebih peduli dan perhatian terhadap kasus kasus yang terjadi pada pasien terutama hal hal yang menangkut keselamatan jiwa pasien.Seorang dokter harus memeriksa dahulu apakah pelayanan kesehatan yang diberikan cocok dengan jiwa dan struktur genetic pasien, sehingga dalam masa pengobatan tidak menimbulkan penyakit tambahan yang menambah penderiataan pasien dikemudian hari.Seorang dokter juga harus memberikan informasi yang lengkap dan jelas, sehingga pasien tidak melakukan kesalahan kesalahan dalam bertindak.

Page 5: Artikel Gabungan

Masalah Komunikasi Dokter-Pasien di Indonesia

Berdasarkan data dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) DKI Jakarta, antara tahun 1998-2006 didapatkan 99 kasus pengaduan terhadap profesi dokter. Hal yang paling sering menjadi awal permasalahan adalah kelemahan komunikasi antara dokter dengan pasien atau antara rumah sakit dengan pasien.

Hal lain yang menyedihkan adalah fakta bahwa lebih dari seratus ribu warga Indonesia berobat ke Singapura setiap tahunnya. Selain Singapura, tujuan berobat pasien asal Indonesia adalah Malaysia dan Ghuang Zou Cina. Data tahun 2006 menyebutkan jumlah devisa negara yang tersedot ke rumah sakit di luar negeri mencapai US$600 juta setiap tahunnya. General Manager National Healthcare Group International Business Development Unit (NHG IBDU) mengungkapkan, sebanyak 50% pasien internasional yang berobat ke Singapura adalah warga Indonesia.

Setiap tahun, wisatawan medis yang berobat ke Singapura mencapai 200.000 orang. Artinya ada sekitar 100.000 warga Indonesia berobat ke Singapura tiap tahun, atau sekitar 273 pasien

setiap harinya. Chooi Yee Choong, direktur regional, ASEAN (Islands) International Operations mengatakan, “Setiap tahun sekitar 300.000 pasien asing berobat ke Singapura. Indonesia termasuk the big three.” Selain itu warga Sumatera Utara dan sekitarnya yang berobat ke Penang, Malaysia, mencapai seribu orang setiap bulannya.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan kebiasaan berobat ke luar negeri adalah hubungan dan cara berkomunikasi dokter-pasien di Indonesia yang kurang baik. Cara berkomunikasi dokter-pasien di Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan dokter-dokter di luar negeri, padahal secara medis kemampuan dokter-dokter Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan dokter luar negeri. Ditambah lagi, pasien dan dokter di negara kita menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Indonesia. Dengan persamaan bahasa tersebut seharusnya lebih memudahkan dalam menjalin komunikasi, memperlihatkan empati dan lain sebagainya.

Fakta diatas membuktikan betapa lemahnya komunikasi dokter-pasien di Indonesia. Kelemahan komunikasi antara dokter-pasien mengakibatkan kurang terjalinnya hubungan yang baik antar individu. Komunikasi yang baik juga menentukan dalam mengumpulkan informasi yang akurat mengenai kondisi pasien. Penelitian terhadap dokter bedah ortopedi menunjukkan bahwa mereka yang membina rapport yang baik dengan pasien, yang meluangkan waktu untuk memberi penjelasan dan bersedia dihubungi oleh pasien memiliki tuntutan hukum yang lebih sedikit.

Page 6: Artikel Gabungan

Beberapa pasien mengungkapkan berobat di Singapura sangat puas, karena dapat berkonsultasi dengan dokter hingga 1 jam. Di Indonesia, bila seorang pasien dapat berkonsultasi dengan dokter selama 15 menit, maka hal tersebut menjadi hal yang langka, terutama pada dokter yang ber"tangan dingin" atau laris. Sebagian besar hubungan dokter-pasien pun hanya bersifat satu arah dikarenakan jumlah pasien yang banyak dalam waktu yang terbatas.

Selain itu dokter di Singapura juga lebih mudah dan bersedia dihubungi oleh pasien. Mereka mencantumkan nomor telepon seluler atau nomor hotline yang bisa dihubungi pasien pada kartu namanya. Seorang pasien bisa berkonsultasi dengan dokternya melalui email dan Short Message Service (SMS) setelah tidak lagi berada di Singapura. Di Indonesia, banyak dokter yang tidak memberikan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien, sehingga pasien takut untuk mengungkapkan masalahnya secara lengkap, juga sangat sedikit yang bersedia memberikan nomor telepon/Handphone serta alamat email kepada pasien.

Saat ini persaingan global dalam bidang pelayanan kesehatan tidak dapat dipungkiri lagi. Tuntutan para pengguna jasa pelayanan kesehatan juga semakin meningkat. Beberapa hal diatas memperlihatkan bahwa dokter Indonesia harus berbenah diri bila ingin bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, terutama dengan akan diberlakukannya AFTA sebentar lagi, dimana dokter asing boleh berpraktek di Indonesia.Siapkah anda?

Page 7: Artikel Gabungan

Nama :Menola Astrigiona

NPM :11-073

Kasus Prita Mulyasari: Lemahnya Komunikasi Dokter-Pasien

Kasus yang menimpa Ibu Prita Mulyasari yang dituntut oleh  Omni International Hospital Tangerang atas dasar pencemaran nama baik dan sempat ditahan di LP Wanita Tangerang sebelum akhirnya mendapat penangguhan penahanan, menjadi berita hangat yang memicu timbulnya simpati masyarakat sampai politisi di tanah air.

Kasus ini bermula dari tersebarnya email yang berisi keluhan Ibu Prita di internet yang oleh pihak RS Omni dianggap merugikan dan mencemarkan nama baik RS dan dua orang dokternya.

Dalam email yang tersebar luas tersebut, Ibu Prita dengan gamblang menyatakan bahwa RS Omni International telah melakukan penipuan atas dirinya karena menggunakan hasil lab yang hasilnya tidak valid untuk memutuskan rawat inap. Hasil lab yang dimaksud adalah hitung trombosit yang dilakukan dua kali yang hasilnya 27.000. Keesokan harinya dokter spesialis yang merawat mengatakan ada revisi tentang hasil lab yang dilakukan semalam, dan hasil yang benar adalah 181.000. Inilah yang kemudian dianggap sebagai penipuan oleh Ibu Prita.

Dari keterangan yang ada didalam email tersebut berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan trombosit awal, memang seorang dokter segera akan berpikir bahwa itu demam berdarah sebelum terbukti yang lain, karena Indonesia termasuk daerah endemik demam berdarah. Trombosit yang 27.000 ribu tersebut sudah termasuk membahayakan karena potensi terjadinya perdarahan cukup besar. Jadi berdasarkan pemeriksaan awal, saya kira memang sudah seharusnya Ibu Prita dirawat segera. Perlu dicatat bahwa nilai normal hitung trombosit adalah 150.000-300.000/mikroliter (ada variasi nilai normal antar laboratorium/RS). Nilai kritis pemeriksaan trombosit adalah 50.000. Potensi terjadinya perdarahan sangat besar bila nilainya sudah dibawa 20.000.

Namun yang mencengangkan saya adalah revisi hasil lab yang dimaksud keesokan harinya. Apakah revisi tersebut dilakukan dengan sampel yang sama? Apakah dua kali pemeriksaan  awal (sesuai email Ibu Prita)  tersebut dua-duanya salah? Ini sangat kontras dengan apa yang dijelaskan pihak RS Omni dalam klarifikasinya seperti yang diberitakan oleh Kompas.Pihak RS dari berita itu hanya melakukan dua kali pemeriksaan hitung trombosit, dan menyatakan bahwa pemeriksaan pertama tidak valid karena banyak gumpalan darah. Saya kira disinilah letak kompetensi laboratorium RS Omni yang harus dipertanyakan. Kenapa bisa terjadi banyak gumpalan darah? Darah yang telah diberi anticoagulan atau antibeku tidak akan membeku, oleh karena itu pihak RS Omni harus menjelaskan kepada masyarakat mengapa terdapat banyak gumpalan darah di sampel darah Ibu Prita yang menjadi alasan tidak validnya pemeriksaan pertama.

Secara keseluruhan kasus ini menurut saya hanya karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien seyogyanya memang mesti

Page 8: Artikel Gabungan

sepegentahuan pasien. Di sinilah letak pentingnya informed consent. Dokter-dokter kita sepertinya masih merasa terlalu sibuk untuk menjelaskan secara sederhana kepada pasien tentang penyakitnya, diagnosis,  prosedur pengobatan yang akan dilakukan, sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan instruksi berupa resep dan tindakan medis dengn informasi yang seadanya kepada pasien. Dokter sering lebih terfokus kepada pendekatan mekanistis medis seakan-akan yang diobati adalah robot yang tidak memiliki perasaan dan kuasa untuk mempertanyakan apa yang mereka terima. Pendekatan kemanusiaan dan psikologis sangat kering, sehingga pasien merasa hanya bagaikan objek tindakan pengobatan.

Kasus Ibu Prita ini, saya kira hanya semata-mata wujud dari ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan yang tidak memiliki sentuhan kekeluargaan. Meskipun Ibu ini menuduh RS Omni telah melakukan penipuan, sesungguhnya hal tersebut hanya karena kekecewaan dan kebuntuan yang dialaminya dalam memperjelas apa yang terjadi pada dirinya sebagai seorang pasien. Oleh karena itu cukup berlebihan bila kemudian RS Omni melakukan tuntutan karena pencemaran nama baik. Justru kejadian ini harus menjadi pelajaran penting bagi rumah sakit dan para tenaga medis agar dimasa yang akan datang pelayanan terhadap pasien jauh lebih baik dan lebih manusiawi.

Semasa kuliah di fakultas kedokteran, mahasiswa saya kira sudah ditekankan bahwa pasien harus memberikan informed consent sebelum tindakan tertentu dilakukan. Untuk mendapatkannya, tentunya seorang dokter harus menyediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan pasien serta keluarganya tentang penyakit serta rencana dan pilihan-pilihan pengobatan yang akan ditempuh.

Page 9: Artikel Gabungan

Korban Meninggal Usai Operasi Caesar

indosiar.com, Surabaya - Dugaan kasus malpraktek kembali terjadi, korbannya hampir sama namanya dengan Prita Mulyasari yakni Pramita Wulansari. Wanita ini meninggal dunia tidak lama setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Surabaya Medical Service. Korban mengalami infeksi pada saluran urin dan kemudian menjalar ke otak. Saat dikonfirmasi, pihak Rumah Sakit Surabaya Medical Service belum memberikan jawaban terkait dugaan malpraktek ini.Lita, dipanggil pihak Rumah Sakit Medical Service di Jalan Kapuas Surabaya terkait laporannya pada salah satu media tentang anaknya Pramita Wulansari (22), yang meninggal dunia setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Medical Service.Menurut cerita Lita, ibu dari Pramita, sebelumnya Pramita melakukan operasi persalinan disalah satu praktek bidan di Jalan Nginden, Surabaya. Karena kondisinya terus memburuk, Pramita lalu dirujuk ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk dilakukan operasi caesar. Operasi  berjalan mulus yang ditangani oleh dr Antono. Dua minggu kemudian Pramita kembali ke Rumah Sakit Surabaya Medical Service untuk melakukan chek up. Dr Antono menyarankan Pramita dioperasi karena dideteksi saluran kencingnya bocor dan Pramita kembali menjalani operasi.Pramita juga disarankan meminum jamu asal Cina untuk memulihkan tenaga. Namun kondisinya malah memburuk dan Pramita sempat buang air besar bercampur darah. Melihat kondisi Pramita semakin memburuk, pihak keluarga meminta dirujuk ke Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya. Pramita sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo namun dinyatakan terlambat, karena infeksi sudah menjalar ke otak dan Pramita akhirnya meninggal dunia. Anak yang dilahirkan Pramita kini sudah berumur satu bulan dan diberi nama Kevin. Si bayi terpaksa dirawat oleh ayahnya dan kedua mertuanya.Sementara itu saat dikonfirmasi wartawan, pihak Rumah Sakit Surabaya Medical Service tidak mau memberi komentar mengenai dugaan malpraktek ini. (Didik Wahyudi/Sup)

Page 10: Artikel Gabungan

Nama :Ulya RahmiNPM :11-083

KASUS MALPRAKTEK Tubuh Menghitam Setelah Minum Obat

indosiar.com, Blitar - Diduga akibat malpraktek dokter Blitar, seorang gadis asal Blitar , Jawa Timur terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Saiful Anwar Malang, Jawa Timur. Seluruh tubuhnya berubah menghitam setelah meminum obat dari dokter tempat dia berobat di asalnya.

Beginilah kondisi Nita Nur Halimah (21), warga Desa Talun, Blitar, Jawa Timur setelah meminum obat yang diberikan oleh salah satu dokter ditempat asalnya. Kulit wajah, tangan hingga sekujur tubuhnya berubah menjadi hitam.

Menurut Marsini, ibu korban, awalnya Nita hanya menderita luka ngilu dibagian persendian tubuhnya saat diperiksakan ke dokter. Nita mendapatkan resep obat tanpa bungkus, namun setelah meminumnya suhu tubuhnya semakin panas. Mulut dan kulit wajahnya berubah kehitaman hingga merebak kesekujur tubuhnya. Pihak keluarga menganggap kondisi ini disebabkan oleh kesalahan dokter Andi yang memberikan resep obat tersebut.

Penanganan medis yang dilakukan untuk saat ini adalah memberikan penambahan nutrisi serta elektrolit untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan memberikan antibiotik untuk membersihkan luka pasien dari bakteri.

Hingga Senin (02/03) kemarin, Nita ditangani oleh 11 tim dokter spesialis bedah kulit. Indikasi sementara Nita menderita Steven Jhonson Sindrom atau alergi pada reaksi obat akibat rendahnya ketahanan tubuh pasien. (Nurochman/Sup)

Page 11: Artikel Gabungan

Analisis Kasus :Dalam kasus di atas, terdapat 2 pelanggaran yang terjadi yaitu,

Pertama, pada kalimat “Seluruh tubuhnya berubah menghitam setelah meminum obat dari

dokter tempat dia berobat di asalnya.” Dalam hal ini, dokter sudah melanggar Kode Etik

Kedokteran Indonesia tentangKewajiban Umum pasal 6 yaitu, “Setiap dokter harus

senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik atau

pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan

keresahan masyarakat.”

Kedua, pada kalimat “Wanita ini meninggal dunia tidak lama setelah menjalani operasi

caesar di Rumah Sakit Surabaya Medical Service. Korban mengalami infeksi pada saluran

urin dan kemudian menjalar ke otak”. Dalam hal tersebut, seorang dokter sudah melanggar

Kode Etik Kedokteran Indonesia tentang Kewajiban Umum Pasal7a yaitu, “Seorang dokter

harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan

kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang ( compassion ) dan

penghormatan atas martabat manusia.”