artikel kegiatan patroli gabungan bersama mmp di …
TRANSCRIPT
Page 1 of 11
ARTIKEL
KEGIATAN PATROLI GABUNGAN BERSAMA MMP
DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN
A. LATAR BELAKANG
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil
hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (Dephut,
2004).
Prinsip yang penting dalam kegiatan perlindungan hutan adalah pencegahan
awal perkembangan penyebab kerusakan jauh lebih efektif daripada memusnahkan
perusak setelah menyerang. Dalam tahun-tahun terakhir ini anggapan bahwa
pencegahan merupakan sistem yang lebih penting dalam perlindungan hutan telah
diterima secara meluas. Tetapi hal ini masih tetap diragukan apakah perluasan ide ini
melalui sistem silvikultur dan forest management dalam jangka waktu panjang
dianggap sudah cukup menguntungkan. Pencegahan melalui aplikasi manajemen dan
silvikultur memerlukan waktu panjang, tetapi hasilnya akan lebih abadi dan lebih
murah dibandingkan metode pemberantasan secara langsung (Mappatoba dan Nuraeni,
2009).
Perlindungan hutan tidak hanya menghadapi bagaimana mengatasi kerusakan
pada saat terjadi melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan mengevaluasi semua
sumber kerusakan yang potensil, agar kerusakan yang besar dapat dihindari, sehingga
kerusakan hutan dapat ditekan seminimal mungkin dari penyebab-penyebab potensil
(Sumardi dan Widyastuti , 2004).
Page 2 of 11
Saat ini, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah masalah yang
cukup kompleks serta dinamis. Dengan adanya perkembangan diberbagai bidang dan
perubahan dinamika di lapangan, maka terjadi pula perkembangan permasalahan
perlindungan dan pengamanan hutan, mulai dari perladangan berpindah dan
perladangan liar/perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang sederhana,
sampai pencurian kayu dan penyelundupan satwa yang didalangi oleh bandit berdasi
(Mappatoba dan Nuraeni , 2009).
Fenomena perlindungan hutan ini sebenarnya potensial menjadi sumber
kerugian bagi kehutanan, hanya saja selama ini sangat langkah atau tidak ada data
yang mampu menunjukkan besarnya angka kerugian tersebut. Pencurian hasil hutan
yang selama ini mampu dikemukakan data-data kerugiannya secara kuantitatif
akhirnya menjadi kunci pengambilan keputusan di dalam melaksanakan kebijaksanaan
di bidang perlindungan hutan, padahal pencurian ini sebenarnya adalah permasalahan
sosial ekonomi dan bukan permasalahan teknis perlindungan hutan.
Dalam hubungannya dengan tindakan pengelolaan, pencegahan dalam konsep
perlindungan hutan di kawasan TAHURA Banten didekati melalui :
1. Pengambilan keputusan terhadap langkah atau tindakan untuk mencegah agar
penyebab kerusakan tidak berkembang dan tidak menimbulkan kerusakan yang
serius.
2. Pengembangan suatu bentuk pengelolaan hutan yang ”hati-hati” dan berwawasan
masa depan. (Sumardi dan Widyastuti , 2004).
Jadi, asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau
perkembangan suatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan
yang baik Hal ini akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelah kerusakan
yang besar terjadi. Dalam prinsip perlindungan hutan, tindakan proaktif
dikedepankankan dan tindakan reaktif sedapat mungkin dihindari (Sumardi dan
Widyastuti , 2004).
Pengamanan hutan adalah segala kegiatan, upaya dan usaha yang dilaksanakan
oleh aparat kehutanan dan dukungan instansi terkait dalam rangka mengamankan
hutan dan hasil hutan secara terencana, terus menerus dengan prinsip berdaya guna
dan berhasil guna (Dephut, 1995).
Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas)
Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas Propinsi, Kabupaten/Kota yang
Page 3 of 11
menangani bidang Kehutanan, dan UPT Departemen Kehutanan (Dephutbun, 1998)..
Sedangkan Pengamanan Hutan di areal hutan yang telah dibebani Hak dilaksanakan
oleh Satuan Pengamanan Hutan pemegang hak tersebut, yang dikenal dengan sebutan
Satpam Pengusahaan Hutan (Dephut, 1995).
(Dephut, 1995), Prosedur pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan secara fungsional
adalah :
1. Perencanaan;
2. Pelaksanaan;
3. Pengawasan dan pengendalian;
4. Mekanisme Koordinasi;
5. Penyelesaian Administrasi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pelaksanaan kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan
Hutan adalah untuk melakukan pencegahan kegiatan pelanggaran/ kejahatan hutan dan
atau melakukan tindakan represif apabila menemukan pelanggaran/ kejahatan hutan
yang tertangkap tangan.
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan patroli rutin perlindungan dan
pengamanan hutan di Bulan Juni adalah :
1. Mengurangi dan menekan aktivitas pelanggaran/ kejahatan hutan terhadap
Kawasan TAHURA Banten;
2. Sebagai salah satu upaya untuk penyelamatan kawasan hutan TAHURA Banten
dan Potensi Keanekaragaman Hayati serta non hayati yang ada didalamnya;
3. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan monitoring dan evaluasi reboisasi dan
rehabilitasi hutan dan lahan (penanaman dan pengkayaan) yang sudah
dilaksanakan;
4. Sebagai salah satu upaya berkomunikasi dan sosialisasi antara petugas UPT
TAHURA Banten dengan masyarakat di dalam/ sekitar kawasan.
C. SASARAN KEGIATAN
Dalam kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan TAHURA
Banten pada Bulan Februari ini ditetapkan sasaran Patroli di Desa Sungai Sukarame,
Desa Sukanegara, Desa Kawoyang dan Desa Cinoyong Kecamatan Carita,
berdasarkan intensitas pelanggaran yang terjadi dalam kurun waktu terakhir dan
Page 4 of 11
berdasarkan informasi yang berkembang dengan adanya perambahan dan
penyerobotan kawasan hutan secara tidak prosedural dalam Kawasan Hutan TAHURA
Banten.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan bahan keterangan
terhadap Tindak Pidana Kehutanan seperti halnya Perambahan, Illegal Logging dan
Pengendalian Kebakaran Hutan di dalam Kawasan TAHURA Banten, diharapkan
dengan adanya bahan keterangan ini, dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk
menyusun rencana tindak lanjut yang akan diambil terhadap pelanggaran Undang-
Undang Kehutanan.
II. METODE PELAKSANAAN
A. DASAR HUKUM
1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan.
4. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar.
5. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar.
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor :
P.8/Menlhk/Setjen/OTL.O/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam.
7. Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 Tentang tata usaha
pengambilan atau penangkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar.
8. Intruksi Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.
762/DJ-IV/INS/LH/2001 Tentang Petunjuk pelaksanaan Penertiban dan
Penegakan Hukum Pengusahaan dan atau Perdagangan Orangutan dan Satwa
liar yang dilindungi Undang-undang beserta habitatnya.
Page 5 of 11
9. Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggara (DPA) Satuan Kerja Perangkat
Daerah Tahun Anggaran 2021 No.DPA A.1/ 2.11.23.28.0.00.02.00/001/2021.
10. Surat Perintah Tugas Kepala Dinas Linkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi
Banten Nomor : 090/0 /thr/DLHK/VII/2021
B. TATA KERJA DAN PERENCANAAN PATROLI
Perencanaan Kegiatan Patroli merupakan hal yang harus dipersiapkan sebelum
melaksanakan pengamanan, beberapa unsur perencanaan tersebut antara lain
mencakup :
1. Persiapan :
1. Peta Kerja
2. Tata waktu
3. Personil / Anggota Masyarakat
4. Logistik
5. Sarpras
6. Strategi Pengamanan
7. Kelengkapan administrasi
2. Observasi :
a. Kondisi Kawasan
b. Pelaku / Tersangka
c. Modus Operandi
d. Peralatan Pelaku
e. Lokasi Pengamanan / TKP
f. Objek Pengamanan
3. Analisis Situasi :
g. Pelaksanaan Pengamanan
h. Pelaporan
4. Penguasaan wilayah :
Page 6 of 11
a. Letak dan tanda batas
b. Jenis dan Volume tegakan
c. Hasil hutan kayu dan non- kayu
d. Habitat Flora dan Fauna
e. Topografi
f. Aksesibilitas tindak pidana
5. Mengenal sumber gangguan :
a. Jenis gangguan
b. Mata pencaharian masyarakat sekitar hutan
6. Modus Operandi :
a. Cara pelaku memasuki Kawasan
b. Alat transportasi
c. Alat yang digunakan
d. Pelaku, penadah , otak / penggerak, backing, yang dicurigai.
C. BAHAN DAN PERALATAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain :
1. Peta Kawasan TAHURA Banten
2. GPS
3. Camera (kondisional)
4. Handy talky
5. Alat Tulis
6. buku saku
7. Ransel
8. Personal use
9. Logistik, dll
D. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan di Desa Sukarame, Kec.
Carita, Kab. Pandeglang, dilaksanakan selama 1 (satu) hari pada tanggal 9
September 2021 di jalur sungai Kp. Susukan untuk melakukan pembersihan
badan sungai dari pohon yang tumbang.
Page 7 of 11
E. PERSONIL
Pelaksana Kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan bersama
Masyarakat Mitra Polhut sebanyak 3 orang ASN, 1 orang Polisi, 1 orang TNI, 7
orang Petugas Lapangan & Pelaksana Administrasi, 11 orang Masyarakat Mitra
Polisi Hutan dan 8 orang Siswa SMK Kehutanan.
III. HASIL KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN KAWASAN TAHURA
Pandeglang, 8 September 2021-UPTD Pengelolaan TAHURA Banten melalui
Seksi Perlindungan dan Rehabililtasi Tahura melaksanakan kegiatan“Patroli
Perlindungan dan Pengamanan Gabungan Bersama Masyarakat Mitra Polhut
(MMP)“di Wilayah Kerja UPTD TAHURA Banten. Sebelum pelaksanaan Patroli,
kegiatan diawali dengan melakukan Apel bersama briefing dan arahan terlebih dahulu
untuk melihat kesiapan personel untuk melaksanakan Patroli sesuai target yang telah
ditetapkan. Patroli dilaksanakan pada tanggal 8 September 2021, dilakukan dengan
melakukan pengamanan jalur sungai yang masuk dalam Kampung Susukan yaitu
pembersihan jalur sungai dari pohon-pohon tumbang sehingga saat datangnya musim
penghujan pohon tidak akan hanyut dan membahayakan kawasan hilir dari aliran
sungai tersebut.
Dalam pelaksanaanya, kondisi jalur sungai yang sudah dilaksanakan pengecekan
dan inventarisasi pohon tumbang yaitu ditemukan sebanyak 13 pohon yang beresiko
hanyut pada musim penghujan dan membahayakan kawasan hilir aliran sungai
tersebut. Kegiatan Patroli Pengamanan Terestrial Bersama MMP dan Stakeholders
lainnya merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatkan perlindungan dan
pengamanan kawasan konservasi untuk kelestarian lingkungan". Melalui kegiatan ini
diharapkan kondisi hutan dan lingkungan pada kawasan TAHURA Banten dapat
terjaga dan juga memberikan manfaat kepada masyarakat.
Page 8 of 11
Patroli Gabungan bersama MMP dalam rangka perlindungan dan pengamanan
hutan dilaksanakan pada bulan September tahun 2021 bertujuan untuk menindaklanjuti
permasalahan kerusakan hutan yang telah terjadi dan masih berlangsung. Kegiatan
perlindungan dan pengamanan hutan merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan
sebagai upaya untuk mencegah dan membatasi ruang gerak tindak pelaku pengrusakan
kawasan hutan. Sebagai bentuk upaya perlindungan dan pengamanan kawasan hutan,
dilaksanakan rutin kegiatan patroli di tingkat tapak yang ada di Seksi Perlindungan dan
Rehabilitasi Kawasan TAHURA Banten. Patroli ini merupakan kegiatan preventif
yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan hutan dan
mencegah terjadinya tindak pidana kehutanan guna menjaga keutuhan kawasan hutan.
Berikut rekapitulasi temuan dalam pelaksanaan patroli dalam rangka perlindungan
dan pengamanan kawasan Tahura Banten dalam tabel dibawah ini.
No Jenis Kegiatan Lokasi (Blok/ Petak)
Temuan Yang dijumpai Keterangan
1 Patroli Rutin Dalam Rangka Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Hutan
Jalur Sungai Citajur, Kp. Susukan Desa Sukarame
1. Pohon sebanyak 13 batang dengan diameter berkisar antara 20-80 cm dan panjang batang berkisar 2-20 meter yang beresiko hanyut pada musim penghujan dan membahayakan kawasan hilir aliran sungai tersebut
Tim melakukan pembersihan dengan memangkas pohon menjadi bongkahan dengan panjang 50 cm dan memindahkannya menjauhi wilayah aliran sungai
Dari uraian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa masih terdapat ancaman dan gangguan
terhadap kawasan TAHURA Banten, Perambahan, Pembalakan Liar serta masih
adanya habitat satwa liar yang masih dilindungi. Hal ini merupakan permasalahan
kawasan yang tetap harus menjadi fokus perhatian untuk ditanggulangi dan terus
dilakukan upaya untuk pencegahannya dalam berbagai bentuk kegiatan yang
melibatkan para pihak termasuk masyarakat disekitar kawasan TAHURA Banten.
Page 9 of 11
IV. KESIMPULAN
Dari hasil Patroli Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Tahura yang
dilakukan serta tindak lanjutnya, tim di lapangan melihat bahwa upaya untuk
menyelesaikan kasus perambahan dan pengrusakan kawasan hutan di kawasan Hutan
Tahura harus dilakukan secara menyeluruh dan tegas diikuti dengan proses hukum
terhadap para aktor yang melakukan perambahan serta pendukungnya. Pendekatan
persuasif, seperti memberikan pengarahan terhadap pelaku perambahan dan
pembalakan liar serta membuat perjanjian agar membuat efek jera terhadap pelaku.
Kerja yang dilakukan patroli pengamanan bersama memang baru tahap awal, belum
dapat menjaga seluruh kawasan. Tetapi untuk tahap selanjutnya, embrio ini dapat
berkembang baik dan didukung oleh berbagai pihak, sehingga akhirnya memiliki
pasukan penjaga yang bekerja bersama-sama demi keberlanjutannya. Di samping hal
tersebut, pihak pengelola akan terus melaksanakan upaya pendekatan kepada semua
pihak baik masyarakat desa penyangga, aparatur desa dan lain sebagainya. Pendekatan
persuasif yang terus dilaksanakan, bertujuan agar masyarakat menyadari bahwa
pentingnya menjaga hutan, memelihara dan melestarikan hutan.
Selain dari pada itu, isu yang sedang hangat kali ini adalah kebakaran hutan dan
lahan (Karhutla) tahun ini masih menjadi ancaman nyata di depan mata. BMKG
memperkirakan, puncak musim kemarau di wilayah Jawa, akan terjadi antara Juni-
Agustus. Namun titik api (hotspot) pada daerah rawan sebenarnya sudah muncul sejak
awal tahun. Ini menjadi menjadi ujian terberat bagi upaya pengendalian Karhutla,
karena dalam waktu bersamaan Indonesia sedang berperang dengan penyebaran
pandemi Covid-19. Potensi 'duet bencana' Karhutla yang menimbulkan dampak
bencana asap dan virus Corona jelas menimbulkan kekhawatiran, karena ciri
dampaknya relatif hampir sama pada fisik korban manusia, yakni sama-sama
menyerang pernapasan. Selain musim kemarau, musim penghujan pun menjadi
permasalahan yang akan datang jika upaya pencegahan tidak dilakukan sehingga pada
kegiatan patroli Bulan ini dilaksanakan pembersihan dan pengamanan jalur Sungai
Citajur, Kp. Susukan – Desa Sukarame agar potensi bahaya dari pohon tumbang yang
dapat hanyut di cegah terlebih dahulu.
Page 10 of 11
DOKUMENTASI KEGIATAN DI LAPANGAN
No Dokumentasi Keterangan 1
Apel persiapan kegiatan patroli kawasan di pimpin oleh Kepala Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Kawasan di dampingi oleh petugas Polsek Carita
2
Perjalanan menuju lokasi pohon tumbang sekaligus patroli pengamanan jalur sungai Citajur
3
Pemangkasan batang pohon menjadi bagian-bagian kecil sepanjang 50 cm