artikel dias

7
pharmacy is not a suspect in the health world Pada umumnya kefarmasiaan merupakan suatu tenaga kesehatan yang berperan dalam meningkatkan hidup masyarakat dengan memberikan jasa berupa produksi, pendistribusian serta pelayanan mengenai pemakaian obat terhadap pasien. Namun akhir-akhir sering terjadi kasus yang terjadi baik diluar maupun didalam suatu rumah sakit atau ruang lingkup kesehatan dimana yang menjadi pokok pemicaraan dalam kasus itu adalah mengenai profesi kefarmasian sendiri. Seperti contoh mengenai kasus yang baru saja terjadi saat ini yaitu mengenai kasus meninggalnya 2 pasien di rumah sakit di Rumah Sakit Siloam Karawaci di Tangerang yang menggunakan anestersi Buvanest Spinal 0,5 % heavy 4 ml dimana dua pasien ini sedang melalukan urologi dan operasi sesar dimana mereka diberikan anestersi Buvanest yang ternyata adalam asam tranexamat. Dimana kejadian ini terjadi tepatnya pada tanggal 11 Februari dan kedua pasien yang diberi buvanest yang berperan sebagat obat bius atau zat anestesi yang ternyata merupakan asam tranexamat yang merupakan zat yang berperan dalam membantu poses pembekuan darah diberikan kepada kedua pasien tersebut. Pasien tersebut langsung menunjukkan reaksi panas, gatal-gatal dan kejang dan kurang dari 24 jam 2 pasien yang diberi zat anestesi buvanest meninggal tanggal 12 Februari.

Upload: diana-astuti

Post on 17-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gfjhfhctvjhvctxtvukjgvfctxctgvyctctcxtgvhjvvvvvfvghvhvhjvjhvhjvgctgcfgcghcghcgh

TRANSCRIPT

pharmacy is not a suspect in the health worldPada umumnya kefarmasiaan merupakan suatu tenaga kesehatan yang berperan dalam meningkatkan hidup masyarakat dengan memberikan jasa berupa produksi, pendistribusian serta pelayanan mengenai pemakaian obat terhadap pasien. Namun akhir-akhir sering terjadi kasus yang terjadi baik diluar maupun didalam suatu rumah sakit atau ruang lingkup kesehatan dimana yang menjadi pokok pemicaraan dalam kasus itu adalah mengenai profesi kefarmasian sendiri. Seperti contoh mengenai kasus yang baru saja terjadi saat ini yaitu mengenai kasus meninggalnya 2 pasien di rumah sakit di Rumah Sakit Siloam Karawaci di Tangerang yang menggunakan anestersi Buvanest Spinal 0,5 % heavy 4 ml dimana dua pasien ini sedang melalukan urologi dan operasi sesar dimana mereka diberikan anestersi Buvanest yang ternyata adalam asam tranexamat. Dimana kejadian ini terjadi tepatnya pada tanggal 11 Februari dan kedua pasien yang diberi buvanest yang berperan sebagat obat bius atau zat anestesi yang ternyata merupakan asam tranexamat yang merupakan zat yang berperan dalam membantu poses pembekuan darah diberikan kepada kedua pasien tersebut. Pasien tersebut langsung menunjukkan reaksi panas, gatal-gatal dan kejang dan kurang dari 24 jam 2 pasien yang diberi zat anestesi buvanest meninggal tanggal 12 Februari.Masalah pertukaran dari 2 obat ini bukan karena kesalahan produksi yang diproduksi oleh PT Kalbe Farma melainkan adanya kesalah pelabelan pada kedua jenis obat ini.Pihak yang menjadi perbincangan sebagai sumber masalah dalam kasus ini adalah pada PT Kalbe Farma sehingga karena kasus 2 zat tersebut yang mengalami pertukaran pada labelnya sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan produksi dan menarik semua kedua obat ini yang telah diproduksi oleh Kalbe Farma karena diduga kesalahan 2 obat bukan hanya terjadi di RS. Siloam namun di beberapa rumah sakit lainnya sehingga BPOM mengambil langkah untuk menghentikan produksi 2 obat ini. Selain itu BPOM juga mencabut surat izin pendistribusian obat sehingga kegiatan distribusi obat yang dilakukan oleh Kalbe Farma dibekukan hingga terpecahkan sumber terjadi masalah iniJika kita membahas disini yang menjadi pihak yang bertanggung jawab disini bukanlah hanya PT Kalbe Farma namun juga BPOM, dan pihak RS. Siloam tersebut. Untuk saat ini begitu banyak kerugian yang dialami PT Kalbe Farma pang berujung pada penekanan dan penurunan finansial dari PT Kalbe Farma. Kerugian yang dialami pertama adalah penghentian dan penarikan produksi obat yang telah didistribusikan oleh kalbe farma merupakan kerugian yang dialami sangat besar karena satu kali produksi akan mengeluarkan atau menghasilkan obat bukan hanya ke satu daerah tapi seluruh nusantara karena PT Kalbe Farma merupakan suatu industri obat yang terbesar sehingga proses pendistribusian obat yang dilakukan berlaku untuk seluruh nusantara. Kemudian selanjutnya dicabutnya surat izin pendistribusian obat atau istilah lainnya surat mereka disita atau dibekukan sehingga mereka tidak akan juga bisa memproduksi obat jika tidak adanya surat izin tersebut dan yang ketiga tercorengnya aib PT Kalbe Farma sebagai industri farmasi terbesar. Hal ini merupakan suatu koreksi atau suatu hal yang menjadi masalah dan kasus yang begitu memilukan bagi farmasi khususnya bagi kita farmasis muda dimana disini aib farmasi yang akan semakin menurun dan menjadi iming-iming masyarakat sebagai sumber kesalahan di dunia kesehatan. Padahal sebenarnya maslaah tersebut tidak hanya dapat dilihat dari segi satu sisi yaitu melihat dari segi kalbe farmanya bisa jadi ada kesalahan pada pihak lainnya Seperti yang dibahas akan sangat tidak mungkin sekali jika dinyatan kesalahan pelabelan ini karena kesalahan pada kegiatan produksi atau pengemasan pada saat produk tersebut diproduksi oleh PT Kalbe Farma karena kalbe farma sendiri merupakan suatu pabrik atau industri produksi obat terbesar sehingga dalam pembuatan obat tersebut hingga pengemasannya mengunakan mesin. Jika kita berpikir secara logika apabila kesalahan ini memang pada mesinnya saat memproduksi obat tersebut apakah mungkin kejadian kasus ini hanya berlaku untuk di RS Siloam saja dan secara kebetulan 2 pasien tersebut terdapat pada RS. Yang sama. Karena sekali memproduksi obat jika terjadi kesalahan pada mesinnya akan sangat mungkin di RS diseluruh nusantara akan terjadi kasus ini dan kemungkinan tidak hanya 2 korban kemungkinan lebih dari itu tapi nyatanya hanya di RS. Siloam lah terjadi kasus seperti ini dan hanya 2 pasien yang meninggal. Pemikiran yang lain apakah memang ada pihak atau oknum dalam suatu PT Kalbe Farma yang dengan sengaja melakukan pertukaran label itu untuk membuat PT kalbe farma itu jatuh, itu sesuatu hal yang menag logis tapi kemungkinan kecil untuk sampai pada Rumah sakit siloam saja karena obat-obat yang telah diproduksi akan dibawa ke BPOM untuk menguji kelayakan untuk didistribusikan, dan pengambilan obat itu diambil secara acak dan mungkinkah suatu kebetulan obat yang diambil secara acak dan ternyatra obat yang ditukar labelnya sampai pada RS. Siloam itu bisa saja terjadi tapi masih merupakan suatu kemungkinan yang kecil untuk dipertimbangkanJika dilihat dari BPOM nya juga bisa jadi merupakan sumber kesalahan karena setelah dibawah ke BPOM obat-obat ini akan diuji lagi kelayakannya sebelum didistribusikan. Seharusnya BPOM disini meneliti dan menguji engan seksama apakah suatu obat ini masuk dalam botol yang sama dengan label yang benar, sehingga dapat dikatakan pertukaran label dapat juga kemungkinan disebabkan oleh kurangnya penelitian dari BPOM mengenai obat ini, dan jika juga kita berpikir ada satu oknum nakal yang mau menjatuhkan ini BPOM atau kabel Farma. Satu lagi d ikatakan bahwa itu mungkin saja terjadi.Kemudian pihak RS bukan berarti tidak menjadi pokok atau subject permasalahan ini. Karena kasus ini merupakan suatu kasus abu-abu yang belum diketahui mengenai sumber atau penyebab dari kasus ini sehingga bukan berarti pihak RS dan dokter tidak disalahkan. Pertama kerugian yang dibahas mengenai RS Siloam yaitu semakin kurangnya pasien yang berdatangan ke Rumah sakit ini semenjak terjadinya kasus tersebut dan tercorengnnya aib Rumah Sakit ini dan adanya tuntutan dari pihak keluarga korban. Meskipun pihak RS menunjukkan tanggung jawab terhadap korban, bukan berarti pihak RS juga tidak patut disalahkan. Namun bukan berarti kami juga lebih menyalahkan pihak RS sebagai sumber penyebab kasus ini, namun jika ditinjaun bukanlah dalam suatu operasi dokter harus teliti dalam pemberian obat dan segala yang digunakan untuk operasi pasien dan bukankah dalam suatu rumah sakit terdapat banyak tenaga medis dan salah satunya apoteker, Sehingga perlunya pengecekan terlebih dahulu mengenai obat yang diberikan apakah label dan isinya menunjukkan kesamaan bahwa obat itu memang seperti yang tertuliskan pada label dan dapat juga dilihat disitu kurang peranannya farmasi dalam hal itu dirumah sakit. Atau mungkin apat juga dipikirkan mengenai sumber masalah lain ketika pengambilan dan penyiapan obat tersebut sebelum operasi adanya oknum nakal yang dilakukan entah perawat maupun apoteker itu sendri yang dengan sengaja menukar label pada dua zat tersebut untuk menyalahkan atau menjadi RS Siloam dalam masalah. Kemungkinan itu memang bisa dijadikan sebagai sumber masalahSeperti yang telah diketahui juga bukankah dalam suatu rumah sakit tersebut bukan hanya 2 obat yang digunakan begitu banyk dan sebelum dioperasi adanya pemberian obat yang ternyata ketika bereaksi dengan obat anestesi ini yaitu Buvanest spinal dapat menyebabkan efek samping yang berlebihan hingga berujung pada kematian karena seperti yang kita tahu bahwa dokter hanya mendiagnosis suatu penyakit dan memberikan obat yang mereka ketahui tergantung dalam keperluan pasien dan berdasarkan penyakit yang diderita pasien, namun mereka tidak mengetahui efek samping obat dan dosisnya srta mekanismenya obat dalam tubuh sehingga jika suatu obat dengan dosis ini kemudian akan diberi lagi obat ini hanya apoteker atau farmasis yang mengetahui ini. Dapat diambil suatu hipotesa bahwa kasus tersebut dapat disebabkan juga kesalahan dosis dalam pemberian obat tersebut. Kembali pada suatu pihak yang dianggap saat ini menjadi tersangka dalam kasus ini dengan kemungkinan besar adalah PT Kalbe Farma walaupun sudah dijelaskan dalam suatu pembuatan obat tersebut kemungkinan kecil untuk salah karena dalam suatu industri atau pedagang besar farmasi memiliki tenaga farmasis yang akan meningkatkan pengawasa terhadap obat sehigga akan sangat mungkin terjadi kesalahan seperti yang tercantum dalam PP 51 BAB II Pasal 9 ayat 1 yang menyatakan Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.Hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu pembuatan sediaan obat banyaknya pembagian tenaga farmasis untuk fokus dalam suatu bidangnya dalam produksi, pengwasam mutu, pengujian dan lainnya sehingga apa bukan sesuatu yang mungkin bahwa kalbe farma itu salah dan apakah memang farmasi yang patut dicap sebagai tersangka dalam kasus ini.

Namun solusi saya mengenai kasus ini untuk meningkatkan keintensifan dalam pengawasan bukan hanya dalam pengawasan obat dan pengujian juga harus lebih diintensifkan dengan menguji kembali obat yang telah dikemas dan diberi label untuk meastikan itu sesuai antara obat dan labelnya juga perlunya pengawasaan pada tenaga-tenaga farmasis yang bekerja untuk mencegah adanya oknum nakal yang akan memunculkan masalah untuk pihak atau instansi tersebut. Kemudian untuk BPOM agar ketelitian dalam pengujian agar ditingkatkan karena bukan berarti BPOM disini tidak salah karena dialah yang mengeluarkan surat izin dalam pengedaran obat yang ternyata ada kesalahan pada obat tersebut dan untuk pihak RS agar meingkatkan peranan apoteker didalam rumah sakit tersebutuntuk mengecek kembali obat sebelum digunakan oleh pasien.

Nama : Diana AstutiNIM : N11114085Kelompok: 10