artikel belajar pembelajaran
DESCRIPTION
Tugas UAS Mata Kuliah Belajar Pembelajaran :)TRANSCRIPT
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
(Dwi Ery Riswanti / NIM.120210402001 / Prodi PBSI / Angkatan 2012 / Kelas H)
1. Pengantar
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini
berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar
dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002 :8).
2. Isi
Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Mereka (peserta didik)
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide.
Dalam hal ini berarti, Kontuktuvisme menuntut peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Siswa dianggap telah mengetahui suatu hal (pengetahuan menurut
dirinay sendiri), oleh kerena itu siswa berhak untuk mengungkapkan hal tersebut.
Dengan kata lain, siswa bukan suatu objek yang kosong, yang hanya begitu saja
menerima informasi dari seorang guru.
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar
dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Disini peran guru sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
Artinya bertugas membimgbing siswa menemukan pengetahuannya sendiri, bukan hanya
sebagai orang yang hanya bertugas penyampai informasi, melainkan sebagai jembatan
siswa memperoleh dan menemukan informasinya sendiri.
Pentingnya pengetahuan Konstruktivisme bagi Guru Bahasa Indonesia
Seorang Guru Bahasa Indonesia penting mengetahui dan menerapkan teori
Konstruktivisme ini, karena nantinya seorang guru Bahasa Indonesia akan
membimbing siswa untuk mengetahui dan meningkatkan keterampilan Bahasa
Indonesia. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan Menyimak, Berbicara,
Membaca dan Menulis. Tentunya dalam hal ini setiap siswa berbeda pemahaman
dan keterampilan dasar yang dimiliki. Harus ada penanganan khusus dan
bimbingan Guru untuk membimbing siswa menemukan dan bagaimana
meningkatkan keterampilan bahasa sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Dan disinilah penerapan teori Konstruktivisme diperlukan.
Kontruktivisme mengarah pada pengembangan aspek Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor
Teori ini menekankan pada ketiga aspek. Keaktifan dan kemandirian siswa dalam
proses pembelajaran tentunya akan mengembangkan ketiga aspek tersebut. Kognitif
(kemampuan berpikir siswa) dituntut lebih berkonsentrasi dalam hal menganalisa
sesuatu informasi yang disampaikan guru, untuk itu diperlukan sikap (afektif siswa)
yang baik, diantaranya disiplin, semangat, dll. Dan pada akhirnya kemampuan
Psikomotor (Keterampilan siswa) akan mempengaruhi masing-masing siswa terhadap
informasi yang disampaikan oleh Guru, karena dalam teori ini siswa membawa
pemikiran dan keterampilan sesuai persepsinya sendiri. Maka jelaslah bahwa teori ini
dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut.
Jika teori Konstruktivisme diterapkan dapat mengarahkan pada kecerdasan emosi
siswa. Siswa dituntut lebih mandiri, kreatif, dan kritis terhadap informasi yang
disampaikan oleh Guru. Dari hal ini akan dikembangkan potensi-potensi siswa secara
menyeluruh, karena siswa dianggap mempunyai persepsi sendiri terhadap suatu
informasi. Tugas-tugas yang diberikan Guru harus menangtang, secara tidak langsung
juga akan mengarahkan pada kecerdasan emosi siswa. Sehingga siswa nantinya dapat
mengatasi berbagai persoalan, berfikir ulet, semangat, tekun, bertanggung jawab, dan
mampu menjalin komunikasi dengan individu atau kelompok lain dengan baik. Dan
pada akhinya, sisswa mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi.
3. Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai “Teori Belajar Konstruktivistik dan
Penerapannya dalam Pembelajaran” yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini.
Tentunya masih banyak kekurangan kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul artikel ini.
Semoga artikel ini berguna bagi penulis khususnya juga bagi pembaca.
4. Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hasan,S.H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.