artikel

8

Upload: noer-as

Post on 17-Jul-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 1/8

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 2/8

 

Artikel Patofisiologi Batuk  Dr. Tjandra Yoga Aditama  Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta PENDAHULUAN Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang me- lindungi tubuh kita (1-4) . Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan terasa amat mengganggu. Penelitian menunjukkan bahwa  pada penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali batuk/ hari. Penderita TB paru jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita influenza bahkan sampai 154.4 kali/hari (3) . Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk  kronik banyak berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua-  puluhlima persen dari mereka yang merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari penderita yang merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang batuk kronik. Sebagian besar dari perokok berat yang merokok 2 bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk kronik. Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa 8 � 22% non perokok juga menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara dan lain-lain t3l . REFLEKS BATUK  Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf  eferen dan efektor (tabel 1) -5) Batuk   bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak   baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor  didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan  bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma (6) . Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus Vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari  perikardium dan diafragma 

(4-5) . Tabel 1. Komponen refleks batuk  Reseptor Aferen Pusat batuk Eferen Efektor Laring Trakea Bronkus Telinga Pleura Lambung Hidung Sinus  paranasalis Faring Perikardium Diafragma Cabang nervus vagus  Nervus trigeminus  Nervus glosofaringeus  Nervus 

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 3/8

 

frenikus Tersebar me- rata di medula dekat pusat  pemapasan; di bawah kontrol pusat yang lebih tinggi 

 

 Nervus vagus  Nervus frenikus inter- kostal dan lumbaris Saraf-saraf  trigeminus, fasialis hipoglosus dan lain-lain Choi laring, trakea dan  bronkus Diafragma, otototot interkostal, abdominal dan otot lumbal Otot-otot sa- luran napas alas dan otot  bantu napas Oleh serabut aferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk  yang terletak di medula, di dekat pusat pemapasan dan pusat  muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen Cermin Dunia Kedokteran No. 84, 1993 5 

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 4/8

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 5/8

 

n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor  inilah mekanisme batuk kemudian terjadi (4-5) . MEKANISME BATUK  Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi.  Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu (5,7,8) . Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi  jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya se-  jumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang ter- tutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah (3) . Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 � 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang dida-  patkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar  daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk   juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis 

(4,5) . Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlang- sunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan  jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30�50 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap' Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80% (2) . PENYEBAB BATUK  Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi  pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tabel 2 akan me- nyajikan beberapa penyebab battik dengan berbagai contohnya. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mende- teksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga  pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum,

 rontgen toraks, tes fungsi paru dan lain-lain (2,3) . KOMPLIKASI Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti  badan lemah, anoreksia, mual dan muntah. Mungkin dapat ter  

:  jadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat, baik berupa kar- diovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain (2-4) . Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, per- darahan subkonjungtiva, nasal dan di daerah anus, bahkan ada 

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 6/8

 

yang melaporkan terjadinya henti jantung. Batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks,  pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga 

(4,5) . Komplikasi yang sangat dramatis� tetapi jarang terjadi� adalah Cough syncope atau Tussive syncope. Keadaan ini biasa- nya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan kemudian  penderita akan kehilangan kesadaran selama� 10 detik. Cough  syncope terjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan intratoraks dan intraabdomen Cermin Dunia Kedokteran No. 84, 1993 6  

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 7/8

5/14/2018 Artikel - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-55a92c68de675 8/8

 

Tabel 2. Beberapa penyebab batuk  ketika batuk  (2,3) . Gambar 2. Komplikasi batuk  

 

PENUTUP Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berguna untuk membersihkan saluran trakeobronkial. Batuk yang tidak  efektif dapat menimbulkan berbagai efek yang tidak mengun- tungkan berupa penumpukan sekret yang berlebihan, atelektasis, gangguan pertukaran gas dan lain-lain. Batuk yang tidak efektif mungkin terjadi karena gangguan di saraf aferen,  pusat batuk atau di saraf eferen yang ada. Batuk yang berlebihan akan terasa mengganggu. Penyebab  batuk juga amat beragam, mulai dari kebiasaan merokok  sampai pada berbagai penyakit baik di paru maupun di luar   paru. Keluhan batuk juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi mulai dari yang ringan sampai yang berat. KEPUSTAKAAN 1. Fraser RS, Pare JAP, Genereux GP. Diagnosis of diseases of the chest. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988 : 70 � 71. 2. Murray IF, Nadel JA. Respiratory medicine. Philadelphia: WB Saunders  Co, 1988: 397� 400. 3. McCool FD, Leith DE. Padaophysiology of cough. Clinical Chest  Medicine 1987; 8: 189� 96. 4. Brewis RAL. Lecture notes in respiratory diseases. Oxford: Blackwell Scient Publ 1983: 32� 7. 5. Farsan S. A concise handbook of respiratory disease. Virginia Reston Publ Co 1978:4�5. 6. Fishman AP. Pulmonary disease and disorders. New York: McGraw Hill Book Co 1988: 324� 40. 7. Crofton J, Douglas A. Respiratory disease. Oxford: Blackwell Scient Publ 1989: 101� 2. 8. Hadiarto Mangunnegoro, Tjandra Yoga Aditama. Patofisiologi batuk. Da- lam : Batuk kronik. Jakarta, FKUI 1985: 1 � 6. Luck is nothing but a trick name of hard work  Cermin Dunia Kedokteran No. 84, 1993 7