arti penting pathogen.docx

42
A. ARTI PENTING PATHOGEN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI ( Xanthomon as campestris pv. Oryzae) adalah Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman padi. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit utama padi. Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan, mencapai 20,6-35,6%, sedangkan pada musim kemarau dapat mencapai 7,5-23,8% (Suparyono et al. dalam BBPOPT 2007). Penyebab penyakit hawar daun bakteri yang sering disebut penyakit kresek adalah bakteri pathogen Xanthomonas campestris pv oryzae, penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang paling merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting karena kehilangan hasilnya cukup besar, hal ini karena kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, sehingga perkembangan penyakit lebih optimal (Semangun 2000). Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada saat ini upaya pengendalian 1

Upload: dede-leo-insa-putra

Post on 08-Nov-2015

257 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

A. ARTI PENTING PATHOGENPENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI(Xanthomonas campestris pv. Oryzae) adalah Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman padi. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit utama padi. Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan, mencapai 20,6-35,6%, sedangkan pada musim kemarau dapat mencapai 7,5-23,8% (Suparyono et al. dalam BBPOPT 2007). Penyebab penyakit hawar daun bakteri yang sering disebut penyakit kresek adalah bakteri pathogen Xanthomonas campestris pv oryzae, penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang paling merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting karena kehilangan hasilnya cukup besar, hal ini karena kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, sehingga perkembangan penyakit lebih optimal (Semangun 2000). Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada saat ini upaya pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman masih mengandalkan penggunaan pestisida sebagai upaya pengendalian utama. Kenyataannya menunjukkan bahwa upaya pengendalian secara kimiawi bukan merupakan alternatif yang terbaik, karena sifat racun yang terdapat dalam senyawa tersebut dapat meracuni manusia, ternak piaraan, serangga penyerbuk, musuh alami, tanaman, serta lingkungan sehingga dapat menimbulkan pengaruh negative selain yang penggunaan senyawa kimia yang berlebihan dan terus menerus membuat hama dan penyakit menjadi resisten.

Klasikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae adalah sebagai berikut:Phylum : ProkaryotaKelas : ScizomycetesOrdo : PseudomonadalesFamili : PseudomonadaceaeGenus : XanthomonasSpesies: Xanthomonas campestris pv. OryzaeDalam bahasa Inggrisnya, BLB artinyaBacterial Leaf Blight.Penyakit hawar daun bakteri

B. DESKRIPSI PATHOGENBakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan tidak membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin. Penyakit hawar daun bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad XX penyakit ini telah diketahui tersebar luas hampir diseluruh jepang kecuali dipulau Hokkaido. Diindonesia , penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsman dan Schure pada tanaman muda didaerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini dinamakan kresek dan patogennya dinamai xanthomonas kresek schure. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang.Menurut Singh (2000) adapun sistematika dari bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Divisio : Gracilicutes Ordo : Actionomycetes Subordo : Pseudomonadales Family : Pseudomonadaceae Genus : Xanthomonas Spesies : Xanthomonas campestris pv oryzae (Manik 2011). Bakteri ini digolongkan dalam gram negatif dimana akan kehilangan warna ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat warna safranin sel bakteri akan menyerap warna merah sehingga bakteri tampak berwarna merah (Pelczar dalam Banjarnahor 2010). Bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae Dye. berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x (0,8-1) m , di ujungnya mempunyai satu flagela polar yang berukuran 6-8 m dan berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram negatif dan tidak membentuk spora. Di atas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin (Semangun 2000). Bakteri ini terutama terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. Kalau daun yang sakit dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya akan mengalir lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (ooze) (Prakoso 2011).

C. GEJALA SERANGANDi lapangan terdapat dua bentuk gejala, yaitu kresek dan hawar. Kresek terjadi pada tanaman muda, yaitu tanaman yang berumur sekitar satu bulan. Rumpun padi yang terkena kresek secara keseluruhan menjadi layu. Di laboratorium, gejala ini dapat dikonfirmasi oleh adanya eksudat bakteri yang keluar dari jaringan tanaman sakit bila diamati di bawah mikroskop. Di lapangan, dapat dilihat dengan cara memasukan daun daun sakit ke dalam gelas berisi air jernih, biarkan sekitar 5 10 menit, maka air jernih dalam gelas akan berubah menjadi keruh karena massa bakteri yang keluar dari dalam jaringan sakit. Gejala kresek ini sering mirip dengan gejala karena penggerek batang, tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak dan bercak tersebut meluas (gambar1). sehingga perlu pengamatan yang teliti agar diagnosisnya tidak keliru. Bila anakan sakit mudah dicabut, kemungkinan besar karena penggerek, tetapi kalau sulit dicabut, kemungkinan kresek (Suparyono, 2007).Sedang gejala hawar berkembang pada tanaman yang lebih tua. Dalam keadaan lembab, terutama di musim hujan, eksudat bakteri dapat terbentuk pada gejala muda yang masih aktif. Gulma, sisa sisa tanaman, merupakan tempat patogen penyakit ini tinggal dan bertahan selama bukan musim tanam. Bakteri juga berada dan bertahan dalam air irigasi. Bakteri inilah yang menjadi sumber inokulum untuk pertanaman padi musim berikutnya. Suhu panas (25 30 0C), kelembapan tinggi (90 %), angin kencang, pemupukan nitrogen yang berlebih, dan hujan angin, sangat cocok untuk mendukung perkembangan penyakit ini. Penyakit disebarkan oleh air irigasi, kontak antar daun padi, dan percikan air hujan. Kegiatan selama pemeliharaan, seperti penyiangan, pemupukan, dan sebagainya terutama yang dapat mengakibatkan luka pada daun, juga sangat membantu penyebaran penyakit (Suparyono, 2007).

Gambar 1. Gejala Serangan Xanthomonas campestris pv oryae

Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau luka (Kerr 1980) dalam Hery (1990). Di pembibitan gejala pertama tampak berupa bercak bercak kecil kebasahan pada pinggir daun. Bercak kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis garis kebasahan kemudian bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari. Batas antara bercak dan bagian yang sehat tampak kebasahan. Walaupun gejala awal sering dimulai dari tepi daun, tetapi bercak dapat juga terjadi pada bagian tengah daun asalkan ada luka. De Datta (1981) mengemukakan bahwa gejala X. oryzae di daerah tropik dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu gejala kresek, gejala leaf blight dan gejala kuning muda. Gejala kresek dan leaf bligt adalah gejala utama dari infeksi X. oryzae, sedangkan gejala kuning sebagai gejala sekunder. Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering. Bakteri menginfeksi masuk melalui sistem vaskular tanaman padi pada saat pindah tanam atau pada saat dicabut dari tempat pembibitan sehingga akarnya rusak, atau sewaktu terajadi kerusakan daun. Apabila sel bakteri masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman akan menunjukkkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian lainnya akan menjadi kering. Infeksi juga dapat terjadi mulai pada fase persemaian sampai fase pembentukan anakan. Sumber infeksi dapat berasal dari jerami yang telah terinfeksi, tunggul jerami, sisa tanaman yang terinfeksi, benih dan gulma inang. Sel sel bakteri membentuk butir butir embun pada pagi hari yang mengeras dan melekat pada permukaan (Banjarnahor 2010). Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari pembibitan sampai panen. Ada dua macam gejala penyakit hawar daun bakteri yaitu : gejala yang terjadi pada tanaman muda kurang dari 30 hari setelah tanam disebut gejala kresek sedangkan gejala yang timbul setelah tanaman mencapai stadia anakan sampai pemasakan disebut hawar (blight). Kresek merupakan gejala yang paling merusak, sedangkan gejala yang paling umum dijumpai adalah hawar (Triny et al. 2011). Gejala penyakit HDB pada tanaman di persemaian, biasanya dicirikan dengan warna menguning pada tepi daun yang tidak mudah diamati. Gejala yang ditemukan pada fase pertumbuhan anakan sampai fase pemasakan adalah gejala hawar (water stoaked) sampai berupa garis kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada ujung daun kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan pinggiran daun berombak. Selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna putih atau berupa tetes embun pada daun muda dan terjadi pada pagi hari. Pada stadia penyakit lebih lanjut, berubah warna menjadi kuning memutih. Selanjutnya pada daun yang terinfeksi parah, warna daun cenderung berubah menjadi abu abu disertai dengan muncul jamur saprofit (Triny et al. 2011). Pada varietas yang peka gejala kresek akan muncul pada pertanaman muda, tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Pada permukaan bawah daun bercak yang masih muda, terdapat tetesan cairan (bakteriooze) berwarna kekuning-kuningan mudah diamati pada pagi hari. Apabila diamati di bawah mikroskop, koloni bakteri akan keluar dari tepi irisan daun yang bergejala. Pada varietas peka gejala dapat berkembang sampai ke arah pelepah tanaman (BBPOPT 2007).

D. DAUR PENYAKITBakteri masuk melalui hidatoda, kemudian bakteri berkembang biak di dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit. Pada tanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata dan berkembang di dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya adalah melalui luka mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar (Ou dalam Manik 2011). Pemicu serangan HDB dapat disebabkan oleh faktor iklim. Seperti musim pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya. Pada pancaroba terjadi kelembaban pada struktur tanah yang memudahkan bakteri untuk berkembang. Pemakaian pupuk N yang berlebihan juga dapat menyebabkan munculnya serangan HDB karena kelebihan N dapat mematahkan system ketahanan. Bakteri terutama mengadakan infeksi melalui luka-luka pada daun, karena biasanya bibit padi dipotong ujungnya sebelum ditanam. Bakteri juga dapat menginfeksi melalui luka pada akar akibat dari pencabutan, infeksi terjadi pada saat penanaman atau beberapa hari sesudahnya. Bahkan sudah diketahui bahwa luka pada akar dapat terinfeksi bakteri. Bakteri juga dapat mengadakan infeksi melalui pori air yang terdapat pada daun, melalui luka-luka yang terjadi karena daun yang bergesekan, dan melalui luka-luka karena serangga. Perkembangan bakteri di pertanaman tersebar melalui hujan yang berangin sehingga penyebarannya cepat, disini angin tidak hanya menyebarkan bakteri, tetapi juga menyebabakan terjadinya luka-luka karena gesekan antara daun padi (semangun 2000).

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKITTanaman yang sering menderita karena berbagai gangguan lingkungan fisik (kekurangan air, kekurangan zat zat hara, iklim dan lain lain) dan gangguan biologik yaitu serangan oleh berbagai jenis jasad renik yang bersifat parasit (jamur, bakteri, virus, mikoplasma, dan nematoda) disebut patogen tanaman yang menyebabkan tanaman itu menjadi sakit. Tanaman itu dikatakan sakit apabila terjadi perusakan pada struktur tubuh tanaman atau terjadi proses perubahan metabolisme yang cukup intensif atau lama sehingga mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman itu (Oka, 1993). Tanah yang subur dengan pengolahan yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang akan menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat. Tanaman sehat lebih mampu menahan serangan berbagai patogen. Sebaliknya tanaman akan merana dan tidak mampu melawan serangan patogen bila kondisi lingkungannya buruk (Oka, 1993). Sumber inokulum menyebarkan infeksi pada tanaman, jerami atau sekam padi yang terinfeksi dapat membantu penyebaran inokulum. Selain itu gulma juga berperan sebagai inokulum meski perannya belum diketahui secara pasti. Bentuk biji pada padi diperkirakan dapat memberikan kesukaran dalam penyebaran infeksi walaupun hal ini belum diteliti secara ekperimen (CABI, 2003).Tanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yag tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan nitrogensecara berlebihan, gunakan pupuk kalium dan tidak menggenangi tanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).Bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo) dapat bertahan hidup dalam tanah, jerami tanaman terinfeksi, sisa-sisa tanaman (singgang = turiang), gabah (benih) dan gulma. Bakteri Xoo dapat bertahan di tanah selama 1-3 bulan, bergantung pada kelembapan dan kemasaman tanah. Jerami sisa tanaman yang terinfeksi dan tanaman inang selain padi dapat menjadi sumber penularan penyakit dari musim ke musim. Bakteri juga dapatbertahan dalam biji sampai beberapa saat, sehingga penularan dapat terjadi melalui benih. Bakteri Xoodilaporkan dapat bertahan pada gulma seperti Leersia sayanuka, L. japonica, Zezania latifolia, dan Leptochloa chinensis sebagai inang alternatif (Ou 1985, White and Young 2009)Varietas padi yang ditanam akan menentukanperkembangan penyakit HDB. Pada varietas rentan,terutama pada saat cuaca lembap dan pemupukan N dosistinggi tanpa diimbangi oleh pupuk K, penyakit iniberkembang sangat cepat (Sudir et al. 2002, Sudir danAbdulrachman 2009). Kelembapan yang tinggi dapatmempercepat perkembangan penyakit ini. Oleh karenaitu, penyakit HDB sering timbul pada musim hujan,terutama apabila hujan disertai angin kencang, yang berperan dalam penularan dan penyebaran patogen (Ou1985, Suparyono et al. 2003). Pertanaman yang diairisecara terus-menerus membentuk kondisi lingkungan yang menyebabkan penyakit berkembang lebih baik.Begitu pula tanaman yang terlalu rapat, sangat mendukung perkembangan penyakit (Sudir et al. 2002,Sudir 2011). Pertanaman dengan jarak tanam rapat selainmenciptakan kondisi lingkungan dengan kelembapan tinggi juga akan mempermudah penularan dari satutanaman ke tanaman lain. Terjadinya pergesekanantardaun yang sudah terinfeksi dengan daun yang masihsehat akan mempercepat terjadinya infeksi patogen (Ou1985, Sudir 2011).

F. TEKNOLOGI PENGENDALIANUntuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan pengendalian secara terpadu. Pengendalian terhadap satu jenis hama dapat menimbulkan populasi yang asalnya tidak penting. Ledakan ganjur di Pantai Utara Jatiluhur pada tahun 1970an diduga karena gencarnya penyemprotan pestisida dari udara sejak 1968. Beberapa insektisida ternyata sangat toksik terhadap banyak fauna, termasuk musuh alami yang populasinya tertekan, sehingga populasi hama terus bertambah dan berubah menjadi hama yang resisten terhadap insektisida yang bersangkutan. Beberapa insektisida bukan saja berspektrum luas (broad spectrum) tetapi juga memicu perkembangan populasi (resurjensi). Hal tersebut terjadi pada wereng coklat, sehingga melahirkan Inpress No. 3 th 1986, tentang larangan 57 jenis insektisida. Adopsi varietas tahan adalah cara pengendalian yang paling aman terhadap lingkungan. Namun jika satu varietas tahan ditanam secara terus-menerus pada areal luas yang akan menyebabkan perubahan biotipe hama atau ras patogen penyakit. Untuk wereng coklat, perubahan biotipe menuju yang lebih ganas berlangsung sangat cepat, sebab kebanyakan varietas tahan diatur oleh gen monogenik. Tekanan terhadap populasi wereng sangat tinggi sehingga cepat berubah menjadi biotipe yang lebih virulen. Wereng hijau cepat beradaptasi dengan varietas baru sehingga dalam beberapa waktu musim tanam, varietas yang semula tidak tertular tungro menjadi rentan tungro, karena sifat ketahanan yang dimiliki adalah tahan wereng hijau. Varietas tahan blas cepat sekali menjadi rentan, karena ras blas di lapang cepat berubah dan menyesuaikan diri dengan varietas yang baru diintrodaksi. Luasnya pertanaman IR64 menyebabkan varietas ini diinfeksi parah oleh bakteri hawar daun. Dengan demikian diketahui bahwa pengendalian hama dan penyakit tidak bisa mengandalkan satu cara pengendalian.Teknologi yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama penyakit padi telah banyak dihasilkan. Namun tidak semua teknologi tersebut dapat diterap-kan pada satu atau semua jenis hama penyakit pada berbagai agroekosistem padi. Berikut diuraikan komponen teknologi pengendalian yang telah dihasilkan di Indonesia untuk mengendalikan hama penyakit padi.

Varietas TahanVarietas tahan yang telah dirakit untuk padi sawah adalah varietas tahan wereng coklat, penyakit tungro dan hawar daun bakteri (Suprihatnoet al. 2006). Untuk padi lahan kering hanya tersedia varietas tahan penyakit blas. Sumber gen tahan dari beberapa tetua yang tahan terhadap wereng coklat, wereng hijau, penyakit tungro, penyakit hawar daun bakteri dan penyakit blas telah diketahui, Ketahanan varietas padi diseleksi dengan menggunakan cara yang baru. BukuStandard Evaluation System(SES)For Rice(IRRI 1996) digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan varietas di rumah kaca atau di lapang.Varietas Tahan HamaVarietas tahan wereng coklat yang dilepas disebut dengan varietas unggul tahan wereng coklat (VUTW) dan varietas tahan wereng hijau (Suprihatnoet al. 2006). Varietas tahan wereng coklat dirakit dengan menggunakan tetua yang sudah diketahui gen ketahanannya, seperti gen tahan Bph1 (Mudgo, IR26), bph2 (ASD7), bph3 (Rathu Heenati, PTB33), dan bph4 (Babawe) (Baehaki 1999). Varietas tahan wereng hijau dikelompokkan berdasarkan sumber gen tetua tahannya menjadi T1, T2, T3, dan T4 (Samaet al. 1991). Gen tahan yang dimiliki oleh kelompok varietas T1, T2, T3, dan T4 berturut-turut adalah gen Glh1, Glh6, Glh5, dan Glh4.Varietas Tahan PenyakitVarietas tahan penyakit tungro dikelompokkan ke dalam varietas yang tahan terhadap wereng hijau sebagai penular (vektor) patogen, dan varietas yang tahan terhadap virus yang merupakan patogen penyebab penyakit tungro (Imbe 1991). Lima varietas tahan virus tungro yang telah dilepas adalah Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo (Widiarta dan Daradjat 2000). Varietas tahan penyakit hawar daun bakteri seperti Angke dan Code sudah lebih jelas sumber gen tahannya. Varietas Cirata paling peka dengan intensitas penularan penyakit blas mencapai 73,8%. Varietas lainnya seperti Way Rarem, Jatiluhur, dan Towoti, intensitas penularan blas lebih rendah.Wereng coklat, patogen blas, dan hawar daun bakteri memiliki kemampuan adaptasi yang cepat terhadap varietas tahan. Wereng coklat beradaptasi membentuk biotipe baru, sedangkan patogen penyakit membentuk ras/patotipe baru yang lebih ganas.Budi Daya/Pola TanamWaktu Tanam TepatTanam pada saat yang tepat dimaksudkan untuk membuat tanaman terhindar dari serangan pada stadia tanaman peka. Waktu tanam tepat digunakan untuk mengendalikan penyakit tungro (Samaet al. 1991). Tanaman padi diketahui peka terhadap infeksi virus tungro pada saat berumur kurang dari satu bulan setelah tanam. Dengan mengamati pola fluktuasi populasi wereng hijau dan intensitas penularan tungro sepanjang tahun, akan diketahui saat-saat ancaman paling serius tertular penyakit tungro. Waktu tanam diatur agar pada saat ancaman tungro serius, tanaman sudah berumur lebih dari satu bulan. Waktu tanam tepat tidak efektif mengendalikan penyakit tungro di daerah dengan pola tanam tidak serempak seperti di Bali.Tanam SerempakTanam serempak dapat memperpendek waktu keberadaan sumber inokulum atau waktu perkembangbiakan. Tanam serempak mengurangi sumber tanaman sakit dan membatasi waktu berkembang biak vektor penular patogen. Waktu tanam serempak berhasil mengendalikan luas penularan tungro di Sulawesi Selatan. Di daerah tanam serempak, tikus hanya mempunyai waktu berkembang biak sekali dalam satu musim tanam, yaitu menjelang stadia primordia. Untuk mengurangi penularan penyakit tungro, tanaman serempak dianjurkan minimal untuk luasan 20 ha berdasarkan gradasi penyebaran penyakit (disease gradient) dari satu sumber inokulum (Widiartaet al. 1997a). Untuk tikus minimal 40 ha berdasarkanhalow effect,yaitu areal yang dapat diproteksi dari serangan tikus oleh satu unittrap barrier systems(TBS) (Sudarmaji 2007).SanitasiSerangga atau patogen penyebab penyakit dapat berkembang pada gulma, singgang, dan bibit padi yang tumbuh dari ceceran gabah saat panen (voluntir) pada saat tidak ada tanaman padi. Wereng coklat hanya dapat berkembang dengan baik pada tanaman padi, singgang, dan voluntir. Wereng hijau spesiesN. virescensyang paling efisien sebagai vektor virus-virus tungro juga dapat melengkapi siklus hidupnya dengan baik hanya pada tanaman padi. Perkembangan wereng hijau spesies lainnya sepertiN. nigropictusdanN. malayanuslebih baik pada gulma. Virus tungro di samping dapat menginfeksi padi, juga bisa menginfeksi gulma (Anjaneyuluet al. 1988, Yulianto dan Hasanuddin 1997).Tabur Benih LangsungUntuk menanam benih padi langsung (tabela), petakan sawah dibersihkan dan diratakan terlebih dahulu sebelum benih ditebar. Dengan demikan, inokulum tungro telah berkurang pada awal pertumbuhan tanaman. Tabela akan lebih efektif mengurangi perkembangan tungro bila tanam serempak minimal 20 ha. Tabela yang tidak serentak dalam hamparan akan menjadikan tanaman padi yang ditanam paling lambat mendapat akumulasi vektor maupun maupun inokulum tungro. Petani di beberapa daerah di Sulawesi Selatan telah mempraktekkan tabela, namun karena waktu tabur yang tidak bersamaan, maka penularan tungro tetap meluas.Jarak TanamSebaran tanaman diatur dalam jarak tanam. Jarak tanam padi ada dua jenis, yaitu jarak tanam sama sisi (tegel) dan jarak tanam yang setiap 2-4 baris tanaman dibiarkan kosong satu baris yang populer disebut tanam jajar legowo. Tanam jajar legowo menyebabkan kondisi iklim mikro di bawah kanopi tanaman kurang mendukung perkembangan patogen. Pada tanaman padi jajar legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah antarrumpun, sehingga penyebaran tungro terbatas (Widiartaet al. 2003). Tikus lebih senang merusak tanaman padi yang berada di tengah petakan, pada pertanaman jajar legowo, semua tanaman berada di pinggir, sehingga tikus kurang betah tinggal di petakan demikian. Penularan penyakit hawar daun bakteri juga berkurang pada pertanaman padi jajar legowo.Pemupukan BerimbangPemupukan berimbang dimaksudkan memberikan nutrisi makro yang dibutuhkan, khususnya nitrogen, sesuai dengan kebutuhan tanaman, sedangkan pupuk fosfat (P) dan kalium (K) berdasarkan kondisi hara tersebut di dalam tanah. Pemupukan berimbang disebut juga pemupukan spesifik lokasi, karena anjuran takaran pupuk yang berbeda antarlokasi bergantung pada kebutuhan tanaman akan hara dan hara yang tersedia. Kebutuhan tanaman akan unsur nitrogen dapat diketahui dengan bagan warna daun (BWD), sedangkan status hara P dan K dapat diketahui dengan perangkat uji tanah sawah. Penetapan kebutuhan unsur makro dapat juga diestimasi dengan petak omisi. Pemupukan dengan urea yang berlebihan menyebabkan tanaman disukai oleh wereng coklat dan oleh beberapa jenis penyakit seperti hawar daun bakteri (Suparyonoet al. 1990).PengairanRegim air di permukaan petakan sawah mempengaruhi kelembaban di bawah kanopi. Nimfa wereng coklat tidak dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban di bawah kanopi kurang dari 60% (Isichaikulet al. 1994). Pengeringan sawah dapat meningkatkan kematian nimfa wereng coklat. Akan tetapi, bila tanaman padi tertular penyakit tungro, pengeringan sawah akan mendorong wereng hijau untuk berpindah tempat. Pengeringan sawah yang terkena tungro akan mempercepat penyebaran penyakit (Widiartaet al. 2003). Dengan demikian, dampak pengairan terhadap serangan hama penyakit sangat bergantung pada jenisnya.Pergiliran VarietasPergiliran varietas akan memperpanjang masa ketahanan varietas terhadap wereng coklat, wereng hijau, atau penyakit yang disebabkan oleh patogen yang mudah berubah ras/patotipenya. Dengan demikian, tekanan terhadap frekuensi seleksi akan berkurang. Varietas tahan wereng hijau dikelompokkan berdasarkan sumber tetua tahan. Varietas tahan wereng coklat dikelompokkan berdasarkan ketahanannya terhadap biotipe tertentu. Varietas digilir antarmusim tanam dan berdasarkan status biotipe. Begitu pula pergiliran varietas untuk pengendalian wereng coklat, dilakukan berdasarkan status biotipe. Di masa mendatang, selain pergiliran varietas, prospek pertanaman multivarietas (mosaik),strip planting,maupun campuran varietas perlu dikaji untuk mengurangi tekanan seleksi. Dari kedua teknik tersebut, pertanaman multivarietas danstrip plantingsecara teknis lebih mudah diterapkan. Pertanaman padi gogo di Lampung dengan menggunakan 3-5 varietas ternyata dapat menekan serangan blas, sehingga hasil panen mencapai 5,14 t/ha selama tiga musim tanam dari MH 2002/03 sampai MH 2004/05Rotasi Padi dengan PalawijaTanam berurutan padi dan palawija akan memutus siklus hama seperti wereng coklat dan wereng hijau, karena kedua hama tersebut hanya tumbuh dengan baik pada tanaman padi. Beberapa musuh alami memiliki inang atau mangsa jenis hama padi maupun palawija. Pertanaman palawija setelah padi yang disebut integrasi tanaman padi palawija memberikan tempat berlindung bagi musuh alami saperti laba-laba (Baehakiet al.2007). Perkembangan musuh alami biasanya lebih lambat dari hama pada stadia awal tanaman padi. Adanya tempat berlindung dan sumber mangsa selama tidak ada tanaman padi di lapang akan meningkatkan populasi musuh alami pada stadia awal tanaman padi.Pengendalian secara FisikLampu PerangkapBanyak jenis serangga seperti wereng, penggerek batang, ganjur, lembing batu tertarik cahaya, sehingga berkumpul di sekitar cahaya lampu. Apabila di bawah lampu diletakkan cawan penampung air, serangga yang tertarik terhadap cahaya lampu akan terperangkap di dalam tempat cawan tersebut (Hendarsihet al. 2000). Kematian serangga yang terperangkap dapat dipercepat dengan menambahkan insektisida atau diterjen pada air perangkap .

Pagar Plastik, Bubu Perangkap dan Tanaman PerangkapPagar plastik telah biasa dipakai oleh petani untuk melindungi pesemaian dan tanaman padi. Pagar plastik hanya berfungsi menghalangi atau mengarahkan masuk ke bubu perangkap. Pagar plastik tidak mengurangi populasi tikus tetapi berfungsi sebagai pengendali populasi apabila dilengkapi dengan bubu perangkap.Bubu perangkap digunakan untuk menangkap tikus hidup, menggunakan prinsip bubu untuk menangkap ikan pada lubang masuk yang menghalangi tikus untuk keluar. Bubu perangkap digunakan satu paket dengan pagar plastik dan tanaman perangkap yang disebut TBS (Sudarmaji 2007). Satu unit TBS dapat melindungi pertanaman seluas 40 ha, bila tidak ada migrasi tikus dari luar.Tanaman perangkap salah satu paket dalam TBS yang merupakan banyak digunakan untuk menarik tikus. Tikus diketahui paling tertarik pada fase reproduktif. Agar perangkap berfungsi sebagai perangkap, tanaman harus ditanam lebih awal dari tanaman padi lain di hamparan. Tanaman padi aromatik lebih menarik tikus, tapi lebih kuat daya tarik tanaman yang telah memasuki fase primordia, baik yang aromatik maupun yang bukan aromatik.Perangkap lekatSelain cahaya, warna dan feromon juga dapat digunakan sebagai penarik serangga. Perangkap lekat adalah lem yang dilumurkan pada kertas warna atau tempat meletakkan dispenser feromon penarik serangga (Hendarsihet al. 2000). Perangkap lekat lebih banyak digunakan untuk estimasi kepadatan populasi daripada pengendalian hama padi dan untuk mengestimasi populasi hama yang sulit dilihat tanpa menggunakan alat pembesar seperti thrips atau tungau.

Pengendalian secara BiologiParasit/ParasitoidParasit adalah arthropoda yang seluruh fase pertumbuhannya dilalui pada inang. Parasit ada yang tumbuh di dalam atau di luar inang. Parasitoid adalah parasit yang hanya pada fase nimfa/larva hidup pada inangnya, sedangkan pada fase imagonya hidup di luar inang dari madu atau tepung sari (DeBachet al. 1971). Jenis parasitTrichogrammatelah dikembangkan dan dapat dibiakkan secara massal pada inang alternatifnya, untuk mengendalikan penggerek batang padi.PatogenPatogen menginfeksi serangga (entomopathogent) sampai mati. Tiga jenis patogen serangga yaitu jamur, bakteri, dan virus. Patogen dari jenis jamur yang dapat diperbanyak untuk mengendalikan wereng coklat, wereng hijau, dan lembing batu adalahMetarhiziumdanBeuveria(Widiarta dan Kusdiaman 2002 Baehaki dan Kertohardjono 2003).Patogen dari jenis virus (nucleus poly-hydrosis virus=NPV) dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak (Arifinet al.2005).PredatorPredator mematikan serangga dengan cara memakan (menggigit-mengunyah) adalah dari jenis laba-laba, dan yang mengisap adalah dari jenis kepik. Jenis predator yang diandalkan untuk mengendalikan wereng adalah dari jenis laba-laba (Lycosa), dan kepik (Cyrtorhinus, Microvelia). Laba-laba sulit dibiakkan secara massal karena sifatnya yang kanibal. Predator dari jenis kepik dapat diperbanyak, sehingga dapat dilepas dengan teknik inundasi. Walaupun demikian, disarankan untuk mengkonservasi bila ingin meningkatkan peran predator (Widiartaet al. 2001). Predator ini dapat dikonservasi dengan rotasi padi dengan palawija, menaruh mulsa jerami pada pematang atau membersihkan pematang setelah tanaman umur 1 bulan atau secara selektif bagi gulma yang berfungsi sebagai inang alternatif saja.Pengendalian secara KimiawiFeromonSerangga betina dewasa berkomunikasi dengan jantan dewasa menggunakan eksresi bahan kimia dari tubuh yang disebut feromon. Feremon sangat spesifik, hanya untuk spesies yang sama. Serangga betina mengekresikan feromon untuk menarik serangga jantan. Feromon akan menuntun jantan untuk menemukan betina. Karena sifatnya yang dapat menarik serangga jantan, feromon dapat digunakan untuk menangkap massal serangga jantan atau untuk mengacaukan proses perkawinan. Penggunaan feromon buatan mengecoh serangga jantan sehingga mengacaukan perkawinan. Karena itu kopulasi alami tidak terjadi atau terganggu (mating disruption). Feromon hama padi yang telah teridentifikasi adalah untuk tiga spesies penggerek batang (Hendarsihet al. 2000).Pestisida NabatiEkstrak tanaman tembakau dan akar tuba dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Tanaman lain yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah nimba dan sambilata (Mariappanet al. 1983 Widiartaet al. 1997). Bahan nabati yang dapat digunakan untuk mengendalikan keong (molukisida nabati) adalah rerak, ekstrak biji teh.

FungisidaFungisida digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit tanaman padi lebih berkembang dibandingkan dengan bakterisida untuk mengendalikan penyakit padi yang disebabkan oleh bakteri (Sudir dan Suparyono 1999).Pestisida SintetisInsektisida sintetis paling dikenal dan digunakan secara luas untuk mengendalikan hama serangga. Insektisida diandalkan untuk menekan populasi dalam waktu yang relatif singkat, petani sangat menyukainyasehingga, penggunaan pestisida tidak rasional.Penggunaan insektisida yang tidak rasional dapat menyebabkan hama lebih tahan (resisten) terhadap insektisida, bahkan populasinya bertambah setelah aplikasi (resurjen) (Chelliahet al. 1980). Untuk membunuh serangga yang telah tahan, diperlukan dosis yang lebih tinggi. Resurjen terjadi karena perubahan fisologis serangga sehingga keperidiannya meningkat, atau secara ekologis karena musuh alaminya berkurang.RodentisidaRodentisida digunakan untuk meracuni tikus, diformulasi dalam bentuk yang telah dicampur dengan umpan atau terpisah (Sudarmaji 2007). Daya racun rodentisida ada yang dapat langsung mematikan tikus (racun akut) pada saat memakan dan ada yang perlu waktu beberapa hari untuk mematikan tikus (antikuagulan).

FumiganBahan kimia dalam bentuk uap atau asap digunakan untuk membunuh hama atau serangga di gudang penyimpanan atau tikus dalam lubang. Untuk menghembuskan asap ke dalam lubang tikus digunakan alat yang disebut emposan (Sudarmaji 2007).MonitoringPengamatan perkembangan hama atau penyakit sangat membantu dalam penetapan langkah pengendalian yang tepat waktu, tepat sasaran, efektif, dan efisien. Sebagai indikator perkembangan hama penyakit dikembangkan ambang kendali atau ambang ekonomi. Ambang kendali atau ambang ekonomi adalah kepadatan populasi atau tingkat serangan hama penyakit yang apabila tidak di kendalikan akan menyebabkan kerusakan pada tanaman padi yang secara ekonomi berarti. Ambang kendali/ekonomi beberapa hama penyakit padi tercantum pada Tabel 2.Hama penyakit dapat dimonitor secara visual, yaitu kepadatan populasi, kelompok telur, gejala penyakit, dan luas serangan. Populasi dan uji tertentu diamati sesuai dengan kekhasan hama penyakit. Populasi penggerek batang dapat diamati dengan menggunakan lampu perangkap atau perangkap feromon. Wereng coklat terkoreksi dihitung berdasarkan rasio kepadatan populasi wereng coklat dan musuh alaminya. Kepadatan populasi wereng hijau diamati dengan menggunakan jaring serangga, 20 kali ayunan tunggal. Tanaman terinfeksi virus diamati dengan uji iodium. Dari perkalian kepadatan populasi wereng hijau dan persentase bibit terinfeksi diperoleh indeks tungro. Skala gejala penyakit blas > 5 apabila luas gejala penyakit telah melebihi 26% dari luas permukaan daunKarantinaPeraturan karantina bertujuan untuk mencegah masuknya organisme penggangu tanaman karantina (OPTK) dari wilayah sebaran asal ke daerah baru yang belum dijumpai OPTK tersebut. Pengendalian masuknya OPTK diatur dalam suatu peraturan karantina, sehingga karantina disebut pengendalian dengan peraturan (Horn, 1988). Indonesia memiliki Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, di samping Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Karantina hanya akan efektif bila aturan ditegakkan dan dipatuhi.Masuknya OPTK padi secara legal adalah melalui tukar menukar plasma nutfah dan perdagangan. Secara ilegal dapat masuk melalui kemasan, pencurian plasma nutfah, dan perdagangan ilegal. Pada tahun 2007 pemerintah berupaya meningkatkan produksi padi setara dengan 2 juta ton beras dan untuk tahun berikutnya peningkatan produksi ditargetkan 5% sampai dengan tahun 2009. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mengembangkan padi hibrida pada areal seluas135.000 ha. Masalah pengembangan padi hibrida adalah penyediaan benih F1. Produksi benih F1 hibrida di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain, hasil tertinggi yang dicapai 2 t/ha. Untuk memenuhi kebutuhan benih diperlukan waktu dan perencanaan yang matang. Apabila pengembangan hibrida pada areal seluas yang diingingkan secepatnya maka waktu menjadi pembatas, pemenuhan kebutuhan benih tidak akan dapat dipasok dari dalam negeri. Penyakit tanaman padi yang ada di negara produsen benih di Cina tapi tidak dijumpai di Indonesia salah satunya adalah kerdil kuning (yellow dwarf), yang disebabkan oleh virus, dibantu penyebarannya oleh wereng hijau spesiesNephotettix cincticeps. Dengan demikian di impor benih padi hibrida perlu dengan ekstra hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA BPP Paiton, 2011. Pengendalian Penyakit Hawar Daun. www.bpppaiton.blogspot.com. Akses 25 Mei 2015. Badan Pusat Statistik, 2009. Sulawesi Utara Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik, Manado.

BB Padi, 2013. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi secara terpadu http://daunhijau.com/2013/02/pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman-padi-secara-terpadu/ Akses 28 Mei 2015.

Balai Pengendalian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah, 2011. Corynebacterium. www.laboratoriumphpbanyumas.com. Akses 25 Mei 2015

Dahyar, A.R., dan Ayu, K.P., 2010. Efektivitas Bakteri Antagonis Corynebacterium sp terhadap Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc) Pada Tanaman Padi. www.pepfi-komdasulsel.org. Akses 26 Mei 2015.

Hanudin, W.N., Silvia, E., Djatnika, I., Marwoto, B., 2010. Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Corynebacterium Non Patogenik Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Pada Krisan. www.hortikultura.litbang.deptan.go.id. Akses 27 Mei 2015.

Manik, C.A., Uji Efektivitas Corynebacterium dan Dosis Pupuk K terhadap Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) Pada Padi Sawah (Oriza sativa L) di Lapangan. www.repository.usu.ac.id. Akses 27 Mei 2015.

Prakoso, P.S., 2011. Penyakit Hawar Daun Pada Padi. www.prokosoisme.blogspot.com. Akses 27 Mei 2015.

Saranga,A.P., Fatahuddin, Roswita,J., 2010. Kajian Tentang Pengetahuan dan Tindakan Petani Dalam Pengelolaan Hama Tikus Pada Pertanaman Padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Fitomedika 7 (1) : Hal 37-45.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyeleseikan Tugas , dengan judul Xantomonas Compestris pv. Oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri pada tanaman PadiPada kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.Dalam penyusunan Laporan Tugas ini penulis menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan dengan sepenuh hati.Akhir kata penulis ucapkan semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam Pembuatan Tugas ini akan mendapat balasan Amal dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamin

Penulis

i

TUGASDASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Xantomonas Compestris pv. Oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri pada tanaman Padi

DISUSUN OLEH:ALFIKRI

JURUSAN PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI(UNIKS)2015

27