arsitektur perilaku territory(1)

11
Arsitektur Perilaku : Territory Tinjauan teori Sebagai awal teori teritori yang digunakan dalam desain ruang publik, pertama kali teori dikembangkan oleh Altman seorang pakar masalah perilaku. Awalnya dia mengembangkan teori ”Behaviour Constraint ” atau yang biasa disebut dengan teori hambatan perilaku. Premis asar teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau yang tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya seseorang atau kelompok merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang terjadi. Hal tersebut menjadi awal terbentuknya teori dan konsep teritori pada desain lingkungan. Selanjutnya menurut Altman ( dalam gifford. 1987), bahwa privasi merupakan konsep yang terdiri dari tiga dimensi : 1. Privasi merupakan proses pengontrolan boundary, artinya pelanggaran terhadap boundary ini merupakan sebuah pelanggaran. 2. Privasi dilakukan dalam upaya memperoleh optimalisasi, artinya seseorang atu kelompok yang memisahkan diri dari orang lain atau keramaian bukan untuk menghindar, tetapi

Upload: mulia-safrina

Post on 11-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Arsitektur Perilaku Territory(1)

Arsitektur Perilaku : Territory

Tinjauan teori

Sebagai awal teori teritori yang digunakan dalam desain ruang publik, pertama kali

teori dikembangkan oleh Altman seorang pakar masalah perilaku. Awalnya dia

mengembangkan teori ”Behaviour Constraint ” atau yang biasa disebut dengan teori

hambatan perilaku. Premis asar teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau yang

tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas

pemrosesan informasi. Akibatnya seseorang atau kelompok merasa kehilangan

kontrol terhadap situasi yang sedang terjadi. Hal tersebut menjadi awal terbentuknya

teori dan konsep teritori pada desain lingkungan.

Selanjutnya menurut Altman ( dalam gifford. 1987), bahwa privasi merupakan

konsep yang terdiri dari tiga dimensi :

1. Privasi merupakan proses pengontrolan boundary, artinya pelanggaran terhadap

boundary ini merupakan sebuah pelanggaran.

2. Privasi dilakukan dalam upaya memperoleh optimalisasi, artinya seseorang atu

kelompok yang memisahkan diri dari orang lain atau keramaian bukan untuk

menghindar, tetapi lebih merupakan suatu kebutuhan untuk mencapai kebutuhan

tertentu.

3. Privasi merupakan proses multi mekanisme, artinya ada banyak cara orang

melakukan privasi baik melalui ruang personal, teritorial, komunikasi verbal dan

non verbal.

Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah untuk mencapai privasi yang optimal

yang diupayakan dengan menyusun kembali setting fisik atau pindah kewilayah lain.

Irwin Altman menyatakan bahwa :

Page 2: Arsitektur Perilaku Territory(1)

A territory is a delimited space that a person or a group uses and defends as an

exclusive preserve. It involves psychological identification with a place, symbolizedby

attitudes of possessiveness and arrangement of objects in the area. Territorial

behaviour is a self-other boundary regulation mechanism that involves

personalization of or marking a place or object and communication that it is owned

by a person or group.

Definisi diatas menyatakan karakter dasar dari suatu teritori yaitu tentang

1. Kepemilikan dan tatanan tempat.

2. Personalisasi atau penandaan wilayah.

3. Aturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan

4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar sampai

kepuasan kognitif dan kebutuhan estetika

Berdasar teorisasi tersebut diletakkan dasar pengertian sekaligus batasan definisi

tentang tempat privat dan tempat public Place pada pernyataan di atas menunjuk

pada ruang dalam konteks perilaku lingkungan yang dinyatakan dengan adanya

batas fisik yang dibangun melingkupi suatu ruang ( terkadang dengan tujuan untuk

membatasi gerak, pandangan atau suara ). Ruang juga ditandai (sebagai batasan)

oleh perilaku organisme yang diwadahinya. Pertahanan atas serangan terhadap

territorial hendaknya tidak dibaca secara harfiah. Karakter perilaku keruangan dalam

suatu ruangan bisa sangat beragam namun ada satu kesamaan mendasar yang

disebut ‘teritoriality’.

Manusia berakal mendudukkan teritory sebagai wilayah kekuasaan dan pemilikan

yang merupakan organisasi informasi yang berkaitan dengan identitas kelompok.

( sebagai contoh adalah pernyataan ‘apa yang kita punya’ dan ‘apa yang mereka

punya’).

Page 3: Arsitektur Perilaku Territory(1)

Irwin Altman (1975) membagi teritori menjadi tiga kategori dikaitkan dengan

keterlibatan personal, involvement, kedekatan dengan kehidupan sehari hari individu

atau kelompok dan frekuensi penggunaan.

Tiga kategori tersebut adalah primary,secondary dan public territory.

Primary territory, adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif,

disadari oleh orang lain, dikendalikan secara permanen, serta menjadi bagian utama

dalam kegiatan sehari-hari penghuninya.

Secondary territory, adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara

eksklusif oleh seseorang atau sdekelompok orang mempunyai cakupan area yang

relatif luas, dikendalikan secara berkala.

Public territory, adalah suatu area yang digunakan dan dapat diamsuki oleh

siapapun akan tetapi ia harus mematuhi norma-norma serta aturan yang berlaku di

area tersebut.

Ketiga kategori tersebut sangat spesifik dikaitkan dengan kekhasan aspek kultur

masyarakatnya. Kalau merujuk pada batasan diatas maka yang disebut dengan

tempat privat adalah setara dengan primary teritory sedangkan tempat publik setara

dengan public territory.

Dalam terminologi perilaku , hal diatas berkaitan dengan apa yang disebut sebagai

privacy manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Edney (1976). Type dan derajat

privacy tergantung pola perilaku dalam konteks budaya, dalam kepribadiannya serta

aspirasi individu tersebut.

Penggunaan dinding, screen, pembatas simbolik dan pembatas teritory nyata, juga

jarak merupakan mekanisme untuk menunjukkan privacy.

Konsep privasi dan teritorial memang terkait erat. Namun definisi privasi lebih

ditekankan pada kemampuan individu atau kelompok untuk mengkontrol daya

Page 4: Arsitektur Perilaku Territory(1)

visual, auditory, dan olfactory dalam berinteraksi dengan sesamanya. Dalam arti

konsep privacy menempatkan manusia sebagai subyeknya bukan tempat /place

yang menjadi subyeknya

Tiap individu mempunyai perbedaan perilaku keruangannya. Perbedaan ini

merefleksikan perbedaan pengalaman yang dialami dalam pengelolaan perilaku

keruangan sehubungan dengan fungsinya sebagai daya proteksi dan daya

komunikasi. Yang menyebabkan perbedaan tanggapan ini antara lain jenis kelamin,

daya juang, budaya, ego state, status sosial, lingkungan, dan derajat kekerabatan

(affinity) sebagai sub system perilaku. Lebih jauh hal ini akan menentukan kualitas

dan keluasan personal space yang dimiliki tiap individu ( disamping tentu saja

adanya pengaruh schemata, afeksi, perilaku nyata, pilihan tiap individu).

Seperti yang telah dikemukan, bahwa pada konsep pendekatan perilaku dalam

desain ruang publik, teritorialitas merupakan hal yang sangat mempengaruhi

perilaku pada ruang publik, karena pembentukan teritori yang lebih luas dari individu

atau kelompok akan menyangkut pula pada hak teritorial individu atau kelompok

lainnya. Hal tersebut sering kali membuat terjadinya masalah diruang publik, hingga

dalam desain ruang publik harus betul-betul memperhatikan dan menekankan

desain pada perilaku teritorialitas.

Teritori interaksi ditujukan untuk sebuah daerah yang secara temporer dikendalikan

oleh sekelompok orang yang berinteraksi. Sementara teritori badan dibatasi oleh

badan manusia namun berbeda dengan ruang personal yang batasnya bukanlah

ruang maya melainkan kulit manusia.

1. Pelanggaran dan pertahanan teritori

Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai suatu invasi

ruang. Secara fisik seseorang memasuki teritori orang lain biasanya dengan

maksud mengambil kendali atas teritori tersebut.

Page 5: Arsitektur Perilaku Territory(1)

Bentuk kedua adalah kekerasan sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang

bersifat temporer atas teritori orang lain, biasanya hal ini bukan untuk menguasai

teritori orang lain melainkan suatu bentuk gangguan, seperti gangguan terhadap

fasilitas publik.

Bentuk ketiga adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang

lain dengan meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti sampah,

coretan atau merusaknya.

Pertahanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran teritori antara

lain :

1) Pencegahan seperti memberi lapisan pelindung, memberi rambu-

rambu atau pagar batas sebagai antisipasi terhadap bentuk

pelanggaran.

2) Reaksi sebagai respon terhadap terjadinya pelanggaran, seprti

menindak si pelanggar.

Pengaruh pada teritorialitas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori adalah karakteristik

personal seseorang, perbedaan situasional dan faktor budaya.

Faktor Personal

Faktor personal yang mempengaruhi karakteristik seseorang yaitu jenis

kelamin, usia dan kepribadian yang diyakini mempunyai pengaruh terhadap

sikap teritorialitas.

Faktor Situasi

Page 6: Arsitektur Perilaku Territory(1)

Perbedaan situasi berpengaruh pada teritorialitas, ada dua aspek situasi

yaitu tatanan fisik dan sosial budaya yang mempunyai peran dalam

menentukan sikap teritorialitas.

Faktor budaya

Faktor budaya mempengaruhi sikap teritorialitas. Secara budaya terdapat

perbedaan sikap teritori hal ini dilatar belakangi oleh budaya seseorang yang

sangat beragam. Apabila seseorang mengunjungi ruang publik yang jauh

berada diluar kultur budayanya pasti akan sangat berbeda sikap teritorinya.

Sebagai contoh seorang Eropa datang dan berkunjung ke Asia dan dia

melakukan interaksi sosial di ruang publik negara yang dikunjungi, ini akan

sangat berbeda sikap teritorinya.

2. Teritorialitas dan agresi

Salah satu aspek yang paling menarik dari teritorialitas adalah hubungan antara

teritori dan agresi. Walaupun tidak selalu disadari, teritori berfungsi sebagai

pemucu agresi dan sekaligus sebagai stabilisator untuk mencegah terjadinya

agresi. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan antara teritorialitas dan

agresi adalah status dari teritori tertentu ( apakah teritori tersebut belum

terbentuk secara nyata atau dalam perebutan, atau sudah tertata dengan baik ).

Ketika teritori belum terbentuk secara nyata, atau masih dalam perebutan agresi

lebih sering terjadi.

Apa akibatnya jika terjadi invasi teritori ?, Altman (1975), mengatakan bahwa

atribusi yang kita pergunakan untuk menilai suatu tindakan akan menentukan

respon terhadap invasi teritori tersebut hingga kita hanya akan merasakan suatu

tindakan agresi pada saat kita merasakan tidak orang lain yang kita anggap

mengancam. Kemudian secara umum kita memakai respon verbal, kemudian

memakai cara-cara fisik seperti memasang papan atau tanda peringatan.

Page 7: Arsitektur Perilaku Territory(1)

Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi,

dominasi, koordinasi dan kontrol.

Personalisasi dan penandaan.

Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau

menempatkan di lokasi strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas.

Seperti membuat pagar batas, memberi nama kepemilikan. Penandaan juga

dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori publik, seperti kursi di ruang

publik atau naungan.

Agresi.

Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin

keras bila terjadi pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan

pelanggaran yang terjadi diruang publik. Agresi bisa terjadi disebabkan

karena batas teritori tidak jelas.

Dominasi dan Kontrol.

Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan

suatu tatanan ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori

menjadi penting.

3. Teritori sebagai perisai perlindungan.

Banyak individu atau kelompok rela melakukan tindakan agresi demi melindungi

teritorinya, maka kelihatannya teritori tersebut memiliki beberapa keuntungan

atau hal yang dianggap penting. Kebenaran dari kalimat ” Home Sweet Home”,

telah diuji dalam berbagai eksperimen. Penelitian mengenai teritori primer,

skunder, dan publik menunjukkan, bahwa orang cenderung merasa memiliki

kontrol terbesar pada teritori primer, dibanding dengan teritori sekunder maupun

teritori publik. Ketika individu mempresepsikan daerah teritorinya sebagai daerah

Page 8: Arsitektur Perilaku Territory(1)

kekuasaannya, itu berarti mempunyai kemungkinan untuk mencegah segala

kondisi ketidak nyamanan terhadap teritorinya.

Seringkali desain ruang publik tidak memperhatikan kebutuhan penghuninya

untuk memanfaatkan teritori yang dimilikinya.

Contoh Kasus – Perumahan Puri Anjasmoro Blok O, Semarang.

Terdapat warga yang memiliki mobil lebih dari 1, padahal peruntukan lahan parker

untuk setiap rumah hanya 1 mobil. Akibatnya banyak mobil yang diparkir di bahu

jalan sehingga memotong luas jalan sehingga banyak jalan yang menjadi 1 arah. Hal

ini tentu saja tidak dapat dibenarkan karena peruntukan jalan yang digunakan tidak

sebagaimana mestinya sehingga merugikan masyarakat umum yang melintasi jalan.