arsitektur kebudayaan perahu kepulauan sunda kecil & maluku - paper.pdf

18
iii DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………….. ii Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii I Pendahuluan ……………………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1 1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………….………… 1 1.3 Manfaat Penulisan ……………………………………….………… 1 1.4 Metode Penulisan .............…………………………….………….. 2 II Pembahasan ……………………………………………………………..... 3 2.1 Rumah Adat Maluku........................……………………………… 3 2.2 Rumah Adat Sunda Kecil.. ……………………………………… 4 III Penutup…………………….................................…………………………. 14 3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14 Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. iv nusantaraknowledge.blogspot.com

Upload: nusantara-knowledge

Post on 01-Feb-2016

69 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii

I Pendahuluan ……………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………….………… 1

1.3 Manfaat Penulisan ……………………………………….………… 1

1.4 Metode Penulisan .............…………………………….………….. 2

II Pembahasan ……………………………………………………………..... 3

2.1 Rumah Adat Maluku........................……………………………… 3

2.2 Rumah Adat Sunda Kecil.. ……………………………………… 4

III Penutup…………………….................................…………………………. 14

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. ivnu

sant

arak

now

ledg

e.bl

ogsp

ot.c

om

Page 2: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah di Indonesia memiliki cirri dan karakter arisektur masing masing yang

membuat arsitektur di Indonesia sangat beragam. Dalam hal ini sebagai pokok bahasan

yaitu kebudayaan perahu di kepulauan Maluku dan Sunda Kecil juga terdapat ciri dan

karakter yang unik yang membuat rasa ingin tahu muncul dan berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tadi dalam penulisan paper ini dapat di rumuskan masalah yang akan

di bahas yaitu:

1. Bagaimana cirri atau karakter khas dari masing – masing daerah yaitu kebudayaan

perahu di Kepulauan Maluku dan Sunda Kecil.

2. Dasar atau filosofi apa yang mendasari perwujudan arsitektur di masing – masing

tempat tadi.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai

arsitektur nusantara terutama arsitektur Kebudaayaan Perahu di Kepulauan Maluku dan

Sunda Kecil, sehingga dapat dilestarikan dan dikembangkan selain untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Arsitektur Nusantara Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Udayana Smester Ganjil Tahun 2008.

1.4 Manfaat

1 Dapat mengetahui bagaimana ciri atau karakter khas dari masing – masing daerah

yaitu Kebudayaan Perahu di Kepulauan Maluku dan Sunda Kecil.

2 Dapat mengetahui dasar atau filosofi apa saja yang mendasari dari masing – masing

tempat tadi.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 3: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

2

1.5 Metode Penulisan

Metode dalam penulisan ini adalah:

a. Metode pengumpulan data atau telaah pustaka

Dalam pembuatan paper ini penulis menggunakan metode telaah pustaka dari

internet. Dengan adanya literatur litertur yang sesuai dengan pokok bahasan

pada paper ini, diharapkan penulisan paper ini dapat terarah dan mencapai

tujuan yang diinginkan.metode ini mengcu pada penggunaan buku dan jika

ada kekurangan pada buku tersebut akan di lengkapi dengan literatur dari

web–wep di internet

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 4: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 RUMAH ADAT MALUKU

Bangunan ini biasanya

berukuran lebih besar, dibangun

dengan bahan-bahan yang lebih

baik, dan dihias dengan lebih

banyak ornamen. Karena itu,

bangunan tersebut biasanya

sekaligus juga merupakan

landmark kampung atau desa

yang bersangkutan, selain mesjid atau gereja.Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat

seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku,

disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah memang berarti “balai bersama” organisasi rakyat

dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan

mengupayakan pemecahannya.

Bangunan ini

merupakan bangunan induk

Anjungan dengan sembilan

tiang di bagian depan dan

belakang, serta lima tiang di

sisi kiri dan kanan yang

merupakan lambang Siwa

Lima, simbol persekutuan

desa-desa di Maluku yang

telah ada sejak berabad-

abad yang lalu.Terdapat

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 5: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

4

tiga jenis baileo yaitu baileo yang lantainya dibangun di atas tiang, baileo yang lantainya

dibangun di atas batu semen dan baileo yang lantainya rata dengan tanah. Namun dari ketiga

macam baileo tersebut yang paling sering dan paling khas adalah baileo yang lantainya

dibangun di atas tiang. Baileo ini merupakan bangunan tidak berdinding yang dimaksudkan

agar roh-roh nenek moyang mereka bebas keluar masuk bangunan tersebut. Sedang lantai

baileo yang dibuat tinggi mempunyai makna bahwa tempat bersemayam roh-roh nenek

moyang lebih tinggi dari tempat berdiri mereka.

Pada bangunan ini terdapat hiasan yang menggambarkan dua ekor ayam berhadapan,

dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri kanan. Hiasan ini terdapat di ambang pintu

yang mengandung toh nenek moyang sebagai lambang kedamaian dan kesentosaan, karena

kehidupan dijaga oleh roh nenek moyang. Kemudian di bawah plang atap terdapt bulan,

bintang dan matahari dengan warna merah-kuning dan hitam. Hiasan ini merupakan lambang

kesiap-siagaan balai adat dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum adatnya. Pada bagian

bawah plang atap terdapt bulan, bintang dan matahari dengan warna merah-kuning dan hitam.

Hiasan ini merupakan lambang kesiap-siagaan balai adat dalam menjaga kutuhan adat beserta

hukum adatnya.

2.2 RUMAH ADAT SUNDA KECIL

2.2.1 NUSA TENGGARA BARAT

2.2.1.1 LOMBOK

Orang Sasak mengenal

beberapa jenis bangunan adat yang

dijadikan sebagai tempat tinggal dan

juga tempat penyelenggaraan ritual

adat dan ritual keagamaan.Maka kita

akan menemukan bahwa rumah adat

dibangun berdasarkan nilai estetika

dan local wisdom masyarakatnya.

Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 6: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

5

dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah

liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Pengetahuan

membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka. Seluruh bahan

bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat Sasak didapatkan dari

lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka

menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu

pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Dalam masyarakat Sasak,

rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan profan duniawi) secara bersamaan. Artinya,

rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga

juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari

keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah),

dan sebaginya.

a. Peralatan untuk Membangun Rumah

Peralatan yang harus dipersiapkan untuk membangun rumah, diantaranya adalah:

Kayu-kayu penyangga.

Bambu.

Bedek, anyaman dari bambu untuk dinding.

Jerami dan alang-alang, digunakan untuk membuat atap.

Kotaran kerbau atau kuda, sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.

Getah pohon kayu banten dan bajur.

Abu jerami, digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.

b. Waktu Pembangunan Rumah

Rumah mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Sasak, oleh karena itu

perlu perhitungan yang cermat tentang waktu, hari, tanggal dan bulan yang baik untuk

memulai pembangunannya. Untuk mencari waktu yang tepat, mereka berpedoman pada

papan warige yang berasal dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq. Oleh karena tidak

semua orang mempunyai kemampuan untuk menentukan hari baik, biasanya orang yang

hendak membangun rumah bertanya kepada pemimpin adat.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 7: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

6

Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun

rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul

Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga yang menentukan hari baik

berdasarkan nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling

dihindari (pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan bulan

Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, rumah yang

dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rizqi, dan

sebagainya.

c. Pemilihan Tempat

Selain persoalan waktu baik untuk memulai pembangunan, orang Sasak juga selektif

dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak

tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan

membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur,

dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan

membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dahulu

ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu

(maliq-lenget).

3. Bangunan Rumah Adat Suku Sasak

Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah

dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan

bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek),

hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi

menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa

tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya

jenazah sebelum dimakamkan.

Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan

makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 8: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

7

atau bisa empat persegi panjang. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk

dengan sistem sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga

anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah, dan

abu jerami.

Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam,

diantaranya adalah: Bale Tani, Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale

Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Nama bangnan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari

masing-masing tempat.

a. Bale Tani

Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang

berprofesi sebagai petani. Bale Tani berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan,

yaitu: satu ruang untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale).

Walaupun dalem bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi kamar tersebut tidak

digunakan sebagai tempat tidur. Dalem bale digunakan sebagai tempat menyimpan barang

(harta benda) yang dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan anggota

keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak (dapur), keluarga Sasak

membuat tempat khusus yang disebut pawon.

Fondasi bale tani terbuat dari tanah, Design atapnya dengan sistem jurai yang terbuat

dari alang-alang di mana ujung atap bagian serambi (sesangkok) sangat rendah, tingginya

sekitar kening orang dewasa. Dinding rumah bale tani pada bagian dalam bale terbuat dari

bedek, sedangkan pada sesangkok tidak menggunakan dinding. Posisi dalam bale lebih

tinggi dari pada sesangkok oleh karena itu untuk masuk dalam bale dibuatkan tangga (undak-

undak) yang biasanya dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri.

b. Bale Jajar

Bale jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi

menengah ke atas. Bentuk bale jajar hampir sama dengan bale tani, yang membedakan adalah

jumlah dalem balenya. Bale jajar mempunyai dua kamar (dalem bale) dan satu serambi

(sesangkok), kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju dapur

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 9: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

8

di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama, posisi tangga/pintu

koridornya terletak pada sepertiga dari panjang bangunan bale jajar.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bale jajar adalah tiang kayu, dinding bedek dan

alang-alang untuk membuat atap. Penggunaan alang-alang, saat ini, sudah mulai diganti

dengan menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya.

Bangunan bale jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang luas dan ditandai oleh

keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat penyimpanan kebutuhan rumah

tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan bale jajar ini bertengger sebuah bangunan kecil

(disebut berugaq atau sekepat) dan pada bagian belakangnya terdapat sebuah bangunan yang

dinamakan sekenam, bangunan seperti berugaq dengan tiang berjumlah enam.

c. Berugaq / Sekepat

Berugaq/sekepat mempunyai bentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa

dinding, penyangganya terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Berugaq

atau sekepat biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani.

Berugaq/sekepat ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan

tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai dari papan kayu atau bilah bambu

yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dengan ketinggian 40–50 cm di atas permukaan

tanah.

Fungsi dan kegunaan berugaq/sekepat adalah sebagai tempat menerima tamu, karena

menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq/sekepat

juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang

midang (melamar).

d. Sekenam

Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai

mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam

biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-

nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 10: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

9

e. Bale Bonter

Bale bonter merupakan bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki oleh para

perkanggo/Pejabat Desa, Dusun/kampong. Bale bonter biasanya dibangun di tengah-tengah

pemukiman dan atau di pusat pemerintahan Desa/kampung. Bale bonter dipergunakan

sebagai tempat pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah

pelanggaran hukum adat, dan sebagainya.

Bale bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan tempat menyimpanan benda-benda

bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale bonter berbentuk segi empat bujur sangkar,

memiliki tiang paling sedikit 9 buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi

dinding bedek sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai

nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna hitam.

f. Bale Beleq Bencingah

Bale Beleq Bencingah adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan. Bale

beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut

“Bencingah.” Adapun upacara kerajaan yang biasa dilakukan di bale Beleq Bencingah

diantaranya adalah:

Pelantikan pejabat kerajaan

Penobatan Putra Mahkota Kerajaan

Pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) Kerajaan

Sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti persenjataan

dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen-dokumen Kerajaan

Dan sebagainya.

g. Bale Tajuk

Bale tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang

memiliki keluarga besar. Bale tajuk berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah lima buah

dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 11: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

10

Rumah Adat Baru yang dipengaruhiArsitektur Makasar

sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan pelatihan macapat takepan, untuk menambah

wawasan dan tata krama.

h. Bale Gunung Rate dan Bale Balaq

Selain jenis bangunan yang telah disebut di atas, adapula jenis bangunan lain yang

dibangun berdasarkan kondisi-kondisi khusus, seperti bale gunung rate dan bale balaq. Bale

gunung rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan,

sedangkan bale balaq dibangun dengan tujuan untuk menghindari bencana banjir, oleh karena

itu biasanya berbentuk rumah panggung.

2.2.1.2 SUMBAWA

Arsitektur sumbawa

menggunakan struktur istana

dan sangat dipengaruhi oleh

arsitektur makasar, baik pada

perumahan bangsawan, maupun

perumahan rakyat biasa dan

terdiri dari banyak variasi lokal.

Peninggalan istana tua ( dalam

loka ) menghambat mode balla

lompoa di goa.

Karakteristiknya, bangunan

berdiri diatas tiang kayu, dinding kayu,

lantai kayu, atau kayu genting.

Dinding, tangga dan bagian - bagian

tertentu diukir dan ditonjolkan secara

megah.

Lingkungan alam selalu dikaitkan

dengan sebuah elemen yang penting

dan utama dalam arsitektur sumbawa.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 12: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

11

Dalam memilih lokasi untuk bangunan, tau sumbawa cendrung mengikatkan makna khusus

ada rinsi - rinsi pertahanan yang menguasai filosofi sumbawa.

Gaya bangunan - bangunan di tanah sumbawa mulai dari bangunan rumah, balai desa,

mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur tradisional dengan

empat persegi panjang dan model atau seperti perahu.

Bahkan, walaupun saat ini arsitektur moderen sudah memasuki dan kuat pengaruhinya

pada arsitektur sumbawa, filosofi dasarnya tetap saja dipertahankan. Kecuali ada penataan

ruang, lantai dan ornamen lainya.

2.2.2 NUSA TENGGARA TIMUR

2.2.2.1 SUMBA

Rumah adat orang Sumba

merupakan rumah panggung

dengan 3 fungsi. Bagian paling

atas yaitu pada atap berfunsi

sebagai lumbung (biasanya

jagung) dan juga untuk

menyimpan benda-benda pusaka.

Bagian tengah sebagai rumah

tinggal sedangakan bagian bawah

lantai digunakan sebagai kandang

ternak.Pada umumnya rumah

suku adat di sumba mempunyai

tanduk. Tanduk kerbau disini

fungsinya tidak jauh beda

dengan di daerah Toraja Yaitu

sebagai lambang status sosial di

masyarakat. Bangunan ini

mempunyai 4 tiang utama. Tiang

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 13: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

12

ini menggunakan kayu yang cukup besar bernama kayu “Masela“.Diluar rumah tempat

dipajang tanduk-tanduk kerbau yang berfungsi sebagai beranda yang digunakan untuk

berbagai aktifitas antara lain: ruang tamu, teras, dan sebagai tempat menenun kain para

wanitanya. Meskipun rumah ini memiliki ukuran yang cukup luas tetapi suasana ruangan

terasa gelap karena tidak ada cahaya yang bisa masuk ke ruangan.

Satu-satunya akses cahaya untuk bisa

masuk yaitu dari pintu. Pada bagian tengah

rumah terdapat sebuah dapur yang memilki

cerobong asap yang naik tepat di menara

atapnya. Karena pada bagian atap berfungsi

sebagai lumbung maka dengan adanya asap

dari dapur secara otomatis bahan makanan yg

disimpan akan awet dan tahan lama. Di

sekeliling dapur terdapat bale-bale dari bambu yang digunakan sebagai tempat tidur. Pada

sudut rumah tergantung bulu-bulu ayam yang merupakan bulu dari ayam yang dipotong pada

saat upacara adat. Selain bulu-bulu ayam tergantung juga, tulang babi, batu kramat, gong dari

kuningan, dsb. Seluruh bangunan ini tidak ada yang mengunakan material paku. Untuk

menghubungkan antar kayu digunakan akar tumbuhan menjalar yang dikeringkan dan juga

rotan.

2.2.2.2 FLORES

Rumah di desa tradisional

mengikuti pola berjajar dua berhadapan

dan berdinding daun. Batu yang di

tengah kampung merupakan batu

upacara keagamaan dengan bentuk altar

maupun sebagai kuburan nenek moyang

mereka dalam bentuk susunan batu.

Dalam melaksanakan pembangunan

rumah adat, pertama kali akan dilakukan musyawarah yang dipimpin oleh tetua adat untuk

memperoleh kesepakatan.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 14: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

13

Sehari sebelum upacara pembangunan rumah dimulai, masyarakat melangsungkan

upacara Maalaba yaitu penghormatan kepada tetua adat yang nantinya akan berperan dalam

proses pembangunan rumah. Upacara ini dilanjutkan dengan acara makan bersama. Dalam

pelaksanaan upacara dipersiapkan terlebih dahulu sesajian yang terdiri atas pisang, tebu, dan

seekor anak babi. Selanjutnya anak babi ditusuk dengan benda tajam dan darahnya

ditampung dalam wadah.

Darah tersebut kemudian dipercikan kepada bagian-bagian rumah agar roh-roh

leluhur memberkati pembangunannya dan mengusir roh-roh yang jahat. Anak babi kemudian

disembelih dan bagian-bagiannya diberikan kepada tetua adat untuk diperiksa apakah

terdapat tanda-tanda boleh atau tidaknya pembangunan rumah diteruskan. Setelah dinyatakan

boleh, kemudian anak babi tersebut dikuliti, dimasak dengan cara dibakar. Upacara

dilanjutkan dengan acara makan bersama sambil minum tuak. Dalam acara doa bersama,

mereka berharap mendapatkan restu dan petunjuk agar berhasil dalam membangun rumah

mereka.

Dalam bentuknya lebih miniatur, simbol bhaga atau ngadu dapat dilihat pada atap

rumah yang berstatus "rumah adat".

2.2.2.3 TIMOR

Dalam masyarakat

Timor, rumah disebut UMA

(Suku Bangsa Tetun), atau

UME (Suku Bangsa

Dawan). Rumah adat atau

Rumah Suku atau Rumah

Bernama (Rumah Bernas,

Berwibawa), disebut UMA

MANARAN, rumah yang

mempunyai nama. Gambar

tersebut menunjukan sebuah

contoh rumah adat Suku

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 15: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

14

Tetun, di Lahurus, pusat Kerajaan Tetun Tasifeto, belu, Pulau Timor.

Ketika sebuah UMA MANARAN memiliki

LAKASORU (bagian puncak atapnya dibalut

dengan ijuk dan diberi tanda XXXX, menandakan

bahwa ini adalah UMA METAN, artinya UMA

MANARAN KAU NAI (KAU MANEK) no KAU

BETE (Rumah Adat Tuan Putera dan Tuan Puteri

Raja).

Karakteristik Rumah Adat Timor :

• Disebut sebagai uma (rumah bulat)

• Memiliki diameter bulat

• Beratapkan ilalang kering yang tebal

• Berfungsi untuk melindungi keluarga dari

serangan hewan liar dan dinginnya malam

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 16: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ArsitekturNusantara

KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU

15

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gaya bangunan - bangunan di tanah Maluku dan Sunda Kecil mulai dari bangunan

rumah, balai desa, mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur

tradisional dengan empat persegi panjang dan model seperti perahu.

Bahan- bahan yang digunakan alami, dan kaitan antara bangunan dan filosofi sangat kuat

sehingga proses pembangunan tidak main-main.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 17: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

iv

DAFTAR PUSTAKA

/http://maluku_nasional.com/http://astudio.com/http://budayasundakecil.com/ http://www.budpar.go.id/filedata/3205_1059-31a20Indonesia20Raya1.pdf.http://e-course.usu.ac.id/content/teknik2/sejarah/textbook.pdf.http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/1412200795719_KEBUDAYAAN_SUKU_SUNDa_jadi_kok.doc.

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 18: ARSITEKTUR KEBUDAYAAN PERAHU KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU - PAPER.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis

dapat menyelesaikan Makalah berjudul “Kebudayaan Perahu di Kepulauan Maluku

dan Sunda Kecil” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka melengkapi mata kuliah Arsitektur Nusantara.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat di bidang

Arsitektur dan Budaya melalui pengetahuan tentang Kebudayaan Perahu.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan

rendah hati penulis menghargai segala saran dan kritik yang konstruktif dalam rangka

penyempurnaan lebih lanjut. Semoga Makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Oktober 2008

Penulis

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com