arsitektur kebudayaan perahu kepulauan sunda kecil & maluku - paper.pdf
TRANSCRIPT
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………….. ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii
I Pendahuluan ……………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………….………… 1
1.3 Manfaat Penulisan ……………………………………….………… 1
1.4 Metode Penulisan .............…………………………….………….. 2
II Pembahasan ……………………………………………………………..... 3
2.1 Rumah Adat Maluku........................……………………………… 3
2.2 Rumah Adat Sunda Kecil.. ……………………………………… 4
III Penutup…………………….................................…………………………. 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. ivnu
sant
arak
now
ledg
e.bl
ogsp
ot.c
om
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap daerah di Indonesia memiliki cirri dan karakter arisektur masing masing yang
membuat arsitektur di Indonesia sangat beragam. Dalam hal ini sebagai pokok bahasan
yaitu kebudayaan perahu di kepulauan Maluku dan Sunda Kecil juga terdapat ciri dan
karakter yang unik yang membuat rasa ingin tahu muncul dan berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tadi dalam penulisan paper ini dapat di rumuskan masalah yang akan
di bahas yaitu:
1. Bagaimana cirri atau karakter khas dari masing – masing daerah yaitu kebudayaan
perahu di Kepulauan Maluku dan Sunda Kecil.
2. Dasar atau filosofi apa yang mendasari perwujudan arsitektur di masing – masing
tempat tadi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
arsitektur nusantara terutama arsitektur Kebudaayaan Perahu di Kepulauan Maluku dan
Sunda Kecil, sehingga dapat dilestarikan dan dikembangkan selain untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Arsitektur Nusantara Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Udayana Smester Ganjil Tahun 2008.
1.4 Manfaat
1 Dapat mengetahui bagaimana ciri atau karakter khas dari masing – masing daerah
yaitu Kebudayaan Perahu di Kepulauan Maluku dan Sunda Kecil.
2 Dapat mengetahui dasar atau filosofi apa saja yang mendasari dari masing – masing
tempat tadi.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
2
1.5 Metode Penulisan
Metode dalam penulisan ini adalah:
a. Metode pengumpulan data atau telaah pustaka
Dalam pembuatan paper ini penulis menggunakan metode telaah pustaka dari
internet. Dengan adanya literatur litertur yang sesuai dengan pokok bahasan
pada paper ini, diharapkan penulisan paper ini dapat terarah dan mencapai
tujuan yang diinginkan.metode ini mengcu pada penggunaan buku dan jika
ada kekurangan pada buku tersebut akan di lengkapi dengan literatur dari
web–wep di internet
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RUMAH ADAT MALUKU
Bangunan ini biasanya
berukuran lebih besar, dibangun
dengan bahan-bahan yang lebih
baik, dan dihias dengan lebih
banyak ornamen. Karena itu,
bangunan tersebut biasanya
sekaligus juga merupakan
landmark kampung atau desa
yang bersangkutan, selain mesjid atau gereja.Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat
seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku,
disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah memang berarti “balai bersama” organisasi rakyat
dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan
mengupayakan pemecahannya.
Bangunan ini
merupakan bangunan induk
Anjungan dengan sembilan
tiang di bagian depan dan
belakang, serta lima tiang di
sisi kiri dan kanan yang
merupakan lambang Siwa
Lima, simbol persekutuan
desa-desa di Maluku yang
telah ada sejak berabad-
abad yang lalu.Terdapat
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
4
tiga jenis baileo yaitu baileo yang lantainya dibangun di atas tiang, baileo yang lantainya
dibangun di atas batu semen dan baileo yang lantainya rata dengan tanah. Namun dari ketiga
macam baileo tersebut yang paling sering dan paling khas adalah baileo yang lantainya
dibangun di atas tiang. Baileo ini merupakan bangunan tidak berdinding yang dimaksudkan
agar roh-roh nenek moyang mereka bebas keluar masuk bangunan tersebut. Sedang lantai
baileo yang dibuat tinggi mempunyai makna bahwa tempat bersemayam roh-roh nenek
moyang lebih tinggi dari tempat berdiri mereka.
Pada bangunan ini terdapat hiasan yang menggambarkan dua ekor ayam berhadapan,
dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri kanan. Hiasan ini terdapat di ambang pintu
yang mengandung toh nenek moyang sebagai lambang kedamaian dan kesentosaan, karena
kehidupan dijaga oleh roh nenek moyang. Kemudian di bawah plang atap terdapt bulan,
bintang dan matahari dengan warna merah-kuning dan hitam. Hiasan ini merupakan lambang
kesiap-siagaan balai adat dalam menjaga keutuhan adat beserta hukum adatnya. Pada bagian
bawah plang atap terdapt bulan, bintang dan matahari dengan warna merah-kuning dan hitam.
Hiasan ini merupakan lambang kesiap-siagaan balai adat dalam menjaga kutuhan adat beserta
hukum adatnya.
2.2 RUMAH ADAT SUNDA KECIL
2.2.1 NUSA TENGGARA BARAT
2.2.1.1 LOMBOK
Orang Sasak mengenal
beberapa jenis bangunan adat yang
dijadikan sebagai tempat tinggal dan
juga tempat penyelenggaraan ritual
adat dan ritual keagamaan.Maka kita
akan menemukan bahwa rumah adat
dibangun berdasarkan nilai estetika
dan local wisdom masyarakatnya.
Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
5
dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah
liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Pengetahuan
membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka. Seluruh bahan
bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat Sasak didapatkan dari
lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka
menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu
pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Dalam masyarakat Sasak,
rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan profan duniawi) secara bersamaan. Artinya,
rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga
juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari
keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah),
dan sebaginya.
a. Peralatan untuk Membangun Rumah
Peralatan yang harus dipersiapkan untuk membangun rumah, diantaranya adalah:
Kayu-kayu penyangga.
Bambu.
Bedek, anyaman dari bambu untuk dinding.
Jerami dan alang-alang, digunakan untuk membuat atap.
Kotaran kerbau atau kuda, sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.
Getah pohon kayu banten dan bajur.
Abu jerami, digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.
b. Waktu Pembangunan Rumah
Rumah mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Sasak, oleh karena itu
perlu perhitungan yang cermat tentang waktu, hari, tanggal dan bulan yang baik untuk
memulai pembangunannya. Untuk mencari waktu yang tepat, mereka berpedoman pada
papan warige yang berasal dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq. Oleh karena tidak
semua orang mempunyai kemampuan untuk menentukan hari baik, biasanya orang yang
hendak membangun rumah bertanya kepada pemimpin adat.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
6
Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun
rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul
Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga yang menentukan hari baik
berdasarkan nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling
dihindari (pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan bulan
Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, rumah yang
dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rizqi, dan
sebagainya.
c. Pemilihan Tempat
Selain persoalan waktu baik untuk memulai pembangunan, orang Sasak juga selektif
dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak
tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan
membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur,
dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan
membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dahulu
ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu
(maliq-lenget).
3. Bangunan Rumah Adat Suku Sasak
Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah
dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan
bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek),
hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi
menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa
tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya
jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan
makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
7
atau bisa empat persegi panjang. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk
dengan sistem sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga
anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah, dan
abu jerami.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam,
diantaranya adalah: Bale Tani, Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale
Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Nama bangnan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari
masing-masing tempat.
a. Bale Tani
Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang
berprofesi sebagai petani. Bale Tani berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan,
yaitu: satu ruang untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale).
Walaupun dalem bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi kamar tersebut tidak
digunakan sebagai tempat tidur. Dalem bale digunakan sebagai tempat menyimpan barang
(harta benda) yang dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan anggota
keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak (dapur), keluarga Sasak
membuat tempat khusus yang disebut pawon.
Fondasi bale tani terbuat dari tanah, Design atapnya dengan sistem jurai yang terbuat
dari alang-alang di mana ujung atap bagian serambi (sesangkok) sangat rendah, tingginya
sekitar kening orang dewasa. Dinding rumah bale tani pada bagian dalam bale terbuat dari
bedek, sedangkan pada sesangkok tidak menggunakan dinding. Posisi dalam bale lebih
tinggi dari pada sesangkok oleh karena itu untuk masuk dalam bale dibuatkan tangga (undak-
undak) yang biasanya dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri.
b. Bale Jajar
Bale jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi
menengah ke atas. Bentuk bale jajar hampir sama dengan bale tani, yang membedakan adalah
jumlah dalem balenya. Bale jajar mempunyai dua kamar (dalem bale) dan satu serambi
(sesangkok), kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju dapur
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
8
di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama, posisi tangga/pintu
koridornya terletak pada sepertiga dari panjang bangunan bale jajar.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bale jajar adalah tiang kayu, dinding bedek dan
alang-alang untuk membuat atap. Penggunaan alang-alang, saat ini, sudah mulai diganti
dengan menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya.
Bangunan bale jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang luas dan ditandai oleh
keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat penyimpanan kebutuhan rumah
tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan bale jajar ini bertengger sebuah bangunan kecil
(disebut berugaq atau sekepat) dan pada bagian belakangnya terdapat sebuah bangunan yang
dinamakan sekenam, bangunan seperti berugaq dengan tiang berjumlah enam.
c. Berugaq / Sekepat
Berugaq/sekepat mempunyai bentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa
dinding, penyangganya terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Berugaq
atau sekepat biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani.
Berugaq/sekepat ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan
tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai dari papan kayu atau bilah bambu
yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dengan ketinggian 40–50 cm di atas permukaan
tanah.
Fungsi dan kegunaan berugaq/sekepat adalah sebagai tempat menerima tamu, karena
menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq/sekepat
juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang
midang (melamar).
d. Sekenam
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai
mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam
biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-
nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
9
e. Bale Bonter
Bale bonter merupakan bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki oleh para
perkanggo/Pejabat Desa, Dusun/kampong. Bale bonter biasanya dibangun di tengah-tengah
pemukiman dan atau di pusat pemerintahan Desa/kampung. Bale bonter dipergunakan
sebagai tempat pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah
pelanggaran hukum adat, dan sebagainya.
Bale bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan tempat menyimpanan benda-benda
bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale bonter berbentuk segi empat bujur sangkar,
memiliki tiang paling sedikit 9 buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi
dinding bedek sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai
nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna hitam.
f. Bale Beleq Bencingah
Bale Beleq Bencingah adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan. Bale
beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut
“Bencingah.” Adapun upacara kerajaan yang biasa dilakukan di bale Beleq Bencingah
diantaranya adalah:
Pelantikan pejabat kerajaan
Penobatan Putra Mahkota Kerajaan
Pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) Kerajaan
Sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti persenjataan
dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen-dokumen Kerajaan
Dan sebagainya.
g. Bale Tajuk
Bale tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang
memiliki keluarga besar. Bale tajuk berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah lima buah
dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
10
Rumah Adat Baru yang dipengaruhiArsitektur Makasar
sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan pelatihan macapat takepan, untuk menambah
wawasan dan tata krama.
h. Bale Gunung Rate dan Bale Balaq
Selain jenis bangunan yang telah disebut di atas, adapula jenis bangunan lain yang
dibangun berdasarkan kondisi-kondisi khusus, seperti bale gunung rate dan bale balaq. Bale
gunung rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan,
sedangkan bale balaq dibangun dengan tujuan untuk menghindari bencana banjir, oleh karena
itu biasanya berbentuk rumah panggung.
2.2.1.2 SUMBAWA
Arsitektur sumbawa
menggunakan struktur istana
dan sangat dipengaruhi oleh
arsitektur makasar, baik pada
perumahan bangsawan, maupun
perumahan rakyat biasa dan
terdiri dari banyak variasi lokal.
Peninggalan istana tua ( dalam
loka ) menghambat mode balla
lompoa di goa.
Karakteristiknya, bangunan
berdiri diatas tiang kayu, dinding kayu,
lantai kayu, atau kayu genting.
Dinding, tangga dan bagian - bagian
tertentu diukir dan ditonjolkan secara
megah.
Lingkungan alam selalu dikaitkan
dengan sebuah elemen yang penting
dan utama dalam arsitektur sumbawa.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
11
Dalam memilih lokasi untuk bangunan, tau sumbawa cendrung mengikatkan makna khusus
ada rinsi - rinsi pertahanan yang menguasai filosofi sumbawa.
Gaya bangunan - bangunan di tanah sumbawa mulai dari bangunan rumah, balai desa,
mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur tradisional dengan
empat persegi panjang dan model atau seperti perahu.
Bahkan, walaupun saat ini arsitektur moderen sudah memasuki dan kuat pengaruhinya
pada arsitektur sumbawa, filosofi dasarnya tetap saja dipertahankan. Kecuali ada penataan
ruang, lantai dan ornamen lainya.
2.2.2 NUSA TENGGARA TIMUR
2.2.2.1 SUMBA
Rumah adat orang Sumba
merupakan rumah panggung
dengan 3 fungsi. Bagian paling
atas yaitu pada atap berfunsi
sebagai lumbung (biasanya
jagung) dan juga untuk
menyimpan benda-benda pusaka.
Bagian tengah sebagai rumah
tinggal sedangakan bagian bawah
lantai digunakan sebagai kandang
ternak.Pada umumnya rumah
suku adat di sumba mempunyai
tanduk. Tanduk kerbau disini
fungsinya tidak jauh beda
dengan di daerah Toraja Yaitu
sebagai lambang status sosial di
masyarakat. Bangunan ini
mempunyai 4 tiang utama. Tiang
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
12
ini menggunakan kayu yang cukup besar bernama kayu “Masela“.Diluar rumah tempat
dipajang tanduk-tanduk kerbau yang berfungsi sebagai beranda yang digunakan untuk
berbagai aktifitas antara lain: ruang tamu, teras, dan sebagai tempat menenun kain para
wanitanya. Meskipun rumah ini memiliki ukuran yang cukup luas tetapi suasana ruangan
terasa gelap karena tidak ada cahaya yang bisa masuk ke ruangan.
Satu-satunya akses cahaya untuk bisa
masuk yaitu dari pintu. Pada bagian tengah
rumah terdapat sebuah dapur yang memilki
cerobong asap yang naik tepat di menara
atapnya. Karena pada bagian atap berfungsi
sebagai lumbung maka dengan adanya asap
dari dapur secara otomatis bahan makanan yg
disimpan akan awet dan tahan lama. Di
sekeliling dapur terdapat bale-bale dari bambu yang digunakan sebagai tempat tidur. Pada
sudut rumah tergantung bulu-bulu ayam yang merupakan bulu dari ayam yang dipotong pada
saat upacara adat. Selain bulu-bulu ayam tergantung juga, tulang babi, batu kramat, gong dari
kuningan, dsb. Seluruh bangunan ini tidak ada yang mengunakan material paku. Untuk
menghubungkan antar kayu digunakan akar tumbuhan menjalar yang dikeringkan dan juga
rotan.
2.2.2.2 FLORES
Rumah di desa tradisional
mengikuti pola berjajar dua berhadapan
dan berdinding daun. Batu yang di
tengah kampung merupakan batu
upacara keagamaan dengan bentuk altar
maupun sebagai kuburan nenek moyang
mereka dalam bentuk susunan batu.
Dalam melaksanakan pembangunan
rumah adat, pertama kali akan dilakukan musyawarah yang dipimpin oleh tetua adat untuk
memperoleh kesepakatan.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
13
Sehari sebelum upacara pembangunan rumah dimulai, masyarakat melangsungkan
upacara Maalaba yaitu penghormatan kepada tetua adat yang nantinya akan berperan dalam
proses pembangunan rumah. Upacara ini dilanjutkan dengan acara makan bersama. Dalam
pelaksanaan upacara dipersiapkan terlebih dahulu sesajian yang terdiri atas pisang, tebu, dan
seekor anak babi. Selanjutnya anak babi ditusuk dengan benda tajam dan darahnya
ditampung dalam wadah.
Darah tersebut kemudian dipercikan kepada bagian-bagian rumah agar roh-roh
leluhur memberkati pembangunannya dan mengusir roh-roh yang jahat. Anak babi kemudian
disembelih dan bagian-bagiannya diberikan kepada tetua adat untuk diperiksa apakah
terdapat tanda-tanda boleh atau tidaknya pembangunan rumah diteruskan. Setelah dinyatakan
boleh, kemudian anak babi tersebut dikuliti, dimasak dengan cara dibakar. Upacara
dilanjutkan dengan acara makan bersama sambil minum tuak. Dalam acara doa bersama,
mereka berharap mendapatkan restu dan petunjuk agar berhasil dalam membangun rumah
mereka.
Dalam bentuknya lebih miniatur, simbol bhaga atau ngadu dapat dilihat pada atap
rumah yang berstatus "rumah adat".
2.2.2.3 TIMOR
Dalam masyarakat
Timor, rumah disebut UMA
(Suku Bangsa Tetun), atau
UME (Suku Bangsa
Dawan). Rumah adat atau
Rumah Suku atau Rumah
Bernama (Rumah Bernas,
Berwibawa), disebut UMA
MANARAN, rumah yang
mempunyai nama. Gambar
tersebut menunjukan sebuah
contoh rumah adat Suku
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
14
Tetun, di Lahurus, pusat Kerajaan Tetun Tasifeto, belu, Pulau Timor.
Ketika sebuah UMA MANARAN memiliki
LAKASORU (bagian puncak atapnya dibalut
dengan ijuk dan diberi tanda XXXX, menandakan
bahwa ini adalah UMA METAN, artinya UMA
MANARAN KAU NAI (KAU MANEK) no KAU
BETE (Rumah Adat Tuan Putera dan Tuan Puteri
Raja).
Karakteristik Rumah Adat Timor :
• Disebut sebagai uma (rumah bulat)
• Memiliki diameter bulat
• Beratapkan ilalang kering yang tebal
• Berfungsi untuk melindungi keluarga dari
serangan hewan liar dan dinginnya malam
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ArsitekturNusantara
KEBUDAYAAN PERAHU, KEPULAUAN SUNDA KECIL & MALUKU
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gaya bangunan - bangunan di tanah Maluku dan Sunda Kecil mulai dari bangunan
rumah, balai desa, mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur
tradisional dengan empat persegi panjang dan model seperti perahu.
Bahan- bahan yang digunakan alami, dan kaitan antara bangunan dan filosofi sangat kuat
sehingga proses pembangunan tidak main-main.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
iv
DAFTAR PUSTAKA
/http://maluku_nasional.com/http://astudio.com/http://budayasundakecil.com/ http://www.budpar.go.id/filedata/3205_1059-31a20Indonesia20Raya1.pdf.http://e-course.usu.ac.id/content/teknik2/sejarah/textbook.pdf.http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/1412200795719_KEBUDAYAAN_SUKU_SUNDa_jadi_kok.doc.
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan Makalah berjudul “Kebudayaan Perahu di Kepulauan Maluku
dan Sunda Kecil” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka melengkapi mata kuliah Arsitektur Nusantara.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat di bidang
Arsitektur dan Budaya melalui pengetahuan tentang Kebudayaan Perahu.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan
rendah hati penulis menghargai segala saran dan kritik yang konstruktif dalam rangka
penyempurnaan lebih lanjut. Semoga Makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, Oktober 2008
Penulis
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com