arsip - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf ·...

28
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang Masa Persidangan Rapatke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir lzin Acara : 2009-2010 :IV : Terbuka : Rapat Kerja : Rabu, 21 Juli 2010 : Pukul 20.20 - 22.30 WIB : Ruang Rapat Komisi Ill : Dr. Benny K. Harman, SH I Ketua Komisi Ill DPR RI. : 18. Rudyanto, SH, MH I Kepala Bagian Set.Komisi Ill DPR-RI. : 35 orang Anggota dari 53 Anggota Komisi Ill DPR-RI. : 4 orang Anggota. 1. Laporan Ketua Panja mengenai hasil pembahasan RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi. 2. Pendapat Mini Fraksi-fraksi. 3. Pengambilan Keputusan dan Penandatanganan draft RUU; 4. Sambutan Wakil dari Presiden. 5. Penutup. KETUA RAPAT (DR. BENNY K HARMAN, SH/F-PD), Kita mulai. Assa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua, Selamat malam pada Saudara-saudara sekalian. Yang kami hormati Bapak dan lbu Anggota Komisi Ill, Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM beserta seluruh jajarannya. Pertama-tama kami ingin mengajak Bapak dan lbu sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan YME, sebab hanya atas perkenannya kita pada malam ini kita dapat menghadiri Rapat Kerja dalam rangka melanjutkan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi dalam keadaan sehat wal'afiat. Sesuai dengan laporan yang ada pada kami, pada saat ini sudah hadir 27 dari 53 Anggota Komisi Ill. Oleh sebab itu I ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI

DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS

UU NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapatke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir lzin Acara

: 2009-2010 :IV

: Terbuka : Rapat Kerja : Rabu, 21 Juli 2010 : Pukul 20.20 - 22.30 WIB : Ruang Rapat Komisi Ill : Dr. Benny K. Harman, SH I Ketua Komisi Ill DPR RI. : 18. Rudyanto, SH, MH I Kepala Bagian Set.Komisi Ill DPR-RI. : 35 orang Anggota dari 53 Anggota Komisi Ill DPR-RI. : 4 orang Anggota.

1. Laporan Ketua Panja mengenai hasil pembahasan RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

2. Pendapat Mini Fraksi-fraksi. 3. Pengambilan Keputusan dan Penandatanganan draft RUU; 4. Sambutan Wakil dari Presiden. 5. Penutup.

KETUA RAPAT (DR. BENNY K HARMAN, SH/F-PD),

Kita mulai.

Assa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua, Selamat malam pada Saudara-saudara sekalian. Yang kami hormati Bapak dan lbu Anggota Komisi Ill, Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM beserta seluruh jajarannya.

Pertama-tama kami ingin mengajak Bapak dan lbu sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan YME, sebab hanya atas perkenannya kita pada malam ini kita dapat menghadiri Rapat Kerja dalam rangka melanjutkan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi dalam keadaan sehat wal'afiat. Sesuai dengan laporan yang ada pada kami, pada saat ini sudah hadir 27 dari 53 Anggota Komisi Ill. Oleh sebab itu

I

ARSIP D

PR RI

Page 2: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

sesuai dengan ketentuan Pasal 245 ayat (1) Peraturan Tata Tertib Dewan Rapat ini telah kourum dan perkenankan kami membuka Rapat Kerja ini dan kami menyatakan Rapat ini terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 20.20 WIB)

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Hukum dan HAM yang dalam hal ini mewakili Presiden beserta seluruh jajarannya, atas kesediaannya memenuhi undangan kami dalam Rapat Kerja pada malam ini. demikian juga keapda Bapak/lbu Anggota Komisi Ill, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya.

Bapak/lbu Anggota Komisi Ill,

Pimpinan, kami menawarkan dan sekaligus mohon persetujuan, acara Rapat Kerja malam ini yang pertama nanti dimulai dengan laporan Ketua Panja, mengenai hasil pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Kedua, pendapat mini fraksi-fraksi. Ketiga, kalau tidak ada masalah lagi pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan Wakil Presiden, Wakil dari Presiden, Pemerintah. Kelima, penutup.

Kami juga ingin mendapatkan persetujuan, apakah perkenan, Rapat ini kita akhiri pada pukul 22.00 WIB, paling lama ya, tentu prinsipnya lebih cepat lebih baik. Setuju?.

(RAPAT:SETUJU)

Sebelum kami persilakan Saudara Ketua Panja, kami mohon untuk memperkenalkan Anggota baru di Komisi Ill, dari Fraksi POI Perjuangan ada pergantian Anggota, dari yang diganti itu adalah Saudara Asdy Narang, beliau ditarik oleh Imam Suroso ya, mohon maaf, yang ditarik itu adalah Yang terhormat Saudara Imam Suroso, dan digantikan oleh Yang Terhormat Saudara Achmad Basara. Kami persilakan yang bersangkutan untuk, oh silakan, mungkin berdiri saja Pak, tidak usah ini.

F-PDIP (DRS.ACHMAD BASARAH,MH):

Assa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat malam, Salam sejahtera, Pimpinan Komisi Ill yang Saya hormati, Rekan-rekan Anggota Komisi Ill, Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya.

Pertama-tama, terima kasih atas waktu yang diberikan kepada Saya untuk memperkenalkan diri, Saya kira, Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan beberapa informasi.

Pertama, nama lengkap Saya adalah Achmad Basara, tetapi teman-teman di Partai biasa memanggil Baskara, Saya hijrah dari Komisi I ke Komisi Ill, menggantikan dua orang sekaligus, yaitu Imam Suroso dan Asdy Narang. Data yang lain, Saya kira Saya sudah berkeluarkan, lstri satu, anak satu, di Partai Saya dipercaya sebagai Wakil Sekjen OPP POI Perjuangan.

Selanjutnya Saya berharap dapat segera menyesuaikan diri dengan Rekan­rekan di Komisi Ill untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi-fungsi sebagai Tupoksi yang ada didalam Komisi Ill.

Demikian Pimpinan perkenalan dari Saya.

Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih, 2

ARSIP D

PR RI

Page 3: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Silakan menyesuaikan diri dengan situasi Komisi Ill, situasi di Komisi Ill ini cuacanya selalu berubah-ubah, sehingga membutuhkan penyesuaian-penyesuaian yang lebih cepat.

Baik.

Saudara Menteri Hukum dan HAM, Saudara Bapak/lbu Anggota Komisi Ill yang kami hormati.

Selanjutnya untuk mempersingkat waktu, kami mempersilakan Saudara Ketua Panja untuk menyampaikan laporannya, hasil kerja Panja berkaitan dengan hasil pembahasaran Rancangan undang-undang ini.

Kami persilakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR):

Pimpinan,

Kalau boleh kami ada beberapa hal dulu. T erima kasih Pimpinan yang Saya hormati.

Anggota Komisi Ill Bapak dan lbu sekalian yang kami hormati.

Assa/amu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

Selamat malam.

Setelah kami membaca draft yang dibicarakan di Panja, tidak bermaksud sama sekali ingin melakukan perubahan yang mendasar terhadap draft ini, sebelum kita memberikan persetujuan bersama, jika diperkenankan kami ingin menambahkan beberapa kalimat saja.

KETUA RAPAT:

Pak Menteri,

Mungkin supaya kita ikut ini, kita persilakan dulu Saudara Ketua Panja untuk melaporkan, lalu nanti, dari pihak kami juga ada catatan, mungkin dari pihak Pemerintah juga bisa memberikan catatan. Jadi kita persilakan dulu Saudara Ketua Panja untuk menyampaikan laporannya.

Kami persilakan.

KETUA PANJA (IR. TJATUR SAPTO EDY, MT/F-PAN):

Terima kasih Ketua,

Assalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh,

Selamat malam, Salam sejahtera untuk kita semua, Yang terhormat Bapak/lbu Anggota Komisi Ill yang kami cintai, Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, Dan Hadirin semua yang kami muliakan.

Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allat SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenankannya kita dapat menghadiri Rapat Kerja Komisi Ill DPR RI dengan Menteri Hukum dan HAM dalam rangka membicarakan pembicaraan Tingkat I, Rancangan Undang-Undang atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

3

ARSIP D

PR RI

Page 4: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, Pimpinan dan Anggota Komisi Ill yang kami hormati.

Sebagaimana diketahui bahwa Rancangan Undang-undang m1, telah disampaikan Presiden kepada Pimpinan DPR RI dengan surat No. R10/PRES/2/2010 tertanggal 8 Februari 2010. Dalam surat tersebut Presiden menunjuk Saudara Menteri Hukum dan HAM untuk mewakili Presiden dalam pembicaraan Rancangan Undang­Undang tersebut di DPR RI.

Berdasarkan keputusan Badan Musyawarah DPR RI tanggal 25 Februari 2010 telah diputuskan bahwa untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 22 tentang Grasi ditugaskan kepada Komisi Ill untuk membahasnya.

Selanjutnya secara singkat dapat kami laporkan hasil pembahasan dari Rancangan Undang-Undang dimaksud sebagai berikut.

Satu, pada tanggal tiga dan empat Juni 2010 Panitia Kerja melakukan pembahasan secara intensif dan mendalam yang dilakukan secara konsinyering. Dari hasil pembahasan Rancangan Undang-Undang tersebut hampir seluruh materi Rancangan Undang-Undang bisa diselesaikan, namun terdapat substansi yang belum bisa disepakati, sehingga tidak dapat diambil keputusan. Adapun substansi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Pasal 6a, "demi kepentingan hukum, Menteri Hukum dan HAM dapat mengajukan permohonan Grasi karena jabatannya. Kedua, selanjutnya pada hari ini Rabu tanggal 21 Juli 2010 Rapat Panitia Kerja kembali melakukan pembahasan terhadap beberapa substansi yang perlu dibahas secara mendalam dan perlu disisir, dari Pembahasan tersebut telah disepakati beberapa substansi, diantaranya sebagai berikut.

Satu, Pasal 6a ayat (1), Pasal 6a terdiri dari dua ayat, yang pertama ayat (1), "demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan, Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan dibidang hukum dan Hak Azasi Manusia, dapat meminta para pihak sebagaimana dimaksud Pasal 6 untuk mengajukan permohonan Grasi. Ayat (2) "Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang meneliti dan melaksanakan proses pengajuan Grasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 6a ayat (1) dan menyampaikan permohonan dimaksud kepada Presiden".

Ketentuan Pasal 10 "dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak diterimanya salinan permohonan dan berkas perkara sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, Mahkamah Agung mengirimkan pertimbangan tertulis kepada Presiden".

Ketiga, Pasal 15a, ayat (1) "permohonan Grasi yang belum diselesaikan berdasarkan Pasal 15 Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi diselesaikan paling Jambat tanggal 22 Oktober Tahun 2012".

Ayat (2) "terhadap terpidana mati yang belum mengajukan permohonan Grasi berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi, jangka waktu satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dihitung sejak Undang-undang ini berlaku". Tetapi masih ada satu hal lagi setelah kami sisir, kami minta diklarifikasi oleh Pemerintah, yaitu berkenaan dengan Pasal 2 dan Pasal 7 yaitu tentang Pasal 2 ayat (1) "terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terpidana dapat mengajukan permohonan Grasi" dan ayat (7) hampir sama substansinya Pasal 7 ayat (1) "permohonan Grasi dapat diajukan sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap".

Kami dari meja Pimpinan, Saya mewakili Pimpinan dan Ketua Panja meminta klarifikasi dan penjelasan dari Pemerintah apakah yang dimaksud dengan putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap adalah seluruh upaya hukum tersedia, karena dengan terminologi hukum, putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap itu Kasasi, dengan Grasi itu, setelah pasca PK atau pasca seluruh kekuatan, seluruh proses hukum, baru bisa dikenakan Grasi. Tidak hanya, tidak selesai Kasasi baru mengajukan Grasi.

Demikian laporan Panitia Kerja terhadap pembahasan Rancangan Undang­Undang tentang pembahasan atas Undang-undang No. 22 Tentang Grasi. Demikian lebih kurangnya mohon maaf dan atas selanjutnya kami kembalikan kepada Pimpinan untuk tindaklanjuti laporan kami.

4

ARSIP D

PR RI

Page 5: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta 21 Juli 2010, Pimpinan Panja Ir. Tjatur Sapto Edy.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih kasih sampaikan kepada Saudara Ketua Panja yang telah menyampaikan laporannya. Sebagaimana tadi sudah dibacakan dan juga, ada beberapa catatan untuk menjadi perhatian bersama Pemerintah, mungkin yang tadi dimaksudkan tadi mengenai didalam terminologi hukum itu yang dimaksudkan dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap itu adalah Kasasi atau putusan pengadilan yang tidak dilakukan upaya hukum, kasasi atau upaya banding. Karena lewat waktunya maka putusan pengadilan itu dikatakan berkekuatan hukum tetap. Yang perlu diperjelas tadi oleh Saudara ketua Panja, apakah yang dimaksudkan dengan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap identik dengan terpidana yang mengajukan permohonan Grasi itu setelah melakukan upaya hukum. Terakhir misalnya upaya hukum PK, itu yang dimaksudkan, supaya nanti tidak ada over lapping, misalnya pada saat yang sama terpidana mengajukan Grasi, pada saat yang sama juga mengajukan PK, nanti menimbulkan pertentangan aspek hukum oleh Mahkamah Agung untuk PK, aspek kemanusian dan keadilan oleh Presiden melalui mekanisme Kasi. lni tadi yang disampaikan oleh Ketua Panja untuk mendapatkan pemahaman bersama maksudnya.

Didalam undang-undang yang lama memang, yang dimaksudkan dengan kekuatan hukum tetap itu rumusannya sama, adalah putusan pengadilan yang sudah kasasi dan pengadilan negeri yang tidak ada upaya hukum lainnya, itu yang dimaksudkan. Sehingga bisa diajukan bersama dengan upaya hukum PK, ini untuk bikin perjelas saja Pak Menteri.

Selanjutnya kami persilakan dari pihak Pemerintah, sekaligus untuk memberikan tanggapan dan tadi beberapa catatan yang ingin disampaikan oleh pihak Pemerintah, untuk selanjutnya nanti kami akan persilakan Fraksi-fraksi untuk menyampaikan pendapat mininya.

Kami persilakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR):

Terima kasih Pimpinan,

Bapak/lbu Anggota Komisi Ill yang kami hormati,

Setelah kami mendengarkan secara rinci penjelasan dari Ketua Panja, dapat kami menjelaskan beberapa hal, dapat kami sampaikan beberapa hal sebagai penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan oleh Ketua Panja.

Tentu persoalan putusan pengadilan, badan peradilan yang dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap, sudah dijelaskan juga oleh Ketua Komisi Ill dan itu sebetulnya juga sudah dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) didalam Rancangan undang­undang kita ini, mulai penjelasan kata "dapat" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada terpidana untuk menggunakan atau tidak menggunakan Hak untuk mengajukan permohonan Grasi sesuai dengan Undang­undang ini. selanjutnya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap adalah satu putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding, atau Kasasi yang ditentukan oleh Hukum tentang Hukum Acara Pidana. Dua, putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, atau putusan kasasi yang dimaksud dengan pengadilan atau keputusan kasasi. Yang dimaksud dengan Pengadilan adalah Pengadilan lingkungan Peradilan Umum atau lingkungan Peradilan Militer yang mutus perkara pidana itu.

Mohon maaf ini, maksudnya disini putusan Kasasi disini adalah ini harus dijelaskan lagi, putusan pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding dan

5

ARSIP D

PR RI

Page 6: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

tiga adalah putusan tentang kasasi. ltulah yang dimaksudkan dengan putusan peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan peninjauan kembali itu adalah satu upaya hukum yang merupakan upaya hukum luar biasa, tidak termasuk dalam upaya hukum biasa. Namun demikian didalam Undang-undang kita, Undang­undang No. 22 yang kita tidak lakukan perubahan ini, disini ada ketentuan lain-lain dalam Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal permohonan Grasi, diajukan dalam waktu bersamaan dengan permohonan peninjauan kembali, atau jangka waktu antara permohonan tersebut tidak terlalu lama, maka permohonan peninjauan kembali diputus lebih dahulu. lni adalah dalam rangka, kalau memang ternyata ada PK, tetapi yang dimaksud dengan putusan mempunyai hukum tetap tadi adalah seperti yang disampaikan dibelakang, diawal Pasal 2. Jadi kalau tidak ada PK ya jalan, tetapi kalau ada PK, waktunya bersamaan PK diputus terlebih dahulu.

ltu yang berkenaan yang dapat kami sampaikan, penjelasan yang diminta atau klarifikasi dari Pemerintah.

Kemudian sekali lagi dengan tidak mengurangi rasa hormat kami terhadap rumusan yang sudah disampaikan ini, kami ingin konsultasikan lagi pada Komisi Ill, terhadap Pasal 6a ayat (1) dimana semula kita memang betul-betul berkeinginan membicarakan bagaimana kita membantu masyarakat yang sedang bermasalah dengan hukum, terutama dalam prespektif kemanusiaan dan keadilan. Jadi temanya adalah kemanusiaan dan keadilan, berdasarkan pengalaman yang kami alami selama menjadi Menteri Hukum dan HAM, ternyata memang tidak banyak dari para warga binaan itu mengerti tentang masalah hukum. Sehingga merekapun juga tidak mengetahui betul terhadap hak-hak mereka, kalaupun dijelaskan juga tidak paham, sehingga ini akan tentu merugikan masyarakat itu sendiri, padahal disisi lain kita melihat betul persoalan kemanusiaan dan keadilan untuk yang bersangkutan harus dilakukan, itu satu.

Kedua, sebagai mitra dari Komisi Ill, dengan Pemerintah dengan Komisi Ill, Kementerian Hukum dan HAM, tentu akan dengan seksama dan sungguh-sungguh memberikan satu perhatian bahkan juga akan memperjuangkan, apabila ada masukan­masukan yang disampaikan oleh Komisi Ill berdasarkan fakta tinjauan lapangan baik kunjungan-kunjungan kerja baik secara pribadi maupun juga atas nama Komisi yang menemukan dilapangan adanya warga binaan kita yang memerlukan segera mungkin, satu bantuan hukum, permintaan Grasi betul-betul berdasarkan atas dasar kemanusiaan dan keadilan. Mengingat jumlah Lembaga Pemasyarakatan, bahkan juga Rumah Tahanan secara keseluruhan di Indonesia ini, berjumlah 456 yang barangkali kami sebagai Menteri Hukum dan HAM belum sempat mendatangi beberapa Lapas­lapas tertentu, akan tetapi karena Komisi Ill melakukan kunjungan kerja dan menyaksikan betul, ada warga binaan dan dasar kemanusiaan dan keadilan harus segera dibantu dan meminta Pemerintah untuk segera menindaklanjuti, maka terus terang kami disini belum punya perpanjangan tangan untuk itu. Tentu sebagai wakil rakyat merasakan betul bagaimana rakyatnya merasakan dibawah, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan cara meneruskan itu, permintaan Grasi itu melalui Menteri Hukum dan HAM kepada Presiden untuk mengajukan permohonan Grasi melalui per:timbangan Mahkamah Agung.

Dengan dasar itu, Pasal 6a itu jika berkenan kami ingin betul bicara tentang Kemanusiaan, kapan perlu kita berikan kualifikasi tertentu, diuraikan dalam penjelasan, faktor-faktor kepentingan kemanusiaan dan keadilan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Undang-undang ini dapat kita jelaskan, misalnya anak-anak dibawah umur, orang-orang lanjut usia atau memang warga binaan, narapidana yang memang sakit permanent yang sangat tidak mungkin dia hidup di penjara itu dia sembuh. Misalnya mereka-mereka yang dapat penyakit Aids, HIV yang luar biasa banyaknya, sekarang ini mereka tinggal menunggu waktunya saja, tidak ada yang bisa membawa mereka keluar untuk berobat, padahal disisi lain umpamanya keluarganya punya kemampuan. Untuk itu, untuk mempermudah faktor kemanusiaan dengan kualifikasi tadi, kami ingin mengusulkan, kalimatnya sebagai berikut:

Pasal 6a ayat (1) "demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan di bidang Hukum dan Hak Azasi Manusia dapat mengajukan, dan dapat meminta dan/atau dapat meminta para pihak, sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 untuk mengajukan permohonan Grasi". Jadi ada kalimat dapat mengajukan, tersendiri, kemudian baru dan atau, sehingga ada keinginan seperti tadi

6

ARSIP D

PR RI

Page 7: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

bisa di tindaklanjuti, tetapi kalau memang ternyata kalimat itu tidak ada, hanya berdasarkan pada Pasal 6a ayat (1) ini maka tentu proses yang dilakukan adalah proses yang sebagaimana biasa ini, dimana kami juga sudah melakukan inisiatif untuk minta kepada para pihak mengajukan Grasi, sehingga Grasi yang diberikan Presiden sekarang ini betul-betul atas inisiatif Menteri Hukum dan HAM, yang juga kami kembalikan kepada yang bersangkutan di tempat-tempat yang bersangkutan untuk menandatangani sendiri, itu sudah jalan sebetulnya.

Tetapi kalau ada satu klausul, dapat mengajukan, ini merupakan suatu jalan pintas yang kita berikan untuk sebagai tanda perhatian yang sungguh-sungguh baik oleh Pemerintah, maupun juga oleh para Wakil Rakyat didalam memberikan Grasi kepada Warga Binaan yang kita maksudkan dalam kualifikasi tertentu tadi. Jadi sekali lagi, mengajukan itu dalam konteks kalau Menteri Hukum dan HAM dapat mengajukan, itu betul-betul dalam konteks kemanusiaan dan keadilan saja. Jadi, kalau Grasi itu semua orang dia sakit atau tidak sakit dia berhak untuk mengajukan Grasi, itu adalah inisiatif sendiri, sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 6, tetapi juga ada dasar atas inisiatif kita, sebagai pihak-pihak yang menemukan persoalan-persoalan kemanusiaan dan keadilan.

Sekali lagi Pimpinan, dengan tidak bermaksud mementahkan ini, tapi justru lebih memperkuat posisi keinginan kita bersama sebagaimana keinginan itu kami tangkap semangatnya berada di Komisi Ill seperti itu, karena Komisi Ill secara terus menerus juga luar biasa, berbeda sekali dengan jaman kami dulu. Kunjungan-kunjungan pribadipun sudah ke Lembaga-lembaga Permasyarakatan, itu boleh dikatakan tidak pernah terjadi pada DPR-DPR yang lalu, setiap kunjungan kerja kami tetap dikomunikasikan Bapak/lbu sekalian Komisi Ill menyampaikan berita-berita yang memprihatinkan di Lembaga Permasyarakatan, termasuk juga kondisi masyarakatnya.

Jadi, untuk mengakomodir semua itu, kami mohon kiranya dapat sekali lagi dimuat disini, kalimat dapat mengajukan, baru turun dan/atau dapat meminta, jadi tersendiri, atau memang kita buat dipisah menjadi 6a ayat (1) butir a, 6a ayat (1) butir b.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Saudara Menteri Hukum dan HAM yang telah memberikan catatan tadi, sekaligus tadi kami mohon supaya ini dimasukkan dalam tanggapan Fraksi-fraksi. lntinya adalah tadi ada dua pendekatan, pendekatan aktif dan pendekatan pasif. Pendekatan yang sifatnya pasif itu dicantumkan dalam Pasal 6, jadi Hak mengajukan Grasi itu adalah terpidana yang bisa diajukan oleh Pengacaranya, keluarganya dan sebagainya. ltu pas if, tetapi Pemerintah mengusulkan ada juga pendekatan aktif, dalam rangka terwujudnya Negara Hukum, dalam rangka terwujudnya program Pemerintah, misalnya program-pro-keadilan, maka Pemerintah harus pro aktif mengajukan usulan-usulan berkaitan dengan itu.

Oleh sebab itu tadi Pemerintah mengusulkan Pasal 6a itu intinya demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan, Kementerian Hukum dan HAM, Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan di bidang Hukum dan HAM dapat mengajukan permohonan Grasi, dengan pertimbangan kemanusiaan, jadi itu intinya, sebab yang lain-lain tadi sudah masuk di Pasal 6. Dengan demikian Pasal 6a ayat (2) harus hapus, tidak perlu lagi, ya, karena otomatis, otomatis dia tidak perlu lagi.

F-P. HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH):

(tidak menyalakan mic)

Di Sekneg, sehingga kita memberikan kewenangan yang begitu luas kepada Menteri Hukum dan HAM untuk melakukan penelitian dan melaksanakan proses pengajuan kepada Presiden. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Pak Menteri tadi, sebenarnya di ayat (2) sudah kita bahas tadi sore Pak Menteri, tentang kewenangan­kewenangan itu, itu lebih luas lagi sebenarnya, karena disitu menunjuk Pasal, ya Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang meneliti dan melaksanakan proses pengajuan Grasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 6a ayat (1)

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

dan menyampaikan permohonan dimaksud kepada Presiden dan itu pembahasan tadi siang yang kami munculkan, berdasarkan oleh-oleh dari Belanda.

Terima kasih Pak Menteri.

KETUA RAPAT:

Ya. Jadi sebelum itu ditanggapi dari Saya, kasih gambaran dulu, jadi alasan Pasal 6a

ayat (1) tadi seperti itu, Pasal 6a ayat (2) itu maksudnya bahwa pengajuan permohonan Grasi itu, kalau didalam Undang-undang No. 22 itu diajukan kepada Presiden, tidak dilibatkan Kementerian Hukum dan HAM, itu maksudnya. Didalam perubahan ini kita usulkan selain Kementerian Hukum dan HAM demi keadilan dan kemanusiaan tadi, dapat mengajukan sebagai subyek yang mengajukan atas nama itu. Kedua, permohonan ini diajukan ke Presiden melalui Kementerian Hukum dan HAM.

Jadi, sebelum masuk ke meja Presiden Kementerian Hukum dan HAM-lah yang meneliti semua proses administrasi dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan permohonan ini. Maksudnya tadi adalah supaya Kementerian Hukum dan HAM ini memberikan, mempunyai peranan dalam soal ini, itu maksudnya. Selama ini langsung ke Presiden melalui Sekneg, itu pointnya sehingga Pasal 6 itu diajukan kepada Presiden melalui Kementerian Hukum dan HAM, apa tugasnya itu nanti, itu diakomodir dalam Pasal 6a ayat (2), itu tadi maksudnya.

Jadi, dengan demikian Pemerintah mengusulkan demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan seperti itu, dia bisa mengajukan sendiri, tetapi dia juga bisa mendorong pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengajukan itu. Jadi dua pendekatan itu. Sedangkan Pasal 6a ayat (2) tadi untuk mengakomodir apa yang disampaikan oleh Yang Terhormat Saudara yang mewakili HANURA. Kalau substansinya itu maka Saya rasa tanggapan-tanggapan Fraksi di integrasi dalam pandangan mini Fraksi.

Setuju Bapak dan lbu, atau ada?. Sebentar Pak.

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH): (tidak menyalakan mic)

KETUA RAPAT:

Kita buka satu ini ya. Kita buka kesempatan dulu.

WAKIL KETUA (DR. AZIZ SYAMSUDDIN/F-PG):

Sebentar Pimpinan, ini kita Raker, setelah mendengar laporan dari Ketua Panja, laporan itu sudah kita dengar, kemudian ada masukkan baru dari Pemerintah, dalam hal Pak Menteri. Menurut hemat kami, berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 kita tidak bisa lempar ini per orang ini, kita harus masuk ini ke Fraksi dan kita sepakat untuk kita terima dan kita bahas, jadi jangan dalam forum ini, karena ini akan menjadi catatan ini, dan menjadi notulensi yang kita pertanggungjawabkan dalam rapat­rapat Sidang di Mahkamah Konstitusi nantinya. ltu dulu Pimpinan yang harus kita, Ketua Rapat harus ini dulu.

Teri ma kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, jadi mohon maaf, kita semua bukan hanya membaca, tetapi menjadikan Undang-undang No. 10 sebagai pegangan, kemudian plus Peraturan Tata Tertib Dewan. Apa yang telah dibahas di Panja bisa dianyulir di tingkat diatasnya, itu prinsipnya, karena ditingkat atas ada problem lagi, kita bahas dan selesaikan di tingkat ini.

8

ARSIP D

PR RI

Page 9: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH) :

Pim pi nan,

KETUA RAPAT:

Tunggu dulu, Saya belum selesai menjelaskan, supaya tidak simpang siur, jadi begitu maksudnya, masalah yang disampaikan Pemerintah tadi, secara teknis prosedural itu harus dua pendekatan, diserahkan kepada Fraksi, untuk menimbang atau kita buka floor dulu untuk memberikan pandangan atas usulan-usulan baru itu. Dari Meja Pimpinan tadi mengatakan bahwa tidak ada materi yang sangat fundamental perubahan itu, oleh sebab itu tadi Saya tawarkan, bagaimana kalau disepakati policy­nya begitu, maka tanggapan atas usulan baru Pemerintah itu di integrasikan dalam pandangan mini Fraksi-fraksi, itu tadi yang Saya tawarkan, tetapi kalau itu tidak disetujui ya kita buka lagi.

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH) :

Pimpinan,

Saya kira inikan usulan baru, setelah kita tadi sudah melakukan pembahasan dan ini adalah respon kita atas usulan ini, respon kita atas usulan baru dari Pak Menteri ini. Makanya Saya hanya menawarkan pandangan Saya bahwa apa yang diajukan Pak Menteri kalimat ini sudah tercantum di ayat (2), apakah Pak Menteri masih tetap mempertahankan kalimatnya di ayat (1 )-nya ataukan dicabut kembali itu, kita minta tanggapan Pak Menteri, karena di ayat (2) sudah memberikan kewenangan, ini hanya respon saja, Saya kira Pak Azis ini hanya respon bagi kita atas usulan yang baru ini.

Undang-undang No. 10 itu Saya juga baca Undang-undang No. 10 memang ada, tetapi ini kita repon kita terhadap usulan baru dari Pak Menteri.

KETUA RAPAT:

Jadi, kita buka kesempatan dulu, kita sepakati, Saya catat-catat siapa-siapa yang mau memberikan pandangan. Jadi sesuai dengan Ketentuan Undang-undang Hak Individual Anggota dan itu ada Hak lnstitusional Fraksi. Kalau nanti mentok Anggota, kita lempar ke Fraksi pandangannya. Kalau masih ada Anggota yang bicara, kami persilakan, kita batasi, kita catat, tetapi Saya mohon jangan mengembangkan isunya, to the point, rumusan kongkritnya apa atas Pasal 6a ayat (1) dan (2) itu. Kalau begini kita harus siap sampai malam selesainya.

Kami persilakan dari depan ya.

F-PD (H.SUHARTONO WIJAYA, SE., MBA ) :

Terima kasih Pimpinan,

Selamat malam Pak Menteri dan jajarannya, Teman-teman Komisi Ill.

Saya hanya membaca kehendak dan maksud dari Pemerintah dengan menambahkan kata mengajukan dan/atau meminta itu pada subtansi adalah penilaian dan pertimbangan terhadap kemanusian dan keadilan terhadap warga binaan, itu substansinya. Dalam hal ini Saya kira kita bisa menerima kata-kata tersebut, karena dengan meminta saja tidak ada usul mengajukan, itu tidak mempunyai kekuatan dari pihak Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Rubaie. 9

ARSIP D

PR RI

Page 10: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

F-PAN (DRS. H. ACH RUBAIE, SH, MH) :

Terima kasih. Singkat saja, Saya menangkap keinginan dari Saudara Menteri adalah intinya

adalah untuk menyempurnakan Pasal 6a ayat (1) yang tentu substasinya tidak bertentangan dengan ayat (2) yang tadi sudah ada usulan cerdas dari sahabat Saya Pak Sudding.

Maka karena filosofinya menyempurnakan, Saya sejalan dengan pandangan Ketua Komisi Ill, dimana pada ayat 6a ayat (1) ini memuat substansinya yaitu keinginan untuk mengajukan Grasi itu dengan pas if dan aktif, sehingga keinginan dari Saudara Menteri memasukkan kata-kata dapat mengajukan bisa di tampung, sehingga pada ayat (1) itu ada unsur aktifnya dan ada unsur pasifnya. Sehingga dengan demikian semua bisa menjadi sempurna dan lengkap. Barangkali ini posisi Pleno Komisi itu setelah Panja kemarin, setelah Panja tadi siang agak tergesa-gesar merumuskannya, Saya kira demikian Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Dari kiri dulu.

F-PD (DR. PIETER C.ZULKIFLI SIMABUEA, MH.) :

Terima kasih Pimpinan, Sebenarnya Saya coba mengupas dalam kata urutan morfologi Bahasa Pak, apa

yang Bapak sampaikan tadi Bapak Menteri yang Saya hormati, sudah jelas Pak, meminta itu jelas Pak, disini lagi berwenang, ditegaskan lagi meneliti, sebenarnya kata berwenang itu sudah mencakup sifat dari sebuah jabatan yang konotasinya itu bisa mengajukan, bisa meminta, berwenang, meneliti, ini ditegaskan lagi berwenang, meneliti, harusnya berwenang ini sebenarnya sudah punya mencakup meneliti, mengevaluasi, meminta, mengajukan dan lain-lain.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik selanjutnya.

F-PAN (YAHDIL ABDI HARAHAP, SH, MH):

Terima kasih Pimpinan, Kalau Saya lihat dari Pasal 6a ayat (2) inikan masalah interpretasi Saya kira,

karena pada ayat (2) ini menunjuk ayat (1) dan Pasal 6 maka penafsiran Saya maaf, penafsiran Saya bahwa ayat (2) ini adalah melaksanakan pengajuan yang sudah diatur pada ayat (1). Jadi si terpidana ini mengajukan Grasi ke KUMHAM, seperti tadi dikatakan Ketua tadi, kemudian Menkumhamlah yang meneliti dan melaksanakan prosesnya menuju ke Presiden. Jadi interpretasi Saya ayat (2) ini tetap pasif. Sedangkan secara konseptual banyak sekali para terpidana di Daerah-daerah itu yang tidak mengetahui sebuah proses hukum acara, seperti ada, kaya di tempat DAPIL Saya ada orang buta, ditangkap dengan tuduhan Narkoba, secara logika bagaimana orang buta jual Narkoba, kan bentuknya saja dia tidak tahu. lni perlu peran aktif Pemerintah untuk menyelamatkan orang ini, jadi permasalahan-permasalahan hukum di Daerah­daerah yang sebagian besar masyarakat kita masih buta mengenai masalah hukum, apalagi proses hukum acaranya, karena inikan Saya rasa proses pengajuan ini masuk dalam kategori Hukum acara menurut Saya begitu. Nah, inikan perlu peran aktif Pemerintah untuk menyelamatkan orang-orang ini, belum lagi yang kira-kira salah tangkap segala macam begitu.

Jadi, Saya kira apa yang menjadi usulan dari Pemerintah untuk menambahkan kalimat apa tadi, mengajukan dan/atau itu tadi, menurut Saya sangat layak untuk diakomodir.

10

ARSIP D

PR RI

Page 11: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

KETUA RAPAT:

lni sampai malam, sebelah kanan dulu, Pak Eddy. Sedikit ya Pak Eddy.

F-PD (DRS. EDDY SADELI, SH) :

Terima kasih Pak Ketua.

Yang terhormat Pak Menteri dan jajaran.

Saya dapat menyetujui usul Pak Menteri tetapi dengan catatan Pak Menteri tolong penjelasannya Pasal 6a ini apa ini?, Pak Menteri ini aktif dalam hal-hal apa saja, seperti tadi Pak Menteri uraikan supaya digantikan jelas penjelasannya dengan jelas Pak, disini hanya cukup jelas, kalau cukup jelas bagaimana ini Pak Menteri, tolong Pak Menteri nanti ditambah, diinikannya.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Kalau soal itu Pak, kita jangan minta Menteri, kita rumuskan juga. Mungkin Pak Eddy perlu jelaskan yang di Belanda kaya apa Pak. Silakan Pak Nudirman.

F-PG (H. NUDIRMAN MUNIR, SH) :

Terima kasih Pimpinan,

Yang terhormat Pak Menteri berikut jajarannya.

Saya terus terang ini jadi tidak ngerti, memang mohon maaf, Saya tadi Rapat siang tadi Saya tidak hadir, tetapi undangan Rapat hari ini adalah Undangan Rapat Pendapat Mini Fraksi. Kalau seperti ini kita berarti side back ke belakang, hari ini, malam ini kita rapat adalah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari Menteri Hukum dan HAM. Tentu kita disini membuat catatan-catatan saja seperti tadi disampaikan oleh rekan Pak Azis Syamsuddin tadi, tetapi kita tidak lagi bertengar disini, apakah ini kita akan rubah atau tidak, kenapa? Tadi kita sudah cukup waktu bicara soal ini, sudah terlalu lama kita buang waktu, sekarang kita side back lagi kebelakang. Padahal undangan rapat hari ini adalah Pendapat Mini Fraksi. Saya juga nggak ngerti, sebetulnya kalau Saya diminta berpendapat, mohon maaf Pak Pimpinan banyak ini pendapat ini Saya juga tidak sesuai, tetapi kalau tadi kita sudah sepakat tidak hadir, ya sudah sepakat atau tidak sepakat ya harus sepakat, karena ini pendapat Komisi Ill, misalnya sederhana kalau lewat dari 30 hari Mahkamah Agung, apa masih harus ditunggu juga, pendapat dari Mahkamah Agung, sedangkan konsep kita kalau lewat dari 30 hari Presiden akan terus, tanpa lagi menunggu putusan atau rekomendasi Mahkamah Agung, itu Saya tidak sepakat, tetapi ternyata seperti ini Saya terima saja, itulah pendapat Saya karena kita harus sepakat.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik kita persilakan, dari sebelah kiri ini, tolorig to the point saja menyangkut usulan perubahan yang diusulkan oleh Pak Menteri tadi.

F-PPP (HA. DIMYATI NATAKUSUMAH, SH., MH., M.Si) :

Terima kasih Ketua, lni hanya satu kosa kata ini, mengajukan dan/atau.

11

ARSIP D

PR RI

Page 12: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Pak Menteri,

Bahasa Bapak saja bisa disalahgunakan oleh penegak hukum, dapat ditahan, seenak-enaknya saja mau ditahan mau tidak terserah, apalagi pakai atau, dan/atau, sudah saja ataunya hilangkan, kalau tidak yang pertama ya alternatif, tetapi atau dihilangkan, kalau permainan seperti ini bisa saja disalahgunakan. Saya yakin bukan oleh Pak Menteri bisa digunakan oleh yang lainnya.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT:

Silakan.

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH):

Kalau kita membaca Pasal 6 ya, Pasal 6 Undang-undang yang lama, memang disini hak terpidana maupun keluarganya, coba kita cermati. Pasal 6 ayat (1) permohonan Grasi oleh terpidana atau kuasa hukumnya diajukan kepada Presiden. Ayat (2) permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh keluarga terpidana dengan persetujuan terpidana. Ayat (3) dalam hal terpidana dijatuhi pidana mati, permohonan grasi dapat diajukan oleh keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana.

lni adalah pihak-pihak, ketika di Pasal 6 ayat (1) tadi diberikan lagi ruang kepada diluar dari yang dimaksud Pasal 6 karena kita sudah setujui di Pasal 6 ini, maka ini tidak akan tercakup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ketika Pak Menteri diberikan kewenangan untuk mengajukan. Disini sangat jelas, yang dimaksud dalam ini adalah para pihak. Makanya kenapa kita memberikan kewenangan yang lebih longgar kepada Pak Menteri, dengan alasan kemanusiaan itu tercantum di ayat (2) karena yang dimaksud ayat (1) ini hanya menunjuk satu Pasal, Pasal 6 iya kan, demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan, Menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang Hukum dan Hak Azasi Manusia dapat mengajukan dan/atau para pihak sebagai yang dimaksud Pasal 6, Pasal 6 sementara Pasal 6 ini hanya menyangkut kepada para pihak, yang punya hak, dan ini tidak memerlukan perubahan.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik, silakan Pak Ade.

F-PG (DRS. H.M. ADE SURAPRIATNA, SH., B.SC):

Terima kasih Pimpinan. Saya melihat ini ada sesuatu yang kembali mundur, untuk itu Saya ingin

berilustrasi dulu Pak Menteri, apabila kita memperhatikan kehidupan seorang anak yang dihukum oleh orang tuanya, tidak pernah orang tua itu mengampuni tanpa diminta, bahkan demi kemanusiaan atau demi kecintaan, orang tua membimbing anaknya, hayo minta ampun, katakan ampun, maka Saya buka pintu ini, Saya keluarkan, artinya dari sisi etika, sisi kemanusiaan, sisi pendidikan, Saya rasa sudah tepat kalimat ini tadi Proffesor sudah mencari solusi yang terbaik, karena kalimat meminta ini tidak merupakan arahnya suatu kewenangan, karena yang memberikan pengampunan itu adalah Presiden, Menteri adalah mewakili Presiden. Jadi kita cari solusi yang terbaik yang beretika dan mengandung nilai-nilai pendidikan. Saya ingat betul, anak Saya itu cukup nakal, tetapi tidak pernah Saya ampuni tanpa dia mengucapkan sedikit saja kalimat.

Jadi, Saya pikir, sudah final tadi kita sehingga memang Saya, Saya mencintai Pak Menteri, karena Pak Menteri jemput bola, Saya juga berdiskusi dengan Ketua Poksi Saya, ini bagus Menteri kita ini, tetapi kita lihat pandangan-pandangan hukum, etika pandangan Belanda, sama. Ternyata di Belanda juga raja ikut Menteri Hukum dan HAM, itulah sebabnya kita minta dari Sekneg diwenangkan ke Menteri tadi, karena dari Mahkamah Agung melihat ini terlambat ke Sekneg. Presiden cepat, sama dengan Pak

12

ARSIP D

PR RI

Page 13: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Menteri katakan Presiden cepat, maka kita simpulkan proses ini serahkan ke Menteri untuk ke Presiden. Saya pikir sudah bahasa kemanusiaan itu.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT:

Baik, yang paling belakang, tolong rumusan yang lebih anu Pak.

F-PDIP (DRS. SETIA PERMANA) :

Terima kasih Pimpinan. Saya ingin mengambarkan dulu, ini hasil konsinyering tanggal 3 dan tanggal 4 di

Bekasi tempo hari Pak Ketua Panja. Salah satu Pasal yang ditunda untuk dilakukan lobby pada saat itu adalah Pasal 6a yang berbunyi "demi kepentingan hukum, Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia dapat mengajukan permohonan Grasi karena jabatan", itu yang kita tunda, karena tidak ada kesepatan pada waktu itu, dan hari ini tadi, dibahas kembali, lalu kemudian muncul solusi, jalan tengahnya ini, yang diajukan baik oleh pihak Pemerintah disetujui maupun oleh pihak kita disini disetujui, rumusannya adalah dapat meminta tanpa ada mengajukan dan/atau sehingga kalimat tersebut diputuskan dan disetujui bersama tadi. Jadi kalau kemudian kita batik lagi ke persoalan tersebut, kedudukan pada waktu di Bekasi dan hari ini apa sebetulnya. Bukan persoalan yang sederhana menurut Saya kan begitu, dan ini sangat fundamental, selain ada prosedur yang juga ditempuh, kan begitu. Jadi menurut Saya dipertegas dulu oleh Pimpinan, apakah kita akan kembali ke sebelum Rapat kerja tadi, ya atau seperti apa, karena tadi sudah disetujui, sudah disepakati.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik Saya kira. Satu lagi. lni karena ada persoalan yang berkaitan dengan, sebagaimana tadi dijelaskan

oleh unsur Pimpinan, mestinya apa yang sudah diputuskan di Panja, di tingkat yang diatasnya itu hanya tinggal pandangan mini Fraksi-fraksi, asumsinya begitu, di Panja ini sudah wakil-wakil ini semua ini, oleh sebab itu tidak boleh ada Anggota yang berbeda pandangan lagi dengan Fraksi yang telah mengambil keputusan soal itu, tetapi karena Pimpinan begitu demokratis mengakui hak kedaulatan anggota, maka kita tetap membuka kesempatan.

Kami persilakan.

F-PDIP (ICHSAN SULISTYO) :

Terima kasih Pimpinan. Prinsipnya kami dari POI Perjuangan juga menganut bahwa setuju, artinya

bahwa Pak Menteri berperan aktif menjemput bola. Kita tadi sore juga dalam Rapat Panja sudah mengkaji secara khusus ini, mengklarifikasi bahwa Pak Menteri atau Pemerintah, barangkali ini Menteri Hukum dan HAM, meminta kepada terpidana atau kepada pihak yang melakukannya. Jadi kalau itu sekarang dirubah lagi, kembali kita ke Pasal 6a yang awalnya, dimana kita terjadi staknasi pada waktu kita konsinyering di Bekasi.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik, yang terakhir Saya persilakan.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.AG) :

Terima kasih Pimpinan,

13

ARSIP D

PR RI

Page 14: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Barangkali Pimpinan masih ingat dalam Rapat Internal Hari Senin Saya mengusulkan agar apa namanya Panja Grasi ini bisa diberi waktu yang lebih, walaupun memang harus kita selesaikan dalam masa sidang ini, ternyata memang firasat Saya betul, oh ternyata ada yang belum selesai kita bicarakan. Cuma mungkin harus kita selesaikan malam ini.

Nah, terkait usulan dari Pak Menteri, dengan latar belakang yang telah disampaikan tadi, menurut kami tidak bisa diterima, karena memang kalau tadi siang juga Pak Buchori dari Fraksi PKS juga mengajukan argumentasi misalnya dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dimana Negara juga bisa menjadi wali dalam pernikahan yaitu wali hakim. Dalam konteks ini juga barangkali Pemerintah juga bisa seperti itu, mengajukan, dan memang ada sebuah Kaedah usul Fiqih yang mengatakan bahwa tidak sempurna suatu kewajiban tanpa dia, maka dia itu menjadi wajib. Barangkali tidak sempurna kewajiban apa Negara dalam hal ini Wakil dari Menteri Hukum dan HAM untuk memenuhi Hak-hak terpidana tadi, tanpa dia mengajukan itu, maka itu menjadi wajib, nah, karenanya kami bisa menerima ya kalau kemudian ada keinginan untuk menambah kata mengajukan meskipun menurut kami kata meminta itu jelas sudah aktif, aktif tinggal kemudian bagaimana Negara memfasilitasi, memfasilitas untuk kemudian para terpidana kemudian juga keluarga dan sebagainya itu mengajukan Grasi tadi itu.

Terakhir terkait dengan mengajukan tadi, pertanyaannya adalah, pertanyaan kami memang apakah kita sepakat Negara itu untuk mengambil alih, hak-hak itu tanpa persetujuan dari pihak yang memang mendapatkan Grasi tadi itu, karena kalau kita lihat Pasal sebelumnya dapat, tetapi kalau kita kemudian mengusulkan mengajukan ini seolah-olah dapat itu tidak berarti sama sekali, karena Negara langsung mengajukan Hak Grasi itu tanpa harus disetujui oleh yang namanya Hak-hak tadi dan orang-orang yang bisa mengajukan itu.

Barangkali demikian, Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik, DR. Aziz kami persilakan.

WAKIL KETUA (DR. AZIZ SYAMSUDDIN):

Terima kasih Ketua, Tadi kita sudah dengarkan Bapak/lbu Anggota yang terhormat, dalam

pandangan-pandangan untuk memperoleh Hak Demokrasi daripada Ketua Rapat memberikan Hak Demokrasi. Saya ingin bertanya dulu Pak, ini terus terang Saya menjadi harus Saya garis bawahi, ide yang muncul diakhir pada saat Rapat Kerja seperti ini. Karena kita memahami, disampaikan tadi oleh yang terhormat daripada Bung Sudding, bahkan kita mengetok Pasal 6, Pasal 6 ini secara absolute legalitas pendingnya, bahwa Hak mengajukan itu hanya diberikan kepada terpidana, keluarga terpidana atau pengacaranya. Apabila ini kita terima usulan Bapak Menteri akan mengandung konsekuensi untuk mencabut Pasal 6 ini, untuk itu yang tadi Saya sampaikan diawal. Apabila kita ingin mengajukan pembahasan ini dalam Rapat Kerja ini, pertama, Saya minta pengesahan dalam Rapat Panja dicabut dulu, untuk kita lakukan pembahasan secara lebih mendalam. Kedua, Saya minta kepada Pemerintah mengajukan secara tertulis, sehingga menjadi minit pembahasan kita dalam rangka untuk mengupas ini secara detail.

Ketiga, kalau kita mengacu pada Pasal 6 yang tadi selalu disinggung bahwa Pasal 6a ayat (2) bahwa mengajukan proses meneliti dan sebagainya, itu hak mengajukan, tidak bergeser dari terpidana, keluarga terpidana dan pengacara sesuai Pasal 6.

Jadi, menurut hemat kami, sebelum minat kita ini perpanjang ini, Ketua rapat dan seluruh forum Rapat Kerja pada hari ini, mungkin Pemerintah dalam hal ini yang diwakili oleh Menteri Hukum dan HAM, dapat menarik kembali usulan ini, sehingga kita dapat melanjutkan dengan pandangan mini, alternatif pertama. Alternatif kedua, apabila tetap, kami dari Fraksi Partai Golkar, meminta untuk mengajukan secara tertulis, kedua,

14

ARSIP D

PR RI

Page 15: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

mencabut ini dalam Rapat Panja untuk kita bahas secara mendetail dan kami mintakan bawa dalam Rapat Fraksi kami.

Jadi dua alternatif ini kita tawarkan, dicabut oleh Pemerintah dalam forum ini atau diajukan secara tertulis untuk dilakukan pembahasan secara mendalam.

Demikian Pak Menteri,

Wabilahitaufik wal hidayah, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Baik Bapak/lbu Anggota Komisi Ill,

Saudara Menteri Hukum dan HAM.

Demikianlah tadi pandangan Anggota-anggota sesuai dengan prinsip kedaulatan anggota, karena itu yang kami bisa berikan. Untuk selanjutnya kami minta Pemerintah untuk memberikan tanggapan, kalau pandangan mayoritas tadi menghendaki tetap tidak ada perubahan, kecuali satu, dua anggota tadi yang menghendaki adanya perubahan sebagaimana yang diusulkan oleh Pemerintah, tetapi mayoritas menghendaki apa yang telah disepakati di tingkat Panja tadi itu tetap dipertahankan. T eta pi prinsip kita dari meja Pimpinan sebelum itu dibawa ke tingkat terakhir, masih terbuka kemungkinan untuk di perdebatkan tadi pembahasan.

Untuk mempersingkat waktu, kami persilakan Pemerintah untuk menanggapi tadi, tanggapan-tanggapan para Anggota, Bapak/lbu Anggota Komisi Ill. Kami persilakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR):

Terima kasih Pimpinan,

Bapak/lbu dan Anggota Komisi Ill yang kami hormati,

Memang dari awal kami tadi terlebih dahulu minta maaf, dan kami mengatakan dengan tidak mengurangi rasa hormat kami pada Panja yang sudah bekerja keras, namun kami katakan, kami berpikir tadi ingin menyempurnakan lebih lanjut apabila itu memungkinkan, dengan latar belakang yang sudah kami sampaikan secara detail tadi.

Memang kami sudah mendengar semua tanggapan-tanggapan, walaupun kami ingin sedikit saja memberikan penjelasan, supaya lebih clear dan tidak bermaksud berpanjang-panjang, tetapi mumpung masih didalam tingkat Raker ini, tentu segala sesuatu memungkinkan untuk kita bicarakan dalam kerangka mencari yang terbaik, tetapi bukan berarti kami menyatakan bahwa kami harus ngotot dengan sesuatu yang sudah kami juga mendengarkan tanggapan-tanggapan itu.

Jadi, kalau kami melihat dari Pasal 6a ini, ayat (1) Pak Sarifuddin ini memang adalah sesuatu hak yang diberikan kepada pihak-pihak yang disampaikan oleh Pak Azis Syamsuddin dan peran Menteri Hukum dan HAM disitu hanyalah untuk mengingatkan dan minta kepada mereka, ayo ajukan Grasi, kamu ini pantas diberikan Grasi, ayo berikan Grasi. Jadi meminta, itu sebetulnya perkembangannya cukup bagus, sudah ada pintu masuk, bagaimana untuk memproses selanjutnya, menurut kami Pasal 6 ayat (2) ini juga sudah sangat excellent sekali, sehingga ketika Komisi Ill ingin mempertanyakan bagiamana prosesnya kami bisa sampaikan karena memang kita yang proses, ini sudah tune in, dua-duanya sudah bagus, Cuma persoalannya adalah kami tidak memiliki hak secara langsung, mengambil inisiatif lebih jauh menjemput bola ini, kecuali mengembalikan kepada mereka. Tetapi kalau dalam konteks dapat mengajukan, ya sudah begitu Komisi Ill mengajukan nama-nama kami langsung responsive kami langsung ajukan kepada Presiden. Presiden langsung mengajukan ke Mahkamah Agung ya jalan, tiba-tiba orang itu sudah mendapatkan Grasi, tanpa prosedur melalui orang yang bersangkutan tetapi jalan pintas. lni adalah suatu keinginan yang luhur yang kami inginkan untuk membantu masyarakat. Jadi kami

15

ARSIP D

PR RI

Page 16: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

mohon maaf, kalau ini tidak disetujui juga tidak apa-apa, kami tidak memberikan sesuatu yang memberatkan juga pikiran-pikiran Anggota Komisi Ill yang kami hormati.

Jadi, sekali lagi, kami hanya ingin menyatakan seperti itu, dengan demikian maka yang berhak meminta Grasi, yang mengajukan Grasi adalah mereka-mereka yang tertera pada Pasal 6. Memang betul Pak Azis, sangat betul sekali kalau Pasal 6a ayat (2) ini kita tambah dengan kalimat mengajukan, maka konsekuensinya Pasal 6 itu kita tambah satu pihak yaitu Pemerintah dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM. Kami kira di Belanda juga Pemerintahnya berhak mengajukan Grasi, yaitu Jaksa, tetapi Jaksanya berada dibawah Menteri Hukum dan HAM, Kementerian Hukum, Menteri Kehakiman, ada inisiatif, kalau tidak salah memang seperti itu, mohon klarifikasi, kalau memang salah Saya minta maaf, tetapi kalau tidak salah tadi ada Pak Tjatur dari Belanda menyampaikan kalimat itu. Kami sebetulnya percaya saja, kalau memang begitu kami sadur, tetapi kalau nggak juga nggak apa-apa, ya, kalau memang semua sepakat ini tidak kita ubah itu jalan, seperti rumusan yang sudah ada disini, tentu paling tidak perdebatan kita ini adalah perdebatan yang sangat sehat, perdebatan untuk bangsa dan negara, Saya kira pasti ada manfaatnya. Mudah-mudahan kalau tidak bisa sekarang, lain waktu kalau memang ada perubahan lagi, ada perubahan-perubahan yang diinginkan lebih aktif, tentu kita perjuangkan lagi, kalau memang seperti ini, apa boleh buat, tidak apa-apa.

Dengan demikian kami menyetujui kalau kawan-kawan Komisi Ill tetap pada rumusan ini, itupun Pemerintah sudah mengucapkan terima kasih.

Demikian.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH):

Ketua,

Satu menit saja Ketua, Saya memahami apa namanya semangat yang disampaikan oleh Pak Menteri, Saya mencoba memberikan suatu rumusan atau usulan untuk mempertemukan titik temu ini, kalau ini memungkinkan bila perlu, dicabut Pak Menteri. Saya sebenarnya ingin menambah satu ayat.

KETUA RAPAT:

Jadi, karena Pemerintah telah mencabut kembali usulan dan tadi juga menimbang teman-teman yang juga melakukan study banding ke Belanda dan New Zealand, maka usulan tambahan yang disampaikan Pemerintah itu di cabut kembali, tetapi Pemerintah menerangkan Pasal 6 itu disempurnakan melalui Pasal 6a ayat (2) itu, jadi permohonan yang dimaksudkan dalam Pasal 6 itu diajukan kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan Hukum dan HAM, jadi itu kuncinya.

Jadi, pihak-pihak yang mengajukan permohonan Grasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6, mengajukan permohonannya kepada Presiden melalui Menteri yang membidangi urusan Pemerintahan di bidang Hukum dan HAM. ltulah Esensi Pasal 6a ayat (2) itu, sehingga melakukan pemeriksaan dan meneliti.

Dengan demikian, Bapak/lbu Anggota Komisi Ill, selanjutnya sesuai dengan Agenda Rapat yang telah kita sepakati tadi, kami dari meja Pimpinan memberikan kesempatan kepada masing-masing Fraksi, sembilan Fraksi untuk menyampaikan pendapat atau pandangan mini fraksinya terhadap Rancangan Undang-undang Perubahan yang telah dilaporkan Ketua Panja dalam Rapat Kerja pada malam ini.

Sesuai dengan ketentuan, kebiasaan, kita akan memberi kesempatan kepada Fraksi paling kecil anggotanya, ya, dan mengapa begitu, supaya kalau yang lebih besar terlebih dahulu, kecenderungan dan kebiasaan itu setelah menyampaikan pandangan mininya dengan senang hati mereka tinggalkan tempat itu. Oleh sebab itu kita ubah, mulai dari Fraksi yang paling kecil, oleh sebab itu kami mempersilakan Fraksi Partai HANURA untuk menyampaikan pandangannya.

16

ARSIP D

PR RI

Page 17: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

F-P.HANURA (H.SARIFUDDIN SUDDING, SH., MH) :

Baik, ini Ketua ini memang sangat arif dan bijaksana Ketua ini. Baik.

Assa/amu'a/aikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pendapat Mini Fraksi Partai HANURA terhadap Rancangan Undang-undang

tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Komisi Ill DPR RI, Saudara Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia beserta jajarannya, Serta hadirin yang berbahagia.

Saatnya Hati Nurani untuk bicara. Pertama-tama, perkenankan kami memanjatkan puji syukur kehadirat Allat swr

yang telah melipahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kita semua masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk hadir dalam Rapat Kerja ini yang salah satu agendanya adalah pendapat mini Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi dan dilanjutkan dengan pengambilan keputusan dengan penandatanganan draft Rancangan Undang­undang.

Hadirin yang kami hormati,

Dalam konteks pembahasan Rancangan Undang-undang ini Fraksi Partai HANURA berangkat dari sebuah kerangka pikir filosofi yang mengasumsikan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum.... dan mengedepankan prinsip supremasi a guality before the law dua proses off law. Dengan kerangka pikir demikian maka konseptualisasi politik hukum terhadap penyempurnaan suatu produk perundang-undangan senantiasa mengedepankan azas a quality before the law yang termaktub pada Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen ke IV yang dengan tegas mengatakan segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Azas hukum inilah yang kemudian menjadi norma dasar yang mengasumsikan bahwa warga negara diperlukan sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Konseptualisasi azas hukum tersebut diatas, dapat dimaknai sebagai salah satu konsep dasar yang membingkai proses penyempurnaan materi suatu produk, aturan perundang-undangan, termasuk didalam Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Hal ini menjadi penting oleh karena khusus dalam pembahasan norma terkait dengan hak prerogative Presiden dalam kedudukannya sebagai Kepala Negara yang memiliki kewenangan untuk memberikan pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan atau bahkan penghapusan pelaksanaan pidana yang telah dijatuhkan kepada terpidana dapat membuka ruang terjadinya penafsiran ganda, untuk menetapkan indikator-indikator pemberian Grasi terhadap terpidana. Sehingga dalam konteks Negara Demokrasi yang berdasarkan hukum, maka asumsi Hak Prerogative Presiden tersebut seyogyanya dibatasi.

Hal ini dapat dipahami dengan membaca ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang­undang Dasar 1945 amandemen I yang menyatakan Presiden memberi Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.

Hadirin yang kami hormati,

Kerangka berpikir demikian berdasarkan fakta dimana proses penegakkan hukum tidak dapat dilepaskan dari kepentingan kekuasaan yang bersifat politis, yang

17

ARSIP D

PR RI

Page 18: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

juga dapat mempengaruhi proses pemberian Grasi tersebut. Walaupun pada prinsipnya Fraksi Partai HANURA sangat memahami bahwa filosofi pemberian Grasi adalah bentuk pemenuhan Hak Azasi Manusia terhadap warga negara agar supaya masyarakat mendapatkan jaminan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pelaksanaan Hak Azasinya.

Akan tetapi penting pula dipahami bahwa awal mulanya lahirnya pengakuan dan penegakkan Hak Azasi Manusia, berkatian dengan pembatasan Kekuasaan Raja melalui Piagam Makna Karta yang lahir di lnggris tanggal 15 Juni 1215 dengan demikian dihubungkan dengan kewenangan konteks pengajuan dan penelitian terkait dengan Grasi Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6a ayat (2) Rancangan Undang-undang ini. Maka Fraksi Partai HANURA berpendapat bahwa hal tersebut merupakan kebijakan politik hukum yang patut diapresiasi sebagai langkah maju dan responsive dalam konteks menjawab kewajiban Negara memenuhi Hak Azasi warga negaranya.

Fraksi Partai HANURA berpendapat dengan demikian oleh karena penjelasan Pasal 6a dimaksud secara tegas menetapkan indikator permohonan Grasi yang diajukan oleh Menteri Hukum dan HAM berdasarkan prinsip kemanusiaan dan keadilan pada satu sisi indikator-indikator dimaksud menutup peluang atau potensi terjadi penyalahgunaan kewenangan dimaksud dan pada sisi lainnya secara tidak langsung mengejewantahkan prinsip-prinsip Hak Azasi Manusia dalam Negara Hukum yang demokratis untuk menghentikan praktek-praktek yang kejam dalam penjara melalui kebijakan pemberian Grasi dan/atau kebijakan memberikan insentif bagi terpidana yang berkelakuan baik dan memperkerjakan terpidana.

Hal ini dipandang sangat efektif untuk mempersiapkan terpidana kembali ke masyarakat. Dengan demikian maka Fraksi Partai HANURA berpendapat bahwa Rancangan Undang-undang ini merupakan wujud progresive dan respon aktif penyelenggaraan dan pemenuhan Hak Azasi Manusia.

Fraksi HANURA berharap apa yang telah disampaikan diatas dapat memberikan distribusi yang konstruktif dalam proses membangun hukum sehingga cita-cita pembagunan hukum yang responsive berkeadilan dan berlandaskan Hati Nurani Rakyat dapat terwujud di Bumi Indonesia yang kita cintai ini.

Hadirin yang kami hormati,

Berdasarkan pandangan dan pendapat tersebut diatas, Fraksi Partai HANURA mengucapkan bismillahirohmanirohim menyatakan menyetujui Rancangan Undang­undang perubahan atas Undang-undang No. 20 Tahun 2002 tentang Grasi untuk diproses lebih lanjut berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pandangan dan pendapat Fraksi Hati Nurani Rakyat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Pimpinan Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, DPR RI. DRS. H. A. FAUZI ACHMAD, MBA/Ketua. H. SARIFUDDIN SUDDING, SH, MH/Sekretaris Fraksi.

Teri ma kasih.

Assa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih kami sampaikan kepada Saudara Syarifuddin Sudding, sekali juru bicara Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, dalam kapasitas sebagai Sekretaris Fraksi.

Baik, terima kasih. Selanjutnya kami persilakan juru bicara Fraksi Partai Gerindra, kami persilakan.

Gerindra ini kalau yang begini-begini sakit mereka, tetapi intinya menyetujui, sudah disampaikan kepada Pimpinan.

Selanjutnya kami persilakan Saudara Juru Bicara Fraksi Kebangkitan Bangsa, kami persilakan.

18

ARSIP D

PR RI

Page 19: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

F-PKB (DRS. H. OTONG ABDURRAHMAN):

Assalamu'a/aikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pendapat Mini Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Atas

Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002

tentang Grasi.

Disampaikan oleh Saya sendiri. Otong Abdurrahman Nomor Anggota A-149.

Yang terhormat Bapak Menteri Hukum dan HAM berserta jajarannya, Para Pimpinan Komisi Ill dan Rekan-rekan Anggota Komisi serta, Hadirin sekalian.

Alhamdullilahirobil'alamin, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allat swr atas rahmat dan taufik hidayahnya sehingga pada hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri Rapat ini dalam rangka pembahasan dan Rancangan Undang­undang tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kejujuran serta menegakkan keadilan di muka bumi ini.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Pimpinan Rapat atas kesempatan yang diberikan kepada Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa untuk menyampaikan pendapat Fraksi atas Rancangan Undang-undang tentang perubahan atau Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi ini.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 telah bekerja keras bersama Pemerintah dalam melakukan pembahasan awal atas Rancangan Undang-Undang ini. isu crucial antara lain mengenai kewenangan Menteri yang membidangi Hukum dan HAM, karena jabatannya mengajukan permohonan Grasi demi kepentingan hukum. Kewenangan Ketua Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama untuk mengajukan permohonan Grasi karena jabatan bagi terpidana mati yang tidak mengajukan permohonan Grasi, kewenangan Presiden untuk memberikan keputusan atas permohonan Grasi dalam hal Mahkamah Agung tidak memberikan pertimbangan tertulis dalam jangka waktu yang telah ditentukan, serta perpanjangan tingkat waktu penyelesaian permohonan Grasi berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2002 berhasil disepakati.

Kerja keras Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang­undang No. 22 Tahun 2002 dan Pemerintah ini tidak lain dimaksudkan untuk melindungi Hak Azasi Manusia dari para terpidana, mewujudkan kepastian hukum, serta menghindari kemungkinan berlarut-larutnya proses pengajuan dan pemberian Grasi. Perlindungan ini sangat penting, karena orientasi penghukuman terhadap para pelaku kejahatan yang kita anut pada dasarnya lebih diarahkan untuk memperbaiki dan membina moralitas para terpidana, sehingga mereka akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri baik sebagai manusia maupun sebagai warga bangsa.

Pimpinan sidang dan hadirin yang kami hormati,

Akhirnya Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI, berharap agar hasil kerja Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2002 dan Pemerintah dalam melakukan pembahasan awal atas Rancangan

19

ARSIP D

PR RI

Page 20: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Undang-Undang ini dapat segera ditindaklanjuti sesuai prosedur, sehingga Rancangan Undang-Undang ini dapat segera disahkan.

Demikian pendapat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang No. 22 tentang Grasi. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan semua proses yang sudah berlangsung di Dewan selama ini, dengan memohon ridho, rahmat dan maqfiroh kepada Allat SWT dan dengan mengucapkan bismillahirohmanirohim, Partai Kebangkitan Bangsa menyatakan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang­undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi untuk segera ditindaklanjuti dan disahkan menjadi Undang-undang.

Demikian pendapat Fraksi Kebangkitan Bangsa, atas Rancangan Undang­Undang ini, para Anggota Dewan, para teman-teman Wartawan, dan hadirin sekalian, kami ucapkan terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta 21 Juli 2010, Pimpinan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, H. MARWAN JAFAR, SE, SH/Ketua, DR. H A EFFENDY CHOIRIE I Sekretaris. Ditandatangani.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih kepada Saudara Juru Bicara Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

Selanjutnya kami persilakan siap-siap Saudara juru bicara Fraksi PPP. Kami persilahkan. Kalau berkenan mungkin pokok-pokoknya saja. Silahkan.

F-PPP (HA. DIMYATI NAT AKUSUMAH, SH., MH., M.Si) :

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Komisi Ill. Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM, Pak Patrialis Akbar beserta

jajarannya. Hadirin/hadirat yang berbahagia.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Syukur Alhamdulillah malam ini kita menghadiri rapat kerja Komisi Ill dalam keadaan sehat wal'afiat.

Pembahasan atas RUU telah atau tuntas karena beberapa saat lagi semua fraksi akan dimintakan persetujuannya.

Berkenaan dengan substansi, Fraksi PPP menyatakan beberapa pokok pikiran dan catatan sebagai berikut;

Pertama dan seterusnya, kedua dan seterusnya, ketiga dan seterusnya, keempat dan seterusnya, dan kelima dan seterusnya, nanti Pak Menteri dan Pimpinan baca sendiri sajalah. Berdasarkan pokok-pokok tersebut dan catatan tersebut kami sampaikan diatas dengan senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, menerima laporan Pimpinan Panja dan juga menerima, menyatakan persetujuannya terhadap RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi untuk dilanjutkan menjadi undang-undang. Demikian terima kasih. Tanda tangan Aditya Mufti Arifin -Achmad Yani.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kami sampaikan kepada saudara juru bicara Fraksi PPP.

20

ARSIP D

PR RI

Page 21: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Selanjutnya kami persilahkan Saudara juru bicara Fraksi Partai Amanat Nasional.

Kami mohon kalau berkenan, pokok-pokok saja, Pak. Kami persilahkan.

F-PAN (DRS. H. ACHMAD RUBAIE, SH, MH) :

Terima kasih.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Yang saya hormati, saya banggakan, Pimpinan Komisi Ill beserta Anggota Komisi Ill, Yang saya hormati, saya banggakan Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajaran.

Kami ingin menyampaikan pandangan Fraksi Partai Amanat Nasional terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tentang Grasi. Setelah menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWf, Tuhan Yang Maha Kuasa, kami dari Fraksi Partai Amanat Nasional memandang secara teologis maupun filosofis bahwa grasi itu pada esensinya adalah anugrah. Anugrah yang dimaksud adalah anugerah negara kepada warganya yang tentu telah bersalah dan telah ditetapkan bersalah oleh hukum dan sebagai anugerah berhak mendapatkan pengampunan. Atas semangat itulah sesungguhnya Fraksi Partai Amanat Nasional terlibat dalam pembahasan pasal-pasal yang secara substantif mulai rancangan ini diajukan sehingga kami sepakat dan mendukung seluruh apa yang menjadi pembahasan dan seluruh apa yang sudah menjadi keputusan dan sudah dilaporkan oleh Panja pada rapat-rapat tadi sore. Oleh karena itu, pandangan selanjutnya adalah kami berharap agar Rancangan Undang-Undang yang telah dibahas ini segera ditindaklanjuti dan segera di Paripurnakan sehingga bisa menjadi undang-undang.

Dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, kami berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama Rancangan Undang-undang ini bisa segera diundangkan, bisa segera ditetapkan dalam Rapat Paripurna. Saya kira demikian pandangan kami dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Kurang lebihnya mohon maaf.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih kepada Saudara juru bicara Fraksi PAN. Selanjutnya kami persilahkan yang terhormat Saudara juru bicara Fraksi PKS. Kami persilahkan.

. Selanjutnya kami persilahkan yang terhormat Saudara Juru Bicara Fraksi POI Perjuangan.

F-PDIP (ICHSAN SULISTYO) :

Terima kasih ketua.

Pendapat Akhir Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Atas RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Om swastiatsu.

21

ARSIP D

PR RI

Page 22: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat Saudara Pimpinan Komisi Ill beserta jajarannya, rekan-rekan anggota. Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya.

Pertama-tama, kami memanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita sudah bisa sampai pada agenda penyampaian pendapat Akhir Fraksi atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi. Setelah melakukan pembahasan bersama pemerintah, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mencatat beberapa hal yang menjadi perhatian.

Yang pertama, Fraksi POI Perjuangan dapat menerima perubahan dimana Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak lagi berwenang mengajukan grasi karena jabatan tetapi meminta para pihak untuk mengajukan grasi dan kemudian memproses permohonan tersebut. Rumusannya kemudian disetujui panja tentu sangat berbeda dengan rumusan awal dalam RUU.

Dua, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meminta kepada Pemerintah agar benar-benar melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 SA Rancangan Undang-Undang, batasan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan permohonan grasi selayaknya dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah sehingga kelak pemerintah tidak perlu lagi merubah undang-undang karena masih banyaknya permohonan grasi yang belum terselesaikan.

Pimpinan Komisi Ill, Menteri Hukum dan HAM serta Anggota Komisi Ill yang kami hormati.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang­Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi untuk disahkan menjadi undang-undang. Demikian Pendapat Akhir Fraksi POI Perjuangan atas Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Om Shanti, Shanti Om

Juru Bicara

lchsan Sulistyo A-336

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak kalau ada bahannya silahkan. Selanjutnya kami persilahkan Fraksi PKS.

F-PKS (HM. NASIR DJAMIL):

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI Terhadap Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi =======================================================

Disampaikan oleh Nasir Jamil. Anggota Nomor A-44

22

ARSIP D

PR RI

Page 23: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Pimpinan dan Saudara Menteri Hukum dan HAM.

Kami tidak membacakan keseluruhan isi dari pendapat akhir mini ini tapi pada prinsipnya semuanya ada dalam bentuk tulisan ini dan nanti akan diserahkan kepada Pimpinan dan Saudara Menteri Hukum dan HAM.

Pimpinan, Anggota Komisi Ill DPR RI dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang terhormat

Serta hadirin yang berbahagia.

Setelah melalui proses panjang, segenap perhatian, pikiran, tenaga, waktu hingga dana yang tidak sedikit telah dicurahkan untuk mengubah Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi melalui perubahan rancangan undang-undang ini, diharapkan di dalamnya dapat dijawab dinamika perkembangan dan kepastian hukum serta kebutuhan rasa keadilan masyarakat. Bahwa dari hal tersebut diatas Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, menyetujui Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Pimpinan, Anggota Komisi Ill dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang terhormat

Serta hadirin yang berbahagia.

Demikianlah pendapat akhir mini Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi. Semoga apa yang kita putuskan pada malam ini dapat memberikan kemaslahatan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan Allah swr senantiasa memberikan kekuatan dan juga pahala kepada kita dan serta istikamah dalam memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara kita yang tercinta ini.

Billahi taufiq wal hidayah. Wassa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 9 Sya'ban 1431 H 21 Juli 2010

Pimpinan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI

Ketua, Sekretaris,

Ttd. Ttd.

Mustafa Kamal Zawawi

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Fraksi PKS. Penyampaiannya tidak lebih dari 3 menit. Selanjutnya kami persilahkan yang terhormat saudara juru bicara Fraksi Partai

Golongan Karya. Kami persilahkan.

23

ARSIP D

PR RI

Page 24: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

F-PG (ADE SURAPRIATNA):

Pandangan Fraksi Partai Golongan Karya DPR RI Terhadap

Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor ......... Tahun ........ . Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 Tentang Grasi ================================================================== ----Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Pada kesempatan yang terhormat ini. Perkenankanlah kami mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengikuti rapat kerja ini sekaligus mendengarkan pendapat fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang­Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Pimpinan rapat dan hadirin yang kami hormati.

Di dalam Undang-Undang Negara Republiklndonesia Tahun 1945 Pasal 14 disebutkan Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan pertimbangan Mahkamah Agung. Grasi merupakan hak presiden untuk meniadakan hukuman yang telah dijatuhkan hakim pada seseorang kemudian dalam hal yang terkait dengan kekuasaan kehakiman dimana Mahkamah Agung yang memiliki kewenangan dalam menjalankannya maka hak presiden berupa grasi haruslah mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung dan presiden harus mempertimbangkannya dengan sebaik-baiknya.

Setelah mencermati urgensi undang-undang yang mengatur tentang grasi, perkenankanlah Fraksi Partai Golkar memberikan pandangan dan pendapat mengenai RUU tersebut sebagai berikut. Satu, berdasarkan pencermatan Fraksi Partai Golkar DPR RI baik substansi materi yang hendak diatur maupun redaksional RUU ini sebagian telah memenuhi dan mengakomodasi kebutuhan dan pengaturan mengenai grasi. Kedua, RUU perubahan ini memerlukan penegasan perihal apa saja yang menjadi dasar presiden mengajukan grasi. Walaupun pada hakekatnya grasi merupakan kewenangan presiden namun begitu penting bagi undang-undang menentukan hal-hal apa saja yang menjadi alasan pemberian grasi sehingga hal ini tidak sekedar menjadi subjektifitas Presiden meskipun di dalam proses pemberian grasi Presiden harus mempertimbangkan pertimbangan Mahkamah Agung. Akan tetapi dari semua itu tidak ada kewajiban bagi Presiden untuk menerima pertimbangan Mahkamah Agung. Jadi apabila Presiden tidak mempergunakan pertimbangan Mahkamah Agung, tidak akan ada efek hukum apapun terhadapnya. Oleh karena itu, menjadi penting adanya pengaturan perihal apa saja yang dapat dijadikan pertimbangan sebagai dasar bagi Presiden mengabulkan grasi. Ketiga, RUU ini mengatur perihal kewenangan bahwa demi kepentingan kemanusiaan dan keadilan, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dapat meminta kepada terpidana atau keluarga atau ahli waris dan kuasanya untuk mengajukan grasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6A ayat (1). Secara substansi sebenarnya tidak masalah kewenangan ini diberikan kepada selain si terpidana karena mungkin saja karena satu dan lain hal si terpidana berhalangan atau tidak mengerti untuk mengajukan grasi. Yang harus diperhatikan adalah konsep ini harus betul-betul menjelaskan pengaturannya karena sangat berpeluang menjadi kewenangan yang bisa diperjualbelikan. Bagaimana langkah dan tata caranya, intinya adalah mengenai kemungkinan kewenangan ini disalahgunakan. Keempat, dalam pemberian grasi pertimbangan hak asasi manusia harus dipertimbangkan. Semangat prinsip dari asas hukum pidana adalah bukan hanya

24

ARSIP D

PR RI

Page 25: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

sekedar menghukum atau memidana si pelaku akan tetapi kalau seandainya memungkinkan untuk menghukum terpidana dengan lebih ringan, maka itu yang diutamakan. Hal ini dapat dilihat apabila ada dua peraturan yang mengatur perihal tindak pidana yang sama maka yang akan digunakan adalah peraturan yang beban hukum pidananya yang paling ringan.

Pimpinan Komisi Ill, rekan-rekang Anggota Komisi Ill DPR RI dan hadirin yang kami muliakan.

Berdasarkan pandangan dan pendapat tersebut diatas, Fraksi Partai Golkar dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, menyatakan menyetuji RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi untuk diproses lebih lanjut menjadi undang-undang.

Demikian pendapat Fraksi Partai Golkar. Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian di dalam menjalankan tugas dan fungsi kita dengan sebaik-baiknya.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Juru Bicara RUU Grasi Fraksi Partai Golkar DPR RI

Ade Supriatna

KETUA RAPAT:

Terima kasih kami sampaikan kepada Saudara juru bicara Fraksi Partai Golkar. Apabila ada bahannya silahkan disampaikan. Bahan tertulis.

Selanjutnya kami persilahkan Saudara juru bicara Partai Demokrat.

F-PD (DR. PIETER ZULKIFLI):

Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap

Rancangan Undang-Undang Mengenai Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Juru Bicara: Pieter Zulkifli Nomor Anggota: A-516.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang kami hormati Saudara Pimpinan Rapat Kerja Komisi Ill Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Saudara Menteri Hukum dan HAM. Para Anggota Komisi Ill dan Hadirin yang kami hormati.

Mengawali pandangan ini, Fraksi Partai Demokrat. Marilah kita sebagai umat beragama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kita selaku pengemban amanat rakyat dapat menjalankan tugas konstitusional sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Saudara Pimpinan Saudara menteri Para anggota Komisi Ill dan Hadirin yang kami hormati.

25

ARSIP D

PR RI

Page 26: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Dengan tuntutan penegakan penegakan supremasi hukum di republik ini, dibutuhkan kesadaran yang dibangun berdasarkan budi pekerti luhur untuk memperkokoh konstruksi hukum di negara yang kita cintai. Salah satu upaya untuk penegakan supremasi hukum adalah dengan melakukan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam menyempurnakan berbagai peratuarn perundang-undangan sebagai sebuah dinamika ketatanegaraan Indonesia dalam merespon berbagai perkembangan hukum dan terus bergulir di negara yang kita cintai.

Saudara Pimpinan Saudara menteri Para anggota Komisi Ill dan Hadirin yang kami hormati.

Dengan pandangan tersebut diatas maka Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyetujui rancangan undang-undang ini untuk diteruskan pembahasannya menjadi undang-undang dalam rapat Komisi Ill Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada malam ini serta di teruskan dalam rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang akan datang untuk memperkuat dan memperkokoh pranata hukum di Indonesia sebagai negara hukum.

Demikian pandangan mini Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap rancangan undang-undang ini. Terima kasih kami sampaikan kepada Saudara Pimpinan, saudara menteri, para anggota Komisi Ill dan hadirin sekalian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhai semua aktifitas kita dalam mengemban amanah rakyat.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Jakarta, 21 Juli 2010

Pimpinan Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Ketua, Sekretaris

Anas Urbaningrum Agung Budi Santoso

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Saudara juru bicara Fraksi Partai Demokrat. Terima kasih kami sampaikan kepada fraksi-fraksi yang telah menyampaikan

pendapatnya melalui juru bicara masing-masing mengenai draft Rancangan Undang­Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi. Selanjutnya kami mohon kepada bapak/ibu Anggota Komisi Ill, Saudara Menteri Hukum dan HAM, apakah draft Rancangan Undang-Undang yang tadi kami bacakan dapat dilanjutkan pada pembicaraan tingkat II, yaitu pengambilan keputusan yang akan dijadwalkan rencananya dalam Rapat Paripurna hari Senin tanggal 26 Juli 2010. Apakah disetujui?

(RAPAT: SETUJU)

Terima kasih atas persetujuan yang Saudara-Saudara berikan. Namun untuk lebih mempertegas persetujuan, kami mengundang wakil dari fraksi-fraksi dan pemerintah untuk bersama-sama menandatangani draft Rancangan Undang-Undang tersebut. Kami persilahkan pemerintah, Pimpinan, saudara-saudara semuanya.

26

ARSIP D

PR RI

Page 27: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

Baik, saudara Menteri Hukum dan HAM. Bapak/ibu Anggota Komisi Ill yang kami hormati.

Selanjutnya setelah ditanda tangani draft rancangan undang-undang tadi, kita mendengarkan sambutan dari Presiden yang dalam hal ini diwakili Saudara Menteri Hukum dan HAM. Untuk itu kami persilahkan Saudara Menteri Hukum dan HAM untuk menyampaikan sambutan. Kami persilahkan.

MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR):

Terima kasih Pimpinan.

SAMBUTAN SINGKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ATAS PENYELESAIAN PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENT ANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN

2002 TENTANG GRASI DALAM PEMBICARAAN TINGKA T I DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA ================================================================== Assalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakaatuh.

Saudara Pimpinan dan anggota Komisi Ill DPR RI yang terhormat, Hadirin yang kami hormati.

Salam sejahtera buat kita semua.

Alhamduli/lah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta ini. Pada hari yang berbahagia ini, kita baru saja selesai menyetujui untuk dibawa lebih lanjut kepada rapat Paripurna tentang Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Rancangan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi yang pembahasannya dapat kita selsaikan pada pembicaraan tingkat I. Dan sebagaimana telah kita dengar bersama bahwa seluruh fraksi telah memberikan pendapatnya dan menyepakati RUU tersebut untuk diteruskan pada pembicaraan tingkat II guna pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI. Kita semua mengharapkan semoga RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi dapat disetujui bersama dalam Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan menjadi undang-undang sehingga akan menjamin kepastian hukum dalam menyelesaikan permohonan grasi. Dengan disetujuinya Rancangan Undang-undang ini, lnsya Allah nanti setelah ini tentu pemerintah akan tetap berkomitmen dan lebih intensif lagi memperjuangkan prinsip-prinsip justice for all, terutama kepada masyarakat rentan dan marginal antara lain khususnya kepada anak-anak, anak-anak yatim piatu, narapida yang lanjut usia, sakit permanen dan sebagainya.

Saudara Pimpinan dan anggota Komisi Ill DPR RI yang terhormat.

Pada akhirnya kami mewakili presiden Republik Indonesia menyetuji serta menyambut baik dan menyampaikan penhargaan yang setinggi-tingginya atas diselesaikannya penyelesaian pemabahasan RUU tentang Perubahan atas Undang­Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi pada pembicaraan tingkat I untuk diteruskan pada pembicaraan tingkat II guna pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI. Dalam kesempatan ini perkenankan kami mewakili Presiden menyapaikan ucapan terima kasih kepada Pimpinan Komisi Ill dan seluruh anggota Komisi Ill DPR RI yang dengan penuh dedikasi, toleransi dan kerja keras larut malam

27

ARSIP D

PR RI

Page 28: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-013030-9773.pdf · pengambilan keputusan dan penandatangan draft Rancangan Undang-undang. Keempat, sambutan

dapat menyelesaikan pembahasan RUU. Ucapan terima kasih tentu tidak lupa kami sampaikan kepada sekretariat Komisi Ill DPR RI dan para wartawan secara keseluruhan yang telah meliput pembahasan RUU ini. Atas segala perhatian Pimpinan dan Anggota Komisi Ill yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga apa yang sudah kita lakukan ini merupakan bagian dari amal ibadah kita kepada-Nya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUARAPAT

Jakarta, 21 Juli 2010

Atas nama Presiden Republik Indonesia Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia,

PATRIALIS AKBAR

Terima kasih atas sambutan.

Saudara Menteri Hukum dan HAM mewakili Presiden. Dengan demikian selesailah seluruh rangkaian rapat Kerja Komisi Ill pada

malam ini untuk menyelesaikan tugas kosntitusional kita, yaitu pembicaraan tingkat I Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang Grasi yang selanjutnya akan dilanjutkan pada pembicaran tingkat II yaitu pengambilan Keputusan pada Rapat Paripurna Dewan pada Senin tanggal 26 Juli 2010. Selanjutnya dari meja Pimpinan kami menyampaikan terima kasih yang setinggi­tingginya kepada Menteri Hukum dan HAM, yang dalam hal ini mewakili Presiden beserta seluruh jajarannya dan juga terutama kepada bapak/ibu Anggota Komisi Ill atas kesetiannya, kehadirannya, pengorbanannya dalam rapat Kerja pada malam ini. Dengan demikian dari meja Pimpinan, perkenankan kami menutup rapat Kerja ini disertai dengan ucapan wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakaatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 22.26 WIB)

28

ARSIP D

PR RI