arista atmadjati , se.mm yogyakarta. -...
TRANSCRIPT
1
Manajeman ‘Airport Handling’ Maskapai
( seri 1)
Oleh :
Arista Atmadjati , SE.MM
Yogyakarta.
2012
2
Kata Pengantar :
Sejalan dengan pesatnya bisnis penerbangan di tanah air dalam satu decade
belakangan ini maka tuntutan profesionalitas staf airport dituntut mumpuni .Namun
apa yang terjadi , dalam tahun 2011 ini saja di bandara Soekarno Hatta ,Tangerang
telah terjadi 2 kali kecerobohan insiden senggolan dua maskapai dalam satu bulan
belakangan ini , yang bisa jadi diakibatkan oleh kelalaian driver GSE yang kurang
tepat dalam mengoperasikan alat kerjanya .Kelalaian terjadi bisa jadi karena
rutinitas , factor kecapaian ,atau bahan skill yang tidak mumpuni karena kurangnya
pengetahuan staff tersebut memahami manual operasi GSE atau mekanisme kerja
di ramp area. Berangkat dari perkembangan bisnis pernerbangan niaga yang pesat
di tanah air, serta masih langkanya buku referensi Passenger dan airport handiling
versi bahasa Indonesia , maka kami memberanikan diri membuat tulisan buku
dengan merangkum semua referensi perihal manual dan artikel passenger dan
airport handling dengan ditambahi penganlaman kami bekerja selama 21 tahun di
maskapai nasional dan kami pernah bertugas di ware house Kargo di bandara
Juanda Surabaya tahun 1997 dan OJT di bandara Internasional di Ngurah Rai
airport denpasar bali tahun 1990 an.
Semoga buku ini sedikit banyak dapat dimanfaatkan oleh semua insan
pernerbangan di Indonesia , baik masyarakat umum dan sekolah sekolah tinggi
penerbangan yang membutuhkan .
Semua saran masukan dan kritik selalu menjadi inputan yang berguna bagi
penyempurnaan buku seri ke 2 dengan tema yang sama, terimakasih ,
31 januari 2012,
3
Kupersembahkan untuk keluargaku : Isteri Suzy Hendrica, anak-2ku : Marchsiano
Ristawan dan Moonica Dwi Ristawan
Bandara Soekarno Hatta Internasional airport , Cengkareng
Penulis,
Arista Atmadjati SE,MM
Latar Belakang Penulisan buku .
Dengan semakin tumbuhnya era maskapai Low Cost Carrier di Indonesia dalam
satu dasa warsa belakangan ini maka pertumbuhan lahirnya beberapa maskapai
baru telah medorong pertumbuhan
Jumlah perusahaan penerbangan di tanah air. Tahun 2000 jumlah penumpang
angkutan moda transpotasi udara hanya berkisar dibawah 10 juta penumpang ,
maka pada tahun 2015 jumlah penumpang angkutan moda transportasi udara
diperkirakan akan mencapai angka 100 juta penumpang . Hal ini diakibatkan
dengan semakin banyaknya tumbuh maskapai niaga yang baru di Indonesia yang
sampai saat kini ada sekitar kurang lebih 15 maskapai niaga berjadual dan
beberapa maskapai kargo. Jumlah maskapai akan semakin bertambah seiring
dengan beberapa ijin maskapai baru yang tengah antri ijin operasi dari
Kemenhub saat kini.Maka tak heran bila dunia penerbangan di Indonesia saat kini
kekurangan SDM penerbangan yang siap pakai. Para analis memperkirakan
kebutuhan SDM dalam dunia penerbangan sampai dengan tahun 2020 mencapai
2 juta staff siap pakai.Termasuk didalamnya tenaga staff passanger handling di
semua maskapai dan bandara di Indonesia .Padahal kita ketahui bersama buku
buku “Passangger handling “ di airport dalam bahasa Indonesia juga masih
terbatas . Beranjak karena terjadi kekurangan SDM penerbangan yang sangat
serius maka maka kami berusaha menulis buku tersebut dalam bahasa Indonesia
4
yang sekerinya akan bermanfaat bagi para pembaca mahasiswa dan mahasiswi di
kampus jurusan Penerbangan , Pariwisata dan pembaca pada umumnya.
Ground Handling :
Pengertian Ground Handling
“Ground Handling” berasal dari kata “Ground” dan “Handling”. Ground artinya darat atau di darat, yang
dalam hal ini di Bandara (Airport). Handling berasal dari kata Hand atau Handle yang artinya tangan atau
tangani. To Handle berarti Menangani, Melakukan suatu pekerrjaan tertentu dengan dengan penuh
kesadaran. Handling berarti Penanganan atau pelayanan (Service ot To Service, sehingga pada banyak
kesempatan, kita sering menjumpai pemakaian kata “Ground Service”. Dan dalam banyak kasus. Kita
juga sering menemukan kata “Ground Operation”, Baik “Ground Handling”, “Ground Service”, “Ground
Operation” maupun “Airport Service”, pada dasarnya mengandung maksud dan pengertian yang sama,
yaitu merujuk kepada “Suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan
atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu
pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di Bandara, untuk
keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan atau ketibaan (Arrival)”. Secara sederhana
“Ground Handling” atau “Tata Operasi Darat” adalah pengetahuan dan keterampilan tentang
penanganan pesawat di Apron, penanganan penumpang dan bagasinya di terminal dan kargo serta pos
di cargo area.
Ruang Lingkup Ground Handling
Ruang lingkup atau batasan pekerjaan “Ground Handling”, yaitu pada fase atau tahap :
1. Pre-Flight
Kegiatan penanganan terhadap penumpang berikut bagasinya dan kargo serta pos dan pesawat sebelum
keberangkatan (di Bandara asal/Origin Station)
Post Flight
Kegiatan penanganan terhadap penumpang beserta bagasinya dan kargo serta pos dan pesawat setelah
penerbangan (di Bandara tujuan/Destination)
Atau dengan kata lain penanganan penumpang dan pesawat selam berada di Bandara. Secara teknis
operasional, aktifitas “Ground Handling” dimulai pada saat pesawat “ taxi” (Parking Stand), mesin
pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (Block On) dan pintu pesawat sudah dibuka
(Open The Door) dan para penumpang sudah dipersilahkanuntuk turun atau keluar dari pesawat, maka
5
pada saat itu para staff udara sudah memiliki kewenangan untuk mengambil alih pekerjaan dari “Pilot In
Command (PIC)” beserta cabin crew-nya. Dengan demikian, fase ini kita namakan “Arrival Handling”.
Dan sebaliknya, kegiatan atau pekerjaan orang-orang darat berakhir ketika pesawat siap-siap untuk
lepas landas, yaitu pada saat pintu pesawat ditutp, mesin dihidupkan dan ganjal roda pesawat sudah
dilepas (Block Off). Tanggung jawab pada fase ini (In-Flight) berada di tangan “Piloy In Command”
beserta para awak kabinnya. Fase ini dikenal dengan istilah “Departure Handling”
Obyek yang ditangani oleh Ground Staff pada intinya, meliputi : penumpang (Pax), barang bawaan
penumpang (Baggage), barang kiriman (Cargo), benda-benda pos (Mail), ramp dan aircraft. Sebagai
sebuah proses penangana, maka muncul istilah : Passenger Handling, Baggage Handling, Cargo and Mail
Handling dan Ramp Handling. Dimana baik ruang lingkup maupun obyek kegiatan tersebut harus
mengacu kepada aturan yang telah ditetapkan oleh “IATA Airport Handlng Manual, 810 Annex A”, yang
telah menetapkan sebanyak 14 section pelayanan standar atau 14 kegiatan.
Tujuan Ground Handling
Ground Handling mempunyai tujuan atau target-target/sasaran-sasaran yang ingin dicapai, yakni :
1. Flight Safety
2. On Time Performance
3. Customer Satisfaction
4. Reliability
Tata Operasi Darat (TOD) atau Ground Handling mencakup antara lain :
Prosedur keberangkatan dan kedatangan penumpang
1. Prosedur keberangkatan dan kedatangan cargo/mail
2. Prosedur keberangkatan dan kedatangan pesawat udara
3. Lay out sebuah airport
4. Membaca ABC Guide, Time Table, Travel Information Manual (TIM)
5. Cara menghitung flight time
6. Cara memeriksa Paspor, Visa, Health Certificate, Tiket, Fiskal, Airport Tax
7. Aircraft and the positioning of the transportation equipment
8. Hal-hal yang berhubungan dengan pesawat udara :
Cleaning (membersihkan)
Catering (penyediaan makanan dan minuman)
Fuelling (pengisian bahan bakar)
Marshalling / parkir (memarkir pesawat)
6
Push back (alat pendorong pesawat)
Maintenance (pemeliharaan)
TERMINAL AREA
1. Prosedur Keberangkatan Penumpang
Yang perlu disiapkan petugas sebelum check – ini counter dibuka :
Passenger Manifest (Passenger Name List).
Boarding Pass (bila secara manual).
Baggage Claim Tag.
Label/Tag lainnya, seperti security tag, priority tag, fragile tag, group tag, name tag, checked baggage tag, dsb.
Excess baggage ticket.
Seat Allocation, terutama tentang pemesanan special ticket.
Purser Information.
Form Passenger Baggage Weight Sheet (PWBS)
Form Passenger Transfer Message (PTM)
Free baggage allowance serta cara menghitung excess baggage. Hal pertama yang dilakukan penumpang ketika di bandara adalah dating ke check
– in counter, dengan membawa tiket, bagasi, dan tas tentengan (kalau ada). Setelah memeriksa tiket, petugas check – in counter akan menimbang bagasi untuk melihat apakah ada kelebihan berat atau tidak; bila lebih, calon penumpang akan diminta membayar excess baggage (kelebihan bagasi), dan petugasakan memberikan E#xcess Baggage ticket sebagai bukti pembayaran kelebihan berat itu. Setelah proses ini selesai, ia akan memberikan \boarding pass dan baggage claim tag, serta mengembalikan sisa tiket (cover ticket)
Dari check – in counter, dimana penumpang juga membayar airport tax dan fiscal, penumpang menuju pemeriksaan imigrasi, lalu ke boarding gate untuk menunggu boarding time.
Untuk kemyamanan calon penumpang dan kelancaran kerja, para petugas di check – in counter harus memperhatikan hal – hal berikut: 1. Penampilan harus rapi, banyak senyum, dan ramah. 2. Harus menguasai tata cara check – in, antara lain:
Bagaimana cara memeriksa tiket, paspor, visa, surat kesehatan (dan bilamana surat ini diperlukan).
Cara mempersiapkan boarding pass.
Cara mempersiapkan baggage claim tag.
7
Cara membaca PNL (Passenger Name List) atau PNR (Passenger Name Record) atau Daftar Nama Penumpang.
Cara membuat excess baggage ticket seandainya penumpang mempunyai kelebihan berat ats bagasinya.
Cara mambaca buku ABC, TIM
Dan lain – lain. 3. Langkah – langkah yang mesti dilakukan petugas:
Manyapa dengan sopan dan senyum kepada penumpang yang dating dengan selamat pagi/siang/sore/malam.
Meminta dokumen perjalanan penumpang: tiket, paspor, visa dan apabila diperlukan surat kesehatan internasional.
Setelah menerima tiket, mencocokannya dengan PNL/PNR apakah nama si calon penumpang ada di dalam daftar tersebut; kalau ada, petugas langsung menyapa dengan menyebiut namanya, misalnya Mr. Dewa, Mrs Hadi, dsb.
Menimbang bagasi, lalu membuatkan kartu bagasi atau baggage claim tag, kalau ada kelebihan berat, penumpang diberi tahu akan harus membayar berapa, bagaimana cara pembayarannya (cash atau pakai credit card). Membuatkan excess baggage ticket
Memeriksa paspor, visa, dan dokumen lainnya
Menyakan apakah ada permintaan khusus sperti tempat duduk, makanan, dsb.
Apabila semua sudah beres, ia memberikan boarding pass untuk si penumpang disertai tiket, paspor, dan lain – lain; memberitahukan waktu berangkat serta dimana ruang tunggunya, dan dari check – in counter, penumpang harus pergi kemana, misalnya membayar fiscal lalu ke bagian imigrasi, baru ke ruang tunggu.
Jangan lupamenbgucapkan terima kasih dan selamat jalan “Have a nice trip”
2. Prosedur Kedatangan Penumpang. Petugas di bagian kedatangan pesawat/penumpang haruslah mengetahui jam –
jam kedatangan pesawat (ETA = Estimate Time Arrival), sehingga mereka bisa mempersiapkan diri. Mereka juga harus mengetahui apakah ada penumpang yang transit, yang transfer (pindah pesawat menuju ke lain kota/Negara), dan yang turun di situ. Penumpang yang transit (singgah) akan diberi transit card atau kartu singgah. Yang transfer atau pindah pesawat akan segera dibantu sehubungan dengan yempat duduk, bagasi, dsb. Dan bagi yang turun disitu, akan dibimbing ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan visa, lalu ke tempat pengambilan bagasi.
Kalau urusan bagasi sudah bagasi sudah beres, amaka mereka dipersilakan menuju ke pemeriksaan Pabean (doane)_, lalu ke luar. Bila ada bagasi yang belum ketemu atau hilang atau mengkin ada yang rusak, penumpang tersebut akan diajak ke bagian Lost and Found (tempat melaporkan kehilangan dan bagasi).
3. Prosedur Kalau Kehilangan Bagasi atau Bagasi Rusak.
Setelah melalui pemeriksaan paspor di bagian Imigrasi, anda menuju ke bagian pengambilan bagasi anda di conveyor belt (ban berjalan), seandainya bagasi/koper anda tidak ketemu atau hilang, dan juga apabila koper anda rusak sewaktu anda
8
terima, anda harus malapor ke bagian Lost and Found atau bagian “Kehilangan dan Penemuan”
Beberapa hal yang perlu anda perhatikan untuk mengurus masalah ini adalah sebagai berikut:
Bila koper anda hilang, anda mesti menunjukan bukti baggage claim tag atau tanda penerimaan bagasi, dimana tertera nomor bagasi anda serta tujuannya. Anda akan dibuatkan Property Irregularities Report (Laporan Kehilangan) yang biasanya disingkat dengan PIR. Di dalam PIR, anda akan menemukan data anda dan koper anda.
Bila koper anda rusak, anda akan dibuatkan Damage Report (Laporan Kersukan. Apabila koper yang tadim masih bisa diperbaiki, maka pihak perusahaan penerbangan akan memperbaikinya, atau anda yang akan memperbaiki sendiri, nanti biayanya akan diganti oleh pihak perusahaan penerbangan.
Setelah semua bagasi/koper yang anda bawa anda temukan, anda langsung mwmbawanya ke bagian pabean. Di bandara Soekarno – Hatta , dibagian pabean ada jalur merah dan jalur hijau. Jalur merah bagi mereka yang mempunyai barang – barang bawaan yang sekiranya perlu dilaporkankepada pabean untuk pembayaran bea masuk. Jalur hijau dipergunakan bagi mereka yang tidak membawa barang – barang yang perlu dilaporkan kepada pihak pabean atau tidak ada barang yangperlu bayar bea masuk. Namun sekalipun anda menggunakan jalur hijau, kalau pihak pabeaningin melihat isi koper anda, maka anda harus membukanya. Bila semua ini beres,anda bisa meninggalkan bandara.
APRON AREA
LOAD CONTROL
I. DEFINISI :
Adalah unit yang menerima data- data pesawat dan muatan dari beberapa bagian yang terkait
yang kemudian harus dihitung untuk mendapatkan keseimbangan pesawat (weight and balance) yang
optimum mengacu pada dua aspek yaitu safety dan economical operation.
II. TUJUAN :
9
Memberikan panduan tentang aktivitas Load Control dalam menjalankan fungsinya sehingga
diperoleh pelayanan yang aman dan benar sesuai ketentuan yang berlaku dan terjalin koordinasi yang
baik dan efektif dengan pihak-pihak yang terkait, seperti :
Mengusahakan maksimum payload pada suatu penerbangan
Menyusun muatan sesuai dengan urutan dan urutan destination load tersebut (Load
Instruction)
Memperhatikan factor Ramp Safety dan on time performance
III. TUGAS DARI LOAD CONTROL :
Mempersiapkan registrasi aircraft, crew, pantry, basic weight dan basic index
Membuat ideal trim di system atau manual
Menerima data CPM dan LDM
Membuat loading instruction untuk unloading
menerima data actual cargo dari warehouse
membuat loading instruction untuk loading
menerima fuel dari ramp handling
menerima closing penumpang dari check-in 30 menit sebelum keberangkatan
IV. RUANG LINGKUP :
Berlaku untuk seluruh personil yang bertugas menjalankan fungsi sebagai Load Control dan
fungsi lain yang terkait langsung dengan Load Control
V. REFERENSI :
10
1) Airport Handling Manual ( IATA ) 1998
2) Airline Procedure
VI. TANGGUNG JAWAB :
Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan struktur organisasi
cabang) bertanggung jawab atas pelaksanaan proses load control yang berada
diwilayah bandara yang menjadi tanggung jawabnya agar berjalan sesuai
dengan aturan yang berlaku
Setiap personil yang menjalankan fungsi sebagai Load Control atau fungsi lain
yang terkait langsung dengan Load Control, wajib dan bertanggung jawab
menjalankan setiap aktivitas dalam panduan ini.
VII. PROSEDUR :
Pelaksanaan Load Control mengacu kepada SOP dari Airline, baik proses yang
dilaksanakan secara sistem (misal DCS untuk GA) maupun proses yang dilaksanakan
secara manual.
Prosedur yang ada memiliki tujuan agar :
Weight & Balance pesawat dilaksanakan secara benar dan hasilnya berada
dalam batasan (safety area) yang diijinkan.
Pembebanan pada pesawat mengacu kepada aturan dari carrier.
Informasi yang tercantum dalam Loadsheet sesuai dengan actual load di
pesawat.
Untuk memenuhi tujuan diatas, prosedur mengacu kepada adanya sistem yang
dinamakan Load Control, yang didasarkan atas tiga fungsi sebagai berikut :
11
a. Fungsi 1 : Load Planning, Weight & Balance Precalculation &
Completion Loading Instruction :
i. Load Planning, meliputi :
1. Merekap semua data yang terkait dengan “load”
2. Merencanakan uplift/discharge dari “load”, yang mengacu kepada
kapasitas pesawat yang dilayani
3. Merencanakan penanganan “special loads” yang mengacu kepada
adanya restrictions, maksimum quantities, persyaratan pemisahan
tempat, dll.
ii. Weight and Balance Precalculation, meliputi :
1. Perencanaan total load untuk pesawat harus dijamin tidak melebihi
nilai maksimum yang diijinkan
2. Membuat precalculation dari weight and balance dari pesawat dan
hal ini merupakan mandatory pada pengerjaan loadsheet manual
3. Precalculation untuk sistem Departure Control System (DCS),
dibuat pada saat weight and balance pesawat diperkirakan akan
ditutup terkait dengan limit operational.
iii. Completion Loading Instruction, meliputi :
1. Menentukan distribusi,
2. Mencetak Loading Instruction,
3. Menandatangani Loading Instruction,
12
4. Melaksanakan briefing kepada petugas Load Master untuk
pemuatan di pesawat.
b. Fungsi 2 : Supervisi pemuatan ke pesawat yang mengacu kepada
Loading Instruction Report (LIR), meliputi pekerjaan sebagai berikut :
i. Pastikan ULD dalam kondisi serviceable,
menggunakan tag yang benar dan isi dalam kondisi terawasi / aman
ii. Pastikan lashing/spreading dalam pemakaian
yang benar
iii. Periksa kondisi packaging dari dangerous
goods yang akan ditempatkan di bulk
iv. Pastikan Dangerous Goods dan special loads
lainnya disimpan dengan benar
v. Selama proses penyelesaian, setiap
perubahan harus dikonfirmasikan kepada petugas load control
c. Fungsi 3 : Completing & Checking Loadsheet terhadap LIR atau
dokumen lainnya, Petugas Load Control menandatangani, mencantumkan
nama dan unit serta memastikan hal-hal sebagai berikut :
i. Pastikan dengan benar : DOW dan index yang
digunakan untuk Aircraft type, version, jumlah crew dan pantry
ii. Pastikan dengan benar : jumlah take-off dan
trip fuel dengan data pengisian (fuel order)
13
iii. Pastikan dengan benar : pengisian data transit
load dari loadsheet
iv. Periksa final loadsheet terhadap data
passenger terakhir dan terhadap data loading terakhir (loading
instruction/report)
v. Pastikan posisi aktual loading dari dangerous
goods dan special loads lainnya tercantum pada NOTOC
vi. Pastikan bahwa total traffic load tidak melebihi
dari jumlah yang diijinkan
vii. Pastikan perhitungan telah dilakukan dengan
benar masuk dalam batasan yang diijinkan : perhitungan balance dan
kondisi loading di pesawat, termasuk kondisi LMC (jika ada)
Load Control process flow terlampir
VIII. Pembuatan Load Message
Up-dating ULD Nbr, Cargo, baggage, Aktual fuel sesuai kondisi aktual terakhir,
selanjutnya mengirim LDM/CPM/CLI
IX. Pembuatan Laporan
Membuat daily journal report, filing laporan.
RAMP DISPACHTER
14
1. TUJUAN
Agar segala aktifitas yang dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan selama pesawat di
darat dapat berlangsung dengan aman, tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku.
2. LINGKUP
Berlaku bagi setiap petugas Ramp (Ramp Dispatcher) sebagai panduan dalam melaksanakan
aktifitas keseharian.
3. REFERENSI :
o Airport Handling Manual ( IATA) 1998
o Station Handling Manual
4. TANGGUNG JAWAB :
Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan Struktur Organisasi Cabang)
bertanggung jawab agar setiap aktifitas pesawat di darat baik untuk keberangkatan maupun
kedatangan dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Setiap petugas Ramp Dispatcher bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasikan
segala aktifitas ramp berkaitan dengan keberangkatan ataupun kedatangan pesawat.
5. PROSEDUR :
15
o Memeriksa persiapan semua perlengkapan kerja dan data-data sebagai berikut :
Radio komunikasi (HT dalam kondisi berfungsi dengan baik atau tidak)
Transportasi ramp (harus dalam kondisi berfungsi dengan baik)
Ramp check list
No penerbangan
Registrasi pesawat
Posisi parkir peswat
Type pesawat
Jumlah fuel
Jumlah penerbangan dan PBS (VIP, CIP, STRC Case dan kursi roda)
Pemesanan catering
Cargo (kondisi dan atau pelaksanaan pengepakannya)
Crew (jumlah crew aktif untuk masing-masing tipe pesawat)
o Mengikuti briefing sebelum menjalankan aktifitas Ramp Handling.
o Memeriksa dan mengkoordinasikan terhadap semua telex yang masuk yang
berkaitan dengan operasi penerbangan yang akan ditangani.
o Berkoordinasi dengan Departure Control mengenai estimasi waktu kedatangan
maupun waktu keberangkatan pesawat.
o Memastikan informasi jumlah awak pesawat yang aktif maupun tambahan.
o Berkoordinasi dengan unit-unit terkait untuk memastikan kesiapan proses handling
yang akan dilakukan.
o Berkoordinasi dengan :
16
Awak Kokpit / Kabin
Petugas Boarding Gate untuk meyakinkan bahwa semua penumpang telah siap dipintu
keberangkatan (boarding gate)
Petugas penanganan kargo
Petugas teknik di darat
Operator GSE
Petugas Catering
Load Master
Load Control
Petugas Cabin Cleaning (cleaning service)
Petugas Loading Unloading
Untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan permintaan dan prosedur
yang ada.
o Menginformasikan ke unit-unit terkait sesegera mungkin apabila terjadi sesuatu
diluar kebiasaan (irregularities)
o Berkoordinasi dengan Cockpit / Cabin crew berkaitan dengan waktu mulainya
pelaksanaan boarding
o Mengkoordinasikan dengan petugas teknik/perawatan pesawat berkenaan
dengan kondisi pesawat dan menginformasikan segera ke unit-unit terkait
apabila terjadi perubahan waktu atau delay karena alasan teknik
o Senantiasa berhubungan dengan petugas teknik untuk mengetahui secara persis
lama waktu perryelesaian yang dibutuhkan untuk perbaikan pesawat dan segera
menginformasikan kepada seluruh unit terkait agar dapat melakukan persiapan-
persiapan yang dibutuhkan
17
o Memastikan jumlah bahan bakar (fuel) yang diisikan ke pesawat dan
menandatangani kolom isian pada form "Fuel Order" setelah proses refueling
selesai
o Memastikan bahwa proses refuelling berlangsung dan selesai pada rentang
waktu yang ditentukan
o Memeriksa dan memonitor aktivitas yang ada di sisi pesawat dan mempastikan
bahwa proses bongkar muat selesai dalam rentang waktu yang ditentukan
o Menginformasikan ke unit terkait perihal berat aktual dari bagasi, pos, kargo,
ataupun muatan khusus lainnya (penumpang transit dll.)
o Memeriksa dan memonitor jumlah aktual meal yang masuk (Catering Uplift)
o Memastikan bahwa jumlah meal yang masuk sesuai dengan jumlah total
penumpang
o Memonitor proses pelaksanaan Cabin Interior Cleaning mulai dari waktu
pelaksanaan sampai dengan kesiapan Cabin untuk proses boarding penumpang
o Memeriksa kelengkapan Flight Document serta memastikan bahwa semua
dokumen telah lengkap dan berada di pesawat paling lambat ETD-10 berupa :
Passenger Manifest
Cargo Manifest
General Declaration
Load sheet
Berkoordinasi dengan petugas boarding gate untuk memutuskan kesiapan
pelaksanaan boarding
Berkoordinasi dengan Check-in Counter dan load control untuk memutuskan
kemungkinan penambahan penumpang (stand by passenger / late check-in)
18
Memonitor proses transportasi penumpang apabila pesawat diparkir di
Remote Area
Memonitor secara lengkap dan komprehensif segala aktivitas yang dilakukan
pada saat handling pesawat dan mengisikan data akuratnya ke form "Ramp
Handling Check List" dengan lengkap dan benar
Memastikan bahwa ETD-10 tidak ada aktivitas disisi pesawat
Memastikan bahwa Door Close dilaksanakan pada ETD-5 menit
Berkoordinasi dengan Departure Control untuk menentukan Delay Code (kode
keterlambatan) berdasarkan kondisi aktual dilapangan
Berkoordinasi dengan unit terkait untuk mengakomodasi permintaan
tambahan peralatan (misal : GPU, GTC, AC Car, tangga maintenance dll).
RAMP SAFETY
1. TUJUAN
a. Memberikan panduan tentang aspek-aspek keselamatan selama pelaksanaan kegiatan
handling di area ramp (apron).
b. Mencegah terjadinya kecelakaan di area ramp.
c. Mengurangi tingkat kecelakaan penumpang, petugas atau kerusakan pada pesawat, GSE dan
fasilitas lain di area ramp.
d. Meningkatkan mutu pelayanan dari GSE sehingga dicapai tingkat pelayanan yang baik kepada
penumpang atau pesawat secara aman dan efisien.
19
e. Meningkatkan OTP dalam pelayanan pesawat.
2. LINGKUP
Berlaku bagi setiap petugas yang melakukan pekerjaan penanganan pesawat atau penumpang di
area ramp.
3. REFERENSI
a. Airport Handling Manual
b. Station Manual PT Garuda Indonesia 2000
c. IATA Ramp safety hand book
d. Pedoman Umum pengelolaan Ground Support Equipment, 2004
4. TANGGUNG JAWAB
a. General Manager bertanggung jawab terhadap keselamatan selama pelaksanaan handling
pesawat dan pemberian informasi-informasi yang berkaitan dengan keselamatan di ramp
kepada bawahannya.
b. Manager/Supervisor bertanggung jawab dalam mengawasi kegiatan operasional di lapangan
agar sesuai dengan Sistim dan Prosedur Operasi dan aturan keselamatan penerbangan yang
berlaku.
20
c. Seluruh petugas yang bertugas di area ramp bertanggung jawab langsung terhadap
keselamatan selama proses handling pesawat.
5. PROSEDUR
5.1 Parkir dan Pergerakan Pesawat
Parkir dan pergerakan pesawat meliputi:
5.1.1 Engine starting
5.1.2 Komunikasi / isyarat tangan (hand signal)
5.1.3 Perlindungan terhadap semburan jet dan kebisingan (noise)
5.1.1 Engine Starting
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan pada saat engine starting:
a. Selama engine starting / running pada area ramp, diperlukan kewaspadaan dari
semua pihak yang ada di ramp untuk menjamin keselamatan pada penumpang
dan barang, petugas dan peralatan yang ada di sekitar pesawat.
b. Selama urutan proses engine starting harus diawasi oleh orang yang memiliki
otorisasi (dinyatakan oleh sertifikat / lisence yang dikeluarkan oleh instansi
berwenang).
c. Disamping bertugas mengawasi proses engine starting, juga berkoordinasi
dengan petugas di area ramp lainnya untuk memastilkan bahwa area bahaya dari
engine baik itu isapan (engine intake) ataupun area semburan (exhaust) terbebas
dari orang ataupun benda.
d. Orang yang bertugas mengontrol starting engine harus memastilkan bahwa
sebelum proses engine starting dimulai seluruh pintu akses dan pintu panel di
pesawat telah tertutup dan terkunci.
21
e. Dalam proses starting engine flight crew hendaknya mengadakan komunikasi
dengan petugas ground untuk memastikan bahwa proses starting berjalan lancar.
Alat komunikasi umumnya digunakan head set atau hand signaling.
f. Petugas di Ramp hendaknya menghindari gerakan-gerakan yang
memungkinkan terjadinya salah interpretasi komunikasi dengan flight crew dalam
mengendalikan proses starting ataupun pergerakan pesawat (A/C movement).
g. Petugas di darat yang bertanggung jawab pada proses engine starting harus
memiliki pengetahuan tentang semua prosedur dan regulasi yang berhubungan
dengan proses engine starting tersebut.
h. Semua pin pada gear, tutup pitot, wheel chock, static ground wire dan ground
power harus sudah dilepas sebelum pesawat berangkat.
i. Sebagai perlindungan terhadap bahaya kebakaran, harus ada pemadam api di
dekat area pesawat, selama proses engine starting.
5.1.2 Pemanduan pergerakan pesawat (Marshalling)
Pesawat karena ukuran dan beratnya merupakan benda yang sangat sulit untuk
berhenti dan bergerak / berjalan secara tiba-tiba atau juga melakukan pergerakan di
area yang sempit.
Salah satu prosedur keselamatan yang sangat penting dalam proses parkir dan
pergerakan pesawat di ramp adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud di sini
adalah komunikasi dengan menggunakan isyarat tangan atau lebih dikenal dengan
Prosedur Hand Signaling (Marshalling).
Selanjutnya mengacu pada surat keputusan nomor : SKEP / 81 / X / 1998 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan Ground Support Equipment, Bahwa setiap petugas /
personil yang memandu parkir pesawat harus sudah terlatih dan memiliki sertifikat,
22
yang dikeluarkan oleh Direktorat Keselamatan Penerbangan Dirjen Perhubungan
Udara Departemen Perhubungan.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemandu pergerakan / parkir dari
pesawat udara:
a. Pemandu untuk pergerakan yang spesifik (parkir pesawat) harus betul teramati
oleh Flight Crew pesawat yang akan dipandu.
b. Pemandu menggunakan tanda isyarat tangan yang sudah baku.
c. Pemandu harus dalam posisi yang teramati dan menjaga kontak komunikasi
visual sampai pesawat benar-benar berhenti.
d. Untuk menghindari kemungkinan salah interpretasi, jika dalam waktu
bersamaan ada pergerakan lain selain pesawat yang memerlukan panduan seperti
cargo atau GSE, hendaknya pesawat tetap menjadi prioritas sampai pesawat
selesai dipandu dan benar-benar berhenti.
e. Tanda isyarat tangan baku dinyatakan pada SOP No. S-OS-014 tentang Tanda
Insyarat Tangan.
5.1.3 Perlindungan terhadap semburan jet dan kebisingan (noise)
Pada saat starting dan running engine, setiap personil yang bertugas harus
menggunakan penutup telinga. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi telinga dari
kebisingan (noise) yang bisa mengakibatkan gangguan pada pendengaran baik
sementara ataupun permanen (tuli).
Penutup telinga tersebut sebaiknya dari tipe yang sudah disahkan oleh Departemen
Kesehatan. Penutup telinga tipe headset dan microphone harus secara berkala
disterilkan, demikian juga headset dan microphone pesawat. Dilarang menggunakan
bola lampu (bulb) sebagai penutup telinga. Hal lain yang harus diwaspadai dan
23
dihindari adalah jet blast (semburan jet engine) yang memiliki tekanan dan
temperatur yang tinggi.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua petugas di area Ramp:
a. Pada saat pesawat datang, semua petugas dan GSE harus diam di tempat
sampai pesawat yang dipandu untuk parkir, telah benar-benar berhenti.
b. Pada saat keberangkatan pesawat, area engine intake dan exhaust harus bersih
dari peralatan dan seluruh petugas tidak berada di area tersebut.
c. Petugas tidak berada di sisi engine.
d. Jangan menyentuh bagian engine, rem atau roda karena kemungkinan
temperaturnya sangat panas.
e. Dalam kondisi apapun, hindarkan berjalan di dekat engine yang sedang running.
5.2 A/C Loading & Unloading
A/C Loading& Unloading meliputi:
5.2.1 Passenger Loading
5.2.2 Cargo Handling
5.2.1 Passenger Loading
Keselamatan penumpang (passenger) pada area ramp merupakan hal yang harus
diutamakan. Kemudian, hal-hal yang mungkin terjadi pada penumpang di area ramp
ketika pesawat parkir di remote area (tidak menggunakan Aviobridge), misalnya : jatuh,
tergelincir, tertabrak oleh peralatan yang bergerak di area ramp. Prosedur berikut
membantu untuk dapat memberikan tingkat keselamatan pada penumpang baik selama
boarding maupun pada saat turun (disembark):
24
a. Tangga penumpang atau PBS (Passengger Boarding Stair) ditempatkan dengan
benar, sehingga tidak ada celah (gap) antara tangga dengan pesawat.
b. Setelah diposisikan dengan benar, PBS (Passengger Boarding Stair) di kunci agar
tidak bergerak.
c. Kapasitas beban maksimum tangga hendaknya tidak dilampaui, beban yang
diterima tangga harus diperhitungkan.
d. Hal-hal yang menghambat gerakan penumpang dan pesawat ke gerbang dan
sebaliknya, seperti: pipa-pipa, kabel-kabel ground power, oil, grease atau genangan
air, hendaknya dihindarkan atau dibersihkan.
e. Harus diamati apakah ada gerakan pesawat lain yang akan bergerak melintas,
sebelum menurunkan atau menaikan penumpang.
f. Penumpang tidak diizinkan berada di area ramp, mengingat bahaya semburan jet
(jet blast) atau propeler wash.
g. Aktivitas penumpang di area ramp ada dibawah pengawasan petugas.
h. Penumpang tidak diperkenankan berada di area ramp / air side demi alasan
keamanan dan keselamatan.
i. Penumpang atau pun petugas tidak diperkenankan merokok di area ramp.
5.2.2 Cargo Handling
Setiap petugas yang menangani kargo memiliki kemungkinan cidera atau luka, lebih
tinggi dibanding pegawai lainnya. Karena itu penanganan kargo harus betul-betul di
laksanakan dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Di samping itu, orang yang
bertugas dibagian kargo hendaknya telah melalui suatu pelatihan tentang penanganan
kargo yang memadai. Berikut prosedur yang harus diperhatikan dalam penanganan
kargo:
a. Jangan menumpuk kargo terlalu tinggi, hindari ketidakstabilan tumpukan kargo.
25
b. Hendaknya semua kargo disusun / tata dengan benar (di dalam pesawat atau di
atas gerobak / cart) untuk mencegah tumpukan kargo tidak tumbang.
c. Gunakan kain terpal, lading pengikat kargo, atau penutup sisi samping gerobak
untuk mencegah kargo jatuh ke jalan (selama baggage cart bergerak).
d. Pengoperasian semua unit mekanikal seperti: Cargoveyor atau BCL (Baggage
Conveyor Loader) atau HLL (High Lift Loader), forklift, harus sesuai dengan perintah
yang telah ditetapkan. Jangan mengoperasikan peralatan tersebut di atas melebihi
kapasitas beban yang diizinkan. Jika ragu tentang beban yang akan di handle
tanyakan pada supervisor yang bertugas pada saat itu.
e. Jangan sekali-kali mengangkat, mendorong atau menarik kargo lebih dari
kemampuan fisik. Jika beban besar dan atau berat mintalah bantuan untuk
mengangkatnya.
f. Hindari menggunakan perhiasan (contoh: cincin atau gelang), karena
kemungkinan akan menyebabkan tersangkut di kaitan (hook), pada paku, pada
gesper dan lain-lain, yang akan berakibat cidera pada jari tangan atau siku.
g. Pada penanganan kargo di ruang yang sempit hendaknya kargo didorong dari
pada di angkat. Karena mengangkat memungkinkan terjadinya cidera pada jari atau
tangan.
5.3 A/C Servicing (Pelayanan Pesawat)
Operasi pelayanan pesawat terdiri dari fueling, water service, lavatory service dan deicing,
namun karena di Indonesia beriklim tropis maka tidak pernah ada operasi deicing untuk
pesawat. Dari ketiga operasi pelayanan pesawat yang paling berisiko adalah fueling, yaitu
berpotensi terjadi kebakaran. Jadi secara umum operasi pelayanan pesawat (A/C servicing)
meliputi:
5.3.1 A/C refueling
5.3.2 Water Service
26
5.3.3 Lavatory Service
5.3.1 A/C refueling
Pelaksanaan refueling di bandara seluruh Indonesia dilaksanakan oleh PERTAMINA,
sedangkan PT Gapura sebagai groundhandling bertindak sebagai supervisor. Namun ada
hal-hal yang perlu diwaspadai oleh semua pihak dalam proses refueling, terutama hal-
hal yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
Sumber-sumber pengapian:
a. Listrik statis
Muatan listrik statis dapat terkumpul pada pesawat selama terbang atau di darat.
Hujan, kristal es dan tiupan debu dapat memperbesar muatan listrik statis. Muatan
statis dapat juga terkumpul melalui induksi dari atmosfir yang bermuatan listrik.
Listrik statis mengalir melalui lintasan termudah, jika tidak ada lintasan termudah
yang dapat dilalui muatan listik, sedangkan pada saat yang sama jika muatan listrik
semakin besar maka muatan akan mencari lintasan yang terpendek untuk mengalir
hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Pertemuan loncatan bunga api listrik ini
dengan bahan bakar mampu menimbulkan bahaya kebakaran.
b. Rokok
Korek api dan pemantik api lainya yang biasa digunakan untuk merokok dilarang
dibawa oleh petugas yang menangani pengisian bahan bakar (fueling). Aturan
dilarang merokok bagi petugas di ramp hendaknya ditekankan untuk dilaksanakan,
karena uap bahan bakar berpotensi menimbulkan kebakaran.
c. Loncatan bunga api (spark)
27
Hal-hal berikut direkomendasikan untuk tidak dilakukan selama proses refueling
berlangsung, karena memungkinkan timbulnya loncatan bunga api. Hal-hal tersebut
adalah:
a. Pemasangan dan pelepasan battery pesawat.
b. Pemasangan charger battery.
c. GPU hendaknya ditempatkan jauh dari titik pengisian bahan bakar, juga
menyambungkan dan melepaskan saat proses refueling.
d. Pengoperasian switch listik di pesawat yang mengontrol bagian sayap dan
tangki.
e. Mengaktifkan radio dan RADAR.
f. Melaksanakan fueling dalam jarak 30 meter dari RADAR pasawat yang sedang
akfif atau 90 meter dari instalasi RADAR yang-sedang aktif.
d. Pesawat bermesin turbin yang sedang running
Proses fueling dilarang dilaksanakan dalam jarak 45 m (150 ft) dari aliran udara yang
keluar dari ekor turbojet engine yang sedang beroperasi atau pada 22.5 m (75 ft)
dari aliran udara turboprop engine.
5.3.2 Water Service
Water Service untuk pesawat dan perlengkapannya hendaknya memenuhi persyaratan
sanitasi dan higienis yang disetujui oleh Departemen Kesehatan. Selanjutnya, dalam
proses pelayanan air ke pesawat dijaga agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Air tidak tumpah atau bocor.
28
b. Perangkat untuk mencapai potable water service panel seperti tangga atau
lainnya agar dijaga tetap kering, sehingga yang menaiki tangga tidak jatuh atau
tergelincir.
c. Operator water service tidak mengoperasikan lavatory service dalam waktu yang
bersamaan.
d. Hendaknya operator dapat berpakaian rapi dan bersih, demikian juga kebersihan
kendaraanya dapat tetap dijaga, hal ini untuk menampilkan citra bahwa operator
tersebut memahami tentang pentingnya kebersihan.
e. Kendaraan water service tidak diparkir berdampingan dengan kendaraan lavatory
service.
5.3.3 Lavatory service
Untuk lavatory service relatif sama dengan water service yaitu buangan limbahnya harus
memenuhi standar yang telah ditentukan. Namun demikian ada hal-hal yang harus
diperhatikan oleh operator lavatory service, yaitu:
a. Untuk pesawat tertentu, intake fan (kipas hisap) diminta untuk tidak dioperasikan
selama proses lavatory service, untuk mencegah bau kurang sedap dari lavatory.
b. Regulasi untuk pembuangan limbah hendaknya memenuhi aturan yang telah
ditetapkan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran penyakit.
c. Operator lavatory service hendaknya tidak mengoperasikan water service dalam
waktu yang bersamaan.
d. Operator hendaknya berpakaian rapi dan bersih, demikian juga kendaraannya, hal
ini untuk menampilkan citra bahwa yang bersangkutan tersebut memahami tentang
pentingnya kebersihan.
e. Kendaraan lavatory service diharapkan tidak diparkir berdampingan dengan
kendaraan water service.
29
f. Tindakan untuk mencegah terjadinya kebocoran/leakage setelah pengisian/
flushing lavatory:
Setelah drain valve ditutup dengan cara memutar drain valve berlawanan arah
jarum jam, pasangkan “donut plug” jika ada.
Apabila donut plug tidak ada, maka harus segera melaporkan ke petugas teknik/
engineer pesawat udara yang bertugas pada saat itu.
Apabila donut plug sudah terpasang, maka toilet service panel harus ditutup
dengan semestinya sesuai ketentuan (properly).
5.4 Parkir dan Pengoperasian GSE
GSE yang terdiri dari motorized dan non-motorized hendaknya diparkir di tempat yang telah
ditetapkan dengan parking brake pada posisi akfif dan posisi gigi pada netral atau parkir.
Selanjutnya dalam pengoperasian GSE harus perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Diharuskan ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada pesawat sewaktu berada di darat.
b. Pada kondisi siaga untuk melayani kedatangan pesawat, semua peralatan yang
beroperasi di area ramp harus diletakkan / diposisikan dibelakang garis batas (restraint
line) dalam kondisi parking brake terpasang.
c. Mobil tangga untuk penumpang (passenger step) harus berada dalam keadaan "fully
retracted" sebelum pesawat datang.
d. Semua peralatan termasuk passenger step tidak diperkenankan bergerak maju ke
pesawat sampai pesawat berada dalam keadaan berhenti sempurna, parking brake
terpasang dan lampu anti collision padam.
e. Pada setiap wing tip dan depan engine hendaknya diberi pengaman / pembatas berupa
safety cone.
30
g. Semua peralatan GSE harus memiliki perlengkapan parking brake dan dapat berfungsi
dengan sempurna.
h. Semua peralatan harus dalam kondisi laik operasi (good mechanical).
i. Kecepatan GSE tidak boleh melebihi 5 km/jam sewaktu mendekati atau menjauhi
pesawat.
j. Attachment Fittings / transfer bridges dan semua platform harus terpasang dengan
sempurna.
k. Lakukan “Walkaround check” sebelum mengoperasikan GSE.
l. Semua kabel, selang-selang yang ada diperalatan harus tergulung pada tempatnya.
m. Peralatan-peralatan yang memiliki kemampuan untuk naik/turun (elevating devices)
harus berada pada posisi turun penuh sewaktu berjalan, kecuali pada saat posisi akhir
mendekati pesawat.
n. Tidak diperkenankan mengangkut bagasi dan atau kargo dengan menggunakan
peralatan GSE yang tidak dirancang untuk fungsi itu.
o. Kargo harus dimuat dalam kereta barang dengan posisi rata (mendatar). Barang yang
lebih berat ditaruh di bawah dan di tengah untuk menjaga kestabilan. Semua pintu,
penahan dan penutup harus dalam kondisi tertutup sempurna untuk mencegah kargo
jatuh.
p. Meskipun kereta (dolly) yang dioperasikan secara manual tergolong peralatan yang
sederhana akan tetapi perhatian ekstra harus tetap dilakukan untuk menghindari
kecelakaan.
q. Semua pengunci dan rel pemandu pada kendaraan pengangkut pallet dan container
harus diperiksa setiap saat sebelum dipakai.
r. Karena adanya kecenderungan “pengurangan sudut belok” pada sebuah rangkaian
gerobak / dolly maka pengemudi rangkaian dolly / gerobak tidak boleh terlalu cepat belok
setelah menghindari rintangan.
31
s. Peralatan yang rusak harus ditampeli label / tag “0ut of Service” dan segera dikirim ke
unit repair (workshop), Tag / label hendaknya berisi informasi berikut :
tipe dan no inventory
alasan out of service
tanda tangan dari supervisor yang bertugas.
t. Dalam menempatkan peralatan harus senantiasa memperhitungkan jarak aman dengan
kendaraan, pesawat atau peralatan GSE yang lain.
u. Harus ditempatkan seorang pemandu pada saat:
Pandangan pengemudi terhalang pada area kritis (seperti penempatan equipment atau
posisi mundur).
Memandu harus menggunakan tanda isyarat baku tentang tanda isyarat tangan.
Melakukan handling agar dapat mengatur jarak aman dengan akurat dan berkomunikasi
dengan operator kendaraan. Pengemudi GSE harus segera berhenti pada saat
kehilangan kontak pandangan dengan pernandu.
v. Harus ada seorang operator yang berjaga pada motorized equipment yang mesinnya
sedang hidup.
w. Sebelum memasuki restraint area setiap pengemudi motorized equipment harus
melakukan pengujian rem dengan cara 'mengerem' kendaraannya dan melakukannya
sekali lagi sebelum mencapai sisi pesawat.
5.5 Pedoman Bagi Petugas yang Berada di Area Ramp
Berikut pedoman untuk petugas yang berada di area ramp agar diperoleh operasi pelayanan
pesawat yang aman dan tepat waktu:
32
a. Setiap petugas harus mengerti dan mengetahui bagaimana menyelesaikan tugas sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
b. Setiap petugas harus mengerti tata letak fungsi dan lokasi setiap bagian di pesawat
dimana dia bertugas melayani pesawat.
c. Senantiasa memperhatikan traffic light atau tanda-tanda marka dengan teliti.
d. Memahami dan mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku di ramp area,
khususnya petunjuk arah dan batas kecepatan kendaraan.
e. Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jet blast.
f. Senantiasa memeriksa bahwa peralatan dan kendaraan yang akan dipergunakan selalu
dalam keadaan laik, seperti rem berfungsi baik dsb.
g. Tidak memundurkan kendaraan ke arah pesawat atau wing-pesawat kecuali ada orang
lain yang memandu.
h. Pada waktu melakukan parkir peralatan atau kendaraan, yakinkan bahwa roda dalam
keadaan lurus, rem tangan difungsikan, jack dalam keadaan turun dan benar dan
mesin/peralatan/kendaraan dimatikan.
i. Parkir peralatan/kendaraan hanya ditempat yang sudah ditentukan.
j. Senantiasa meminta izin ke Tower apabila hendak melintasi runaway.
k. Tidak memotong pergerakan pesawat yang sedang bergerak.
l. Tidak mengoperasikan peralatan/kendaraan pada saat badan tidak fit untuk bekerja.
m. Agar selalu diingat bahwa pesawat bergerak dalam keadaan apapun memiliki prioritas
lebih tinggi dari pada peralatan/kendaraan anda.
n. Senantiasa bersikap waspada dan bersabar pada saat kendaraan di sekitar apron.
o. Jangan memasang atau melepas kabel-kabel yang masih memiliki tegangan (sedang
terhubung dengan sumber daya).
33
p. Senantiasa menggunakan peralatan yang sesuai dengan fungsi / kegunaannya. Contoh:
forklift untuk heavy cargo, dll.
q. Pada saat akan melepas tangga dari pintu pesawat, pastikan bahwa safety strap sudah
terpasang dan cabin crew sudah diinformasikan tentang hal ini.
r. Jangan diperbolehkan untuk mengotori lantai apron, bersihkan semua kotoran, oil,
minyak sesudah menyelesaikan suatu pekerjaan.
s. Tidak diperbolehkan untuk merokok di area Apron.
t. Senantiasa mempergunakan Operating Manual dalam melakukan pekerjaan.
u. Lakukan koordinasi dengan personil yang memiliki otorisasi apabila membutuhkan
penyelesaian pekerjaan yang tidak atau belum tercanturn dalam Operating Manual.
v. Jangan menganggap remeh/sepele setiap incident sekecil apapun resikonya. Segera
laporkan kepada Supervisor, Ramp Safety Officer atau personil lain yang memiliki otorisasi
untuk menindak lanjuti.
w. Mengoperasikan peralatan bergerak (mobile) hanya dapat dilakukan oleh operator yang
berwenang (ditunjukan dengan licence yang dimiliki).
x. Jika petugas mengalami keraguan bagaimana menyelesaikan tugasnya, jangan ragu
untuk bertanya kepada yang lebih mengetahui.
y. Tidak bermain-main / bercanda di area ramp karena dapat mengakibatkan kecelakaan.
z. Hanya petugas yang bersertifikat yang diizinkan untuk mengoperasikan peralatan.
Untuk mengoperasikan dan menangani peralatan guna mencapai fungsi optimum harus
melalui training terlebih dahulu.
Operator yang telah mengikuti training hendaknya ditest / uji oleh instruktur yang
berkualitas dan bersertifikat.
Recurent training hendaknya diberikan pada operator untuk periode waktu tertentu.
Operator hendaknya memiliki SIM A / BI / BII yang masilh berlaku.
34
Setiap operator bertanggung jawab terhadap peralatan yang dioperasikannya.
PELAPORAN RAMP INCIDENT/ACCIDENT
1. TUJUAN
Memberikan panduan tata cara pelaporan atas terjadinya kecelakaan di area ramp / apron yang
mengakibatkan kerusakan pada pesawat atau cidera pada petugas maupun penumpang.
2. LINGKUP
Berlaku untuk semua personil yang bertugas di area ramp.
3. REFERENSI
Airport Handling Manual (IATA) 1998
4. TANGGUNG JAWAB :
a. Manager Operasi atau Aircraft Servicing bertanggung jawab atas pembuatan laporan
kecelakaan sesuai dengan kejadian sesungguhnya yang terjadi di wilayah bandara yang menjadi
tanggung jawabnya.
35
b. General Manager bertanggung jawab atas sampainya laporan tersebut kepada Operator
pesawat yang bersangkutan dan ke unit yang bertanggung jawab menangani/menindak lanjuti
kejadian tersebut.
c. Setiap personil yang bertugas di lapangan harus mengenal form Pelaporan Ramp
Incident/Accident dan tata cara pergisiannya.
5. PROSEDUR :
a. Segera setelah terjadi incident/accident yang mengakibatkan kerusakkan walaupun minor,
Operator GSE tersebut melaporkan ke supervisor secara lisan atas kejadian incident/accident
tersebut.
b. Petugas keamanan (security) perusahaan yang sedang bertugas pada saat itu harus
mengamankan lokasi kejadian beserta dengan barang bukti atas accident/incident. Barang bukti
dipergunakan untuk investigasi atas kejadian tersebut.
c. Setelah mendapat laporan atas terjadinya incident/accident, Supervisor harus segera
mendatangi lokasi kejadian dengan membawa Form GROUND INCIDENT/ACCIDENT/ DAMAGE
REPORT untuk diisi sesuai dengan fakta atau kejadian yang tejadi pada saat itu.
d. Apabila pihak Authority bandara atau Carrier (A/C Operator) berkehendak melakukan
pemeriksaan terhadap operator GSE, Supervisor/Inspektor diharuskan untuk mendampingi
operator tersebut.
e. Form GROUND ACCIDENT/INCIDENT/DAMAGE REPORT yang sudah diisi lengkap diserahkan ke
General Manager untuk diteruskan ke Kantor Pusat, CARRIER (Operator Pesawat) dan Direktorat
Keselamatan Penerbangan untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
36
FLOWCHART
PROSES / ALIRAN KEGIATAN
PROSEDUR /
STANDAR /
INSTRUKSI
CATATAN YANG
DIPEGANG
PERSONIL YANG
BERTANGGUNG
JAWAB
37
Ground Incident/
Accident/Damag
e Report
Operator
Security Gapura
Supervisor
38
Supervisor
General Manager
LOAD MASTER
1. TUJUAN
Memberikan panduan tentang aktivitas yang harus dilakukan oleh Loading Master dalam
menjalankan fungsinya sehingga terjalin koordinasi yang baik dan benar dengan pihak- pihak yang
terkait.
2. LINGKUP
Berlaku untuk seluruh personil yang bertugas menjalankan fungsi sebagai Loading Master.
3. REFERENSI :
3.1 Airport Handling Manual ( IATA) 1998
39
3.2 Station Handling Manual
4. TANGGUNG JAWAB :
4.1 Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan Struktur Organisasi Cabang)
bertanggung jawab atas pelaksanaan loading/unloading yang berada diwilayah bandara yang
menjadi tanggung jawabnya agar berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
4.2 Setiap personil yang menjalankan fungsi sebagai Loading Master wajib dan bertanggung jawab
untuk menjalankan setiap aktivitas seperti yang tertulis di panduan ini agar terjamin
keselamatan penerbangan yang dilayaninya.
5. PROSEDUR :
Persiapan
5.1 Mengikuti briefing dan de-briefing yang diadakan setiap pertukaran shift kerja dan sebelum
melaksanakan tugas kegiatan kerja.
5.2 Memeriksa segala message yang masuk yang berkaitan dengan proses loading/unloading yang
sudah maupun akan dilakukan.
Pelaksanaan Loading (pemuatan) :
5.3 Memeriksa kelengkapan data yang ada di Load Plan / Loading Instruction terhadap data :
Nomor Penerbangan (Flight Number)
Registrasi pesawat
Tanggal
Rotation/Destination
40
5.4 Melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-
kendala operasional berkaitan dengan GSE.
5.5 Memastikan ketersediaan GSE dalam rangka loading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
Pesawat Narrow Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
a. MDL (Main Deck Loader) (utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader) (utk transfer load)
e. STT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Cart)
g. CDL (Container Dollies)
5.6 Mencatat waktu mulai aktivitas Loading (pemuatan).
5.7 Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi dengan beban penuh (cargo/mail/baggage) berada
dibelakang "restraint line" parking pesawat selama menunggu kode dari Marshaller (pesawat
telah berhenti sempurna dan engine mail)
5.8 Menghitung dan mencatat jumiah AWB/SAWB (SMU) dari cargo/mail sesuai dengan flight
number, destination dan kategori resikonya (Risk Category).
5.9 Melakukan proses loading sesuai dengan loading instruction dan memastikan bahwa aircraft
compartment terisi sesuai dengan loading Instruction.
41
5.10 Memastikan bahwa semua alat pengaman pada aircraft compartment (seperti net, stud fitting
dan lock) sudah terpasang pada tempatnya.
5.11 Melihat secara fisik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
5.12 Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal / barang-barang
lainnya yang membutuhkan penanganan khusus telah ditangani dan ditempatkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
5.13 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila diketemukan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada barang.
5.14 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila terjadi Volume Minus
(space yang tidak mencukupi) sehingga terjadi kemungkinan perubahan Load Sheet.
5.15 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila dirasa menemui Load
Planning yang tidak ideal sehingga mempengaruhi Weight & Balance (out of Trim).
5.16 Melaporkan ke Load Control muatan aktual (actual load) yang dapat dimuat ke pesawat
terbang agar dapat dibuat final Load Sheet, sebagai berikut :
Total weight dan pieces dari cargo keseluruhan
Total weight dan pieces dari bagasi keseluruhan
Total weight dan pieces dari mail keseluruhan
5.17 Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistem pesawat yang terjadi selama
proses loading/unloading.
5.18 Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi pada pesawat baik yang penuh maupun kosong
untuk loading-unloading sbb :
Didepan wing tip pesawat harus paralel dengan bagian depan hidung pesawat
Dibelakang wing tip pesawat harus paralel dengan bagian belakang ekor pesawat
Pergerakan dan peralatan GSE dengan muatan penuh atau kosong dilarang keras/tidak
diijinkan melalui bagian bawah dari wing tip pesawat
42
5.19 Menutup dan meyakinkan bahwa seluruh pintu cargo sudah terkunci dengan baik.
5.20 Loading Instruction disimpan dalam sistem file tertentu dan digabung/dijadikan satu dengan
Load Sheet untuk setiap penerbangan.
Pelaksanaan Un-loading (pembongkaran muatan) :
5.21 Memeriksa dan memastikan Daily Log Aircraft Schedule
5.22 Mengumpulkan, menyortir dan memeriksa data atau message yang masuk berkenaan dengan
persiapan Unloading yang akan dilakukan, seperti :
a. LDM
b. CPM
c. CLI
d. Surat masuk (incoming message)
e. Delivery Order Form
f. Informasi lainnya
5.23 Berkoordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala
operasional berkaitan dengan GSE.
5.24 Meryakinkan ketersediaan GSE dalam rangka Unloading yang akan dilaksanakan, sebagai
berikut :
Pesawat Narrow Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
43
a. MDL (Main Deck Loader) (utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader) (utk transfer load)
e. BTT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Carl)
g, CDL (Container Dollies)
5.24 Melakukan persiapan Unloading dengan urutan mulai dari kompartemen belakang dan
kemudian beralih ke kompartemen depan.
5.25 Membuka pintu cargo untuk memastikan kondisi dari cargo, mail dan bagasi.
5.26 Melihat secara fitsik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/
pelindung.
5.27 Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal masih dalam kondisi
yang aman.
5.28 Melepaskan posisi kunci dari lock pallet/container sebelum diturunkan (off loading)
5.29 Menggunakan CTL (jika diperlukan) untuk transfer muatan dari HLL ke cargo tack/dollies atau
sebaliknya.
5.30 Memastikan bahwa pada saat proses transfer dollies berada pada posisi terkunci.
5.31 Melakukan Unloading sesuai dengan katagori/klasifikasi dan prioritas, misalnya bagasi kelas
utama, barang tidak tahan lama/perishable, binatang hidup, atau karena pertimbangan
keselamatan (safety),
5.32 Memberikan instruksi ke operator BTT yang membawa bagasi dan cargo untuk
mengirim/membawa ke make-up area atau gudang cargo.
5.33 Menggunakan Delivery Order dokumen untuk serah terima bagasi/cargo.
44
5.34 Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistern pesawat yang terjadi selama
proses Unloading.
DEPARTURE CONTROL
Departure Control adalah Tempat pergerakan atau movement departure dan arrival pesawat garuda
dan maskapai penerbangan asing ( MPA ) di apron selama 24 jam khususnya di terminal E dan F.
Departure Control menggunakan system antara lain:
DCS => Departure controlled system yang terhubung langsung ke terminal
garuda.
GFIS => General flight information service / inform penerbangan dari system
komputerisasi jaringan ADEGA atau Garuda Flight Information System.
SITATEX => Fasilitas telex jaringan SITA.
FIS => Flight informasi system.
OPR => Perubahan – perubahan schedule airline sebagai acuan OM / RESV untuk
merubah schedule.
OM => Unit yang merevisi aircraft, rotation aircraft, schedule untuk di
45
publikasikan ke DEP.CO lalu di arahkan ke ACS, Load Control
( config. pax dan aircraft ) AOC.
Departure Control bertujuan
Untuk menetapkan metode dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan yang
berhubungan dengan departure contol.
Work instruction adalah Penanganan irregularities yang berlaku untuk seluruh personil yang bertugas
menjalankan fungsi sebagai petugas departure control.
Sebagai referensi ialah
Standart ISO
Quality manual
Gapura SOP
AHM
DDG ( dispatch deficing guide )
Check list Handling Date ialah Untuk memonitoring aircraft yang departure, arrival, boarding, delay dan
selama proses berlangsung di apron.
Tugas Umum Departure Control :
1) Mengkoordinasikan dan menginformasikan kepada seluruh pihak unit yang terkait, yang proses
kegiatannya berhubungan dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
2) Mempersiapkan dan menghubungi kepad seluruh pihak ketiga yang proses kerjanya
berhubungan dengan operational Airlines danjadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
46
3) Melakukan proses kegiatan operasional sesuai dengan peraturan – peraturan yang tercantum
dalam :
C.A.S.R Rule
I.C.A.O Regulation
I.A.T.A Regulation
Company Manual
Airlines Manual
Airport Local Regulation
Service Delivery Standard
4) Mempersipkan bantuan – bantuan yang sesuai dengan kebutuhan Airlines Crew ( Cockpit dan
Cabin ) dan pihak ketiga, yang berkaitan dengan proses kerja operasional Airlines.
5) Mengadakan hubungan kerjasama dan koordinasi dengan pihak Airlines yang proses kegiatan
sehari – harinya agar menghindari penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi sehingga
customer satifaction dapat tercapai dan terpenuhi.
6) Mengadakan pertemuan secara berkala antara Airlines dan Gapura mengenai proses kegitan
operasional.
Dasar – dasar pembuatan GFIS :
1) Daily Log = Jajaran mekanik / tehnical Garuda
47
2) Crew Cat = Berisi tentang schedule ( flight berdasarkan reservasi dan
diharapkan sama dengan daily log dan GFIS )
3) OM = Aircraft control ( menunggu telex dari OM apakah di rubah atau
tidak schedulenya )
Dasar – dasar pergantian Aircraft ;
Aircraft rusak
Aircraft tehnical
Aircraft late arrival
Crew rotation / crew / aircraft
Booking position
High demand / permintaan passenger dan cargo
Alur proses Departure Control ;
1. monitoring jadwal pada GFIS ;
aircraft registrasi
flight number
departure time
arrival time
aircraft rotation
48
2. pencatatan kegiatan pelayanan selama di aircraft
3. menentukan delay code
4. confirmasi delay code ( jika tidak ada maka kembali lagi ke posisi no 2 )
5. pengiriman flight movement
KEGIATAN :
I. Persiapan
1. Mengikuti Briefing
2. Mengikuti Particular
3. Menyiapkan Form Checklist
4. Depoarture Handling Checklist
5. Menyiapkan Daily Log Dan Crew Schedule List
II. Pelaksanaan
A. Pembuatan Schedule Pada GFIS
1. melakukan perubahan / editing schedule winter – summer – winter.
2. Mendistribusikan daily log ke unit terkait
3. Melakukan pencetakan GFIS yang telah dilaksanakan sebagai file
4. Melakukan create tanggal up date GFIS
5. Memasukan registrasi pesawat sesuai dengan daily log dan telex airline, crew schedule
card, reservasi dan daily log
49
6. Setelah pembuatan GFIS melakukan pencetakan schedule sebagai file
B. Apron aktifitas monitoring
1. Monitor kegiatan apron
2. Berkoordinasi dengan unit terkait untuk menciptakan OTP sesuai dengan time frame
dengan penaganan pesawat
3. Melakukan pencatatan secara konsisiten Departure handling checklist
4. Memberikan delay code jika terjadi irregularity pada suatu penerbangan dengan
persetujuan airline dan mencatat kronologis irregularity secara lengkap pada departure
handling checklist
5. Menginformasikan ke unit terkait jika ada special handling pada suatu penerbangan
6. Memasukan data ATD dan delay code pada GFIS mode.
C. Aircraft rotation monitoring
1. Memonitor rotasi dari pesawat pada daily log
2. Melakukan perubahan pada daily log secara sistematis jika terjadi perubahan rotasi
pesawat
3. Menginformasikan ke airport Authority ( AOC ) jika terjadi perubahan rotasi pesawat
4. Bekerjasama dengan AOC dalam pengaturan Gate dan Stand By dari pesawat secara
optimal
5. Memasukan data stang by, boarding Gate pada GFIS mode secara konsisten untuk setiap
penerbangan
50
6. Memasukan data ATA pada GFIS
7. Berkomunikasi dan memberikan informasi kepada aircrew dengan baik
D. Telex in / out Monitoring
1. Memonitor telex masuk dan memasukan data tersebut pada GFIS secara konsisten
2. Melakuakn pengisian Departure MVT sesuai dengan Departure handling Checklist dan
mengirim MVT tersebut.
3. Mengirim Arrival MVT
4. Memberikan ETD pada suatu penerbangan jika keterlambatan rotasi dari pesawat setelah
berkoordinasi dengan airline staff
5. Melakukan filling dari telex dengan baik
III. Penyelesaiyan
1. Membuat Daily Irregularity Report
2. Membuat Irregularity Repaort jika terjadi Irregularity pada suatu penerbangan
I. Pengertian, Ruang Lingkup Dan Tujuan Ground Handling
51
Airbus Beluga A-300-330ST
1.1. Pengertian Ground Handling
“Ground Handling” berasal dari kata “Ground” dan “Handling”. Ground artinya darat atau di
darat, yang dalam hal ini di Bandara (Airport). Handling berasal dari kata Hand atau Handle
yang artinya tangan atau tangani. To Handle berarti Menangani, Melakukan suatu
pekerrjaan tertentu dengan dengan penuh kesadaran. Handling berarti Penanganan atau
pelayanan (Service ot To Service, sehingga pada banyak kesempatan, kita sering
menjumpai pemakaian kata “Ground Service”. Dan dalam banyak kasus. Kita juga sering
menemukan kata “Ground Operation”, Baik “Ground Handling”, “Ground Service”, “Ground
Operation” maupun “Airport Service”, pada dasarnya mengandung maksud dan pengertian
yang sama, yaitu merujuk kepada “Suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan
dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo,
pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri
selama berada di Bandara, untuk keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan
atau ketibaan (Arrival)”. Secara sederhana “Ground Handling” atau “Tata Operasi Darat”
adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di Apron, penanganan
penumpang dan bagasinya di terminal dan kargo serta pos di cargo area.
1.2. Ruang Lingkup Ground Handling
Ruang lingkup atau batasan pekerjaan “Ground Handling”, yaitu pada fase atau tahap :
1. Pre-Flight
Kegiatan penanganan terhadap penumpang berikut bagasinya dan kargo serta pos dan
pesawat sebelum keberangkatan (di Bandara asal/Origin Station)
2. Post Flight
Kegiatan penanganan terhadap penumpang beserta bagasinya dan kargo serta pos dan
pesawat setelah penerbangan (di Bandara tujuan/Destination)
Atau dengan kata lain penanganan penumpang dan pesawat selam berada di Bandara.
Secara teknis operasional, aktifitas “Ground Handling” dimulai pada saat pesawat “ taxi”
(Parking Stand), mesin pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (Block On)
dan pintu pesawat sudah dibuka (Open The Door) dan para penumpang sudah
dipersilahkanuntuk turun atau keluar dari pesawat, maka pada saat itu para staff udara
52
sudah memiliki kewenangan untuk mengambil alih pekerjaan dari “Pilot In Command (PIC)”
beserta cabin crew-nya. Dengan demikian, fase ini kita namakan “Arrival Handling”. Dan
sebaliknya, kegiatan atau pekerjaan orang-orang darat berakhir ketika pesawat siap-siap
untuk lepas landas, yaitu pada saat pintu pesawat ditutp, mesin dihidupkan dan ganjal roda
pesawat sudah dilepas (Block Off). Tanggung jawab pada fase ini (In-Flight) berada di
tangan “Piloy In Command” beserta para awak kabinnya. Fase ini dikenal dengan istilah
“Departure Handling”
Obyek yang ditangani oleh Ground Staff pada intinya, meliputi : penumpang (Pax), barang
bawaan penumpang (Baggage), barang kiriman (Cargo), benda-benda pos (Mail), ramp dan
aircraft. Sebagai sebuah proses penangana, maka muncul istilah : Passenger Handling,
Baggage Handling, Cargo and Mail Handling dan Ramp Handling. Dimana baik ruang lingkup
maupun obyek kegiatan tersebut harus mengacu kepada aturan yang telah ditetapkan oleh
“IATA Airport Handlng Manual, 810 Annex A”, yang telah menetapkan sebanyak 14 section
pelayanan standar atau 14 kegiatan.
1.3. Tujuan Ground Handling
Ground Handling mempunyai tujuan atau target-target/sasaran-sasaran yang ingin dicapai,
yakni :
1. Flight Safety
2. On Time Performance
3. Customer Satisfaction
APRON AREA
LOAD CONTROL
I. DEFINISI :
Adalah unit yang menerima data- data pesawat dan muatan dari beberapa bagian yang terkait
yang kemudian harus dihitung untuk mendapatkan keseimbangan pesawat (weight and balance) yang
optimum mengacu pada dua aspek yaitu safety dan economical operation.
53
II. TUJUAN :
Memberikan panduan tentang aktivitas Load Control dalam menjalankan fungsinya sehingga
diperoleh pelayanan yang aman dan benar sesuai ketentuan yang berlaku dan terjalin koordinasi yang
baik dan efektif dengan pihak-pihak yang terkait, seperti :
Mengusahakan maksimum payload pada suatu penerbangan
Menyusun muatan sesuai dengan urutan dan urutan destination load tersebut (Load
Instruction)
Memperhatikan factor Ramp Safety dan on time performance
III. TUGAS DARI LOAD CONTROL :
Mempersiapkan registrasi aircraft, crew, pantry, basic weight dan basic index
Membuat ideal trim di system atau manual
Menerima data CPM dan LDM
Membuat loading instruction untuk unloading
menerima data actual cargo dari warehouse
membuat loading instruction untuk loading
menerima fuel dari ramp handling
menerima closing penumpang dari check-in 30 menit sebelum keberangkatan
IV. RUANG LINGKUP :
Berlaku untuk seluruh personil yang bertugas menjalankan fungsi sebagai Load Control dan
fungsi lain yang terkait langsung dengan Load Control
54
V. REFERENSI :
1) Airport Handling Manual ( IATA ) 1998
2) Airline Procedure
VI. TANGGUNG JAWAB :
Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan struktur organisasi
cabang) bertanggung jawab atas pelaksanaan proses load control yang berada
diwilayah bandara yang menjadi tanggung jawabnya agar berjalan sesuai
dengan aturan yang berlaku
Setiap personil yang menjalankan fungsi sebagai Load Control atau fungsi lain
yang terkait langsung dengan Load Control, wajib dan bertanggung jawab
menjalankan setiap aktivitas dalam panduan ini.
VII. PROSEDUR :
Pelaksanaan Load Control mengacu kepada SOP dari Airline, baik proses yang
dilaksanakan secara sistem (misal DCS untuk GA) maupun proses yang dilaksanakan
secara manual.
Prosedur yang ada memiliki tujuan agar :
Weight & Balance pesawat dilaksanakan secara benar dan hasilnya berada
dalam batasan (safety area) yang diijinkan.
Pembebanan pada pesawat mengacu kepada aturan dari carrier.
Informasi yang tercantum dalam Loadsheet sesuai dengan actual load di
pesawat.
55
Untuk memenuhi tujuan diatas, prosedur mengacu kepada adanya sistem yang
dinamakan Load Control, yang didasarkan atas tiga fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi 1 : Load Planning, Weight & Balance Precalculation &
Completion Loading Instruction :
i. Load Planning, meliputi :
1. Merekap semua data yang terkait dengan “load”
2. Merencanakan uplift/discharge dari “load”, yang mengacu kepada
kapasitas pesawat yang dilayani
3. Merencanakan penanganan “special loads” yang mengacu kepada
adanya restrictions, maksimum quantities, persyaratan pemisahan
tempat, dll.
ii. Weight and Balance Precalculation, meliputi :
1. Perencanaan total load untuk pesawat harus dijamin tidak melebihi
nilai maksimum yang diijinkan
2. Membuat precalculation dari weight and balance dari pesawat dan
hal ini merupakan mandatory pada pengerjaan loadsheet manual
3. Precalculation untuk sistem Departure Control System (DCS),
dibuat pada saat weight and balance pesawat diperkirakan akan
ditutup terkait dengan limit operational.
iii. Completion Loading Instruction, meliputi :
1. Menentukan distribusi,
56
2. Mencetak Loading Instruction,
3. Menandatangani Loading Instruction,
4. Melaksanakan briefing kepada petugas Load Master untuk
pemuatan di pesawat.
b. Fungsi 2 : Supervisi pemuatan ke pesawat yang mengacu kepada
Loading Instruction Report (LIR), meliputi pekerjaan sebagai berikut :
i. Pastikan ULD dalam kondisi serviceable,
menggunakan tag yang benar dan isi dalam kondisi terawasi / aman
ii. Pastikan lashing/spreading dalam pemakaian
yang benar
iii. Periksa kondisi packaging dari dangerous
goods yang akan ditempatkan di bulk
iv. Pastikan Dangerous Goods dan special loads
lainnya disimpan dengan benar
v. Selama proses penyelesaian, setiap
perubahan harus dikonfirmasikan kepada petugas load control
c. Fungsi 3 : Completing & Checking Loadsheet terhadap LIR atau
dokumen lainnya, Petugas Load Control menandatangani, mencantumkan
nama dan unit serta memastikan hal-hal sebagai berikut :
i. Pastikan dengan benar : DOW dan index yang
digunakan untuk Aircraft type, version, jumlah crew dan pantry
57
ii. Pastikan dengan benar : jumlah take-off dan
trip fuel dengan data pengisian (fuel order)
iii. Pastikan dengan benar : pengisian data transit
load dari loadsheet
iv. Periksa final loadsheet terhadap data
passenger terakhir dan terhadap data loading terakhir (loading
instruction/report)
v. Pastikan posisi aktual loading dari dangerous
goods dan special loads lainnya tercantum pada NOTOC
vi. Pastikan bahwa total traffic load tidak melebihi
dari jumlah yang diijinkan
vii. Pastikan perhitungan telah dilakukan dengan
benar masuk dalam batasan yang diijinkan : perhitungan balance dan
kondisi loading di pesawat, termasuk kondisi LMC (jika ada)
Load Control process flow terlampir
VIII. Pembuatan Load Message
Up-dating ULD Nbr, Cargo, baggage, Aktual fuel sesuai kondisi aktual terakhir,
selanjutnya mengirim LDM/CPM/CLI
IX. Pembuatan Laporan
Membuat daily journal report, filing laporan.
58
RAMP DISPACHTER
1. TUJUAN
Agar segala aktifitas yang dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan selama pesawat di
darat dapat berlangsung dengan aman, tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku.
2. LINGKUP
Berlaku bagi setiap petugas Ramp (Ramp Dispatcher) sebagai panduan dalam melaksanakan
aktifitas keseharian.
3. REFERENSI :
o Airport Handling Manual ( IATA) 1998
o Station Handling Manual
4. TANGGUNG JAWAB :
Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan Struktur Organisasi Cabang)
bertanggung jawab agar setiap aktifitas pesawat di darat baik untuk keberangkatan maupun
kedatangan dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
59
Setiap petugas Ramp Dispatcher bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengkoordinasikan segala aktifitas ramp berkaitan dengan keberangkatan ataupun
kedatangan pesawat.
5. PROSEDUR :
o Memeriksa persiapan semua perlengkapan kerja dan data-data sebagai berikut :
Radio komunikasi (HT dalam kondisi berfungsi dengan baik atau tidak)
Transportasi ramp (harus dalam kondisi berfungsi dengan baik)
Ramp check list
No penerbangan
Registrasi pesawat
Posisi parkir peswat
Type pesawat
Jumlah fuel
Jumlah penerbangan dan PBS (VIP, CIP, STRC Case dan kursi roda)
Pemesanan catering
Cargo (kondisi dan atau pelaksanaan pengepakannya)
Crew (jumlah crew aktif untuk masing-masing tipe pesawat)
o Mengikuti briefing sebelum menjalankan aktifitas Ramp Handling.
o Memeriksa dan mengkoordinasikan terhadap semua telex yang masuk yang
berkaitan dengan operasi penerbangan yang akan ditangani.
o Berkoordinasi dengan Departure Control mengenai estimasi waktu kedatangan
maupun waktu keberangkatan pesawat.
60
o Memastikan informasi jumlah awak pesawat yang aktif maupun tambahan.
o Berkoordinasi dengan unit-unit terkait untuk memastikan kesiapan proses handling
yang akan dilakukan.
o Berkoordinasi dengan :
Awak Kokpit / Kabin
Petugas Boarding Gate untuk meyakinkan bahwa semua penumpang telah siap dipintu
keberangkatan (boarding gate)
Petugas penanganan kargo
Petugas teknik di darat
Operator GSE
Petugas Catering
Load Master
Load Control
Petugas Cabin Cleaning (cleaning service)
Petugas Loading Unloading
Untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan permintaan dan prosedur
yang ada.
o Menginformasikan ke unit-unit terkait sesegera mungkin apabila terjadi sesuatu
diluar kebiasaan (irregularities)
o Berkoordinasi dengan Cockpit / Cabin crew berkaitan dengan waktu mulainya
pelaksanaan boarding
o Mengkoordinasikan dengan petugas teknik/perawatan pesawat berkenaan
dengan kondisi pesawat dan menginformasikan segera ke unit-unit terkait
apabila terjadi perubahan waktu atau delay karena alasan teknik
61
o Senantiasa berhubungan dengan petugas teknik untuk mengetahui secara persis
lama waktu perryelesaian yang dibutuhkan untuk perbaikan pesawat dan segera
menginformasikan kepada seluruh unit terkait agar dapat melakukan persiapan-
persiapan yang dibutuhkan
o Memastikan jumlah bahan bakar (fuel) yang diisikan ke pesawat dan
menandatangani kolom isian pada form "Fuel Order" setelah proses refueling
selesai
o Memastikan bahwa proses refuelling berlangsung dan selesai pada rentang
waktu yang ditentukan
o Memeriksa dan memonitor aktivitas yang ada di sisi pesawat dan mempastikan
bahwa proses bongkar muat selesai dalam rentang waktu yang ditentukan
o Menginformasikan ke unit terkait perihal berat aktual dari bagasi, pos, kargo,
ataupun muatan khusus lainnya (penumpang transit dll.)
o Memeriksa dan memonitor jumlah aktual meal yang masuk (Catering Uplift)
o Memastikan bahwa jumlah meal yang masuk sesuai dengan jumlah total
penumpang
o Memonitor proses pelaksanaan Cabin Interior Cleaning mulai dari waktu
pelaksanaan sampai dengan kesiapan Cabin untuk proses boarding penumpang
o Memeriksa kelengkapan Flight Document serta memastikan bahwa semua
dokumen telah lengkap dan berada di pesawat paling lambat ETD-10 berupa :
Passenger Manifest
Cargo Manifest
General Declaration
Load sheet
Berkoordinasi dengan petugas boarding gate untuk memutuskan kesiapan
pelaksanaan boarding
62
Berkoordinasi dengan Check-in Counter dan load control untuk memutuskan
kemungkinan penambahan penumpang (stand by passenger / late check-in)
Memonitor proses transportasi penumpang apabila pesawat diparkir di
Remote Area
Memonitor secara lengkap dan komprehensif segala aktivitas yang dilakukan
pada saat handling pesawat dan mengisikan data akuratnya ke form "Ramp
Handling Check List" dengan lengkap dan benar
Memastikan bahwa ETD-10 tidak ada aktivitas disisi pesawat
Memastikan bahwa Door Close dilaksanakan pada ETD-5 menit
Berkoordinasi dengan Departure Control untuk menentukan Delay Code (kode
keterlambatan) berdasarkan kondisi aktual dilapangan
Berkoordinasi dengan unit terkait untuk mengakomodasi permintaan
tambahan peralatan (misal : GPU, GTC, AC Car, tangga maintenance dll).
RAMP SAFETY
1. TUJUAN
a. Memberikan panduan tentang aspek-aspek keselamatan selama pelaksanaan kegiatan
handling di area ramp (apron).
b. Mencegah terjadinya kecelakaan di area ramp.
c. Mengurangi tingkat kecelakaan penumpang, petugas atau kerusakan pada pesawat, GSE dan
fasilitas lain di area ramp.
63
d. Meningkatkan mutu pelayanan dari GSE sehingga dicapai tingkat pelayanan yang baik kepada
penumpang atau pesawat secara aman dan efisien.
e. Meningkatkan OTP dalam pelayanan pesawat.
2. LINGKUP
Berlaku bagi setiap petugas yang melakukan pekerjaan penanganan pesawat atau penumpang di
area ramp.
3. REFERENSI
a. Airport Handling Manual
b. Station Manual PT Garuda Indonesia 2000
c. IATA Ramp safety hand book
d. Pedoman Umum pengelolaan Ground Support Equipment, 2004
4. TANGGUNG JAWAB
a. General Manager bertanggung jawab terhadap keselamatan selama pelaksanaan handling
pesawat dan pemberian informasi-informasi yang berkaitan dengan keselamatan di ramp
kepada bawahannya.
64
b. Manager/Supervisor bertanggung jawab dalam mengawasi kegiatan operasional di lapangan
agar sesuai dengan Sistim dan Prosedur Operasi dan aturan keselamatan penerbangan yang
berlaku.
c. Seluruh petugas yang bertugas di area ramp bertanggung jawab langsung terhadap
keselamatan selama proses handling pesawat.
5. PROSEDUR
5.1 Parkir dan Pergerakan Pesawat
Parkir dan pergerakan pesawat meliputi:
5.1.1 Engine starting
5.1.2 Komunikasi / isyarat tangan (hand signal)
5.1.3 Perlindungan terhadap semburan jet dan kebisingan (noise)
5.1.1 Engine Starting
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan pada saat engine starting:
a. Selama engine starting / running pada area ramp, diperlukan kewaspadaan dari
semua pihak yang ada di ramp untuk menjamin keselamatan pada penumpang
dan barang, petugas dan peralatan yang ada di sekitar pesawat.
b. Selama urutan proses engine starting harus diawasi oleh orang yang memiliki
otorisasi (dinyatakan oleh sertifikat / lisence yang dikeluarkan oleh instansi
berwenang).
c. Disamping bertugas mengawasi proses engine starting, juga berkoordinasi
dengan petugas di area ramp lainnya untuk memastilkan bahwa area bahaya dari
engine baik itu isapan (engine intake) ataupun area semburan (exhaust) terbebas
dari orang ataupun benda.
65
d. Orang yang bertugas mengontrol starting engine harus memastilkan bahwa
sebelum proses engine starting dimulai seluruh pintu akses dan pintu panel di
pesawat telah tertutup dan terkunci.
e. Dalam proses starting engine flight crew hendaknya mengadakan komunikasi
dengan petugas ground untuk memastikan bahwa proses starting berjalan lancar.
Alat komunikasi umumnya digunakan head set atau hand signaling.
f. Petugas di Ramp hendaknya menghindari gerakan-gerakan yang
memungkinkan terjadinya salah interpretasi komunikasi dengan flight crew dalam
mengendalikan proses starting ataupun pergerakan pesawat (A/C movement).
g. Petugas di darat yang bertanggung jawab pada proses engine starting harus
memiliki pengetahuan tentang semua prosedur dan regulasi yang berhubungan
dengan proses engine starting tersebut.
h. Semua pin pada gear, tutup pitot, wheel chock, static ground wire dan ground
power harus sudah dilepas sebelum pesawat berangkat.
i. Sebagai perlindungan terhadap bahaya kebakaran, harus ada pemadam api di
dekat area pesawat, selama proses engine starting.
5.1.2 Pemanduan pergerakan pesawat (Marshalling)
Pesawat karena ukuran dan beratnya merupakan benda yang sangat sulit untuk
berhenti dan bergerak / berjalan secara tiba-tiba atau juga melakukan pergerakan di
area yang sempit.
Salah satu prosedur keselamatan yang sangat penting dalam proses parkir dan
pergerakan pesawat di ramp adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud di sini
adalah komunikasi dengan menggunakan isyarat tangan atau lebih dikenal dengan
Prosedur Hand Signaling (Marshalling).
66
Selanjutnya mengacu pada surat keputusan nomor : SKEP / 81 / X / 1998 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan Ground Support Equipment, Bahwa setiap petugas /
personil yang memandu parkir pesawat harus sudah terlatih dan memiliki sertifikat,
yang dikeluarkan oleh Direktorat Keselamatan Penerbangan Dirjen Perhubungan
Udara Departemen Perhubungan.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemandu pergerakan / parkir dari
pesawat udara:
a. Pemandu untuk pergerakan yang spesifik (parkir pesawat) harus betul teramati
oleh Flight Crew pesawat yang akan dipandu.
b. Pemandu menggunakan tanda isyarat tangan yang sudah baku.
c. Pemandu harus dalam posisi yang teramati dan menjaga kontak komunikasi
visual sampai pesawat benar-benar berhenti.
d. Untuk menghindari kemungkinan salah interpretasi, jika dalam waktu
bersamaan ada pergerakan lain selain pesawat yang memerlukan panduan seperti
cargo atau GSE, hendaknya pesawat tetap menjadi prioritas sampai pesawat
selesai dipandu dan benar-benar berhenti.
e. Tanda isyarat tangan baku dinyatakan pada SOP No. S-OS-014 tentang Tanda
Insyarat Tangan.
5.1.3 Perlindungan terhadap semburan jet dan kebisingan (noise)
Pada saat starting dan running engine, setiap personil yang bertugas harus
menggunakan penutup telinga. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi telinga dari
kebisingan (noise) yang bisa mengakibatkan gangguan pada pendengaran baik
sementara ataupun permanen (tuli).
67
Penutup telinga tersebut sebaiknya dari tipe yang sudah disahkan oleh Departemen
Kesehatan. Penutup telinga tipe headset dan microphone harus secara berkala
disterilkan, demikian juga headset dan microphone pesawat. Dilarang menggunakan
bola lampu (bulb) sebagai penutup telinga. Hal lain yang harus diwaspadai dan
dihindari adalah jet blast (semburan jet engine) yang memiliki tekanan dan
temperatur yang tinggi.
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua petugas di area Ramp:
a. Pada saat pesawat datang, semua petugas dan GSE harus diam di tempat
sampai pesawat yang dipandu untuk parkir, telah benar-benar berhenti.
b. Pada saat keberangkatan pesawat, area engine intake dan exhaust harus bersih
dari peralatan dan seluruh petugas tidak berada di area tersebut.
c. Petugas tidak berada di sisi engine.
d. Jangan menyentuh bagian engine, rem atau roda karena kemungkinan
temperaturnya sangat panas.
e. Dalam kondisi apapun, hindarkan berjalan di dekat engine yang sedang running.
5.2 A/C Loading & Unloading
A/C Loading& Unloading meliputi:
5.2.1 Passenger Loading
5.2.2 Cargo Handling
5.2.1 Passenger Loading
Keselamatan penumpang (passenger) pada area ramp merupakan hal yang harus
diutamakan. Kemudian, hal-hal yang mungkin terjadi pada penumpang di area ramp
68
ketika pesawat parkir di remote area (tidak menggunakan Aviobridge), misalnya : jatuh,
tergelincir, tertabrak oleh peralatan yang bergerak di area ramp. Prosedur berikut
membantu untuk dapat memberikan tingkat keselamatan pada penumpang baik selama
boarding maupun pada saat turun (disembark):
a. Tangga penumpang atau PBS (Passengger Boarding Stair) ditempatkan dengan
benar, sehingga tidak ada celah (gap) antara tangga dengan pesawat.
b. Setelah diposisikan dengan benar, PBS (Passengger Boarding Stair) di kunci agar
tidak bergerak.
c. Kapasitas beban maksimum tangga hendaknya tidak dilampaui, beban yang
diterima tangga harus diperhitungkan.
d. Hal-hal yang menghambat gerakan penumpang dan pesawat ke gerbang dan
sebaliknya, seperti: pipa-pipa, kabel-kabel ground power, oil, grease atau genangan
air, hendaknya dihindarkan atau dibersihkan.
e. Harus diamati apakah ada gerakan pesawat lain yang akan bergerak melintas,
sebelum menurunkan atau menaikan penumpang.
f. Penumpang tidak diizinkan berada di area ramp, mengingat bahaya semburan jet
(jet blast) atau propeler wash.
g. Aktivitas penumpang di area ramp ada dibawah pengawasan petugas.
h. Penumpang tidak diperkenankan berada di area ramp / air side demi alasan
keamanan dan keselamatan.
i. Penumpang atau pun petugas tidak diperkenankan merokok di area ramp.
5.2.2 Cargo Handling
Setiap petugas yang menangani kargo memiliki kemungkinan cidera atau luka, lebih
tinggi dibanding pegawai lainnya. Karena itu penanganan kargo harus betul-betul di
laksanakan dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Di samping itu, orang yang
69
bertugas dibagian kargo hendaknya telah melalui suatu pelatihan tentang penanganan
kargo yang memadai. Berikut prosedur yang harus diperhatikan dalam penanganan
kargo:
a. Jangan menumpuk kargo terlalu tinggi, hindari ketidakstabilan tumpukan kargo.
b. Hendaknya semua kargo disusun / tata dengan benar (di dalam pesawat atau di
atas gerobak / cart) untuk mencegah tumpukan kargo tidak tumbang.
c. Gunakan kain terpal, lading pengikat kargo, atau penutup sisi samping gerobak
untuk mencegah kargo jatuh ke jalan (selama baggage cart bergerak).
d. Pengoperasian semua unit mekanikal seperti: Cargoveyor atau BCL (Baggage
Conveyor Loader) atau HLL (High Lift Loader), forklift, harus sesuai dengan perintah
yang telah ditetapkan. Jangan mengoperasikan peralatan tersebut di atas melebihi
kapasitas beban yang diizinkan. Jika ragu tentang beban yang akan di handle
tanyakan pada supervisor yang bertugas pada saat itu.
e. Jangan sekali-kali mengangkat, mendorong atau menarik kargo lebih dari
kemampuan fisik. Jika beban besar dan atau berat mintalah bantuan untuk
mengangkatnya.
f. Hindari menggunakan perhiasan (contoh: cincin atau gelang), karena
kemungkinan akan menyebabkan tersangkut di kaitan (hook), pada paku, pada
gesper dan lain-lain, yang akan berakibat cidera pada jari tangan atau siku.
g. Pada penanganan kargo di ruang yang sempit hendaknya kargo didorong dari
pada di angkat. Karena mengangkat memungkinkan terjadinya cidera pada jari atau
tangan.
5.3 A/C Servicing (Pelayanan Pesawat)
Operasi pelayanan pesawat terdiri dari fueling, water service, lavatory service dan deicing,
namun karena di Indonesia beriklim tropis maka tidak pernah ada operasi deicing untuk
pesawat. Dari ketiga operasi pelayanan pesawat yang paling berisiko adalah fueling, yaitu
70
berpotensi terjadi kebakaran. Jadi secara umum operasi pelayanan pesawat (A/C servicing)
meliputi:
5.3.1 A/C refueling
5.3.2 Water Service
5.3.3 Lavatory Service
5.3.1 A/C refueling
Pelaksanaan refueling di bandara seluruh Indonesia dilaksanakan oleh PERTAMINA,
sedangkan PT Gapura sebagai groundhandling bertindak sebagai supervisor. Namun ada
hal-hal yang perlu diwaspadai oleh semua pihak dalam proses refueling, terutama hal-
hal yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
Sumber-sumber pengapian:
a. Listrik statis
Muatan listrik statis dapat terkumpul pada pesawat selama terbang atau di darat.
Hujan, kristal es dan tiupan debu dapat memperbesar muatan listrik statis. Muatan
statis dapat juga terkumpul melalui induksi dari atmosfir yang bermuatan listrik.
Listrik statis mengalir melalui lintasan termudah, jika tidak ada lintasan termudah
yang dapat dilalui muatan listik, sedangkan pada saat yang sama jika muatan listrik
semakin besar maka muatan akan mencari lintasan yang terpendek untuk mengalir
hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Pertemuan loncatan bunga api listrik ini
dengan bahan bakar mampu menimbulkan bahaya kebakaran.
b. Rokok
Korek api dan pemantik api lainya yang biasa digunakan untuk merokok dilarang
dibawa oleh petugas yang menangani pengisian bahan bakar (fueling). Aturan
dilarang merokok bagi petugas di ramp hendaknya ditekankan untuk dilaksanakan,
karena uap bahan bakar berpotensi menimbulkan kebakaran.
71
c. Loncatan bunga api (spark)
Hal-hal berikut direkomendasikan untuk tidak dilakukan selama proses refueling
berlangsung, karena memungkinkan timbulnya loncatan bunga api. Hal-hal tersebut
adalah:
a. Pemasangan dan pelepasan battery pesawat.
b. Pemasangan charger battery.
c. GPU hendaknya ditempatkan jauh dari titik pengisian bahan bakar, juga
menyambungkan dan melepaskan saat proses refueling.
d. Pengoperasian switch listik di pesawat yang mengontrol bagian sayap dan
tangki.
e. Mengaktifkan radio dan RADAR.
f. Melaksanakan fueling dalam jarak 30 meter dari RADAR pasawat yang sedang
akfif atau 90 meter dari instalasi RADAR yang-sedang aktif.
d. Pesawat bermesin turbin yang sedang running
Proses fueling dilarang dilaksanakan dalam jarak 45 m (150 ft) dari aliran udara yang
keluar dari ekor turbojet engine yang sedang beroperasi atau pada 22.5 m (75 ft)
dari aliran udara turboprop engine.
5.3.2 Water Service
72
Water Service untuk pesawat dan perlengkapannya hendaknya memenuhi persyaratan
sanitasi dan higienis yang disetujui oleh Departemen Kesehatan. Selanjutnya, dalam
proses pelayanan air ke pesawat dijaga agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Air tidak tumpah atau bocor.
b. Perangkat untuk mencapai potable water service panel seperti tangga atau
lainnya agar dijaga tetap kering, sehingga yang menaiki tangga tidak jatuh atau
tergelincir.
c. Operator water service tidak mengoperasikan lavatory service dalam waktu yang
bersamaan.
d. Hendaknya operator dapat berpakaian rapi dan bersih, demikian juga kebersihan
kendaraanya dapat tetap dijaga, hal ini untuk menampilkan citra bahwa operator
tersebut memahami tentang pentingnya kebersihan.
e. Kendaraan water service tidak diparkir berdampingan dengan kendaraan lavatory
service.
5.3.3 Lavatory service
Untuk lavatory service relatif sama dengan water service yaitu buangan limbahnya harus
memenuhi standar yang telah ditentukan. Namun demikian ada hal-hal yang harus
diperhatikan oleh operator lavatory service, yaitu:
a. Untuk pesawat tertentu, intake fan (kipas hisap) diminta untuk tidak dioperasikan
selama proses lavatory service, untuk mencegah bau kurang sedap dari lavatory.
b. Regulasi untuk pembuangan limbah hendaknya memenuhi aturan yang telah
ditetapkan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran penyakit.
c. Operator lavatory service hendaknya tidak mengoperasikan water service dalam
waktu yang bersamaan.
73
d. Operator hendaknya berpakaian rapi dan bersih, demikian juga kendaraannya, hal
ini untuk menampilkan citra bahwa yang bersangkutan tersebut memahami tentang
pentingnya kebersihan.
e. Kendaraan lavatory service diharapkan tidak diparkir berdampingan dengan
kendaraan water service.
f. Tindakan untuk mencegah terjadinya kebocoran/leakage setelah pengisian/
flushing lavatory:
Setelah drain valve ditutup dengan cara memutar drain valve berlawanan arah
jarum jam, pasangkan “donut plug” jika ada.
Apabila donut plug tidak ada, maka harus segera melaporkan ke petugas teknik/
engineer pesawat udara yang bertugas pada saat itu.
Apabila donut plug sudah terpasang, maka toilet service panel harus ditutup
dengan semestinya sesuai ketentuan (properly).
5.4 Parkir dan Pengoperasian GSE
GSE yang terdiri dari motorized dan non-motorized hendaknya diparkir di tempat yang telah
ditetapkan dengan parking brake pada posisi akfif dan posisi gigi pada netral atau parkir.
Selanjutnya dalam pengoperasian GSE harus perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Diharuskan ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada pesawat sewaktu berada di darat.
b. Pada kondisi siaga untuk melayani kedatangan pesawat, semua peralatan yang
beroperasi di area ramp harus diletakkan / diposisikan dibelakang garis batas (restraint
line) dalam kondisi parking brake terpasang.
c. Mobil tangga untuk penumpang (passenger step) harus berada dalam keadaan "fully
retracted" sebelum pesawat datang.
74
d. Semua peralatan termasuk passenger step tidak diperkenankan bergerak maju ke
pesawat sampai pesawat berada dalam keadaan berhenti sempurna, parking brake
terpasang dan lampu anti collision padam.
e. Pada setiap wing tip dan depan engine hendaknya diberi pengaman / pembatas berupa
safety cone.
g. Semua peralatan GSE harus memiliki perlengkapan parking brake dan dapat berfungsi
dengan sempurna.
h. Semua peralatan harus dalam kondisi laik operasi (good mechanical).
i. Kecepatan GSE tidak boleh melebihi 5 km/jam sewaktu mendekati atau menjauhi
pesawat.
j. Attachment Fittings / transfer bridges dan semua platform harus terpasang dengan
sempurna.
k. Lakukan “Walkaround check” sebelum mengoperasikan GSE.
l. Semua kabel, selang-selang yang ada diperalatan harus tergulung pada tempatnya.
m. Peralatan-peralatan yang memiliki kemampuan untuk naik/turun (elevating devices)
harus berada pada posisi turun penuh sewaktu berjalan, kecuali pada saat posisi akhir
mendekati pesawat.
n. Tidak diperkenankan mengangkut bagasi dan atau kargo dengan menggunakan
peralatan GSE yang tidak dirancang untuk fungsi itu.
o. Kargo harus dimuat dalam kereta barang dengan posisi rata (mendatar). Barang yang
lebih berat ditaruh di bawah dan di tengah untuk menjaga kestabilan. Semua pintu,
penahan dan penutup harus dalam kondisi tertutup sempurna untuk mencegah kargo
jatuh.
p. Meskipun kereta (dolly) yang dioperasikan secara manual tergolong peralatan yang
sederhana akan tetapi perhatian ekstra harus tetap dilakukan untuk menghindari
kecelakaan.
75
q. Semua pengunci dan rel pemandu pada kendaraan pengangkut pallet dan container
harus diperiksa setiap saat sebelum dipakai.
r. Karena adanya kecenderungan “pengurangan sudut belok” pada sebuah rangkaian
gerobak / dolly maka pengemudi rangkaian dolly / gerobak tidak boleh terlalu cepat belok
setelah menghindari rintangan.
s. Peralatan yang rusak harus ditampeli label / tag “0ut of Service” dan segera dikirim ke
unit repair (workshop), Tag / label hendaknya berisi informasi berikut :
tipe dan no inventory
alasan out of service
tanda tangan dari supervisor yang bertugas.
t. Dalam menempatkan peralatan harus senantiasa memperhitungkan jarak aman dengan
kendaraan, pesawat atau peralatan GSE yang lain.
u. Harus ditempatkan seorang pemandu pada saat:
Pandangan pengemudi terhalang pada area kritis (seperti penempatan equipment atau
posisi mundur).
Memandu harus menggunakan tanda isyarat baku tentang tanda isyarat tangan.
Melakukan handling agar dapat mengatur jarak aman dengan akurat dan berkomunikasi
dengan operator kendaraan. Pengemudi GSE harus segera berhenti pada saat
kehilangan kontak pandangan dengan pernandu.
v. Harus ada seorang operator yang berjaga pada motorized equipment yang mesinnya
sedang hidup.
w. Sebelum memasuki restraint area setiap pengemudi motorized equipment harus
melakukan pengujian rem dengan cara 'mengerem' kendaraannya dan melakukannya
sekali lagi sebelum mencapai sisi pesawat.
76
5.5 Pedoman Bagi Petugas yang Berada di Area Ramp
Berikut pedoman untuk petugas yang berada di area ramp agar diperoleh operasi pelayanan
pesawat yang aman dan tepat waktu:
a. Setiap petugas harus mengerti dan mengetahui bagaimana menyelesaikan tugas sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
b. Setiap petugas harus mengerti tata letak fungsi dan lokasi setiap bagian di pesawat
dimana dia bertugas melayani pesawat.
c. Senantiasa memperhatikan traffic light atau tanda-tanda marka dengan teliti.
d. Memahami dan mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku di ramp area,
khususnya petunjuk arah dan batas kecepatan kendaraan.
e. Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan jet blast.
f. Senantiasa memeriksa bahwa peralatan dan kendaraan yang akan dipergunakan selalu
dalam keadaan laik, seperti rem berfungsi baik dsb.
g. Tidak memundurkan kendaraan ke arah pesawat atau wing-pesawat kecuali ada orang
lain yang memandu.
h. Pada waktu melakukan parkir peralatan atau kendaraan, yakinkan bahwa roda dalam
keadaan lurus, rem tangan difungsikan, jack dalam keadaan turun dan benar dan
mesin/peralatan/kendaraan dimatikan.
i. Parkir peralatan/kendaraan hanya ditempat yang sudah ditentukan.
j. Senantiasa meminta izin ke Tower apabila hendak melintasi runaway.
k. Tidak memotong pergerakan pesawat yang sedang bergerak.
l. Tidak mengoperasikan peralatan/kendaraan pada saat badan tidak fit untuk bekerja.
m. Agar selalu diingat bahwa pesawat bergerak dalam keadaan apapun memiliki prioritas
lebih tinggi dari pada peralatan/kendaraan anda.
77
n. Senantiasa bersikap waspada dan bersabar pada saat kendaraan di sekitar apron.
o. Jangan memasang atau melepas kabel-kabel yang masih memiliki tegangan (sedang
terhubung dengan sumber daya).
p. Senantiasa menggunakan peralatan yang sesuai dengan fungsi / kegunaannya. Contoh:
forklift untuk heavy cargo, dll.
q. Pada saat akan melepas tangga dari pintu pesawat, pastikan bahwa safety strap sudah
terpasang dan cabin crew sudah diinformasikan tentang hal ini.
r. Jangan diperbolehkan untuk mengotori lantai apron, bersihkan semua kotoran, oil,
minyak sesudah menyelesaikan suatu pekerjaan.
s. Tidak diperbolehkan untuk merokok di area Apron.
t. Senantiasa mempergunakan Operating Manual dalam melakukan pekerjaan.
u. Lakukan koordinasi dengan personil yang memiliki otorisasi apabila membutuhkan
penyelesaian pekerjaan yang tidak atau belum tercanturn dalam Operating Manual.
v. Jangan menganggap remeh/sepele setiap incident sekecil apapun resikonya. Segera
laporkan kepada Supervisor, Ramp Safety Officer atau personil lain yang memiliki otorisasi
untuk menindak lanjuti.
w. Mengoperasikan peralatan bergerak (mobile) hanya dapat dilakukan oleh operator yang
berwenang (ditunjukan dengan licence yang dimiliki).
x. Jika petugas mengalami keraguan bagaimana menyelesaikan tugasnya, jangan ragu
untuk bertanya kepada yang lebih mengetahui.
y. Tidak bermain-main / bercanda di area ramp karena dapat mengakibatkan kecelakaan.
z. Hanya petugas yang bersertifikat yang diizinkan untuk mengoperasikan peralatan.
Untuk mengoperasikan dan menangani peralatan guna mencapai fungsi optimum harus
melalui training terlebih dahulu.
78
Operator yang telah mengikuti training hendaknya ditest / uji oleh instruktur yang
berkualitas dan bersertifikat.
Recurent training hendaknya diberikan pada operator untuk periode waktu tertentu.
Operator hendaknya memiliki SIM A / BI / BII yang masilh berlaku.
Setiap operator bertanggung jawab terhadap peralatan yang dioperasikannya.
PELAPORAN RAMP INCIDENT/ACCIDENT
1. TUJUAN
Memberikan panduan tata cara pelaporan atas terjadinya kecelakaan di area ramp / apron yang
mengakibatkan kerusakan pada pesawat atau cidera pada petugas maupun penumpang.
2. LINGKUP
Berlaku untuk semua personil yang bertugas di area ramp.
3. REFERENSI
Airport Handling Manual (IATA) 1998
79
4. TANGGUNG JAWAB :
a. Manager Operasi atau Aircraft Servicing bertanggung jawab atas pembuatan laporan
kecelakaan sesuai dengan kejadian sesungguhnya yang terjadi di wilayah bandara yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. General Manager bertanggung jawab atas sampainya laporan tersebut kepada Operator
pesawat yang bersangkutan dan ke unit yang bertanggung jawab menangani/menindak lanjuti
kejadian tersebut.
c. Setiap personil yang bertugas di lapangan harus mengenal form Pelaporan Ramp
Incident/Accident dan tata cara pergisiannya.
5. PROSEDUR :
a. Segera setelah terjadi incident/accident yang mengakibatkan kerusakkan walaupun minor,
Operator GSE tersebut melaporkan ke supervisor secara lisan atas kejadian incident/accident
tersebut.
b. Petugas keamanan (security) perusahaan yang sedang bertugas pada saat itu harus
mengamankan lokasi kejadian beserta dengan barang bukti atas accident/incident. Barang bukti
dipergunakan untuk investigasi atas kejadian tersebut.
c. Setelah mendapat laporan atas terjadinya incident/accident, Supervisor harus segera
mendatangi lokasi kejadian dengan membawa Form GROUND INCIDENT/ACCIDENT/ DAMAGE
REPORT untuk diisi sesuai dengan fakta atau kejadian yang tejadi pada saat itu.
d. Apabila pihak Authority bandara atau Carrier (A/C Operator) berkehendak melakukan
pemeriksaan terhadap operator GSE, Supervisor/Inspektor diharuskan untuk mendampingi
operator tersebut.
e. Form GROUND ACCIDENT/INCIDENT/DAMAGE REPORT yang sudah diisi lengkap diserahkan ke
General Manager untuk diteruskan ke Kantor Pusat, CARRIER (Operator Pesawat) dan Direktorat
Keselamatan Penerbangan untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
80
FLOWCHART
PROSES / ALIRAN KEGIATAN
PROSEDUR /
STANDAR /
INSTRUKSI
CATATAN YANG
DIPEGANG
PERSONIL YANG
BERTANGGUNG
JAWAB
81
Ground Incident/
Accident/Damag
e Report
Operator
Security Gapura
Supervisor
82
Supervisor
General Manager
LOAD MASTER
1. TUJUAN
Memberikan panduan tentang aktivitas yang harus dilakukan oleh Loading Master dalam
menjalankan fungsinya sehingga terjalin koordinasi yang baik dan benar dengan pihak- pihak yang
terkait.
2. LINGKUP
Berlaku untuk seluruh personil yang bertugas menjalankan fungsi sebagai Loading Master.
3. REFERENSI :
3.1 Airport Handling Manual ( IATA) 1998
83
3.2 Station Handling Manual
4. TANGGUNG JAWAB :
4.1 Manager Operasi, Kadin Apron terkait (sesuai dengan Struktur Organisasi Cabang)
bertanggung jawab atas pelaksanaan loading/unloading yang berada diwilayah bandara yang
menjadi tanggung jawabnya agar berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
4.2 Setiap personil yang menjalankan fungsi sebagai Loading Master wajib dan bertanggung jawab
untuk menjalankan setiap aktivitas seperti yang tertulis di panduan ini agar terjamin
keselamatan penerbangan yang dilayaninya.
5. PROSEDUR :
Persiapan
5.1 Mengikuti briefing dan de-briefing yang diadakan setiap pertukaran shift kerja dan sebelum
melaksanakan tugas kegiatan kerja.
5.2 Memeriksa segala message yang masuk yang berkaitan dengan proses loading/unloading yang
sudah maupun akan dilakukan.
Pelaksanaan Loading (pemuatan) :
5.3 Memeriksa kelengkapan data yang ada di Load Plan / Loading Instruction terhadap data :
Nomor Penerbangan (Flight Number)
Registrasi pesawat
Tanggal
Rotation/Destination
84
5.4 Melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-
kendala operasional berkaitan dengan GSE.
5.5 Memastikan ketersediaan GSE dalam rangka loading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
Pesawat Narrow Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
a. MDL (Main Deck Loader) (utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader) (utk transfer load)
e. STT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Cart)
g. CDL (Container Dollies)
5.6 Mencatat waktu mulai aktivitas Loading (pemuatan).
5.7 Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi dengan beban penuh (cargo/mail/baggage) berada
dibelakang "restraint line" parking pesawat selama menunggu kode dari Marshaller (pesawat
telah berhenti sempurna dan engine mail)
5.8 Menghitung dan mencatat jumiah AWB/SAWB (SMU) dari cargo/mail sesuai dengan flight
number, destination dan kategori resikonya (Risk Category).
5.9 Melakukan proses loading sesuai dengan loading instruction dan memastikan bahwa aircraft
compartment terisi sesuai dengan loading Instruction.
85
5.10 Memastikan bahwa semua alat pengaman pada aircraft compartment (seperti net, stud fitting
dan lock) sudah terpasang pada tempatnya.
5.11 Melihat secara fisik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
5.12 Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal / barang-barang
lainnya yang membutuhkan penanganan khusus telah ditangani dan ditempatkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
5.13 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila diketemukan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada barang.
5.14 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila terjadi Volume Minus
(space yang tidak mencukupi) sehingga terjadi kemungkinan perubahan Load Sheet.
5.15 Melakukan koordinasi atau klarifikasi dengan Load Control apabila dirasa menemui Load
Planning yang tidak ideal sehingga mempengaruhi Weight & Balance (out of Trim).
5.16 Melaporkan ke Load Control muatan aktual (actual load) yang dapat dimuat ke pesawat
terbang agar dapat dibuat final Load Sheet, sebagai berikut :
Total weight dan pieces dari cargo keseluruhan
Total weight dan pieces dari bagasi keseluruhan
Total weight dan pieces dari mail keseluruhan
5.17 Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistem pesawat yang terjadi selama
proses loading/unloading.
5.18 Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi pada pesawat baik yang penuh maupun kosong
untuk loading-unloading sbb :
Didepan wing tip pesawat harus paralel dengan bagian depan hidung pesawat
Dibelakang wing tip pesawat harus paralel dengan bagian belakang ekor pesawat
Pergerakan dan peralatan GSE dengan muatan penuh atau kosong dilarang
keras/tidak diijinkan melalui bagian bawah dari wing tip pesawat
86
5.19 Menutup dan meyakinkan bahwa seluruh pintu cargo sudah terkunci dengan baik.
5.20 Loading Instruction disimpan dalam sistem file tertentu dan digabung/dijadikan satu dengan
Load Sheet untuk setiap penerbangan.
Pelaksanaan Un-loading (pembongkaran muatan) :
5.21 Memeriksa dan memastikan Daily Log Aircraft Schedule
5.22 Mengumpulkan, menyortir dan memeriksa data atau message yang masuk berkenaan dengan
persiapan Unloading yang akan dilakukan, seperti :
a. LDM
b. CPM
c. CLI
d. Surat masuk (incoming message)
e. Delivery Order Form
f. Informasi lainnya
5.23 Berkoordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala
operasional berkaitan dengan GSE.
5.24 Meryakinkan ketersediaan GSE dalam rangka Unloading yang akan dilaksanakan, sebagai
berikut :
Pesawat Narrow Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
Pesawat Wide Body
87
a. MDL (Main Deck Loader) (utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader) (utk transfer load)
e. BTT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Carl)
g, CDL (Container Dollies)
5.24 Melakukan persiapan Unloading dengan urutan mulai dari kompartemen belakang dan
kemudian beralih ke kompartemen depan.
5.25 Membuka pintu cargo untuk memastikan kondisi dari cargo, mail dan bagasi.
5.26 Melihat secara fitsik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/
pelindung.
5.27 Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal masih dalam kondisi
yang aman.
5.28 Melepaskan posisi kunci dari lock pallet/container sebelum diturunkan (off loading)
5.29 Menggunakan CTL (jika diperlukan) untuk transfer muatan dari HLL ke cargo tack/dollies atau
sebaliknya.
5.30 Memastikan bahwa pada saat proses transfer dollies berada pada posisi terkunci.
5.31 Melakukan Unloading sesuai dengan katagori/klasifikasi dan prioritas, misalnya bagasi kelas
utama, barang tidak tahan lama/perishable, binatang hidup, atau karena pertimbangan
keselamatan (safety),
5.32 Memberikan instruksi ke operator BTT yang membawa bagasi dan cargo untuk
mengirim/membawa ke make-up area atau gudang cargo.
5.33 Menggunakan Delivery Order dokumen untuk serah terima bagasi/cargo.
88
5.34 Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistern pesawat yang terjadi selama
proses Unloading.
DEPARTURE CONTROL
Departure Control adalah Tempat pergerakan atau movement departure dan arrival pesawat garuda
dan maskapai penerbangan asing ( MPA ) di apron selama 24 jam khususnya di terminal E dan F.
Departure Control menggunakan system antara lain:
DCS => Departure controlled system yang terhubung langsung ke terminal
garuda.
GFIS => General flight information service / inform penerbangan dari system
komputerisasi jaringan ADEGA atau Garuda Flight Information System.
SITATEX => Fasilitas telex jaringan SITA.
FIS => Flight informasi system.
OPR => Perubahan – perubahan schedule airline sebagai acuan OM / RESV untuk
89
merubah schedule.
OM => Unit yang merevisi aircraft, rotation aircraft, schedule untuk di
publikasikan ke DEP.CO lalu di arahkan ke ACS, Load Control
( config. pax dan aircraft ) AOC.
Departure Control bertujuan
Untuk menetapkan metode dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan yang
berhubungan dengan departure contol.
Work instruction adalah Penanganan irregularities yang berlaku untuk seluruh personil yang bertugas
menjalankan fungsi sebagai petugas departure control.
Sebagai referensi ialah
Standart ISO
Quality manual
Gapura SOP
AHM
DDG ( dispatch deficing guide )
90
Check list Handling Date ialah Untuk memonitoring aircraft yang departure, arrival, boarding, delay dan
selama proses berlangsung di apron.
Tugas Umum Departure Control :
1) Mengkoordinasikan dan menginformasikan kepada seluruh pihak unit yang terkait, yang proses
kegiatannya berhubungan dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
2) Mempersiapkan dan menghubungi kepad seluruh pihak ketiga yang proses kerjanya
berhubungan dengan operational Airlines danjadwal keberangkatan dan kedatangan aircraft.
3) Melakukan proses kegiatan operasional sesuai dengan peraturan – peraturan yang tercantum
dalam :
C.A.S.R Rule
I.C.A.O Regulation
I.A.T.A Regulation
Company Manual
Airlines Manual
Airport Local Regulation
Service Delivery Standard
4) Mempersipkan bantuan – bantuan yang sesuai dengan kebutuhan Airlines Crew ( Cockpit dan
Cabin ) dan pihak ketiga, yang berkaitan dengan proses kerja operasional Airlines.
91
5) Mengadakan hubungan kerjasama dan koordinasi dengan pihak Airlines yang proses kegiatan
sehari – harinya agar menghindari penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi sehingga
customer satifaction dapat tercapai dan terpenuhi.
6) Mengadakan pertemuan secara berkala antara Airlines dan Gapura mengenai proses kegitan
operasional.
Dasar – dasar pembuatan GFIS :
1) Daily Log = Jajaran mekanik / tehnical Garuda
2) Crew Cat = Berisi tentang schedule ( flight berdasarkan reservasi dan
diharapkan sama dengan daily log dan GFIS )
3) OM = Aircraft control ( menunggu telex dari OM apakah di rubah atau
tidak schedulenya )
Dasar – dasar pergantian Aircraft ;
Aircraft rusak
Aircraft tehnical
Aircraft late arrival
Crew rotation / crew / aircraft
Booking position
High demand / permintaan passenger dan cargo
92
Alur proses Departure Control ;
1. monitoring jadwal pada GFIS ;
aircraft registrasi
flight number
departure time
arrival time
aircraft rotation
2. pencatatan kegiatan pelayanan selama di aircraft
3. menentukan delay code
4. confirmasi delay code ( jika tidak ada maka kembali lagi ke posisi no 2 )
5. pengiriman flight movement
KEGIATAN :
I. Persiapan
1. Mengikuti Briefing
2. Mengikuti Particular
3. Menyiapkan Form Checklist
4. Depoarture Handling Checklist
5. Menyiapkan Daily Log Dan Crew Schedule List
II. Pelaksanaan
93
A. Pembuatan Schedule Pada GFIS
1. melakukan perubahan / editing schedule winter – summer – winter.
2. Mendistribusikan daily log ke unit terkait
3. Melakukan pencetakan GFIS yang telah dilaksanakan sebagai file
4. Melakukan create tanggal up date GFIS
5. Memasukan registrasi pesawat sesuai dengan daily log dan telex airline, crew schedule
card, reservasi dan daily log
6. Setelah pembuatan GFIS melakukan pencetakan schedule sebagai file
B. Apron aktifitas monitoring
1. Monitor kegiatan apron
2. Berkoordinasi dengan unit terkait untuk menciptakan OTP sesuai dengan time frame
dengan penaganan pesawat
3. Melakukan pencatatan secara konsisiten Departure handling checklist
4. Memberikan delay code jika terjadi irregularity pada suatu penerbangan dengan
persetujuan airline dan mencatat kronologis irregularity secara lengkap pada departure
handling checklist
5. Menginformasikan ke unit terkait jika ada special handling pada suatu penerbangan
6. Memasukan data ATD dan delay code pada GFIS mode.
C. Aircraft rotation monitoring
94
1. Memonitor rotasi dari pesawat pada daily log
2. Melakukan perubahan pada daily log secara sistematis jika terjadi perubahan rotasi
pesawat
3. Menginformasikan ke airport Authority ( AOC ) jika terjadi perubahan rotasi pesawat
4. Bekerjasama dengan AOC dalam pengaturan Gate dan Stand By dari pesawat secara
optimal
5. Memasukan data stang by, boarding Gate pada GFIS mode secara konsisten untuk setiap
penerbangan
6. Memasukan data ATA pada GFIS
7. Berkomunikasi dan memberikan informasi kepada aircrew dengan baik
D. Telex in / out Monitoring
1. Memonitor telex masuk dan memasukan data tersebut pada GFIS secara konsisten
2. Melakuakn pengisian Departure MVT sesuai dengan Departure handling Checklist dan
mengirim MVT tersebut.
3. Mengirim Arrival MVT
4. Memberikan ETD pada suatu penerbangan jika keterlambatan rotasi dari pesawat setelah
berkoordinasi dengan airline staff
5. Melakukan filling dari telex dengan baik
95
TERMINAL AREA
1. Prosedur Keberangkatan Penumpang
Yang perlu disiapkan petugas sebelum check – ini counter dibuka :
Passenger Manifest (Passenger Name List).
Boarding Pass (bila secara manual).
Baggage Claim Tag.
Label/Tag lainnya, seperti security tag, priority tag, fragile tag, group tag, name tag, checked baggage tag, dsb.
Excess baggage ticket.
Seat Allocation, terutama tentang pemesanan special ticket.
Purser Information.
Form Passenger Baggage Weight Sheet (PWBS)
Form Passenger Transfer Message (PTM)
Free baggage allowance serta cara menghitung excess baggage. Hal pertama yang dilakukan penumpang ketika di bandara adalah dating ke check
– in counter, dengan membawa tiket, bagasi, dan tas tentengan (kalau ada). Setelah memeriksa tiket, petugas check – in counter akan menimbang bagasi untuk melihat apakah ada kelebihan berat atau tidak; bila lebih, calon penumpang akan diminta membayar excess baggage (kelebihan bagasi), dan petugasakan memberikan E#xcess Baggage ticket sebagai bukti pembayaran kelebihan berat itu. Setelah proses ini selesai, ia akan memberikan \boarding pass dan baggage claim tag, serta mengembalikan sisa tiket (cover ticket)
Dari check – in counter, dimana penumpang juga membayar airport tax dan fiscal, penumpang menuju pemeriksaan imigrasi, lalu ke boarding gate untuk menunggu boarding time.
Untuk kemyamanan calon penumpang dan kelancaran kerja, para petugas di check – in counter harus memperhatikan hal – hal berikut: 1. Penampilan harus rapi, banyak senyum, dan ramah. 2. Harus menguasai tata cara check – in, antara lain:
Bagaimana cara memeriksa tiket, paspor, visa, surat kesehatan (dan bilamana surat ini diperlukan).
Cara mempersiapkan boarding pass.
Cara mempersiapkan baggage claim tag.
Cara membaca PNL (Passenger Name List) atau PNR (Passenger Name Record) atau Daftar Nama Penumpang.
Cara membuat excess baggage ticket seandainya penumpang mempunyai kelebihan berat ats bagasinya.
Cara mambaca buku ABC, TIM
Dan lain – lain.
96
3. Langkah – langkah yang mesti dilakukan petugas:
Manyapa dengan sopan dan senyum kepada penumpang yang dating dengan selamat pagi/siang/sore/malam.
Meminta dokumen perjalanan penumpang: tiket, paspor, visa dan apabila diperlukan surat kesehatan internasional.
Setelah menerima tiket, mencocokannya dengan PNL/PNR apakah nama si calon penumpang ada di dalam daftar tersebut; kalau ada, petugas langsung menyapa dengan menyebiut namanya, misalnya Mr. Dewa, Mrs Hadi, dsb.
Menimbang bagasi, lalu membuatkan kartu bagasi atau baggage claim tag, kalau ada kelebihan berat, penumpang diberi tahu akan harus membayar berapa, bagaimana cara pembayarannya (cash atau pakai credit card). Membuatkan excess baggage ticket
Memeriksa paspor, visa, dan dokumen lainnya
Menyakan apakah ada permintaan khusus sperti tempat duduk, makanan, dsb.
Apabila semua sudah beres, ia memberikan boarding pass untuk si penumpang disertai tiket, paspor, dan lain – lain; memberitahukan waktu berangkat serta dimana ruang tunggunya, dan dari check – in counter, penumpang harus pergi kemana, misalnya membayar fiscal lalu ke bagian imigrasi, baru ke ruang tunggu.
Jangan lupamenbgucapkan terima kasih dan selamat jalan “Have a nice trip”
2. Prosedur Kedatangan Penumpang. Petugas di bagian kedatangan pesawat/penumpang haruslah mengetahui jam –
jam kedatangan pesawat (ETA = Estimate Time Arrival), sehingga mereka bisa mempersiapkan diri. Mereka juga harus mengetahui apakah ada penumpang yang transit, yang transfer (pindah pesawat menuju ke lain kota/Negara), dan yang turun di situ. Penumpang yang transit (singgah) akan diberi transit card atau kartu singgah. Yang transfer atau pindah pesawat akan segera dibantu sehubungan dengan yempat duduk, bagasi, dsb. Dan bagi yang turun disitu, akan dibimbing ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan visa, lalu ke tempat pengambilan bagasi.
Kalau urusan bagasi sudah bagasi sudah beres, amaka mereka dipersilakan menuju ke pemeriksaan Pabean (doane)_, lalu ke luar. Bila ada bagasi yang belum ketemu atau hilang atau mengkin ada yang rusak, penumpang tersebut akan diajak ke bagian Lost and Found (tempat melaporkan kehilangan dan bagasi).
3. Prosedur Kalau Kehilangan Bagasi atau Bagasi Rusak.
Setelah melalui pemeriksaan paspor di bagian Imigrasi, anda menuju ke bagian pengambilan bagasi anda di conveyor belt (ban berjalan), seandainya bagasi/koper anda tidak ketemu atau hilang, dan juga apabila koper anda rusak sewaktu anda terima, anda harus malapor ke bagian Lost and Found atau bagian “Kehilangan dan Penemuan”
Beberapa hal yang perlu anda perhatikan untuk mengurus masalah ini adalah sebagai berikut:
Bila koper anda hilang, anda mesti menunjukan bukti baggage claim tag atau tanda penerimaan bagasi, dimana tertera nomor bagasi anda serta tujuannya. Anda akan dibuatkan Property Irregularities Report (Laporan
97
Kehilangan) yang biasanya disingkat dengan PIR. Di dalam PIR, anda akan menemukan data anda dan koper anda.
Bila koper anda rusak, anda akan dibuatkan Damage Report (Laporan Kersukan. Apabila koper yang tadim masih bisa diperbaiki, maka pihak perusahaan penerbangan akan memperbaikinya, atau anda yang akan memperbaiki sendiri, nanti biayanya akan diganti oleh pihak perusahaan penerbangan.
Setelah semua bagasi/koper yang anda bawa anda temukan, anda langsung mwmbawanya ke bagian pabean. Di bandara Soekarno – Hatta , dibagian pabean ada jalur merah dan jalur hijau. Jalur merah bagi mereka yang mempunyai barang – barang bawaan yang sekiranya perlu dilaporkankepada pabean untuk pembayaran bea masuk. Jalur hijau dipergunakan bagi mereka yang tidak membawa barang – barang yang perlu dilaporkan kepada pihak pabean atau tidak ada barang yangperlu bayar bea masuk. Namun sekalipun anda menggunakan jalur hijau, kalau pihak pabeaningin melihat isi koper anda, maka anda harus membukanya. Bila semua ini beres,anda bisa meninggalkan bandara.
CARGO AREA
Cargo Handling adalah suatu rangkaian proses pekerjaan penyelesaian kargo
saat mulai diterima sampai dimuat ke dalam pesawat untuk diangkut dari suatu kota ke
kota lain di dalam dan luar negeri.
- Proses pekerjaan antara lain adalah :
1. Penerimaan (Acceptance).
2. Timbang barang.
3. Pembuatan Dokumen Angkut (Documentation).
4. Build-up / Break-down dari dan pallet/container atau gerobak.
5. Penarikan dari gudang ke pesawat dan sebaliknya.
6.Loading ke pesawat dan unloading dari pesawat.
7. Penyimpanan (storage).
8. Pengiriman (delivery)
98
Cargo Handling dapat berjalan baik apabila sistem dan prosedur serta sarana dan
prasarana yang dimiliki gudang dan pergudangan di masing–masing stasiun mencukupi
dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan benar sesuai operating procedure.
1. Sistem
Untuk pembuatan bukti timbang barang / BTB digunakan program yang di-install
dalam Computer.
Manifest Cargo dibuat dengan menggunakan mengisi form yang telah tersedia.
2. Prosedur
Setiap gudang mempunyai acuan kerja yaitu Standard Operation Procedure
(SOP); berupa tindakan yang harus dilaksanakan petugas gudang agar
pekerjaan operasional dapat berjalan lancar.
Peraturan mengenai syarat dan tata cara menerima, menyusun barang kiriman
ke pallet dan kontainer serta menarik dan memuat barang ke pesawat secara
korporasi terdapat dalam manual Airlines.
Peraturan lainnya terdapat dalam Cargo Information Notice sebelum dibakukan
dalam manual.
Pencatatan kegiatan sehari-hari antara shift terutama bila terjadi irregularities
dilakukan dengan mengisi log book.
3. Sarana & Prasarana di Gudang
Timbangan
Computer
Printer
Ruang kantor, telepon.
Mesin X Ray
Mesin Telex
Fasilitas bergerak
Fasilitas tidak bergerak
99
- Dokumen-dokumen pendukung pengiriman kargo
Dokumen pendukung dalam penanganan dan pelayanan handling kargo dapat
diketahui beberapa hal :
I. DOMESTIK
1. Acceptance : CBA (cargo booking advice), PTI (pemberitahuan tentang isi), BTB
(bukti timbang barang), SMU (surat muatan udara), CN 38 (pos),
Shipper Declaration for Dangerous Goods, Checklist for Dangerous
Goods, DB (delivery bill), DRSC (untuk kasir)/ Bordrel, dan Pertelaan
(untuk kasir).
2. Out Going : CBA (cargo booking advice), CLP (cargo load plan), SMU (surat muatan
udara), CN 38 (pos), Checklist Buildup, Manifest Cargo Outbond,
NOTOC (Notification to Captain), DO (delivery order) penarikan kargo.
3. Incoming : Manifest Cargo Inbound, SMU (surat muatan udara), NOA (notice on
arrival), DO (delivery order), DB (delivery bill), Surat Jalan, DRSC (untuk kasir),
dan Pertelaan.
II. EXPORT
1. Acceptance : CBA (cargo booking advice), SLI (shipper`s letter of instruction),
BTB (bukti timbang barang), Shipper Declaration for Dangerous Goods,
Checklist for Dangerous Goods, Shipper Certification for LAR, AWB (airwaybill),
CN 38 (pos), Payment Voucher, CCA, DB (delivery bill), DRSC (untuk kasir)/
Bordrel, Pertelaan (untuk kasir), dan PEB/PEBT (pemberitahian export barang
tertentu).
2. Movement : CBA (cargo booking advice), CLP (cargo load plan), AWB
(airwaybill), CN 38 (pos), Checklist Build up, Build up Report, Manifest Cargo
Outbound, NOTOC (notification to captain), dan DO (delivery order) penarikan
kargo.
100
3. Transit : Manifest inbound dan Manifest outbound, AWB (airwaybill), CN 38 / AV
7 (pos), Checklist Build up, NOTOC (notification to captain), DO (delivery order).
III. IMPORT
1. Acceptance : Manifest Cargo inbound, AWB (Airwaybill), Checklist break down,
dan Overbringen.
2. Document Processing : Manifest cargo Inbound, AWB (airwaybill), NOA (notice
on arrival), DO (delivery order), Pecah PU, DB (delivery bill), OR (office receive),
DRSC (untuk kasir), dan Pertelaan.
3. Warehouse : DO (delivery order), Surat Jalan, BC 1.2 (untuk Bea & Cukai), dan
PIB/PIBT (pemberitahuan impor barang tertentu).
4. Rush Handling : Manifest Cargo inbound, AWB (airwaybill), CN 38/AV-7 (pos),
DO (delivery order), DB (delivery bill), Surat Jalan, BC 1.2 (untuk Bea & Cukai),
BC 2.3 (untuk Bea dan Cukai barang pabrik setengah jadi), DRSC, dan
Pertelaan.
- Pihak – pihak Terkait dalam Pengiriman Cargo
Ada tiga pihak utama yang terkait dengan pengiriman kargo, yaitu
a. Pihak pengirim ( shipper )
Shipper bisa berupa perorangan, badan usaha, dilakukan secara langsung tanpa perantara,
atau melalui jasa ekspedisi muatan kapal laut atau ekspedisi muatan pesawat udara.
b. Pihak pengangkut ( carrier )
Carrier bisa berupa cargo sales airline, cargo sales agent, airline / air charter yang juga
berfungsi sebagai pengangkut kargo.
c. Pihak penerima ( consignee )
Consignee bisa berupa perorangan, badan usaha maupun dalam bentuk cargo agent.
- Jenis – jenis Kargo
IATA Air Cargo Regulation (Ref: IATA AHM dan IATA DGR serta IATA TACT Rules)
mengelompokkan beberapa jenis kargo ke dalam dua golongan besar, yaitu
a. General Cargo
adalah barang – barang kiriman biasa sehingga tidak memerlukan penanganan secara khusus,
101
namun demikian tetap harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam hal pengepakan
supaya isinya dapat ditampung dalam cargo space.
b. Special Cargo
adalah barang – barang kiriman yang memerlukan penanganan secara khusus.
Barang – barang, benda – benda atau bahan – bahan yang termasuk dalam kategori ini adalah:
AVI, DG, HUM, PER, PES, PEM, HEA, dll.
1) Explosive Material, dengan kode REC. Barang ini mudah meledak, karena mengandung zat
– zat kimia yang mudah meledak. Contoh: adalah amunisi, petasan, dll.
2) Flammable goods
Barang ini mudah terbakar baik dalam bentuk gas (RFG), padat (RFS) maupun dalam bentuk
cair (RFL). Contoh: oxigent.
3) Non Flammable Compressed Gas (RNG), contoh: film.
4) Corrosive Material (RCM)
Barang ini dapat menimbulkan karat. Contoh: air raksa dan zat asam.
5) Irritan Material
Barang atau bahan yang mengandung zat perangsang atau dapat merangsang benda – benda
lainnya, seperti alcohol, gas dan spiritus.
6) Magnetized Material (MAG)
Barang yang mengandung unsur magnetic. Contoh: kompas, loudspeaker, dll.
7) Oxidizing Material
Barang yang mudah terbakar bila bereaksi dengan O2. Contoh: zat pemutih, nitrat, peroksida.
8) Fragile goods (FRG)
Barang – barang yang mudah pecah-belah. Contoh: barang terbuat dari porselen, kaca gelas,
dll.
9) Poisonous Substances (RPS)
Barang – barang berupa racun, pengangkutannya harus ada izin dari yang berwenang. Contoh:
cianida, arsenik, dll.
10) Radio Active Material
Bahan – bahan yang mengandung radio aktif.
11) Valuable Goods (VAL)
Barang – barang berharga dan mengandung unsur kimia lainnya di dalamnya. Contoh: logam
mulia, perhiasan, kertas / dokumen berharga.
12) Wet Freight
Golongan barang – barang yang berbentuk cairan atau barang padat yang bercampur dengan
cairan sehingga pemuatannya harus dalam kontainer. Contoh: daging segar, udang basah,
makanan, telur, dll.
13) Perishable Goods (PER)
Barang – barang yang diduga akan hancur dan busuk selama perjalanan sehingga dalam
pemuatannya harus ada bahan pengawet supaya tahan lama dalam perjalanan / selama
pengiriman. Contoh: buah – buahan, tumbuh – tumbuhan hidup, bunga, dll.
14) Dangerous When Wet
Barang – barang yang berbahaya dan mudah meledak bila basah atau lembab. Contoh: karbit.
15) Live Animal (AVI)
Pengangkutan hewan hidup lewat udara, seperti sapi, kuda, ikan hias, monyet, anjing, kucing,
102
burung, dll.
16) Human Remains (HUM)
Pengangkutan jenazah manusia melalui udara baik jenazah utuh (jasad), sudah dikremasi /
abu, dibalsem atau tidak dibalsem.
- Fungsi dan Kegunaan Dokumen
Fungsi dan kegunaan dokumen dapat diartikan dalam beberapa hal seperti :
a. Alat komunikasi.
b. Bukti dari apa yang kita kerjakan / lakukan.
c. Data pendukung apabila ada masalah.
d. Data pendukung untuk proses pengurusan kargo.
Dalam dunia penerbangan secara khusus bisnis kargo kelengkapan dan penataan dokumen
sangat penting, termasuk didalamnya pelayanan handling yang dilakukan oleh warehouse
operator, dan oleh karena itu dokumen yang telah selesai dikerjakan harus tertata (file) dengan
rapi dan benar.
Dokumen pendukung dalam penanganan dan pelayanan handling kargo dapat diketahui
beberapa hal :
(sumber : Materi Training PT. Gapura Angkasa Solo 2007)
1) Persiapan
(a). CBA ( cargo booking advice )
(b). PTI ( pemberitahuan tentang isi )
(c). BTB ( bukti timbang barang )
(d). SMU ( surat muatan udara )
(e). CN 38 ( pos )
(f). Shipper Declaration for Dangerous Goods
(g). Checklist for Dangerous Goods
(h). DB ( delivery bill )
(i). DRSC ( untuk kasir )/ Bordrel
(j). Pertelaan ( untuk kasir )
2) Out Going
(a). CBA ( cargo booking advice )
(b). CLP ( cargo load plan )
(c). SMU ( surat muatan udara )
(d). CN 38 ( pos )
(e). Checklist Buildup
(f). Manifest Cargo Outbond
(g). NOTOC ( Notification to Captain )
(h). DO ( delivery order ) penarikan kargo.
3) Incoming
(a). Manifest Cargo Inbound
(b). SMU ( surat muatan udara )
103
(c). NOA ( notice on arrival )
(d). DO ( delivery order )
(e). DB ( delivery bill )
(f). Surat Jalan
(g). DRSC ( untuk kasir )
(h). Pertelaan
- Pengertian dan Fungsi Jenis-Jenis Dokumen Kargo Domestik
1. Pengertian dan fungsi Surat Muatan Udara
Adalah tanda bukti transaksi tentang pengiriman barang melalui jasa angkutan udara untuk
daerah Domestik antara pihak pengirim dengan pihak airlines operator yang mana masing-
masing pihak sudah mengetahui tentang persyaratn atau ketentuan terhadap barang kiriman
termasuk tanggung jawab dan sanksi masing-masing pihak.
AWB/SMU : harus dibuat sesuai dengan Rule Section 6.2, akurat dan lengkap didalam
pengisisan semua kolom yang ada didalam AWB/SMU tersebut.
Airwaybill atau SMU dalah dokumen non-negotiable yang minimum terdiri dari 8 (delapan) copy
yaitu:
a. Original 3 (yang berwarna biru)
yang diberikan kepada shipper dan berguna untuk :
1) Bukti penerimaan barang
2) Bukti tertulis dari perjanjian antara pengangkut dengan si pengirim, bagi sebuah kontrak
pengangkutan.
b. Original 1 (yang berwarna hijau) dan diperuntukan bagi pengangkut dan berguna untuk
penyelesaian accounting, juga sebagai bukti dari Kontrak Pengangkutan.
c. Original 2 (yang berwarna pink) yang diberikan kepada consignee (sipenerima barang).
Original 2 ini akan menyertai barang kiriman sampai ditempat tujuan, selanjutnya akan
diserahkan kepada Consignee
Sedangkan copy-copy lainnya, adalah copy dari original tersebut, dan sesuai dengan indikasi
yang terdapat dibaris bawah. Jadi setiap airwaybill akan berisi paling tidak :
d. Original 3 untuk sipengirim
e. Original 1 dipruntukkan bagi carrier
f. Copy no.8 diperuntukkan bagi agent
g. Dokumentasi dari ongkos yang terjadi
h. Dokumentasi dari perubahan atas permintaan shipper (shipper`s right disposition).
Airwaybill atau SMU adalah cargo dokumen yang diterbitkan oleh carrier (pengangkut) atau
agent yang dikuasakannya. Airwaybill atau SMU mempunyai fungsi bermacam-macam yang
penting yaitu:
a. Bukti tertulis dari kesimpulan Contract pengangkut
b. Bukti dari penerimaan barang kiriman
c. Sebagai bukti penagihan ongkos kirim (jika CCX shippment)
d. Sertifikat asuransi dari barang kiriman
104
e. Sebagai acuan bagi pengangkut dalam melaksanakan pengiriman dan penyerahan barang
kiriman ditempat tujuan.
f. Airwaybill diparaf oleh sipengirim, atau atas namanya dan
g. Jika sudah ditanda tangani oleh Pengangkut (carrier) atau oleh cargo agent atas nama
sipengangkut yang telah disetujui oleh pengangkut
h. Airwaybill yang sudah dirubah ataupun dihapus tulisannya, tidak bisa diterima oleh carrier
(pengangkut)
i. Validitas dari airwaybill tersebut akan berakhir ketika barang kiriman diserahkan kepada
consignee ditempat tujuan.
Sesuai dengan Convensi Warsawa dan Hague Protocol, dan sesuai dengan syarat yang tertera
dipersyaratan pengangkutan, maka sipengirim (shipper)lah yang akan menyiapkan penerbitan
airwaybill atau SMU. Sipengirim bertanggung jawab atas kebenaran tentang hal yang
berhubungan dengan kiriman barang yang ia tuliskan di airwaybill atau SMU, atau yang telah
dituliskan atas nama sipengirim.
Sipengirim akan bertanggung jawab akan hal yang merugikan, atau merusakkan, yang
diakibatkan karena kesalahan, ataupun ketidak benaran, ataupun kekurangan, untuk hal yang
tertulis di airwaybill atau SMU. Meskipun penulisan tersebut tidak dilakukan oleh sipengirim
sendiri, oleh agen yang dikuasakannya, atau orang lain yang dikuasakannya. Dengan ditanda
tanganinya airwaybill atau SMU tersebut, sekaligus sipengirim setuju terhadap segala syarat
pengiriman, yang tercantum dibelakang airwaybill atau SMU sebagai kontrak pengangkutan.
Perkataan Not Negotiable yang tercantum di airwaybill atau SMU berarti bahwa airwaybill atau
SMU tersebut adalah bersifat langsung, dan bersifat non negotiable yang berbeda dengan Bill
of Lading dari pengangkutan laut. Siapapun tidak boleh menerbitkan airwaybill atau SMU
negotiable, sehingga siapapun tidak boleh menghilangkan perkataan “Not Negotiable” dari
airwaybill tersebut.
2. Bukti Timbang Barang (BTB)
Formulir/Dokumen yang dikeluarkan oleh pihak pengangkut/Warehouse Operator, Sebagai
bukti hasil dari penimbangan serta pengukuran dimensi barang/kargo yang akan dikirim
a. Fungsi BTB :
1. Keselamatan Penerbangan
2. Perhitungan Tarif
3. Batas Muat Dasaran ( Contact Area )
4. Penentuan Loading/Unloading Equipment.
3. Pemberitahuan Tentang Isi (PTI)
PTI adalah Formulir yang dipergunakan oleh Shipper/pengirim barang untuk enginstruksikan
kepada pengangkut (Airlines) agar menerbitkan SMU/AWB, setelah dilakukan proses timbang
barang serta dibuatkan BTB.
PTI berfungsi Menyediakan semua perincian data-data yang diperlukan untuk membuat atau
enerbitkan Surat Muatan Udara (SMU).
a. Cara melengkapi PTI ada 11 kolom yang harus diisi oleh pengirim barang/cargo, kolom-
kolom tersebut adalah :
1. Kolom NAMA PENGIRIM : diisi dengan nama
105
lengkap pengirim.
2. Kolom ALAMAT : diisi alamat lengkap pengirim barang
dengan mencantumkan nama kota dan nomor telepon
serta nomor faksimili jika ada.
1. Kolom NAMA PENERIMA : diisi dengan nama
lengkap penerima barang/cargo.
2. Kolom ALAMAT : diisi alamat lengkap penerima
barang dengan mencantumkan nama kota, nomor
telepon serta nomor faksimili jika ada.
3. Kolom NOMOR SMU : diisi dengan nomor SMU sesuai
dengan reservasi/pembukuan yang sudah dibuat.
4. Kolom JUMLAH :diisi dengan jumlah total koli dari
kiriman.
5. Kolom SATUAN : diisi dengan ara apa kiriman
tersebut dikemas/dipacking.
6. Kolom PENJELASAN ISI BARANG : harus diisi
dengan perincian dari kiriman tersebut,
contoh : 75 Pot bunga segar 4 Ekor ayam jago
7. Kolom BERAT : ditulis dengan berat kotor dari kiriman sebagai hasil proses penimbangan
dalam satuan Kilogram ( Kg ).
8. Kolom JUMLAH BERAT : diisi dengan jumlah total berat dari kiriman.
9. Kolom TANGGAL DAN TANDA TANGAN : diisi dengan tanggal pada saat pengirim
menandatangani PTI.
4. Delivery Bill (DB)
Tanda bukti pembayaran sewa gudang, baik inbound maupun outbound kargo.
- Persiapan Outgoing Kargo
1. Persiapan
a. Briefing, cek Log Book & Particular
b. Check schedule ETA / ETD / Type Aircraft / Registrasi / PIC / Parking Stand
c. Check Message In / Out / Irregularities / Reservasi Cargo
d. Check Cargo Cart / Gerobak dalam kondisi baik ( ban tidak kempes / lantai Cart tidak basah )
e. Cek / Menyiapkan formulir-formulir sbb. :
1) Cargo manifest domestik, cargo manifest master copy untuk internasional & amplop cargo
manifest
2) Shipping Document
3) Shipper Letter of Instruction ( SLI )
4) Shipper Declaration for Dangerous Goods
5) Shipper Certificate for Live Animal Shipment
6) Cargo booking chart
7) Shipper Statement for Valuable Goods
8) Surat Pemberitahuan tentang Isi barang ( PTI )
106
9) Cargo Demage / Lost Report
10) Cargo Tracing ( Tracer ) Report
11) Pemberitahuan kedatangan barang
12) Cargo irregularity Report
13) Shipper statement for perishable shipment
14) NOTOC
15) Delivery order
16) Dll.
f. Cek & menyiapkan label-label
g. Melaporkan kepada koordinator / Supervisor / SQA tentang irregularity yang kedapatan di
gudang.
h. Check space / load yang di release oleh freight space control ( Load Control / Ops )
i. Cek pembukuan cargo / mail.
j. Cek / memperhatikan prioritas kiriman, restriksi yang ada
2. Pelaksanaan (penerimaan)
a. Mail
1) Menerima serta menimbang
2) Check berat POS tidak boleh lebih dari 30-kg / koli
3) Kalau lebih ditolak sebagai kiriman POS & dikenakan biaya Cargo Umum ( issued SMU )
4) Cek dokumen AV-7 dan masukkan dalam menifest berdasarkan :
(a). Pos biasa
(b). Pos kilat
(c). Paket kilat
5) Membuat tanda terima
6) Menempatkan & mengatur POS sesuai dengan tujuan dan jenis.
b. Cargo Umum ( Domestik )
1) Menerima & menimbang barang kiriman
2) Mengisi form timbang barang & ukuran dengan lengkap
3) Cek pada dokumen ( SMU / SAB )
(a). Berat sesuai dengan aktual berat barang / volume
(b). Cocokan Chargeble weight
(c). Penulisannya benar & jelas
4) Check fisik barang & packing sesuai procedure ( standard / FIN014/98 )
5) Periksa label dan marking sesuai tujuan ( destination ) dan jenis barang
6) Membuat tanda terima pada copy SMU
7) Check PTI
8) Periksa surat karantina untuk pengiriman :
(a). Tumbuh-tumbuhan
(b). Buah-buahan
(c). Daging
(d). Binatang hidup
9) Periksa surat pernyataan pengiriman mengenai valuable shipment sesuai Cargo Manual 4.
10) Dalam menerima “ Human Remain “ diperlukan :
107
(a). Visum dokter
(b). Akte kematian
(c). Surat izin jalan dari pemerintah daerah
(d). Periksa keadaan peti jenasah
(e). Surat keterangan dari Kedutaan / Perwakilan Negara ( orang Asing )
11) Pengiriman yang tergolong dalam “ Dangerous Goods “ diperlukan :
(a). Shipper Certification / Dangerous Goods untuk Amunisi dan semacamnya
(b). Harus ada paking list yang disahkan oleh “ PINDAD “ ( Perindustrian Angkatan Darat )
12) Pengiriman “ Active Material “ harus ada paking list yang disahkan oleh “ BATAN “ ( Badan
Tenaga Atom Nasional )
13) Dalam penerimaan barang kiriman selalu cek Reservasi / Space Load
14) Menempatkan dan mengatur barang sesuai dengan tujuan, jenis, ukuran & berat
15) Menyiapkan barang yang akan diberangkatkan sesuai premanifest cargo :
(a). Reservasi / space load
(b). Prioritasnya ( build – Up )
16) Membuat manifest cargo ( surat muatan )
17) Membuat traffic slip & NOTOC untuk dilaporkan kepada Operation / Load Control dengan
tanda terima
18) Memasukkan dokumen cargo ke dalam tas ( Board – Tas )
19) Mengawasi barang kiriman sejak dari gudang sampai dimuat ke dalam pesawat
20) Memasukkan flight bag cargo ke dalam pesawat ( ditempatkan pada cabin door side dan
melaporkannya kepada Cabin One )
21) Melaporkan / menyampaikan kepada PIC, apabila ada barang kiriman khusus dengan
membuat Form Receipt for Special Consignments
- Persiapan Incoming Kargo
1. Persiapan
a. Briefing, cek log book & particular
b. Cek schedule ETA, Parking Stand & Type Pesawat
c. Cek msg. / telek yang masuk / irregularities
d. Cek keadaan gudang & peralatan pendukung yang lain dalam kondisi baik.
e. Cek / menyiapkan formulir-formulir sbb.:
1) Cargo demage / lost report
2) Cargo tracing ( tracer ) report
3) Pemberitahuan kedatangan barang
4) Cargo irregularity report
2. Pelaksanaan
a. Mengambil Flt-Bag cargo dari pesawat
b. Memeriksa cargo manifest, bila ada hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian segera (
barang kiriman khusus, transit )
c. Mengawasi barang kiriman dari pesawat sampai gudang
d. Cek dokumen ( SMU / AWB, AV-7, Cargo Manifest )
108
e. Cek phisik incoming cargo / pos sesuai dengan dokumen cargo / manifest
f. Membuat pembukuan barang masukdan mencatat irregularities ( kekurangan, kerusakan )
g. Dalam setiap penerimaan barang harus dilengkapi dengan dokumen, apabila dokumen tidak
ada, barang tersebut harus ditahan / disimpan sampai penyelesaian dokumennya
h. Membuat Delivery Order ( DO ) untuk serah terima barang.
Ramp handling :
Ramp Handling merupakan satuan unit yang bertugas sebagai koordinator dalam pelaksanaan
handling pesawat (ramp dispatcher) di apron mulai dari pesawat block on sampai pesawat block off.
Tanggung jawab setiap petugas ramp dispatcher adalah mengawasi dan mengkoordinasikan segala
aktifitas di area ramp yang berkaitan dengan keberangkatan maupun kedatangan pesawat.
Dalam melakukan tugasnya seorang petugas ramp dispatcher berkordinasi dengan unit – unit yang
terkait dalam mendukung perencanaan suatu penerbangan, diantaranya:
1. Awak cockpit / cabin crew
2. Petugas boarding gate
3. Petugas penanganan kargo
4. Load control
5. GSE (Ground Support Equipment )
1. GPU
2. GTC
3. AIRCON
4. AVIO BRIDGE / PAX STAIR
5. PUSH BACK CAR
6. Loading master
109
7. Teknik
8. Pertamina (refueling)
9. Catering
10. Cleaning service
11. Porter
12. Security
1. Hal – hal yang dilakukan Ramp Dispatcher antara lain :
Ø Ramp Handling check list harus dilaksanakan secara benar sesuai aturan didalam Station Manual
Ø Ramp Activity Check List harus ditandatangani oleh PIC/FSM/Ramp Staff
semua pihak harus setuju dengan isi dari Ramp Activity Check List yang dibuat
Ø Ramp Staff selalu berkordinasi dengan boarding. Gate Staff/PIC/FSM sebelum memberikan
informasi bahwa passengger diperbolehkan naik ke pesawat.
Ramp Checklist berisi data – data kronologis yang digunakan selama berada di Apron.
Untuk mencapai schedule dalam time frame dibagi 2 yaitu :
1. Narrow Body 40 menit
2. Wide Body 60 menit
Seluruh komando ada di Ramp Setiap Garuda ingin terbang meminta release dari Release Man.
Ramp Dispatcher yang menangani sebuah pesawat dilengkapi dengan :
1. Ramp Activity Check List
2. Bon Fuel
110
3. Data flight dibagi 2 yaitu :
1) Flight Schedule
2) ETD
4. Radio HT
Tanggung jawab setiap petugas ramp dispatcher adalah mengawasi dan mengkoordinasikan segala
aktifitas ramp yang berkaitan dengan keberangkatan maupun kedatangan pesawat.
Ramp safety :
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang, diantaranya seperti Teknik
Error, Human Error, Cuaca Error, dan Engine Error. Tidak bisa diabaikan begitu saja 4 faktor tersebut
karena dalam Transportasi Udara Safety & Security menjadi prioritas utama. Kita ketahui bahwa Ramp
Handling merupakan proses penanganan dan pelayanan pesawat terbang selama berada di darat
dengan aman, tertib dan teratur sesuai peraturan yang berlaku.
Kegiatan dari ramp handling ini meliputi persiapan teknis pesawat, pengisian bahan bakan(fuel),
menaikan serta menurunkan bagasi, makan, air, dll. Dari sekian banyaknya kegiatan Ramp Handling
terkadang membuat tingkat Incident di daerah ramp ini meningkat karena dilihat dari kebutuhan dan
jumlah pesawat di Indonesia. Contohnya adalah penataan parkir pesawat yang berada dibandara
soekarno hatta yang sudah tidak memadai lagi serta menjadi ancaman bahaya para petugas ramp
handling yang perlu diwaspadai. bahkan adapun kejadian ketika pesawat diparkir dan mesin belum
dimatikan, tiba-tiba taxi way(mobil pendorong peswat) melintas dibelakang peswat dan alhasil taxi
way itu terkena semmburan dari Jet Blast(mesin peswat) sehinga mobil tersebut mental dan terpental
Ada baiknya dalam ramp handling ini harus mengikuti prosedur dengan baik karena menyagkut Safety
& Security, seperti :
Memeriksa persiapan semua perlengkapan kerja dan data-data(radio komunikasi,transportasi
ramp,posisi parker pesawat,jumlah penerbangan,catering,cargo,dll).
Mengikuti briefing sebelum aktifitas ramp handling.
Memerikasa & mengkoordinasi perasi penerbangan
111
Menginformasikan ke unit-unit terkait sesegera mungkin apabila terjadi sesuatu diluar kebiasaan
(irregularities).
Berkoordinasi dengan Departure Control.
Memastikan informasi jumlah awak pesawat.
Memeriksa dan memonitor aktivitas yang ada di sisi pesawat dan mempastikan bahwa proses
bongkar muat selesai dalam rentang waktu yang ditentukan.
Kerugiaan terhadap pesawat sangatlah mahal apalagi jika sampai membahayakan jiwa para
petugas/pekerja diwilayah Ramp Handling. Oleh karena itu Safety dan Security pada wilyah ramp
handling haruslah sesuai dengan prosedur serta memenuhi standar keselamatan. Dengan kata lain
Setiap orang yang memasuki Ramp mesti memiliki pengetahuan tentang sikap dan orientasi
menyangkut keselamatan . Ketahuilan apa saja larangan yang berlaku, batasan wilayah kerja, izin
dari otoritas bandara dan terutama melakukan pekerjaan itu dengan pelindung (personal protection
equipment/PPE).
PENANGANAN PADA DANGEROUS GOODS DAN TATA
CARA PENGIRIMANNYA
Dangerous goods merupakan barang yang dapat menimbulkan bahaya terhadap kesehatan
manusia,keselamatan property pesawat ataupun membahayakan perjalanan penerbangan. Yang
termasuk dengan dangeorous goods misalnya bahan peledak,minuman beralkohol,tabung-tabung kecil
yang berisi gas oksigen untuk keperluan medis, tabung kecil berisi gas karbon dioksida untuk
keperluan mekanik dll. Lalu bagaiman tata cara pengiriman dangerous goods:
1. Pengirim memohon pembukuan terlebih dahulu melalui airlines customer service dengan
memberikan pemberitahuan tentang isi,tujuan dan tanggal pengiriman.
2. Customer service menginformasikan dan meminta klarifikasi persetujuan angkut atas laporan
MSDS dari pengirim kepada station ramp/traffic yang bersertifikat DGR.
3. Station ramp/traffic akan meneliti msds serta peralatan yang ada apakah sudah sesuai dengan
ketentuan minimum DGR.
TANGGUNG JAWAB AIRLINES
112
1. Acceptance adalah kegiatan awal yang harus melakukan pengontrolan DG sebagai berikut:
a. Check MSDS
b. Check pengisian shipper declaration sudah benar apa belum
c. Check packing atau kemasannya
d. Check labeling
e. Melaporkan ke station ramp/traffic
2. Storage
3. Loading
4. Inspection
Penggolongan Muatan Berbahaya
1.Bahan yang dapat meledak
2.Gas: bertekanan, cair, dan padat oleh
tekanan
3.Cairan yang menyala
4.1.Bahan yang dapat menyala
4.2.Bahan yang dapat membara secara
Mendadak.
113
4.3.Bahan yang kalau kena air, menimbulkan
gas yang menyala
5.1.Bahan yang beroksidasi
5.2.Organic paroxid
6.1.Bahan yang beracun
6.2.Bahan yang dapat menimbulkan
infeksi/peradangan
7.Bahan radioaktif
8.Bahan yang menimbulkan karat
9.Jenis bahan lain yang dapat menimbulkan bahaya atau
memperhatikan sifat berbahaya
Hazard Labels
114
IATA now offers a wide variety of fully compliant hazard labels for all classes:
Class 1 - Explosives
Class 2 - Gases
Class 3 - Flammable Liquids
Class 4 - Flammable Solids
Class 5 - Oxidizing Substances
Class 6 - Toxic and Infectious Substances
Class 7 - Radioactive Material
Class 8 - Corrosives
Class 9 - And Miscellaneous Dangerous Goods
Volume discounts are available when ordering in quantities of 25+/50+, these discounts will automatically be applied
at the checkout, or when you view your basket. Our labels are also available on rolls of 1,000. For more
information on specific labels not displayed on our website or general enquiries please contact our customer support
Class 1. Explosives
Back to top
Explosive 1.1
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.2
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.3
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.4D
115
Class 1. Explosives
Back to top
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.4F
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.4G
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.4S
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Explosive 1.5D
This is an asy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
116
Class 1. Explosives
Back to top
Explosive 1.6N
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 2. Gases Back to top
Flammable Gas 2.1
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Non-Flammable Gas 2.2
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Toxic Gas 2.3
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 3. Flammable
Liquids Back to top
117
Class 3. Flammable
Liquids Back to top
Flammable Liquid
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 4. Flammable
Solids Back to top
Flammable Solid 4.1
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Spontaneously Combustible 4.2
This is an asy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Dangerous When Wet 4.3
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 5. Oxidizing
Substances Back to top
118
Class 5. Oxidizing
Substances Back to top
Oxidizer 5.1
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Organic Peroxide 5.2
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 6. Toxic and
Infectious Substances Back to top
Toxic 6.1
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Infectious Substance 6.2
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 7. Radioactive
Material Back to top
119
Class 7. Radioactive
Material Back to top
Fissile
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labelling dangerous goods labeling.
Radioactive - I-White
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Radioactive - II-Yellow
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Radioactive - III-Yellow
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Class 8. Corrosives Back to top
Corrosive
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
120
Class 8. Corrosives Back to top
Class 9. Miscellaneous Dangerous Goods Back to top
Miscellaneous (without word)
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Miscellaneous (with word)
This is an easy peel off vinyl label, 100 mm x 100 mm, and supplied on rolls of 150. All Labels are
compliant with IATA DGR, ICAO and 49 CFR requirements for labeling dangerous goods shipments.
Sumber : IATA , kumpulankaryasiswa.wordpress.com, Wikipedia
PACKAGING
(Marking and Labeling)
• Modul ini sangat penting bagi Freight Forwarders .
FF tidak saja sebagai pemberi saran kepada shipper
dalam hal packaging, tetapi juga meningkatkan
121
keterlibatannya dalam melaksanakan packaging barang di
kontainer baik melalui angkutan udara .
Sebagai kepanjangan tangan dari Principals, FF
mempunyai kewajiban untuk mengangkut barang shipper
sampai ke tempat tujuan dengan kondisi yang sama.
• Informasi FF dalam menjawab permintaan packaging
barang dan moda transpor sampai final destination
merupakan petunjuk berharga bagi FF dalam
memasuki bisnis International.
• Hal penting untuk mengingatkan kembali kepada
pelanggan bahwa material tertentu yang digunakan
sebagai bahan packaging dapat membahayakan
lingkungan.
TUJUAN:
Mempunyai pengetahuan dasar fungsi
packaging dan macam-macam
Memberi saran & petunjuk kepada
122
shipper dalam hal packaging cargo.
packaging cargo.
TIGA FUNGSI DASAR
DARI PACKAGING
Perlindungan, Pencegahan dan Penampilan
Tiga Fungsi Dasar Kemasan
a. Perlindungan →
kehilangan,
kerusakan,
pencurian, dll.
b. Pencegahan → perubahan temperatur, hama,
kontaminasi, risiko alam, dll.
Penampilan → ukuran, bentuk, warna, hiasan, dll
Pengiriman yang aman dimulai dari contoh di bawah ini
123
Panduan/Pedoman untuk Pilihan Packaging
1.Secara umum, beberapa pedoman berikut dapat
dijadikan rujukan dalam menentukan cara atau
teknik kemasan/packaging dengan segala
pertimbangannya
2.Khusus untuk barang yang kecil-kecil, seyogyanya
secara hati2 dan cermat diletakkan pada landasan yang
124
kuat terbuat dari papan (palet). Penggabungan barang2
tersebut akan membantu dan mempermudah
penanganan, serta dapat dihindari dari kemungkinan
terjadinya pencurian, dan memperkecil volume
pengiriman.
3.Barang harus diletakkan secara tepat dalam kemasan, merata dan
terhindar dari benturan satu dengan yang lain. Tidak jarang harus
digunakan media/bahan pelindung atau bantalan yang berfungsi sebagai
penyekat di antara barang-barang yang di kemas.
4. Packaging palet sangat cocok untuk shipment, yang
akan dimuat dalam kontainer. Bisa jadi shipment
barang diangkut secara konvensional. Sebagai
konsekwensi bisa juga terjadi risiko kerusakan selama
pengangkutan.
5.Dalam menentukan tipe kemasan yang baik dan tepat harus
diperhitungkan kemungkinan barang/shipment tertindih oleh muatan lain
diatasnya, pada saat barang masih di gudang .
125
Teknik mengikat dengan menggunakan “plaster” selalu dipakai pada setiap
parsel.
6.Untuk mengantisipasi dan menghindari masalah,
seyogianya di pelajari peraturan negara tujuan, ataupun
airport transit, supaya waspada terhadap penggunaan
bahan yang dilarang,khususnya yg dapat mencemari lingkungan hidup.
7.Penggunaan karton/material bekas harus dihindari,
karena kemasan akan mudah rusak, sehingga barang
dapat terlihat dan kemungkinan pencurian akan terjadi.
8.Terhadap kiriman dalam jumlah besar, bentuk kemasan
harus disesuaikan dengan ukuran produk yang akan di
kirim, supaya ongkos angkut akan dapat ditekan.
Kasus di lapangan ( study cases ) :
Dangerous Goods di Tas Kita: Mulai Parfum Hingga Kutek
Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Hendak jalan-jalan ke luar negeri? Tentunya sarana mempercantik diri
tak pernah ketinggalan: parfum dan kutek. Tapi tahukah Anda kedua benda favorit
126
Anda itu masuk kategori dangerous goods? Berikut ini informasi dari Ina Haryati
pada detikcom, Senin (2/4/2007): Saya cuma mau sedikit share saja, kebetulan
pekerjaan saya masih berhubungan dengan barang-barang Dangerous Goods yang
akan diangkut pesawat. Selain ICAO, dalam dunia penerbangan internasional ada
juga yang namanya International Air Transport Association (IATA), cakupan IATA
ini lebih luas daripada International Civil Aviation Organization (ICAO).
Sehubungan dengan pekerjaan, saya pernah ikut training Dangerous Goods
Regulation yang dikeluarkan oleh IATA. Setelah ikut training ini, mata saya jadi
terbuka bahwa tanpa disadari kadang-kadang kita suka membawa barang yang
termasuk Dangerous Goods atau disingkat DG menurut IATA ke dalam kabin.
Contohnya korek api gas yang termasuk DG kelas 2 (Flammable Gas) atau minuman
beralkohol atau minyak wangi yang sebetulnya masuk kategori kelas 3 (Flammable
Liquid). Bahkan dosa parfum dobel, selain masuk flammable liquid apabila
berbentuk aerosol dia juga masuk kategori flammable gas juga. Buat cewek-cewek
yang suka pake kutek, kutek juga masuk dalam kategori Flammable Liquid. Siapa
sangka kalau kamper juga masuk kategori DG karena IATA mengkategorikan
sebagai DG kelas 4 (Flammable Solid). Batere lithium dalam jam, HP, laptop,
camera atau barang elektronik lainnya termasuk DG kelas 9 (miscelaneous).
Baterai biasa yang mengandung alkali bahkan masuk DG kelas 8 (Corrosive).
Contoh di atas hanya sebagian kecil dari Dangerous Goods yang dibawa penumpang
ke kabin pesawat. Sebetulnya apabila dibawa dalam jumlah yang terbatas dan
diperlakukan dengan tepat semua barang itu tidak akan menimbulkan bahaya. Jadi
sekali lagi sebetulnya sangat perlu dibuat peraturan seperti ini sebab tujuannya
adalah untuk meminimalisir tingkat kecelakaan transportasi yang tinggi di
Indonesia. Dari pihak yang berwenang juga diharapkan bisa memberikan info-info
kepada masyarakat umum mengenai "Dangerous Goods on Board" ini, infonya
meliputi barang apa yang dilarang atau kalau diperbolehkan seberapa jumlah yang
boleh dibawa dan bagaimana cara menghandlenya. Saya rasa masyarakat Indonesia
sudah cukup cerdas, apabila diberikan penjelasan yang tepat pastinya akan
dipatuhi. (nrl/asy)
2 Jam untuk Antre Cek Benda Cair di AS & Kanada
Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Calon penumpang penerbangan internasional di Bandara Cengkareng
masih lebih beruntung dibandingkan penumpang di bandara di luar negeri. Benda
cair yang boleh dibawa ke kabin 1.000 cc alias 1 liter. Sedangkan di AS dan
127
Kanada, hanya 100 cc! Berikut kisah Ahmad K pada detikcom, Senin (2/4/2007):
Menyambung berita tentang pembatasan benda cair yang diperbolehkan dibawa ke
kabin pesawat, saya mengalaminya sendiri pada saat peraturan keamanan ini baru
saja diterapkan di Amerika dan Kanada (Amerika Utara) setelah peristiwa kejadian
bandara Heathrow di London yang diduga akan diserang oleh teroris dengan cairan
bom sehingga menyebabkan chaos di bulan Agustus 2006 lalu. Pada saat saya
bepergian ke AS dan Kanada di bulan Oktober 2006, sistem security airport yang
baru di seluruh Amerika Utara mulai diterapkan dengan penggeledahan dan
pembatasan benda cair, apa pun wujudnya, yang akan dibawa ke pesawat baik di
kabin maupun di bagasi. Yang terjadi adalah koridor menuju pemeriksaan diubah
sedemikian rupa sehingga calon penumpang seperti berada di dalam 'labirin'
menuju pemeriksaan x-ray. Terjadi antrean yang amat panjang dan mengular dan
beberapa penumpang sudah sangat resah sehubungan jadwal penerbangan yang
sudah mepet. Dalam hal ini, pihak keamanan tidak ambil peduli. Seluruh isi
bagasi/luggage/kopor dan tas jinjing harus dibuka. Bahkan cairan yang melebihi
100 cc harus diserahkan. Ada parfum, ada shampo, ada pasta gigi, air minum,
cairan kumur dll, semuanya yang lebih 100 cc harus ditinggalkan atau dibuang di
tempat sampah yang telah disediakan. Hanya ada dispensasi pada obat-obatan
yang ada resepnya atau susu dan makanan bayi. Susu bayi pun juga dibatasi hanya
250 cc saja. Tidak hanya itu, bagi orang-orang yang bertampang Asia atau apalagi
Timur Tengah, wah...lebih menyiksa lagi pemeriksaannya. Sepatu, ikat pinggang,
jam tangan, HP, kaos kaki, jaket, dan tas jinjing harus dibuka dan dimasukkan ke
kotak x-ray. Laptop dan kamera harus ditest dan dihidupkan. Pokoknya amat ketat
tanpa terlewat satu inci dan barang sedikit pun untuk diperiksa. Saat itu saya
hanya membawa satu cabin suitcase dan satu ransel lapto. Terpaksa deh, semua isi
keperluan mandi saya harus direlakan dibuang, kecuali sikat gigi. Waktu yang
diperlukan untuk pemeriksaan adalah kurang lebih 5 - 10 menit per orang atau per
bagasi. Bayangkan bila antrean itu ada ratusan orang sementara koridornya cuma
satu berapa lama dibutuhkan untuk lepas dari pemeriksaan menuju counter check
in. Saya memerlukan waktu hampir dua jam untuk mengantre pemeriksaan saja.
Ini di bandara International San Fransisco dan Vancouver. Jadi kalau sekarang di
bandara Soekarno Hatta dibatasi maksimal 1.000 cc (1 liter) itu masih lumayan...
lha di AS dan Kanada malah 100 cc. Jadi bagi calon penumpang, sebaiknya tidak
perlu bawa benda-benda cair yang bervolume banyak, agar antrean bisa tertib
lancar serta cepat. Atau tidak perlu bawa sama sekali benda cair sehingga lebih
cepat. Ada kesan memang, ini adalah bentuk paranoid yang mengekor AS tapi juga
ada kesan bahwa pemerintah sedang berpesan bahwa teroris itu masih
gentanyangan dengan membawa cairan bom, apa itu jenisnya saya tidak tahu.
Waktu iseng-iseng saya tanya kenapa air minum (fresh water) juga disita, jawab
petugasnya bahwa air bisa jadi bom hidrogen. Begitu ketakutannya pada air.
128
Dengan semakin tumbuhnya era maskapai Low Cost Carrier di Indonesia dalam satu dasa warsa
belakangan ini maka pertumbuhan lahirnya beberapa maskapai baru telah medorong
pertumbuhan
Jumlah perusahaan penerbangan di tanah air. Tahun 2000 jumlah penumpang angkutan moda
transpotasi udara hanya berkisar dibawah 10 juta penumpang , maka pada tahun 2015 jumlah
penumpang angkutan moda transportasi udara diperkirakan akan mencapai angka 100 juta
penumpang . Hal ini diakibatkan dengan semakin banyaknya tumbuh maskapai niaga yang baru
di Indonesia yang sampai saat kini ada sekitar kurang lebih 15 maskapai niaga berjadual dan
beberapa maskapai kargo. Jumlah maskapai akan semakin bertambah seiring dengan beberapa
129
ijin maskapai baru yang tengah antri ijin operasi dari Kemenhub saat kini.Maka tak heran bila
dunia penerbangan di Indonesia saat kini kekurangan SDM penerbangan yang siap pakai. Para
analis memperkirakan kebutuhan SDM dalam dunia penerbangan sampai dengan tahun 2020
mencapai 2 juta staff siap pakai.Termasuk didalamnya tenaga staff passanger handling di semua
maskapai dan bandara di Indonesia .Padahal kita ketahui bersma buku buku “Passeger handling
“ dalam bahasa Indonesia juga masih terbatas . Beranjak karena terjadi kekurangan SDM
penerbangan yang sangat serius maka maka kami berusaha menulis buku tersebut dalam
bahasa Indonesia yang sekerinya akan bermanfaat bagi para pembaca mahasiswa dan
mahasiswi di kampus jurusan Penerbangan , Pariwisata dan pembaca pada umumnya.
130
How to know about : Ground Support Equipment (GSE)?
Pada saat ini kita kenal banyak tipe dan jenis pesawat yang dipakai oleh berbagai macam maskapai penerbangan,hal itu pasti diperlukan adanya penanganan yang dilakukan pada saat mendarat ataupun transit.Penanganan pada saat pesawat mendarat biasanya secara umum memerlukan waktu 40 menit-1jam.Kegiatan tersebut adalah Ramp Handling.Ada berbagai
macam kegiatan Ramp handling,seperti:
Aircraft handling
Marshalling
Parking
Ramp to flight deck communication
Starting
Safety measures
Moving aircraft
Tetapi semua kegiatan tersebut tidak bisa terlaksana tanpa adanya bantuan dari alat-alat
yang mendukungnya yang disebut dengan istilah Ground Support Equipment atau GSE.GSE diklasifikasikan berdasarkan geraknya yaitu Motorized GSE dan Non Motorized GSE.
Motorized equipment,terdiri dari
Apron bus:sebagai alat transportasi di dalam apron area.
Air conditioning unit.
Aircraft Towing Tractor
Baggage Towing Tractor
Belt Conveyor loader
High Lift Loader
Main Deck Loader
Passenger Boarding Stairs
Lavatory Service Truck
Non motorized equipment,terdiri dari,
Aircraft Wheel Chock
Aircraft Tow Bar
Aircraft Jack
Cart
Hand Pallet
Pallet Dolly
Tail Stand Jack
Semua jenis alat tersebut adalah sebagai pendukung kerja di dalam lingkup Ramp Handling,semua dibutuhkan untuk kinerja pesawat.
131
132
133
134
135
136
137
138
Tugs And Tractors
Digunakan untuk menarik atau menggerakkan alat-alat ground support yang mengalami kerusakan
v Main Deck Loader
139
Digunakan untuk loading dan unloading cargo yang berada di container atau di pallet
v Passenger BoardingStairs
Terkadang disebut tangga udara, digunakan untuk mengangkut penumpang dari darat ke kabin pesawat
140
Digunakan untuk menarik pesawat dari runway menuju apron, begitu juga sebaliknya
Overview
Catering vehicle
Many airlines subcontract ground handling to an airport or a handling agent, or even to another airline. Ground handling addresses the many service
requirements of a passenger aircraft between the time it arrives at a terminal gate and the time it departs on its next flight. Speed, efficiency, and accuracy are
important in ground handling services in order to minimize the turnaround time (the time during which the aircraft remains parked at the gate).
Small airlines sometimes subcontract maintenance to a much larger and reputable carrier, as it is a short-term cheaper alternative to setting up an independent
maintenance base. Some airlines may enter into a Maintenance and Ground Support Agreement (MAGSA) with each other, which is used by airlines to assess
costs for maintenance and support to aircraft.
Most ground services are not directly related to the actual flying of the aircraft, and instead involve other service tasks. Cabin services ensure passenger comfort
and safety. They include such tasks as cleaning the passenger cabin and replenishment of on-board consumables or washable items such as soap, pillows,
tissues, blankets, and magazines. Security checks are also made to make sure no threats have been left on the aircraft. Airport ground support equipment (GSE)
comprise a diverse range of vehicles and equipment necessary to service aircraft during passenger and cargo loading and unloading, maintenance, and other
ground-based operations. The wide range of activities associated with aircraft ground operations lead to an equally wide ranging fleet of GSE. For example,
activities undertaken during a typical aircraft gate period include: cargo loading and unloading, passenger loading and unloading, potable water storage,
lavatory waste tank drainage, aircraft refueling, engine and fuselage examination and maintenance, and food and beverage catering. Airlines employ specially
designed GSE to support all these operations. Moreover, electrical power and conditioned air are generally required throughout gate operational periods for
both passenger and crew comfort and safety, and many times these services are also provided by GSE.
141
Chocks
Chocks
Chocks are used to prevent an aircraft from moving while parked at the gate or in a hangar. Chocks are placed in the front ('fore') and back ('aft') of the wheels
of landing gear. They are made out of hard wood or hard rubber. Corporate safety guidelines in the USA almost always specify that chocks must be used in a
pair on the same wheel and they must be placed in physical contact with the wheel. Therefore, "Chocks" refers to a pair of chocks connected by a segment of
rope or cable.
Chock is also a verb, as in, "You need to chock that belt loader if you're going to leave it parked there," or, "As I was chocking the nose gear, the aircraft's
engines were still spinning down."
Non-powered equipment
Trolley for containers
142
Trolley for pallets
[edit] Bag carts
Baggage carts are used for the transportation of luggage, mail, cargo and other materials between the aircraft and the terminal or sorting facility. Carts are fitted
with a brake system which blocks the wheels from moving when the connecting rod is not attached to a tug. Most carts are completely enclosed except for the
sides which use plastic curtains to protect items from weather.
[edit] Trollies for containers and pallets
The trolley or dollie are for containers and palettes are used for the transport of loads placed in containers and on pallets. Both kinds of trolley have inbuilt
rollers or balls in the space for the acceptance of containers or pallets for their easier moving. The containers or pallets on trolleys must obligatory be secured
with built-in Stops. The mechanical brake, depending on construction blocks the wheels when the towbar of the trolley is raised to 90°. The trolleys for
containers have revolving deck to make containers turn to the direction of loading on aircraft. On all trolleys the parts as brake for wheels blocking, the wheels,
the towbar, the hook for connecting, stops on the revolving platform, and stops for locking the containers or pallets must be in order or with them is prohibited
any tra;nsport.
Powered equipment
[edit] Refuelers
143
Hydrant truck aircraft refueler.
Aircraft refuelers can be either a self contained fuel truck, or a hydrant truck or cart. Fuel trucks are self contained, typically containing up to 10,000 US gallons
of fuel and have their own pumps, filters, hoses, and other equipment. A hydrant cart or truck hooks into a central pipeline network and provides fuel to the
aircraft. There is a significant advantage with hydrant systems when compared to fuel trucks, as fuel trucks must be periodically replenished.
[edit] Tugs and tractors
The tugs tractors at an airport have several purposes and represent the essential part of ground support services. They are used to move any equipment that can
not move itself. This includes bag carts, mobile air conditioning units, air starters, lavatory carts, and other equipment.
[edit] Ground power units
Ground power unit
A ground power unit is a vehicle capable of supplying power to aircraft parked on the ground. Ground power units may also be built into the jetway, making it
even easier to supply electrical power to aircraft. Many aircraft require 28V of direct current and 110V 400 Hz of alternating current. The electric energy is
carried from a generator to a connection on the aircraft via 3 phase 4-wire insulated cable capable of handling 200 amps. These connectors are standard for all
aircraft.
[edit] Buses
Airport Bus
144
Main article: Airport bus
Buses at airports are used to move people from the terminal to either an aircraft or another terminal. Some airports use buses that are raised to the level of a
passenger terminal and can only be accessed from a door on the 2nd level of the terminal. These odd looking buses are usually referred to as "people movers"
or "mobile lounges". Airport buses are usually normal city buses or specialised terminal busses. The biggest producers of airport busses are in China
(Shenyang, Beijing, Jinhua), Portugal and Slovenia.[specify]
[edit] Container loader
The loader for widebodied aircraft (cargo platform) is used for loading and unloading of cargo placed in containers or on pallet. The loader has two platforms
which independently raise or come down. The containers or palettes on the loader are moved with the help of built-in rollers or wheels, and are carried in
aircraft across the platforms. The ground handling is different in the different areas. In Northern and South America the pallet is dominating and in Europe and
Asia the container is stronger in use. So there are different container and pallet loaders. - 3.5 to - 7 to, standard version, wide-body, universal (up to main body
height) - 14 to - 30 to For military transport planes special container and pallet loaders are in use. Also for military use airborne (transportable within the
transport plane) are in use. Container and pallet loaders are produced mainly in France, Germany, Estonia, Spain, Canada, in the U.S.A., Brazil, Japan and
China.
[edit] Transporters
Container transporter
The transporters are cargo platforms constructed so that beside loading and unloading can transport cargo. Depending on the type and load capacity the
containers could be transported, and the same is valid for greater transporters and palettes.
[edit] Air starter
145
A jet air starter
An air starter is a vehicle with a built-in gas turbine engine which, during the start of aircraft engine, gives the necessary quantity of air to start the engine.
While a compressor cannot deliver the necessary quantity of air for its own work, the air is provided by an air starter. An air starter blows air in by a hose
attached to aircraft.
[edit] Potable water trucks
Potable water trucks are special vehicles that fill up drinking water tanks in aircraft. The water is filtered and protected from the elements while being stored
on the vehicle. A pump in the vehicle assists in moving the water from the truck to the aircraft.
[edit] Lavatory service vehicles
Lavatory service vehicles empty and refill lavatories onboard aircraft. Waste is stored in tanks on the aircraft until these vehicles can empty them and get rid of
the waste. After the tank is emptied, it is refilled with a mixture of water and a disinfecting concentrate, commonly called 'blue juice'. Instead of a self-powered
vehicle, some airports have lavatory carts, which are smaller and must be pulled by tug.
[edit] Catering vehicle
Catering includes the unloading of unused food and drink from the aircraft, and the loading of fresh food and drinks for passengers and crew. The meals are
typically delivered in standardized carts. Meals are prepared mostly on the ground in order to minimize the amount of preparation (apart from chilling or
reheating) required in the air.
The catering vehicle consists of a rear body, lifting system, platform and an electro-hydraulic control mechanism. The vehicle can be lifted up, down and the
platform can be moved to place in front of the aircraft.
In-flight food is prepared in the flight kitchen which is completely HACCP certified facility where food is made in sterile and controlled environments. The
packed food is then placed in trollies and wheeled into the Catering truck at the flight kitchen, which can be located within a 5 km radius of the airport.
Thereon the vehicle drives to the airport and is parked in front of the plane. The stabilizers are deployed and the van body is lifted. The platform can be fine
controled to move left-right as well as in-out so that it is aligned with the door correctly.
The body is made of insulated panels and is capable of maintaining temperatures of 0 degrees by means of refrigeration unit.
A special Hi Lift for the A380 plane has been designed and is seen in cities with the A380 traffic.
Some of the manufacturers manufacturing Hi Lifts are CTV DOLL, FFG, Byron GSE, Nandan GSE, TLD, Aeromobiles, etc
146
[edit] Belt loaders
Belt loader
Belt loaders are vehicles with movable belts for unloading and loading of baggage and cargo of aircraft. A belt loader is positioned to the door sill of an aircraft
hold (baggage compartment) for the operation. Belt loaders are used for narrow body aircraft (e.g. 737) and bulk hold of wide body aircraft (e.g. 767 and 747).
Baggage stored without containers is known as bulk loading.
[edit] Passenger boarding stairs
Passenger boarding stairs
Passenger boarding stairs, sometimes referred to as 'air-stairs', 'boarding ramps' or 'aircraft steps', provide a mobile means to traverse between aircraft doors and
the ground. Because larger aircraft have door sills 5 to 20 feet high, stairs facilitate safe boarding and deboarding. While smaller units are generally moved by
being towed or pushed, larger units are self-powered. Most models have adjustable height to accommodate various aircraft. Optional features may include
canopy, heat, supplementary lighting and red carpet.
[edit] Pushback tugs and tractors
Main article: Pushback
Pushback tugs are mostly used to push an aircraft away from the gate when it is ready to leave. These tugs are very powerful and because of the large engines,
are sometimes referred to as an engine with wheels. Pushback tugs can also be used to pull aircraft in various situations, such as to a hangar. Different size tugs
are required for different size aircraft. Some tugs use a tow-bar as a connection between the tug and the aircraft, while other tugs lift the nose gear off the
ground to make it easier to tow or push.
[edit] De/anti-icing vehicles
147
A de/anti-icing vehicle
The procedure of de/anti-icing, protection from fluids freezing up on aircraft, is done from special vehicles. These vehicles have booms, like a cherry picker,
to allow easy access to the entire aircraft. A hose sprays a special mixture that melts current ice on the aircraft and also prevents some ice from building up
while waiting on the ground.
Convenience Int'l Airport : The Official Airport of IDC..j/k..
GROUND SUPPORT EQUIPMENT
Ground Support Equipment biasa ditemukan di suatu Bandar Udara , terkadang berada
di jalur area pelayanan terminal. Peralatan ini digunakan untuk melayani pesawat
148
terbang sebelum keberangkatan maupun setelah tiba di bandara, dinamakan ground
support equipment karena peralatan ground handling ini dapat mendukung operasi
pesawat ketika berada di darat. Adapun fungsi umum dari peralatan ini meliputi
ground power operations, aircraft mobility, dan loading operations (penumpang dan
barang).
Ground support equipment
Banyak Airlines yang melakukan sub contract dengan perusahaan ground handling di
bandara ataupun handling agent, atau juga dengan Airline lainnya. Ground handling
memiliki banyak persyaratan dalam memberikan pelayanan dari pesawat pengangkut
penumpang, diantara waktu tiba harus berada di (apron) pintu terminal dan
keberangkatan selanjutnya juga demikian. Kecepatan, akurasi, dn efisiensi sangatlah
penting di dalam pelayanan ground handling. in order untuk meminimalisir waktu yang
terbuang (turnaround time), selama pesawat berada di pintu.
Airlines kecil terkadang memperbaiki sub contract dengan Airline yang lebih besar dan
memiliki reputasi. Melalui kerja sama jangka pendek, yang merupakan alternatif
termurah.
Ada beberapa kategori untuk ground support equipment, dan (GSE) terdiri dari dua
kategori, yaitu:
1.non-powered equipment
2.powered equipment
1. NON-POWERED EQUIPMENT
CHOCKS
Chock digunakan untuk mencegah pesawat bergerak ketika parkir di apron atau di
hanggar. Chocks diletakkan di depan dan di belakang roda landing gear pesawat.
Chocks terbuat dari kayu yang keras atau karet yang keras.
Trolley for containers Trolley for pallets
BAG CARTS
149
Kereta angkut (Baggage carts), digunakan untuk mengangkut cargo, excess baggage,
mail, dan material lainnya dari terminal ke pesawat atau sorting facility. Carts
dilengkapi dengan system pengereman dengan memblok roda sehingga tidak bergerak
ketika akan disambungkan dengan balok untuk ditarik. Banyak kereta yang dilengkapi
dengan penutup, kecuali untuk bagian yang menggunakan plastik dilindungi dengan
terpal sehingga items terlindungi dari kondisi cuaca.
DOLLIES FOR CONTAINERS AND PALLETS
Trolli untuk container dan pallet digunakan untuk mengangkut muatan di container
dan pallet. Dari keduanya memiliki inbuilt rollers atau roll untuk memudahkan di
dalam mengangkut container dan pallet ke dalam space pesawat. Container dan pallet
juga wajib dilengkapi dengan built-in fuses. Mekanik rem bergantung kepada
konstruksi blok roda ketika trolli diangkat ke atas atau sebaliknya. Trolli untuk
container memiliki pola memutar untuk membuat container dapat berbalik arah
secara langsung saat proses loading ke dalam pesawat. Semua bagian pada trolli, baik
roda, pole, system pengereman, bagian sambungan haruslah sesuai prosedur.
2. POWERED EQUIPMENT
REFUELLERS
Hydrant truck aircraft refueller
Aircraft refuellers biasa juga disebut fuel truck, atau hydrant truck. Fuel truck sendiri
dapat mengangkut bahan baker sekitar 10,000 US gallons, fuel truck memiliki alat
pemompa, penyaring, selang karet, dan peralatan lainnya. Sebuah hydrant cart
bergerak ke pipeline network untuk menyediakan bahan bakar pesawat. Ada
perbedaan yang signifikan antara hydrant system dengan fuel truck, hydrant system
lebih menguntungkan karena fuel truck harus mengisi kembali secara berkala.
TUGS AND TRACTORS
Tugs dan tractors memiliki beberapa fungsi dan tujuan di dalam memberikan
pelayanan pendukung di darat. Mereka digunakan untuk menarik atau menggerakkan
alat-alat ground support yang mengalami kerusakan, termasuk bag carts, mobile air
conditioning units, air starters, lavatory carts, and peralatan lainnya.
150
GROUND POWER UNITS
Ground power units
Ground power unit adalah kendaran yang mampu menyuplai tenaga ke pesawat yang
sedang berada di parkir area. Ground power units juga memungkinkan dapat
menyuplai jetway, mempermudah suplai energi listrik ke pesawat. Semua pesawat
yang memiliki syarat 28V arus searah, dan 200V 400HZ arus bolak balik, energi listrik
dibawa dari sebuah generator yang disambungkan ke pesawat lewat kabel yang sangat
tebal. Kabel penghubung ini adalah standar untuk semua pesawat.
BUSES
Airport buses
Bis digunakan untuk mengangkut penumpang, dan memindahkan penumpang dari
pesawat ke terminal, atau dari satu terminal ke terminal yang lainnya. Di beberapa
Bandar udara bis hanya dapat digunakan untuk penumpang yang berada di lantai
dasar, apabila berada di lantai 2 biasanya penumpang menggunakan garbarata, bis
terkadang disebut sebagai mobile lounges.
CONTAINER LOADER
Loader untuk pesawat berbadan lebar (aircraft platform) digunakan untuk loading dan
unloading cargo yang berada di container atau di pallet. Loader memiliki dua peron
yang secara bebas mengangkat dan menurunkan. Container dan pallet saat di loader
digerakkan dengan built-in rollers atau roda, dan diangkut ke pesawat melewati
peron.
TRANPORTERS
Container transporters
Transporters adalah peron kargo yang memiliki konstruksi untuk membantu proses
loading dan unloading. Tipe transporter tergantung pada load capacity container yang
akan diangkut, dan berlaku juga untuk pallet serta transporter yang lebih besar.
151
AIR STARTER
A jet air starter
Sebuah air starter adalah sebuah kendaraan yang dilengkapi dengan mesin gas turbin
yang, selama menghidupkan pesawat membutuhkan udara seperlunya agar mesin
pesawat dapat hidup. Selama kompresor tidak bisa bekerja sendiri mengantarkan
udara yang cukup, udara disediakan oleh air starter. Air starter mengeluarkan udara
dengan selang yang didekatkan ke pesawat.
POTABLE WATER TRUCKS
Potable water trucks adalah kendaraan khusus yang mengisi drinking water di tangki
pesawat. Air disaring dan dilindungi dari beberapa elemen selama tersimpan di
kendaraan. Sebuah pompa di kendaraan membantu menggerakkan air dari kendaraan
ke pesawat.
LAVATORY SERVICE VEHICLES
Kendaraan lavatory service kosong dan mengisi dari lavatories onboard aircraft,
kotoran yang tersimpan di tangki, kemudian dibersihkan dengan kendaraan ini,
setelah tangki dibersihkan kemudian diberikan campuran air dengan disinfecting
concentrate, biasa disebut blue juice. Beberapa Bandar udara memiliki kereta
lavatory yang lebih kecil dan harus ditarik dengan penarik.
CATERING VEHICLE
Catering vehicle
Catering juga meng unloading minuman dan makanan yang tidak habis terkonsumsi,
selain me loading makanan dan minuman yang baru untuk penumpang dan crew. Tipe
makanan di antar dengan kereta yang distandarkan. Makanan dibuat di darat sesuai
152
dengan banyaknya permintaan (apart from chilling or reheating).
Kendaraan catering terbuat dengan lifting system, platform and an electro-hydraulic
control mechanism. Kendaraan dapat mengangkat dan menurunkan, peron dapat
menggerakkan ke depan pesawat.
BELT LOADERS
Belt loader adalah kendaraan yang menyediakan moveable belts untuk loading dan
unloading baggage dan cargo. Sebuah belt loader digerakkan untuk membuka ruang di
bawah pesawat, dikenal sebagai bin atau pit. Belt loader banyak digunakan pesawat
kecil yang tidak dapat menggunakan container. Baggage tersimpan tanpa container
melainkan dengan bulk loading.
PASSENGER BOARDING STAIRS
Passenger boarding stairs
Passenger boarding stairs terkadang disebut tangga udara, digunakan untuk
mengangkut penumpang dari darat ke kabin pesawat. Semenjak banyak pesawat yang
memiliki pintu pesawat yang tinggi dari darat, tangga membantu penumpang naik dan
turun dengan aman serta efisien. Ada beberapa tangga yang seperti eskalator
sehingga mempermudah penumpang, ada juga tangga yang biasa saja. Banyak tangga
yang dapat menyesuaikan ketinggian tangga dengan ketinggian pesawat.
PUSHBACK TUGS AND TRACTORS
Taxing in/pushing back
Pushback tugs banyak digunakan untuk menarik pesawat dari runway menuju apron,
begitu juga sebaliknya. Tugs ini sangat bertenaga karena memiliki mesin yang besar.
Pushback tug juga bisa mendorong pesawat dalam beberapa situasi, seperti
mendorong ke hangar. Ukuran tugs disesuaikan dengan ukuran pesawat. Beberapa tugs
menggunakan tow-bar sebagai penghunbung antara pesawat dengan tug itu sendiri.
Selama menarik tugs menggunakan gear secara perlahan agar mempermudah
153
DE / ANTI-ICING VEHICLES
A de/anti-icing vehicle
Prosedur dari de/ anti icing, melindungi pesawat dari kebekuan akibat tertutup salju,
dengan menggunakan kendaraan khusus yang memiliki tangan-tangan, seperti sebuah
cherry picker untuk mempermudah akses masuk ke pesawat. Sebuah selang
penyempot khusus mencairkan ice pada pesawat, juga mencegah penumpukkan salju
selama berada di darat.
LAMPIRAN :
Nama nama Bandara Udara di seluruh Indonesia .
Internasional
Sumatera
BTJ - Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh
MES - Bandar Udara Polonia, Medan
BTH - Bandar Udara Hang Nadim, Batam
TNJ - Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang
PKU - Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
PDG - Bandar Udara Minangkabau, Padang
PLM - Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang
BKS - Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu
TKG - Bandar Udara Radin Inten II, Bandar Lampung
Jawa
CGK - Bandar Udara Soekarno-Hatta, Banten. Singkatan CGK merujuk kepada
Cengkareng
HLP - Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta
SUB - Bandar Udara Juanda, Surabaya
SOC - Bandar Udara Adisumarmo, Solo
JOG - Bandar Udara Adi Sucipto, Yogyakarta
SRG - Bandar Udara Achmad Yani, Semarang
BDO - Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung
154
] Bali dan Nusa Tenggara
DPS - Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar
AMI - Bandar Udara Selaparang, Mataram
KOE - Bandar Udara El Tari, Kupang
--- - Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin, Bima
--- - Bandar Udara Frans Sales Lega, Ruteng
BJW - Bandar Udara Soa, Bajawa
--- - Bandar Udara H.Hasan Aroeboesman, Ende
--- - Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin, Bima
--- - Bandar Udara Frans Seda, Maumere
--- - Bandar Udara Mali, Alor
--- - Bandar Udara Haliwen, Atambua
Kalimantan
BPN - Bandar Udara Sepinggan, Balikpapan
PNK - Bandar Udara Supadio, Pontianak
TRK - Bandar Udara Juwata, Tarakan
BEJ - Bandar Udara Kalimarau, Berau
Sulawesi
UPG - Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar
MDC - Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado
Maluku
AMQ - Bandar Udara Pattimura, Ambon
] Papua
DJJ - Bandar Udara Sentani, Jayapura
BIK - Bandar Udara Frans Kaisiepo, Biak
TIM - Bandar Udara Mozes Kilangin, Tembagapura
MKQ - Bandar Udara Mopah, Merauke
Ket: Bandar udara internasional memiliki 2 jenis penerbangan,
yaitu penerbangan internasional dan penerbangan domestik.
Domestik
Sumatera
155
SBG - Bandar Udara Maimun Saleh, Sabang
LSX - Bandar Udara Lhok Sukon, Aceh Utara
LSW - Bandar Udara Malikus Saleh, Lhokseumawe
MEQ - Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Nagan Raya
TPK - Bandar Udara Teuku Cut Ali, Tapaktuan
SKL - Bandar Udara Syekh Hamzah Fansyuri, Singkil
SNB - Bandar Udara Lasikin, Sinabang
SIW - Bandar Udara Sibisa, Toba Samosir
SQT - Bandar Udara Silangit, Siborong-borong
SIX - Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Sibolga
AEG - Bandar Udara Aek Godang, Padang Sidempuan
GNS - Bandar Udara Binaka, Gunung Sitoli
LSE - Bandar Udara Lasondre, Pulau-pulau Batu
DUM - Bandar Udara Pinang Kampai, Dumai
SEQ - Bandar Udara Sungai Pakning, Bengkalis
PPR - Bandar Udara Pasir Pengaraian, Pasir Pengaraian
SIQ - Bandar Udara Dabo, Singkep
RGT - Bandar Udara Japura, Rengat
TJB - Bandar Udara Sei Bati, Karimun
NTX - Bandar Udara Ranai, Natuna
MWK - Bandar Udara Matak, Pal Matak
RKO - Bandar Udara Rokot, Sipura
DJB - Bandar Udara Sultan Thaha Syarifuddin, Jambi
KRC - Bandar Udara Depati Parbo, Kerinci
BKS - Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu
MPC - Bandar Udara Mukomuko, Mukomuko
PGK - Bandar Udara Depati Amir, Pangkalpinang
TJQ - Bandar Udara H. A. S. Hanandjoeddin , Tanjung Pandan
LLG - Bandar Udara Silampari, Lubuklinggau
PDO - Bandar Udara Pendopo, Empat Lawang
Jawa
PCB - Bandar Udara Pondok Cabe, Pamulang
PPJ - Bandar Udara Pulau Panjang, Kepulauan Seribu
TSY - Bandar Udara Cibeureum, Tasikmalaya
CBN - Bandar Udara Cakrabhuwana, Cirebon
CXP - Bandar Udara Tunggul Wulung, Cilacap
PWL - Bandar Udara Wirasaba, Purbalingga
KWB - Bandar Udara Dewa Daru, Karimunjawa
CPF - Bandar Udara Ngloram, Cepu
MLG - Bandar Udara Abdul Rachman Saleh, Malang
SUP - Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep
MSI - Bandar Udara Masalembo, Masalembo
156
] Bali dan Nusa Tenggara
SWQ - Bandar Udara Brangbiji, Sumbawa Besar
LYK - Bandar Udara Lunyuk, Sumbawa
BMU - Bandar Udara Muhammad Salahuddin, Bima
KOE - Bandar Udara El Tari, Kupang
LBJ - Bandar Udara Komodo, Manggarai Barat
RTG - Bandar Udara Frans Sales Lega, Ruteng
TMC - Bandar Udara Tambolaka, Waikabubak
WGP - Bandar Udara Mau Hau, Waingapu
BJW - Bandar Udara Soa, Bajawa
ENE - Bandar Udara H Hasan Aroeboesman, Ende
MOF - Bandar Udara Wai Oti, Maumere
LKA - Bandar Udara Gewayantana, Larantuka
LWE - Bandar Udara Wonopito, Lewoleba
ARD - Bandar Udara Mali, Alor
RTI - Bandar Udara Lekunik, Rote
SAU - Bandar Udara Tardamu, Pulau Sawu
ABU - Bandar Udara Haliwen, Atambua
Kalimantan
KTG - Bandar Udara Rahadi Oesman, Ketapang
SQG - Bandar Udara Susilo, Sintang
NPO - Bandar Udara Nanga Pinoh, Nanga Pinoh
PSU - Bandar Udara Pangsuma, Putussibau
PKY - Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangka Raya
PKN - Bandar Udara Iskandar, Pangkalan Bun
TBM - Bandar Udara Tumbang Samba, Katingan
SMQ - Bandar Udara H. Asan, Sampit
MTW - Bandar Udara Beringin, Muara Teweh
BDJ - Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarmasin
TJG - Bandar Udara Warukin, Tanjung
BTW - Bandar Udara Bersujud, Batulicin
KBU - Bandar Udara Stagen, Kotabaru
SRI - Bandar Udara Temindung, Samarinda
NNX - Bandar Udara Nunukan, Nunukan
LBW - Bandar Udara Yuvai Semaring, Krayan
BYQ - Bandar Udara Bunyu, Pulau Bunyu
MLN - Bandar Udara R.A. Bessing, Malinau
LPU - Bandar Udara Long Ampung, Kayan Selatan
TJS - Bandar Udara Tanjung Harapan, Tanjung Selor
NAF - Bandar Udara Banaina, Bulungan
BEJ - Bandar Udara Kalimarau, Tanjung Redeb
SGQ - Bandar Udara Sangkimah, Sangatta
BXT - Bandar Udara Bontang, Bontang
157
TSX - Bandar Udara Tanjung Santan, Marang Kayu
KOD - Bandar Udara Kotabangun, Kutai Kartanegara
SZH - Bandar Udara Senipah, Kutai Kartanegara
MLK - Bandar Udara Melalan, Melak
DTD - Bandar Udara Datah Dawai, Kutai Barat
TNB - Bandar Udara Tanah Grogot, Tanah Grogot
- Bandar Udara Tanjung Bara, Sangatta
Sulawesi
MXB - Bandar Udara Andi Djemma, Masamba
BUW - Bandar Udara Betoambari, Bau-bau
GTO - Bandar Udara Jalaluddin, Gorontalo
SQR - Bandar Udara Inco Soroako Waws, Sorowako
PSJ - Bandar Udara Kasiguncu, Poso
TLI - Bandar Udara Lalos, Tolitoli
MJU - Bandar Udara Tampa Padang, Mamuju
MNA - Bandar Udara Melonguane, Melonguane
BJG - Bandar Udara Mopait, Bolaang Mongondow
PLW - Bandar Udara Mutiara, Palu
NAH - Bandar Udara Naha, Tahuna
UOL - Bandar Udara Pogugol, Buol
PUM - Bandar Udara Pomalaa, Pomalaa
TTR - Bandar Udara Pongtiku, Tana Toraja
RAQ - Bandar Udara Sugimanuru, Raha
LUW - Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir, Luwuk
KDI - Bandar Udara Haluoleo, Kendari
- Bandar Udara H. Aroeppala , Selayar
- Bandar Udara Matahora , Wangi-wangi
- Bandar Udara Maranggo , Pulau Tomia
Maluku
AHI - Bandar Udara Amahai, Masohi
NDA - Bandar Udara Bandaneira, Banda
DOB - Bandar Udara Dobo, Kepulauan Aru
LUV - Bandar Udara Dumatubun, Langgur
SQN - Bandar Udara Emalamo, Sanana
GLX - Bandar Udara Gamarmalamo, Galela
GEB - Bandar Udara Gebe, Gebe
KAZ - Bandar Udara Kuabang, Tobelo
MAL - Bandar Udara Mangole, Mangole
NAM - Bandar Udara Namlea, Namlea
NRE - Bandar Udara Namrole, Namrole
BJK - Bandar Udara Nangasuri, Benjina
LAH - Bandar Udara Oesman Sadik, Labuha
158
SXK - Bandar Udara Olilit, Saumlaki
OTI - Bandar Udara Pitu, Morotai
TTE - Bandar Udara Sultan Babullah, Ternate
TAX - Bandar Udara Taliabu, Taliabu
WHI - Bandar Udara Wahai, Pulau Seram
- Bandar Udara Buli, Maba
] Papua
RSK - Bandar Udara Abresso, Manokwari
AGD - Bandar Udara Anggi, Anggi
AAS - Bandar Udara Apalapsili, Jayawijaya
ARJ - Bandar Udara Arso, Arso
AYW - Bandar Udara Ayawasi, Sorong
BXB - Bandar Udara Babo, Babo
BXD - Bandar Udara Bade, Merauke
BXM - Bandar Udara Batom, Pegunungan Bintang
NTI - Bandar Udara Bintuni, Bintuni
BUI - Bandar Udara Bokondini, Jayawijaya
DRH - Bandar Udara Dabra, Puncak Jaya
ELR - Bandar Udara Elilim, Jayawijaya
EWI - Bandar Udara Enarotali, Enarotali
EWE - Bandar Udara Ewer, Merauke
ILA - Bandar Udara Illaga, Paniai
IUL - Bandar Udara Ilu, Puncak Jaya
INX - Bandar Udara Inanwatan, Inanwatan
SOQ - Bandar Udara Jeffman, Sorong
FOO - Bandar Udara Yemburwo., Numfor Timur
KBX - Bandar Udara Kambuaya, Sorong Selatan
KCD - Bandar Udara Kamur, Asmat
KBF - Bandar Udara Karubaga, Jayawijaya
KEQ - Bandar Udara Kebar, Manokwari
LLN - Bandar Udara Kelila, Jayawijaya
KEI - Bandar Udara Kepi, Merauke
KMM - Bandar Udara Kimaan, Merauke
KOX - Bandar Udara Kokonao, Mimika
LHI - Bandar Udara Lereh, Jayapura
ZRM - Bandar Udara Mararena, Sarmi
RDE - Bandar Udara Merdey, Manokwari
MDP - Bandar Udara Mindiptana, Boven Digoel
ONI - Bandar Udara Moanamani, Dogiyai
LII - Bandar Udara Mulia, Puncak Jaya
MUF - Bandar Udara Muting, Merauke
NBX - Bandar Udara Nabire, Nabire
OBD - Bandar Udara Obano, Nabire
OKQ - Bandar Udara Okaba, Puncak Jaya
159
OKL - Bandar Udara Oksibil, Pegunungan Bintang
GAV - Bandar Udara Pulau Gag, Raja Ampat
MKW - Bandar Udara Rendani, Manokwari
SEH - Bandar Udara Senggeh, Keerom
ZEG - Bandar Udara Senggo, Mappi
NKD - Bandar Udara Sinak, Puncak Jaya
ZRI - Bandar Udara Sudjarwo Tjondronegoro, Serui
TMH - Bandar Udara Tanah Merah, Tanah Merah
TXM - Bandar Udara Teminabuan, Teminabuan
TMY - Bandar Udara Tiom, Jayawijaya
FKQ - Bandar Udara Torea, Fakfak
UBR - Bandar Udara Ubrub, Keerom
KNG - Bandar Udara Utarom, Kaimana
WET - Bandar Udara Waghete, Deiyai
WMX - Bandar Udara Wamena, Wamena
WAR - Bandar Udara Waris, Keerom
WSR - Bandar Udara Wasior, Wasior
RUF - Bandar Udara Yuruf, Jayawijaya
UGU - Bandar Udara Zugapa, Paniai
SOQ - Bandar Udara Domine Eduard Osok, Sorong
— —
Pangkalan militer
PDG - Bandar Udara Tabing, Padang
PKU - Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
AKQ - Bandar Udara Astraksetra, Way Tuba
- Bandar Udara Wiridinata, Tasikmalaya
- Bandar Udara Iswahyudi, Madiun
ATS - Bandar Udara Atang Sendjaja, Bogor
- Bandar Udara Suryadarma Kalijati, Subang
- Bandar Udara Sulaiman Margahayu, Bandung
SKI - Bandar Udara Sugiri Sukani Jatiwangi, Majalengka
GDA - Bandar Udara Gorda Cikande, Serang
MRT - Bandar Udara Pitu, Morotai - Halmahera Utara .
Niaga Berjadwal
No Nama Perusahaan Alamat
1 PT. GARUDA INDONESIA Gedung Management Lantai 3, Garuda Maintenance Facility, Bandara Soekarno Hatta
Jakarta 19130
160
2 PT. MERPATI NUSANTARA Jln. Angkasa Blok B-15 Kav. 2 & 3 Kemayoran Jakarta 10720
3 PT. MANDALA AIRLINES Jln. Tomang Raya Kav. 33 - 37 Jakarta 11440
4 PT. LION MENTARI AIRLINES Lionair Tower, Jln. Gajah Mada No. 7 Jakarta 10130
5 PT. INDONESIA AIRASIA Office Management Building, 2nd Floor, Soekarno-Hatta International Airport Jakarta
19110
6 PT. METRO BATAVIA Jln. Ir. H. Djuanda No. 15 Jakarta 10130
7 PT. WINGS ABADI AIRLINES Lionair Tower, Jln. Gajah Mada No. 7 Jakarta 10130
8 PT. TRIGANA AIR SERVICE Komplek Puri Sentra Niaga, Jln. Wiraloka Blok D No. 68 - 70 Kalimalang Jakarta
13620
9 PT. TRAVEL EXPRESS Jln. Sukarjo Wiryopranoto No. 2B/3 Jakarta 10710
10 PT. SRIWIJAYA AIR Jln. Jayakarta No. 68 Blok C/1516 Jakarta Pusat
11 PT. TRAVIRA AIR GRAHA PARAMITA. JL. DENPASAR RAYA BLOK D2, KAV 8, KUNINGAN
JAKARTA, INDONESIA 12940
12 PT. INDONESIA AIR TRANSPORT JL. BARU SKATEK-APRON SELATAN HALIM PERDANA KUSUMA AIRPORT,
JAKARTA 13610
13 PT. KAL STAR AVIATION VILLA MELATI MAS, BLOK SR I NO. 14 BSD JAKARTA 15322
14 PT. PELITA AIR SERVICE JLN. ABDUL MUIS 52 - 56 JAKARTA PUSAT 10160
15 PT. DIRGANTARA AIR SERVICE GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA KUSUMA LANTAI 2
RUANG 229 JAKARTA 13610
Niaga Tak Berjadwal
No Nama Perusahaan Alamat
1 PT. RIAU AIRLINES JLN. JENDERAL SOEDIRMAN NO, 474 PEKAN BARU -
RIAU 28126
2 PT. MANUNGGAL AIR
SERVICE
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 1 RUANG 67 - 68 JAKARTA 13610
3 PT. AIRFAST
INDONESIA
Plasa Kuningan Suite 305 Jln. H.R. Rasuna Said Kav. C 11 -
14 Jakarta
4 PT. ASI PUDJIASTUTI
AVIATION
PERGUDANGAN BANDARA BENDA PERMAI BLOK A4
KEC. BENDA KAB. TANGERANG PROP. BANTEN
5 PT. AVIASTAR
MANDIRI
Komplek Puri Sentra Niaga, Jln. Wiraloka Blok B No. 29
Kalimalang Jakarta 13620
161
6 PT. DABI AIR JLN. TEUKU UMAR NO. 6 PEKAN BARU - RIAU 28412
7 PT. DERAYA GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 1 150/HT JAKARTA 13610
8 PT. DERAZONA AIR
SERVICE
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 1
Jakarta 13610
9 PT. EAST INDONESIA
AIR TAXI AND
CHARTER SERVICE
(EASTINDO)
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 JAKARTA 13610
10 PT. EKSPRES
TRANSPORTASI
ANTARBENUA
Wisma Rajawali Lantai 3 Jln Jenderal Sudirman Kav. 34
Jakarta Pusat
11 PT. GATARI AIR
SERVICE
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 2
Jakarta 13610
12 PT. INTAN ANGKASA
AIR SERVICE
Komplek Industri Kimu, Jln. Pintu Gerbang Tol Cibitung -
Bekasi
13 PT. KURA-KURA
AVIATION
Bumi Harapan Permai, Jln. Bangun Cipta Blok E/6 Kramat
Jati - Jakarta Timur 13550
14 PT. GERMANIA TRISILA
AIR (MIMIKA AIR)
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 RUANG 224A JAKARTA 13610
15 PT. NATIONAL UTILITY
HELICOPTER
Cilandak Komersial Estate Building 206 WG, Jln. Raya
Cilandak KKO - Jakarta Selatan
16 PT. NUSANTARA
BUANA AIR
JL. DR SAHARJO NO. 123 EF JAKARTA 12860
INDONESIA
17 PT. NYAMAN AIR MENARA DEA 15TH FLOOR #1504-KAWASAN MEGA
KUNINGAN. JL. MEGA KUNINGAN BARAT KAV.E4.3
NO.1 JAKSEL 12950
18 PT. PELITA AIR
SERVICE
JLN. ABDUL MUIS 52 - 56 JAKARTA PUSAT 10160
19 PT. PENERBANGAN
ANGKASA SEMESTA
Jln. Yos Sudarso No. 6 Komplek Citra Graha AA2 Tanjung
Mulia Medan
20 PT. PURA WISATA
BARUNA
Jln. Kresna Jati Wetan PO. BOX 29 Kudus - Jawa Tengah
59346
21 PT. SABANG MERAUKE
RAYA AIR CHARTER
(SMAC)
Jln. DR. Saharjo No. 123 E-F Tebet - Jakarta 12860
22 PT. SAYAP GARUDA Jl. By Pass Ngurah Rai Gg. Dewaruci No.2 Bali
162
INDAH
23 PT. TRANSWISATA
PRIMA AVIATION
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 2
Ruang 225 Jakarta 13610
24 PT. TRAVIRA AIR Graha Paramita, Jln. Denpasar Raya Blok D2 Kav. 8
Kuningan Jakarta 12940
25 PT. SAMPOERNA AIR
NUSANTARA
JLN. RUNGKUT INDUSTRI RAYA - SURABAYA
26 PT. SKY AVIATION HALIM PERDANA KUSUMA AIRPORT ROOM A-11
TERMINAL BUILDING 2ND FLOOR, JAKARTA 13610
27 PT. JOHNLIN AIR
TRANSPORT
RUKO APARTEMENT PALAZZO A29-31 JL. BENYAMIN
SUEB BLOK A5, KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
28 PT. AIR PASIFIK
UTAMA
MENARA MATAHARI LT.17 JL. PALEM RAYA
BOULEVAR, LIPPO KARAWACI - TANGERANG
29 PT. SURVAI UDARA
PENAS
PURI SENTRA NIAGA BLOK B/36 JL. KALIMALANG -
JAKARTA 12369
30 PT. ALFA TRANS
DIRGANTARA
HALIM PERDANAKUSUMA AIRPORT, LANTAI DASAR,
JAKARTA 13610
AOC 121
No Nama Perusahaan Alamat
1 PT. GARUDA
INDONESIA
Gedung Management Lantai 3, Garuda Maintenance Facility,
Bandara Soekarno Hatta Jakarta 19130
2 PT. MERPATI
NUSANTARA
Jln. Angkasa Blok B-15 Kav. 2 & 3 Kemayoran Jakarta 10720
3 PT. MANDALA
AIRLINES
Jln. Tomang Raya Kav. 33 - 37 Jakarta 11440
4 PT. LION MENTARI
AIRLINES
Lionair Tower, Jln. Gajah Mada No. 7 Jakarta 10130
5 PT. INDONESIA Office Management Building, 2nd Floor, Soekarno-Hatta
163
AIRASIA International Airport Jakarta 19110
6 PT. KARTIKA AIRLINES JLN. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 7 JAKARTA 10110
7 PT. METRO BATAVIA Jln. Ir. H. Djuanda No. 15 Jakarta 10130
8 PT. RIAU AIRLINES JLN. JENDERAL SOEDIRMAN NO, 474 PEKAN BARU -
RIAU 28126
9 PT. WINGS ABADI
AIRLINES
Lionair Tower, Jln. Gajah Mada No. 7 Jakarta 10130
10 PT. TRIGANA AIR
SERVICE
Komplek Puri Sentra Niaga, Jln. Wiraloka Blok D No. 68 - 70
Kalimalang Jakarta 13620
11 PT. TRAVEL EXPRESS Jln. Sukarjo Wiryopranoto No. 2B/3 Jakarta 10710
12 PT. SRIWIJAYA AIR Jln. Jayakarta No. 68 Blok C/1516 Jakarta Pusat
13 PT. REPUBLIC EXPRESS JLN. CIPUTAT RAYA NO. 99 PONDOK PINANG
JAKARTA SELATAN
14 PT. CARDIG AIR Jln. Alia Building 4th Floor JL.M.I. Ridwan Rais No. 10-18
Gambir Jakarta 10110
15 PT. MANUNGGAL AIR
SERVICE
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 1 RUANG 67 - 68 JAKARTA 13610
16 PT. INDONESIA AIR
TRANSPORT
JL. BARU SKATEK-APRON SELATAN HALIM
PERDANA KUSUMA AIRPORT, JAKARTA 13610
17 PT. KAL STAR
AVIATION
VILLA MELATI MAS, BLOK SR I NO. 14 BSD JAKARTA
15322
18 PT. MEGANTARA AIR RUKO GOLDEN BOULEVARD S/23
19 PT. PELITA AIR
SERVICE
JLN. ABDUL MUIS 52 - 56 JAKARTA PUSAT 10160
20 PT. TRI MG INTRA ASIA
AIRLINES
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 JAKARTA 13610
21 PT. TRI M G AIRLINES BUSINESS SUITE 19A-30-1 LEVEL 30 UOA CENTER NO.
19 JL. PINANG 50450 KUALA LUMPUR, MALAYSIA
22 PT. ASIA LINK CARGO
EXPRESS
GEDUNG GRAHA IRAMA, 2ND FLOOR, UNIT 2C. JL.
H.R. RASUNA SAID BLOK X-1 KAV.1-2, JAKARTA,
INDONESIA
23 PT. NUSANTARA AIR
CHARTER
GEDUNG BUMI PLAZA, JLN. IMAM BONJOL NO. 61 LT.
28 JAKARTA - INDONESIA
AOC 135
164
No Nama Perusahaan Alamat
1 PT. TRAVIRA AIR GRAHA PARAMITA. JL. DENPASAR RAYA BLOK D2,
KAV 8, KUNINGAN JAKARTA, INDONESIA 12940
2 PT. AIRFAST
INDONESIA
Plasa Kuningan Suite 305 Jln. H.R. Rasuna Said Kav. C 11 -
14 Jakarta
3 PT. ASCO NUSA AIR GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 RUANG 222/HT JAKARTA 13610
4 PT. ASI PUDJIASTUTI
AVIATION
PERGUDANGAN BANDARA BENDA PERMAI BLOK A4
KEC. BENDA KAB. TANGERANG PROP. BANTEN
5 PT. AVIASTAR
MANDIRI
Komplek Puri Sentra Niaga, Jln. Wiraloka Blok B No. 29
Kalimalang Jakarta 13620
6 PT. DABI AIR JLN. TEUKU UMAR NO. 6 PEKAN BARU - RIAU 28412
7 PT. DERAYA GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 1 150/HT JAKARTA 13610
8 PT. DERAZONA AIR
SERVICE
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 1
Jakarta 13610
9 PT. DIRGANTARA AIR
SERVICE
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 RUANG 229 JAKARTA 13610
10 PT. EAST INDONESIA
AIR TAXI AND
CHARTER SERVICE
(EASTINDO)
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 JAKARTA 13610
11 PT. EKSPRES
TRANSPORTASI
ANTARBENUA
Wisma Rajawali Lantai 3 Jln Jenderal Sudirman Kav. 34
Jakarta Pusat
12 PT. GATARI AIR
SERVICE
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 2
Jakarta 13610
13 PT. INTAN ANGKASA
AIR SERVICE
Komplek Industri Kimu, Jln. Pintu Gerbang Tol Cibitung -
Bekasi
14 PT. KURA-KURA
AVIATION
Bumi Harapan Permai, Jln. Bangun Cipta Blok E/6 Kramat Jati
- Jakarta Timur 13550
15 PT. GERMANIA
TRISILA AIR (MIMIKA
AIR)
GEDUNG TERMINAL BANDARA HALIM PERDANA
KUSUMA LANTAI 2 RUANG 224A JAKARTA 13610
16 PT. NATIONAL UTILITY
HELICOPTER
Cilandak Komersial Estate Building 206 WG, Jln. Raya
Cilandak KKO - Jakarta Selatan
165
17 PT. NUSANTARA
BUANA AIR
JL. DR SAHARJO NO. 123 EF JAKARTA 12860
INDONESIA
18 PT. NYAMAN AIR MENARA DEA 15TH FLOOR #1504-KAWASAN MEGA
KUNINGAN. JL. MEGA KUNINGAN BARAT KAV.E4.3
NO.1 JAKSEL 12950
19 PT. PELITA AIR
SERVICE
JLN. ABDUL MUIS 52 - 56 JAKARTA PUSAT 10160
20 PT. PENERBANGAN
ANGKASA SEMESTA
Jln. Yos Sudarso No. 6 Komplek Citra Graha AA2 Tanjung
Mulia Medan
21 PT. PURA WISATA
BARUNA
Jln. Kresna Jati Wetan PO. BOX 29 Kudus - Jawa Tengah
59346
22 PT. SABANG MERAUKE
RAYA AIR CHARTER
(SMAC)
Jln. DR. Saharjo No. 123 E-F Tebet - Jakarta 12860
23 PT. SAYAP GARUDA
INDAH
Jl. By Pass Ngurah Rai Gg. Dewaruci No.2 Bali
24 PT. TRANSWISATA
PRIMA AVIATION
Gedung Terminal Bandara Halim Perdana Kusuma Lantai 2
Ruang 225 Jakarta 13610
25 PT. TRAVIRA AIR Graha Paramita, Jln. Denpasar Raya Blok D2 Kav. 8 Kuningan
Jakarta 12940
26 BALAI KALIBRASI
27 PT. SAMPOERNA AIR
NUSANTARA
JLN. RUNGKUT INDUSTRI RAYA - SURABAYA
28 PT. SKY AVIATION HALIM PERDANA KUSUMA AIRPORT ROOM A-11
TERMINAL BUILDING 2ND FLOOR, JAKARTA 13610
29 PT. JOHNLIN AIR
TRANSPORT
RUKO APARTEMENT PALAZZO A29-31 JL. BENYAMIN
SUEB BLOK A5, KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
30 PT. AIR PASIFIK
UTAMA
MENARA MATAHARI LT.17 JL. PALEM RAYA
BOULEVAR, LIPPO KARAWACI - TANGERANG
Biodata- Arista Atmadjati,SE.MM
166
Lahir di Surabaya , tanggal 11 April 1962, lalu menamatkan S1 nya
th.1987 di Yogyakarta Jurusan Ekonomi Manajeman .
Sedang S2 Magister Manajeman diselesaikan pada tahun 2005 di
Universitas DR.Soetomo (Unitomo) Surabaya.
menikah dengan 2 anak .
Pengalaman Kerja selama ini :
Th.1987-1988-: Penyiar Radio Elshinta , Jakarta .
Th.1988-1989 : Reporter pertama di RCTI Kebon Jeruk , Jakarta
(Seputar Jakarta).
Th.1989-1990 : -Magang sebagai calon pegawai Tetap PT.Garuda
Indonesia di Denpasar , Bali.
Th.1990-1997 : Staff Garuda Indonesia di Jakarta , urusan General
affair Niaga , staff Marketing area Asia dan China di Jakarta .
Th.1997-2005 : Sales Representative dan Coordinator Sales
Passenger di Garuda Indonesia Surabaya.
2005 –2008 : Sales and Marketing Manager Garuda Indonesia ,
Banjarmasin.
167
2008 s/d sekarang :Marketing analyst , Marketing –
Garuda Indonesia ,Soekarno Hatta .
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada ,Yogyakarta
Dosen STTKD Yogyakarta
Kursus dan aktivitas :
1.Lufthansa System Indonesia , klas Electronic Tiketing , Frequent Flyer
Training ,Jakarta
2.PATA Chapter Indonesia – PCO (Professional Conference Organisation)
Jakarta.
3.IATA : Airline alliances & Air Transport Management Jkt
4.Garuda Indonesia : Dangerous Good regulation & Carega (Cargo
Reservation ) , Workshop Tariff
Sales Mission ybs ke luar negeri mewakili Garuda Indonesia ke :
Malaysia, Singapore, Bangkok, HongKong, China, VietNam,Saudia Arabia,
Taiwan .
Kursus –2 yang diikuti :
- Bahasa Perancis di CCF Yogyakarta ,
- Bahasa Inggris , British Council , Surabaya dan ELTI Yogyakarta.
- Jurnalistik Pers , diselenggarakan FE UII , Yogyakarta .
- Workshop Tariff , Dangerous Goods Regulations , Airline Marketing
dll nya oleh Pusdiklat Garuda I Indonesia(GITC) – Duri Kosambi.
Jakarta.
168
- Electronic Ticketing , Frequent Flyer Training , diselenggarakan
Lufthansa System Indonesia.
- PCO (Profesional Conference Organization) course, oleh PATA
chapter Indonesia – licensed international .
-Airline Alliances & Air Transport Management –IATA &
Garuda,2009.
-Alliance Course by IATA 2010.
Referensi :
1.Ground handling Manual , IATA , reso
2.Blog STMT Trisaksti 2011
3.Google .co.id
4.indoflyer.net
5.wikipedia
6.Gapura Angkasa Ground handling company.
7. INFA Institute UN - ESCAP Standard, MODULE 2, PACKAGING, MARKING & SPECIAL CARGOES.