ariaseta-sman 3 semarang-upaya meningkatkan ketrampilan dan jiwa wirausaha pada pelajar untuk...
TRANSCRIPT
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN DAN JIWA
WIRAUSAHA PADA PELAJAR UNTUK MENGATASI
PENGANGGURAN MELALUI GRUP USAHA PELAJAR
(STUDI KASUS GANESHA BUSINESS CLUB SMAN 3
SEMARANG)
DIUSULKAN OLEH :
ARIASETA SETIA ALAM, 210019507
CHARIS ACHMAD TAJUDDIN, 212020474
YAMA DHARMA PUTRA, 212020244)
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 3
SEMARANG
2012
l. Judul
Pelajar Untuk Mengatasi
Club SMAN 3 Semarang)
2. Bidang Ilrnu
3. DiSMA/SMK/MA
.4. I(etua
a. Nanra Lengkap
b. NIS
c. SMA/SMK/MA
Halaman Pengesahan
: Upaya Meningkatkan l(etrampilan dan Jiwa Wirausaha Pada
Pengangguran Melalui Grup Usaha Pelajar (Studi Kasus Ganesl.ra Business
Pendidikan
SMAN 3 Semarang
Ariaseta Setia Alam
210019521
SMAN 3 Semarang
Jalan Candi Penataran Selatan, Semarang I 085640228681
J4
5
d. Alamat Rumah dan No Telp/HP
e. Alamat email
Jurnlah anggota*
Guru Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Telp/HP
Hery Nugroho, M.Si
198001 18200801008
Jalan Pancursari, Jangli Tembalang Semarang / 081325360001
Semarang, 3 iAgustus 2012
h Setia Alam
2t0019521
Ariasgroho, M.Si
I 1820080r008
t
SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di barvah ini:
Narna (ketua kelompok) : Ariaseta Setia Alam
NIM/t{IS
SMA/SMIVMA
:210019527
: SMAN 3 Semarang
Menyatakan bahwa karya tulis yang kami sertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah pada kegiatan Ekspedisi
llmiah Administrasi Negara 2012 adalah benar hasil karya kelonrpok kami dan kami dapat rneniamin originalitas karya ini
belurn pernah diil<utsertakan dalani kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah maupun lomba yang lainnya
Demikian sLlrat pernyataan ini kami perbuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur keterpaksaan. Atas
perhatiannya, kami ucapl<an terimakasih.
Semarang, 3l Agustus
Kami yang menyatakan,
Ketua
Ariaseta Setia Alam
NIS 210019527
20t2
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Ketrampilan dan Jiwa
Wirausaha pada Pelajar untuk Mengatasi Pegangguran melalui Grup Usaha
Pelajar (Studi Kasus Ganesha Business Club SMAN 3 Semarang” dapat selesai
dengan waktu yang telah di tentukan. Penulisan dari makalah ini diajukan untuk
mengikuti Ekspedisi Ilmiah 2012. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terhadap pihak-pihak yang membantu dalam terselesainya makalah ini seperti:
1. Kepala SMAN 3 Semarang, Bapak Drs. Hari Waluyo yang telah
menyetujui penulisan makalah ini.
2. Orang tua dari penulis, yang selalu mendukung penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Guru Pembimbing, Bapak Hery Nugroho, M.Si, yang telah memberikan
bimbingannya dalam penulisan makalah ini.
4. Teman-teman sukarelawan yang telah membantu dalam kegiatan-
kegiatan di sekolah yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dengan selesainya makalah ini, penulis sangat mengharapkan agar
makalah ini dapat menjadi acuan sebagai penambah pengetahuan dan wawasan.
Semarang, 31 Agustus 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.4. Manfaat Peneitian ................................................................................. 2
II. TELAAH PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan ...................................................................................... 5
2.2. Jumlah Wirausaha di Indonesia............................................................. 9
2.3. Pendidikan Kewirausahaan ................................................................... 9
2.4. Pengangguran ....................................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 14
3.2. Kehadiran Peneliti ................................................................................. 15
3.3. Sumber Data ......................................................................................... 15
3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 15
3.5. Analisis Data ......................................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Ganesha Business Club ............................................................... 20
4.2. Strategi GBC Dalam Mengatasi Pengangguran .................................... 23
4.3. Upaya Pengingkatan Jiwa dan Keterampilan Wirausaha ...................... 25
4.4. Analisis ................................................................................................. 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
5.2 Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
vi
ABSTRAKSI
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia
kebanyakan masalah yang dihadapi oleh negara yang mempunyai penduduk
banyak adalah masalah pengangguran. Masalah pengangguran dapat meyebabkan
masalah-masalah sosial lainnya. Masalah pegangguran teerjadi karena sedikitnya
lapangan kerja sementara masyarakatnya yang terlalu banyak akhirnya tidak dapat
pekerjaan.Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu syarat apabila suatu negara
ingin menjadi sejahtera dan bebas dari pengangguran adalah jumlah pengusaha
minimal sebesar 2%. Sayangnya sampai saat ini jumlah pengusaha di Indonesia
hanya mencapai 1,56% saja. Sebagai upaya meningkatkan jumlah pengusaha di
Indonesia perlu adanya pendidikan sejak dini, GBC ada sebagai salah satunya.
GBC(Ganesha Business Club) adalah organisasi sekolah yang bergerak dibidang
bisnis. Semua materi bisnis diajarkan mulai dari nol. Kendala yang dihadapi GBC
dalam mendidik siswa baru antara lain malu, pendiam dan kurangnya
pengalaman. Maka dari itu GBC memberikan upaya-upaya dalam mendidik
siswanya dalam membentuk jiwa dan ketrampilan wirausaha. Upaya-upaya yang
dilakukan GBC seperti memberikan motivasi, pelatihan rutin, mentoring 24/7.
Setelah kami meneliti dan mewawancarai anggota GBC yang telah dilatih selama
satu bulan ternyata timbul dampak yang signifikan. Kesimpulannya adalah dengan
adanya GBC siswa menjadi lebih terdidik untuk memiliki ketrampilan dan jiwa
wirausaha yang nantinya akan memperbaiki masalah utama perekonomian
Indonesia yaitu banyaknya pengangguran.
Kata kunci : pengangguram, pengusaha, pendidikan sejak dini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia
(wikipedia.org) yang sebenarnya berpotensi menjadi sumber tenaga kerja yang
sangat besar. Sumber daya alam yang melimpah ruah seharusnya dapat dinikmati
dan mampu mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang hingga
Merauke. Jika dalam setahun terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 3
persen, berarti tenaga kerja yang terserap hanyalah 1,5juta tenaga kerja,
sedangkan penduduk yang membutuhkan dan mencari pekerjaan mencapai kurang
lebih 2,5 juta orang pertahun. Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran di
Indonesia akan semakin bertambah dari tahun ke tahun (reshairnia.blogspot.com).
Untuk mengatasi hal tersebut, Salah satu syarat apabila suatu negara ingin
menjadi sejahtera dan bebas dari pengangguran adalah jumlah pengusaha minimal
sebesar 2% (Ciputra dalam liputan6.com) dari seluruh penduduk Indonesia.
Sayangnya sampai saat ini jumlah pengusaha di Indonesia hanya mencapai 1,56%
saja (liputan6.com).
Salah satu penyebab sedikitnya jumlah pengusaha di Indonesia adalah pola pikir
penduduk Indonesia yang lebih suka menjadi pegawai daripada menjadi
pengusaha (liputan6.com). Sebagian besar dari mereka takut dengan
ketidakpastian apabila menjadi pengusaha. Penyebab lainnya adalah pola
pendidikan Indonesia saat ini lebih mendorong lulusannya untuk menjadi pegawai
dibandingkan menjadi seorang pengusaha. Tentu tidak salah apabila sebagian
besar sarjana kita takut untuk menjadi pengusaha karena mereka memang
dipersiapkan untuk menjadi seorang pegawai bukan untuk menjadi pengusaha
yang nantinya mencetak lapangan pekerjaan baru. Akibatnya banyak sarjana yang
menganggur karena tidak cukupnya lapangan pekerjaan bagi mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut kita harus mengubah pola pikir orang Indonesia
dari “penduduk yang membutuhkan pekerjaan menjadi penduduk yang
2
menyediakan lapangan kerja.” Dan di sinilah awal mula mengapa GBC(Ganesha
Business Club) itu ada. GBC adalah sebuah organisasi yang membentuk dan
menampung para pelajar yang ingin menjadi pengusaha di SMA Negeri 3
Semarang. Dengan semangat ingin mengurangi pengangguran di Indonesia saya
membangun GBC ini menyiapkan generasi muda sebagai pengusaha muda yang
siap membangun Indonesia menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana strategi GBC mengatasi pengangguran?
2) Bagaimana meningkatkan jiwa dan keterampilan wirausaha bagi pelajar
melalui Ganesha Business Club?
3) Bagaimana dampak kegiatan GBC terhadap ketrampilan dan jiwa wirausaha
bagi pelajar?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui cara GBC dalam mengatasi pengangguran.
2) Untuk mengetahui cara GBC dalam meningkatkan ketrampilan dan jiwa
wirausaha bagi pelajar.
3) Untuk mengetahui dampak kegiatan GBC terhadap ketrampilan dan jiwa
wirausaha bagi pelajar.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Sebagai usaha pelajar untuk mengatasi pengangguran.
2) Terbentuknya organisasi sekolah yang dapat membangun ketrampilan dan jiwa
wirausaha bagi pelajar.
3) Para pelajar akan merasakan implementasi dari ketrampilan dan jiwa wirausaha
yang merupakan dampak kegiatan GBC.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber
acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon
(1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-
employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu
dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau
ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963)
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem
ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan
menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan
disebut wirausahawan.Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan
(entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada
umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang
sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
4
2.1.1. Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha
adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah
pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
2.1.2. Proses Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi,
organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk „‟locus
of control‟‟, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang
kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of
control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang
berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas,
dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui
proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
2.1.3. Tahap-tahap Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
1. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang
mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan
„‟franchising‟‟. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di
bidang pertanian, industri, atau jasa.
5
2. Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan
analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
4. Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.
2.1.4. Sikap Wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita
identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya
sehari-hari, sebagai berikut:
1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki
kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan
komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang
dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas
pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina
dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai
macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan
meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan
6
dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut.
Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan
memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.
Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah
contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
2. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang,
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan
kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah
dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya
sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan
terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang
berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga
produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya
terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya
wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan
dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target
perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh
seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran
mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran
mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang
dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan
produk yang dilakukan olehwirausahawan.
7
4. Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki
daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh
cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda
dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang
kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru
seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia
usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.
5. Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan
dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan
atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang
wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
6. Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan
fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan
yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena
wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan
keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi
terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan
tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
2.1.5. Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
8
· Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab
utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
· Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan.
· Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan
memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan
mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
· Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan.
· Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat
mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
· Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat berhubungan dengan
efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat
tidak efisien dan tidak efektif.
· Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal
menjadi besar.
· Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak
akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu
membuat peralihan setiap waktu.
9
2.1.6. Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara
internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan
terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli
pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan
lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh
kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran
secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan
perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara
nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas
yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
2.2. Jumlah Wirausaha di Indonesia
Menurut Ciputra, pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC)
untuk membangun ekonomi bangsa dibutuhkan minimal 2% wirausahawan dari
keseluruhan populasi (liputan6.com). Jumlah wirausaha di Indonesia saat ini telah
mencapai 1,56% (bisnis.com).Seperti di ketahui bahwa Indonesia tertinggal jauh
dari negara Asia lainnya seperti China dan Jepang dengan jumlah wirausahawan
10% dari total populasi, Malaysia 5%, dan Singapura 7%. Terlebih lagi di
Amerika, lebih dari 12% penduduknya menjadi entrepreneur.Kalangan pemuda di
Indonesia terbiasa hidup di zona nyaman karena berkah yang dimiliki dengan
sumber daya alam (SDA) yang berlimpah.Sementara SDA itu harus diolah agar
memiliki manfaat dan nilai tambah yang tinggi.Sedangkan di negara tetangga dan
belahan negri lain karena sumber daya alam yang terbatas maka kalangan
pemudanya ditantang berkreasi untuk mengatasi keterbatasannya.
2.3. Pendidikan Kewirausahaan
Proses pendidikan tidak lepas dengan proses pembelajaran. Pembelajaran adalah
suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi belajar siswa (Gagne
dan Briggs, 1974 dalam Endang Mulyani dkk, 2008). Dari batasan ini tampak
10
bahwa proses dalam belajar dan pembelajaran sasaran utamanya adalah pada
proses belajar sasaran didik atau siswa. Demikian juga dalam Quantum Learning,
maupun Revolusi Cara Belajar, dalam pendidikan harus mengutamakan belajar
siswa secara aktif.Degeng (2001) juga mengatakan bahwa sasaran pendidikan
adalah belajar siswa, bukan semata-mata pada hasil belajar siswa.
Dari berbagai pendapat di atas terlihat bahwa seharusnya dalam proses belajar dan
pembelajaran yang memiliki peran aktif adalah siswa, bukan guru. Guru sebagai
fasilitator berperan untuk menciptakan suasana dan lingkungan sekitar yang dapat
menunjang belajar siswa sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya. Dengan
kata lain, dalam berbagai referensi yang sekarang sedang ramai dibicarakan,
adalah proses pembelajaran individual, atau individual learning. Mengapa
demikian? Siswa memiliki minat, bakat, dan kebutuhan yang berbeda. Sudah
seharusnya faktor ini diperhatikan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu,
model pembelajaran klasikal sudah tidak cocok lagi.Pembelajaran harus terfokus
pada belajar individual (Porter dan Hernacki, 2002; Dreden dan Vos, 2001
dalam Endang Mulyani dkk, 2008).
Demikian pula dalam pendidikan bisnis, belajar individual perlu dilaksanakan.
Seperti telah disinggung di atas, bahwa dalam proses pendidikan kita harus
memiliki pengertian bahwa kita melayani keinginan dan kebutuhan siswa. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diketahui tentang karakteristik dan
kebutuhan siswa, bukan sekedar transformasi pengetahuan. Jika materi yang
dipelajari siswa relevan dengan minat, motivasi, dan tujuan belajar mereka, maka
akan dapat menumbuhkan gairah belajar, kreativitas berfikir, dan karya siswa.
Meskipun hasil belajar bukan merupakan sasaran utama pendidikan seperti yang
dikatakan Degeng (2001), sudah seharusnya bahwa keberhasilan belajar diketahui.
Oleh karena itu, sasaran dari langkah pertama adalah hasil belajar siswa, yakni
dapat menjadi pribadi yang mereka inginkan.Oleh karena itu, kesiapan mental
siswa di sini perlu diketahui untuk dasar penentuan strategi maupun material yang
bobot dan relevansinya sesuai dengan kesiapan yang ada pada diri siswa.Dengan
demikian, kita dapat memberikan dorongan dan rangsangan belajar sesuai dengan
potensi yang ada di dalam diri siswa.Menurut konsepsi ini, seharusnya
11
penyelesaian pendidikan oleh setiap siswa tidak selalu bersamaan, tetapi
tergantung pada kemampuan dan kesungguhan belajar mereka.
Untuk mengetahui bakat siswa menurut Utami Munandar, mereka yang
diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan yang unggul (Utami Munandar, 1999).Bakat seseorang
amat bervariasi, oleh karena itu perlu dicari agar dapat dikembangkan dan
bermanfaat dalam kehidupan. Dengan mengawinkan bakat dan pengetahuan yang
akan dipelajari siswa, akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat
sehingga optimasi hasil belajar siswa dapat dicapai. Selanjutnya, pengetahuan
tentang minat, motivasi atau tujuan belajar, bakat, dan kesiapan siswa sangat
membantu pendidik untuk merancang materi dan strategi pembelajaran.Sebagai
catatan tambahan, jika minat, motivasi, tujuan belajar, dan kemampuan siswa
diketahui secara individual, dimungkinkan diciptakan kelas yang homogen.
Penciptaan kelas homogen ini penting untuk memudahkan penciptaan suasana,
prasarana, dan perlakuan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, jika kelas
heterogen akan menimbulkan sedikit kendala dalam proses pembelajaran.
2.4. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
12
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
2.4.1. Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran
terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
13
2.4.2. Akibat pengangguran
Bagi perekonomian negara
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi masyarakat
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Karena
data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih banyak bersifat keterangan-
keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk angka. Menurut Bogdan dan
Taylor (dalam Margono, 2005 : 36) penelitian kualitatif adalah proses penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Menurut Margono, bahwa ada beberapa ciri
penelitian kualitatif yaitu :
1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung
2. Manusia merupakan alat (instrumen utama pengumpul data)
3. Analisis data dilakukan secara induktif
4. Penelitian bersifat deskriptif analitik
5. Tekanan penelitian berada pada proses
6. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus
7. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka
8. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama
9. Pembentukan teori berasal dari data
10.Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif
11.Penelitian bersifat menyeluruh (holistik)
12.Teknik sampling cenderung bersifat posposive
15
13.Makna sebagai perhatian utama penelitian
(Margono, 2005 : 36-42)
Berangkat dari ciri-ciri penelitian kualitatif di atas, maka dalam penelitian ini
digunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya natural/alamiah.
3.2. Kehadiran Peneliti
Peneliti melakukan observasi mengamati dengan cermat terhadap obyek
penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka peneliti terjun
langsung ke lapangan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai
instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek dalam
waktu penelitian yang sudah ditetapkan peneliti untuk memperoleh data sesuai
dengan ciri penelitian kualitatif. Sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti
memperoleh izin terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait
yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir
sebagai pewawancara atau pengumpul data.
3.3. Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang valid, akurat, serta meyakinkan yang
berkaitan dengan ketrampilan dan jiwa wirausaha di SMA Negeri 3 Semarang,
sumber data sangat dibutuhkan. Menurut Suharsimi (2006 : 129) mengatakan
bahwa sumber data adalah "subyek darimana data diambil atau diperoleh".
Sumber data dalam penelitian ini adalah para pelajar di SMA Negeri 3 Semarang,
baik yang ikut dalam Ganesha Business Club atau tidak.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian,
begitu pula dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik relevan dengan
jenis penelitian kualitatif. Beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
16
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis.
Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi
kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk
ditafsirkan secara ilmiah.
Secara umum observasi dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Observasi Partisipan
Adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observasi dengan
ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan di observasi.
2. Observasi Non Partisipan
Merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam
kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai
pengamat (Margono, 2005 : 161-162).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipan, dimana
peneliti akan diambil dalam teknik observasi ini antara lain:
Data tentang peranan grup usaha pelajar dalam meningkatkan ketrampilan dan
jiwa wirausaha pada para pelajar di SMA Negeri 3 Semarang.
Data tentang minat berwirausaha para pelajar di SMA Negeri 3 Semarang.
Data tentang kendala dalam memulai usaha yang dialami para pelajar di SMA
Negeri 3 Semarang.
b. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan
diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan
diajukan (Moleong, 2005 : 186)
17
Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang
digunakan harus jelas dan teratur. Teknik wawancara dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu :
1) Pembicaraan Formal
Wawancara ini sangat tergantung pada pewawancara sendiri
tergantung pada spontanitasnya mengajukan pertanyaan kepada yang
diwawancarai
2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis
besar pokok-pokok yang akan ditanyakan, pokok-pokok pertanyaan tidak
perlu dipertanyakan secara berurutan. Pelaksanaan wawancara dan
pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden
3) Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini menunjukkan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan pertanyaan, kata-kata dan cara penyajian sama untuk setiap
responden. Wawancara jenis ini bermanfaat apabila yang diwawancarai
jumlahnya banyak (Moleong, 2005 : 187-188)
Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara yang menggunakan
petunjuk umum wawancara, dimana sebelum bertemu dengan informan, peneliti
akan mempersiapkan berbagai hal yang akan ditanyakan sehingga berbagai hal
yang ingin diketahui dapat lebih terfokus.
Adapun data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara tersebut di
atas adalah seperti : cita-cita, minat mereka untuk berwirausaha, kegiatan yang
dilakukan saat waktu luang, kendala-kendala mereka dalam berwirausaha.
18
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya mengisyarat. (Suharsimi, 2006 : 231)
Jadi dapat dipahami bahwa metode dokumentasi merupakan metode yang penting
dalam penelitian ini sebab data-data tertulis sangat menunjang dalam
menganalisis data
Data yang akan diambil melalui teknik ini yaitu:
Data tentang gambaran umum kegiatan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
yang dilakukan grup usaha pelajar untuk para pelajar di SMA Negeri 3 Semarang.
Data tentang keadaan anak-anak, sarana dan prasarana SMA Negeri 3 Semarang.
Dokumen atau arsip yang berkaitan dengan SMA Negeri 3 Semarang.
3.5. Analisis Data
Data yang telah peneliti kumpulkan selama mengadakan penelitian perlu diolah
dan dianalisis dengan penuh ketelitian, keuletan dan secara cermat sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan tentang obyek-obyek penelitian yang baik.
Menurut Nazir (1983 : 358) “Analisis data adalah mengelompokkan, membuat
suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk
dibaca.” Berdasarkan definisi tersebut, analisis data dapat dikatakan sebagai suatu
cara untuk mengolah dan memaparkan data secara terorganisir dan sistematis.
Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan aturan-aturan yang ada
sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam data ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih mengacu pada pengungkapan data
sesuai dengan realita dan tidak menggunakan data statistik.
Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis induktif dan deduktif.
Analisis induktif yang artinya dengan menguraikan peristiwa-peristiwa atau data-
data yang bersifat khusus untuk kemudian mengumpulkannya dengan bersifat
19
general. Sedangkan analisis deduktif artinya menguraikan peristiwa yang bersifat
umum untuk kemudian mengumpulkannya dengan sifat khusus. Jadi, analisis data
merupakan langkah lanjutan dari kegiatan pengumpulan data. Data yang
terkumpul diolah dan dianalisis dengan maksud agar data itu mempunyai arti dan
mampu memberikan keterangan tentang populasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Ganesha Business Club
Berikut adalah profil Ganesha Business Club angkatan 2012.
4.1.1 Sejarah Singkat
Ganesha Business Club (GBC) merupakan grup usaha pelajar yang bergerak di
banyak bidang namun menjadi grup usaha yang satu. Didirikan pada 15 Agustus
2012. Grup usaha ini didirikan oleh 8 orang pelajar yang bersekolah di SMA 3
Semarang. Pada angkatan 2012, Ganesha Business Club memiliki perusahaan
bernama Zigma Corporation. Saat ini Zigma Corporation berperan sebagai
distributor. Bergerak dalam 6 bidang usaha yaitu distribusi teknologi informasi,
alat musik, fashion, makanan, pulsa elektronik, serta jasa keuangan.
4.1.2 Struktur Organisasi
Sebagai sebuah grup usaha, Zigma Corporation memiliki struktur organisasi yang
ditangani oleh pelajar-pelajar yang sesuai dengan keahliannya.Struktur organisasi
terlampir.
4.1.3 Program Kerja
Guna mencapai tujuan GBC, secara rutin dibuat beberapa program kerja dalam
kurun waktu tertentu. Berikut adalah program kerja GBC berdasarkan kurun
waktunya.
4.1.3.1 Program Kerja Harian
1) Mengadakan mentoring 24/7
2) Mengadakan kumpul kurang lebih 10 menit
21
4.1.3.2 Program Kerja Mingguan
1) Mengadakan mentoring motivasi.
2) Mengadakan bazar tiap Sabtu pagi.
3) Mengadakan belajar bersama.
4) Mengadakan evaluasi per kelompok.
5) Berjualan saat event-event.
4.1.3.3 Program Kerja Bulanan
1) Mengunjungi panti asuhan anak yatim.
2) Mengadakan rapat akhir bulan dan evaluasi bersama.
3) Membagi keuntungan dengan investor.
4) Mengadakan seminar.
5) Membuat laporan keuangan.
4.1.3.4 Program Kerja Tahunan
1) Mendirikan toko/outlet.
2) Mensponsori kegiatan-kegiatan sosial.
3) Menambah divisi usaha.
4) Mengadakan regenerasi.
4.1.4 Divisi Usaha
Berikut beberapa divisi usaha yang ada di Zigma Corporation:
4.1.4.1 Zigma Computer
Zigma Computer bergerak di bidang distribusi IT. Toko IT ini merupakan toko
komputer, tablet, dan handphone. Memiliki agen yang tersebar di berbagai SMA
maupun SMK. Selain itu GBC Computer mempunyai banyak relasi pemasok
lokal maupun ibukota.
4.1.4.2 Zigma Finance (ZiFi)
Zigma Invest merupakan unit usaha yang bekerja di bidang jasa keuangan yaitu
pengumpulan dana investasi untuk membiayai berbagai kegiatan usaha yang
menguntungkan. Sebagian besar nasabah merupakan pelajar SMA/SMK dengan
menggunakan konsep bagi hasil, keuntungan dari dana investasi dibagikan kepada
22
para nasabah. Cara kerja investasi, para investor menanamkan uang modal. Uang
tersebut akan kami pakai untuk membeli barang dagangan. Contoh : flasdisk,
baju, pulsa, dll. Lalu kami menjual barang tersebut kepada para konsumen.
Barang terjual, kami mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang kami peroleh
akan kami bagi kepada para investor dengan sistem bagi hasil dengan prosentase
70% untuk kami dan 30% kepada para investor. Laporan keuangan tentang
keuntungan per bulan kami akan buat setransparan mungkin sehingga tidak terjadi
penyelewenggan dana.
4.1.4.3 Zigma Food and Beverages
Zigma Food and Beverages adalah unit usaha yang mengerjakan distribusi
makanan ringan (snack). Memiliki pasar berbagai kalangan rumah tangga dan
kalangan pelajar.
4.1.4 Kegiatan dan Pencapaian
Sebagai sebuah grup usaha yang sedang berkembang, Ganesha Business Club
telah mengadakan berbagai kegiatan serta memperoleh pencapaian yang terus
berkembang. Berikut beberapa kegiatan serta pencapaian yang telah dihasilkan
oleh Ganesha Business Club dalam kurun waktu yang relatif sebentar.
4.1.4.1. Kegiatan Mentoring dan Motivasi 24jam/7hari oleh Mentor
Bisnis bukan berarti hanya melakukan kegiatan yang menghasilkan uang. Bisnis
seperti itu bukanlah bisnis yang memakmurkan kehidupan manusia. Bisnis yang
benar adalah bisnis yang menjadikan diri kita lebih baik, lebih berani, dan lebih
bahagia dari sebelumnya.
Banyak hal sebenarnya dalam kehidupan ini yang perlu mentoring. Tidak hanya
bisnis. Mentoring sangat diperlukan karena itulah sebenarnya bagian pokok dari
sebuah pekerjaan. Dari mentoring yang benar, kita tahu mengapa kita bekerja dan
kita tahu bagaimana kita bekerja dengan baik.
23
Dengan mentoring pula kita bisa merutinkan kebaikan-kebaikan yang ada.
Misalnya Shalat Tahajud, bangun pagi, dan saling mengingatkan agar selalu ingat
kepada-Nya.
Selain itu, mentoring juga bermanfaat tidak hanya bagi yang mendengarkan,
mentornya pun merasa terdidik dengan mentor tersebut. Maka, Ganesha Business
Club selalu mengadakan mentoring di setiap kesempatan.
4.1.5.2. Pendapatan Modal
Setelah berjalan beberapa waktu, Zigma Corporation telah memiliki modal kurang
lebih sebesar Rp5.000.000,00. Modal sebesar itu kami dapatkan dari hasil
penjualan selama seminggu dan pendanaan dari investor yang sebagian
merupakan siswa di SMA Negeri 3 Semarang. Modal tersebut kami gunakan
untuk membeli barang dagang, biaya operasional, serta bagi hasil dengan investor.
Selain itu, kami juga mengambil keuntungan dari modal itu guna mensponsori
kegiatan-kegiatan di SMA Negeri 3 Semarang.
4.1.5.3. Mensponsori Kegiatan Grand Mentoring Rohis SMA Negeri 3
Semarang.
Kami tahu bahwa kami memerlukan sebuah sarana guna mengenalkan grup kami
kepada para pelajar serta masyarakat luas. Salah satu strategi dari marketing kami
ialah dengan mensponsori kegiatan Grand Mentoring Rohis SMA Negeri 3
Semarang pada Kamis, 30 Agustus 2012. Kami mensponsori kegiatan grand
mentoring rohis dengan dana surplus dari divisi Zigma Food and Beverage.
Kami mensponsori kegiatan tersebut dengan menyediakan konsumsi berupa
makanan. Dengan cara seperti ini, GBC akan dikenal secara luas khususnya di
SMA 3 Semarang.
4.2. Strategi GBC Dalam Mengatasi Pengangguran
Dengan mengajarkan ketrampilan dan jiwa wirausaha GBC membentuk para
siswanya menjadi pengusaha muda yang siap dalam teori maupun praktek kerja.
GBC juga mempengaruhi para siswanya untuk menjadi seorang
24
pengusaha/enterpreneur. karena di sebuah artikel ada yang mengatakan seperti ini
“kenapa seorang young enterpreneur bisa dikatakan memberi solusi dalam
mengatasi pengangguran di Indonesia ini?” kami GBC mempunyai alasan yang
kuat tentang pertanyaan itu dan sekaligus mejawab tentang strategi kami dalam
mengatasi pengangguran. Seorang young enterpreneur telah menciptakan suatu
lapangan kerja bagi dirinya sendiri. Meskipun belum mempunya karyawan dan
semua masih dikerjakan sendirian, dengan otomatis dia tidak perlu
menggantungkan diri pada lowongan pekerjaan kepada orang lain. Dengan
memiliki usaha sendiri, berarti dia sudah bekerja dan tidak menganggur sehingga
tidak menambah pengangguran. Seiring waktu berjalan maka usaha young
enterpreneur tadi berkembang pesat dan mulai menciptakan lapangan kerja bagi
orang lain, dengan cara merekrut karyawan-karyawan baru dalam usahanya
tersebut. dengan cara ini maka pengangguran di Indonesia akan berkurang dan ini
adalah salah satu strategi kami untuk mencuptakan para pengusaha muda yang
akan membangun Indonesia. Kami telah melakukan beberapa wawancara dengan
pelajar yang tidak mengikuti GBC.
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan. narasumber sendiri takut menjadi
pengusaha muda dikarenakan kurangnya pengalaman dan takut menganggung
rugi. Alasan ini diperkuat dengan wawancara yang kami lakukan dengan beberapa
teman kami yang tidak mengaikuti GBC.Strategi kami dalam mengatasi hal ini
adalah dengan lebih mengenalkan GBC kepada para pelajar, memberi contoh
dengan praktek lapangan di SMA 3 Semarang bahwa menjadi pengusaha muda
tidaklah susah asalkan ada niat yang tulus.
25
4.3. Upaya Peningkatan Jiwa dan Keterampilan
Wirausaha
Ganesha Business Club berupaya meningkatkan keterampilan dan jiwa wirausaha
para pelajar melalui cara-cara berikut.
4.3.1. Upaya Peningkatan Jiwa Wirausaha
Di dalam GBC sering dilakukan kegiatan motivasi sehingga menambah jiwa
wirausaha kami. Selain itu, kami juga langsung praktek lapangan demi melatih
rasa percaya diri kami dan niat/ kemauan yang tinggi untuk menjadi pengusaha
muda. Serta diajarkan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan harus berani
mengambil resiko. misalkan akan mengambil barang dari supplier kita harus
menentukan barang jenis apa yang akan kami ambil dengan keputusan yang cepat
dan kemungkinan beresiko tinggi. Untuk menekan resiko yang tinggi tersebut,
kami memiliki bagian marketing yang dapat menyelesaikannya. Penyelesaiannya
dengan cara menganalisis barang - barang apa saja yang laku keras di pasaran.
Setelah melakukan analisa, bagian marketing juga yang merencanakan cara
penjualan barang-barang yang menarik agar cepat laku di pasaran.
4.3.2.1. Motivasi tiap hari
Pemberian motivasi setiap hari sangat diperlukan dalam meningkatkan jiwa
wirausaha. Motivasi tersebut bisa menjadi pemicu dan langkah awal untuk meraih
cita-cita.
4.3.2.2. Pemberian Kompetensi yang Cukup
Kompetensi berupa materi dan latihan sangat diperlukan dalam meningkatkan
jiwa wirausaha. Kompetensi yang sesuai dengan keahlian memberi kelebihan
tersendiri bagi para anggota GBC.
4.3.2. Upaya Peningkatan Keterampilan Wirausaha
GBC memberikan ketrampilan usaha kepada kami diantaranya: mengajarkan
kepada kami semua tentang dasar akutansi(debit,kredit), bagaimana cara
26
marketing yang baik, melihat peluang yang baik di pasaran, cara menjadi
pemimpin yang baik, cara untuk mencari investor dengan bahasa yang sopan dan
santun, profesionalitas dalam setiap pekerjaan.
4.3.2.1. Pelatihan IT
Pelatihan penggunaan teknologi untuk jaman sekarang memang sangat
diperlukan. GBC melatih kami untuk menguasai gadget. Terlebih lagi dengan
didukungnya Internet yang sering diakses oleh setiap orang. kami melihat peluang
yang besar tersebut dengan membuat Online shop. Dengan membuat Online shop,
kami dapat mengembangkan jaringan usaha kami sampai ke seluruh belahan
dunia. Online shop ini merupakan mengembangan peluang usaha yang paling
mudah. Dikatakan mudah karena kita tidak perlu menjajakan dagangan dengan
tergesa-gesa, menawarkan dagangan kesana kemari. itu tidak perlu. Dengan
adanya Online shop, kami hanya posting barang, lalu selalu mengupdate harga
barang, setelah itu kami tinggal menunggu sms/ telfon dari contac person yang
kami publish pada Online shop. Disamping Online shop, kami diajari tentang E-
Banking. E-Banking adalah transaksi jual beli online dengan menggunakan atm.
E-Banking mempermudahkan kami untuk bertransaksi kepada orang yang berada
sangat jauh pada kami. Online shop dan E-Banking sangat mempermudah kami
dalam pengoptimalkan jaringan dagang yang sangat luas.
4.3.2.3. Pelatihan Public Speaking
Pelatihan ini ditujukkan kepada para anggota GBC agar berani dan mengetahui
cara yang benar ketika berhadapan dengan orang lain. Karena ada beberapa anak
yang mempunyai sifat pemalu, maka pelatihan ini sangat dibutuhkan. Selain itu
dengan adanya pelatihan ini, kemampuan bahasa dan penyampain para anggota
juga dapat meningkat. Salah satu caranya adalah dengan pemberian materi,
praktek langsung, dan debat sesama anggota.
4.3.2.4. Pelatihan Marketing
Pengertian marketing adalah pemasaran. GBC melatih kita supaya tahu cara-cara
pemasaran : melihat segmentasi pasar, membuat grafik antara barang yang dijual
27
dengan permintaan konsumen. Dengan memiliki dasar-dasar strategi pemasaran
yang bagus, kami yakin tujuan yang kami miliki dapat kami raih yaitu mengatasi
malah pengangguran di Indonesia
4.3.2.5. Pelatihan Akuntansi
Pemberian pelatihan akuntansi sangat penting karena jika tidak ada pelatihan ini
maka kami akan bingung menghitung pengeluaran dan pembelian yang telah kami
lakukan. Pelatihan yang diberikan antara lain pembukuan, debit & kredit, memuat
jurnal.
4.4. Analisis
Analisis disini adalah hasil dari pengamatan dan wawancara terhadap anggota
GBC.
4.4.1. Dampak Kegiatan Terhadap Jiwa Wirausaha
Dengan adanya kegiatan GBC, jiwa wirausaha siswa menjadi lebih kuat dan lebih
spesifik. Lebih kuat karena siswa menjadi yakin untuk berwirausaha. Mereka
tidak takut akan resiko-resiko yang akan mereka hadapi bila menjadi seorang
pengusaha. Siswa juga menjadi lebih percaya diri. Cita-cita kami tidak ragu lagi
untuk menjadi seorang pengusaha muda Indonesia.
4.4.2. Dampak Kegiatan Terhadap Keterampilan Wirausaha
Siswa menjadi lebih terampil dalam berwirausaha setelah adanya kegiatan GBC.
Mereka dilatih agar mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam jangka waktu
tertentu serta dilatih dalam memanajemen perusahaan.
Kemampuan kami dulu dalam akuntansi benar-benar nihil, tidak tahu apa-apa.
Tetapi setelah diberi materi oleh GBC, kami jadi pentingnya keberadaan
akuntansi
Keterampilan dalam marketing sangat dirasakan oleh anggota GBC. Mereka
mengaku lebih bisa bergaul dan berkomunikasi dengan lebih baik setelah ikut
28
GBC. Karena sebenarnya kegiatan marketing ialah komunikasi dengan orang lain
untuk menjual produk.
Karena GBC merupakan organisasi usaha, anggota GBC memiliki keterampilan
lebih dalam hal informasi teknologi. Dalam suatu organisasi diperlukan adanya
surat-surat dan suatu organisasi usaha perlu mengetahui dan terampil dalam IT
agar sesuai dengan zamannya.
4.4.3. Dampak Kegiatan Terhadap Kehidupan Individu Anggota
Dengan adanya kegiatan GBC, siswa menjadi lebih disiplin dalam belajar,
beribadah, dan berwirausaha. Mereka berlatih disiplin dengan cara bangun bangun
pada awal pagi pukul 02.00 WIB. Manfaat bangun pagi tersebut ialah untuk
belajar dan beribadah. Jika ada UHT/MID/Semesteran kami menggunakan waktu
sepulang sekolah untuk belajar besama. Memang diperlukan perjuangan untuk
mencapai kesuksesan.
4.4.4. Dampak Kegiatan Terhadap Kehidupan Belajar Siswa
Kehidupan belajar siswa menjadi lebih efektif dengan adanya kegiatan GBC.
Siswa mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan baik.
Tugas-tugas yang diberikan oleh guru juga dapat mereka kerjakan dengan baik
pula. Selain itu, mereka juga memiliki konsep belajar yang berbeda dengan siswa
lain. Siswa yang ikut GBC memiliki konsep belajar yang berniat untuk kebaikan
diri sendiri dan orang lain serta keyakinan yang kuat untuk meraih cita-cita
mereka.
4.4.5. Dampak Kegiatan Terhadap Prestasi Siswa
Prestasi siswa menjadi lebih berkembang dengan adanya kegiatan GBC. Hal ini
terlihat pada keseriusan mereka akan perlombaan-perlombaan yang mereka ikuti.
Mereka memiliki ide-ide untuk membuat karya ilmiah. Olimpiade akademik
seperti, olimpiade teknologi informasi, olimpiade biologi, dan sebagainya pun
banyak mereka ikuti.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dengan melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang
bersifat kegiatan ekstra kepada para pelajar SMA/SMK maka dapat
mendidik para pelajar untuk memiliki ketrampilan dan jiwa wirausaha.
Sehingga apabila mereka telah dewasa, diharapkan dapat menjadi seorang
pengusaha. Dengan begitu mereka dapat mengatasi pengangguran di
masyarakat maupun bagi diri mereka sendiri.
2. Dengan adanya beragam aktivitas dalam kegiatan GBC, keterampilan
dalam berwirausaha para pelajar semakin meningkat. Selain mendapatkan
keterampilan, GBC juga meningkatkan semangat jiwa wirausaha kepada
para pelajar melalui mentoring dan praktek berjualan langsung.
3. Kegiatan GBC berdampak cukup baik terhadap keterampilan dan jiwa
wirausaha bagi pelajar. Hal ini dapat dilihat dari program kerja GBC,
pencapaian GBC, serta pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh GBC.
Dampak GBC pun juga tidak hanya dirasakan oleh anggota GBC saja. Hal
tersebut dapat dilihat dari kegiatan GBC yang bermanfaat bagi orang lain
minimalnya membantu perekonomian masyarakat.
30
5.2. Saran
1. Sebaiknya kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan jangka waktu lebih lama.
Karena dalam mendidik mental dan kompetensi wirausaha dibutuhkan
waktu yang tidak singkat. Selain itu juga dibutuhkan donatur yang mau
untuk membantu keterbatasan finansial dalam melaksanakan berbagai
kegiatan pelatihan dan pendidikan kepada para pelajar.
2. Akan lebih baik lagi bila diadakan penelitian-penelitian yang lebih
mendalam mengenai upaya peningkatan keterampilan dan jiwa wirausaha
bagi pelajar untuk mengatasi pengangguran melalui grup usaha pelajar.
Sehingga manfaat keberadaan grup usaha pelajar dalam masyarakat akan
lebih berkembang terutama di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta
Consulting Group, hal. 54
Anonim. (tanpa tahun). Kewirausahaan. Diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan, pada 28 Agustus 2012
Anonim. (tanpa tahun). Pengangguran. Diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran, pada 28 Agustus 2012
Bolton Bill dan John Thompson. The Entrepreneur in Focus. Great
Britain:Thomson.2003
John Elkington & Pamela Hartigan, The Power of Unreasonable People: How
Social Entrepreneurs Create Markets That Change the World Chapter 1:
Creating Successful Business Models. USA: Harvard business school
press. page. 76
Karen Braun, Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline.
Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009. Hlm. 75.
Peter Drucker, 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles.
New York: William Heinemann Ltd. hlm. 67
Peter Drucker, 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles.
New York: William Heinemann Ltd. hlm. 67
Roger.L . Martin & Sally Osberg. Social Entrepreneurship: The Case For
Definition. 2007.
Zimmere W.Thomas dan Norman M.Scarborough. Pengantar Kewirausahaan
dan Manajemen Bisnis Kecil.Indonesia: doublefish.2002
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KETUA :
NAMA LENGKAP : ARIASETA SETIA ALAM
TEMPAT TANGGAL LAHIR : SEMARANG, 13 AGUSTUS 1994
KELAS : XII – IPA 1
SEKOLAH : SMA N 3 SEMARANG
PRESTASI :
JUARA 1 LCCTI UII NASIONAL 2011
JUARA 1 PROGRAMMING UNDIP 2011
JUARA 1 PROGRAMMING UKSW 2011
JUARA 3 LCC ANTI ROKOK
JUARA 2 MAPEL TIK TINGKAT KOTA 2011
ANGGOTA 1:
NAMA LENGKAP : YAMA DHARMA PUTRA
TEMPAT TANGGAL LAHIR : SIDOARJO, 10 AGUSTUS 1997
KELAS : X - 1
SEKOLAH : SMA N 3 SEMARANG
PRESTASI : -
ANGGOTA 2:
NAMA LENGKAP : CHARIS ACHMAD TAJUDDIN
TEMPAT TANGGAL LAHIR : SEMARANG, 17 FEBRUARI 1997
KELAS : X – 9
SEKOLAH : SMA N 3 SEMARANG
PRESTASI : -
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur organisasi GBC angkatan 2012
Struktur Organisasi Zigma Corporation
Ini merupakan struktur organisasi kami GBC ‘2012
Keterangan organisasi:
CEO : Chief Executive Officer
CFO : Chief Financial Officer
COO : Chief Operating Officer
SVP. : Senior Vice President
VP : Vice President
CRD : Creative Research and Developmnt
CSR : Vice President Corporate Social Responsibility
Lampiran 2 : Foto-foto barang dagangan dan foto divisi
Foto barang dagangan
Foto proses penjualan
Foto divisi angkatan GBC tahun 2012 (Zigma Corporation)
Dewan direksi
Marketing Team
Operating Team
Accounting Team
Zigma Corporation
Lampiran 3 : Hasil Wawancara
Berikut adalah hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan beberapa anak
yang tidak mengikuti GBC
Narasumber : Alan Falahi Bachtiar (X-1)
Pembicara : Apa cita-cita anda?
Narasumber : Menjadi seorang pilot
Pembicara : Kesibukan apa saja yang anda lakukan selama di sekolah?
Narasumber : Belajar
Pembicara : Apa anda berminat menjadi seorang pengusaha muda?
Narasumber : Berminat
Pembicara : Lantas, bagaimana dengan cita-cita anda sebelumnya?
Narasumber : Cita-cita saya tetap menjadi pilot, pengusaha hanya
sampingan saja.
Pembicara : Untuk sekarang, usaha apa yang anda lakukan sebagai
pengusaha muda?
Narasumber : Untuk sekarang saya lebih menabung dulu untuk
membuka usaha.
Narasumber : Muh. Fariq (X-1)
Pembicara : Apa cita-cita anda?
Narasumber : Saya ingin menjadi dokter kandungan
Pembicara : Kesibukan apa saja yang anda lakukan selama di sekolah?
Narasumber : Belajar
Pembicara : Apa anda berminat menjadi pengusaha muda?
Narasumber : Tidak
Pembicara : Mengapa tidak?
Narasumber : karena menjadi pengusaha muda itu penuh resiko dan saya
tidak punya minat dan bakat dengan menjadi pengusaha
Narasumber : Narasumber : Rayvivant I.R (X-1)
Pembicara : Apa cita-cita anda?
Narasumber : Cita-cita saya menjadi seorang dokter anak.
Pembicara : Kesibukan apa saja yang anda lakukan di sekolah?
Narasumber : Belajar dan becanda.
Pembicara : Untuk meraih cita-cita anda, usaha apa saja yang sudah
anda lakukan?
Narasumber : Untuk mewujudkan cita-cita saya sendiri, saya belum
melakukan usaha yang spesifik untuk menjadi dokter.
Mungkin untuk saat ini saya memfokuskan untuk belajar
pelajaran-pelajaran yang menyangkut sekolah.
Pembicara : Apakah anda tertarik menjadi pengusaha?
Narasumber : Saya tertarik.
Pembicara : Mengapa? lantas bagaimana dengan cita-cita anda
sebelumnya?
Narasumber : kalau menjadi pengusaha saya sebagai sampingan
saja.pekerjaan utama saya tetap menjadi dokter anak.
Pembicara : Kalau menjadi pengusaha muda?
Narasumber : Wah,kalau menjadi pengusaha muda. Saya takut rugi
terlebih saya belum berpengalaman untuk menjadi
pengusaha muda.
Berikut adalah hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan beberapa anak
yang mengikuti GBC
Narasumber : Aileen Nindita (X-4)
Pembicara : Apa alasan anda menjadi seorang pengusaha?
Narasumber : Alasan pertama saya, menjadi pengusaha adalah impian
saya. Kedua, saya ingin memajukan Indonesia dengan
memperbanyak pengusaha.
Pembicara : Di GBC anda memegang divisi apa?
Narasumber : Saya menjadi seorang akuntan
Pembicara : Sebelum anda mengikuti GBC, apakah anda memiliki
kemampuan lebih untuk menjadi seorang akuntan?
Narasumber : Sebelumnya saya tidak memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang akuntan. Di GBC inilah saya mendapatkan
pelajaran akuntansi. Belajar akuntansi di GBC serasa
nyaman sama teman-teman. Belajarnya tidak serius sekali
seperti KBM di sekolah ada bercanda juga.
Pembicara : Selama anda mengikuti GBC, meningkatkah keinginan
kewirausaan anda?
Narasumber : Meningkat, dengan adanya GBC ini saya menjadi lebih
mempunyai gambaran tentang bagaimana menjadi
pengusaha, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memulai
usaha.
Pembicara : Apa harapan anda kedepan untuk GBC?
Narasumber : Harapan kedepan saya sebagai seorang bendahara adalah
semoga GBC memiliki modal yang terus berkembang
sehingga temen-temen lebih bersemangat lagi jualannya
Narasumber : Muh. Muhlas Abror (X-9)
Pembicara : Apa alasan anda menjadi seorang pengusaha?
Narasumber : Alasan saya untuk menjadi soerang pengusaha adalah
membuka lapangan kerja seluas luasnya dengan mendirikan
sebuah perusaan besar sehingga tidak ada lagi
pengangguran di indonesia
Pembicara : Selama anda mengikuti GBC, meningkatkah keinginan
kewirausaan anda?
Narasumber : Meningkat sekali, saya menyambut dengan gembira
organisasi GBC ini. Dengan adanya GBC ini keinginan
saya untuk menjadi pengusaha lebih besar daripada
sebelumnya.
Pembicara : Di GBC anda memegang divisi apa?
Narasumber : Saya memegang bagian marketing
Pembicara : Sebelum mengikuti GBC, apakah anda mempunyai
keahlian lebih dalam marketing?
Narasumber : Saya tidak mempunyai keahlian apapun sebelum masuk
GBC. Kemudian di dalam GBC saya dipercaya untuk
memegang divisi marketing. Awalnya saya takut, karena
saya tidak bisa markerting. Tetapi setelah saya tahu GBC
melatih para siswanya dari nol. Saya mau
menjadi marketing dengan penuh semangat.
Pembicara : Apa saja yang telah diajarkan GBC kepada anda
khususnya dibidang marketing?
Narasumber : Banyak sekali pengetahuan tentang bisnis. Kalau dibidang
marketing saya diajarkan tentang cara pemasaran yang baik
dan tepat,membaca keinginan para konsumen dengan
melakukan survei data, dan banyak lagi.
Pembicara : Selama anda mengikuti GBC, meningkatkah keinginan
kewirausaan anda?
Narasumber : Meningkat, terlebih didorong dengan adanya jiwa
wirausaha yang telah diberikan oleh GBC saya menjadi
lebih giat memasarkan barang-barang dan memikirkan
strategi pemasaran.
Pembicara : Apa harapan anda kedepan untuk GBC?
Narasumber : Harapan saya, nanti pemasaran GBC mencapai seluruh
Indonesia. Karena mencapai seluruh Indonesia maka kam
akan membuka kantor cabang di seluruh provinsi dan
pembukaan kantor cabang tersebut menyerap banyak
pekerja dari masing-masing daerah.