archimades 1
TRANSCRIPT
Inilah Cara Kerja Kapal Selam
Potongan sebuah Kapal
Posisi mengapung
Posisi menyelam
TAMBAHAN
Kapal selam bertenaga nuklir adalah kapal selam yang menggunakan
reaktor air bertekanan atau PWR (pressurizer water reactor) sebagai
sumber tenaga memutar turbin utama yang menggerakkan baling-baling
serta motor elektrik pengisi baterai yang menghasilkan listrik untuk
berbagai keperluan.
Tidak seperti kapal selam diesel yang harus muncul ke permukaan untuk
menghisap udara yang dibutuhkan mesin diesel, keunggulan kapal selam
nuklir adalah masa operasionalnya serta lebih bertenaga meskipun kapal
selam mempunyai ukuran besar dan harus dalam kondisi menyelam, uranium
sebagai bahan bakar dari reaktor dapat diganti setelah 3 tahun
pemakaian. Faktor penghambat masa operasional hanya kebutuhan suplai
awak kapal.
CARA KERJA KAPAL SELAM
Di dalam kapal selam terdapat kompresor udara yang fungsinya dapat memanpatkan
udara. Ketika mengapung, sebagian besar badan kapal selam diisi udara sehingga secara
keseluruhan ρ(massa jenis) kapal lebih kecil dari ρ(massa jenis) air laut dan meyebabkan
ia bisa mengapung.
Kemudian jika kapal selam ingin lebih tenggelam, udara tadi dikeluarkan dan air laut
disekitarnya dimasukkan sehingga ρ (massa jenis) kapal secara keseluruhan lebih besar
dari ρ (massa jenis) air laut. Dan jika kapal selam ingin mengapung lagi maka air laut tadi
dikeluarkan dan digantikan dengan udara dari kompresor.
Bagaimana cara kerja kapal selam ??
Kapal Selam, dapat menyelam dan muncul ke permukaan dengan mengubah kerapatan
nisbinya. Kapal ini membawa wadah besar yang disebut tangki balas.
Ketika udara dikeluarkan dari tangki - tangki ini dan diganti dengan air, kerapatan kapal
selam meningkat sehingga kapal dapat menyelam. Ketika kapal selam ingin muncul ke
permukaan, udara dipompakan kembali ke dalam tangki - tangki dan air dipaksa keluar.
Hal ini membuat kerapatan kapal selam menjadi berkurang sehingga kapal bisa naik ke
atas permukaan laut.
Percobaan sederhana :
Ambil sebuah botol kemudian tutup botol tersebut dengan rapat kemudian masukkan ke
dalam air dan lepaskan, maka botol tersebut akan melesat naik ke permukaan.
Sekarang isilah botol dengan air, tutup botol lebih rapat dan masukkan ke dalam air,
persis seperti kapal selam yang tangki balasnya terisi air.
Mengapa merupakan salah satu penemuan terbesar ?
Konsep pelambungan (air mendorong objek keatas sama dengan berat air yang
digantikan objek) dan pengungkit (gaya mendorong kebawah pada satu sisi dari
pengungkit menciptakan gaya mengangkat pada sisi lain yang proposional pada panjang
dua sisi pengungkit) mendasari semua ilmu kuantitatif dan teknik. Prinsip ini mewakili
pemahaman manusia yang paling awal mengenai hubungan dalam dunia fisika di sekitar
kita dan merumuskan secara matematika kejadian fisika di dunia. Berbagai kemajuan
ilmu dan teknik bergantung pada penemuan 2 prinsip ini. Seperti teknologi kapal
(konvensional) dan kapal selam (submarine)
Sejarah Penemuan
Tahun 260BC, Archimedes yang waktu itu masih berusia 26 tahun sedang mempelajari
ilmu astronomi dan geometry di Syracuse, Sicilia. Suatu hari Archimedes tertarik dengan
permainan 4 bocah di pantai dengan sebuah papan kayu yang mengapung. Mereka
mencoba menyeimbangkan papan tersebut di atas batu karang setinggi pinggang. Salah
seorang anak berdiri pada ujung papan, kemudian 3 teman lainnya meloncat ke ujung
yang lainnya. Bocah yang sendirian itu kemudian terlempar ke atas.
Kemudian anak-anak ini menggeser papannya supaya hanya seperempat bagian pendek.
Ketiga bocah itu menaiki bagian yang pendek di ujungnya. Anak yang keempat segera
meloncat ke bagian yang panjang yang posisinya naik ke atas, yang efeknya langsung
melempar teman-temannya ke udara.Archimedes sangat terpesona. Dia kemudian
bertekad untuk memahami prinsip ini supaya benda yang ringan (seorang laki-laki)
mampu mengangkat benda berat (tiga laki-laki).
Archimedes menggunakan selembar papan dan sebuah balok kayu kecil untuk
memodelkan anak laki-laki dan papan pengapung mereka. Dia membuat balok segitiga
untuk memodelkan batu karang mereka. Dengan menghitung sambil menyeimbangkan
berbagai kombinasi berat pada ujung pengdongkrak, Archimedes menyadari bahwa
pengungkit ini merupakan salah satu contoh dari hasil kerja Euclid. Gaya yang
mendorong ke bawah setiap ujung pada pengungkit harus proposional dengan panjang
papan pada setiap sisi terhadap titik penyeimbang. Dia menemukan konsep matematika
dari pengungkit, suatu sistem pengangkutan yang paling umum dan dasar yang pernah
dirumuskan.
Lima belas tahun kemudian pada tahun 245BC, Archimedes diperintahkan Raja Hieron
untuk mencari tahu apakah ahli emas telah menipu raja. Hieron memberi sebongkah emas
kepada ahli emas untuk dijadikan mahkota berbahan emas. Walaupun mahkota ini
beratnya sama dengan emas asli, raja curiga jika ahli emas ini melapisi logam yang lebih
murah didalamnya dengan emas. Archimedes diperintahkan untuk mencari tahu apakah
mahkota ini murni emas tanpa harus merusak mahkota itu sendiri.
Sepertinya ini merupakan pekerjaan yang mustahil. Ketika sedang mandi di tempat
permandian umum, Archimedes menyadari lengannya terapung diatas air. Sebuah ide
kemudian terbesit di benaknya. Dia menarik tangannya kedalam air dan dia
merenggangkan lengannya. Lengannya dengan sendiri mengapung kembali ke atas.
Kemudian dia mencoba berdiri dari bak, level air menjadi menyusut, kemudian dia duduk
kembali, level air meningkat kembali. Dia berbaring, air naik lebih tinggi lagi, dan dia
merasa lebih ringan. Dia berdiri, level air menurun dan dia merasa dirinya lebih berat. Air
harusnya telah mendorong dia keatas sehingga dia merasa ringan.
Dia kemudian mengambil sebuah batu dan sebalok kayu yang memiliki ukuran sama ke
dalam bak dan merendamkan mereka kedua-duanya. Batu tenggelam tetapi terasa ringan.
Dia harus menekan kayu supaya tenggelam. Itu artinya air harus menekan ke atas dengan
gaya yang relatif terhadap jumlah air yang tergantikan oleh ukuran objek daripada berat
dari objek. Seberat apa objek itu dirasakan di air mempengaruhi kepadatan objek.Ini
membuat Archimedes mengerti bagaimana memecahkan masalah raja. Dia kembali ke
raja. Kuncinya adalah kepadatan. Jika mahkota ini terbuat dari logam bukan emas, dia
dapat memiliki berat yang sama tetapi akan memiliki kepadatan yang berbeda sehingga
akan menumpahkan jumlah air yang berbeda.
Mahkota dan sebuah emas yang beratnya sama di masukkan ke sebuah mangkok berisi
air. Mahkotanya ternyata menumpahkan air lebih banyak sehingga terbukti mahkota itu
adalah palsu. Lebih penting, Archimedes kemudian menemukan prinsip pengapungan:
Air menekan ke atas sebuah objek dengan gaya yang setara dengan jumlah air yang
ditumpahkannya.
Btw, sewaktu kejadian di bak mandi itu, ketika dia menemukan konsep pelampungan dia
langsung loncat dan berteriak "Eureka!" yang artinya "Saya menemukannya!". Ucapan
"Eureka" ini kemudian menjadi begitu populer.
kredit for Junxiong
You might also like:
Mengenal Galileo Galilei
Politics : Doktrinisasi Zionis
Ada apa di stasiun ruang angkasa?
Fakta fakta unik dibalik perang salib (crusader)
LinkWithin
Kapal selam adalah kapal laut yang dapat berada dalam tiga keadaan, yaitu mengapung,
melayang, dan tenggelam. Ketiga keadaan ini dapat dicapai dengan cara mengatur
banyaknya air dan udara dalam badan kapal selam.
Pada badan kapal selam terdapat bagian yang dapat diisi udara dan air. Ketika kapal
selam ingin terapung maka bagian tersebut harus berisi udara. Ketika akan melayang,
udaranya dikeluarkan dan diisi dengan air sehingga mencapai keadaan melayang. Jika
ingin tenggelam maka airnya harus lebih diperbanyak lagi.
Tuesday, 24 February 2009, 13:46 Oleh bacangaja3
Hukum Archimedes menyatakan sebagai berikut, Sebuah benda yang
tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkannya.
Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu
fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar
dengan berat fluida fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas
menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :
Fa = ρ v g
Keterangan :
Fa = gaya ke atas (N)
V = volume benda yang tercelup (m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat
diturunkan dari hukum newton juga.
- Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya
=0 dan benda
melayang .
- Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
- Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam
Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka
agar balok berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang
dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok.Artinya tidak
seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain
benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang
dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan
sama dengan rapat rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida, maka
benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan
nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.
Berdasarkan Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup ke
dalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau
gaya berat (W) dan gaya ke atas (Fa) dari zat cair itu. Dalam hal ini
ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya kedua gaya
tersebut yaitu seperti berikut.
• Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika
berat benda (w)
lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
w > Fa
ρb X Vb X g > ρa X Va X g
ρb > ρa
Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa
zat cair (ρ)
• Melayang
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika
berat benda (w)
sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam
keadaan setimbang
w = Fa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb = ρa
Pada 2 benda atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
(FA)tot = Wtot
rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
• Terapung
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika
berat benda (w)
lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
w = Fa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb < ρa
Misal : Sepotong gabus ditahan pada dasar bejana berisi zat cair,
setelah dilepas, gabus
tersebut akan naik ke permukaan zat cair (terapung) karena :
FA > W
rc . Vb . g > rb . Vb . g
rc $rb
Selisih antara W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA - W
Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku
:
FA’ = W
rc . Vb2 . g = rb . Vb . g
FA’ = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di
dalam zat cair.
Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang
dipindahkan
Daya apung (bouyancy) ada 3 macam, yaitu :
1. Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda
mengapung.
2. Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda
tenggelam.
3. Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.
Bouyancy adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam
penyelaman. Selama
bergerak dalam air dengan scuba, penyelam harus mempertahankan
posisi neutral
bouyancy.
Sumber : http://dr-budiow.com/
Konsep Melayang, Tenggelam dan Terapung.
Kapankah suatu benda dapat terapung, tenggelam dan melayang ?
a. Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih besar dari massa
jenis zat cair.
(miskonsepsi).
b. Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih kecil dari massa
jenis zat cair.
(konsepsi ilmiah)
c. Benda dapat melayang bila massa jenis benda sama dengan massa
jenis zat cair.
(konsepsi ilmiah)
d. Benda dapat tenggelam bila massa jenis benda lebih besar dari
massa jenis zat cair.
(konsepsi ilmiah).
e. Terapung, melayang dan tenggelam dipengaruhi oleh volume
benda. (miskonsepsi).
f. Terapung, melayang dan tenggelam dipengaruhi oleh berat dan
massa benda
(miskonsepsi).
Tambahan
Mengapa Telur Tenggelam Dalam Air Biasa?
Pada saat telur tenggelam dalam air, berlakulah HUKUM
ARCHIMEDES…”Benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya akan
mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair
yang dipindahkan.”
Mengapa Telur Tenggelam Dalam Air Biasa? Sesuai dengan Hukum
Archimedes mengenai prinsip TENGGELAM, maka telur tenggelam
dalam air biasa disebabkan karena :
- W telur > Fa
(berat telur > gaya ke atas oleh air)
- S telur > S zat cair
(berat jenis telur > berat jenis zat cair)
dimana rumus berat jenis :
S = massa jenis x gravitasi
Supaya telur tersebut tidak tenggelam, kita dapat menambahkan
garam pada air tersebut. Sehingga menyebabkan W telur < Fa dan S
telur < S air.
Sumber : http://sg.ard.yahoo.com
Mengapa Kapal baja bisa mengapung di-Air, padahal BJ baja 7.85
tom/m3 dan BJ air 1 ton/m3?
Karena berat baja per luasannya masih lebih kecil dari air.
Sumber : http://sg.ard.yahoo.com/
Bagaimana Penerapan Hukum Archimedes ?
Pada kapal selam dimana kapal dapat melayang( tidak tenggelam tdak
juga mengapung). Karena F archimedes = F benda
F archmedes = V benda x massa jenis air x gravitasi.
sebagai percobaan ambil wadah bening di isi air putih lalu masukan 1
butir telur, yang terjadi telur akan tenggelam, lalu coba dalam wadah
itu masukan garam.. hingga telur mengapung. ini dikarenakan
perbedaan massa jenis air garam dengan benda.
karena massa jenis air laut umumnya sama maka berat kapal selam
sudah didisain sedemikian rupa agar kapal bisa melayang.
Sumber : http://sg.ard.yahoo.com/
Mengapa Kapal Yang Berat Terapung tetapi batu yang kecil
tenggelam?
Semua ini berkaitan dengan daya apungan, misalnya apabila kita
mencampak sesuatu ke dalam air ia akan menolak & mengantikan
kandungan air.
Misalnya apabila kita masukkan sebiji bola tenis ke dalam kolah, air
sebanyak bola tennis akan melimpah keluar.
Jika berat air yang digantikan lebih berat daripada berat bola tennis,
bola berkenaan akan terapung. Jika bola berkenaan dipenuhi dengan
logam berbanding dengan udara, ia akan menjadi lebih berat daripada
kandungan yang digantikan dengan air dan ia akan terapung.
Manusia yang menemui teori ini adalah ahli matematik Greek,
Archimedes yang terkenal sebagai bapa apungan yang menemui teori
itu semasa dalam kolah mandi.
Prinsip Archimedes menyatakan bahawa daya tujah ke atas yang
bertindak pada sesuatu jasad yang tenggelam atau separa tenggelam
adalah sama dengan berat cecair yang disesarkan oleh jasad tersebut.
Aplikasi daya tersebut dalam kehidupan harian adalah kapal laut, kapal
selam dan belon udara. Sebuah kapal selam akan terapung pada
permukaan lautan jika tanki keapungannya diisi dengan udara. Ini
adalah kerana daya tujah ke atas bertindak pada kapal selam melebihi
beratnya. Apabila tangki keapungannya diisi dengan air, kapal tersebut
akan tenggelam dalam laut kerana daya tujah yang bertindak ke
atasnya kurang daripada beratnya.
Pengantar
Pernahkah dirimu melihat kapal laut ? jika belum pernah melihat kapal laut secara
langsung, mudah-mudahan dirimu pernah melihat kapal laut melalui televisi (Tuh ada
gambar kapal di samping). Coba bayangkan. Kapal yang massanya sangat besar tidak
tenggelam, sedangkan sebuah batu yang ukurannya kecil dan terasa ringan bisa
tenggelam. Aneh khan ? Mengapa bisa demikian ?
Jawabannya sangat mudah jika dirimu memahami konsep pengapungan dan prinsip
Archimedes. Pada kesempatan ini gurumuda ingin membimbing dirimu untuk memahami
apa sesungguhnya prinsip archimedes. Selamat belajar ya… Semoga setelah mempelajari
pokok bahasan ini dirimu dengan mudah menjelaskan semua persoalan berkaitan dengan
prinsip archimedes, termasuk alasan mengapa kapal yang massanya besar tidak
tenggelam.
Gaya Apung
Sebelum membahas prinsip Archimedes lebih jauh, guru muda ingin mengajak dirimu
untuk melakukan percobaan kecil-kecilan berikut ini. Silahkan cari sebuah batu yang
ukurannya agak besar, lalu angkat batu tersebut. Apakah batu tersebut terasa berat ? nah,
sekarang coba masukan batu ke dalam air (masukan batu ke dalam air laut atau air
kolam atau air yang ada dalam sebuah wadah, misalnya ember). Kali ini batu diangkat
dalam air. Bagaimana berat batu tersebut ? apakah batu terasa lebih ringan ketika
diangkat dalam air atau ketika tidak diangkat dalam air ? agar bisa menjawab pertanyaan
gurumuda dengan benar, sebaiknya dirimu melakukan percobaan tersebut terlebih
dahulu.
Untuk memperoleh hasil percobaan yang lebih akurat, dirimu bisa melakukan percobaan
dengan menimbang batu menggunakan timbangan pegas (seandainya ada timbangan
pegas di sekolah-mu). Timbanglah batu di udara terlebih dahulu. Catat berat batu
tersebut. Selanjutnya, masukan batu ke dalam sebuah wadah yang berisi air, lalu timbang
lagi batu tersebut. Bandingkan manakah berat batu yang lebih besar, ketika batu
ditimbang di dalam air atau ketika batu ditimbang di udara ?
Ketika dirimu menimbang batu di dalam air, berat batu yang terukur pada timbangan
pegas menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketika dirimu menimbang batu di udara
(tidak di dalam air). Massa batu yang terukur pada timbangan lebih kecil karena ada gaya
apung yang menekan batu ke atas. Efek yang sama akan dirasakan ketika kita
mengangkat benda apapun dalam air. Batu atau benda apapun akan terasa lebih ringan
jika diangkat dalam air. Hal ini bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang
diangkat hilang sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya gaya apung.
Arah gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat yang kita berikan pada batu
tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di dalam air terasa lebih ringan.
Sampai di sini, dirimu sudah paham-kah ?
< ![endif]-->
Keterangan gambar :
Fpegas = gaya pegas, w = gaya berat batu, F1 = gaya yang diberikan fluida pada bagian atas
batu, F2 = gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu, Fapung = gaya apung.
Fapung merupakan gaya total yang diberikan fluida pada batu (Fapung = F2-F1). Arah gaya
apung (Fapung) ke atas, karena gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu (F2)
lebih besar daripada gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu (F1). Hal ini
dikarenakan tekanan fluida pada bagian bawah lebih besar daripada tekanan fluida pada
bagian atas batu.
Prinsip Archimedes
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan bahwa benda yang dimasukan ke
dalam fluida seperti air misalnya, memiliki berat yang lebih kecil daripada ketika benda
tidak berada di dalam fluida tersebut. Dirimu mungkin sulit mengangkat sebuah batu dari
atas permukaan tanah tetapi batu yang sama dengan mudah diangkat dari dasar kolam.
Hal ini disebabkan karena adanya gaya apung sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang
berbeda. Seperti yang telah gurumuda jelaskan pada pokok bahasan Tekanan pada
Fluida, tekanan fluida bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam fluida (zat cair),
semakin besar tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida,
maka akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada bagian atas benda dan fluida
pada bagian bawah benda. Fluida yang terletak pada bagian bawah benda memiliki
tekanan yang lebih besar daripada fluida yang berada di bagian atas benda. (perhatikan
gambar di bawah).
< ![endif]-->
Pada gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air. Fluida yang berada
dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida yang terletak
pada bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena fluida yang berada di bawah benda
memiliki kedalaman yang lebih besar daripada fluida yang berada di atas benda (h2 > h1).
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h2 adalah :
< ![endif]-->
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h1 adalah :
< ![endif]-->
F2 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian bawah benda, F1 = gaya yang diberikan
oleh fluida pada bagian atas benda, A = luas permukaan benda
Selisih antara F2 dan F1 merupakan gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda,
yang kita kenal dengan istilah gaya apung. Besarnya gaya apung adalah :
< ![endif]-->
Keterangan :
< ![endif]-->
Karena
< ![endif]-->
(ingat kembali persamaan massa jenis)
Maka persamaan yang menyatakan besarnya gaya apung (Fapung) di atas bisa kita tulis
menjadi :
< ![endif]-->
mFg = wF = berat fluida yang memiliki volume yang sama dengan volume benda yang
tercelup. Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa mengatakan bahwa gaya apung pada
benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan. Ingat bahwa yang dimaksudkan
dengan fluida yang dipindahkan di sini adalah volume fluida yang sama dengan volume
benda yang tercelup dalam fluida. Pada gambar di atas, gurumuda menggunakan ilustrasi
di mana semua bagian benda tercelup dalam fluida (air). Jika dinyatakan dalam gambar
maka akan tampak sebagai berikut :
< ![endif]-->
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang
tercelup hanya sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda
yang tercelup dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk
benda tersebut, semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya eyang
butut Archimedes (287-212 SM) yang saat ini diwariskan kepada kita dan lebih dikenal
dengan julukan “Prinsip Archimedes”. Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan
memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas
(gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Dirimu bisa membuktikan prinsip Archimedes dengan melakukan percobaan kecil-
kecilan berikut. Masukan air ke dalam sebuah wadah (ember dkk). Usahakan sampai
meluap sehingga ember tersebut benar-benar penuh terisi air. Setelah itu, silahkan
masukan sebuah benda ke dalam air. Setelah benda dimasukan ke dalam air, maka
sebagian air akan tumpah. Volume air yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam
air tersebut. Jika seluruh bagian benda tercelup dalam air, maka volume air yang tumpah
= volume benda tersebut. Tapi jika benda hanya tercelup sebagian, maka volume air yang
tumpah = volume dari bagian benda yang tercelup dalam air Besarnya gaya apung yang
diberikan oleh air pada benda = berat air yang tumpah (berat air yang tumpah = w =
mairg = massa jenis air x volume air yang tumpah x percepatan gravitasi). Volume air
yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam air
Kisah Eyang Archimedes
Konon katanya, eyang butut Archimedes yang hidup antara tahun 287-212 SM
ditugaskan oleh Raja Hieron II untuk menyelidiki apakah mahkota yang dibuat untuk
Sang Raja terbuat dari emas murni atau tidak. Untuk mengetahui apakah mahkota
tersebut terbuat dari emas murni atau mahkota tersebut mengandung logam lain, eyang
butut Archimedes pada mulanya kebingungan. Persoalannya, bentuk mahkota itu tidak
beraturan dan tidak mungkin dihancurkan dahulu agar bisa ditentukan apakah mahkota
terbuat dari emas murni atau tidak. Ide brilian muncul ketika ia sedang mandi dan
mungkin karena saking senangnya, eyang butut Archimedes ini langsung berlari dalam
keadaan bugil sambil berteriak “eureka” yang artinya “saya telah menemukannya”.
Waduh, saking senangnya lupa pake handuk… hehe… ide brilian untuk menentukan
apakah mahkota raja terbuat dari emas murni atau tidak adalah dengan terlebih dahulu
menentukan Berat Jenis mahkota tersebut lalu membandingkannya dengan berat jenis
emas. Jika mahkota terbuat dari emas murni, maka berat jenis mahkota = berat jenis
emas.
Berat jenis suatu benda merupakan perbandingan antara berat benda tersebut di udara
dengan berat air yang memiliki volume yang sama dengan volume benda. Secara
matematis ditulis :
< ![endif]-->
Nah, sekarang bagaimana menentukan berat air yang memiliki volume yang sama dengan
volume benda ?
Menurut eyang butut Archimedes, berat air yang memiliki volume yang sama dengan
volume benda = besarnya gaya apung ketika benda tenggelam (seluruh bagan benda
tercelup dalam air). Hal ini sama saja dengan berat benda yang hilang ketika ditimbang
dalam air. Dengan demikian :
< ![endif]-->
Untuk menentukan berat jenis mahkota, maka terlebih dahulu mahkota ditimbang di
udara (BeratMahkotaDiudara). Selanjutnya mahkota dimasukan ke dalam air lalu
ditimbang lagi untuk memperoleh BeratMahkotaYangHilang. Jadi :
< ![endif]-->
Setelah berat jenis mahkota diperoleh, maka selanjutnya dibandingkan dengan berat jenis
emas. Berat jenis emas = 19,3. Jika berat jenis mahkota = berat jenis emas, maka
mahkota tersebut terbuat dari emas murni. Tapi jika mahkota tidak terbuat dari emas
murni, maka berat jenis mahkota tidak sama dengan berat jenis emas. Begitu….
Mengapa Kapal Tidak Tenggelam ?
Pada pokok bahasan Massa Jenis dan Berat Jenis, telah dijelaskan konsep terapung dan
tenggelam dari sudut pandang ilmu fisika. Apabila kerapatan alias massa jenis suatu
benda lebih kecil dari massa jenis air, maka benda akan terapung. Sebaliknya jika
kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air maka benda tersebut akan
tenggelam.
Hukum Archimedes
Di SMP telah diketahui bahwa suatu benda yang dicelupkan dalamzat cair
mendapat gaya ke atas sehingga benda kehilangan sebagian beratnya. Gaya ke
atas ini disebut sebagai gaya apung ( buoyancy ), yaitu suatu gaya ke atas yang
dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung adalah konsekuensi
dari tekanan zat cair yang meningkat dengan kedalaman. Dengan demikian
berlaku
gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair (7 – 10)
Suatu nenda yang dicelupkan seluruhnya dalam zat cair selalu menggantikan
volum zat cair yang sama dengan volum benda itu sendiri.
Hukum Archimedes Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan
sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang
dipindahkan oleh benda tersebut
o Penurunan Matematis hukum Archimedes
Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa.
Jadi, = – karena >
= g A – g A
= g A ( – )
= g A h sebab – = h
= g sebab A h = adalah volum silinder yang tercelup dalam fluida
Perhatikan = adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda ;
g = g adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi, gaya apung yang
dikerjakan fluida pada benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda. Pernyataan ini berlaku untuk semua bentuk benda, dan telah dinyatakan
sebelumnya sebagai Hukum Archimedes.
Rumus :
= g (7 – 11)
= g (7 – 12)
dengan adalah massa jenis fluida dan adalah volum benda yang tercelup dalam
fluida.
Catatan : Hukum archimedes berlaku untuk semua fluida ( zat cair dan gas ).
o Mengapung, Tenggelam, dan Melayang
Suatu benda mengapung, tenggelam, atau melayang, hanya ditentukan oleh massa
jenis rata – rata benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis rata – rata benda
lebih kecil daripada massa jenis zat cair, benda akan mengapung di permukaan zat
cair. Jika massa jenis rata – rata benda lebih besar daripada massa jenis zat cair,
benda akan tenggelam di dasar wadah zat cair. Jika massa jenis rata – rata benda
sama dengan massa jenis zat cair, benda akan melayang dalam zat cair di antara
permukaan dan dasar wadah zat cair.
Jika massa jenis rata – rata benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair,
benda akan mengapung di permukaan zat cair. Jika massa jenis rata – rata benda
lebih kecil darpiada massa jenis zat cair, benda akan tenggelam di dasar wadah zat
cair. Jika massa jenis rata – rata benda sama dengan massa jenis zat cair, benda
akan melayang dalam zat cair di antara permukaan dan dasar wadah zat cair,
Jadi, syarat mengapung , rata-rata < (7 – 12)
syarat tenggelam , rata-rata > (7 – 13)
syarat melayang , rata-rata = (7 – 14)
Peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang juga dapat dijelaskan
berdasarkan konsep gaya apung sebagian atau seluruhnya dalam zat cair, bekerja
gaya apung. Dengan demikian, pada benda yang tercelup dalam zat cair bekerja
dua buah gaya : gaya berat w dengan gaya apung. Pada benda yang mengapung
dan melayang terjadi keseimbangan antara berat benda w dan gaya apung Fa,
sehingga berlaku
∑ F = 0
+ – w = 0 atau w =
Pada benda yang tenggelam, berat w lebih besar daripada gaya apung Fa .
Jadi, syarat mengapung atau melayang w = (7 – 15)
syarat tenggelam w >
Masalah kuantitaif peristiwa mengapung
Secara sistematis, w =
( )g = g
Massa jenis benda = / (7 – 16)
yang mengapung
Persamaan di atas berlaku untuk benda yang mengapung dalam satu jenus fluida.
= Σ /
= + + / (7 - 15)
Persamaan di atas berlaku untuk menghitung massa jenis benda yang mengapung
dalam dua fluida berikut ini.
Kapal Selam
o Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara
lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Tentu saja udara lebih
ringan daripada air. Mengatur isi tangki pemberat berarti mengatur berat
total apal. Sesuai dengan konsep gaya apung, maka berat total kapal selam
akan menentukan apakah kapal akan mengapung atau menyelam.