april 2017 - kemenperin.go.id

25
APRIL 2017

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

APRIL 2017

Analisis PerkembanganIndustriPusat Data dan InformasiApril 2017

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017

Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan ini tidak saja lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan IV 2016, namun juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2016, yang sebesar

4,92% (yoy). Namun secara triwulanan (quarter on quarter) perekonomian Indonesia pada triwulan I 2017 tercatat lebih rendah, atau mengalami kontraksi sebesar 0,34% terhadap perekonomian pada triwulan IV 2016.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

2 | APRIL 2017

Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan I 2017 terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang sangat berarti, serta sedikit lebih tingginya pertumbuhan investasi fisik. Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekspor barang dan jasa tercatat sebesar 8,04% (yoy), lebih tinggi tidak saja dari pertumbuhan sebesar 4,24% (yoy) pada triwulan IV 2016, tetapi lebih-lebih dari pertumbuhan negatif (kontraksi)

sebesar 3,29% (yoy) pada triwulan I 2016. Sementara itu pertumbuhan investasi fisik, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,81% (yoy) pada triwulan I 2017, juga lebih tinggi, baik dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan IV 2016 yang sebesar 4,8% maupun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2016 sebesar 4,67% (yoy).

Namun, pada triwulan I 2017 pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat hanya sebesar 4,93% (yoy), yang tidak saja

lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 4,99% pada triwulan IV 2016, tetapi juga dari pertumbuhan sebesar 4,97%

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 3

pada triwulan I 2016. Hal ini menunjukkan lebih rendahnya daya beli masyarakat sepanjang triwulan I 2017, yang antara lain disebabkan oleh lebih tingginya tingkat inflasi pada periode tersebut. Sementara itu, pada triwulan I 2017 pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat

sebesar 2,71% (yoy), yang meskipun jauh lebih tinggi dari pertumbuhan negatif sebesar 4,05% (yoy) pada triwulan IV 2016, namun lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 3,43% (yoy) pada triwulan I 2016.

I II III IV Jumlah I

1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4.97 5.07 5.01 4.99 5.01 4.93

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6.40 6.71 6.64 6.72 6.62 8.02

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3.43 6.23 (2.95) (4.05) (0.15) 2.71

4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4.67 4.18 4.24 4.80 4.48 4.81

5 Ekspor Barang dan Jasa (3.29) (2.18) (5.65) 4.24 (1.74) 8.04

6 Dikurangi Impor Barang dan Jasa (5.14) (3.20) (3.67) 2.82 (2.27) 5.02

7 PRODUK DOMESTIK BRUTO 4.92 5.18 5.01 4.94 5.02 5.01

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka Sangat Sementara

JENIS PENGELUARAN2016* 2017*

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Menurut Pengeluaran (yoy)

Tabel 1.

Dengan lebih tingginya pertumbuhan ekspor barang dan jasa, juga pertumbuhan impor barang dan jasa, maka secara keseluruhan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I 2017 dapat dikatakan lebih baik dari kualitas pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa pada triwulan I 2017 mencapai pertumbuhan sebesar 8,04% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar

4,24% (yoy) pada triwulan IV 2016. Begitu juga pertumbuhan impor barang dan jasa yang tercatat sebesar 5,02% (yoy), juga lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 2,82% pada triwulan IV 2016. Terus meningkatnya nilai ekspor dan nilai impor Indonesia merupakan indikasi dari terus meningkatnya kegiatan produksi sektor riil dalam negeri, yang sudah berlangsung sejak triwulan IV 2016.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

4 | APRIL 2017

Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi Dilihat dari sisi produksi, lebih tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017 disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, seperti Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, serta Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Namun di pihak lain, beberapa sektor utama juga

mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2017, seperti Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Informasi dan Komunikasi; serta Sektor Jasa Perusahaan. Pada triwulan I 2017 pertumbuhan tertinggi masih dicapai oleh sektor Informasi dan Komunikasi, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,1% (yoy), dan diikuti oleh sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,65% (yoy). Pertumbuhan tinggi berikutnya terjadi pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,13% (yoy); sektor Pertanian sebesar 7,12% (yoy); serta sektor Jasa Perusahaan sebesar 6,8% (yoy). Walaupun relatif masih tinggi, namun pertumbuhan sektor Informasi dan Komunikasi yang sebesar 9,1% (yoy) pada triwulan I 2017 merupakan perlambatan dari pertumbuhan sebesar 9,57% (yoy) pada triwulan IV 2016. Begitu juga dengan sektor Transportasi dan Pergudangan melambat dari pertumbuhan sebesar 7,85% (yoy) pada triwulan IV 2016

Pada triwulan I 2017

pertumbuhan tertinggi masih

dicapai oleh sektor Informasi

dan Komunikasi, sebesar 9,1%

(yoy). Diikuti oleh sektor

Transportasi dan Pergudangan

sebesar 7,65% (yoy); sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial sebesar 7,13% (yoy);

sektor Pertanian sebesar

7,12% (yoy); serta sektor Jasa

Perusahaan sebesar 6,8%

(yoy).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 5

menjadi sebesar 7,65% (yoy) pada triwulan I 2017. Kondisi yang sama juga terjadi pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang melambat dari pertumbuhan sebesar 3,14% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi hanya sebesar 1,6% (yoy) pada triwulan I 2017. Perlambatan pada sektor ini menjadi sangat berarti jika

dibandingkan dengan pertumbuhannya yang sebesar 7,5% (yoy) pada triwulan I 2016. Terus melambatnya pertumbuhan sektor Pengadaan Listrik dan Gas sejalan dengan perlambatan pada sektor Industri Pengolahan, meskipun pada triwulan I 2017 industri Pengoalahan mencatatkan kenaikan pertumbuhan.

Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan sektor Konstruksi pada triwulan I 2017 bisa menjadi indikasi meningkatnya kembali pembangunan infrastruktur dalam periode tersebut. Setelah terus mengalami perlambatan

pertumbuhan sepanjang tahun 2016, pada triwulan I 2017 pertumbuhan sektor Konstruksi tercatat sebesar 6,26% (yoy), atau lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 4,21% pada triwulan IV 2016. Percepatan pertumbuhan ini

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

6 | APRIL 2017

sejalan dengan meningkatnya kembali pertumbuhan investasi fisik pada triwulan I 2017. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang pada triwiulan IV 2016 tumbuh sebesar 5,31% (yoy), pada triwulan I 2017 mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,12% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan subsektor Perikanan merupakan penyebab utama meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan pada triwulan I 2017. Pada periode tersebut subsektor Perikanan tumbuh sebesar 7,08% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 2,62% (yoy) pada triwulan IV 2016.

Pada triwulan I 2017 pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan tercatat sebesar 4,21% (yoy). Meskipun pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 3,36% (yoy) pada triwulan IV 2016, namun lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 4,68% (yoy) pada triwiulan I 2016. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan sebesar 4,21% pada triwulan I 2017, terutama disumbangkan oleh pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas yang sebesar 4,71% (yoy), karena Industri Batubara dan Pengilangan Migas (industri migas) hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,28% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta juga pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan memegang peranan penting dalam meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena kontribusi kedua sektor tersebut dalam Produk Domestik Bruto masih merupakan yang tertinggi, dimana pada triwulan I 2017 masing-masing mencapai sekitar 20,47% (untuk Industri Pengolahan) dan sebesar 13,59% (untuk Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan).

Pada triwulan I 2017

pertumbuhan Sektor Industri

Pengolahan tercatat sebesar

4,21% (yoy). Meskipun

pertumbuhan ini lebih tinggi

dari pertumbuhan sebesar

3,36% (yoy) pada triwulan IV

2016, namun lebih rendah dari

pertumbuhan sebesar 4,68%

(yoy) pada triwiulan I 2016.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 7

Relatif tetap tingginya kontribusi kedua sektor ini, tingginya pertumbuhan Sektor Informasi dan Komunikasi, serta relatif tingginya pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Sektor Perdagangan menyebabkan kelima sektor ini tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I 2017. Dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% (yoy) pada triwulan I 2017, kelima sektor ini, yaitu Sektor

Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Informasi dan Komunikasi, Sektor Konstruksi, serta Sektor Perdagangan memberi sumbangan pertumbuhan terbesar, dimana masing-masing menjadi sumber pertumbuhan sebesar 0,90%, 0,91%, 0,45%, 0,61%, dan 0,64%. Sedangkan 12 sektor lainnya masing-masing hanya menjadi sumber pertumbuhan di bawah 0,4%.

2017**

I II III IV Jumlah I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.47 3.44 3.03 5.31 3.25 7.12

Pertambangan dan Penggalian 1.20 1.15 0.29 1.60 1.06 -0.49

Industri Pengolahan 4.68 4.63 4.52 3.36 4.29 4.21

Pengadaan Listrik dan Gas 7.50 6.24 4.88 3.14 5.39 1.60

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang5.39 4.12 2.36 2.66 3.60 4.39

Konstruksi 6.76 5.12 4.95 4.21 5.22 6.26

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor4.15 4.10 3.59 3.90 3.93 4.77

Transportasi dan Pergudangan 7.90 6.91 8.26 7.85 7.74 7.65

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.68 4.96 4.68 4.47 4.94 4.68

Informasi dan Komunikasi 7.58 9.33 8.95 9.57 8.87 9.10

Jasa Keuangan dan Asuransi 9.32 13.59 9.04 4.18 8.90 5.73

Real Estate 4.87 4.76 3.97 3.65 4.30 3.67

Jasa Perusahaan 8.14 7.57 6.95 6.83 7.36 6.80

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib4.64 4.43 3.80 0.27 3.19 0.58

Jasa Pendidikan 5.35 5.14 1.95 3.12 3.84 4.11

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.49 5.05 4.49 4.10 5.00 7.13

Jasa lainnya 7.91 7.88 7.71 7.69 7.80 8.01

PRODUK DOMESTIK BRUTO 4.92 5.18 5.01 4.94 5.02 5.01

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

LAJU PERTUMBUHAN PDB TRIWULANAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 (YOY)

Tabel 2

2016*LAPANGAN USAHA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

8 | APRIL 2017

Perkembangan Ekspor Dan Impor Industri Pengolahan Nonmigas Setelah mengalami penurunan pada bulan Februari 2017, nilai ekspor dan nilai impor Industri Pengolahan Nonmigas kembali mengalami kenaikan pada Maret 2017. Pada bulan tersebut nilai ekspor Industri Pengolahan Nonmigas tercatat sekitar USD 10,9 miliar, atau naik sebesar 11,44% terhadap nilai ekspor

bulan Februari 2017, yang sebesar USD 9,78 miliar. Bahkan jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada bulan Maret 2016, nilai ekspor industri nonmigas pada Maret 2017 mengalami kenaikan sebesar 21,54% (yoy).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 9

Kenaikan tinggi juga terjadi pada nilai impor Industri Pengolahan Nonmigas selama bulan Maret 2017, yaitu mencapai sebesar USD 10,24 miliar. Nilai impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 26,84% terhadap nilai impor bulan Februari 2017 yang sekitar USD 8,07 miliar. Kenaikan juga terjadi jika nilai impor tersebut dibandingkan terhadap nilai impor pada bulan Maret 2016, namun dengan kenaikan yang lebih rendah, yaitu sekitar 13,79 % (yoy). Meskipun kenaikan nilai impor jauh lebih besar, namun neraca

perdagangan Industri Pengolahan Nonmigas selama bulan Maret 2017 tetap mencatatkan surplus sebesar USD 666 juta. Hal ini disebabkan karena penurunan nilai impor industri pengolahan nonmigas pada bulan Januari 2017 dan Februari 2017 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan nilai ekspornya, yaitu masing-masing turun sebesar 8,29% (mom) dan 14,01% (mom).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

10 | APRIL 2017

Dilihat menurut golongan penggunaan barang, kenaikan nilai impor terjadi pada semua golongan. Namun, secara persentasi, kenaikan paling tinggi terjadi pada impor barang konsumsi, dimana pada Maret 2017 kenaikan nilai impor barang konsumsi mencapai sebesar 58,21% terhadap nilai impornya pada bulan Februari 2017. Sedangkan nilai impor bahan baku/penolong, yang pada Maret 2017 tercatat sekitar

USD 9,93 miliar, hanya mengalami kenaikan sebesar 13,31% terhadap nilai impornya yang sekitar USD 8,76 miliar pada Februari 2017. Sementara itu nilai impor barang modal yang sebesar USD 2,02 miliar pada Maret 2007 mengalami kenaikan sekitar 18,8% terhadap nilai impor bulan Februari 2017 yang sekitar USD 1,7 miliar.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 11

Terjadinya kenaikan nilai impor bahan baku/penolong dan juga barang modal pada Maret 2017 diharapkan merupakan indikasi dari mulai meningkatnya kembali kegiatan produksi di sektor industri. Secara kumulatif, pada periode Januari-Maret 2017 nilai

impor kedua golongan barang tersebut mencatatkan kenaikan yang cukup berarti, yaitu masing-masing sekitar 18,1% untuk bahan baku/penolong, dan sebesar 6,52% untuk barang modal.

Perkembangan Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas Menurut Komoditi Pada Maret 2017, dari 20 komoditi penghasil ekspor terbesar sebanyak tujuh belas (17) komoditi mengalami kenaikan nilai ekspor terhadap nilai ekspornya pada Februari 2017, dan sisanya sebanyak tiga (3) komoditi lainnya mengalami penurunan nilai ekspor. Secara persentase kenaikan nilai ekspor terbesar terjadi pada komoditi Logam Dasar Mulia dan Bubur Kertas (Pulp), yang masing-masing turun sebesar 84,1% (mom) dan 50,69% (mom). Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai ekspor adalah Barang Perhiasan dan Barang Berharga; serta Kimia Dasar Organik yang Bersumber dari Hasil Pertanian, yang masing-masing turun

sebesar 13,2% (mom) dan 12,43% (mom).

Pada Maret 2017 penyumbang

nilai ekspor terbesar masih

diperoleh dari ekspor Minyak

Kelapa Sawit yang sekitar USD

1,8 miliar, naik sebesar 3,26%

terhadap nilai ekspor Februari

2017 (USD 1,74 miliar).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

12 | APRIL 2017

Sebagai penghasil devisa, kenaikan terbesar nilai ekspor terjadi pada Karet Remah (Crumb Rubber), dan juga pada Logam Dasar Mulia, yang nilai ekspornya masing-masing naik sebesar USD 127,75 juta dan USD 101,77 juta dari nilai ekspornya pada Februari 2017. Kenaikan nilai ekspor terbesar selanjutnya terjadi pada komoditi Pakaian Jadi (Konveksi) dari Tekstil yang naik sebesar USD 94,73 juta, setelah pada bulan Februari 2017 mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu sebesar USD 23,11 juta, atau sekitar 4,3% (yoy). Komoditi lain yang juga mengalami kenaikan nilai ekspor cukup besar adalah Peralatan

Listrik sebesar USD 68,56 juta (17,76%); Bubur Kertas (Pulp) sebesar USD 68,17 juta (50,69%); dan Minyak Kelapa Sawit sebesar USD 56,71 juta (3,26%). Seperti biasanya, penyumbang nilai ekspor terbesar masih diperoleh dari ekspor Minyak Kelapa Sawit yang pada Maret 2017 mencapai sekitar USD 1,8 miliar, yang naik sebesar 3,26% terhadap nilai ekspor Februari 2017 (USD 1,74 miliar). Masih berlanjutnya kenaikan harga komoditi ini hingga saat ini, menyebabkan nilai ekspor Minyak Kelapa Sawit pada Maret 2017 lebih tinggi sebesar 63,7% dari nilai ekspor Maret 2016,

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 13

sementara kenaikan volume ekspornya tercatat hanya sebesar 27,53% (yoy) pada periode yang sama. Pada Maret 2017 nilai ekspor kedua terbesar diperoleh dari ekspor Pakaian Jadi (Konveksi) dari Tekstil sekitar USD 609,8 juta, yang mengalami kenaikan sebesar 18,39% terhadap nilai ekspor Februari 2017. Nilai ekspor terbesar berikutnya

berturut-turut dihasilkan dari Karet Remah (Crumb Rubber) sebesar USD 575,93 juta (naik 28,5%); Peralatan Listrik sebesar USD 454,68 juta (naik 17,76%); Kimia Dasar Organik Yang bersumber Dari Hasil Pertanian sebesar USD 352,33 juta (turun 12,43%); dan Kendaraan Bermotor Roda 4 Dan Lebih sebesar USD 320,48 juta (naik 12,17%).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

14 | APRIL 2017

Perkembangan Impor Industri Pengolahan Nonmigas Menurut Komoditi Pada Maret 2017, dari 20 komoditi impor terbesar, hampir semua komoditi mengalami kenaikan nilai impor terhadap nilai impor Februari 2017. Sebanyak 19 komoditi mencatatkan kenaikan nilai impor, dimana hanya satu komoditi yang mengalami penurunan nilai impor, yaitu komoditi Kain Tenunan, sebesar 6,52% (mom). Dari 19 komoditi yang mengalami kenaikan nilai impor, sedikitnya terdapat lima (5) komoditi industri yang mengalami kenaikan nilai impor paling besar pada Maret 2017, dibandingkan dengan nilai impor Februari 2017. Kenaikan nilai impor terbesar terjadi pada Peralatan Listrik sebesar USD 200,24 juta (42,71%). Kemudian diikuti oleh kenaikan pada komoditi Peralatan Komunikasi Lainnya dan Kimia Dasar Organik Yang Bersumber Dari Minyak, yang masing-masing mengalami kenaikan nilai impor sebesar USD 178,94 juta (56,88%) dan USD 145,64 juta (58,21%). Kenaikan nilai impor terbesar lainnya terjadi pada

Besi/Baja sebesar USD 131,85 juta (24,15%). Dan juga pada komoditi Mesin Untuk Keperluan Umum yang naik sebesar USD 122,23 juta (18,78%). Pada Maret 2017 kelima komoditi tersebut secara berturut-turut masing-masing mencatatkan impor sebesar USD 669,09 juta; USD 493,54 juta; USD 395,85 juta; USD 677,79 juta; dan USD 772,89 juta.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 15

Secara tahunan (year on year) persentase kenaikan nilai impor terbesar pada Maret 2017 dialami oleh komoditi Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Lebih, yang naik sebesar 37,81% terhadap nilai impornya pada Maret 2016. Pada periode yang sama komoditi yang juga mengalami kenaikan nilai impor yang tinggi adalah Peralatan Listrik, yang naik sebesar 32,92% (yoy). Kemudian diikuti oleh komoditi Besi/Baja yang naik sebesar 27,03% (yoy), dan komoditi Peralatan Komunikasi Lainnya sebesar 25,67% (yoy). Walaupun pada Maret 2017 neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas

mengalami surplus, namun masalah utama yang sering dihadapi sektor industri pengolahan adalah tingginya kebutuhan impor bahan baku dan barang modal. Hal ini tidak saja menyebabkan sering terjadinya defisit pada neraca perdagangan sektor industri pengolahan, tetapi juga menyebabkan belum kuatnya struktur industri nasional. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk terus dipantau, industri atau komoditi apa yang paling banyak menggunakan devisa untuk impor.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

16 | APRIL 2017

Dilihat dari perkembangan nilai impor 20 komoditi industri pengolahan nonmigas terbesar, pada Maret 2017 pengguna devisa untuk impor terbesar adalah komoditi Mesin Untuk Keperluan Umum, yang mencapai sekitar USD 772,89 juta, atau naik sebesar 18,78%

terhadap nilai impor Februari 2017. Nilai impor kedua terbesar terjadi pada komoditi Besi/Baja sebesar USD 677,79 juta (naik 24,15%), yang diikuti oleh nilai impor komoditi Peralatan Listrik sebesar USD 669,09 juta (naik 42,71%) .

Pada Maret 2017 nilai impor keempat terbesar terjadi pada komoditi Mesin Untuk Keperluan Khusus, yang mencapai sekitar USD 667,8 juta, atau naik sebesar 6,99% (mom). Dan nilai impor terbesar berikutnya terjadi pada komoditi Peralatan

Komunikasi Lainnya sebesar USD 493,54 juta, atau naik sekitar 56,88%.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 17

Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas Menurut Negara Tujuan Pada Maret 2017 terjadi kenaikan nilai ekspor hasil industri Indonesia ke sebagian besar negara tujuan utama ekspor, kecuali ke India. Pemulihan ekonomi pada negara-negara mitra dagang utama Indonesia, telah meningkatkan permintaan terhadap produk2 industri Indonesia. Mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat sejak akhir tahun 2016, serta membaiknya harga beberapa komoditas ekspor Indonesia telah berdampak positif pada kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas. Pada Maret 2017 nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mengalami kenaikan sebesar 11,2% terhadap nilai ekspornya pada Februari 2017. Secara tahunan (year on year) pertumbuhan nilai ekspor ke AS pada Maret 2017 (terhadap nilai ekspor Maret 2017) tercatat lebih besar lagi, yaitu sebesar 19,37%. Sebagai penghasil devisa, kenaikan nilai ekspor tertinggi terjadi ke China dan Jepang. Pada Maret 2017 nilai ekspor hasil industri ke kedua negara ini, masing-masing mencapai

sekitar USD 261,615 juta dan USD 220,996 juta. Nilai ekspor ke kedua negara ini tidak saja naik terhadap nilai ekspor pada Februari 2017, tetapi juga naik terhadap nilai ekspor pada Maret 2016 (tahunan). Terhadap nilai ekspor pada Februari 2017, nilai ekspor ke China dan Jepang pada Maret 2017 masing-masing naik sebesar 24,3% (mom) dan 28,4% (mom). Dan secara tahunan nilai ekspor ke kedua negara ini naik masing-masing sebesar 80,85% (yoy) dan 26,34% (yoy). Sedangkan secara persentase, di antara delapan (8) negara tujuan ekspor utama sektor industri pengolahan nonmigas, kenaikan nilai ekspor terbesar pada Maret 2017 terjadi ke Korea, yaitu sebesar 31,95% (mom). Secara tahunan kenaikan nilai ekspor ke negara ini pada Maret 2017 mencapai sebesar 39,39% (yoy). Kenaikan nilai ekspor terbesar berikutnya adalah ke Jepang sebesar 28,4% (mom), yang diikuti oleh kenaikan nilai ekspor ke China sebesar 24,28% (mom) dan ke Netherland sebesar 17,94% (mom).

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

18 | APRIL 2017

Sementara itu penurunan nilai ekspor yang cukup berarti terjadi ke India. Pada Maret 2017 nilai ekspor hasil industri ke negara ini mencapai sekitar USD 536,51 juta. Nilai ekspor ini turun sebesar 15,1% terhadap nilai ekspor pada Februari 2017 yang sebesar USD 631,91 juta, namun meningkat sebesar 18,31% terhadap nilai ekspor pada Maret 2016. Turunnya harga barang ekspor Indonesia merupakan penyebab utama turunnya nilai ekspor ke India pada Maret 2017, karena volume ekspor Indonesia ke negara ini pada bulan yang

sama mencatatkan kenaikan sekitar 280% terhadap volume ekspornya pada Januari 2017.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 19

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Sektor Industri Pengolahan Setelah terus mengalami kenaikan harga sejak awal tahun 2016 hingga Februari 2017, pada Maret 2017 Sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan harga (deflasi) di tingkat grosir. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh penurunan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Sektor Industri (harga grosir/eceran), yang pada Maret 2017 tercatat sebesar 138,35 atau turun sekitar 0,18% dari IHPB bulan Februari 2017 yang sebesar 138,60. Namun jika dibandingkan dengan indeks harga pada Maret 2016 (secara tahunan), sektor Industri mengalami kenaikan harga atau mencatatkan inflasi sekitar 5,01% (yoy). Sedangkan secara kumulatif, kenaikan harga (inflasi) sektor industri selama periode Januari – Maret 2017 mencapai sebesar 1,04%, lebih tinggi dari inflasi sebesar 0,91% pada periode yang sama tahun 2016. Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan inflasi kumulatif dua sektor lainnya, yaitu pada sektor Pertanian, serta sektor Pertambangan dan Penggalian.

Secara bulanan, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Sektor Pertanian juga menunjukkan penurunan harga pada Maret 2017, yaitu sebesar 1,27% (mom). Seperti halnya pada sektor industri, inflasi tahunan sektor ini juga mencatatkan kenaikan harga atau mengalami inflasi. Bahkan

Pada Maret 2017 Sektor

Industri Pengolahan

mengalami penurunan harga

(deflasi) sekitar 0,18% (mom).

Namun secara tahunan

mengalami inflasi sekitar

5,01% (yoy). Secara kumulatif,

kenaikan harga sektor industri

pada periode Januari – Maret

2017 sebesar 1,04%, lebih

tinggi dari inflasi sebesar

0,91% pada periode yang

sama tahun 2016.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

20 | APRIL 2017

dengan tingkatan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 8,9% (yoy). Namun secara kumulatif, sektor pertanian selama periode Januari – Maret 2017 mencatatkan deflasi sebesar 0,36%, sementara pada Januari – Maret 2016 sektor ini mengalami inflasi sebesar 15,7%. Inflasi bulanan (mom) tertinggi pada Maret 2017 dialami oleh Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kenaikan

indeks (inflasi) yang mencapai 1,85% (mom). Dengan inflasi tersebut, maka secara kumulati pada Januari - Maret 2017 sektor Pertambangan dan Penggalian mencatatkan inflasi sebesar 0,12%, sedangkan pada periode yang sama tahun 2016 sektor ini mengalami deflasi sebesar 0,24%. Sementara itu inflasi tahunan sektor ini hanya sebesar 1,33% (yoy), yang merupakan inflasi tahunan terendah pada Maret 2017.

Perubahan Inflasi Andil

Maret 2017 thd Kalender Maret

Februari 2017 2017 2017

(%) (%) (%) (%)

Domestik 167.99 167.31 -0.41 0.60 5.91 -0.29

1. Pertanian 387.49 382.57 -1.27 -0.36 8.90 -0.25

2. Pertambangan & Penggalian 118.27 120.46 1.85 0.12 1.33 0.05

3. Industri 138.60 138.35 -0.18 1.04 5.01 -0.09

Perdagangan Internasional

1. Impor Non migas 137.93 138.88 0.69 1.50 4.55 0.09

2. Ekspor Non migas 150.25 154.21 2.64 3.54 12.46 0.43

Umum Non migas 160.31 160.69 0.23 1.20 6.77 0.23

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 3.

Persentase & Andil Perubahan

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Indonesia Nonmigas

Menurut Sektor / Kelompok Barang, Maret 2017 (2010 = 100)

Sektor / Kelompok Barang

IHPB

Februari

2017

IHPB Maret

2017

Inflasi

YoY

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

APRIL 2017 | 21

Perkembangan Nilai Tukar rupiah Meskipun berfluktuasi, namun kurs tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung terapresiasi (menguat) sejak November 2016. Pada akhir Maret 2017 kurs tengah rupiah tercatat sebesar Rp 13.321 per dolar Amerika Serika (US$), atau menguat sebesar 0,19% terhadap kurs tengah pada akhir Februari 2017, yang sebesar Rp 13.347 per US$. Penguatan kurs rupiah pada bulan Maret 2017 antara lain dipengaruhi oleh publikasi data cadangan devisa dan Indonesian Consumer Confidence index yang lebih baik, serta hasil lelang SBSN yang lebih tinggi. Penguatan Rupiah terhadap USD juga sejalan dengan rilis Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency (JCR) yang memperbaiki Outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada BBB- (Investment Grade), serta rilis data ekonomi Neraca

perdagangan yang lebih baik dari ekspektasi. Penguatan rupiah yang berlangsung sejak November 2016 diharapkan terus berlanjut agar biaya produksi sektor industri bisa semakin ditekan untuk meningkatkan daya saing industri nasional. Walaupun pelemahan rupiah akan mengurangi pendapatan devisa ekspor dalam mata uang rupiah, namun ketergantungan sektor industri pada bahan baku/penolong impor, yang masih sekitar 74% dan barang modal sebesar 16,5%, menjadikan pelemahan rupiah seringkali memberatkan sektor industri, terutama bagi yang tidak berorientasi ekspor.

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI

22 | APRIL 2017