aporan orientasi di direktorat sengketa
TRANSCRIPT
aporan Orientasi Di Direktorat Sengketa Tanah BPN RI (CPNS 2009)Oleh KELOMPOK 22
1. Iswan B. Padu, S.H. 198211092009121004
2. Suhendra, S.H. 198610152009121007
3. Vito Haga Mursa, S.T. 198607302009121006
4. Westi Utami, S.Si. 198307162009122003
5. Magfirah Angraini, S.E. 198409282009122003
6. Sarman P.Sagala, S.E. 198601172009121001
7. Wike Yuningsih, S.P. 198503232009122002
8. Fitrianti Pratiwi, S.Kom. 198610302009122004
9. Tri Andriyanto, S.T. 198307142009121002
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam memiliki nilai ekonomis serta memiliki nilai sosial,
politik dan pertahanan keamanan yang tinggi. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan pertanahan
haruslah merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kebijakan pembangunan nasional.
Dalam perkembangan pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) permasalahan tanah menjadi
semakin kompleks. Di satu sisi kompleksitas masalah tanah terjadi sebagai akibat meningkatnya
kebutuhan tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang cepat
dengan penyebaran yang tidak merata antar wilayah. Di sisi lain, kompleksitas ini muncul karena luas
tanah relatif tidak bertambah.
Kebutuhan tanah yang terus meningkat berdampak pula terjadinya sengketa di bidang pertanahan
baik secara vertikal maupun horizontal, antara perseorangan (warga masyarakat atau masyarakat
hukum adat) maupun badan hukum (pemerintah atau swasta). Sengketa pertanahan yang terjadi
dapat disebabkan oleh permasalahan tanah murni atau permasalahan yang terkait dengan sektor
pembangunan lain (tidak terkait secara langsung). Untuk itu, Pemerintah senantiasa meningkatkan
upaya koordinasi dan sinkronisasi antara instansi Pemerintah/pihak lain yang terkait, misalnya dengan
instansi yang menangani kehutanan, pertambangan dan sebagainya.
Sengketa pertanahan sudah muncul sejak sebelum zaman kemerdekaan. Hal ini dapat terlihat antara
lain dari adanya sengketa pertanahan akibat monopoli pemilikan tanah-tanah perkebunan dan tanah
partikelir oleh tuan-tuan tanah pada zaman kolonial atau adanya kewajiban rakyat untuk menyerahkan
tanahnya kepada tuan-tuan tanah (agrarisch wet). Pada masa sekarang ini, sengketa pertanahan
dirasakan semakin kompleks seiring dengan perkembangan reformasi yang membawa masyarakat
belajar berdemokrasi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sengketa pertanahan yang
semula disebabkan adanya benturan kepentingan berkembang antara lain berkaitan dengan: 1) nilai-
nilai budaya; 2) adanya perbedaan penafsiran yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan UUPA
yang merupakan ketentuan dasar pertanahan yang berlaku di seluruh Indonesia; 3) adanya
penyimpangan dalam implementasi peraturan pelaksanaan UUPA. Kondisi ini menuntut adanya
kebijakan strategis pertanahan nasional yang dapat menyelesaikan sengketa pertanahan secara lebih
konseptual, komprehensif, dan terpadu.
Sumber sengketa pertanahan yang ada sekarang ini antara lain:
1. Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak seimbang dan tidak merata ;
2. Ketidakserasian penggunaan tanah pertanian dan tanah non pertanian ;
3. Kurangnya keberpihakan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah ;
4. Kurangnya pengakuan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat atas tanah (hak ulayat) ;
5. Lemahnya posisi tawar masyarakat pemegang hak atas tanah dalam pembebasan tanah.
Sengketa pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak seimbang banyak terjadi pada tanah-tanah
perkebunan. Sengketa ini banyak memicu terjadinya pendudukan tanah perkebunan dimana HGU-nya
belum berakhir oleh masyarakat tanpa seijin pemegang hak atas tanah yang bersangkutan (ocupatie)
dan diklaim sebagai tanah miliknya. Sengketa pemilikan dan penguasaan tanah terjadi sebagai akibat
penguasaan tanah secara berlebihan, terutama di kota-kota besar. Sedangkan di daerah pedesaan
terus terjadi pemecahan (fragmentasi) pemilikan tanah pertanian dan terjadi alih guna tanah dari
tanah pertanian menjadi tanah nonpertanian.
Sengketa pemilikan/penguasan tanah terkait juga dengan keberadan hukum adat setempat (tanah
ulayat). Pembangunan ekonomi yang menekankan pada perusahaan besar berorientasi ekspor
menyebabkan kebutuhan akan tanah menjadi semakin besar. Akibatnya terjadi perambahan tanah-
tanah kawasan hutan dan tanah-tanah milik masyarakat hukum adat (tanah ulayat).
Kebijakan yang kurang berpihak pada masyarakat golongan ekonomi lemah juga merupakan salah
satu faktor penyebab timbulnya sengketa pertanahan. Kebijakan masa lalu misalnya, hanya
mengutamakan kepentingan penanam modal skala besar. Kebijakan yang dikeluarkan lebih banyak
memberikan fasilitilas kepada pengusaha demi menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.
Namun, kebijakan tersebut tidak disertai upaya perlindungan terhadap hak-hak rakyat atas tanahnya.
Tanah-tanah pertanian banyak dimiliki pihak-pihak tertentu saja (perseorangan maupun badan hukum)
yang mempunyai modal besar. Di samping itu alih guna tanah pertanian menjadi nonpertanian juga
mempersempit para petani untuk mempunyai tanah.
Kurang berpihaknya pemerintah pada golongan masyarakat ekonomi lemah juga dapat terlihat dari
lemahnya posisi tawar masyarakat pemegang hak atas tanah. Penyediaan tanah untuk pembangunan
pada umumnya dilakukan melalui pelepasan hak atas tanah dari pemegang hak kepada pihak yang
memerlukan tanah (baik pemerintah maupun swasta). Dalam prosesnya terutama dalam penentuan
ganti rugi tanah, pemilik tanah kerap berada pada posisi yang lemah. Penilaian harga tanah biasanya
dibawah nilai kewajaran.
1. B. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan orientasi tugas ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada para CPNS
mengenai tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional R.I, program kerja serta permasalahan
yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut secara menyeluruh dan utuh.
Tujuan kegiatan orientasi tugas ini agar Calon Pegawai Negeri Sipil mampu untuk:
1. Memahami arah dari Rencana Strategis BPN RI, dan berkontribusi nyata untuk turut
mensukseskannya.
2. Memahami Tugas Pokok dan Fungsi di setiap satuan kerja, dan mampu melaksanakannya.
3. Memahami Tata Cara Kerja di setiap satuan kerja, dan mampu melaksanakannya.
4. Memahami peraturan-peraturan di bidang pertanahan.
5. Mampu bersosialisasi dilingkungan kerja dangan memperhatikan aspek tata karma dan etika.
1. C. Waktu Pelaksanaan
Orientasi Tugas Calon Pegawai Negeri Sipil Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 2010 s.d. 21 Mei 2010, dimana alokasi waktu untuk pelaksanaan
orientasi di setiap unit kerja Eselon II adalah 2 minggu (10 hari kerja efektif).
BAB II
PELAKSANAAN ORIENTASI
1. A. Profil Unit Kerja
Profil unit kerja secara garis besar dapat dilihat pada bagan struktur organisasi dibawah ini:
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT SENGKETA PERTANAHAN
(Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2006)
1. B. Peraturan dan Pedoman Kerja
Direktorat Sengketa Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan
melaksanakan pengkajian, penanganan dan penyelesaian sengketa pertanahan.
B.1 Dasar hukum
Dasar hukum Direktorat Sengketa Pertanahan
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional ;
4. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPN RI ;
5. Keputusan Kepala BPN RI Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan
Penyelesaian Masalah Pertanahan :
1. Petunjuk Teknis Nomor 01/JUKNIS/DV/2007 tentang Pemetaan Masalah dan Akar Masalah
Pertanahan
2. Petunjuk Teknis Nomor 02/JUKNIS/DV/2007 tentang Tata Laksana Loket Penerimaan Pengaduan
Masalah Pertanahan
3. Petunjuk Teknis Nomor 03/JUKNIS/DV/2007 tentang Penyelenggaraan Gelar Perkara
4. Petunjuk Teknis Nomor 04/JUKNIS/DV/2007 tentang Penelitian Masalah Pertanahan
5. Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/DV/2007 tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi
6. Petunjuk Teknis Nomor 06/JUKNIS/DV/2007 tentang Berperkara di Pengadilan dan Tindak Lanjut
Pelaksanaan Putusan Pengadilan
7. Petunjuk Teknis Nomor 07/JUKNIS/DV/2007 tentang Penyusunan Risalah Pengolahan Data (RDP)
8. Petunjuk Teknis Nomor 08/JUKNIS/DV/2007 tentang Penyusunan Keputusan Pembatalan Surat
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah/ Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah
9. Petunjuk Teknis Nomor 09/JUKNIS/DV/2007 tentang Penyusunan Laporan Periodik
10. Petunjuk Teknis Nomor 10/JUKNIS/DV/2007 tentang Tata Kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Badan Pertanahan Republik Indonesia
B.2 Fungsi dan Tugas
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Sengketa Pertanahan menyelenggarakan tugas dan fungsi
(perkbpn no. 3 tahun 2006) sebagai berikut :
B.2.1 Tugas :
Direktorat Sengketa Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan
melaksanakan pengkajian, penanganan dan penyelesaian sengketa pertanahan.
B.2.2 Fungsi :
Direktorat Sengketa Pertanahan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis pengkajian, penanganan dan penyelesaian sengketa
yuridis, fisik dan landreform;
2. Penyusunan norma, standar, pedoman dan mekanisme pengkajian, penanganan dan penyelesaian
sengketa yuridis, fisik dan landreform;
3. Pengkajian dan pemetaan semua akar sengketa pertanahan;
4. Penelitian, penyusunan dan perumusan petunjuk atau pedoman sebagai pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan khususnya dalam rangka penyelesaian sengketa
pertanahan;
5. Investigasi dan koordinasi antara lembaga dan instansi terkait dalam penanganan dan
penyelesaian sengketa pertanahan;
6. Penyelesaian sengketa yuridis, fisik dan landreform;
7. Penyelenggaraan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, rekonsiliasi atau fasilitasi atas
sengketa pertanahan;
8. Penyiapan keputusan penghentian dan pembatalan hak atas tanah karena cacat administrasi dan
atas dasar kekuatan putusan pengadilan.
B.3 Bagian dari Direktorat Sengketa Pertanahan
Direktorat Sengketa Pertanahan terdiri dari :
1. Subdirektorat Sengketa Yuridis ;
2. Subdirektorat Sengketa Fisik ;
3. Subdirektorat Sengketa Landreform.
B.3.1 Subdirektorat Sengketa Yuridis
Subdirektorat Sengketa Yuridis terdiri dari:
1. Seksi Sengketa Penguasaan
Seksi sengketa penguasaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah-tanah yang belum dilekati sesuatu hak.
Uraian tugas seksi sengketa penguasaan adalah sebagai berikut:
- Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Yuridis tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan
teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah yang belum dilekati sesuatu hak ;
- Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai
pedoman dan landasan kerja;
- Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Penguasaan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
- Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah
yang belum dilekati sesuatu hak;
- Mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa tanah-tanah yang belum dilekati sesuatu hak;
- Menyiapkan bahan dan memetakan masalah dan akar masalah tanah-tanah yang belum
dilekati sesuatu hak;
- Menerima pengaduan lisan melalui Pos Pelayanan Pengaduan Sengketa Pertanahan;
- Menyiapkan bahan dan pelaksanaan gelar perkara, menyusun dan merumuskan hasilnya serta
tindak lanjut hasil gelar perkara atas sengketa tanah-tanah yang belum dilekati sesuatu hak;
- Menyiapkan pembentukan Tim Penanganan Sengketa Pertanahan, melakukan penelitian dan
merumuskan petunjuk dalam rangka penyelesaian sengketa tanah-tanah yang belum dilekati sesuatu
hak;
- Melakukan penyelidikan dan investigasi, mengumpulkan bahan keterangan, pengawasan dan
pengamatan terhadap bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, apakah
merupakan tindak pidana atau bukan;
- Menyiapkan bahan dan pelaksanaan investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi
terkait dalam penanganan sengketa penguasaan tanah;
- Melakukan pengkajian penanganan sengketa penguasaan tanah;
- Melakukan penyiapan alternatif penyelesaian sengketa penguasaan tanah melalui mediasi,
rekonsiliasi atau fasilitasi;
- Menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penyelesaian sengketa penguasaan tanah;
- Melakukan penyiapan keputusan penyelesaian sengketa dan keputusan pembatalan hak karena
cacat administrasi dan atas dasar putusan pengadilan;
- Melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa tanah yang belum dilekati sesuatu hak;
- Melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya dengan unit kerja
terkait;
- Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan
bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah-tanah yang
belum dilekati sesuatu hak;
- Menyiapkan dan menyusun bahan aplikasi database pengaduan, penanganan dan penyelesaian
sengketa tanah-tanah yang belum dilekati hak;
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
1. Seksi Sengketa Pemilikan.
Seksi Sengketa Pemilikan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah yang sudah dilekati sesuatu hak. Uraian tugas seksi
sengketa pemilikan adalah sebagai berikut:
- Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Yuridis tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan
teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah yang sudah dilekati sesuatu hak ;
- Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai
pedoman dan landasan kerja ;
- Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Pemilikan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya ;
- Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah
yang sudah dilekati sesuatu hak ;
- Menerima pengaduan yang disampaikan melalui Pos Layanan Pengaduan Sengketa Pertanahan;
- Mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa tanah yang sudah dilekati sesuatu hak;
- Melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa tanah yang sudah dilekati sesuatu hak;
- Menyiapkan bahan dan pelaksanaan gelar perkara, penyusunan berita acara gelar dan
perumusan lainnya;
- Melakukan penelitian dan investigasi, penyusunan dan perumusan kebijakan teknis
penyelesaian sengketa tanah yang sudah dilekati sesuatu hak;
- Menginventarisir dan mengolah data sengketa pemilikan tanah;
- Menyiapkan bahan dan melaksanakan investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi
terkait dalam penanganan sengketa pemilikan tanah;
- Menyiapkan surat permintaan penjelasan kepada Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan dalam
rangka penelaahan dan penyelesaian sengketa pemilikan tanah;
- Melakukan pengkajian penanganan sengketa pemilikan tanah;
- Melakukan penyiapan alternatif penyelesaian sengketa pemilikan tanah melalui mediasi,
rekonsiliasi atau fasilitasi;
- Menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penyelesaian sengketa pemilikan tanah;
- Melakukan penyiapan keputusan penyelesaian sengketa dan keputusan pembatalan hak atas
tanah, karena cacat administratif dan atas dasar putusan pengadilan;
- Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis terhadap tanah-tanah sengketa yang sudah
dilekati sesuatu hak melalui data base;
- Menyiapkan data, perumusan dan pemetaan masalah dan akar masalah;
- Melakukan penyelidikan dan investigasi, mengumpulkan bahan keterangan, pengawasan dan
pengamatan terhadap bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, apakah
merupakan tindak pidana atau bukan;
- Menyiapkan bahan laporan, monitoring dan evaluasi di bidang penanganan sengketa tanah
yang sudah dilekati sesuatu hak;
- Melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas dengan unit kerja
terkait;
- Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan
bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa tanah yang sudah
dilekati sesuatu hak;
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan oleh pimpinan.
B.3.2 Subdirektorat Sengketa Fisik
Subdirektorat Sengketa Fisik terdiri dari:
a. Seksi Sengketa Batas dan Letak;
(1) Seksi Sengketa Batas dan Letak mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah.
(2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Fisik tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan
teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
b. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk
teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan
landasan kerja;
c. membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Batas dan Letak sebagai
pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
d. mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas,
letak dan luas bidang tanah;
e. mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/ mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah
f. menginventarisir dan mengolah data sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
g. melaksanakan pemetaan masalah dan akar masalah pertanahan berkaitan dengan sengketa
batas, letak dan luas bidang tanah.
h. menyiapkan dan mengumpulkan bahan keterangan, melakukan penelitian dan melaksanakan
penyelidikan, investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi terkait dalam penanganan
sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
i. menyiapkan surat permintaan penjelasan kepada Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan dalam
rangka penelaahan dan penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
j. mengkaji penanganan sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
k. menyiapkan alternatif penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah melalui mediasi,
rekonsiliasi atau fasilitasi;
l. menyiapkan konsep Surat Keputusan pembatalan hak atas tanah, baik karena cacat administratif
maupun dalam rangka melaksanakan Putusan Lembaga Peradilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dalam hal BPN tidak menjadi pihak yang berpekara, berkaitan dengan sengketa
batas, letak dan luas bidang tanah;
m. menyiapkan konsep surat tanggapan terhadap pengaduan menyangkut sengketa batas, letak dan
luas bidang tanah;
n. menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penanganan sengketa batas, letak dan luas
bidang tanah;
o. menyiapkan gelar perkara dalam rangka penanganan sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
p. menyiapkan bahan laporan, monitoring dan evaluasi dibidang penanganan sengketa batas, letak
dan luas bidang tanah;
q. melakukan identifikasi inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang tanah;
r. melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;
s. melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas, letak dan luas bidang
tanah;
t. melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan oleh pimpinan.
b. Seksi Sengketa Batas Wilayah.
(1) Seksi Sengketa Batas Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas wilayah.
(2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Fisik tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan
teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas wilayah;
b. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk
teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan
landasan kerja;
c. membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Batas Wilayah sebagai
pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
d. mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas
wilayah;
e. mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan atau mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa batas wilayah;
f. menginventarisir dan mengolah data sengketa batas wilayah;
g. melaksanakan pemetaan masalah dan akar masalah pertanahan berkaitan dengan sengketa batas
wilayah;
h. menyiapkan dan mengumpulkan bahan keterangan, melakukan penelitian dan melaksanakan
penyelidikan, investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi terkait dalam penanganan
sengketa batas wilayah;
i. menyiapkan surat permintaan penjelasan kepada Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan dalam
rangka penelaahan dan penyelesaian sengketa batas wilayah;
j. mengkaji penanganan sengketa batas wilayah;
k. menyiapkan alternatif penyelesaian sengketa batas wilayah, melalui mediasi, rekonsiliasi atau
fasilitasi;
l. menyiapkan konsep Surat Keputusan pembatalan hak atas tanah, baik karena cacat administratif
maupun dalam rangka melaksanakan Putusan Lembaga Peradilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dalam hal BPN tidak menjadi pihak yang berpekara, berkaitan dengan sengketa
batas wilayah;
m. menyiapkan konsep surat tanggapan terhadap pengaduan menyangkut sengketa batas wilayah;
n. menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penanganan sengketa batas wilayah;
o. menyiapkan gelar perkara dalam rangka penanganan sengketa batas wilayah;
p. melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa batas wilayah;
q. melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya dengan unit kerja
terkait;
r. melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa batas wilayah;
s. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
B.3.3 Subdirektorat Sengketa Landreform
Subdirektorat Sengketa Landreform terdiri dari:
1. Seksi Sengketa Obyek Landreform;
(1) Seksi Sengketa Obyek Landreform mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penanganan dan penyelesaian sengketa obyek landreform.
(2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. menerima pengaduan yang disampaikan melalui Pos Layanan Pengaduan Sengketa Pertanahan;
b. menyiapkan surat permintaan penjelasan kepada Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan dalam
rangka penelaahan dan penyelesaian sengketa obyek landreform;
c. mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan / mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa obyek landreform;
d. melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa obyek landreform;
e. menyiapkan bahan dan pelaksanaan gelar perkara, penyusunan berita acara gelar dan perumusan
lainnya;
f. melakukan penelitian dan investigasi, penyusunan dan perumusan kebijakan teknis penyelesaian
sengketa obyek landreform;
g. menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Landreform tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa obyek landreform;
h. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk
teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan
landasan kerja;
i. membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Obyek Landreform
sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
j. mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penanganan dan penyelesaian
sengketa obyek landreform;
k. menginventarisir dan mengolah data sengketa obyek landreform;
l. menyiapkan bahan dan melaksanakan investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi
terkait dalam penanganan sengketa obyek landreform;
m. melakukan pengkajian penanganan sengketa obyek landreform;
n. melakukan penyiapan alternatif penyelesaian sengketa pemilikan tanah melalui mediasi,
rekonsiliasi atau fasilitasi;
o. menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penyelesaian sengketa obyek landreform;
p. melakukan penyiapan keputusan penyelesaian sengketa dan keputusan pembatalan hak atas
tanah, karena cacat administratif dan atas dasar putusan pengadilan;
q. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis terhadap tanah-tanah sengketa sengketa obyek
landreform melalui database;
r. menyiapkan data, perumusan dan pemetaan masalah dan akar masalah;
s. melakukan penyelidikan dan investigasi, mengumpulkan bahan keterangan, pengawasan dan
pengamatan terhadap bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, apakah
merupakan tindak pidana atau bukan;
t. menyiapkan bahan laporan, monitoring dan evaluasi di bidang penanganan sengketa obyek
landreform;
u. melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;
v. melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa obyek landreform;
w. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
1. Seksi Sengketa Ganti Kerugian.
(1) Seksi Sengketa Ganti Kerugian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penanganan dan penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah
obyek landreform.
(2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. menerima pengaduan yang disampaikan melalui Pos Layanan Pengaduan Sengketa Pertanahan;
b. menyiapkan surat permintaan penjelasan kepada Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan dalam
rangka penelaahan dan penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
c. mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/ mengolah data dan informasi yang
berhubungan dengan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
d. melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka
pemecahan masalah dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji
penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
e. menyiapkan bahan dan pelaksanaan gelar perkara, penyusunan berita acara gelar dan perumusan
lainnya;
f. melakukan penelitian dan investigasi, penyusunan dan perumusan kebijakan teknis penyelesaian
sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
g. menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Subdirektorat
Sengketa Landreform tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan bahan perumusan
kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
h. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk
teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan
landasan kerja;
i. membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Sengketa Ganti Kerugian sebagai
pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
j. mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam
menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penanganan dan penyelesaian
sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
k. menginventarisir dan mengolah data sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
l. menyiapkan bahan dan melaksanakan investigasi dan koordinasi dengan lembaga dan instansi
terkait dalam penanganan sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
m. melakukan pengkajian penanganan sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform;
n. melakukan penyiapan alternatif penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek landreform
melalui mediasi, rekonsiliasi atau fasilitasi;
o. menyusun Risalah Pengolahan Data dalam rangka penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah
obyek landreform;
p. melakukan penyiapan keputusan penyelesaian sengkata dan keputusan pembatalan hak atas
tanah, karena cacat administratif dan atas dasar putusan pengadilan;
q. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis terhadap tanah-tanah sengketa sengketa ganti
kerugian tanah obyek landreform melalui database;
r. menyiapkan data, perumusan dan pemetaan masalah dan akar masalah;
s. melakukan penyelidikan dan investigasi, mengumpulkan bahan keterangan, pengawasan dan
pengamatan terhadap bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, apakah
merupakan tindak pidana atau bukan;
t. menyiapkan bahan laporan, monitoring dan evaluasi di bidang penanganan sengketa ganti
kerugian tanah obyek landreform;
u. melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;
v. melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan teknis, mengolah, mengkaji penyelesaian sengketa ganti kerugian tanah obyek
landreform;
w. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
1. C. Identifikasi dan Analisis Masalah
Direktorat Sengketa Tanah terbagi menjadi 3 sub direktorat. Para CPNS pada setiap sub direktorat
melakukan identifikasi dan analisis masalah pada beberapa kasus sesuai dengan bidang masing-
masing. Uraian dibawah berikut ini merupakan satu contoh kasus sengketa pertanahan yang pernah
dipelajari dimasing-masing sub direktorat :
C.1 Sub Direktorat Sengketa Fisik
Kasus yang dihadapi pada sub direktorat Sengketa Fisik adalah Permohonan Pembatalan 2 SHM yang
timpang tindih dengan HGB milik sebuah perusahaan.
RESUME
Tentang
Permohonan pembatalan SHM No. 1229 dan 1230 di Meruya Selatan
1. Status dan Letak Tanah
Yang menjadi obyek sengketa adalah dua bidang tanah yang terletak di Kelurahan Meruya, Kecamatan
Kembangan, Kota Administrasi Jakarta Barat dengan SHM No.1229/Meruya Selatan seluas 122m² atas
nama Djono Slamet dan SHM No.1230/Meruya Selatan seluas 702 m² atas nama H.Eddy Raidi.
1. Para Pihak yang Bersengketa
1. Prof. Arie S Hutagalung, SH., selaku Penggugat yang mewakili PT. Binong Nuansa Permai.
2. Djono Slamet dan H. Eddy Raidi selaku Tergugat I dan Tergugat II, yang memiliki SHM No.
1229/Meruya Selatan dan SHM No. 1230/Meruya Selatan.
1. Pokok Masalah
Prof. Arie S Hutagalung, SH atas nama PT. Binong Nuansa Permai mengajukan permohonan
pembatalan SHM No.129/Meruya Selatan atas nama Djono Slamet dan SHM No.1230/Meruya Selatan
atas nama H. Eddy Raidi. PT. Binong Nuansa Permai merasa keberatan terhadap penerbitan dua SHM
tersebut dikarenakan tumpang tindih dan letaknya berada di atas tanah Hak Guna Bangunan
No.1562/Meruya Selatan atas nama PT. Binong Nuansa Permai.
1. Tipologi Masalah
Sengketa Batas Letak & Letak Bidang Tanah dan Sengketa Penetapan Hak & Pendaftaran Tanah
1. Uraian Permasalahan
1. Bahwa PT. Binong Nuansa Permai melalui Kuasa Hukumnya Prof. Arie S. Hutagalung, SH., melalui
Kuasa Hukumnya Prof. Arie S. Hutagalung SH., dengan suratnya No. 006/AHP-A/IX/2006 tanggal 18-
09-2006 keberatan dengan penerbitan SHM No.1229/Meruya Selatan atas nama Djono Slamet dan
SHM No.1230/Meruya Selatan atas nama H. Eddy Raidi dan mengajukan permohonan pembatalan
terhadap kedua Hak Milik tersebut, karena letaknya berada diatas Hak Guna Bangunan
No.1562/Meruya Selatan atas nama PT.Binong Nuansa Permai.
2. Bahwa berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya
Jakarta Barat, sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Penelitian Lapangan No.63/P2K/2006
tanggal 9-10-2006, antara lain ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a) bahwa letak tanah SHM No.1229/Meruya Selatan atas nama Djono Slamet dan SHM No.
1230/Meruya Selatan atas nama H. Eddy Raidi berada diatas bidang tanah Hak Guna Bangunan
No.1562/Meruya Selatan atas nama PT. Binong Nuansa Permai, yang berkedudukan di Jakarta
(tumpang Tindih).
b) bahwa secara fisik, bidang tanah dimaksud dikuasai sepenuhnya oleh PT. Binong Nuansa
Permai
1. Bahwa sesuai kaidah pendaftaran tanah, seharusnya SHM No. 1229/Meruya Selatan atas nama
Djono Slamet dan SHM No. 1230/Meruya Selatan atas nama H. Eddy Raidi tidak dapat diterbitkan
karena berada diatas tanah yang telah ada haknya, yaitu Hak Guna bangunan No.1562/Meruya
Selatan atas nama PT.Binong Nuansa Permai.
2. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terdapatr keadaan yang mengandung cacad
administrasi dalam penerbitan SHM No.1229/Meruya Selatan dan SHM No.1230/Meruya Selatan,
dan karenanya sesuai ketentuan Pasal 107 huruf g PMNA/KBPN No.9 Tahun 1999 telah terdapat
cukup alasan hukum untuk membatalkan Hak Milik tersebut dan menyatakan sertipikatnya tidak
berlaku lagi sebagai tanda bukti atas tanah yang sah.
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kami atas data fisik, fata yuridis dan data administrative serta berdasarkan Berita
Acara Penelitian Lapangan Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Barat No.63/P2K/2006 tanggal 9-10-
2006, dapat disimpulkan bahwa permohonan pembatalan sertipikat dapat dikabulkan dan
merekomendasikan membatalkan SHM No.1229/Meruya Selatan, atas nama Djono Slamet, seluas 122
m², sesuai Surat Ukur No.01546/Meruya Sel/2000 tanggal 09-02-2000, dan SHM No.1230/Meruya
Selatan, atas nama H. Eddy Raidi, seluas 702 m², sesuai Surat Ukur No.01547/Meruya Sel/2000,
terletak di Kelurahan Meruya Selatan. Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi Jakarta Barat dan
menyatakan sertipikatnya tidak berlaku lagi sebagai tanda bukti hak atas tanah yg sah.
Matriks Permasalahan Permohonan Pembatalan SHM No. 1229 dan 1230 di Kelurahan
Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat
No. Pokok Sengketa Kronologi Penanganan
1 Pembatalan SHM No.129/Meruya Selatan A.n. Djono Slamet dan
1. Tanah Girik C No.1664/P.23/K.DI L = 122 m2 dibeli oleh Djono Slamet dari Hermansyah B pada tgl 17-01-1991 dan
1. Bahwa pemegang HGB No.1562/Meruya Selatan memohon pembatalan SHM No. 1229 & 1230/Meruya Selatan karena
SHM No.1230/Meruya Selatan A.n. H. Eddy Raidi yang terletak di Kel. Meruya, Kec. Kembangan, Kota Administrasi, Jakarta Barat dikarenakan tumpang tindih dan letaknya berada di atas tanah Hak Guna Bangunan No.1562/Meruya Selatan A.n. PT. Binong Nuansa Permai.
tanah Girik C No.1365/P.23/K.DI L = 702 m2 dibeli oleh H. Eddy Raidi dari Dharmadi, BE pada tgl 07-01-1993.
2. Tanah Girik C No.1664/P.23/K.DI dan No. 1365/P.23/K.DI dikonversi, kemudian terbit SHM No.1229/Meruya Selatan dan SHM No.1230/Meruya Selatan pada tgl 28-02-2000.
3. Bahwa letak tanah SHM No.1229 dan 1230/Meruya Selatan berada diatas tanah HGB No.1562/Meruya Selatan A.n. PT. Binong Nuansa Permai dan secara fisik bidang tanah dimaksud dikuasai PT. Binong Nuansa Permai.
4. Bahwa sesuai kaidah pendaftaran tanah, seharusnya SHM No.1229 dan 1230/Meruya Selatan tidak dapat diterbitkan karena berada diatas tanah yang telah ada haknya, yaitu HGB No.1562/Meruya Selatan
tumpang tindih dengan sertifikat HGB miliknya
2. Terhadap permintaan pembatalan tersebut Kantor Pertanahan Kabupaten Surabaya telah mengadakan penelitian dan berpendapat bahwa dalam penerbitan SHM No.1229 dan 1230/Meruya Selatan mengandung cacad administrasi dan karenanya sesuai ketentuan Pasal 107 huruf g PMNA/KBPN No.9 Tahun 1999 telah terdapat cukup alasan hukum untuk membatalkan Hak Milik tersebut
3. Bahwa setelah dilakukan penelitian lapangan dan kaidah pendataran tanah, maka Kanwil BPN Prop.Jakarta diteruskan Kantah Kota Administrasi jakarta Barat, dilakukan penarikan dan pembatalan SHM No.1229 & 1230/Meruya Selatan.
Skema Kasus Tumpang Tindih HGB No.1562/Meruya Selatan An. PT BNP VS HM No.230 HM
No.1229 di Kelurahan Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat
C.2 Sub Direktorat Landreform
Resume Kasus Pencabutan/Pembatalan HPL
I. Dasar
Surat dari saudara E. Dody Basuki selaku pemegang kuasa penuh atas hak kepemilikan tanah
eigendom verponding pada tanggal 1 Februari 2010 Nomor 004/EV.4635/II/2010 perihal Mohon
Pencabutan/Pembatalan HPL No. 39/HPL/BPN/2000 dan HPL No. 1/Marunda.
II. Kasus
Keberatan saudara E. dody Basuki selaku pemegang kuasa penuh atas hak kepemilikan tanah
eigendom verponding terhadap penerbitan HPL oleh BPN yang diberikan kepada PT. KBN seluas 716
yang terletak di jalan Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Kasus posisi :
1. Bahwa tanah yang dipermasalahkan adalah tanah milik sah sejumlah ahli waris yang dikuasakan
kepada E. dody Dasuki seluas 716 Ha, di jalan raya Marunda kecamatan Cilincing, Jakarta Utara,
yang diterbitkan HPLnya kepada PT KBN
2. Bahwa sejumlah lahan adalah milik sah dari alm. Rudi Affandi yang diwariskan kepada kesembilan
anaknya. Namun, mengapa BPN memberikan HPL kepada PT. KBN, tidak kepada ahli waris.
3. Bahwa PT. KBN dahulunya bernama PT Perkayuan Marunda yang didirikan oleh Sudwi Kadmono
salah seorang kelompok orde baru pimpinan Suharto
4. Bahwa PT. KBN hanya memperoleh HPL dari BPN, tetapi mereka mengontrak-ngontrakkan tanah
yang bukan miliknya ke pihak lain seperti SPBU jalan raya Marunda ada 2, perubahan alat-alat
berat, perusahaan industri lainnya, dan tanah 117 Ha ditukargulingkan dengan tanah 112 Ha yang
diakui oleh pihak TNI AL, tetapi akhirnya dibatalkan.
5. Bahwa kami para ahli waris tidak pernah menjual, baik kepada PT. KBN Marunda maupun kepada
pihak TNI AL
6. Bahwa seandainya PT. KBN Marunda ingin memilikinya, demikian juga dengan TNI AL, Pertamina,
SPBU dan perusahaan-perusahaan lainnya, maka pemilik sah bersedia melakukan transaksi jual
beli.
III. Analisis Masalah
1. Subjek dan pihak-pihak yang bersengketa
- Para ahli waris Eigendom Verponding sebanyak 9 orang
- PT. KBN Marunda
- Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
- Para pihak pengontrak (Pertamina, SPBU dan perusahaan lain)
- TNI AL
- Lurah Marunda, Camat Cilincing, Walikota Jakarta Utara
1. Tipologi Sengketa
Pencabutan/Pembatalan HPL
1. Pokok Masalah
Tanah yang dipermasalahkan adalah tanah hak milik Eigendom Verponding no. 4635 dan no. 18/a/WL
yang terletak di jalan raya Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
1. Akar masalah
BPN membuat dan memberikan HPL kepada PT. KBN Marunda dan PT. KBN mengontrak-ngontrakkan
tanah tersebut kepada (Pertamina, SPBU dan perusahaan lain)
IV. Kesimpulan
Tanah yang digunakan oleh PT. KBN Marunda dikontrakkan pada Pertamina, SPBU serta perusahaan-
perusahaan lain merupakan hak milik Eigendom Verponding No. 4653 seluas 716 Ha. Data itu sesuai
dengan surat yang disampaikan oleh saudara E. Dodi Dasuki selaku pemegang kuasa penuh atas hak
kepemilikan lahan Eigendom Verponding.
C.3. Sub Direktorat Sengketa Yuridis
RESUME
PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 278/1989 DAN NOMOR 279/1989 DI SUBAK NYITDAH 258
DESA PANDAK BANDUNG TERAKHIR TERCATAT ATAS NAMA NI MADE SULAMIATI
1. Subyek Sengketa
- Ni Made Sulamiati
Dengan
- Men Kadek Swastika
- I Wayan Santa
1. Obyek Sengketa
- Sertipikat Hak Milik Nomor 278/1989, luas 425 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati;
- Sertipikat Hak Milik Nomor 279/1989, luas 500 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati.
1. Pokok Permasalahan
Sertipikat Hak Milik Nomor 278/1989 dan Nomor 279/1989 di Subak Nyitdah 258 Desa Pandak
Bandung terakhir tercatat atas nama Ni Made Sulamiati digugat oleh I Wayan Santa yang
memenangkan tanah tersebut dalam proses pelelangan, dan permohonan pendaftaran hak atas tanah
oleh I Wayan Santa belum dapat diterbitkan karena harus dapat dibuktikan bahwa penerbitan
sertipikat yang dimaksud cacat hukum dan selanjutnya dapat dibatalkan.
1. Akar Masalah
———————-
1. Tipologi Masalah
———————-
1. Riwayat Tanah
1. Bahwa yang dimohonkan perlindungan hukum dan keadilan adalah:
- Sertipikat Hak Milik Nomor 278/1989, luas 425 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati;
- Sertipikat Hak Milik Nomor 279/1989, luas 500 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati.
1. Bahwa tanah tersebut semula merupakan tanah milik Nang Kisel dan dibeli oleh Ni Made Sulamiati
berdasarkan Akte Jual Beli Nomor 241/Kdr/1987 dan Nomor 242/Kdr/1987 tanggal 23 September
1987 yang dibuat oleh PPAT Camat Kediri dan telah dilengkapi persyaratan sebagaimana ketentuan
pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, dengan batas-batas:
Sebelah Utara : Telabah/ parit
Sebelah Timur : Telabah/ parit
Sebelah Selatan : Pura Panti
Sebelah Barat : Tanah milik Men Kari dan Nang Kisel
1. Bahwa tanah tersebut telah dilelang berdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI, kemudian
berdasarkan hasil proses pelelangan tersebut I Wayan Santa berkehendak mengajukan
permohonan pendaftaran penerbian sertipikat hak atas tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Tabanan, ternyata Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan telah menerbitkan
sertipikat objek sengketa di atas tanah tersebut;
2. Bahwa perkara tersebut telah diputus Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1392K/Sip/1983 tanggal
29 Desember 1984, dengan amar putusan antara lain:
Dalam Kompensi:
- Mengajukan gugatan penggugat seluruhnya
- Menyatakan menurut hukum bahwa tergugat sah berhutang kepada penggugat, berupa uang
sejumlah Rp 800.000 (delapan ratus ribu rupiah) dan beras IR 36 sebanyak 1.200 kg (seribu dua ratus
kilogram) ditambah dengan bunga 6% setiap bulan dari jumlah tersebut terhitung sejak tanggal 21
Juni 1980;
- Menghukum tergugat untuk membayar hutangnya tersebu kepada penggugat sejumlah Rp
800.000 (delapan ratus ribu rupiah) ditambah dengan bunga 6% setiap bulan dari jumlah tersebut
terhitung sejak tanggal 21 Juni 1980 sampai dengan hutangnya dibayar lunas dan beras IR 36
sebanyak 1.200 kg (seribu dua ratus kilogram);
- Menyatakan menurut hukum bahwa sita conservatoir tanggal 16 Januari 1982 Berita Acara
Nomor 49/PN.Thn/Pdt/1981 adalah sah dan berharga.
Dalam Rekonpensi:
- Menolak gugatan Penggugat rekonpensi seluruhnya;
Dalam Kompensi dan Rekompensi:
- Menghukum tergugat konpensi/ penggugat rekonpensi unuk membayar biaya perkara yang
sampai saat ini dianggar sebesar Rp 37.225;
1. Bahwa perkara tersebut telah diputus Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar No.
20/G.TUN/2007PTUN.Dps tanggal 10 Maret 2008, dengan amar putusan antara lain:
2. Mengabulkan gugatan Penggugat;
3. Menyatakan batal:
- Sertipikat Hak Milik Nomor 278/1989, luas 425 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati;
- Sertipikat Hak Milik Nomor 279/1989, luas 500 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati.
1. Memerintahkan kepada tergugat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan untuk mencabut
serta mencoret dalam register buku tanah:
- Sertipikat Hak Milik Nomor 278/1989, luas 425 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati;
- Sertipikat Hak Milik Nomor 279/1989, luas 500 M2, pipil 2771, persil 8, klas 1, terbit tanggal 3
Okober 1989, terletak di Subak Nyitdah 258, Desa Pandak Bandung, atas nama Ni Made Sulamiati.
1. Memerintahkan kepada tergugat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan untuk menerbitkan
Sertipikat Hak Milik atas nama I Wayan Santa, tanah seluas 425 M2, pipil 2771, persil 8, klas I; dan
tanah seluas 500 M2, pipil 2771, persil 8, klas I yang terletak di Banjar Mal Mundeh, Desa Pandak
Bandung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan sesuai permohonan tertanggal 1 Desember 2004;
2. Membebankan kepada Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp 109.000 (seratus
sembilan ribu rupiah).
Skema Kasus Pembatalan SHM : 425 M 2 dan SHM : 500 M 2 , Kecamatan Bandung, Kabupaten
Tabanan, Denpasar
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
1. Direktorat sengketa pertanahan mendefenisikan tipologi sengketa menjadi beberapa jenis yaitu:
- Penguasaan Pemilikan
- Sengketa Prosedur, Penetapan dan Pendaftaran Tanah
- Sengketa Ganti Rugi Tanah Partikelir
- Sengketa Batas dan Letak Bidang Tanah
- Sengketa Tanah Ulayat
- Sengketa Tanah Objek Land Reform
- Sengketa Pengadaan Tanah
- Sengketa Pelaksanaan/Putusan Pengadilan
1. Direktorat Sengketa Pertanahan mempunyai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan
teknis dan melaksanakan pengkajian, penanganan dan penyelesaian sengketa pertanahan.
2. Sengketa adalah perbedaan nilai, kepentingan, pendapat, dan atau persepsi antara orang
perorangan dan atau badan hukum (privat atau publik), mengenai status penguasaan dan atau
status kepemilikan dan atau status penggunaan dan pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh
pihak tertentu, atau status Keputusan Tata Usaha Negara menyangkut penguasaan, pemilikan, dan
penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu.
1. B. Saran
2. Perlu adanya pelatihan teknis seperti mediasi, advokasi di bidang hukum untuk mempercepat
penyelesaian sengketa pertanahan.
3. Perlu adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara masing-masing stakeholder dalam
penyelesaian sengketa pertanahan
4. Harus berani dan jelas bersikap dalam upaya penyelesaian sengketa tanah
5. Kegiatan gelar perkara sebaiknya terus dilakukan karena dari kegiatan tersebut bermacam-macam
kasus dapat terselesaikan sehingga lebih bermanfaat dalam menyelesaikan masalah sengketa.