aplikasi tempat pusat

11
Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117 Aplikasi Teori Tempat Pusat Christaller Studi Kasus : Kota Surakarta 1. Pendahuluan Menurut Tarigan (2004) teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegitan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi yang strategis dan potensial akan otomatis membuat sebuah daerah menjadi pusat kegiatan / central place. Kota dapat tumbuh besar karena keunggulan sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang mumpuni, mudahnya akses dan masih banyak lagi. Suatu kota juga memiliki tingkat pertumbuhan dan persebarannya sendiri, disini Christaller mencoba menjelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mengapa suatu kota memiliki keterkaitan dengan kota lain dan memiliki pola-pola tersendiri dalam persebarannya. Tulisan ini mencoba menerapkan teori tempat pusat milik Christaller terhadap kota-kota di Indonesia, yang dijadikan studi kasus adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta diambil sebagai studi kasus karena Kota Surakarta terletak di Jawa Tengah dan pertumbuhan perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DIY, selain itu adalah ketertarikan penulis terhadap keunikan yang ada di Kota Surakarta. 2. Kajian Teori Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory) kali pertama dikemukakan oleh tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller (1933). Christaller mengadakan studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya. Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman, August Losch (1945). Page 1

Upload: susiyowati-indah-ayuni

Post on 18-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Analisis Lokasi dan Pola Ruang

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Aplikasi Teori Tempat Pusat ChristallerStudi Kasus : Kota Surakarta

1. PendahuluanMenurut Tarigan (2004) teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial

order) kegitan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi yang strategis dan potensial akan otomatis membuat sebuah daerah menjadi pusat kegiatan / central place. Kota dapat tumbuh besar karena keunggulan sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang mumpuni, mudahnya akses dan masih banyak lagi. Suatu kota juga memiliki tingkat pertumbuhan dan persebarannya sendiri, disini Christaller mencoba menjelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mengapa suatu kota memiliki keterkaitan dengan kota lain dan memiliki pola-pola tersendiri dalam persebarannya.

Tulisan ini mencoba menerapkan teori tempat pusat milik Christaller terhadap kota-kota di Indonesia, yang dijadikan studi kasus adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta diambil sebagai studi kasus karena Kota Surakarta terletak di Jawa Tengah dan pertumbuhan perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DIY, selain itu adalah ketertarikan penulis terhadap keunikan yang ada di Kota Surakarta.

2. Kajian TeoriTeori Tempat yang Sentral (Central Place Theory) kali pertama dikemukakan oleh

tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller (1933). Christaller mengadakan studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya. Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman, August Losch (1945).

Christaller mengemukakan Teori Tempat yang Sentral ini didasari oleh keinginannya untuk menjawab tiga pertanyaan yang berhubungan dengan kota atau wilayah, yaitu sebagai berikut.

- Apakah yang menentukan banyaknya kota?- Apakah yang menentukan besarnya kota?- Apakah yang menentukan persebaran kota?Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mengemukakan konsep yang

disebut jangkauan (range) dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan barang atau pelayanan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang.

Crhristaller memiliki beberapa asumsi yang mendasari atau menjadi syarat dalam teorinya. Asumsi teori tempat pusat Christaller yakni sebagai berikut:- Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan

dalam biaya dan waktu

Page 1

Page 2: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

- Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan oleh biaya dan waktu

- Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa

- Kota-kota berfungi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya- Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, memiliki ciri-ciri ekonomis sama dan

jumlah penduduknya juga tersebar secara merata.Dalam kenyataan sehari-hari, suatu tempat yang sentral dapat berupa kota-kota

besar, rumah sakit, pusat perbelanjaan (pasar), ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten, kecamatan, dan sarana pendidikan. Setiap tempat yang sentral tersebut memiliki kekuatan pengaruh untuk menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Sebagai contoh, ibu kota provinsi mampu menarik wilayah-wilayah kabupaten dan kota, sedangkan ibu kota kabupaten mampu menarik wilayah-wilayah kecamatan yang ada di sekelilingnya. Demikian pula ibu kota kecamatan mampu menarik wilayah-wilayah yang lebih kecil. Hal yang sama juga berlaku bagi pusat pelayanan masyarakat lainnya. Sehingga akan terbentuk pola-pola heksagonal seperti gambar dibawah ini karena jasa-jasa ‘tingkat rendah’ memerlukan jumlah penduduk dan daerah pasar yang lebih kecil dan jasa-jasa ‘tingkat tinggi’ memerlukan jumlah penduduk dan daerah pasar yang lebih besar.

Gambar . Skema Tempat-tempat SentralSumber : Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, 1981.

Keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh yang berbeda sesuai dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah hierarki atau tingkatan tempat yang sentral. Sebagai contoh, hierarki kota sebagai pusat pelayanan masyarakat meliputi ibu kota negara, provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa (kelurahan).

Page 2

Page 3: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Gambar . Hirarki tempat-tempat sentral yang kawasan pengaruhnya berbeda-bedaSumber : Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981.

Selain berdasarkan besar-kecilnya wilayah atau pusat pelayanan masyarakat, hierarki tempat yang sentral juga dapat didasarkan atas jenis-jenis pusat pelayanan. Berdasarkan jenisnya, hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.1) Tempat Sentral yang Berhirarki K =3 (Marketing Principle)

Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk heksagonal, selain memengaruhi wilayahnya itu sendiri.

Gambar . Tempat Sentral yang berhirarki K-3Sumber : Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981.

2) Tempat Sentral yang Berhirarki K=4 (Traffic Princple)Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang optimum, artinya di daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas optimum ini memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berbentuk segi enam selain mempengaruhi wilayah itu sendiri.

Page 3

Page 4: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Gambar . Tempat Sentral yang Berhirarki K-4Sumber : Studi Geografi Studi Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981.

3) Tempat Sentral yang berhirarki K=7 (Administrative principle)Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi administratif yang optimum. Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian (satu bagian) wilayah-wilayah tetangganya, selain memengaruhi wilayah itu sendiri. Contoh tempat sentral berhierarki 7 antara lain kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Gambar . Tempat Sentral yang Berhirarki K-7Sumber : Studi Geografi Studi Pendekatan dan Analisa Keruangan, 1981.

3. Studi Kasus Kota SurakartaSecara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”- 110º45’35” BT

dan 7º36’00”- 7º56’00”LS. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,04 km2 dengan jumlah penduduk tahun 2013 sebesar 563.659 jiwa. Batas-batas Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

- Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali - Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar - Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo - Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Page 4

Page 5: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Gambar . Peta Administrasi Kota SurakartaSumber : www.penataanruangjateng.info, 2014

Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan yakni Kecamatan Laweyan dengan luas 8,64 km2, Kecamatan Serengan dengan luas 3,19 km2, Kecamatan Pasar Kliwon dengan luas 4,82 km2, Kecamatan Jebres dengan luas wilayah 12,58 km2 dan Kecamatan Banjarsari dengan luas wilayah 14,81 km2. Perekonomian Kota Surakarta ditunjang oleh sektor pariwisata dan perdagangan yang berpengaruh sangat besar pada pertumbuhan perekonomian Kota Surakarta.

Analisa Kota Surakarta berdasarkan Asumsi teori Christaller;1) Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan

dalam biaya dan waktuMasyarakat yang akan berbelanja di mall yang ada di Surakarta maupun pasar-

pasar batik yang ada di Surakarta akan menanggung ongkos angkutan sejauh jarak yang akan mereka tempuh. Sehingga asumsi ini jika diterapkan di Kota Surakarta dan masih relevan.2) Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan oleh biaya

dan waktu.Range of goods merupakan jarak dimana penduduk dapat melakukan perjalanan

untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi. Tempat yang paling dekat jaraknya akan dipilih oleh konsumen dikarenakan lebih efisien dalam waktu dan biaya yang diperlukan dalam menempuh pusat perdagangan tersebut. Jangkauan pelayanan kota Surakarta akan dirasakan oleh kota/kabupaten yang ada di sekitarnya yakni yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri dan Surakarta merupakan pusat perdagangan dari wilayah tersebut.3) Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan

jasaMenurut Christaller, konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk

memenuhi kebutuhannya. Dalam kasus ini, terdapat pusat kegiatan lain yakni Kota Yoyakarta. Adanya Kota Yogyakarta membuat Kabupaten Sukoharjo lebih memilih

Page 5

Page 6: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Kawasan mall di Kota Surakarta dibandingkan dengan mall di Kota Yogyakarta, dengan pertimbangan jarak tempuh yang lebih dekat, sehingga masyarakat Sukoharjo yang akan berbelanja akan pergi ke mall yang ada di Kota Surakarta. Namun berbeda kondisinya jika yang mereka cari adalah kualitas, kualitas batik yang lebih bagus ataupun kualitas pendidikan yang lebih bagus. Karena adanya Universitas Gajah Mada yang ada di Yogyakarta, pelajar-pelajar yang ada di sekitar kota Surakarta akan lebih memilih untuk menempuh perguruan tinggi di sana karena kualitas yang lebih bagus dan nama yang lebih terpandang dari pada universitas yang ada di Kota Surakarta contohnya UNS. Sehingga asumsi ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya di Kota Surakarta.4) Kota-kota berfungi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya

Kota Surakarta menjadi pusat perdagangan bagi wilayah di sekitarnya yakni Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan masih banyak lagi. Kota/Kabupaten yang ada di sekitar Surakarta akan menuju ke pasar Klewer dan pasar tradisional lainnya untuk memperoleh batik yang berkualitas, misalnya. Kota Surakarta juga sebagai tempat pusat, yakni pusat pemerintahan bagi kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Surakarta sehingga asumsi no 4) dapat digunakan atau masih relevan dengan keadaan yang sebenanya. 5) Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, memiliki ciri-ciri ekonomis sama dan

jumlah penduduknya juga tersebar secara merata.Kota Surakarta bukanlah merupakan kota yang datar hal ini dapat diketahui dari peta

topografi Kota Surakarta. Ketinggia lereng yang ada di Kota Surakarta sebesar 0-5% dan 5-10%. Meskipun kemiringan lereng tidak cukup tinggi namun tetap saja Kota Surakarta bukanlah kota / dataran yang datar sehingga teori ini tidak dapat digunakan.

Gambar . Peta Kemiringan Lereng Kota SurakartaSumber : www.penataanruangjateng.info, 2014

Jika dilihat dari ciri-ciri ekonomi masyarakat Kota Surakarta, penduduk di Kota Surakarta tidak memiliki pendapatan yang sama, atau dengan kata lain masih ada kesenjangan di antara penduduk di Kota Surakarta.

Page 6

Page 7: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Sedangkan jika dilihat dari persebaran penduduknya Kota Surakarta tidak memiliki persebaran yang merata, hal ini dapat dilihat dari peta kepadatan penduduk yakni warna coklat tua menggambarkan lokasi / daerah tersebut memiliki kepadatan penduduk tertinggi semakin terang warnanya menggambarkan kepadatannya semakin rendah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa kepadatan penduduk semakin berpusat di pusat kegiatan Kota Surakarta atau pusat pemerintahan Kota Surakarta. Sehingga asumsi ke-5) tidak dapat dipakai di Kota Surakarta.

Gambar. Peta Kepadatan Penduduk Kota SurakartaSumber : www.penataanruangjateng.info, 2014

· Analisis berdasarkan hirarki hempat pusat yaitu;Christaller menyebutkan bahwa sistem keruangan yang optimum adalah heksagonal

dengan pusat kegiatan terdapat di tengah pola. Kota Surakarta yang merupakan pusat perdagangan berada dekat dengan kawasan sekitarnya yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri. Namun pola yang di bentuk oleh kawasan disekitarnya tidaklah berupa heksagonal seperti yang diungkapkan oleh Christaller sebagai sistem keruangan yang optimum.

Page 7

Page 8: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

Gambar Peta Jawa TengahSumber : www.navperencanaan.com, 2010.

Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya sistem keruangan yang ada memiliki bentuk heksagonal. Karena dalam pembentukan sistem keruangan ini dipengaruhi banyak faktor, terutama faktor batas administratif dan faktor pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Batas administratif turut menentukan batasan wilayah pelayanan yang dapat dilakukan oleh suatu kota, tidak selamanya batas administratif dan batas pelayanan memiliki pola lingkaran seperti yang diasumsikan oleh Christaller, sehingga sistem keruangan tidak selamanya akan berakhir dengan bentuk heksagonal.

Faktor pertumbuhan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi jumlah titik yang berfungsi sebagai tempat kota, tidak selamanya titik-titik itu akan tersebar merata sehingga membentuk pola yang teratur dan membentuk sistem heksagonal. Titik tersebut akan tumbuh sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sehingga tidak akan tersebar merata seperti yang diasumsikan dalam teori Christaller, sehingga tidak selamanya akan memebentuk pola heksagonal.

4. KesimpulanBerdasarkan analisis teori tempat pusat Christaller dapat disimpulakan bahwa

asumsi Christaller ini tidak relevan lagi jika diterapkan di wilayah Kota Surakarta. Kota Surakarta bukan merupakan dataran yang rata, karena Kota Surakarta memiliki tingkat kelerengan yang beragam dan memiliki bentuk lahan yang beragam. Selain itu, penduduk di kota Surakarta, maupun di kota lainnya di sekitar Surakarta, tidak tersebar secara merata, hal ini disebabkan mobilitas penduduk yang sudah sangat tinggi disebabkan moda transport yang berkembang serta perkembangan ekonomi yang tidak

Page 8

Page 9: Aplikasi Tempat Pusat

Susiyowati Indah Ayuni - 21040113140117

merata di tiap tempat menyebabkan arus pengelompokan penduduk di titik yang pertumbuhan dan perkembangan ekonominya mengalami kemajuan yang pesat dan terjadi nya Urbanisasi. Sehingga asumsi bahwa wilayah Surakarta merupakan dataran yang rata dimana persebaran penduduknya merata dan tingkat perekonomiannya sama tidak lagi relevan.

5. Sumber Anonim. 2010. “Peta Jawa Tengah”, dalam

http://navperencanaan.com/appe/peta/logothumbnail/10. Diunduh Senin, 8 Desember 2014.

Profil Kabupaten/ Kota. Kota Surakarta. Jawa Tengah

Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara

Page 9