aplikasi program kb (keluarga berencana) denganpendekatan manajemen rumah tangga menujukeluarga...
TRANSCRIPT
APLIKASI PROGRAM KB (KELUARGA BERENCANA) DENGAN
PENDEKATAN MANAJEMEN RUMAH TANGGA MENUJU
KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA
Oleh : Ayu Putu Harina Ferdiyanthi, 7 halaman
Program Keluarga Berencana (KB) memang bukanlah barang baru
bagi masyarakat Indonesia. Keluarga Berencana merupakan komponen
yang sangat penting dalam pengembangan kebijakan nasional yang
ditujukan pada pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas
hidup penduduk. Dalam periode 1970-an dan 1980-an KB merupakan
satu-satunya program yang mampu mengatasi isu pertumbuhan penduduk
yang cepat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia 1.
Menurut definisinya, Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera 2 . Biasanya
pengaturan kehamilan serta penggunaan metode kontrasepsi digunakan
untuk membatasi jumlah anak yang dilahirkan atau menjarangkan
kelahiran. Berdasarkan UU Tahun 1992 tentang Pembangunan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan
bahwa Keluarga Berencana dilaksanakan melalui upaya peningkatan
1 Adrian. 2008. Abstract. LIPI. Jakarta 2 Purwandari, Retno. 2006. Konsep Keluarga. Bandung
1
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga 3 . Sementara itu berdasarkan UU
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propernas tahun 2000-2004), ada (4) empat program pokok KB Nasional
yaitu Pemberdayaan Keluarga, Keluarga Berencana, Kesehatan
Reproduksi Remaja, dan Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB4.
Di lapangan, realisasi program KB haruslah didukung dengan adanya
sarana dan prasarana yang memadai, seperti ketersediaan klinik dan
tenaga medis (dokter dan bidan). Apabila dua faktor itu telah terpenuhi,
tidak menutup kemungkinan peserta program KB di Indonesia setiap
tahunnya akan meningkat. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), dalam
bulan November 2005, pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
telah berhasil mencapai peserta KB aktif sebanyak 27,4 juta, peserta KB
baru sebanyak 3,8 juta, dan KB aktif pria 466,8 ribu. Pencapaian peserta
KB tersebut didukung oleh tersedianya prasarana dan sarana pelayanan
KB yaitu sekitar 65.200 pusat pelayanan, yang terdiri dari (1) klinik
pemerintah sebanyak 15.085 klinik; (2) klinik swasta sebanyak 2.710
klinik; (3) dokter praktek swasta sebanyak 10.784 dokter; dan (4) bidan
praktek swasta sebanyak 36.629 bidan5.
Dengan keberhasilan program KB seperti contoh di atas, bukan
berarti KB menjadi program yang “mulus” tanpa halangan. Selalu saja ada
hambatan di sana-sini terkait dengan metode aplikasinya di lapangan. KB 3 Purwandari, Retno. 2006. Konsep Keluarga. Bandung 4 Anonim. 2006. Program Pembangunan Nasional. Wikipedia. http://www.wikipedia.com/propernas5 Anonim. 2008. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas. http://www.deptan.go.id
2
semestinya tidak hanya bergantung pada sarana dan prasarana yang
lengkap, namun juga dari cara sosialisasi kepada masyarakat sebagai
khalayak ramai.
Di sisi lain, setiap permasalahan yang menyangkut kepentingan
khalayak ramai harus diselesaikan melalui pendekatan sosial. Di antara
sekian banyak jenis pendekatan, pendekatan manajemen, khususnya
manajemen rumah tangga merupakan cara yang cocok diterapkan pada
permasalahan aplikasi KB di masyarakat. Namun permasalahan yang
masih perlu ditinjau, yaitu jenis aplikasi macam apa yang disosialisasikan,
apa pengertian pendekatan manajemen rumah tangga serta bagaimana
aplikasi program KB dengan pendekatan manajemen rumah tangga?
Jenis aplikasi program KB
Pada dasarnya, aplikasi program KB terdiri dari 2 jenis, yaitu
aplikasi berupa barang dan jasa. Aplikasi berupa barang adalah
penyediaan alat kontrasepsi dan pemberian bimbingan/konseling kepada
peserta KB.
Alat kontrasepsi di sini tidak terbatas hanya dengan penggunaan
kondom namun juga penggunaan alat kontrasepsi jenis lain. Adapun
beberapa alat kontrasepsi yang digunakan dalam program KB adalah:
(1)Diafragma (kondom wanita) yang bentuknya seperti mangkuk dan
dimasukkan ke dalam vagina sehingga menutupi mulut rahim (serviks)
dengan keefektifan 82%-95% dalam mencegah kehamilan. (2)Intra
Uterine Device (IUD) atau lebih dikenal dengan sebutan spiral, merupakan
suatu benda yang terbuat dari plastik, umumnya berbentuk huruf T
3
dengan keefektifan dalam mencegah kehamilan sekitar 97% - 99%.
(3)Norplan merupakan metode KB jangka panjang yang pemakaiannya
dengan cara menyelipkan 6 kapsul lembut di bawah kulit lengan atas
dengan efektivitas memberikan perlindungan hingga 99%. Akhirnya
prosedur pembedahan merupakan metode kontrasepsi mantap seperti (4)
vasektomi (menyumbat saluran vas deferens yaitu saluran sperma) pada
pria dan (5) ligasi tuba (yaitu menyumbat tuba falopi yang menyalurkan sel
telur) pada wanita 6.
Pendekatan manajemen rumah tangga
Manajemen rumah tangga 7 bukan hanya aktivitas yang bersifat
mekanistis, karena penerapan fungsi manajerial secara efektif
menghadapi banyak masalah yang terdapat dalam rumah tangga. Hal ini
merupakan kewajaran karena dalam rumah tangga para anggotanya,
khususnya suami isteri dan anak-anak, mempunyai keinginan yang
berbeda untuk kepentingan masing-masing pribadinya. Keinginan mereka
lebih bebas dapat dikemukakan apabila dibandingkan dengan keinginan
yang dikemukakan oleh para anggota dalam suatu organisasi yang lain.
Bahkan keinginan mereka kadang-kadang dipaksakan harus disetujui dan
dilaksanakan dengan segera, kadang-kadang pula keinginan tersebut
melampaui kemampuan yang ada.
Itulah sebabnya, maka setiap kepala keluarga harus dapat
memahami keinginan para anggota keluarganya, menilainya dan memberi
keputusan yang adil, bijaksana, serta dimengerti oleh setiap anggota yang
6 Anonim. 2007. Keluarga Berencana. http//www.kesehatanonline.com 7 Solih, Ishak. 1994. Manajemen Rumah Tangga. Bandung: Penerbit Angkasa
4
mengajukan keinginannya. Kemudian diikuti oleh pengetahuan mengenai
apa yang harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah tangga
yang bersangkutan. Dengan demikian, pemenuhan setiap keinginan para
anggota keluarganya, dapat mendorong semangat kerja untuk mencapai
tujuan bersama. Demikian pula setiap usaha yang dilakukan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam mengejar keinginannya, tetap dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Setiap kepala keluarga dalam membuat keputusan baik mengenai
sasaran yang akan dicapai maupun mengenai jangka waktu yang akan
ditempuh, hendaknya memperhatikan kemampuan yang ada, didasarkan
atas fakta yang cukup, sehingga keputusan tersebut tidak bisa hanya
merupakan keputusan yang sia-sia belaka.
Fakta ini menekankan perlu adanya usaha untuk menanamkan
kepercayaan kepada seluruh anggota keluarga, sehingga mereka
bersedia bekerja dengan penuh kesadaran bersama-sama dengan kepala
keluarga itu sendiri. Untuk itu, kepala keluarga dan ibu rumah tangga
harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan.
Dalam suatu rumah tangga mungkin terdapat beberapa orang
manajer, misalnya suami sebagai top manager, isteri sebagai middle
manager yang seringkali merangkap sebagai lower manager. Mungkin
pada anak yang telah dewasa ditunjuk oleh orang tuanya sebagai lower
manager. Secara singkat manajemen rumah tangga mengutamakan
kemampuan dari setiap individu dalam keluarga dalam mengatur
5
(manage) tindakan-tindakan yang mereka ambil dan secara sadar
bertanggung jawab atas segala resiko yang diterima.
Aplikasi program KB dengan pendekatan manajemen rumah tangga
Pada dasarnya prinsip, manajemen rumah tangga adalah setiap
individu yang tergabung dalam satu keluarga memiliki hak untuk mengatur
tindakan-tindakan yang mereka ambil. Terkait dengan masalah aplikasi
program KB, individu yang telah mapan (ayah atau ibu) dalam keluarga
mempunyai hak yang sama untuk melaksanakan KB terlebih dahulu,
sehingga program KB tidak dimonopoli oleh satu pihak saja (pada
umumnya wanita). Faktanya, persentase keikutsertaan KB pria sampai
dengan bulan Desember 2007 adalah sebesar 0,73 %8.
Mengingat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas,
penulis mencoba memberi solusi yang seyogyanya dapat mengatasi
masalah-masalah terkait secara efektif seperti: (1) Meningkatkan akses
informasi dan kualitas pelayanan keluarga berencana bagi keluarga dalam
merencanakan kehamilan dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
khususnya bagi keluarga rentan, yaitu keluarga miskin, pendidikan
rendah, terpencil, dan tidak terdaftar, (2) Meningkatkan akses pria
terhadap informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga
berencana, (3) Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen
pembangunan Keluarga Berencana, termasuk pengelolaan SDM, data
dan informasi, pengkajian, penelitian dan pengembangan, serta bimbingan
dan pengawasan program dan (4) Memaksimalkan upaya-upaya
8 Anonim. 2007.Perkembangan Program KB Nasional. http://www.deptan.go.id
6
advokasi, promosi dan KIE Keluarga Berencana, dan ketahanan dan
pemberdayaan keluarga untuk peneguhan dan kelangsungan program
serta pembinaan kemandirian institusi masyarakat yang
menyelenggarakan pelayanan KB
7