aplikasi pengelompokan data penerima kredit …metode penulisan yang digunakan adalah metode studi...

133
APLIKASI PENGELOMPOKAN DATA PENERIMA KREDIT SEPEDA MOTOR PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun oleh: Irene Widya Ratna Utami NIM : 053114012 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • APLIKASI PENGELOMPOKAN DATA PENERIMA KREDIT SEPEDA

    MOTOR PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG

    CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sains

    Program Studi Matematika

    Disusun oleh:

    Irene Widya Ratna Utami

    NIM : 053114012

    PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

    i

  • ii

    THE APPLICATION OF FUZZY C-MEANS METHOD OF CLUSTER THE

    MOTORCYCLE CREDIT RECIPIENT DATA AT PT. FEDERAL

    INTERNATIONAL FINANCE CILACAP

    Final Project

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

    To Obtain the Sarjana Sains Degree

    In Mathematics

    By:

    Irene Widya Ratna Utami

    Student Number: 053114012

    MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTEMENT

    FACULTY OF SCIENCE AND OF TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2010

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Seberapapun tingginya intelejensia,

    Tidak bisa menciptakan sesuatu yang jenius....

    Perlu imajinasi

    dan (mungkin) kombinasi keduanya

    (Zeth)

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkatiku,

    Papah, Ibu, Eyang Putri dan Kakung yang selalu mendukungku,

    Kekasihku tercinta yang selalu memberikan semangat dalam keadaan apapun,

    Kakak dan Adikku tersayang serta sahabat-sahabatku,

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, Maret 2010

    Penulis,

    Irene widya Ratna Utami

    vi

  • ABSTRAK

    Metode pengelompokan Fuzzy C-means (FCM) adalah metode

    mengelompokan data dengan meminimalkan total jarak pada masing-masing data terhadap pusat cluster. Tujuan pengelompokan (cluster) adalah untuk membagi sejumlah data menjadi beberapa kelompok yang memiliki kemiripan. Pada kondisi awal, pusat cluster ditentukan dengan cara membangkitkan bilangan random, kemudian menghitung fungsi objektif untuk memperoleh cluster yang optimum. Tiap-tiap titik data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat dengan galat yang telah ditentukan.

    Output dari Fuzzy C-means (FCM) bukan merupakan fuzzy inference

    system, namun merupakan deretan pusat cluster dan beberapa derajat keanggotaan untuk tiap-tiap titik data. Informasi ini dapat digunakan untuk membantu dalam melihat profil data dan mempresentasikan kelakuan dari suatu kelompok data

    ii

  • ABSTRACT

    Fuzzy C-means (FCM) clustering methods is a method of clustering data by minimizing the total distance in each cluster of data to the center. The objective of grouping (clustering) is to divide the amount of data into several groups that have similarities. In the initial conditions, the cluster center is determined by generating random numbers, then calculate the objective function to obtain the optimum of clustering. Each data point has a degree of membership for each cluster. By improving the cluster centers and the degree of membership of each data point, again, it will be seen that the cluster center will move to the right location with a predetermined error.

    The output of the Fuzzy C-means (FCM) is not a fuzzy inference system, but a row series of cluster centers and some degree of membership for each data point. This information can be used to assist in viewing the data profile and present the behavior of a group of data

    v

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

    berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak, akhirnya skripsi ini dapat

    terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Yosef Agung Cahyanta S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan

    Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si, M.Kom., selaku dosen pembimbing yang

    telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku Kaprodi Matematika

    yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

    4. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku Dosen Penguji tugas akhir yang

    telah memberikan masukan dan saran.

    5. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si, M.Si., selaku Dosen Penguji tugas akhir

    yang telah memberikan masukan dan saran.

    6. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, SJ., selaku Dosen Pembimbing akademik

    angkatan 2005 yang telah membimbing dan memberikan semangat selama

    menjalani proses akademik.

    7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.

    8. Bapak Zaerilus Tukija dan Ibu Erma Linda Santyas Rahayu yang telah

    memberikan pelayanan administrasi kepada penulis selama masa

    perkuliahan.

  • xi

    9. Bapak M. Andi Noordiawan selaku Branch Manager PT. FIF yang telah

    meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian.

    10. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan staf yang telah menyediakan

    fasilitas dan memberikan kemudahan kepada penulis selama masa

    perkuliahan.

    11. Kedua orang tuaku tercinta: Bapak Agus Slamet dan Ibu Theresia

    Ruminingsih yang dengan penuh cinta kasih telah memberikan semangat,

    saran dan dukungan kepada penulis dalam segala hal.

    12. Eyang Putri dan Eyang Kakungku terkasih dan tercinta: T.S Sukirman dan

    Lucia Roestinah yang sudah mau merawat penulis selama 18 tahun dengan

    penuh cinta kasih dan selalu memberikan semangat, dukungan, serta

    kepercayaan diri dalam segala hal.

    13. Arie Wibowo tercinta yang selalu mendampingi penulis dalam segala hal.

    14. Kakakku, Wiwit, Ratih, Mekar, adikku Sari, Fani, dan keponakanku Aurel

    serta keluarga besar T.S Sukirman yang telah memberikan doa dan dukungan

    kepada penulis.

    15. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberikan kebahagian selama

    proses akademik, khususnya Dedi ”si guru privat”, Zetho ”si Jenius”, Sisiria

    ”si perempuan Cina” yang selalu sabar dengan segala tingkah penulis, serta

    teman kos Benteng Lt 1, Siska, Mayan, Rani, Novi, Nila dan Wingga yang

    telah memberikan kehangatan dan dukungan kepada penulis.

    16. Seluruh Kakak angkatanku dan adik angkatanku

  • xii

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya

    sebutkan satu-persatu di sini.

    Yogyakarta, Maret 2010

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS ........................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi

    ABSTRAK ............................................................................................................. vii

    ABSTRACT .......................................................................................................... viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. ix

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

    C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3

    D. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3

    E. Manfaat Penulisan ............................................................................... 4

    F. Metode Penulisan ................................................................................ 4

    G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 4

    BAB II HIMPUNAN KABUR DAN ANALISIS CLUSTER................................. 7

    xiii

  • A. Himpunan Kabur ................................................................................. 7

    1. Definisi Himpunan Kabur .............................................................. 7

    2. Fungsi Keanggotaan ....................................................................... 11

    3. Operasi Baku pada Himpunan Kabur ............................................. 13

    4. Relasi Kabur..................................................................................... 17

    5. Ukuran Kabur.................................................................................. 20

    6. Indeks Kekeburan............................................................................ 21

    B. Analisis Cluster.................................................................................... 22

    1. Metode-metode dalam Analisis Cluster .................................. 26

    BAB III PENGELOMPOKAN KABUR DENGAN METODE FUZZY C-MEANS 34

    A. Pembangkit Bilangan Random........................................................... 34

    B. Partisi Kabur ...................................................................................... 37.

    C. Konsep Pengelompokan Kabur (Fuzzy Clustering)............................. 38

    D. Pengelompokan Kabur Dengan Metode C-Means .............................. 40

    E. Algoritma Fuzzy C-Means................................................................... 47

    BAB IV APLIKASI DAN ANALISIS……………………................................... 61

    A. Gambaran Umum Dan Sejarah Singkat Perusahaan............................. 61

    B. Pengelompokan Kabur dengan Metode Fuzzy C-Means ...................... 62

    1. Aplikasi Fuzzy C-Means .................................................................. 63

    2. Contoh Kasus .......................................... ......................................... 69

    BAB V PENUTUP .................................................................................................. 76

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 76

    B. Saran ..................................................................................................... 78

    xiv

  • DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 79

    LAMPIRAN ............................................................................................................. 80

    xv

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Di kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai pengelompokan

    suatu objek, baik berupa benda atau suatu data. Biasanya objek-objek tersebut hanya

    dianalisis menurut perkiraan subjektif, sehingga kenampakan suatu objek yang

    diamati oleh seseorang tidak akan persis sama dengan kenampakan menurut orang

    lain yang juga mengamati objek tersebut. Sebagai contoh, dalam penerimaan

    kredit motor sebelumnya akan dianalisis dengan menggunakan 5 C yaitu

    Characteristic, Capacity, Capital, Condition, and Colateral. Pada setiap lembaga

    kredit memiliki karakteristik yang berbeda dalam pengambilan keputusan.

    Misalkan suatu lembaga kredit A menitikberatkan pada analisis Capital, maka

    akan dibentuk dua kelompok penerima kredit motor berdasarkan banyaknya

    pendapatan bulanan dan harga motor yang diambil, yaitu penerima kredit dengan

    pendapatan bulanan kurang dari Rp 1.000.000 dan lebih dari Rp 1.000.000. Pada

    kelompok pendapatan bulanan kurang dari Rp 1.000.000 cenderung memilih

    motor dengan harga murah, tidak memperhatikan model motor. Sedangkan

    pendapatan bulanan lebih dari Rp 1.000.000 memiliki ciri sebaliknya.

    Berdasarkan ilustrasi di atas diperlukan teknik untuk mengelompokan objek-objek

    ke dalam kelompok yang anggota-anggotanya adalah objek-objek yang memiliki

    kemiripan karakteristik atau variabel yang diteliti secara bersama-sama. Suatu

  • 2

    informasi yang didapatkan dari hasil pengelompokkan dapat digunakan dalam

    pemodelan kabur (fuzzy).

    Pada ilustrasi di atas dapat diidentifikasi dengan aturan-aturan fuzzy. Salah

    satu cara untuk menentukan pengelompokan kabur adalah menggunakan metode

    fuzzy c-means. Dengan metode ini suatu himpunan dikelompokkan menjadi c

    buah himpunan bagian kabur, masing-masing disebut cluster, yang membentuk

    suatu partisi kabur sedemikian sehingga untuk setiap k = 1,2,…,n, 11

    =∑=

    c

    iikμ

    dan 0 < < n untuk setiap i = 1,2,…,c. Misalkan ∑=

    c

    kik

    1μ { }nxxxX ,...,, 21= adalah

    himpunan data yang diselidiki, konsep dasar fuzzy c-means, menentukan pusat

    cluster yang akan menandai lokasi rata-rata untuk tiap-tiap cluster. Pada

    kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap-tiap titik data memiliki

    derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat

    cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara berulang, maka akan

    dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat.

    Perulangan ini didasarkan pada minimisasi fungsi objektif yang

    menggambarkan jarak dari titik data yang diberikan ke pusat cluster yang terbobot

    oleh derajat keanggotaan titik data tersebut.

    iv

    tP

    B. Rumusan Masalah

    Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

    1. Bagaimana membuat pengelompokan kabur dengan metode fuzzy c-

    means?

  • 3

    2. Bagaimana menerapkan pengelompokan kabur dengan metode Fuzzy C-

    Means pada masalah nyata studi kasus pada PT. FIF Cabang Cilacap?

    C. Pembatasan Masalah

    Dalam skripsi ini, penulis membahas tentang pengelompokan kabur dengan

    metode Fuzzy C-Means dan penggunaannya. Data penelitian yang digunakan

    hanya untuk kelompok data kreditor sepeda motor bermerk Honda D Supra X

    dengan sample berjumlah 100 kreditor, variabel yang dijadikan acuan

    pengelompokan menurut analisis Capital, yaitu pendapatan bulanan, pengeluaran

    bulanan, harga barang, uang muka, besarnya angsuran bulanan, dan lama

    angsuran bulanan. Dalam skripsi ini tidak membahas fuzzy inference system

    sebagai outputnya.

    D. Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

    1. Menghasilkan pengelompokan kabur dengan metode fuzzy c-means.

    2. Mengerti penggunaan pengelompokan kabur dengan metode Fuzzy C-

    Means

    3. Menerapkan pengelompokan kabur dengan metode Fuzzy C-Means pada

    data penerima kredit sepeda motor PT. FIF Cabang Cilacap.

    E. Manfaat Penulisan

    Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

  • 4

    1. Membantu menghasilkan penerapan pengelompokan kabur dengan

    metode Fuzzy C-Means.

    2. Membantu berbagai pihak khususnya PT. FIF Cabang Cilacap dalam

    menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan pengelompokan

    kabur dengan metode Fuzzy C-Means.

    F. Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi pustaka, yaitu

    dengan mempelajari beberapa bagian dari buku acuan yang berkaitan dengan

    topik tugas akhir dan bantuan komputer dalam pengaplikasiannya dengan

    menggunakan program Matlab 7.0.1.

    G. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    B. Rumusan Masalah

    C. Pembatasan Masalah

    D. Tujuan Penulisan

    E. Manfaat Penulisan

    F. Metode Penulisan

    G. Sistematika Penulisan

    BAB II HIMPUNAN KABUR DAN ANALISIS CLUSTER

  • 5

    A. Himpunan Kabur

    1. Definisi Himpunan Kabur

    2. Fungsi Keanggotaan

    3. Operasi Baku pada Himpunan Kabur

    4. Relasi Kabur

    5. Ukuran Kabur

    6. Indeks Kekaburan

    B. Analisis Cluster

    BAB III PENGELOMPOKAN KABUR DENGAN METODE FUZZY

    C-MEANS

    A. Pembangkitan Bilangan Random

    B. Partisi Kabur

    C. Konsep Pengelompokan Kabur (Fuzzy Clustering)

    D. Pengelompokan Kabur dengan Metode Fuzzy C-Means

    E. Algoritma Fuzzy C-means

    BAB IV APLIKASI DAN ANALISIS

    A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Perusahaan

    B. Pengelompokan Kabur dengan Metode Fuzzy C-Means

    1. Aplikasi Fuzzy C-Means

    2. Contoh Kasus

  • 6

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran

  • BAB II

    HIMPUNAN KABUR DAN ANALISIS CLUSTER

    A. Himpunan Kabur

    1. Definisi Himpunan Kabur

    Himpunan kabur merupakan perluasan dari konsep himpunan tegas, yaitu

    himpunan yang terdefinisi secara tegas dalam arti bahwa untuk setiap elemen dalam

    semestanya selalu dapat ditentukan secara tegas apakah ia merupakan anggota dari

    himpunan itu atau tidak. Dalam kenyataannya tidak semua himpunan yang kita

    jumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara demikian itu, misalnya

    himpunan orang yang tinggi, himpunan mahasiswa pandai, dan sebagainya. Pada

    himpunan mahasiswa pandai, misalnya, tidak dapat ditentukan secara tegas apakah

    seorang mahasiswa itu pandai atau tidak. Kalau misalnya didefinisikan bahwa

    “mahasiswa pandai” adalah mahasiswa yang mendapat indeks prestasi lebih besar

    atau sama dengan 3,5, maka mahasiswa yang mendapat indeks prestasi 3,45 menurut

    definisi tersebut termasuk mahasiswa yang tidak pandai. Sulit rasanya menerima

    bahwa mahasiswa yang indeks prestasinya 3,45 itu tidak termasuk mahasiswa pandai.

    Untuk mengatasi permasalahan himpunan dengan batas yang tidak tegas itu,

    Zadeh mengaitkan himpunan semacam itu dengan suatu fungsi yang menyatakan

    derajat kesesuaian unsur-unsur dalam semestanya dengan konsep yang merupakan

    syarat keanggotaan himpunan tersebut. Fungsi itu disebut fungsi keanggotaan dan

  • 8

    nilai fungsi itu disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam himpunan itu, yang

    selanjutnya disebut himpunan kabur. Derajat keanggotaan dinyatakan dengan suatu

    bilangan real dalam selang tertutup [0, 1]. Dengan perkataan lain, fungsi keanggotaan

    dari suatu himpunan kabur A~ dalam semesta X adalah pemetaan A~μ dari X ke selang

    [0, 1], yaitu ]1,0[:~ →XAμ . Nilai fungsi A~μ (x) menyatakan derajat keanggotaan

    unsur x ∈ X dalam himpunan kabur A~ .

    Definisi 2.1

    Secara matematis suatu himpunan kabur A~ dalam semesta X dapat dinyatakan

    sebagai himpunan pasangan terurut

    }|))(,{(~ ~ XxxxA A ∈= μ (2.1)

    di mana A~μ adalah fungsi keanggotaan dari himpunan kabur A~ , yang merupakan

    suatu pemetaan dari himpunan semesta X ke selang tertutup [0, 1]. Apabila semesta

    X adalah himpunan yang kontinu, maka himpunan kabur A~ seringkali dinyatakan

    dengan

    ∫∈

    =Xx

    A xxA /)(~

    ~μ (2.2)

    di mana lambang di sini bukan lambang integral seperti yang dikenal dalam

    kalkulus, tetapi melambangkan keseluruhan unsur-unsur

    Xx∈ bersama dengan

  • 9

    derajat keanggotaannya dalam himpunan kabur A~ . Apabila semesta X adalah

    himpunan yang diskret, maka himpunan kabur A~ seringkali dinyatakan dengan

    ∑∈

    =Xx

    A xxA /)(~

    ~μ (2.3)

    di mana lambang di sini tidak melambangkan operasi penjumlahan seperti yang

    dikenal dalam aritmatika, tetapi melambangkan keseluruhan unsur-unsur

    Xx∈

    bersama dengan derajat keanggotaannya dalam himpunan kabur A~ .

    Contoh 2.1

    Dalam semesta X = {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}, misalkan himpunan kabur

    A~ adalah himpunan bilangan real yang dekat dengan nol. Maka

    ∑∈

    =Xx

    A xxA /)(~

    = 0.1 / -4 + 0.3 / -3 + 0.5 / -2 + 0.7 / -1 + 1 / 0 + 0.7 / 1 + 0.5 / 2 + 0.3 / 3 + 0.1

    / 4.

    Dua buah himpunan kabur A~ dan B~ dalam semesta X dikatakan sama, dengan

    lambang A~ = B~ , bila dan hanya bila

    )()( ~~ xx BA μμ = (2.4)

    untuk setiap x ∈ X. Himpunan kabur A~ dikatakan merupakan himpunan bagian dari

    himpunan kabur B~ , dengan lambang A~ ⊆ B~ , bila dan hanya bila

  • 10

    )()( ~~ xx BA μμ ≤ (2.5)

    untuk setiap x ∈ X. Jadi A~ = B~ bila dan hanya bila A~ ⊆ B~ dan B~ ⊇ A~ .

    Definisi 2.2

    Pendukung (support) dari suatu himpunan kabur A~ , yang dilambangkan

    Pend( A~ ) adalah himpunan tegas yang memuat semua unsur dari semesta yang

    mempunyai derajat keanggotaan taknol dalam A~ , yaitu

    Pend( A~ ) = {x ∈ X | )(~ xAμ > 0}. (2.6)

    Definisi 2.3

    Tinggi (height) dari suatu himpunan kabur A~ , yang dilambangkan dengan

    Tinggi( A~ ), didefinisikan sebagai

    Tinggi( A~ ) = )}.({sup ~ xAXxμ

    ∈ (2.7)

    Himpunan kabur yang tingginya sama dengan 1 disebut himpunan kabur normal,

    sedangkan himpunan kabur yang tingginya kurang dari 1 disebut himpunan kabur

    subnormal.

  • 11

    Definisi 2.4

    Untuk suatu bilangan ],1,0[∈α potongan-α lemah dari suatu himpunan kabur

    A~ , yang dilambangkan dengan , adalah himpunan tegas yang memuat semua

    elemen dari semesta dengan derajat keanggotaan dalam

    αA

    A~ yang lebih besar atau

    sama dengan α , yaitu

    }.)(|{ ~ αμα ≥∈= xXxA A (2.8)

    Sedangkan potongan-α kuat dari himpunan kabur A~ adalah himpunan tegas

    }.)(|{ ~ αμα >∈=′ xXxA A (2.9)

    Suatu himpunan kabur dalam semesta ℝn disebut konveks bila untuk setiap ]1,0(∈α

    potongan-α dari himpunan kabur itu adalah himpunan (tegas) yang konveks.

    2. Fungsi Keanggotaan

    Setiap himpunan kabur dapat dinyatakan dengan suatu fungsi keanggotaan. Ada

    beberapa cara untuk menyatakan himpunan kabur dengan fungsi keanggotaannya.

    Untuk semesta hingga diskret biasanya dipakai cara daftar, yaitu daftar angota-

    anggota semesta bersama derajat keanggotaannya, seperti misalnya diberikan dalam

    Contoh 2.1.

    Untuk semesta takhingga yang kontinu, cara yang paling sering digunakan adalah

    cara analitik untuk menyatakan fungsi keanggotaan himpunan kabur yang

  • 12

    bersangkutan dalam bentuk suatu formula matematis yang dapat disajikan dalam

    bentuk grafik.

    Contoh 2.2

    Himpunan kabur A~ adalah bilangan real yang dekat dengan 2 dapat dinyatakan

    dengan menggunakan fungsi keanggotaan sebagai berikut:

    x – 1 untuk 1 ≤ x ≤ 2

    3 – x untuk 2 ≤ x ≤ 3

    0 untuk lainnya

    yang grafiknya adalah sebagai berikut

    =)(~ xAμ

    0

    0.5

    1

    1 1.5 2 2.5 3R

    Gambar 2.1

    Kebanyakan himpunan kabur berada dalam semesta himpunan semua

    bilangan real dengan fungsi keanggotaan yang dinyatakan dalam bentuk suatu

    formula yang matematis.

    a. Fungsi keanggotaan segitiga

  • 13

    Suatu fungsi keanggotaan himpunan kabur disebut fungsi keanggotaan

    segitiga jika memilikai tiga buah parameter, yaitu ∈cba ., ℝ dengan cba

  • 14

    Definisi 2.6

    Gabungan dua buah himpunan kabur A~ dan B~ adalah himpunan kabur BA ~~ ∪

    dengan fungsi keanggotaan

    =∪

    )(~~ xBAμ max )}(),({ ~~ xx BA μμ

    untuk setiap x ∈ X.

    Definisi 2.7

    Irisan dua buah himpunan kabur A~ dan B~ adalah himpunan kabur BA ~~ ∩

    dengan fungsi keanggotaan

    =∩

    )(~~ xBAμ min )}(),({ ~~ xx BA μμ

    untuk setiap x ∈ X.

    Contoh 2.3

    Misalkan dalam semesta X = {-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} diketahui

    himpunan-himpunan kabur A~ = 0.3 / -3 + 0.5 / -2 + 0.7 / -1 + 1 / 0 + 0.7 / 1 + 0.5 / 2

    + 0.3 / 3 dan B~ = 0.1 / -1 + 0.3 / 0 + 0.8 / 1 + 1 / 2 + 0. 7 / 3 + 0.4 / 4 + 0.2 / 5, maka

    A ′~ = 1 / -4 + 0.7 / -3 + 0.5 / -2 + 0.3 / -1 + 0.3 / 1 + 0.5 / 2 + 0.7 / 3 + 1 / 4 + 1

    / 5 + 1 / 6

    BA ~~ ∪ = 0.3 / -3 + 0.5 / -2 + 0.7 / -1 + 1 / 0 + 0.8 / 1 + 1 / 2 + 0.7 / 3 + 0.4 / 4 +

    0.2 / 5

    BA ~~ ∩ = 0.1 / -1 + 0.3 / 0 + 0.7 / 1 + 0.5 / 2 + 0.3 / 3.

  • 15

    Definisi 2.8

    Suatu pemetaan ]1,0[]1,0[]1,0[: →×k disebut komplemen kabur jika memenuhi

    aksioma-aksioma sebagai berikut:

    a. k (0) = 1 dan k(1) = 0 (syarat batas)

    b. Jika yx < maka untuk semua )()( ykxk ≥ ]1,0[, ∈yx (syarat taknaik)

    Definisi 2.9

    Suatu pemetaan ]1,0[]1,0[]1,0[: →×s disebut gabungan kabur (norma-s) jika

    memenuhi aksioma-aksioma sebagai berikut:

    a. dan s(1, 1) = 1 (syarat batas) xxsxs == ),0(),0(

    b. (syarat komutatif) ),(),( xysyxs =

    c. Jika dan xx ′≤ yy ′≤ , maka ),(),( yxsyxs ′′≤ (syarat takturun)

    d. (syarat asosiatif) )),(,()),,(( zysxszyxss =

    Operasi max{x, y} untuk ]1,0[, ∈yx merupakan suatu contoh dari norma-t:

    a. max{0, x} = max{x,0} = x dan max{1, 1} = 1 (syarat batas)

    b. max{x, y} = max{y, x} (syarat komutatif)

    c. Jika dan xx ′≤ yy ′≤ , maka max{x, y} ≤ max },{ yx ′′ (syarat takturun)

    d. max{max{x, y}, z} = max{x, max{y, z}} (syarat asosiatif)

  • 16

    Contoh norma-s lainnya misalnya adalah

    a. Jumlah Einstein : xyyxyxs je +

    +=

    1),(

    b. Jumlah drastis : ⎪⎩

    ⎪⎨

    ⎧==

    =lainnya jika 1

    0 xjikay 0 jikax

    ),(y

    yxs jd

    Definisi 2.10

    Suatu pemetaan ]1,0[]1,0[]1,0[: →×t disebut irisan kabur (norma-t) jika

    memenuhi aksioma-aksioma sebagai berikut:

    a. dan t(0, 0) = 0 (syarat batas) xxtxt == ),1()1,(

    b. (syarat komutatif) ),(),( xytyxt =

    c. Jika dan xx ′≤ yy ′≤ , maka ),(),( yxtyxt ′′≤ (syarat takturun)

    d. (syarat asosiatif) )),(,()),,(( zytxtzyxtt =

    Operasi min{x, y} untuk ]1,0[, ∈yx merupakan suatu contoh dari norma-t:

    a. min{x, 1} = min{1, x} = x dan min{0, 0} = 0 (syarat batas)

    b. min{x, y} = min{y, x} (syarat komutatif)

    c. Jika dan xx ′≤ yy ′≤ , maka min{x, y} ≤ min },{ yx ′′ (syarat takturun)

    d. min{min{x, y}, z} = min{x, min{y, z}} (syarat asosiatif)

    Contoh norma-t lainnya misalnya adalah

  • 17

    a. Darab aljabar : xyyxtda =),( .

    b. Darab Einstein : )(2

    ),(xyyx

    xyyxtde −+−=

    c. Darab drastis : ⎪⎩

    ⎪⎨

    ⎧==

    =lainnya jika 0

    1 xjikay 1 jikax

    ),(y

    yxtdd

    4. Relasi Kabur

    Relasi kabur R~ antara elemen-elemen dalam himpunan X dengan elemen-elemen

    dalam himpunan Y didefinisikan sebagai himpunan bagian kabur dari darab Cartesius

    X × Y, yaitu himpunan kabur

    }.),(|)),(),,{((~ ~ YXyxyxyxR R ×∈= μ (2.10)

    Relasi kabur R~ itu juga disebut relasi kabur pada himpunan (semesta) X × Y. jika

    X = Y, maka R~ disebut relasi kabur pada himpunan X.

    Contoh 2.4

    Misalkan X = {31, 78, 205}, Y = {1, 27, 119}, dan R~ adalah relasi kabur “jauh

    lebih besar” antara elemen-elemen dalam X dengan elemen-elemen dalam Y. Maka

    relasi R~ tersebut dapat disajikan sebagai

    R~ = 0.3 / (31, 1) + 0.1 / (31, 27) + 0.5 / (78, 1) + 0.3 / (78, 27) + 0.9 / (205, 1) +

    0.7 / (205, 27) + 0.4 / (205, 119).

  • 18

    Bila himpunan X dan Y keduanya berhingga, misalnya },,,{ 21 mxxxX L= dan

    , maka relasi kabur },,,{ 21 nyyyY L= R~ antara elemen-elemen dalam himpunan X

    dengan elemen-elemen dalam himpunan Y dapat dinyatakan dalam bentuk suatu

    matriks berukuran sebagai berikut nm ×

    ⎜⎜⎜⎜⎜

    =

    mia

    aa

    RM

    21

    11

    ~

    2

    22

    12

    ma

    aa

    M

    L

    L

    L

    ⎟⎟⎟⎟⎟

    mn

    n

    n

    a

    aa

    M

    2

    1

    di mana ),(~ jiRij yxa μ= untuk mi ,,2,1 L= dan .,,2,1 nj L= Bila X = Y, maka relasi

    kabur R~ pada himpunan X itu dapat disajikan dengan suatu matriks bujur-sangkar.

    Contoh 2.5

    Relasi kabur “jauh lebih besar” antara elemen-elemen dalam X dengan elemen-

    elemen dalam Y dalam Contoh 2.3.1 di atas dapat disajikan dalam bentuk matriks

    bujur-sangkar sebagai berikut:

    ⎜⎜⎜

    ⎛=

    9.05.03.0

    ~R 7.03.01.0

    ⎟⎟⎟

    4.00.00.0

    dengan elemen baris ke-i kolom ke-j dalam matriks tersebut menyatakan derajat

    keanggotaan dalam relasi ),( ji yx R~ itu, yaitu ),,(~ jiR yxμ di mana dan

    Xxi ∈

    .Yy j ∈

  • 19

    Definisi 2.11

    Himpunan semua himpunan bagian dari A disebut himpunan kuasa dari A, dan

    dinotasikan dengan }.|{)( AXXAP ⊆=

    Definisi 2.12

    Suatu fungsi tegas dikatakan dikaburkan bila fungsi tersebut diperluas

    menjadi fungsi , di mana F(X) dan F(Y) berturut-turut adalah

    himpunan kuasa kabur dari semesta X dan Y, yaitu himpunan semua himpunan kabur

    dalam X dan dalam Y.

    YXf →:

    )()(: YFXFf →

    Contoh 2.6

    Bilangan kabur “kurang lebih 6” dapat dinyatakan sebagai himpunan kabur 6~

    dengan fungsi keanggotaan segitiga sebagai berikut:

    0

    1

    6R

    Gambar 2.2. Bilangan kabur 6~

  • 20

    Definisi 2.13

    Misalkan A~ dan B~ adalah dua buah bilangan kabur dalam ℝ. Dengan Prinsip

    Perluasan dapat didefinisikan penjumlahan A~ dan B~ , yaitu BA ~~ + , sebagai bilangan

    kabur dalam ℝ dengan fungsi keanggotaan

    ),(sup)( ~~~~ yxz BAzyx

    BA ×=+

    += μμ

    = )}(),(min{sup ~~ yx BAzyx

    μμ=+

    .

    Demikian pula operasi perkalian bilangan kabur A~ dan B~ , yaitu BA ~~ ⋅ , adalah

    bilangan kabur dalam ℝ dengan fungsi keanggotaan

    )}(),(min{sup)( ~~~~ yxz BAzxy

    BA μμμ=

    ⋅= .

    5. Ukuran Kabur (Fuzzy Measure)

    Ukuran kabur menunjukkan derajat kekaburan dari himpunan kabur. Secara

    umum ukuran kekaburan dapat dinyatakan sebagai suatu pemetaan :

    RXf →Ρ )(:

    dengan adalah himpunan kuasa dari X. adalah suatu fungsi yang

    memetakan himpunan bagian

    )(XΡ )~(Af

    A~ ke karakteristik derajat kekaburannya.

    Dalam mengukur nilai kekaburan, fungsi f harus mengikuti hal-hal sebagai

    berikut :

    1. jika dan hanya jika 0)~( =Af A~ adalah himpunan tegas

  • 21

    2. jika dan hanya jika 1)~( =Af A~ adalah himpunan yang paling kabur, yaitu

    5,0)(~ =xAμ untuk setiap Xx∈

    3. Jika BA ~~ < maka yang berarti )~()~( BfAf ≤

    )()( xx BA μμ ≤ , jika 5,0)( ≤xBμ dan

    )()( xx BA μμ ≥ , jika 5,0)( ≥xBμ

    4. untuk setiap )'~()~( AfAf = )(~ XPA∈

    Contoh 2.7

    Misalkan pada semesta X = {1,2,3,4,5,6,7} diketahui himpunan kabur A~ = 0.3/1 +

    0.6/2 + 0.8/3 + 0.9/4 + 0.8/5 + 0.4/6 + 0.2/7. Dengan definisi ukuran kekaburan f di

    atas ,derajat kekaburan dari himpunan kabur A~ adalah = 0.2. jika diketahui

    pula himpunan kabur

    )~(Af

    B~ = 0.3/1 + 0.5/2 + 0.7/3 + 0.8/4 + 0.8/5 + 0.4/6 + 0.3/7, maka

    jelas bahwa A~ kurang kabur dari B~ dan = 0.4, yaitu )~(Bf )~()~( BfAf ≤

    6. Indeks Kekaburan

    Indeks kekaburan adalah jarak antara suatu himpunan kabur A~ dengan himpunan

    tegas C yang terdekat. Himpunan tegas C terdekat dari himpunan kabur A~

    dinotasikan sebagai berikut :

    1. 0)( =xCμ jika 5,0)(~ ≤xAμ

  • 22

    2. 1)( =xCμ jika 5,0)(~ ≥xAμ

    Ada 3 kelas yang paling sering digunakan dalam mencari indeks kekaburan, yaitu :

    a. Jarak Hamming

    ∑ −= |)()(|)( xxAf CA μμ atau

    ∑ −= |)(1),(|min)( xxAf AA μμ

    b. Jarak Euclidean

    { } 2/12))()(()( ∑ −= xxAf CA μμ

    c. Jarak Minkowski

    ( ){ } wwCA xxAf /1)()()( ∑ −= μμ

    dengan [ ]∞∈ ,1w

    B. Analisis Cluster

    Analisis cluster merupakan suatu alat analisis yang berguna untuk meringkas data

    yang dapat dilakukan dengan jalan mengelompokkan objek-objek berdasarkan

    kesamaan karakteristik tertentu di antara objek-objek yang hendak diteliti. Kesamaan

    tersebut dinyatakan dalam ukuran similaritas atau disimilaritas.

    Pembentukan kelompok-kelompok observasi berdasarkan jarak, objek yang mirip

    seharusnya berada dalam kelompok yang sama dan sebaliknya objek yang

    mempunyai banyak perbedaan berada dalam kelompok yang berbeda. Pembentukan

  • 23

    kelompok tersebut akan diikuti dengan terjadinya pengelompokan yang menunjukkan

    kedekatan kesamaan antar objek.

    Berikut ini contoh kasus sederhana yang dapat dipakai sebagai ilustrasi

    bagaimana analisis cluster bekerja. Gambar berikut menunjukkan contoh data yang

    akan dilakukan klasterisasi

    Gambar 2.3. Data sebelum dicluster

    Jika data dilakukan clustering (pengelompokkan) berdasarkan warna, maka

    pengelompokkannya seperti yang terlihat pada gambar berikut

    Gambar 2.4. Cluster berdasarkan similaritas (kesamaan) warna

  • 24

    Jika data dilakukan clustering (pengelompokkan) berdasarkan bentuk, maka

    pengelompokkannya dapat dilihat seperti gambar berikut

    Gambar 2.4. Cluster berdasarkan similaritas (kesamaan) bentuk

    Analisis cluster akan mengelompokkan objek penelitian ke dalam kelompok-

    kelompok berdasarkan variabel-variabel tersebut sedemikian hingga kelompok yang

    terbentuk akan memuat objek-objek yang seragam di dalamnya, sedangkan antar

    kelompok akan dapat dilihat karakteristik (variabel) apa yang membedakannya.

    Data objek yang akan diteliti dapat ditampilkan dalam bentuk matriks

    dengan n banyaknya objek dan d banyaknya variabel. nxdX

  • 25

    ⎟⎟⎟⎟⎟

    ⎜⎜⎜⎜⎜

    =

    ndnn

    d

    d

    xxx

    xxxxxxd

    L

    MMM

    L

    L

    L

    21

    22221

    11211

    21variabel

    X

    nM

    obyek21

    Kemiripan antara objek-objek yang diteliti dapat dideskripsikan sebagai

    matriks . nxnD

    ⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

    ⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

    =

    nnnn

    n

    ddd

    dddd

    KKK

    MOMM

    MOMM

    MOMM

    MM

    KKK

    21

    22

    11211

    D

    Matriks D berisi ukuran similaritas atau disimilaritas antara n objek. Ukuran

    disimilaritas yang paling umum untuk mengukur dekatnya dua titik adalah

    metrik dengan pemetaan RΔ d x Rd onto R1 dan memenuhi aksioma berikut :

    a. , untuk semua x dan y di R0),( ≥Δ yx d.

    b. jika dan hanya jika 0),( =Δ yx yx = .

    c. untuk semua x dan y di R),(),( xyyx Δ=Δ d.

    d. ),(),(),( zyzxyx Δ+Δ≤Δ untuk semua x, y dan z di Rd.

  • 26

    Ukuran tersebut dinyatakan dalam jarak dua objek yang pengukurannya dapat

    menggunakan norma berikut

    Norma L2 yang terkenal dengan nama jarak Euclidean

    21

    1

    2

    2 ⎭⎬⎫

    ⎩⎨⎧

    −=−= ∑=

    p

    kjkikjiij xxxxd (2.11)

    1. Metode-Metode Dalam Analisis Cluster

    Ada banyak metode yang digunakan dalam analisis cluster, pada umumnya dibagi

    dua, yaitu hierarchical cluster dan nonhierarchical cluster. Metode yang termasuk

    dalam hierarchical cluster adalah metode agglomerative ( agglomerative method )

    dan metode divisif ( divisive method ). Metode ketergantungan ( linkage method ) di

    antaranya yaitu, metode ketergantungan tunggal ( Single linkage method ) atau dalam

    SPSS disebut nearest neighbour, metode ketergantungan lengkap ( complete linkage )

    atau dalam SPSS disebut farthest neighbour, metode centroid (centroid method ),

    metode varians ( variance method ) yang umum digunakan adalah metode Ward’s,

    sedangkan metode yang termasuk dalam nonhierarchical cluster adalah sequential

    threshold, paralel threshold dan optimizing partitioning. Hubungan antara metode-

    metode dalam analisis cluster tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut :

  • 27

    Diagram 2.1. Hubungan antara metode-metode dalam analisis cluster

    Metode Nonhierarchical

    Tujuan yang akan dicapai dalam metode ini adalah untuk meminimalkan

    total variansi antar cluster (minimize total intra-cluster variance) atau fungsi

    kuadrat kesalahan (squared error function), yaitu

    (2

    1∑ ∑= ∈

    −=k

    i Cxij

    ij

    xE μ ) (2.12)

    di mana iμ merupakan centroid dari semua objek ij Cx ∈ .

    Input dari metode k-means ada dua, pertama data yang berisi n objek dan d

    variabel serta yang kedua k (jumlah cluster). Output dari metode k-means

    adalah himpunan k cluster. Langkah dasar metode ini sederhana, awalnya

    menentukan k dan mengasumsikan centroid dari cluster-cluster tersebut.

  • 28

    Objek manapun dapat dipilih secara acak sebagai centroid awal atau objek

    pada urutan pertama juga bisa dipakai sebagai centroid awal, kemudian

    algoritma k-means akan melalui tiga tahap yang diulang-ulang secara

    berurutan sampai stabil (tidak ada objek yang berpindah-pindah cluster). Tiga

    tahap tersebut adalah :

    1). Menentukan centroid.

    2). Menentukan jarak dari setiap objek ke centroid.

    3). Mengelompokkan objek berdasarkan jarak minimum.

    Contoh 2.10

    Diketahui empat macam obat yang mempunyai dua variabel, yaitu indeks

    berat dan pH. Empat macam obat tersebut akan dikelompokkan

    menjadi 2 berdasarkan indeks berat dan pH. )2( =k

    Obat Indeks Berat Ph A 1 1 B 2 1 C 4 3 D 5 4

    Data yang akan dikelompokkan

    Dari tabel di atas, diperoleh matriks jarak dengan menggunakan jarak

    Euclidean (2.11), yaitu

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    24.483.201561.310

    11D

  • 29

    Matriks tersebut digunakan pada iterasi 0. Misal, obat A dan obat B

    sebagai centroid yang pertama, yaitu ( )1,1=1c dan . ( )1,2=2c

    Gambar 2.10. Flowchart algoritma k-means

  • 30

    Gambar 2.11. Koordinat objek dari Tabel

    Gambar 2.12. Iterasi 0 pada proses K-means

    Setiap kolom di dalam matriks jarak merupakan objek. Baris pertama dari

    matriks jarak dapat disamakan dengan jarak dari setiap objek ke centroid

    yang pertama dan baris kedua adalah jarak dari setiap objek ke centroid

    kedua. Sebagai contoh, jarak obat ( )3,4C = ke centroid pertama ( )1,1=1c

  • 31

    adalah ( ) ( ) 61.31314 22 =−+− dan jarak ke centroid kedua ( )1,2=2c

    adalah ( ) ( ) 83.21324 22 =−+− .

    Langkah selanjutnya, setiap objek dikelompokkan berdasarkan jarak

    minimum, maka obat A ditempatkan ke dalam cluster pertama, obat B, C

    dan D pada cluster kedua.

    Iterasi 0 selesai, lanjut ke iterasi 1. Setelah mengetahui mengetahui

    anggota-anggota dari setiap cluster, centroid baru dapat dihitung

    berdasarkan keanggotaan yang baru tersebut. Cluster pertama hanya

    mempunyai satu anggota, maka centroid-nya tetap berada pada ( )1,1=1c .

    Cluster kedua mempunyai 3 anggota, maka centroid-nya berubah, yaitu

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛=⎟

    ⎠⎞

    ⎜⎝⎛ ++++=

    38,

    311

    3431,

    3542

    2c . Langkah selanjutnya adalah

    menghitung jarak dari semua objek ke centroid yang baru. Caranya mirip

    menghitung matriks D11, diperoleh

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    89.147.036.214.3561.310

    12D .

  • 32

    0 1 2 3 4 5 6

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    pH

    Indeks Berat

    Obyekcentroid

    Garis pemisah cluster

    Gambar2.13. Iterasi 0 pada proses K-means

    Lalu mengelompokkan setiap objek berdasarkan jarak minimum pada

    matriks D12. Berdasarkan matriks tersebut, obat B dipindahkan ke dalam

    cluster pertama, sementara objek yang lain tetap berada pada cluster yang

    sudah ditentukan pada iterasi 0.

    Iterasi 1 selesai, lanjut ke iterasi 2. Centroid yang baru dihitung kembali

    berdasarkan pengelompokkan dari iterasi 1. Cluster pertama dan kedua,

    masing-masing mempunyai dua anggota, maka centroid-centroid-nya

    berubah, yaitu ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛=⎟

    ⎠⎞

    ⎜⎝⎛ ++= 1,

    211

    211,

    221

    1c dan

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛=⎟

    ⎠⎞

    ⎜⎝⎛ ++=

    213,

    214

    243,

    254

    2c dan diperoleh matriks jarak yang baru

    adalah

  • 33

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    71.071.054.330.461.420.350.050.0

    13D

    Gambar 2.14. Iterasi 2 pada proses K-means

    Berdasarkan matriks D13, hasil pengelompokkan sama pada iterasi 1,

    sehingga pada iterasi 2 objek-obj ek tidak ada yang berpindah cluster.

    Oleh karena itu, perhitungan pengelompokkan k-means telah mencapai

    kestabilan dan berhenti pada iterasi 2. Hasil akhir pengelompokkan dari

    data tabel di atas adalah

    Tabel 2.3. Data hasil pengelompokan

    Obat Indeks Berat pH Cluster

    A 1 1 1 B 2 1 1 C 4 3 2 D 5 4 2

  • BAB III

    PENGELOMPOKAN KABUR DENGAN METODE FUZZY C-MEANS

    A. Pembangkit Bilangan Random

    Bilangan random adalah suatu bilangan yang diambil dari sekumpulan

    bilangan, dimana tiap-tiap elemen dari kumpulan bilangan ini mempunyai peluang

    yang sama untuk terambil. Berdasarkan pada tingkat kesulitan untuk memprediksi

    bilangan yang akan dibangkitkan selanjutnya maka bilangan random dibagi

    menjadi dua yaitu bilangan random sepenuhnya (Trully Random) dan bilangan

    random semu (Pseudo-Random). Didalam skripsi ini hanya akan digunakan

    bilangan random pseudo.

    Dalam sistem nyata, adanya faktor keacakan menyebabkan sesuatu tidak

    dapat sepenuhnya dapat diramalkan. Dalam metode Monte Carlo faktor keacakan

    dimasukkan kedalam model dengan melibatkan satu atau lebih variabel random.

    Sebuah metode untuk membangkitkan bilangan random dikatakan baik

    jika bilangan random yang dihasilkan memenuhi sifat keacakan, saling bebas,

    memenuhi distribusi statistik yang diharapkan, dan dapat direproduksi. Selain itu

    pembangkit tersebut harus mampu bekerja dengan cepat dan hanya memerlukan

    sedikit kapasitas memori.

    Banyak metode yang telah dikembangkan untuk menghasilkan bilangan

    random yang baik. Metode yang digunakan saat ini adalah metode yang

    melibatkan prosedur deterministik. Walaupun barisan bilangan random yang

    dihasilkan dapat memenuhi sifat keacakan yang baik, namun bilangan-bilangan

  • 35

    tersebut tidaklah sepenuhnya acak, sehingga seringkali disebut sebagai bilangan

    random semu (pseudorandom number).

    Bilangan random pseudo adalah kumpulan bilangan yang dihasilkan

    menggunakan algoritma yang menerapkan rumus matematika untuk menghasilkan

    bilangan yang terlihat acak. Salah satu algoritma untuk pembangkitan bilangan

    random pseudo adalah pembangkit kesebangunan (Congruential generator).

    Metode ini diperkenalkan oleh lehmer (1951) yaitu dengan menggunakan formula

    rekursif berdasarkan perhitungan sisa modulo suatu bilangan bulat dari

    transformasi linear. Metode ini memerlukan penentuan awal empat bilangan non

    negatif a, b, x0, dan m. dalam hal ini x0 berfungsi sebagai nilai awal (seed).

    Kemudian nilai x1 dapat dicari secara iteasif melalui formula:

    )( 1 baxx nn += − mod m

    Dengan,

    nx =bilangan random ke n

    1−nx =bilangan random ke 1−n

    m = angka modulo

    a dan b merupakan konstanta , dengan a adalah faktor pengali dan b

    adalah increment factor.

    Bentuk alternatif metode ini adalah dengan mengambil b=0 sehingga

    formula yang digunakan adalah

    1−= nn axx mod m

  • 36

    Walaupun metode ini secara lengkap deterministik, namun dengan

    pemilihan nilai yang tepat untuk parameter-parameter yang dibutuhkan dapat

    menghasilkan rangkaian bilangan acak dengan sifat acak yang baik.

    Contoh 3.1.

    Membangkitkan bilangan random sebanyak 8 kali dengan a = 2, b = 7, m = 10 dan

    x(0) = 2.

    Jawab :

    X(1) = (2(2) + 7) mod 10 = 1

    X(2) = (2(1) + 7) mod 10 = 9

    X(3) = (2(9) + 7) mod 10 = 5

    X(4) = (2(5) + 7) mod 10 = 7

    X(5) = (2(7) + 7) mod 10 = 1

    X(6) = (2(1) + 7) mod 10 = 9

    X(7) = (2(9) + 7) mod 10 = 5

    X(8) = (2(5) + 7) mod 10 = 7

    Bilangan yang dibangkitkan adalah : 1, 9, 5, 7, 1, 9, 5, 7

    Didalam komputer bilangan random yang dibangkitkan adalah bilangan

    random pseudo. Disini akan digunakan program Matlab untuk membangkitkan

    bilangan random pseudo berdistribusi tertentu. Pada Tabel 3.1 berikut akan

    ditunjukkan dua himpunan yang terdiri dari sepuluh bilangan. Bilangan-bilangan

    ini diperoleh dengan membangkitkan bilangan random pseudo dengan

  • 37

    menggunakan fungsi rand dan randn pada Matlab untuk memperoleh sampel

    U(0,1) dan N(0,1).

    Tabel 3.1 sepuluh bilangan random pseudo berdistribusi U(0,1) dan N(0,1)

    U(0,1) N(0,1)

    0.3929 0.9085

    0.6398 -2.2207

    0.7245 -0.2391

    0.6953 0.0687

    0.9058 -2.0202

    0.9429 -0.3641

    0.6350 -0.0813

    0.1500 -1.9797

    0.4741 0.7882

    0.9663 0.7366

    Dapat dilihat pada Tabel 3.1 bahwa dugaan sampel U(0,1) tersebar dalam

    interval (0,1), sedangkan dugaan sampel N(0,1) berada disekitar nol.

    B. Partisi Kabur (Fuzzy Partition)

    Konsep partisi kabur (fuzzy partition) sangatlah penting untuk analisis cluster

    dan digunakan juga untuk mengidentifikasi teknik yang didasarkan pada

    pengelompokan kabur (fuzzy clustering).

  • 38

    Jika pada matriks, suatu data secara eksklusif menjadi anggota hanya pada

    satu cluster saja, tidak demikian halnya dengan partisi kabur. Pada partisi kabur,

    nilai keanggotaan suatu data pada suatu cluster ikμ , dengan ;

    dimana n banyaknya data, terletak pada interval

    ni ,...,3,2,1=

    ck ,....,3,2,1= [ ]1,0 .

    Definisi 3.1

    Misalkan himpunan berhingga, adalah himpunan semua

    matriks berukuran adalah bilangan bulat. Matriks

    { nxxX ,...,1= } cnV

    nc× [ ] cnik VU ∈= μ~ disebut

    partisi-c kabur. Matriks partisi pada partisi kabur memenuhi kondisi sebagai

    berikut :

    [ ] nkciik ≤≤≤≤∈ 1,1,1,0μ (3.1)

    ; 1≤ k ≤ n (3.2) ∑=

    =c

    iik

    11μ

    0 < < n; 1≤ i ≤ c (3.3) ∑=

    N

    kik

    Baris ke-i pada matriks partisi U~ berisi nilai keanggotaan data dari himpunan

    bagian kabur Ai. Jumlah derajat keanggotaan setiap data pada semua cluster

    (jumlah setiap kolom) bernilai 1

    C. Konsep Pengelompokan Kabur (Fuzzy Clustering)

    Tujuan pengelompokan (cluster) adalah untuk membagi bermacam-macam

    kelompok ke sejumlah sub kelompok yang memiliki kemiripan. Objek yang

    dikelompokan berdasarkan kemiripan terbesar di dalam kelas dan kemiripan

  • 39

    terkecil antar kelas. Clustering data merupakan jalan yang sangat bagus untuk

    memulai suatu analisis data apa saja. Kemiripan cluster itu sendiri dapat

    memberikan titik awal untuk mengetahui apa yang ada dalam data dan

    mengggambarkan bagaimana baiknya menggunakan hasil clustering tersebut.

    Pembentukan kelompok-kelompok observasi berdasarkan jarak, objek yang

    mirip seharusnya berada dalam kelompok yang sama dan sebaliknya objek yang

    mempunyai banyak perbedaan berada dalam kelompok yang berbeda.

    Pembentukan kelompok tersebut akan diikuti dengan terjadinya pengelompokan

    yang menunjukkan kedekatan kesamaan antar objek.

    Metode hard clustering didasarkan pada teori himpunan klasik dan

    memerlukan suatu objek yang termasuk atau tidak dalam suatu kelompok

    (cluster). Hard clustering berarti mempartisi data ke dalam jumlah tertentu dari

    subset saling asing, sedangkan metode pengelompokan kabur (fuzzy clustering)

    dapat secara bersamaan mengelompokkan objek-objek ke dalam beberapa

    kelompok (cluster) dalam derajat keanggotaan yang berbeda. Dalam banyak

    situasi, pengelompokan kabur (fuzzy clustering) lebih alami daripada hard

    clustering. Pada pengelompokan kabur (fuzzy clustering) objek yang berada pada

    batas-batas di antara beberapa kelompok tidak sepenuhnya menjadi milik salah

    satu cluster, tetapi diberikan derajat keanggotaan antara 0 dan 1 yang

    menunjukkan bagian keanggotaanya.

    Pengelompokan kabur merupakan salah satu pokok persoalan mendasar dalam

    penentuan pola dan memegang peranan penting untuk mencari struktur di dalam

    data. Jika diberikan himpunan data yang berjumlah terhingga, yaitu X, maka

  • 40

    permasalahan pengelompokan dalam X adalah mencari beberapa pusat kelompok

    yang dapat memberikan ciri kepada masing-masing kelompok dalam X. Dalam

    pengelompokan klasik, kelas-kelas ini dibutuhkan untuk membentuk partisi dari X

    sedemikian sehingga derajat kesamaan bernilai tinggi untuk data yang berada di

    dalam kelompok yang sama dan bernilai rendah untuk data yang berada pada

    kelompok yang berlainan. Akibatnya, pengelompokan klasik ini digantikan

    dengan pengelompokan fuzzy, yaitu pengelompokan dengan konsep partisi fuzzy

    (fuzzy partition) atau pseudopartisi fuzzy (fuzzy pseudopartition). fuzzy

    pseudopartition disebut juga fuzzy c-partition, dengan c mewakili jumlah kelas-

    kelas fuzzy di dalam partisi.

    Pengelompokan kabur (Fuzzy Clustering) adalah salah satu teknik untuk

    menentukan kelompok (cluster) optimal dalam suatu ruang vektor yang

    didasarkan pada bentuk normal Euclidian untuk jarak antar vektor. Misalnya X

    adalah himpunan data-data yang diselidiki, maka kelas-kelas dari data-data itu

    biasanya membentuk suatu partisi atau sekurang-kurangnya suatu partisi kabur

    dari X. Pengelompokan data-data dalam bentuk suatu partisi kabur disebut

    pengelompokan kabur (fuzzy clustering).

    D. Pengelompokan Kabur dengan Metode C-Means

    Metode pengelompokan Fuzzy C-means (FCM) adalah mengelompokan

    data dengan meminimalkan total jarak pada masing-masing data terhadap pusat

    cluster (Miyamoto,et al,2008). Dengan metode ini suatu himpunan

    dikelompokkan menjadi c buah himpunan bagian kabur, masing-masing disebut

  • 41

    cluster, yang membentuk suatu partisi kabur sedemikian sehingga

    untuk setiap k = 1,2,…,n, dan 0 < < n untuk setiap i = 1,2,…,n . Misalkan

    himpunan data

    11

    =∑=

    c

    iikμ

    ∑=

    c

    kik

    { }

  • 42

    dengan terminologi dari bagian sebelumnya yang kita gunakan untuk metode

    clustering tegas adalah

    { }1,0: →XuSi (3.8)

    dan untuk metode clustering kabur

    [ ]1,0:~ →XiSμ (3.9)

    dimana dan iku ikμ adalah derajat keanggotaan dari objek ke himpunan bagian kx

    iS~ yaitu

    )(: kSiik xuu (3.10)

    )(: kSiik xμμ (3.11)

    Lokasi dari sebuah cluster dinyatakan oleh pusat clusternya

    ℝ∈= ),...,( 1 ipii vvv p , i=1,…,c dimana objek-objeknya terpusat disekitarnya.

    Misalkan ∈= ),...,( 1 cvvv ℝcp adalah vektor dari semua pusat cluster dimana

    pada umumnya tidak dapat disamakan dengan elemen-elemen dari X.

    iv

    Ukuran yang sering digunakan untuk memperbaiki partisi awal disebut

    ukuran variansi. Ukuran ini digunakan untuk mengukur ketaksamaan antara titik-

    titik pada sebuah cluster dan pusat clusternya menggunakan jarak Eulcidean.

    Jarak ini, , adalah ikd

    ),( ikik vxdd =

    ik vx −=

    (3.12) 2/1

    1

    2)( ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−= ∑

    =

    p

    jijkj vx

  • 43

    Ukuran variansi untuk partisi tegas dapat disamakan dengan

    meminimalkan jumlahan dari variansi dari semua variable j dalam setiap cluster i

    dengan nSi = menghasilkan

    ∑ ∑ ∑∑∑ ∑= ∈ == = ∈

    −⇔−c

    i Sx

    p

    jijkj

    c

    i

    p

    j Sxijkj

    i ikik

    vxn

    vxS 1 1

    2

    1 1

    2 )(1min)(1min (3.13)

    sebagai akibat dari transformasi di atas, ukuran variansi sama halnya (kecuali

    untuk factor 1/ n) dengan meminimalkan jumlahan dari kuadrat jarak Euclidean.

    Jumlahan ukuran dengan dirinya sendiri digunakan untuk menyelesaikan

    permasalahan di bawah ini

    ∑ ∑= ∈

    −=c

    i Sxikc

    ik

    vxvSSz1

    21 );,...,(min (3.14)

    dimana

    ∑∈

    =ik Sx

    ki

    i xSv 1 (3.15)

    untuk c-partisi kabur dengan menggunakan definisi partisi kabur jumlahan ukuran

    variansi untuk menyelesaikan masalah di bawah ini

    ∑∑= =

    −=c

    i

    n

    kik

    wik vxvUz

    1 1

    2)(),(min μ (3.16)

    dimana pusat cluster

    1,)(11

    1

    >= ∑∑ ==

    wxvn

    kk

    wikn

    kik

    i μμ

    (3.17)

  • 44

    Disini (pusat cluster) adalah rata-rata dari pembobot –w, dengan

    derajat keanggotaanya. Itu berarti bahwa dengan derajat keanggotaan tinggi

    memiliki pengaruh tinggi pada dan sebaliknya. Tendensi ini diperkuat oleh w.

    Hal ini menunjukan bahwa apabila diberikan sebuah partisi U

    iv kx

    kx

    iv

    ~ maka dinyatakan

    dengan cluster

    iv

    iS~ seperti yang dijelaskan di atas.

    Generalisasi ukuran yang digunakan untuk masalah norma clustering tegas

    adalah sebagai berikut. Misalkan G adalah sebuah matriks berukuran

    yang simetrik dan positif. Maka kita dapat mendefinisikan sebuah norma umum

    sebagai berikut

    )( pp ×

    )()(2 ikT

    ikGikvxGvxvx −−=− (3.18)

    Pengaruh yang mungkin dari pemilihan norma ditentukan oleh pemilihan dari G.

    hal ini menghasilkan rumus sebagai berikut

    ∑∑= =

    −=n

    k

    c

    iGikik

    vxvUz1 1

    2),(min μ (3.19)

    Dimana

    cpc

    Rv

    MU

    Ini adalah sebuah masalah optimasi kombinasi dimana susah untuk

    diselesaikan,bahkan untuk nilai yang agak kecil dari c dan n. Pada kenyataannya,

    banyaknya cara berbeda untuk mempartisi x ke dalam himpunan bagian tak

    kosong adalah

  • 45

    ( )( ) ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−= ∑

    =

    −c

    j

    wjccjc jcM

    1

    1)!/1( (3.20)

    Dimana untuk c=10 n= 25 sudah 10^18 partisi-10 berbeda dari 25 titik. Definisi

    dasar dari masalah partisi kabur untuk 1>w

    ∑∑= =

    −=n

    k

    c

    iGik

    wikw vxvUz

    1 1

    2)();~(min μ (3.21)

    )( mP

    dimana

    cp

    fc

    Rv

    MU

    ∈~

    )( mP adalah sebuah masalah analitik, dimana mempunyai manfaat untuk

    menentukan fungsi objektif

    Dengan menurunkan fungsi objektif dengan berpegang pada sebagai pusat

    cluster ( untuk U

    iv

    ~ konstan) dan untuk ikμ ( untuk v konstan ) dan

    mengaplikasikan kondisi

    ∑∑ ==

    =n

    kk

    wikn

    k

    wik

    i xv1

    1

    )()(

    1 μμ

    ci ,...,1= (3.22)

    Diperoleh matriks partisi baru

    ∑=

    ⎟⎟

    ⎜⎜

    ⎟⎟

    ⎜⎜

    −=

    c

    j

    w

    Gik

    w

    Gikik

    vx

    vx

    1

    )1/(1

    2

    )1/(1

    2

    1

    1

    μ nkci ,...,1;,...,1 == (3.23)

  • 46

    Sistem yang dijelaskan pada persamaan (3.22) dan (3.23) tidak dapat

    diselesaikan secara analitik. Ada algoritma iterative (non hierarchial) dimana

    minimum rata-rata dari fungsi objektif dimulai dari posisi yang diberikan. Salah

    satu algoritma terbaik untuk masalah clustering tegas adalah algoritma c-means

    atau algoritma ISODATA.

    Sama halnya masalah clustering kabur dapat diselesaikan dengan

    menggunakan algoritma c-means kabur. Dimana akan dijelaskan lebih detail

    menggunakan Algoritma c-means kabur.

    Untuk setiap ( )∞∈ ,0w algoritma c-means kabur dapat digambarkan

    dengan secara iterative menyelesaikan kondisi (3.1) dan (3.2) di atas dan

    mengkonvergenkan pada sebuah fungsi objektif.

    Pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat. Tiap-tiap titik

    data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara

    memperbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap-tiap titik data secara

    berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju

    lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada minimisasi fungsi objektif yang

    menggambarkan jarak dari titik data yang diberikan ke pusat cluster yang terbobot

    oleh derajat keanggotaan titik data tersebut. Semakin kecil jarak, semakin kecil

    pula fungsi objektif partisi kaburnya yang berarti semakin baik partisi kabur itu.

    Dua permasalahan utama yang muncul dalam fuzzy c-means, pertama,

    bagaimana menentukan inisial pusat cluster. Kedua, bagaimana menentukan

    jumlah cluster yang optimal (Lee,et.al.2003). Untuk masalah pertama, digunakan

    pembangkitan nilai random untuk perhitungan inisialiasaisi pusat cluster.

  • 47

    Sedangkan, untuk masalah kedua, Bezdek (1981) menyarankan menggunakan

    partititon coefficient (PC) sebagai pengakuan jumlah cluster yang sesuai. Rumus

    partititon coefficient (PC) sebagai berikut :

    n

    xuPC

    n

    j

    c

    ijij∑∑

    = == 1 12 )(

    )(μ

    Dimana n adalah banyaknya data, c adalah jumlah cluster, μ adalah matriks

    random dan x adalah data. Jumlah cluster ditentukan oleh nilai maksimum

    partititon coefficient (PC). Misalnya diketahui hasil perhitungan PC dalam tabel

    3.1 yang diperoleh dari perhitungan data penelitian kreditor sepeda motor. Dapat

    diketahui, karena nilai maksimum PC didapat ketika jumlah cluster adalah 3,

    maka jumlah cluster yang digunakan adalah 3.

    Output dari FCM bukan merupakan fuzzy inference system, namun merupakan

    deretan pusat cluster dan beberapa derajat keanggotaan untuk tiap-tiap titik data.

    Informasi ini dapat digunakan untuk membangun suatu fuzzy inference system

    (Kusumadewi,2002).

    Tabel 3.1 Contoh hasil Partition Coefficient suatu permasalahan

    Number of Cluster

    Partition Coefficient

    3 0.5446 4 0.3639 5 0.2723 6 0.2449

    E. Algoritma Fuzzy C-means

    Algoritma Fuzzy C-Means (FCM) adalah sebagai berikut :

  • 48

    1. Input data yang akan di cluster X, berupa matriks berukuran n x m ( n =

    jumlah sampel data, m = atribut setiap data). =kjx data sampel ke- k

    ( ) dan atribut nk ,...,3,2,1= mj ,...,3,2,1=

    2. Tentukan

    Jumlah cluster = c ;

    Pangkat = w ;

    Maksimum Iterasi = MaxIter ;

    Eror terkecil yang diharapkan = ξ ;

    Fungsi objektif awal = 00 =P ;

    Iterasi awal = t = 1;

    3. Bangkitkan bilangan random ikμ , nk ,...,3,2,1= ; ci ,....,3,2,1= sebagai

    elemen-elemen matriks partisi awal U. Hitung jumlah setiap kolom

    (atribut) :

    ∑=

    =c

    kikjQ

    1

    μ (3.24)

    dengan mj ,...,3,2,1=

    4. Hitung pusat cluster ke-i : dengan iv ci ,....,3,2,1= , mj ,...,3,2,1=

    1,)(11

    1

    >= ∑∑ ==

    wxvn

    kk

    wikn

    kik

    ij μμ

    (3.25)

    5. Hitung fungsi objektif pada iterasi ke-t , : tP

  • 49

    ( ) ( )∑∑ ∑= = =

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−=

    n

    k

    c

    i

    wik

    m

    jijkjt vxP

    1 1 1

    2 μ (3.26)

    6. Hitung perubahan matriks partisi :

    ( )

    ( )∑ ∑

    =

    −−

    =

    −−

    =

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =c

    k

    wm

    jijkj

    wm

    jijkj

    ik

    vx

    vx

    1

    11

    1

    2

    11

    1

    2

    μ (3.27)

    dengan : ; dan ci ,...,3,2,1= nk ,....,3,2,1=

    7. Cek kondisi berhenti

    Jika : ( )( )ξ MaxIter) maka berhenti

    Jika tidak : , ulangi langkah ke-4 1+= tt

  • 50

    Gambar 3.1. Flowchart Algoritma Fuzzy C-Means

    E. Contoh Kasus

    Misalnya terdapat contoh data dengan jumlah n = 10 yang memiliki dua

    variabel dan sebagai berikut : 1X 2X

  • 51

    Tabel 3.2 Tabel data Xij

    1X 2X

    12 150

    25 155

    17 126

    20 132

    18 145

    15 135

    26 122

    25 127

    10 130

    14 145

    Akan dilakukan pengelompokan data dengan input data variabel awal sebagai

    berikut :

    Jumlah cluster = 3

    Pangkat = 2

    Maksimum Iterasi = 100

    Eror terkecil yang diharapkan = 510 −

    Fungsi objektif awal = 0

    Iterasi awal = 1

    Sesuai algoritma Fuzzy C-means (FCM) :

  • 52

    ikBangkitkan bilangan random μ , i c,...,3,2,1= ; nk ,....,3,2,1= sebagai

    elemen-elemen matriks partisi awal U. Matriks partisi U dapat dilihat

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    80.446313360.5408808820.0128057510.3643440750.1583246740.4773312590.1548807030.4538287780.3912905170.406609180.2082680820.3851227390.1077703910.486442950.4057866590.2871618190.4347765320.2780616440.3787671460.224791750.396441110.6956817990.219233830.0850843790.1548157610.671243410.1739408270.4734340180.0497334750.47683250

    3i2i1 iμμμ

    = ∑=

    10

    1kikQ μ

    == ∑=

    10

    12

    kikQ μ

    == ∑=

    10

    13

    kikQ μ

    ijv c,....,3,2,1

    Hitung jumlah setiap kolom (atribut) dengan persamaan 3.24,didapat hasil sebagai

    berikut :

    =1 3.07

    3.4007

    3.464

    Hitung pusat cluster ke-k : dengan i = dan

    digunakan persamaan 3.25. Proses perhitungan persamaan 3.25 dapat dilihat pada

    tabel 3.2 berikut

    mj ,...,3,2,1=

  • 53

    21iμ

    22iμ

    23iμ 1

    21 ki x×μ 1

    22 ki x×μ 1

    23 ki x×μ 2

    21 ki x×μ 2

    22 ki x×μ 2

    23 ki x×μ

    0.227369 0.002473 0.22413977 2.728430854 0.029681026 2.689677221 34.10538567 0.371012825 33.62096527

    0.030255 0.450568 0.02396792 0.756385222 11.26419292 0.599198058 4.689588374 69.83799611 3.715027961

    0.007239 0.048063 0.48397315 0.12306895 0.817079095 8.227543624 0.912158102 6.055997996 60.98061745

    0.157166 0.050531 0.14346455 3.143310915 1.010626671 2.869290987 20.74585204 6.670136031 18.93732052

    0.077318 0.189031 0.08246191 1.391728982 3.4025515 1.484314385 11.21115013 27.40944264 11.95697699

    0.164663 0.236627 0.01161446 2.46994208 3.549401169 0.174216884 22.22947872 31.94461052 1.567951952

    0.14832 0.043376 0.16533103 3.856307486 1.127765422 4.298606805 18.09498128 5.291822364 20.17038578

    0.153108 0.205961 0.02398803 3.827706737 5.14901388 0.599700851 19.44475022 26.15699051 3.046480321

    0.227845 0.025067 0.1327466 2.27845126 0.250667027 1.327466021 29.61986639 3.258671353 17.25705827

    0.000164 0.292552 0.19919562 0.002295822 4.095729769 2.788738714 0.023778156 42.42005832 28.88336526

    ∑=

    1.193448

    ∑=

    1.544248

    ∑=

    1.49088305

    ∑=

    20.57762831

    ∑=

    30.69670848

    ∑=

    25.05875355

    ∑=

    161.0769891

    ∑=

    200.1361498

    Tabel 3.3 perhitungan persamaan 3.25

  • 54

    Dihitung pusat cluster :

    Untuk pusat cluster pertama pada atribut ke-1

    ( )

    ( )17.24217

    1.193448120.5776283

    *)(

    6

    1

    21

    10

    11

    21

    11 ===

    =

    =

    ii

    kki x

    μ

    Untuk pusat cluster kedua pada atribut ke-1

    ( )

    ( )19.87809

    1.544248830.6967084

    *)(

    6

    1

    22

    6

    11

    22

    21 ===

    =

    =

    ii

    iki x

    μ

    Untuk pusat cluster ketiga pada atribut ke-1

    ( )

    ( )16.80799

    1.49088305525.0587535

    *)(

    6

    1

    23

    6

    11

    23

    31 ===

    =

    =

    ii

    iki x

    μ

    Untuk pusat cluster pertama pada atribut ke-2

    ( )

    ( )134.9678

    1.1934481161.076989

    *)(

    6

    1

    21

    6

    12

    21

    12 ===

    =

    =

    ii

    iki x

    μ

    Untuk pusat cluster kedua pada atribut ke-2

    ( )

    ( )142.0864

    1.5442487219.416738

    *)(

    6

    1

    22

    6

    12

    22

    22 ===

    =

    =

    ii

    iki x

    μ

    Untuk pusat cluster ketiga pada atribut ke-2

    ( )

    ( )134.24

    1.490883058200.136149

    *)(

    6

    1

    23

    6

    12

    23

    32 ===

    =

    =

    ii

    iki x

    μ

    hasilnya dalam bentuk matriks

  • 55

    321

    134.2416.80799142.086419.87809134.967817.24217

    clusterclustercluster

    ⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    Setelah di dapat pusat cluster ( ), akan dicari Fungsi Objektif yang dapat dihitung

    dengan persamaan 3.26. Detil perhitungan fungsi objektif dapat dilihat pada tabel 3.3;3.4;3.5

    berikut

    ijv

  • 56

    Tabel 3.4. (Tabel perhitungan data dengan pusat cluster ) 1kx jv1

    111 vxk − 122 vxk −2

    111 )( vxk −2

    122 )( vxk − ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    11

    jjkj vx ( )21

    22

    11 i

    jjkj vx μ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    -5.24217 15.0322 27.4803742 225.9669845 253.4473587 57.62613278

    7.757827 20.0322 60.183885 401.2889671 461.4728521 13.96204982

    -0.24217 -8.9678 0.0586476 80.42146808 80.48011568 0.582623727

    2.757827 -2.9678 7.60561162 8.807847178 16.4134588 2.57963021

    0.757827 10.0322 0.57430227 100.6450019 101.2193042 7.826102172

    -2.24217 0.032198 5.02733825 0.001036728 5.028374977 0.82798633

    8.757827 -12.9678 76.6995397 168.163882 244.8634217 36.31802485

    7.757827 -7.9678 60.183885 63.4858646 123.6697496 18.93486135

    -7.24217 -4.9678 52.4490649 24.67905415 77.12811902 17.573266

    -3.24217 10.0322 10.5116836 100.6450019 111.1566855 0.018228283

    156.2489055

  • 57

    Tabel 3.5. (Tabel perhitungan data xkj dengan pusat cluster v2j)

    211 vxk − 222 vxk −2

    211 )( vxk −2

    222 )( vxk − ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    12

    jjkj vx ( )21

    22

    12 i

    jjkj vx μ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    -7.87809 7.913564 62.064319 62.62448977 124.6888088 0.308407648

    5.121909 12.91356 26.233951 166.7601263 192.9940773 86.95690079

    -2.87809 -16.0864 8.28340825 258.7734342 267.0568424 12.83568018

    0.121909 -10.0864 0.01486179 101.7361981 101.7510599 5.141616747

    -1.87809 2.913564 3.5272261 8.488853188 12.01607929 2.271407144

    -4.87809 -7.08644 23.7957726 50.21758003 74.0133526 17.51353868

    6.121909 -20.0864 37.4777688 403.4649249 440.9426938 19.12615089

    5.121909 -15.0864 26.233951 227.6005615 253.8345125 52.27989713

    -9.87809 -12.0864 97.5766833 146.0819435 243.6586268 6.107718362

    -5.87809 2.913564 34.5519547 8.488853188 43.04080791 12.59167987

    215.1329974

    Tabel 3.6. (Tabel perhitungan data xkj dengan pusat cluster v3j)

    311 vxk − 322 vxk −2

    311 )( vxk −2

    322 )( vxk − ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    13

    jjkj vx ( )21

    22

    13 i

    jjkj vx μ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    -4.80799 15.75999 23.1168072 248.3774161 271.4942233 60.85265234

    8.192006 20.75999 67.1089608 430.9773577 498.0863185 11.9380942

    0.192006 -8.24001 0.03686627 67.89769616 67.93456243 32.87850447

    3.192006 -2.24001 10.1889017 5.017626141 15.20652786 2.181597666

  • Fungsi objektif: = 563.72

    Maka akan di hasilkan fungsi objektif sebagai berikut:

    Langkah selanjutnya dengan memperbaiki matrik partisi (derajat keanggotaan). Tabel 3.6

    berikut menunjukkan detil perhitungan fungsi keanggotaan baru.

    1.192006 10.75999 1.42087808 115.7774744 117.1983525 9.664400031

    -1.80799 0.759994 3.26884264 0.577591131 3.846433768 0.044674247

    9.192006 -12.24 84.4929726 149.8177428 234.3107155 38.73883215

    8.192006 -7.24001 67.1089608 52.41768449 119.5266453 2.867209233

    -6.80799 -4.24001 46.3487836 17.97764948 64.32643304 8.539115409

    -2.80799 10.75999 7.88483082 115.7774744 123.6623053 24.63298987

    ∑ 192.3380696

    ( ) ( )∑∑ ∑= = =

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−=

    6

    1

    3

    1

    22

    1

    2

    i kik

    jijkjt vxP μ

    58

  • 58

    μ baru = L / LtotalL1 =

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    11

    jjkj vx

    L2 =

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    12

    jjkj vx

    L3 =

    ⎥⎥⎦

    ⎢⎢⎣

    ⎡−∑

    =

    22

    13

    jjkj vx

    L total 1iμ 2iμ 3iμ

    0.003946 0.00802 0.00368332 0.015648878 0.252132612 0.512494628 0.23537276

    0.002167 0.005182 0.00200768 0.009356165 0.231609288 0.553806624 0.214584088

    0.012425 0.003745 0.01472005 0.030889998 0.402247657 0.121221152 0.476531191

    0.060926 0.009828 0.06576123 0.13651475 0.446293245 0.071991543 0.481715212

    0.00988 0.083222 0.00853254 0.101633903 0.097207114 0.818839176 0.08395371

    0.198871 0.013511 0.25998108 0.47236356 0.421013437 0.028603128 0.550383435

    0.004084 0.002268 0.00426784 0.010619615 0.38456284 0.213554673 0.401882486

    0.008086 0.00394 0.00836634 0.020391962 0.396531333 0.193192526 0.41027614

    0.012965 0.004104 0.01554571 0.032615251 0.397526906 0.125833848 0.476639246

    0.008996 0.023234 0.00808654 0.040316613 0.223141511 0.576282649 0.20057584

    Tabel 3.7 Tabel perhitungan fungsi keanggotaan baru

  • 59

    Matriks fungsi keanggotaan baru

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    =

    0.2005758490.5762826410.2231415160.4766392480.1258338460.39752690

    0.4102761460.1931925230.3965313360.4018824830.213554670.3845628450.5503834380.0286031270.42101343

    0.0839537160.8188391740.0972071120.4817152130.0719915450.4462932410.4765311920.1212211570.4022476580.2145840840.5538066280.23160928

    0.2353727680.5124946220.25213261

    baruμ

    Berikutnya cek kondisi berhenti. Karena |P1 – P0| = |563.72-0| = 563.2 > ξ dan iterasi =

    1< MaxIter (=100),maka dilanjutkan ke iterasi ke-2 (t =2).

    Pada iterasi ke-2 dapat dihitung kembali pusat cluster, dengan dan

    digunakan persamaan 3.7, hasilnya dalam bentuk matriks

    ijv ci ,....,3,2,1=

    mj ,...,3,2,1=

    321

    5272.13187065.172222.14684348.171087.13244085.18

    clusterclustercluster

    ⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    Fungsi objektif pada iterasi ke-2 adalah

    ( ) ( )∑∑ ∑= = =

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−=

    6

    1

    3

    1

    22

    1

    22

    i kik

    jijkj vxP μ = 361.3939

    Kemudian perbaiki matriks partisinya

  • 60

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    =

    60.0707356530.8544992610.074765080.4884780560.0967078650.41481408

    20.4542573970.0770110310.4687315740.4495183740.1079366820.4425449460.4637144970.0702395270.4660459760.0082200080.9828114160.0089685710.3366273410.0077399280.6556327330.5344119750.0408436010.4247444230.1480795440.6947625130.15715794

    0.102053920.791905840.10604024

    baruμ

    cek kondisi berhenti |P2 – P1| = |361.3939-563.72| = 202.3261 > ξ dan iterasi = 1<

    MaxIter (=100),maka dilanjutkan sampai memenuhi : ( |Pt – Pt-1| < ξ ) atau (t>MaxIter)

  • BAB IV

    APLIKASI DAN ANALISIS

    A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Perusahaan

    PT Federal International Finance (FIF) didirikan dengan nama PT Mitrapusaka

    Artha Finance pada bulan Mei 1989. Berdasarkan ijin usaha yang diperolehnya, maka

    Perseroan bergerak dalam bidang Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang dan Pembiayaan

    Konsumen.

    Pada tahun 1991, Perseroan merubah nama menjadi PT Federal International

    Finance. Namun seiring dengan perkembangan waktu dan guna memenuhi

    permintaan pasar, Perseroan mulai memfokuskan diri pada bidang pembiayaan

    konsumen secara retail pada tahun 1996. Ketika badai krisis moneter mulai menerpa

    pada tahun 1997, saat itu pula merupakan titik balik bagi Perseroan untuk melakukan

    konsolidasi internal dalam rangka persiapan menuju ke suatu sistem komputerisasi

    yang tersentralisasi dan terintegrasi. Walaupun krisis moneter tersebut di luar dugaan

    berkembang menjadi krisis multidimensi, namun berkat kerja keras jajaran Direksi

    beserta seluruh karyawan Perseroan tetap dapat berjalan.

    Perseroan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Astra International, Tbk

    ini, tahun demi tahun lebih memantapkan dirinya sebagai perusahaan pembiayaan

    terbaik dan terpercaya di industrinya, sehingga pada saat penerbitan obligasi pertama

    tahun 2002 hingga obligasi kelima tahun 2004 mendapatkan tanggapan yang positif

    dari para investor.

  • 62

    Visi Misi Perusahaan

    Visi

    “Menawarkan solusi keuangan terbaik bagi para pelanggan secara individual”

    Misi

    1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek kehati-hatian

    2. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi sepeda motor produk Astra

    3. Memenuhi harapan para pelanggan, karyawan, pemegang saham, kreditur dan

    pemerintah

    4. Menawarkan produk yang terjangkau bagi pelanggan

    B. Pengelompokan Kabur Dengan Metode Fuzzy C-means

    Dalam penerimaan kredit sepeda motor, lembaga kredit sebelumnya akan

    menganalisis calon penerima kredit dengan menggunakan 5 C yaitu Characteristic,

    Capacity, Capital, Condition, and Colateral. Pada setiap lembaga kredit memiliki

    karakteristik yang berbeda dalam pengambilan keputusannya. Pembelian sepeda

    motor secara kredit oleh seseorang biasanya ditentukan oleh beberapa variabel capital

    yang akan dianalisis terlebih dahulu oleh lembaga kredit. Diantaranya, harga sepeda

    motor yang akan dibeli, pendapatan dan pengeluaran bulanan calon pembeli, uang

    muka pembelian, angsuran bulanan yang disanggupi, serta lamanya angsuran (dalam

  • 63

    bulan) dan masih banyak lagi hal yang dianalisis sebelum dinyatakan layak untuk

    menerima kredit. Dalam bab IV ini ruang lingkup variabel pengelompokan akan

    ditinjau menggunakan karakteristik secara capital. Informasi tentang pengelompokan

    subyek calon penerima kredit berdasarkan variabel capital akan memudahkan bagi

    lembaga kredit dalam mengambil keputusan kelayakan kredit.

    1. Aplikasi Fuzzy C-Means

    Untuk pengelompokkan calon penerima kredit ke dalam tiga cluster

    berdasarkan perhitungan pada persamaan

    n

    xuPC

    n

    j

    c

    ijij∑∑

    = == 1 12 )(

    )(μ

    yang hasilnya ada pada tabel 3.1, adalah sebagai

    berikut:

    1. Input data:

    Input data yang akan dicluster ijX , adalah data penerima kredit yang

    berupa matrik berukuran n x 6 (n= jumlah data yang akan diclusterkan dan

    6 adalah jumlah kriteria data yang digunakan), dalam listing program data

    diinputkan langsung dari Microsoft Office Excel 2003 dengan memasukan

    data calon penerima kredit pada baris paling awal sebelum data penerima

    kredit yang sudah dinyatakan diterima. Variabel/kriteria data

    pengelompokkan sebagai berikut:

    1iX = pendapatan bulanan.

    2iX = pengeluaran bulanan.

  • 64

    3iX = harga barang

    4iX = uang muka

    5iX = besarnya angsuran bulanan

    6iX = lama angsuran (dalam bulan)

    Berikut listing program Matlab 7.1 untuk pengambilan data :

    clear

    clc

    fprintf('INPUT AWAL VARIABEL')

    fprintf('\ndata yang digunakan')

    X= xlsread('fif1.xls','A2:F11')

    [m o]= size(X);

    Listing 4.1. Pengambilan Data

    Pada listing di atas berfungsi untuk memanggil data dari Microsoft

    Office Excel 2003 ke dalam command windows Matlab. Data tersebut

    nantinya ditampilkan sebagai sebuah matriks sesuai dengan variabel yang

    ditentukan. Hasil dari proses listing program ada pada lampiran.

    1. Menentukan:

    o Jumlah cluster = c = 3

    o Pangkat = w = 2

    o Maksimum iterasi = MaxIter = 1000

    o Error terkecil yang diharapkan = ξ = 510 −

  • 65

    o Fungsi objektif awal = P0 = 0;

    o Iterasi awal = t =1

    2. Membangkitkan bilangan random

    Membangkitkan bilangan random berupa matrik ikμ , i = 1, 2, …n; k = 1,

    …,3; sebagai elemen-elemen matrik partisi U, dimana n = jumlah data

    penerima kredit dan k adalah jumlah kolom yang disesuaikan dengan

    jumlah cluster yang akan dibentuk yaitu 3.

    Menghitung jumlah setiap kolom

    dengan j =1,…,3; yaitu jumlah kolom matrik partisi yaitu 3. ∑=

    =3

    1kikjQ μ

    Hitung: j

    ikik Q

    μμ =

    Matrik partisi yang dihasilkan akan berukuran n x 3, n = jumlah data dan 3

    adalah jumlah cluster yang akan dibentuk. Matrik partisi jika dijumlahkan

    tiap barisnya akan bernilai 1. Untuk listing programnya akan dijadikan

    menjadi satu function dengan penentuan pusat cluster.

    3. Menghitung pusat cluster

    Menghitung pusat cluster ke-k: dengan i=1,...,3; dan j=1,2,3. ijv

    1,)(11

    1

    >= ∑∑ ==

    wxvn

    kk

    wikn

    kik

    i μμ

  • 66

    Akan terdapat 3 buah pusat cluster yang dihasilkan. Tiap pusat cluster

    memiliki 6 variabel data sesuai dengan variabel/kriteria pengelompokkan.

    Sehingga matrik pusat cluster yang terbentuk akan akan berukuran 3 x 6.

    Misalnya untuk menghitung pusat cluster v11 dan v23 detil perhitungannya

    sebagai berikut:

    ( )

    =

    == n

    ki

    n

    kki x

    v

    1

    21

    11

    21

    11

    )(

    *)(

    μ

    μ

    ( )

    =

    == n

    ki

    n

    kki x

    v

    1

    22

    13

    22

    23

    )(

    *)(

    μ

    μ

    Pada program ini listing yang digunakan untuk menentukan pusat cluster

    adalah sebagai berikut :

    if D==1

    fprintf('\nMaka diperoleh%g ')

    fprintf('\n%g ')

    [Pusat_cluster,U,F]=fcm(X,C,[W,M,E]);

    HOHO= fcm(X,C,[W,M,E]);

    Pusat_cluster

    fprintf('\nMatriks partisi%g ')

    U';

    WE= U';

    U;

  • 67

    Listing 4.2. Menentukan Pusat cluster, fungsi objektif dan matrik partisi

    baru

    4. Menghitung fungsi objektif

    Untuk menghitung fungsi objektif digunakan rumus sebagai berikut:

    ( ) ( )∑∑ ∑= = =

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−=

    n

    k iik

    jijkj vxP

    1

    3

    1

    26

    1

    21 μ

    Listing program untuk menghitung fungsi objektif menjadi satu dengan

    listing menentukan pusat cluster.

    5. Menghitung perubahan matrik partisi

    ( )

    ( )∑ ∑

    =

    −−

    =

    −−

    =

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =3

    1

    121

    6

    1

    2

    121

    6

    1

    2

    i jijkj

    jijkj

    ik

    vx

    vxμ

    Listing program untuk perubahan matrik partisi menjadi satu function dengan

    menentukan pusat cluster dan penghitungan fungsi objektif.

    6. Cek kondisi berhenti

    Untuk menghentikan iterasi dilakukan pengecekkan kondisi berhenti. Pada

    program ini ditentukan:

    • Jika : ( |Pt – Pt-1| < ξ ) atau (t>MaxIter) maka berhenti;

    • Jika tidak: t=t+1 , ulangi langkah ke-4

    Sehingga iterasi akan dihentikan jika |Pt – Pt-1| < atau jumlah iterasi

    telah lebih dari 100 kali.

    510 −

  • 68

    7. Penentuan cluster dan analisis data

    Setelah semua proses perhitungan selesai, maka setiap data bisa masuk ke

    dalam semua cluster namun dengan derajat keanggotaan yang berbeda.

    Derajat keanggotaan dengan nilai yang paling maksimumlah yang menjadi

    acuan sebuah data masuk ke suatu cluster yang paling dianjurkan. Untuk

    listing programnya akan ditampilkan pada lampiran 1. Dari matriks partisi

    tersebut dapat diperoleh informasi mengenai kecenderungan seorang

    penerima kredit masuk ke dalam kelompok (cluster) yang mana. Seorang

    penerima kredit memiliki derajat keanggotaan tertentu untuk menjadi

    anggota suatu kelompok. Dengan syarat derajat keanggotaan terbesar

    menunjukan kecenderungan tertinggi seorang penerima kredit masuk ke

    anggota kelompok. Dengan demikian, dari catatan seluruh penerima

    kredit dapat diketahui derajat keanggotaan setiap penerima kredit untuk

    masuk dalam kelompok. Nilai maksimum dari derajat keanggotaan

    merupakan penanda penerima kredit masuk pada kelompok tertentu.

    Dengan demikian, nilai minimum dari maksimum derajat keanggotaan

    seluruh penerima kredit dapat menjadi kriteria apakah seseorang yang

    akan mengajukan kredit dapat diterima atau tidak. Dengan kata lain,

    calon penerima kredit dapat dinyatakan diterima kredit jika memenuhi

    syarat berikut:

    max{ ikμ baru} Pn≥

  • 69

    dimana

    { }

    { }iniiniPn μμμ ,...,,maxmin 21,...,1∈=

    Informasi yang dapat diperoleh dari ketiga pusat cluster ini adalah

    Penerima kredit dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok

    2. Contoh Kasus

    Seorang pegawai sebuah perusahaan ingin membeli sepeda motor dengan

    merk Honda D Supra X seharga Rp 12.000.000 secara kredit pada PT. FIF dengan

    uang muka yang disanggupi sebesar Rp 1.500.000. Diketahui pendapatan bulanan

    pegawai tersebut sebesar Rp 1.000.000, pengeluaran bulanan Rp 400.000, sanggup

    membayar angsuran bulanan sebesar Rp 350.000 selama 36 bulan. Apakah pegawai

    tersebut bisa menerimakan kredit?

    Penyelesaian :

    1. Input data:

    Input data yang akan dicluster ijX , adalah data penerima kredit yang

    berupa matrik berukuran n x 6 (n= jumlah data yang akan diclusterkan

    adalah 100 penerima kredit yang sudah dinyatakan lolos dan 1 calon

    penerima kredit sehingga berjumlah 101 dan 6 adalah jumlah kriteria data

    yang digunakan), dalam listing program data diinputkan langsung dari

    Microsoft Office Excel 2003 dengan memasukan data calon penerima

  • 70

    kredit pada baris paling awal sebelum data penerima kredit yang sudah

    dinyatakan diterima terdapat pada lampiran. Variabel/kriteria data

    pengelompokkan sebagai berikut:

    1iX = pendapatan bulanan.

    2iX = pengeluaran bulanan.

    3iX = harga barang

    4iX = uang muka

    5iX = besarnya angsuran bulanan

    6iX = lama angsuran (dalam bulan)

    2. Menentukan:

    o Jumlah cluster = c = 3

    o Pangkat = w = 2

    o Maksimum iterasi = MaxIter = 1000

    o Error terkecil yang diharapkan = ξ = 510 −

    o Fungsi objektif awal = P0 = 0;

    o Iterasi awal = t =1

    3. Membangkitkan bilangan random

    Membangkitkan bilangan random berupa matrik ikμ , i = 1, 2, …n; k = 1,

    2,3; sebagai elemen-elemen matrik partisi kabur yang menggunakan

    definisi 3.1, dimana n = jumlah data penerima kredit dan k adalah jumlah

  • 71

    kolom yang disesuaikan dengan jumlah cluster yan