aplikasi model perencanaan transportasi 4 · pdf file1 aplikasi model perencanaan transportasi...

Download APLIKASI MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI 4 · PDF file1 aplikasi model perencanaan transportasi 4 tahap dalam pemecahan masalah transportasi di negara sedang berkembang1 ofyar z tamin2

If you can't read please download the document

Upload: phamthien

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • APLIKASI MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI 4 TAHAP DALAM PEMECAHAN

    MASALAH TRANSPORTASI DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG

    Ofyar Z Tamin

    Januari 1994

    JURNAL TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

  • 1

    APLIKASI MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI 4 TAHAP DALAM PEMECAHAN MASALAH TRANSPORTASI

    DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG1

    Ofyar Z Tamin2 Jurusan Teknik Sipil

    Institut Teknologi Bandung

    ABSTRAK Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh

    negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan (urban transportation) maupun transportasi antar kota (rural transportation). Terciptanya suatu sistem perangkutan atau perhubungan yang menjamin pergerakan manusia, kendaraan dan atau barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman sudah merupakan tujuan pembangunan dalam sektor perhubungan. Tantangan bagi para perencana transportasi di daerah perkotaan khususnya di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia adalah kemacetan lalu-lintas (congestion) dan keterlambatan (delay), polusi udara dan suara, getaran, pengrusakan lingkungan. Hal ini biasanya terjadi di kota-kota besar yang mempunyai penduduk lebih dari 2 (dua) juta jiwa, yang sampai saat ini telah dicapai oleh kota-kota seperti: Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Pada akhir tahun 2000 diperkirakan akan diikuti oleh kota-kota besar lainnya seperti: Semarang, Palembang, Ujung Pandang, dan Bogor, serta beberapa ibukota propinsi lainnya.

    Problem-problem transportasi tersebut timbul terutama disebabkan karena tingkat

    urbanisasi, pertumbuhan jumlah kendaraan dan populasi, pergerakan yang meningkat dengan pesat setiap harinya. Untuk itu, informasi mengenai pergerakan sangat penting untuk diketahui untuk beberapa tujuan perencanaan transportasi dalam usaha mengatasi masalah kemacetan dalam waktu yang relatif tidak begitu lama (quick response) dan dengan biaya yang cukup murah. Untuk itu, interaksi sistem kegiatan (tata guna tanah) dengan sistem jaringan (transportasi) dan sistem pergerakan (lalu-lintas) perlu dianalisa secara lebih mendalam dan menjadi sangat penting (prioritas utama) untuk diketahui dalam usaha mengatasi masalah kemacetan.

    Metoda analisa yang telah dikembangkan sampai saat ini membutuhkan biaya yang

    mahal serta waktu proses yang lama. Jelas ini tidak sesuai untuk negara yang sedang berkembang, karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, yang tentunya selalu memerlukan pemecahan dan penanganan masalah transportasi yang bersifat 'quick-response'. Pemecahan masalah transportasi yang membutuhkan 'dana yang tidak begitu tinggi (cheap)' dan 'waktu yang tidak begitu lama (quick-response' sangatlah dibutuhkan untuk kota-kota besar Indonesia karena berbagai hal terutama tingkat pertumbuhan kendaraan, ekonomi yang tinggi.

    Tulisan ini akan menjelaskan secara global model perencanaan transportasi 4 tahap

    yang mengkaitkan interaksi antara sistem kegiatan (tata guna tanah) dengan sistem jaringan (transportasi) dan sistem pergerakan (lalu-lintas) yang dapat dianalisa dengan biaya yang cukup rendah (murah) dan dengan waktu proses yang cukup singkat (cepat).

    1 dipublikasikan di Jurnal Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil ITB, Tahun 3, No 008, Hal 116, ISSN: 08532982. 2 Wakil Ketua Program Magister Transportasi, ITB.

  • 2

    1. PENDAHULUAN 1.1 Umum Seperti di negara-negara yang sedang berkembang lainnya, kota-kota besar di Indonesia pada saat ini berada dalam tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi sebagai akibat dari laju pertumbuhan ekonominya yang pesat sehingga kebutuhan penduduk untuk melakukan pergerakanpun menjadi semakin meningkat. Mobil sebagai kendaraan pribadi mempunyai keuntungan yang sangat besar bagi setiap individu terutama dalam hal mobilitas pergerakannya. Penggunaan kendaraan pribadi ini akan meningkatkan kesempatan seseorang untuk bekerja, rekreasi dan melakukan aktivitas sosial. Pada umumnya, peningkatan pemilikan kendaraan pribadi (mobil) adalah merupakan cerminan hasil interaksi antara peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas penduduk di daerah perkotaan dimana keuntungan dari penggunaan jalan yang dicapai digunakan untuk meningkatkan kemakmuran dan mobilitas penduduk. Akan tetapi, penggunaan kendaraan pribadi juga dapat menghasilkan beberapa efek negatif yang tidak dapat dihindari. Peningkatan penggunaan kendaraan pribadi akan mengakibatkan perusakan kualitas kehidupan terutama di daerah pusat perkotaan, kemacetan dan keterlambatan pada beberapa ruas jalan dan polusi lingkungan baik suara maupun udara. Seperti contoh kota Jakarta dimana tercatat 84% dari kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya adalah kendaraan pribadi. Dari jumlah ini ternyata 45% dari kendaraan pribadi tersebut hanya berisi 1 (satu) orang saja, sehingga penggunaan kendaraan pribadi sudah menjadi tidak efisien lagi. Efektifitas penggunaan ruang jalan yang memang sudah sangat terbatas akan menjadi sangat rendah jika digunakan untuk kendaraan pribadi dibandingkan dengan untuk kendaraan umum. Tantangan bagi pemerintah khususnya di negara-negara yang sedang berkembang, dalam hal ini instansi dan departemen terkait dan termasuk juga para perencana transportasi perkotaan yaitu masalah kemacetan lalu-lintas serta pelayanan angkutan umum perkotaan. Problem kemacetan ini biasanya timbul pada kota-kota yang mempunyai populasi penduduk lebih dari 2 (dua) juta jiwa, yang sampai saat ini di negara Indonesia telah dicapai oleh beberapa kota seperti: Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Pada akhir tahun 2000, diperkirakan akan diikuti oleh beberapa kota-kota lainnya seperti: Semarang, Palembang, Ujung Pandang, Bogor, disusul kemudian oleh kota-kota Malang, Jogyakarta, Bandar Lampung, serta beberapa ibukota propinsi lainnya. Walaupun kota-kota yang lebih kecil juga mempunyai masalah transportasi yang perlu pemecahan secara dini, namun pada umumnya masih dalam skala yang relatif kecil dan tidak memerlukan biaya yang besar. Pada saat sekarang ini sudah banyak terbukti bahwa program pembangunan jalan di daerah perkotaan membutuhkan biaya yang sangat besar. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam rangka memecahkan masalah transportasi perkotaan telah banyak dilakukan baik dengan meningkatkan kapasitas dari jaringan jalan yang ada maupun dengan pembangunan jaringan jalan yang baru, ditambah juga dengan rekayasa dan pengelolaan lalu-lintas (traffic engineering and management) terutama dalam hal pengaturan terhadap efisiensi dari transportasi angkutan umum dan penambahan armadanya. Akan tetapi, berapapun besarnya biaya yang akan dikeluarkan, kemacetan dan keterlambatan akan tetap tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan transportasi terus berkembang dengan pesat sedangkan perkembangan dari penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah sehingga tidak bisa mengikutinya. Sebagai ilustrasi, pertumbuhan panjang dan

  • 3

    luas jalan raya di kota Bandung antara tahun 1978 sampai dengan 1983 berkisar antara 2%-4% saja, sedangkan pertumbuhan jumlah kendaraan berkisar 9%-10%. Sehingga pertumbuhan kendaraan hampir dua kali lipat pertumbuhan panjang dan luas jalan raya yang ada. Akibat yang dirasakan adalah kemacetan lalu-lintas yang sering terjadi yang terlihat jelas dalam bentuk antrian yang panjang (queueing), keterlambatan (delay), dan juga polusi baik suara maupun udara. Problem lalu-lintas tersebut sudah jelas menimbulkan kerugian yang sangat besar pada pemakai jalan terutama dalam hal pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu (keterlambatan) dan juga kenyamanan yang rendah. Dapat dibayangkan berapa banyak uang/dana yang terbuang percuma karena kendaraan-kendaraan tersebut terperangkap dalam kemacetan dan berapa banyak dana/uang yang akan dapat disimpan jika kemacetan tersebut dapat dihilangkan (dari segi biaya bahan bakar dan nilai waktu karena kemacetan). Hal-hal tersebut diatas menyebabkan perlunya dipikirkan alternatif-alternatif pemecahan masalah transportasi terutama kemacetan di daerah perkotaan 1.2 Pendekatan Sistem Transportasi Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam dan usaha untuk mendapatkan alternatif-alternatif pemecahaan masalah yang baik, sistem transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih mikro. Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sub-sistem dimana masing-masing sistem mikro tersebut akan saling terkait dan saling mempengaruhi seperti terlihat pada gambar 1. Sistem mikro tersebut adalah sebagai berikut: a. Sistem Kegiatan (Transport Demand) b. Sistem Jaringan (Prasarana Transportasi/Transport Supply) c. Sistem Pergerakan (Lalu-lintas/Traffic) d. Sistem Kelembagaan Setiap tata guna tanah atau Sistem Kegiatan mempunyai tipe kegiatan tertentu yang akan 'membangkitkan' pergerakan (traffic generation) dan akan 'menarik' pergerakan (traffic attraction). Sistem tersebut merupakan suatu sistem pola kegiatan tata guna tanah (land use) yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan adanya pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap/harinya yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna tanah tersebut. Besarnya pergerakan yang ditimbulkan tersebut sangat berkaitan erat dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan. Pergerakan tersebut baik berupa pergerakan manusia dan/atau barang jelas membutuhkan suatu moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut dapat bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan tersebut merupakan sistem mikro yang kedua yang biasa dikenal dengan Sistem Jaringan yang meliputi jaringan ja