aplikasi model konservasi levine dalam pemenuhan...

86
UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ASUHAN PERKEMBANGAN PADA BBLR DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR Oleh: FEBRIYANTI NPM 1106122480 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK DEPOK, JUNI 2014 Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM

PEMENUHAN KEBUTUHAN ASUHAN PERKEMBANGAN

PADA BBLR DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh:

FEBRIYANTI

NPM 1106122480

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK

DEPOK, JUNI 2014

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 2: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

i

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM

PEMENUHAN KEBUTUHAN ASUHAN PERKEMBANGAN

PADA BBLR DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners Spesialis Keperawatan Anak

Oleh:

FEBRIYANTI

1106122480

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK

DEPOK, JUNI 2014

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 3: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 4: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 5: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 6: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 7: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT, yang telah

memberikankesempatan dan kemampuan serta rahmat dan segala kebaikan-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir

ini dengan judul “Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Asuhan Perkembangan Pada BBLR Di RSUPN Cipto

Mangunkusumo Jakarta”

Karya ilmiah akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Ners Spesialis

Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis berharap bahwa karya ilmiah akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi kemajuan pelayanan, penelitian, dan pendidikan

keperawatan.Penyusunan karya ilmiah akhir ini dapat terlaksana atas

bimbingan, bantuan, dan kerjasama berbagai pihak. Untuk itu, penulis

menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku supervisor utama yang

telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir

ini.

2. Ibu Elfi Syahreni, S.Kp., Sp.Kep.An. selaku supervisor yang juga telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan,

dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.

3. Pemerintahan provinsi Sumatera Barat yang dalam hal ini telah

memberikan bantuan materil dan moril dalam penyelsaian karya ilmiah

akhir ini.

4. Ibu Ns.Nining Caswini Skep. selaku Kepala Ruangan Perinatologi

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. yang telah memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada kami untuk menimba ilmu yang

sebanyak-banyaknya.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 8: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

vii

5. Tim Medis Divisi Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

yang telah memberikan ilmunya yang terintegrasi dan aplikatif sehingga

sangat membantu penulis dalam analsis kasus KIA ini.

6. Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia yang telah menyediakan fasilitas dan dukungan

demi kelancaran praktik ners spesialis dan KIA ini.

7. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan

dukungan yang tidak terbatas selama pelaksanaan praktik ners spesialis

dan penulisan karya ilmiah akhir ini.

8. Sahabat dan semua pihak yang telah bersama-sama saling membantu

sehingga praktik ners spesialis dan penulisan karya ilmiah akhir ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Depok, Juni 2014

Penulis

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 9: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

viii

ABSTRAK

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK

Karya Ilmiah Akhir , Juni 2014

Febriyanti

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Asuhan Perkembangan Pada BBLR di

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

VII + 66 halaman + 2 tabel + 1 skema + 3 lampiran

Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan teori

Model Konservasi pada bayi dengan kebutuhan asuhan perkembangan. Bayi berat lahir

rendah (BBLR) membutuhkan adaptasi yang luar biasa agar dapat mempertahankan

kelansungan hidupnya, oleh sebab itu dibutuhkan perawatan NICU. Namun ternyata

dampak dari perawatan NICU yang lama mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan

disabilitas pada BBLR kedepannya. Oleh sebab itu intervensi dini harus sudah diberikan

sejak awal bayi mulai dirawat melalui asuhan perkembangan. Asuhan perkembangan

adalah segala upaya yang dilakukan dalam rangka memberikan dukungan fisik, psiko dan

sosial kepada bayi berat lahir rendah dengan cara memodifikasi lingkungan agar dapat

mempromosikan pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu intervensi dini yang

dapat memperbaiki kekurangan stimulasi yang membangun untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan adalah stimulasi taktil kinestetik yang dilakukan oleh

ibu.

Kata kunci: bayi berat lahir rendah, model konservasi, asuhan perkembangan dan taktil

kinestetik.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 10: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

ix

ABSTRACT

UNIVERSITAS INDONESIA

FACULTY OF NURSING

MAJORING IN PAEDIATRIC OF NURSING

Scientific Final Assignment, June 2014

Febriyanti

Applying The Conservation Theory To Low Birth Weight Infant With

Developmental Needs In RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

VII + 66 page + 2 table + 1 schema + 3 appendiks

This scientific final assignment is intended to describe the application of the

theory of Conservation Model in infants with developmental care needs. Low

birth weight infants needs a great effort to adapt and survive, therefore need

neonatal intensive care unit (NICU). But it turns out the impac to fthe old NICU

care resulting in high morbidity and disability. Therefore,early intervention should

have been given since the beginning of the baby was admitted through

developmental care. Developmental care is all the efforts made in order to

facilitate and support the physical, social and psycho of low birth weight infant

through modifications to the environment to be able to promote the growth and

development of low birth weight infant. One of the early intervention that can

correct the lack of stimulation to promote growth and development is a tactile

kinestetic stimulation by the mother.

Keywords: Low birth weight infant, the model of conservation, developmental

care, tactil kinestetic

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 11: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR BEBAS PLAGIARISME iii

LEMBAR ORISINALITAS iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR SKEMA ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 8

1.3 Manfaat Penulisan 9

1.4 Sistematika Penulisan 10

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 10

2.1 Gambaran Kasus 10

2.3 Asuhan Perkembangan 21

2.4 Kapasitas Funsional Bayi 27

2.5 Intervensi Perkembangan 31

2.6 Intergrasi Teori Lavine 33

2.7 Aplikasi Kasus Terpilih 39

BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI 43

3.1 Peran Ners Spesialis Anak 44

3.2 Target Kompensasi 44

BAB 4 PEMBAHASAN 52

4.1 Aplikasi Model Levine Dalam Pemenuhan Asuhan

Perkembangan Lima Kasus Kelolaan Terpilih. 52

4.2 Analisis Pencapaian Target Kompetensi. 58

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan 65

5.2 Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 12: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Respon Prilaku Bayi . 20

Tabel 2.2 Analisis Cara Bayi Melakukan Aktifitas Fungsional 31

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 13: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

xii

DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 2.1 Kerangka Konsep Asuhan Perkembangan dalam

Concervation Levine’s Model of Nursing .......

42

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 14: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan EBN

Lampiran 2 : Kontrak Belajar

Lampiran 3 : Trophicognosis Dan Intervensi Kasus Terpilih.

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 15: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara maju seperti Amerika, sekitar 100% neonatus usia gestasi 34 - 37

minggu dan 40-60% neonatus usia gestasi 22 - 28 minggu telah dapat

dipertahankan kehidupannya sehingga angka kematian bayi (AKB) turun

secara drastis (Brodsky & Quelette, 2008). Keberhasilan dalam menurunkan

AKB tersebut sangat berkaitan dengan kemajuan pesat ilmu dan teknologi

dalam bidang kedokteran khususnya di unit perawatan intensif. Hal yang

berbeda terjadi di Indonesia, dimana Indonesia telah menempati posisi

peringkat keempat di Asia setelah Myangmar, Timor Leste dan India, dalam

menyumbang AKB (World Development Indicator Date, 2012). Angka

kematian bayi yang tinggi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh bayi

berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram. Saat ini angka kejadian BBLR yaitu 10,2% (Riskesdas tahun 2013).

Tingginya angka kelahiran BBLR mendatangkan masalah yang cukup

kompleks. Hal ini disebabkan karena kelahiran BBLR sering disertai dengan

berbagai permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan yang terjadi

pada BBLR umumnya segera setelah lahir yaitu ketidakmampuan BBLR

beradaptasi terhadap lingkungan yang berada dalam dirinya maupun

lingkungan diluar rahim. Hal ini disebabkan oleh belum maturnya berbagai

sistem organ, karena terlalu cepat mengalami kelahiran atau juga bisa

disebabkan karena kekurangan gizi atau penyakit yang mengakibatkan proses

maturasi sistem organ menjadi terhambat(Hockenberry & Wilson,2009).

Bayi berat lahir rendah biasanya tidak hanya menghadapi satu persoalan,

akibat prematuritas, biasanya meliputi berbagai persoalan seperti:

prematuritas pada sistem pernafasan yang disebabkan karena produksi

surfaktan yang minimal dan jumlah alveoli yang sedikit, kelemahan pada

otot pernafasan; immaturitas pembuluh darah dan sistem saraf pusat sehingga

belum mampu mengatur banyaknya stimulus yang datang dari lingkungan;

rendahnya kemampuan refleks fungsional sehingga mengakibatkan bayi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 16: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

2

Universitas Indonesia

sangat beresiko untuk mengalami stres dan menyebabkan perdarahan pada

otak; immaturitas pada sistem termoregulasi mengakibatkan lambatnya

respon tubuh untuk menghasilkan panas yang berdampak kepada tidak

seimbangnya pembentukan panas tubuh dengan kehilangan panas

kelingkungan; immaturitas sistem pencernaan mengakibatkan rendahnya

kemampuan mencerna dan menyerap zat nutrisi; immaturitas sistem

kekebalan tubuh yang mengakibatkan bayi mudah terinfeksi (Marnoto,

Indrasanto, Suradi, & Rustina, 2011).

Kompleksnya permasalahan yang terjadi mengakibatkan BBLR

membutuhkan adaptasi yang luar biasa, diluar kapasitas kemampuannya

terhadap tantangan atau stimulus yang bersumber dari lingkungan internal

maupun eksternal. Oleh sebab itu BBLR sangat membutuhkan berbagai alat

pendukung dalam mempertahankan kelansungan hidupnya, sehingga

dibutuhkan perawatan yang ketat dan lengkap yaitu perawatan intensif

atauneonatal intensive care unit (NICU).

Walaupun kemajuan teknologi kedokteran ini telah sukses dan sangat maju

dalam meningkatkan kelansungan hidup dan pengobatan yang lebih baik

pada bayi dengan risiko tinggi, namun tidak sepenuhnya mampu

memfasilitasi bayi didalam mengembangkan kemampuan adaptasinya

menghadapi stimulus atau stressor dari lingkungan, yang ada BBLR hanya

ketergantungan terhadap alat-alat pendukung dan selalu membutuhkan orang

lain untuk membantunya. Bahkan hampir selalu mengalami gangguan dalam

perkembangannya ( Als et al.,2004). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh Peters, et al. (2009) yang membuktikan dampak jangka

pendek dan dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari perawatan BBLR

di NICU.

Perawatan BBLR diruangan perawatan intensif biasanya menghabiskan

waktu yang lama. BBLR harus menghadapi beberapa ketidaknyamanan

seperti nyeri akibat berbagai prosedur pemeriksaan dan tindakan perawatan

serta pengobatan yang bersifat invasif, ransangan pemeriksaan yang berulang-

ulang dan tidak terarah, hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada otak

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 17: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

3

Universitas Indonesia

sehingga kejadian disabilitas pada BBLR kedepannya diatas 50%(Sizonenko,

2009) dan yang paling membuatnya semakin tidak nyaman adalah ketika

BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua.

Menurut Chapieski dan Evankovich(1997) dalam Dieter, et al.(2003)

terpisahnya BBLR dari orang yang dicintainya pada awal kehidupan

menjadikan BBLR pada tahap perkembangan selanjutnya memiliki

kemampuan yang rendah dan respon sosial yang lambat.

Menurut Dieter, et al. (2003) Efek negatif yang muncul akibat dari perawatan

intensif dalam waktu yang lama pada tahap bayi adalah sistem kontrol

persarafan autonom yang rendah, koordinasi perilaku dan tingkat perhatian

yang rendah. Ketika BBLR mencapai tahap usia anak, sebagian besar BBLR

mempunyai kemampuan mendengar, melihat, yang rendah. Disamping itu

terjadi keterlambatan dalam membentuk kemampuan cross-modal, serta

rendahnya integritas sensorik motorik. Bahkan rendahnya kemampuan

motorik ini diikuti oleh reflek-reflek yang abnormal, hipotonia, gangguan

kontrol terhadap postur, koordinasi alat gerak halus yang rendah, rendahnya

kemampuan gerak tangan, ditambah lagi dengan kesulitan bahasa (Craig,

Grealy& Lee, 2000).

Oleh sebab itu, karena kompleksnya pemasalahan yang dihadapi BBLR di

awal kehidupannya dan beratnya dampak jangka panjang yang ditimbulkan

dari stres yang dialami BBLR ketika harus menjalani perawatan intensif yang

lama, maka diperlukan sekali suatu intervensi awal yang dilakukan oleh

perawat dalam mencegah timbulnya stres pada BBLR di awal kehidupannya.

(Kenner & Grath, 2004; Bijari et al., 2012).

Upaya intervensi awal dilakukan untuk BBLR selama di rawat di NICU

adalah memberikan asuhan perkembangan (Developmental Care). Program

asuhan perkembangan ini telah terbukti mampu mencegah terjadinya

kegagalan perkembangan pada bayi (Als, 1994; Als et al., 2011). Asuhan

perkembangan juga mampu mengurangi gejala sisa gangguan perkembangan

saraf yang ditimbulkan dari perawatan di NICU. Hal ini dibuktikan melalui

penelitian yang dilakukan oleh Peters, et al. (2009).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 18: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

4

Universitas Indonesia

Menurut Als (1986) bayi matur yang baru lahir dan sehat umumnya memiliki

kepandaian yang optimal untuk terlibat aktif dalam proses perkembangannya.

Kepandaian ini telah dimulai sejak bayi itu lahir yang berguna dalam

merespon berbagai ransangan yang bersumber dari dalam diri bayi itu

sendiri maupun dari lingkungan yang betul-betul berubah. Adapun

kepandaian bayi tersebut adalah menghisap tangan dalam rangka

mendamaikan dirinya agar dapat bersabar terhadap sesuatu kebutuhan yang

belum diperolehnya. Selanjutnya kepandaian tersebut digunakan untuk

memberi sinyal kebutuhannya akan perhatian dari orang disekitarnya dengan

cara menangis dan menyampaikan kenyamananannya dengan tersenyum

(Kosim, 2012; Lissauer & Fanaroff, 2009).

Kepandaian sederhana yang dimilikinya tersebut adalah merupakan suatu

pencapaiannya yang paling tertinggi pada saat itu dan tentunya paling berarti.

Pengasuh bayi atau orang tua bayi seringkali tidak memahami isyarat yang

diberikan dan seringkali salah dalam mengartikan, sehingga hal ini

menimbulkan stres pada bayi dan juga orang tua. Dampak yang ditimbulkan

dari perawatan BBLR di NICU dalam jangka panjang adalah tidak

terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan BBLR. Menurut

Fieldman, et al.( 2002) ibu-ibu BBLR seringkali memberikan respon yang

tidak sesuai, bahkan sering salah dalam membaca tanda, isyarat, sentuhan,

perkataan serta tatapan yang disampaikan kepada bayinya bila dibandingkan

dengan bayi yang matur. Bahkan kesalahan dalam membaca isyarat dari bayi

dapat menimbulkan perilaku negatif ibu dalam berinteraksi dengan bayi

(Silberstein, Geva & Fieldman, 2009). Pada penelitian-penelitian longitudinal

yang lain, mengindikasikan yang sama mengenai masalah-masalah yang

dialami BBLR pada tahap remaja yaitu kemampuan neuropsikologis yang

rendah, intelegensi dan kemampuan pendengaran yang rendah, memiliki

harga diri rendah, kerusakan artikulasi dan pengucapan, kurangnya perhatian

dan kemampuan belajar (Bhutta et al., 2012),

Ketika orang tua, keluarga atau lingkungan mampu untuk mengenali dan

mengerti serta memberikan respon yang tepat, dan menjadikan hal ini

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 19: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

5

Universitas Indonesia

sebagai suatu proses komunikasi yang interaktif, maka BBLR telah

mengalami proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuannya

ketahap berikutnya, dimana memorinya akan mengingat respon ini dan

kemuadian akan memberikan penguatan sehingga perkembangan sel otak

dapat terakselerasi (Karunia, 2013).

Saat ini perawatan BBLR di NICU dan unit khusus seperti level 2 dan 3, telah

mengalami kemajuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini

berdasarkan hasil pembuktian secara ilmiah. Berdasarkan penelitian yang

pernah dilakukan dengan menggunakan The Newborn Individualized

Developmental Care and Assesment Program (NIDCAP) dapat mencegah

dan mengurangi gejala sisa yang ditimbulkan terhadap perkembangan saraf

pada bayi yang dirawat di NICU. Hasil dari NIDCAP ini secara signifikan

dapat meningkatkan perilaku perkembangan. Adapun tujuan dari asuhan

perkembangan tersebut untuk meminimalkan stresyang dialami oleh BBLR

serta mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembanganya dengan cara: 1)

memberikan ransangan yang bertujuan mengkoreksi kekurangan yang ada di

lingkungan luar dan mengkondisikan bayi seolah-olah masih didalam

rahim.Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan stimulasi

terhadap pendengarannya dengan menggunakan suara ibu untuk

meningkatkan stabilitas fisiologi kardiorespirasi pada bayi prematur sehingga

menurunkan terjadinya apnu akibat dari prematuritas yang lebih dikenal

dengan AOP (Kenner & McGrath, 2004), stimulasi dengan memberikan taktil

kinestetik dan membuat sarang burung 2) memberikan perawatan berdasarkan

pada isyarat bayi 3) mengurangi stimulasi atau disebut dengan penanganan

yang minimal 4) mengurangi ketidaksesuaian atau stimulasi yang berlebihan

terhadap variabel sensorik atau pengalaman lainnya seperti cahaya yang

berlebihan (Symington & Pinelli, 2006;Mimiran & Aringno; Bowen, 2009).

Kebutuhan BBLR terhadap perkembangan adalah suatu kebutuhan dasar yang

berhubungandengankematangan sistem saraf, pengorganisasian perilaku,

penataan lingkungan, penataan tindakan medis dan perawatan. Pencapaian

pemenuhan kebutuhan akan perkembangan akan memicu terjadinya proses

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 20: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

6

Universitas Indonesia

penyembuhan dan pemulihan kembali fungsi-fungsi tubuh yang sebelumnya

terganggu (Hockenberry & Wilson, 2009).

Melalui asuhan perkembangan dapat menurunkan angka kematian bayi,

menurunkan jangka waktu penggunaan alat bantu nafas, pemberian oksigen,

pemberian antibiotik, penderita retinopati, dan peningkatan lingkar kepala

dan berat badan serta dapat mencegah timbulnya gejala sisa. Dengan

demikian diharapkan dengan pemenuhan kebutuhan akan asuhan

perkembangan yang dilakukan mampu meningkatkan kualitas hidup BBLR

selama di NICU dan setelahnya (Kenner & Graft, 2004).

Asuhan perkembangan didalam prosesnya sangat membutuhkan kerjasama

dengan orang tua namun yang terjadi ketika BBLR dirawat adalah orang tua

terkadang tidak sabar dan kesulitan untuk menunggui bayinya dikarenakan

waktu rawat yang lama, jarak rumah yang jauh dari rumah sakit, kesulitan

membagi waktu terhadap anak yang lain, pekerjaan yang tidak bisa

ditinggalkan serta ketidaksanggupan menanggung biaya yang ditimbulkan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Lewis, et al.(1991) dalam Latva,

Lehtonen, Salmelin & Tamminen, (2007) tentang alasan dari ketidakhadiran

orangtua selama perawatan anaknya.

Hampir sebagian besar angka kunjungan bayi di RSUPN Cipto

Mangunkusumo berasal dari keluarga yang tidak mampu, sehingga orang tua

sering meminta agar bayinya diizinkan pulang. Walau tidak harus

mengeluarkan biaya terhadap pelayanan rumah sakit. Hal ini tentunya

mengakibatkan ketidaksiapan bayi dalam beradaptasi dengan lingkungan

eksternal dan ketidaksiapan orang tua untuk merawat BBLR di rumah,

kondisi ini akan berdampak pada tingginya angka kesakitan bayi setelah

pulang kerumah.

Perawat spesialis anak tentunya sangat memiliki peran yang besar dalam hal

ini, melalui asuhan perkembangan maka semakin mampu menegaskan bahwa

peran perawat sangat terlibat dalam keseluruhan aspek yaitu aspek promotif

dan preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 21: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

7

Universitas Indonesia

kebutuhan bayi secara holistik yaitu bio, psiko, sosio dan kultural. Perawat

dalam melakukan pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan, tentunya

harus mampu menjaga keseimbangan antara intervensi keperawatan yang

diberikan dan keterlibatan bayi sesuai dengan kapasitas fungsional yang

dimilikinya. Levine sangat meyakini bahwa setiap individu akan selalu

berusaha mempertahankan keutuhannya secara menyeluruh, dan melakukan

penghematan energi untuk menjaga integritas agar tidak terjadi kelelahan

(Alligood, 2010). Asuhan perkembangan pada kenyatannya sangat

menerapkan konservasi sebagaimana yang diinginkan didalam teori

keperawatan yang salah satunya adalah model konservasi Myra E. Levine.

Karena asuhan perkembangan tidak hanya mendukung untuk konservasi

integritas personal saja melainkan untuk keseluruhan konservasi.

Model konservasi Myra E. Levine, meliputi empat prinsip konservasi yaitu

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal dan sosial. Berdasarkan keempat prinsip konservasi yang harus

dicapai dalam mewujudkan keutuhan, perawat mampu melaksanakan fungsi

dan perannya dengan baik sebagai pemberi asuhan langsung,advokat pasien,

konsulen, pendidik, koordinator, kolaborator dan peneliti (Hockenberry &

Wilson, 2009).

Perawatan BBLR yang diberikan oleh perawat ruangan perinatologi RSUPN

Cipto Mangunkusumo sebagian besar sudah melaksanakan asuhan

perkembangan, seperti penanganan minimal, menggunakan sarang burung,

menggunakan penutup inkubator, dan melaksanakan kontak kulit ke kulit

(perawatan metode kangguru), namun beberapa asuhan perkembangan yang

bertujuan untuk memberikan stimulasi yang dapat mendukung

perkembangannya belum ada dilaksanakan. Peran perawat sebagai inovator

dalam asuhan perkembangan salah satunya adalah menerapkan praktik

berbasis bukti tentang stimulasi taktil-kinestetik dalam meningkatkan kualitas

tidur-terjaga. Apabila asuhan perkembangan tersebut dilaksanakan oleh ibu

BBLR, maka hal ini akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan

kemampuan bayi. Berdasarkan latar belakang diatas residen tertarik untuk

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 22: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

8

Universitas Indonesia

menerapkan teori konservasi Myra E. Levine dalam pemenuhan kebutuhan

asuhan perkembangan pada BBLR di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktek residensi Ners

Spesialis Keperawatan Anak dengan mengaplikasikan teori keperawatan

Myra Levine.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini adalah :

1. Mengaplikasikan teori keperawatan Myra E Levine dalam

memberikan asuhan keperawatan pada BBLR dengan gangguan

asuhan perkembangan.

2. Melakukan analisis penerapan teori keperawatan Myra E Levine

dalam pemberian asuhan keperawatan.

3. Memberikan gambaran pelaksanaan praktek residensi ners spesialis

keperawatan anak di ruang perawatan anak.

4. Memberikan gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat

sebagai praktisi keperawatan baik sebagai pemberi asuhan, advokat,

pendidik, kolaborator, koordinator, peneliti dan agen pembaharu

dalam pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan pada BBLR di

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

5. Membahas kesenjangan atau kendala yang ditemui di lapangan

dalam pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan pada BBLR

dengan menerapkan teori konservasi Levine.

1.3 Manfaat Penulisan

Residen sangat berharap kiranya karya ilmiah akhir ini dapat menjadi

masukkan atau dapat memberikan manfaat pada beberapa area sebagai

berikut:

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 23: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

9

Universitas Indonesia

1.3.1 Manfaat Aplikatif

Menjadikan sebagai dasar pemberian intervensi asuhan perkembangan

yang komprehensif untuk mempromosikan pertumbuhan dan

perkembangan BBLR di ruangan perinatologi, dan merupakan suatu

upaya pemberian asuhan perawatan mandiri yang didasarkan pada

pembuktian ilmiah.

1.3.2 Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian yang begitu banyak menggambarkan efek positif dari

intervensi-intervensi yang diberikan dalam asuhan perkembangan, dapat

memberikan masukkan pada bidang keilmuan keperawatan terhadap

Institusi pendidikan keperawatan agar menghasilkan perawat yang mahir

dalam kompetensi mandirinya dalam pengembangan asuhan

keperawatannya.

1.3.3 Manfaat dalam Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi peserta didik yang

akan melakukan penelitian terhadap asuhan perkembangan pada BBLR

dengan menggunakan teori konservasi energi Levine.

1.4 Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini tersusun dalam 5 bab, dengan sistematika penulisan

sebagai berikut: bab 1 berisi pendahuluan, meliputi latar belakang penulisan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan; bab 2 berisi

aplikasi teori, meliputi gambaran singkat tentang lima kasus yang dikelola

residen selama praktik residensi, tinjauan teoritis dan integrasi model dan

konsep dalam proses keperawatan, serta aplikasi model konservasi Myra E.

Levine pada lima kasus kelolaan;bab 3 berisi pencapaian kompetensi ners

spesialis keperawatan anak selama pelaksanaan praktik residensi;bab 4 berisi

analisis penerapan model keperawatan pada kelima kasus kelolaan; bab 5

berisi simpulan dan saran tentang pelaksanaan praktik residensi secara

keseluruhan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 24: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

10

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Gambaran Kasus

Gambaran kasus merupakan ringkasan tentang riwayat asuhan keperawatan

yang diberikan kepada 5 bayi kelolaan selama praktek residensi. Adapun

kasus-kasus tersebut sebagai berikut:

2.1.1 Kasus I :

Bayi nyonya R, jenis kelamin laki-laki, usia gestasi: 35 minggu, usia

kronologis 3 hari, berat badan (BB)1950 gram.Diagnosa medis yaitu

neonatus kurang bulan selanjutnya disebut NKB-sesuai masa kehamilan

selanjutnya disebut SMK; atresia ani pasca kolostomi, patern duktus

arteriosus, ventricel septal defect (PDA/VSD); sindroma Down dan sepsis

neonatus awitan dini (SNAD).

Pengkajian : Berdasarkan pengkajian yang dilakukan,diperoleh

datakonservasi energi: bayi terpasangventilator mode pressure control

(PC).Hasil analisis gas darah (AGD) menunjukan alkalosis metabolik

terkompensasi penuh.Bayi diletakkan dimejapenghangat (infant

warmer),terdapat ketidakefektifan suhu tubuh, tekanan darah (TD) 97/70

mmHg, heart rate (HR) 157 kali per menit. Hasil pemeriksaan

menggunakan ultrasonografi cardiac output monitor menunjukkan adanya

kardiak out put yang rendah. Infus: N5(70) + KCl (10) 8,3 ml per jam,

terapi inotropik 60 mg dalam Dekstrose 5% 25 ml per jam 0,5ml per

jam: diuresis: 3,5 ml per kgBB per jam; keseimbangan cairan -20 ml per

jam. Bayi mengalami oedem sehingga mendapat terapi diuretik. Berat badan

sekarang 1,9 kg (terdapat penurunan50 gram). Bayi dipuasakan, terpasang

oro gastric tube (OGT) terpasang. Integritas struktur: kolostomi terdapat

pada daerah abdomen kiri bawah; lingkar perut 35 cm; mekonium belum

ada. Hasil pemeriksaan echocardiografi didapatkan PDA berukuran 2,5

cm,VSD dengan pirau kanan ke kiri. Integritas Personal : bayi tampak

banyak tidur karena efek anastesi, reflek-reflek sulit dinilai, posisi tubuh

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 25: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

11

Universitas Indonesia

selalu terlentang dan kaki fleksi dengan bantuan sarang. Pada hari kedua

bayi tampak meringis, gelisah hal ini mungkin karena nyeri pasca operasi

dan pemasangan endotrakeal tube (ET).Skala nyeri 5 bayi mendapat

analgetik. Integritas sosial: Ibu tidak hadir ketikabayi dipindahkan ke

ruangan lain, hal ini disebabkan karena ibu mengalami perdarahan, ayah

bayi hadir pada hari ke-4 rawatan di ruangan paediatric intensive care unit

(PICU), belum pernah mendapatkan ASI, kebutuhan bayi sering tidak

terpenuhi oleh keluarga seperti permintaan ASI dan diapers untuk bayi.

Trophicognosis yang diangkat padakonservasi energi adalah : gangguan

pola nafas, risiko tidak efektifnya termoregulasi, risiko kekurangan volume

cairan, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan

nyeri.Pada konservasi integritas struktur yaitu risiko infeksi, gangguan

integritas kulit, sedangkan pada konservasi integritas personal yaiturisiko

gangguan perkembangan, resiko gangguan regulasi diri. Selanjutnya

konservasi integritas sosial yaitu risiko gangguan perlekatan ibu-bayi.

Intervensi yang dikerjakan adalah manajemen jalan nafas, manajemen

nutrisi dan cairan serta manajemen termoregulasi. Intervensi terkait asuhan

perkembangan adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, posisi midline

control, berkomunikasi, tanggap terhadap isyarat bayi, manajemen nyeri

non farmakologis, pemberian kempeng dan mendekap bayi dengan kedua

tangan dengan mantap ketika prosedur invasif dilakukan, pengaturan jadwal

kegiatan medis dan keperawatan, memfasilitasi orang tua untuk memberikan

sentuhan serta memberikan edukasi tentang isyarat bayi.

Evaluasi terhadap respon organismik pada trophicognosis konservasi energi,

integritas struktur menampilkan pencapaian tujuan sebagian tercapai.

Respon organismik dengan masalah risiko gangguan perkembangan adalah:

bayi dapat tidur lebih lama pada fase tidur tenang walaupun sudah tidak

dibawah pengaruh anastesi, tangan kemulut sambil mengepal, reflek

genggam, bayi tidur lebih baik ketika penutup pada area diatas kepalanya

dipasang karena bayi diletakkan pada meja penghangat.Bayi berespon

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 26: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

12

Universitas Indonesia

mendekat terhadap sentuhan dan suara. Bayi tidak rewel dan mampu

menenangkan diri dengan refleks hisap, menangis mengekspresikan

ketidaknyamanan dan rasa haus, refleks genggam, rooting refleks, reflek

hisap dan reflek menelan semakin kuat, mampu merubah posisi kepala

untuk kenyamanan, menangis minta diperhatikan, menerima dengan tenang

ketika dilakukan kegiatan keperawatan medis maupun keperawatan.

2.1.2 Kasus II

Bayi I, laki-laki BBL: 2450, usia gestasi 35 minggu, usia kronologis 30 hari

dengan diagnosa medis: Syok Hipovolemik, Respirasi Distress ec

Pneumonia; Sepsis; SNAL; Ikterus Neonatorum; tersangka Sindrom

Edward. Riwayat penyakit saat ini muntah dua kali isi susu, malas

menyususejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dua hari SMRS

mencapai demam 38,7˚C, batuk pilek, sesak nafas, sekitar 5 jam SMRS

bayi bertambah sesak, dan nafas tersengal-sengal dan disertai demam.

Pengkajian terhadap konservasi energi: bayi letargik, frekuensi nafas 62 kali

per menit, retraksi interkostal, nafas cuping hidung. HasilAGD menunjukan

adanya asidosis metabolik terkompensasi sebagian. Bayi terpasang

continuous positive airway pressure(CPAP) dengan positive end expiratory

pressure (PEEP) 7 mmHg,fraksi oksigen (FiO2) 60%, terpasang kateter,

pengisian kapiler lebih dari 3 detik. Bayi diboluskan cairan Nacl 0,9% 25 ml

dalam setengah jam. integritas struktur: posisi bayi tampak terus terlentang,

diaporesis skala Braden 13; Integritas personal : bayi tampak gelisah, kepala

hiperekstensi, batang tubuh desebrasi, ekstremitas ekstensi, sulit tidur,rewel,

refleks hisaplemah rooting lemah dan menelan ada, prilaku tidak

terorganisir, kontak matanya tidak berbinar, menangis, prilaku menghindar

ketika disentuh perawat. Integritas sosial: Ibu sering berkunjung setiap hari,

sambil berbicara dan mengelus bayinya. Bayi menatap ibu, namun bayi

tidak memberikan precuring, tangan dan kaki sedikit fleksi, tonus baik,

namun tidak mengarah ke mulut atau kewajah. Bayi tidak pernah

memberikan senyuman, tatapannya seperti meminta belas kasihan dari

perawat. Bayi tidak menangis ketika ibunya pergi, Ayah bayi kadang-

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 27: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

13

Universitas Indonesia

kadang hadir di rawatan PICU, walau hanya sebentar namun ayah

memperlihatkan interaksi yang cukup baik, seperti mengelus, dan berbicara

sambil memberikan semangat. Orang tua sepertinya kedua-duanya

mendampingi anaknya di RS.

Trophicognosisyang diangkat padakonservasi energi,gangguan: pola nafas,

termoregulasi; risiko: kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan. Integritas struktur: risiko perluasan infeksi,

gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan

perkembangan, Integritas sosial: gangguan: perlekatan ibu-bayi danrisiko

gangguan proses keluarga.

Intervensi: tindakan yang dilakukan adalah manajemen pola nafas,

manajemen cairan, manajemen termoregulasi, dan manajemen transmisi

infeksi. Intervensi asuhan perkembangan dalam mendukung empat

konservasi , integritas struktur, integritas personal dan sosial adalah

mengurangi stimulus yang berlebihan dengan penanganan

minimal,memanggil namanya, berbicara, posisi midline control, mengatur

posisi tangannya tetap ada didekat mulutnya, memeluknya dan

memfasilitasi tidur, memfasilitasi orang tua dalam memberikan sentuhan

dan melibatkan dalam kegiatan asuhan, berkomunikasi dengan lembut setiap

prosedur yang akan dilakukan, memberikan mainan, mengatur jam

perawatan dan tindakan, serta jam bezuk.

Evaluasi: terhadap gangguan: pola nafas, cairan , termoregulasi, dan nutrisi

sebagian teratasi. Respon oranismik terhadap perkembangan adalah bayi

tampak tenang, tanda-tanda vital normal: TD 73/55mmHg, HR= 130 kali

per menit RR55 per menit, sianosis tidak ada, desaturasi tidak ada, CPAP

terpasang dengan PEEP 6 FIO2 30% bayi dapat tidur agak lebih lama dari

sebelumnya, perilaku mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan

mampu menenangkan diri dengan tetap berada didalam sarang burung,

refleks hisap ada namun lemah, mampu merubah posisi kepala untuk

kenyamanan, kontak mata sudah dapat mempertahankan, menangis minta

diperhatikan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 28: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

14

Universitas Indonesia

2.1.3 Kasus III

Dari pengkajian: By Ny. N usiagetasi 30 minggu usia kronologis 52 hari,

terpasang CPAP sejak lahir, dengan PEEP 5-7 Flow 7 liter/menit, FIO2

40%, dicoba lepas CPAP sejak 1 hari yll, tetapi gagal, bayi tampak sesak

RR= 89 kali per menit, retraksi intercostal, nafas cuping hidung, sianosis,

ronkhi halus, perdarahan lambung, bayi puasa,dua hari yang lalu bayi tropic

feeding 8 kali 1 ml, terpasang infus yaitu PG2. Produksi OGT kecoklatan,

bayi dipuasakan kembali; hasil kultur darah menunjukan

terinfeksiAcetanobactor Baumanii.Konservasi energi terancam bila sepsis

karena membutuhkan energi yang besar dalam menghadapi gangguan dan

pemulihan, sedangkan pemasukkan energi hanya melalui parenteral dan

tidak terpantau dengan baik.

Konservasi energi usia gestasi 30 minggu, terdapat instabilitas suhu,

gangguan pola nafas, CRT memanjang lebih 3 dtk. Konservasi integritas

struktur:bayi terpasang CPAP dengan PEEP FIO2 40%. Saturasi 93%.Hasil

foto thorak:Hyalin membran desease (HMD)derajat II. Lambung bayi

mengalami perdarahan, kembung, posisi sering terlentang, plester, sensor

dan oksimetri terpasang.Konservasi integritas personal: bayi memiliki

regulasi diri yang cukup baik, menangis, mudah ditenangkan, tampak aktif,

posisi sering terlentangdan tidak pernah miring kekiri.Bayi menampilkan

perilaku menghindar dan tangannya bergerak mendorong CPAP, karena

merasa tidak nyaman.Tatapan bayi kurang berbinar, selalu menangis bila

terjaga, hal ini mungkin karena ketidaknyamanan yang dirasakannya dan

juga kehausan karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang membuat

dirinya nyaman pada rongga mulutnya, sering tersentak cegukan, Perawat

melakukan beberapa pengelolaan terhadap stimulus dari lingkungan seperti

mengatur pencahayaan, membuat sarang, melakukan pengelolaan waktu

dalam pelaksanaan asuhan dan prosedur medis dan diagnostik.

Konservasi integritas sosial: orang tua bayi tidak pernah berkunjung sejak

pindah ke ruangan SCN 2, menurut perawat di NICU orang tua memang

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 29: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

15

Universitas Indonesia

jarang berkunjung, begitu juga nenek atau kakek serta kerabat si bayi.

Ketika residen mencoba menghubungi, orang tua mengatakan belum bisa

datang karena ayah bayi sibuk bekerja sedangkan ibu bayi mengurus

keluarga dirumah.Residen sudah mencoba berulangkali menghubungi tetapi

tidak aktif dan kadang tidak diangkat. hanya bisa betemu orang tua ketika

bayi direncanakan untuk dilakukan tranfusi tukar dalam mengatasi sepsis

yang tidak teratasi walau sudah dengan antibiotik lini III.

Trophicognosis:Konservasi energi: gangguan pola nafas, gangguan

thermoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan, dan nyeri Integritas struktur: risiko perluasan

infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan

pertumbuhan dan perkembangan, gangguan perlekatan ibu-bayi Integritas

sosial: gangguan proses keluarga.

Intervensi yang diberikan meliputi seluruh trophicognosis, konservasi

energi, integritas struktur, konservasi integritas personal dan sosial.

Sedangkan pemenuhan kebutuhan perkembangan adalah mengurangi

stimulus yang berlebihan seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan,

memanggil nama bayi dengan lembut, mengatur posisi midline control,

mengatur posisi tangannya tetap berada didekat mulutnya, memeluk dan

memfasilitasi fase oralnya sebaik mungkin ketika harus dilakukan prosedur

tindakan, memfasilitasi orang tua untuk melakukan sentuhan dan

berkomunikasi, memfasilitasi bayi untukprocuring, regulasi diri, eksplorasi

diri dan makan dan mengatur posisi, bersenandung dan menyentuh bayi

dengan mantap ketika bayi tampak rewel dan tersentak, dan menghentikan

sentuhan ketika tidur pada tahap tenang, mengkomunikasikan dengan

lembut setiap prosedur yang akan dilakukan, mengatur jam perawatan dan

jam bezuk.

Respon organismik yang ditampilkan pada risiko gangguan perkembangan:

bayi tampak tenang, CPAP terpasang PEEP 5 dan FiO2 21%, tanda-tanda

vital normal : TD85/55 mHg, HR= 155 kali per menit, RR= 52 kali per

menit, bayi dapat tidur dalam agak lebih lama dari sebelumnya, prilaku

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 30: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

16

Universitas Indonesia

mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan mampu menenangkan

diri dengan refleks hisap, menangis hanya ketika meminta minum dan

mengekspresikan ketidaknyamanan, refleks genggam, mengejar ransangan,

hisap dan menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk

kenyamanan, menangis minta diperhatikan. Untuk evaluasi yang lain dapat

dilihat pada lampiran.

2.1.3Kasus IV.

Dari hasil pengkajian diperoleh data By Ny. V usia gestasi 32 mingguumur

0 hari RR44 kali per menit, merintih,retraksi intercostal,menangis lemah,

NCH, muntah pasca 30 menit pemberian susu, produksi OGT keruh, bayi

puasa, infus terpasang yaitu PG2. Bayi mengalami instabilitas suhu,dalam

inkubator,CRTlebih dari 3 detik. Konservasi integritas struktur:bayi

prematur kulit tipis,hasil foto thorak menunjukkan adanya transient

tachipnea of the newborn(TTN). posisi bayi sering terlentang, plester,

sensor dan saturasi oksigen terpasang ditubuh bayi, bayi diinkubator.

Konservasi integritas personal:bayi memiliki regulasi diri yang baik,

menangis, mudah ditenangkan, aktif, tonus otot baik, kempeng kadang-

kadang digunakan oleh perawat untuk menenangkan. Bayi menampilkan

perilaku menghindar dan tangannya bergerak mendorong ketika CPAP

dipasang.Tatapan bayi kurang berbinar, kadang menangis bila terjaga,

mungkin kehausan karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang

membuat dirinya nyaman dengan mencapai fase oralnya.Bayi tampak sering

tersentak.Konservasi integritas sosial: ayah bayi berkunjung segera sejak

pindah ke SCN 4, ibu bayi sedang dirawat diruang kebidanan.

Residenmeminta ayah bayi membawa ASI untuk bayinya. Ayah

mengantarkan ASI untuk bayinya. Ayah mampu berinteraksi dengan

bayinya.

Trophicognoses:konservasi energi yaitu : gangguan pola nafas, gangguan

thermoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan, nyeri. Integritas struktur: risiko perluasan

infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 31: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

17

Universitas Indonesia

pertumbuhan dan perkembangan, gangguan perlekatan ibu-bayi.

Konservasi integritas sosial: risiko gangguan proses keluarga.

Intervensi yang residen berikan meliputi konservasi energi, dan integritas

struktur, khusus konservasi integritas personal dan sosial dalam pemenuhan

kebutuhan asuhan perkembangan adalah mengurangi stimulus yang

berlebihan seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan, selalu

mengatur posisi bayi dalam midline control, memanggil nama bayi dengan

lembut, mengatur posisi tangannya tetap ada didekat mulutnya,

memeluknya dan memfasilitasi fase oralnya sebaik mungkin ketika harus

dilakukan prosedur tindakan, memfasilitasi orang tua untuk menyentuh dan

melakukan taktil dan kinestetik, mengajarkan kepada orang tua tentang

isyarat yang diberikan bayi melalui perilakunya, cara mengatur

posisi,berkomunikasi dengan lembut setiap prosedur yang akan dilakukan,

bersenandung dan menyentuh bayi ketika bayi tampak rewel. Disamping itu

intervensi lain yaitu mengatur jam perawatan dan jam bezuk.

Evaluasi: Bayi tampak tenang, tanda-tanda vital normal, sianosis tidak ada,

bayi dapat tidur tenang lebih lama dari sebelumnya, toleransi minum baik,

BB meningkat,perilaku mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan

mampu menenangkan diri dengan refleks hisap, menangis hanya

mengekspresikan ketidaknyamanan, refleks genggam, reflek rooting, hisap

dan menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk kenyamanan,

menangis minta diperhatikan.

2.1.5 Kasus V

Dari hasil pengkajian diperoleh data By Ny. L usia gestasi 33 minggu dan

usia kronologis 0 hari. Bayi didiagnosa oleh medis TTN dan tersangka

sepsis neonatal awitan dini (SNAD). RR 55kali per menit nafas tidak

merintih,nafas cuping hidung, produk OGT keruh, bayi dipuasakan infus

terpasang PG2, instabilitas suhu, didalam inkubator. Konservasi integritas

struktur:bayi prematur kulit tipis,posisi sering terlentang, plester, sensor dan

saturasi oksigen terpasang ditubuh bayi, bayi dalam inkubator. Konservasi

integritas personal: bayi memiliki regulasi diri yang baik, menangis, mudah

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 32: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

18

Universitas Indonesia

ditenangkan, aktif, tonus otot baik. Kempeng kadang-kadang digunakan

oleh perawat untuk menenangkan. Bayi menampilkan prilaku menghindar

dan tangannya bergerak mendorong ketika CPAP dipasang.Tatapan bayi

kurang berbinar, kadang menangis bila terjaga, mungkin kehausan karena

bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang membuat dirinya nyaman terutama

daerah oral.Bayi tampak sering tersentak.Konservasi integritas sosial:ayah

bayi berkunjung segera sejak pindah ke SCN 4, ibu bayi sedang dirawat

diruang kebidanan.

Trophicognosis:Konservasi energi: gangguan pola nafas, gangguan

termoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan, nyeri. Integritas struktur: risiko perluasan

infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan

perkembangan dan gangguan perlekatan ibu-bayi.Konservasi integritas

sosial: Risiko gangguan proses keluarga

Intervensi yang residen berikan meliputi konservasi energi, dan integritas

struktur. Khusus untuk konservasi integritas personal dan sosial.dalam

pemenuhannya residen melakukan pengurangan stimulus yang berlebihan

seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan, mengatur posisi midline

control, memanggil nama bayi dengan lembut, mengatur posisi tangannya

tetap ada didekat mulutnya, memeluknya dan memfasilitasi fase oralnya

sebaik mungkin ketika harus dilakukan prosedur tindakan, memfasilitasi

orang tua untuk berkunjung, menyentuh dan berkomuniasi dengan

anaknya,melakukan edukasi kepada orang tua tentang masalah pada bayinya

dan intervensi yang dilakukan serta mengajarkan pada orang tua tentang

isyarat dari perilaku bayi. Kegiatan intervensi lain yaitu mengatur

posisi,berkomunikasi dengan lembut setiap prosedur yang akan dilakukan,

bersenandung dan menyentuh bayi ketika bayi tampak rewel dan tersentak-

sentak hingga tertidur. Mencoba memahami isyarat bayi. Mengatur jam

perawatan dan jam bezuk.

Evaluasi terhadap respon organismik yaitu bayi tampak tenang, tanda-tanda

vital normal, desaturasi tidak ada, bayi tidak lagi menggunakan alat bantu

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 33: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

19

Universitas Indonesia

nafas (CPAP), posisi tidur bayi fleksi, tangan dekat kemulut, prilaku

mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan mampu menenangkan

diri dengan refleks hisap, menangis hanya mengekspresikan

ketidaknyamanan ketika BAB, refleks genggam, mengejar ransangan dan

hisap serta menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk

kenyamanan, toleransi minum baik, mata berbinar, nyaman ketika dilakukan

taktil kinestetik.

2.2 Teori Perkembangan

Teori perkembangan yang disebut sebagai teori synactive merupakan suatu

bentuk kerangka yang mendasar bertujuan agar dapat memahami perilaku

bayi, dimana penjabarannya dibagi kedalam beberapa subsistem fungsi.

Didalam teori synactive individu dalam hal ini bayi adalah sebagai makhluk

hidup, yang memiliki lima subsistem yang masing-masingnya selalu

berinteraksi dan bersinergis satu sama lain. Kelima subsistem ini bertujuan

untuk mempertahankan keseimbangan homoestatik dan mengakomodir

kebutuhan bayi dalam melakukan adaptasi terhadap tantangan dari

lingkungan (Als, 1986 dalam Kenner & McGrath,2004). Subsistem yang ada

dalam teori synactive terdiri dari 1) subsistem otonom/fisiologi seperti

frekuensi nafas, denyut nadi, warna kulit, saturasi oksigen, eliminasi dan

pencernaan; 2) subsistem motorik seperti gerakan tubuh,postur, dan tonus; 3)

subsistem organisasi seperti keadaan tidur dan terjaga; 4) subsistem interaksi

dan perhatian seperti respon dan rentang perhatian yang ditampilkan bayi

terhadap lingkungan; 5) subsistem regulasi diri berupa kemampuan untuk

meregulasi diri terhadap stimulus yang datang sehingga keseimbangan

stabilisasi diri dapat dipertahankan.

Kesiapan dari seorang bayi untuk menjalani proses perkembangannya dapat

dilihat dari perilaku yang sering ditampilkan oleh bayi dan konteks yang

sedang terjadi. Perilaku bayi merupakan dasar asuhan perkembangan.

Perubahan pada keseimbangan fisiologis, aktivitas motorik, tingkat

kewaspadaan dan perhatian menunjukkan kemampuan bayi dalam beradaptasi

dengan suatu situasi. Perilaku bayi mendekati terhadap stimulus yang

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 34: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

20

Universitas Indonesia

diberikan menunjukan bahwa bayi siap untuk berinteraksi dan memiliki

kemampuan mengorganisasi perilaku, terkadang menunjukkan sikap tidak

acuh, menarik diri atau prilaku menghindar (Als, 1994; Lissauer &

Fanaroff,2009).

Tabel 2.1 Respon Perilaku Terorganisasi dan Tidak Terorganisasi pada Bayi

Subsistem

Fungsi Perilaku terorganisir

Perilaku tidak

teroganisir

Otonom/

fisiologis

Denyut jantung dan pernafasan

stabil, mampu dengsn baik

mentoleransi makanan , warna

kulit merah muda

Denyut jantung dan

pernafasan berfluktuasi dan

irreguler, terdapat

periodeapnoe, bradikardi,

kulit pucat atau kelabu,

muntah, BAB sering,

toleransi makanan kurang

baik Motorik Gerakan tubuh halus dan sinkron,

tonus otot baik, postur tubuh

fleksi dan relaks

Gerakan tubuh tersentak,

tidak teratur, gelisah, tonus

otot menjadi lemah, kaku,

hiperekstensi tungkai,

lengan atau batang tubuh. Rentang

perhatian

interaksi

Kewaspadaan menetap dan fokus Terlalu waspada dan

tampak tegang.

Regulasi

diri

Menggunakan prilaku

menenangkan dan menghibur diri

sendiri seperti meng hisap jari,

gerakan tangan kemulut, tangan

menggenggam; menggerakkan

ekstremitas ke objek hidup atau

tidak hidup, mampu

menenangkan diri, dapat dihibur

bila kesal dan memberikan

respon sosial sepert tersenyum

dan menatap, mampu

menghindari stimulus yang

datang berulang-ulang dengan

mengurangi repon motorik atau

gerak tubuh dan mengatur diri

dari keadaan terjaga ke keadaan

tidur.

Terbatas dalam prilaku

menenangkan diri sendiri,

tampak marah,

memalingkan wajah, tidak

dapat ditenangkan,

ketidakmampuan

menghindari atau

mengurangi respon

terhadap adanya stimulus

yang berulang

Sumber :Lissauer & Fanaroff, (2009)

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 35: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

21

Universitas Indonesia

2.3 Asuhan Perkembangan

Asuhan perkembangandigambarkan sebagai suatu orientasi perawatan yang

bersifat bersahabat untuk semua jenis prosedur perawatan yang diberikan,

sehingga dapat membangun dan menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi

bayi demi tercapainya kondisi stabil dan terorganisir dengan baik.

Kegiatannya meliputi mengelola lingkungan perawatan dan lingkungan

sosial bayi dengan tujuan untuk meminimalkan stressor (Als & Lawhon,

2004). Lissauer dan Fanaraoff (2009) memaknai asuhan perkembangan

sebagai dukungan yang diberikan pada bayi baru lahir untuk perkembangan

neurologis dan perilaku saat dipenuhinya kebutuhan fisiologis, fasilitasi,

stabilisasi dan perencanaan pulang sehingga meminimalkan gejala sisa pada

tahap kehidupan anak di masa datang.

Asuhan perkembangan merupakan program intervensi yang mengakomodir

kekurangan yang terdapat pada lingkungan eksternal dan sangat dibutuhkan

bayi dalam fase tumbuh kembangnya. Hal ini dilakukan karena tidak adanya

:1) Input sensasi kulit tubuh yang diperoleh dari cairan amnion; 2) Input

kinestetik yang berlangsung secara terus menerus dan aktif dihasilkan dari

selaput atau kantong amnion; 3) Irama tubuh ibu seperti, suara, gerakan,

bunyi jantung, suara nafas, suara bising usus; 4) Hambatan penerimaan

situmulus suara dan penglihatan yang disebabkan oleh rongga rahim, cairan

amnion, selaput ketuban sehingga paparan terhadap stimulus sesuai dengan

perkembangan bayi (Kenner & Mcgrath, 2004).

Pada bayi baru lahir, terutama jika prematur,otak akan berkembang dengan

pesat dan merupakan periode puncak pembentukan hubungan neoronal baru.

Proses ini bergantung pada pengalaman. Asuhan perkembangan yang

disesuaikan dengan individu bertujuan untuk memberikan pengalaman yang

sesuai tahap perkembangan saraf bayi dan mengoptimalkan potensi

perkembangan otak (Lissauer &Fanaroff, 2009).

Didapatkan beberapa penelitian tentang asuhan perkembangan di ruangan

perawatan intensif, yaitu penelitian oleh Als, et al. (2012) terhadap bayi

prematur dengan intra uterine growth restriction (IUGR) dengan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 36: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

22

Universitas Indonesia

menggunakan kelompok kontrol yang membuktikan bahwa asuhan

perkembangan secara signifikan dapat meningkatkan perkembangan otak dan

perkembangan perilaku (p<0,001). Selain itu penelitian oleh Als, et al. (1994)

terhadap38 BBLR, usia kurang dari 30 minggu, dengan kriteria tidak

memiliki kelainan kongenital, menggunakan ventilasi mekanik dalam 3 jam

setelah dilahirkan dan selama lebih dari 24 jam dalam 3 hari. Kemudiandibagi

kedalam dua kelompok yakni kelompok intervensi dengan perlakuan asuhan

perkembangan dan kelompok kontrol dengan perlakuan perawatan standar,

didapatkan hasil kelompok intervensi secara bermakna lebih pendek dalam

penggunaan ventilasi mekanik, transisi pemberian makan ke oral lebih cepat,

berat badan meningkat, rendahnya insiden perdarahan intraventrikuler,

pneumothorak dan bronchopulmonary dysplasia, hari rawat yang lebih

pendek, selanjutnya ketika pada usia 9 bulan dievaluasi dengan menggunakan

skormental Bayleydan indeks perkembangan psikomotormemperlihatkan

peningkatan yang bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2.3.1 Mengelola Lingkungan Perawatan yang Intensif

Manusia disepanjang kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan

secara terus menerus. Interaksi yang terjadi telah dimulai sejak janin berada

dalam kandungan. Lingkungan yang dihadapi janin ketika dalam kandungan

adalah lingkungan yang sangat nyaman baginya, hangat, gelap, basah

karena cairan, dan selalu mendengar secara konstan detak jantung ibu,

merasakan gerakan dan suara ibu (Wylie, 2005). Ketika kehamilan berakhir

dengan persalinan, tantangan yang dihadapi bayi sangat berbeda,

ketergantungan terhadap oksigen, karbondioksida dan darah yang biasanya

dipenuhi oleh ibu melalui plasenta, sekarang tidak lagi dapat dipenuhi

kecuali dengan usaha mandiri dari bayi. Ditambah lagi dengan perubahan

terhadap lingkungan luar seperti suhu yang rendah, kebisingan,

pencahayaan, prosedur perawatan dan medik yang berlebihan. Oleh sebab

itu dibutuhkan adaptasi dalam menghadapi tantangan lingkungan tersebut

(Lissauer & Fanaroff, 2009).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 37: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

23

Universitas Indonesia

Bayi ketika lahir telah dipersiapkan untuk menghadapi adaptasi yang besar

dengan memiliki berbagai potensi.Potensi yang dimiliki adalah berupa

maturitas dari berbagai sistem organ yang telah ada sejak lahir (Lissauer &

Fanarof, 2009). Berbeda yang terjadi pada bayi prematur dan bayi berat

lahir rendah yang kurang beruntung, adaptasi terhadap perubahan internal

dan eksternal sangat sulit dilakukan, bahkan seringkali menemui kagagalan,

disebabkan karena ketidakmaturan dari berbagai sistem organ, ditambah lagi

dengan penyakit yang menyertai (Bobak, Lowdermilk & Jensen,2005).

Keadaan ini membuat BBLR tidak mampu beradaptasi sehingga sangat

membutuhkan alat-alat pendukung yang ditujukan untuk mempertahankan

kehidupannya (Brodsky & Quilette, 2008).

Meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perawatan

intensif telah menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan angka

mortalitas bayi-bayi yang dirawat terutama di NICU.Di negara maju seperti

angka kematian bayi turun secara drastis (Brodsky & Quelette, 2008).

Perawatan intensif sangat terlibat dengan banyak prosedur tindakan yang

ditujukan bayi agar bayi dapat bertahan antara lain : pemasangan

endotrakeal tube, pemasangan orogastric tube, kateter, pemasangan jalur

vena sentral, perifer, dan perkutan. Kemudian pemeriksaan laboratorium

yang bersifat serial seperti AGD, gula darah, bilirubin. Disamping itu bayi

juga sangat membutuhkan fasilitas penunjang seperti ventilator,meja

penghangat bayi dan inkubator; alat monitor suhu, tekanan darah, nadi dan

pernafasan, pompa infus, saturasi oksigen.

Namun sayang sekali kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

diruangan perawatan intensif ternyata memberikan dampak negatif terhadap

BBLR yang dirawat, yaitu menjadi sumber stres bagi BBLR yang

menerimanya karena ketidaknyamanan akibat stimulasi yang berlebihan dari

prosedur tindakan (Als et al., 1986 dalam Kenner 2004). Beberapa prosedur

perawatan rutin juga di ruang perawatan intensif diantaranya yang

menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri adalah seperti memasang

endotraceal tube (ET), mengganti posisi ET; melakukan penghisapan lendir,

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 38: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

24

Universitas Indonesia

mengganti popok, mengganti posisi tubuh, mengganti plester, perawatan

infus, pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.

Menurut Bowen (2009) sumber stres juga ditimbulkan dari pencahayaan di

ruangan perawatan, dan kebisingan yang ditimbulkan dari inkubator,

ventilator, peralatan monitoring, percakapan oleh para staf perawatan, buka-

tutup jendela inkubator (Westrup et al., 2000). Selain itu yang menjadi

sumber stres pada bayi yang dirawat diinkubator adalah terpisahnya BBLR

dari orang tua (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Kondisi lingkungan dan aktifitas perawatan demikian banyak, menyebabkan

BBLR mudah mengalami hipoksemia dan periode apnu, nyeri, peningkatan

nilai hormon stres. Als, et al. (1986) dalam Kenner (2004) mengemukakan

perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi, tekanan darah,

pergerakan tubuh, dan penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter

stres yang dialami bayi akibat stimulus lingkungan perawatan yang

berlebihan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bowen

(2009), bahwa pencahayaan yang umumnya digunakan diruang intensif

sangat terang, hal ini memberikan stimulus yang berlebihan, dan

menyebabkan fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil, didapatkan adanya

perubahan denyut nadi, saturasi oksigen, tekanan darah dan gerak tubuh.

Pengelolaan lingkungan perawatan intensif yang bertujuan mengurangi

stimulus yang berlebihan sebagai asuhan perkembangan adalah mengurangi

kebisingan. Kebisingan ruangan perawatan intensif berada dalam rentang

50-120 dB, sedangkan yang dapat ditoleransi oleh BBLR adalah 50-90 dB

(Kenner & McGrath 2004), tentunya dapat merusak struktur auditori serta

menyebabkan gangguan fungsi fisiologis dan perilaku bayi. Gangguan

tersebut ditandai dengan terjadinya hipoksia, apnoe, bradikardi, fatigue,

perilaku tidur-terjaga tidak teratur, agitasi serta peningkatan tekanan

intrakranial dan tekanan darah (Hockenberry & Wilson, 2009).

Stimulus lain dari lingkungan eksternal yang harus diminimalkan adalah

penanganan atau dikenal dengan handling dalam tindakan pengobatan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 39: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

25

Universitas Indonesia

perawatan dan berbagai prosedur pemeriksaan lainnya, karena merupakan

sumber stres pada bayi yang dirawat. Murdoch dan Darlow (1984) dalam

Westrup et al, 2000) penanganan yang berlebihan berkontribusi terhadap

terjadinya hipoksemia, ketidaknyamanan, nyeri, gangguan periode tidur, dan

peningkatan nilai hormon stres. Kegiatan penanganan minimal seperti

melaksanakan jam tenang. tindakan mengatur posisi, pengaturan jadwal

pemberian obat dalam waktu yang berdekatan dan mengurangi tindakan

membuka dan menutup inkubator untuk hal yang tidak perlu merupakan

pengelolaan lingkungan terhadap stimulus(Als et al.,1994; Kenner &

McGrath, 2004; Maguire et al.,2008). Menggunakan data pengkajian secara

bersama pada tim kesehatan yang terlibat sehingga tidak terjadi pemeriksaan

fisik yang berulang, dan menggunakan sensor pada tubuh untuk memonitor

tanda-tanda vital sehingga tidak menggangu.

Dalam penelitian oleh Kelmanson, dan Adules (2003) membuktikan bahwa

stres yang terjadi pada BBLR disebabkan oleh lingkungan perawatan

intensif. Stres pada bayi dapat diobesrvasi dari perilaku tidur terjaga dimana

waktu istrahatnya lebih pendek karena seringkali terjaga dan fase tidur dan

istirahat bayi sangat penting untuk tumbuh dan berkembang karena pada

saat tidur berlangsung sekresi hormon peertumbuhan dan immunitas tubuh

lebih banyak disekresikan. Ward, Clarke dan Linden, (2009) menambahkan

pula bahwa fase tidur akan mempercepat pembentukan memori dan jalur-

jalur memori jangka panjang serta memicu preservasi plasitisitas saraf otak

sehingga otak mengalami maturasi.

Selanjutnya yang dikelola adalah bagaimana memfasilitasi keterikatan atau

interaksi orang tua-anak yang bertujuan dapat berupa memberikan

kesempatan orang tua untuk berkunjung dan berinteraksi melalui taktil dan

perawatan metode kangguru untuk mendukung proses adaptasi bayi dan

orang tua terhadap kehadiran serta penerimaan kehadirang satu sama lain

(Lisssuer & Fanaroff, 2009; Wong et al., 2009; Kenner & Mcgrath, 2004).

Penggunaan sarang bayi dan posisi fleksi juga merupakan aspek lain dari

pengelolaan lingkungan perawatan dalam asuhan perkembangan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 40: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

26

Universitas Indonesia

dimaksudkan untuk memberikan suasana sebagaimana BBLR masih

didalam kandungan yaitu dalam kondisi fleksi dan diliputi oleh selaput

ketuban. Selain itu perilaku BBLR cenderung saat lahir kurang aktif dan

tonus otot yang lemah dan posisinya tidak fleksi(Lissauer & Fanaroff,2009).

Posisi fleksi atau lebih dikenal dengan midline control adalah posisi yang

terapeutik karena dapat mendukung regulasi diri dalam beradaptasi terhadap

stimulus dari lingkungan, kemudian bayi difasilitasi untuk meningkatkan

aktivitas kemulut dan dapat menstimulasi reflek-reflek pada mulut seperti

reflekrooting, reflek hisap dan menelan,serta posisi jari dalam kondisi

menggenggam (Kenner & McGrath, 2004; Wong et al.,2009).

Kemampuan BBLR menghisap tangan memeperlihatkan upayanya untuk

menenangkan diri atau regulasi diri, dan menangis adalah upaya untuk

memberi sinyal kebutuhannya untuk diperhatikan. Sederhana, nemun

merupakan kegiatan bayi yang sangat berarti, dan tanpa kita sadari

merupakan pekerjaan seorang bayi. Kemampuan lingkungan, pengasuh serta

anggota keluarga untuk memahami dan memberikan respon yang tepat,

menjadikan hal ini sebagai suatu proses yang interaktif, dimana selanjutnya

dapat meningkatkan kemampuan pengasuh dalam memahami kebutuhan

bayi (Karunia, 2013).

Adanya kemampuan regulasi diri ini merupakan kesiapan bayi untuk

berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Bobak, Lowdermilk, dan Jensen

(2005) disebutkan posisi fleksi (midline kontrol) pada bayi baru lahir diduga

berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah kehilangan panas

karena posisi ini dapat meminimalkan paparan suhu lingkungan terhadap

permukaan tubuh. Bayi baru lahir mempunyai perbandingan yaitu luas

permukaan tubuh lebih besar dari berat badan (Kosim, 2012).

Pengelolaan lingkungan perawatan intensif yang lain adalah pengaturan

pencahayaan ruangan perawatan dengan memberikan penutup inkubator dan

mengurangi pencahayaan ruang perawatan. Pengaturan pencahayaan untuk

prosedur pengobatan dianjurkan berada pada 60 footcandles (ftc) sedangkan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 41: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

27

Universitas Indonesia

untuk intensitas cahaya untuk lingkungan perawatan BBLR sebesar 10-20

ftc (Kenner & Mcgrath, 2004), sementara fototerapi menghasilkan 300-400

ftc.Paparan intensiitas pencahayaan yang tinggi pada BBLR dapat berakibat

terganggunya siklus tidur-terjaga dan gangguan pada perkembangan irama

diurnal, menurunkan denyut nadi, menurunkan aktifitas. (Blackburn &

Voldenberg,2003 dalam Kenner & McGrath, 2004).

Pengaturan lingkungan dapat juga dilakukan dengan mengelola obat atau

medikasi karena memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan, fungsi

fisiolgis, dan perilaku bayi. Oleh sebab itu penting sekali mempertahankan

kestabilan fisiologis dan memonitoring efek samping penggunaan obat.

Penggunaan golongan obat aminoglikoside, seperti gentamicyn seringkali

digunakan untuk infeksi gram negatif, padahal proses maturasi telinga

masih terjadi pada usia pertengahan gestasi, sehingga bila obat diberikanv

pada bayi premature dapat mengakibatkan oto toksik. Hanley dan Rybak,

1993 dalam Kenner & McGrath, (2004)melakukan penelitian terhadap bayi-

bayi yang telah diskrining memiliki pendengaran yang normal setelah

mendapatkan gentamicyn menjadi kehilangan pendengaran; meningkatnya

laju filtrasi glomerulus dan meningkatnya nilai kreatinin bahkan mencapai

nefrotoksik.Penggunaan secara rutin akan berpotensi terhadap kerusakan

organ dan kedepannya menjadi resisten(Kawashiro et al., 1994 dalam

Kenner & McGrath, 2004). Penggunaan diuretik memicu terhadap

gangguan elektrolit, terjadinya insidenrenal kalsifikasi, meningkatnya

kejadian batu empedu atau galacstone. Selain itu obat kortikosteroid yang

memiliki efek hiperglikemi, menekan kelenjar pituitari, demineralisasi

tulang; dan menekan sistem imun.

2.4 Kapasitas Fungsional Bayi

Pemberikan dukungan yang tepat dalam asuhan perkembangan seorang

perawat didasari oleh bayi ketika lahir memiliki aktifitas fungsional yang

harus dia kerjakan. Adapun yang dimaksud dengan aktiftas fungsional bayi

tersebut adalah partisipasi bayi dalam tugas dan aktivitas yang meliputi

procuring, permainan sosial, makan dan permainan eksplorasi diri. Dalam

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 42: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

28

Universitas Indonesia

pelaksanaan pekerjaan fungsional tersebut bayi sangat memerlukan

pendukung baik dari faktor bayi sendiri maupun lingkungan.

Faktor pendukung yang berasal dari bayi, digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan fungsionalnya meliputi yaitu: pengaturan diri, stabilitas fisiologis,

keterampilan tonus otot, kekuatan otot, ketahanan, kontrol postural,

perkembangan refleks, kesadaran, status modulasi, transisi, pengolahan

sensori keterampilan perseptual, kognitif, visual, auditori, kontrol oromotor,

perkembangan fisik dan berat badan. Sedangkan elemen pendukung dalam

pelaksanaan aktifitas fungsional yang berasal dari lingkungan adalah 1)

konteks fisik: modulasi lingkungan, tingkat aktifitas, temperatur; 2) konteks

sosial: sensitivitas pengasuh, kehadiran pengasuh, keterikatan pengasuh, dan

jumlah pengasuh; 3) konteks budaya: kepercayaan yang ada, dan adat isitadat;

4) konteks temporal: periode paling fungsional, kebutuhan akan asuhan medis

dan keperawatan, ritme siang malam dan rutinitas (Karunia, 2013).

2.4.1 Procuring

Merupakan aktivitas yang memberi peluang atau kesempatan untuk bayi

agar mampu berinteraksi dengan lingkungannya dengan sikap yang

proaktif dan care soliciting dan bukan sikap yang hanya bereaksi saja

ketika menerima asuhan keperawatan. Bayi menjadi procurer ketika bayi

menunjukkan prilaku yang mampu mengisyaratkan kebutuhannya kepada

pengasuhnya(Karunia, 2013).

2.4.2 Mengeksplorasi diri

Mengeksplorasi adalah kepandaian yang penting dalam mengembangkan

keterampilan menuju perkembangan keterampilan pekerjaan seperti orang

dewasa. Cara utama bayi untuk belajar adalah dengan mengeksplorasi

lingkungan. Kegiatan eksplorasi sensori dianggap elemen yg paling

penting dalam perkembangan keterampilan sensori integrasi pada bayi.

Permainan yang dilakukan antara bayi dan pengasuhnya melibatkan

beberapa bentuk eksplorasi sosial, vestibular/propprioseptif, visual, atau

pendengaran (Kosim, 2012).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 43: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

29

Universitas Indonesia

Pengaturan diri adalah upaya yang dilakukan bayi seperti pengaturan

mood,upaya menenangkan diri, dapat mengontrol perasaan gembira,

mampu mengatasi perubahan dalam setiap aktivitas. Pada umumnya bayi

dapat menenangkan dirinya dengan cara memasukkan tangannya kedalam

mulut untuk dihisap, menyentuh tangan mereka, menggoyang-goyangkan

tubuh mereka dan memberikan ransangan pada penglihatan dan

pendengaran mereka. Kepandaian ini tentunya tidak dapat dilakukan pada

bayi yang mengalami gangguan regulasi diri. kemarahan atau kekecewaan

mereka, membuat bayi semakin sulit ditenangkan, sehingga butuh usaha

yang luar biasa agar ketenangan diperoleh kembali. Perkembangan kontrol

internal dan kemampuan kognitif yang sesuai dapat membantu anak

dengan gangguan regulasi untuk bisa lebih mentolerir perubahan dan

memodulasi stres (Karunia, 2013).

2.4.3 Interaksi Sosial

Kepandaian aktifitas interaksi sosial pada awal kehidupan adalah sebagai

dasar terbentuknya pola interaksi sosial yang baik saat dewasa.

Keberadaan pengasuh memberikan dampak terhadap interaksi sosial di

ruang perawatan dengan 3 cara yaitu: 1) pengasuh tidak pernah

memberikan interaksi sosial yang positif; 2) pengasuh yang berganti-ganti

secara konstan; 3) pengasuh tidak hadir saat bayi membutuhkannya.

Interaksi inilah yang menyebabkan partisipasi dalam aktivitas interaksi

sosial lebih sulit pada bayi yang dirawat diruang perawatan, NICU

(Karunia, 2013).

Kualitas interaksi internal juga memberikan dampak kepada partisipasi

bayi. Partisipasi bayi akan semakin kuat ketika memorinya menemukan

pengalaman yang menyenangkan. Ketika hal ini terjadi bayi dapat

menanggapinya secara adaptif dengan meningkatkan dan memperkaya

partisipasinya dalam aktifitas ini. Penguatan yang bersamaan

memungkinkan ibu dan bayi untuk belajar saling menginterpretasikan

isyarat sosial masing-masing (Lissauer & Fanaroff,2009).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 44: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

30

Universitas Indonesia

2.4.4 Makan

Makan adalah salah satu kepandaian utama bayi. Ketika bayi belajar

makan,maka ia terlibat aktif dalam membangun hubungan dengan

keluarga, saat inilah bayi mempelajari nilai-nilai dan keinginan keluarga

yang berhubungan dengan makan. Walaupun bayi bergantung kepada

orang lain saat ia membutuhkan makan, bayi belajar dalam proses

pemberian makanan dengan memberikan sinyal kepada pengasuh ketika

merasa lapar dengan cara bangun, rewel, tangan dimulut dan menangis.

2.5 Evaluasi Aktivitas Fungsional

Aktivitas fungsional didasari oleh banyak faktor dan kompleks. Berbagai

faktor seperti maturasi struktur sistem saraf, hubungan fisik anggota tubuh,

latihan keterampilan, perbaikan kemampuan spesifik (sensorimotor, kognitif,

perseptual, emosional, dan sosial) dan konteks lingkungan, saling berkaitan

dan berinteraksi dengan konstan memperkaya aktivitas fungsional bayi.

Faktor lain seperti kesadaran dan awitan, membantu keterikatan bayi dalam

aktivitas dan menurunkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur atau

tugas yang kurang aktif. Penentuan kapan saat intervensi dini diberikan pada

bayi, perlu memperhatikan kompleksnya perkembangan dan menganalisis

penampilan aktivitas (Karunia, 2013).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 45: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

31

Universitas Indonesia

Tabel 2.5 Analisis Cara Bayi Melakukan Aktifitas Fungsional

Tujuan Aktifitas Fungsional Aktifitas Yang Mendasari

Memberi sinyal

kepada pengasuh

saat ingin makan

Mencari payudara

Menangis

Menggeliat-geliat

Menghisap tangan yang

mengepal

Kesadaran

Perkembangan refleks

Pengolahan sensori

Kontrol motor

Regulasi sosial dan emosional

State modulation

Mencari

Kenyamanan

Kontak mata

Tersenyum atau menangis

Cuddling

Mengadopsi postur fleksi

Kesadaran

Regulasi diri

Pengolahan sensori

Kontrol motor

Regulasi sosial/emosional

State modulation

Mencari

kesempatan untuk

mengeskplorasikan

Melempar tangan/menendang-

nendang

Meraih

Stretching

Visuality fixating

Mengamati secara visual

Kesadaran

Keterampilan kognitif

Keterampilan persepsi

Keterampilan visual

Pengolahan sensori

Kontrol motor.

Sumber : Karunia ( 2013)

2.6 Intervensi Perkembangan

Program intervensi dini di ruangan perawatan ditujukan untuk memperbaiki

kekurangan stimulasi yang dialami oleh bayi prematur. Program memperkaya

sensori dengan stimulasi multi sensoris dapat berupa stimulus taktil dan

kinstetik. Program ini dimulai oleh perawat dan secara bertahap digantikan

oleh orang tua. Tujuan umum intervensi dini perkembangan di dalam ruang

perawatan adalah sebagai berikut: 1) mengembangkan kemampuan organ

isasi perilaku 2) menstimulasi interaksi orang tua-bayi; 3) mempromosikan

perilaku regulasi diri melalui modifikasi lingkungan; 4) memfasilitasi

keselarasan postur dan pola gerakan normal melalui penanganan terapeutik

dan posisi terapeutik; 5) meningkatkan kepandaian oromotor dan pemberian

makanan secara oral; 6) meningkatkan reaksi visual dan auditori;7) mencegah

abnormalitas muskuloskletal; 8) berpartisipasi dalam kerjasama antar disiplin

ilmu atau instansi untuk memfasilitasi transisi ke lingkungan rumah (Field,

2003; Karunia, 2013).

2.6.1 Intervensi Regulasi Diri

Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan sensitivitas yang

berlebihan pada bayi. Memberikan ransangan proprioseptif dan taktil yang

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 46: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

32

Universitas Indonesia

teratur dan dalam akan meredakan prilaku melawan, dibanding

memberikan sentuhan ringan saat penanganan yang sering mengacaukan.

Bayi akan lebih mudah menerima taktil yang dalam dan lebih terorganisir

(Brazelton, 1995; Field et al., 2007).

Kelahiran prematur diikuti dengan terpisahnya bayi dari orang tuanya,

menunjukkan efek yang negatif terhadap perkembangan hubungan ibu-

bayi. Kelahiran prematur menghalangi bayi mendapat lingkungan yang

protektif dan kenyamanan dari rahim ibu dan juga manfaat-manfaat lain

yang diperoleh dari kedekatan ibu. Banyak studi yang

mendokumentasikan efek negatif halangan sosial dari respon sosial dan

fungsi psikologis. Pemisahan awal yang terjadi dalam kehidupan dapat

mengganggu kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap isyarat

sosial dikemudian hari. Terapi pijat merupakan sebuah prosedur yang

menyerupai penanganan terapeutik, diketahui dapat mempromosikan

pertumbuhan dan perkembangan, maturasi siklus tidur dan meningkatkan

interaksi ibu-bayi.

Dua dekade terakhir, telah banyak peneliti yang menemukan bahwa

memijat bayi yang stabil saat bayi masih dirawat di NICU memberikan

manfaat berupa penambahan berat badan yang berkaitan dengan

peningkatan aktivitas vagal dan motilitas lambung yang lebih besar,

meningkatkan immunitas, meningkatan perkembangan motorik. Hal ini

berhubungan dengan aktifitas sistem saraf parasimpatis dan mengurangi

stres. Orang tua bayi dapat dilatih untuk memijat bayinya ketika

menjenguk bayinya dan setelah keluar rumah sakit (Hernandez et al.,

2005).

2.6.2 Mengatur Posisi Bayi

Tindakan mengatur posisi bayi akan mempengaruhi sejumlah area yang

terlibat dalam pemenuhan kapasitas fungsionalnya. Posisi yang sesuai

sangat penting untuk kesejahteraan bayi dalam ruang perawatan, dalam

jangka waktu yang panjang atau pendek. Mengatur posisi bayi dapat

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 47: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

33

Universitas Indonesia

mempengaruhi sistem tubuh: otonom/fisiologis, neuromotor, tingkatan,

interaktif, regulasi diri.

Teknik mengatur posisi yang adaptif adalah bentuk intervensi yang

memungkinkan bayi mengembangkan respon adaptif. Postur terbaik untuk

mencapai tujuan-tujuan ini secara bersamaan adalah fleksi fisiologis

simetris dengan leher dalam posisi sedikit fleksi kurang dari 30 derajat,

bahu terulur, pelvis dinaikkan dan tangan dekat kewajah pada garis tengah

tubuh. Bayi perlu dibantu untuk mencapai postur ini dalam semua posisi,

seperti tengkurap, berbaring satu sisi atau terlentang.

2.7 Integrasi Model Myra E. Levine dalam Proses Keperawatan

Model konservasi Levine memiliki 3 konsep utama yakni adaptasi, keutuhan

dan konservasi. Keutuhan adalah suatu sistem yang terbuka, dimana terdiri

dari komponen-komponen yang bila disatukan maka akan menjadi suatu

kesatuan yang utuh, digunakan untuk menghadapi perubahan lingkungan.

Berhasil atau tidaknya suatu proses interaksi antara bayi prematur dengan

lingkungan tergantung dari adaptasi (Tomey & Alligood,2006). Terdapat

tiga karakteristik adaptasi yaitu : 1) Historisitas, bahwa respon adaptif

sebagian manusia juga dipengaruhi oleh genetik dan riwayat masa lalu. Bayi

dengan berat lahir rendah mewarisi genetik dari orang tua; 2) Kekhususan,

respon adaptasi setiap individu bersifat khusus dan unik; 3) Redundansi,

artinya pengambil alihan oleh sistem lain untuk melakukan adaptasi, bila

terdapat suatu sistem yang tidak dapat melakukannya.

Kemampuan bayi prematur untuk beradaptasi sangat lemah, hal ini karena

terdapatnya ketidakatuan pada beberapa sistem organ. Kondisi bayi dengan

ketidakmampuan melakukan adaptasi dengan cepat ini membuat bayi belum

mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya. Levine meyakini bahwa

individu akan berusaha mempertahankan sistem dan interaksi yang terus

menerus dengan lingkunganya dan melakukan upaya penghematan energi

demi menjaga integritasnya.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 48: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

34

Universitas Indonesia

Sumber energi didalam tubuh tidak dapat langsung diamati baik pembentukan

maupun pemakaiannya, tetapi ketika sumber energi tersebut digunakan maka

terjadilah perubahan energi dimana tanda dan perubahan energi tersebut dapat

diramalkan, dikelola dan dikenali. Tubuh selalu berusaha mencapai antara

pasokan energi dan kebutuhan energi dengan cara yang unik. Pasokkan energi

diperoleh dari cairan, oksigen dan asupan nutrisi (Alligood, 2010). Adapun

tujuan dari perawatan BBLR adalah selalu melakukan konservasi energi

dengan cara mempertahankan suhu lingkungan yang hangat, pemberian

oksigen dan pembatasan implementasi semua aktivitas yang dapat

meningkatkan konsumsi oksigen dan kalori.

2.7.1 Prinsip-Prinsip Konservasi

Empat prinsip konservasi menurut Levine adalah konservasi energi,

konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan

konservasi integritas sosial. Konservasi energi ditujukan untuk menjaga

keseimbangan energi sehingga pengeluaran energi sesuai dengan yang

masuk. Pada bayi prematur biasanya nutrisi diperoleh melalui parenteral

maupun enteral karena seringkali secara oral belum dapat memenuhinya,

sehingga nutrisi dihitung berdasarkan berat badan. Bila kebutuhan nutrisi

sudah dihitung sementara tidak memperhitungkan kondisi bayi seperti

sesak nafas, demam, sepsis dan penyakit lainnya serta banyak prosedur

yang dialami bayi, maka akan meningkatkan pemakaian energi sehingga

yang terjadi adalah pemakaian energi cadangan dengan cara katabolisme

(Gomella, Cuningham & Eyal, 2013). Oleh sebab itu peran perawat dapat

melakukan konservasi energi dengan cara menghemat energi pasien

dengan memberikan bantuan nafas, mengatasi demam, memfasilitasi

untuk periode istirahat memberikan posisi yang nyaman, memberikan

ketenangan, agar pemakaian energi tidak berlebihan. Selanjutnya yang

tidak kalah penting adalah kebutuhan kalori untuk energi BBLR

hendaknya memperhitungkan berat nya penyakit dan juga faktor-faktor

lain yang mempengaruhi sehingga energi yang diberikan mencukupi,

selain itu adalah memastikan bahwa kebutuhan bayi dapat terpenuhi

dengan baik.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 49: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

35

Universitas Indonesia

Konservasi integritas struktur bertujuan agar dapat mempertahankan atau

memperbaiki atau penyembuhan struktur dan fungsi tubuh yang rusak

melalui konservasi dalam mempertahankan keutuhan (Levine,1991). Pada

BBLR disamping struktur organ yang belum matur begitu juga dengan

struktur tubuh lainnya sehingga beresiko terjadinya kerusakan seperti

strukur kulit yang tipis, lembab, selalu terlibat dalam prosedur invasif, daya

tahan yang lemah. Ketika permasalahan terjadi secara struktur hal ini juga

akan meningkatkan pemakaian energi sehingga berakibat terhadap

keseimbangan energi. Perawat dapat melakukan pembatasan terhadap

jaringan yang terlibat dalam penyakit dan dengan cepat mengenali tanda-

tanda perubahan fungsi tubuh yang terjadi.

Konservasi integritas personal menurut Levine adalah suatu bentuk

penghargaan terhadap identitas personal bayi klien, harga diri klien,

perasaan yang dirasakan oleh klien serta menghargai hak klien dalam

pengambilan keputusan untuk menentukan nasibnya sendiri (bila klien

dewasa). Konservasi integritas personal termasuk juga didalamnya

menghargai kekhususan setiap individu (Levine, 1990 dalam Tomey and

Aligood, 2010). Walaupun klien adalah bayi, perawat tetap harus

menghormati dan menghargainya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

memanggil namanya, menghargai harapan-harapannya seperti kehadiran

orang yang disayanginya, menghargai nilai-nilai yang dimilikinya seperti

bahwa fase oral merupakan hal yang sangat dapat menenangkan dirinya,

memberikan rasa nyaman selama prosedur seperti mengkomunikasikan

setiap apa yang dilakukan, memeluk, menyentuh, memberikan jari untuk

digenggam, memberikan kempeng, serta mendukung mekanisme

pertahanannya dan mengajarkannya bagaimana menemukan ketenangan

serta berespon ketika ia menangis memberitahukan apa yang diinginkannya.

Konservasi integritas sosial adalah suatu bentuk pengakuan seorang

individu yang diakui sebagai bagian dari anggota keluarga,

komunitas/masyarakat, kelompok keagamaan, kelompok etnis dan sistem

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 50: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

36

Universitas Indonesia

politik dalam suatu bangsa. Konservasi integritas sosial terhadap BBLR

dapat dilakukan dengan memfasilitasi keluarga untuk hadir dan berinteraksi

dengan BBLR dengan mengajarkan cara berkomunikasi, menyentuh,

memeluk dan mengenal respon yang diberikan pasien. Melibatkan orang tua

dalam aktifitas pemenuhan kebutuhan bayi seperti mengganti popok,

memberi makan, memija. Memfasilitasi metode kangguru atau kontak kulit

ke kulit.

2.7.2 Proses Keperawatan Berdasarkan Model Levine

Elemen dari model konservasi Levine adalah hampir sama dengan elemen-

elemen pada proses perawatan yaitu terdiri pengkajian, menyusun

diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, melakukan

implementasi dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

1. Pengkajian

Mengumpulkan fakta-fakta yang sesuai dan mendukung melalui

kegiatan pemeriksaan fisik, wawancara dan mengobservasi tantangan

yang ada dilingkungan dengan mempertimbangkan keempat prinsip

konservasi seperti 1) konservasi energi, dengan mengkaji tantangan

terhadap keseimbangan penyediaan energi dan kebutuhan energi; 2)

integritas struktur, seperti mengkaji tantangan terhadap gangguan

struktur dan sistem pertahanan tubuh; 3) Intergritas personal, dengan

mengkaji tantangan yang dihadapi BBLR dalam mempertahankan

identitas dan harga dirinya dan apa yang dirasakan oleh klien; 4)

integritas sosial, mengkaji tantangan terhadap kemampuan BBLR

untuk berpartisipasi dalam sistim sosial.

2. Trophicognosis/Penetapan Diagnosa

Adalah suatu kegiatan yang meliputi menyusun data-data atau fakta-

fakta yang ditemukan dan bagaimana klien memaknai dan dapat

menggambarkan prediksi yang akan terjadi. Keputusan penetapan

permasalahan dibuat berdasarkan bantuan yang dibutuhkan oleh klien

dan akhirnya terbentuknya diagnosa keperawatan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 51: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

37

Universitas Indonesia

3. Hipotesis/tujuan akhir

Secara langsung menetapkan intervensi dengan tujuan untuk

mempertahankan keutuhan dan mempromosikan adaptasi. Keputusan

yang diambil berdasarkan pendapat atau keputusan pembenaran dari

klien tentang masalahnya. Kemudian perawat menetapkan tujuan dan

solusinya. Selanjutnya ini akan menjadi rencana asuhan keperawatan.

4. Intervensi

Pada elemen intervensi ini yang dilakukan adalah menguji hipotesis

tersebut dengan cara memberikan asuhan keperawatan langsung

berdasarkan prinsip-prinsip konservasi yang ada. Harapannya adalah

yang diharapkan dari pendekatan dengan metode ini adalah dapat

mempertahankan keutuhan, memperbaiki keutuhan dan

mempromosikan adaptasi.

5. Evaluasi

Kegiatan pada tahap eveluasi ini adalah mengobservasi respon yang

ditampilkan klien terhadap intervensi yang dikerjakan meliputi

keempat prinsip konservasi. Tujuan dari pengujian hipotesis ini

dievaluasi dengan mengkaji respon organismik, sehingga dapat dinilai

hipotesis mana yang tercapai dan tidak tercapai. Jika hipotesis tidak

tercapai maka perencanaan direvisi dan dibuat hipotesis baru.

2.8 Aplikasi Kasus Yang Terpilih

Bayi perempuan, Berat lahir 1390 gram, panjang lahir 40 cm,lahir tanggal 2

Januari 2014 pukul 19.10 secara Sectio Caesaria atas indikasi ketuban

pecah dini 3 hari sebelum melahirkan. Cairan ketuban sedikit. Usia gestasi

30 minggu, mendapatkan pematangan paru selama 2 hari. Faktor-faktor

risiko dari ibu bayi: tidak puas ketika buang air kecil,gatal-gatal, keputihan,

demam intrapartum, suhu 38,0˚C.Hasil laboratorium: leukosit 9360 mg/dl

dan urine lengkap normal. Ibu dirujuk dari puskesmas di Jakarta Selatan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 52: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

38

Universitas Indonesia

Saat lahir bayi N menangis lemah, tonus otot letargi, frekuensi denyut jantung

lebih dari 100 kali per menit, merintih, retraksi sternum dan subcostal,nafas

cuping hidung, (nilai skorDown 6), nilai skorAPGAR 5/8. Saturasi oksigen

90%, suhu 36˚C bayi diletakkan di meja penghangat, dimasukkan plastik,

diberi topi, dan riwayat dilakukan pembersihan jalan nafas. Setelah jalan

nafas dibersihkan, bayi terpasang CPAP single nasal prong dengan PEEP 7,

FiO2 21%. Bayi mendapat antibiotik Lini I, kultur darah steril tgl 5 januari

2014.

Riwayat penyakit sekarang: Pasien 33 hari di rawat di NICU dengan

diagnosa medis :Neonatus Kurang Bulan –sesuai masa kehamilan (30 minggu

1390 gram), Sepsis Neonatal Awitan Lanjut akibat infeksi Acinobacter

Baumanii, Cholestatis akibat dari Sepsis, Hyalin Membrana Desease grade

II, Riwayat perdarahan saluran cerna, Riwayat Hipoalbuminemia. Kondisi

By N saat ini usia 30 minggu 54 hari dengan kondisi frekuensi nafas 89 kali

per menit saat tidur, denyut nadi 15 kali per menit, tekanan darah 70/50

mmHg. Saturasi oksigen 90% tidak terpasang alat bantu nafas apapun, nafas

merintih, denyut nadi lebih dari 100 x/menit, retraksi intercostal, bayi pasca

lepas CPAP 1 hari yang lalu, sianosis, desaturasi tidak ada, tropic feeding 8

kali 1 ml, perut kembung, OGT terpasang.

Pengkajian terhadapKonservasi EnergiBy Ny. N sejak lahir hingga usia 52

hari terpasang CPAP, dengan PEEP 5-7 Flow 7 liter per menit, FIO2 21-

40%, dicoba lepas CPAP 1 hari tetapi gagal, saat ini bayi tampak sesak RR=

89 kali per menit, retraksi intercostal, nafas cuping hidung, sianoisis, ronkhi

halus. Konservasi energi terganggu karena keseimbangan eergi tidak

tercapaiketika pemakaian energi jauh lebih besar digunakan untuk

melakukan usaha nafas dan metabolisme tubuh dibandingkan dengan

pemasukkan energi.Untuk kebutuhan energi hanya diperoleh dari perenteral,

disamping karena sejak usia 3 hari bayi memiliki riwayat perdarahan

lambung, nutrisi parenteral juga untuk menjaga agar tubuh tidak berupaya

keras untuk melakukan metabolisme yang akan meningkatkan pemakaian

energi, sehingga bayi dipuasakan, dalam dua hari ini bayi dicoba tropic

feeding 8 kali 1 ml, infus terpasang yaitu PG2 120 ml/KgBB/hari. Asam

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 53: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

39

Universitas Indonesia

Amino (4 gr)5,2 ml/jam NAA 2,8 ml/jam. Produksi OGT kecoklatan

sejak 3 jam yang lalu, sehingga bayi dipuasakan kembali. Konservasi energi

terancam apabila pemasukkan energi hanya melalui parenteral dan tidak

terpantau dengan baik.Bayi prematur, terdapat instabilitas suhu, didalam

inkubator, dengan gangguan pernafasan, waktu pengisian kapiler memanjang

lebih dari 3 detik.

Trophicognosis: gangguan pola nafas, resiko terjadinya gangguan

keseimbangan nutrisi dan cairan, tidak efektifnya termoregulasi. Kelima

masalah ini menurut residen sangat mempengaruhi keberlansungan

keseimbangan energi yang akhir akan mengancam keutuhan. Konservasi

integritas struktur: bayi terpasang CPAP dengan PEEP FIO2 40%. Hasil

pemeriksaan foto dada, HMD derajat II.Integritas struktur paru tidak paten

dimana paru tidak dapat mempertahankan alveoli agar tidak kolaps, sehingga

harus dibantu dengan memberikan tekanan positif secara terus menerus pada

jalan nafas.Gangguan struktur ini juga akan mengancam konsevasi energi

dimana oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh, ketika oksigen

tidak mencukup kebutuhan untuk melaksanakan metabolisme tubuh maka

tubuh akan berkompensasi menggunakan metabolisme anaerob yang

pemakaian energinya jauh lebih besar.

Disamping itu lambung mengalami perdarahan, kembung. Perdarahan ini

akan beresiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan, sehingga

metabolisme tubuh akan terganggu. Pada akhirnya tubuh tidak dapat

melaksanakan konservasi energi.Posisi sering terlentang, plester terpasang

pada tubuh bayi yaitu untuk sensor dan saturasi oksigen. Konservasi

integritas personal: Bayi anak ke 4 dari empat bersaudara, bayi memiliki

regulasi diri yang cukup baik, sering menangis, namun dapat dengan mudah

ditenangkan, tampak aktif, posisi sering terlentang, namun kaki dan tangan

dalam kondisi fleksi karena menggunakan nesting, dan kadang-kadang miring

kesebelah kanan dan tidak pernah miring kekiri, kempeng kadang-kadang

digunakan oleh perawat untuk menenangkan. Bayi tampak tidak nyaman

dengan pemasangan CPAP karena tangannya berusaha untuk menarik nasal

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 54: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

40

Universitas Indonesia

prong.Tatapan bayi kurang berbinar, bayi selalu menangis bila

terjaga,terdapat wajah meringis, pernafasan yang tidak teratur.Hal ini

mungkin karena ketidaknyamanan yang dirasakannya dan juga kehausan

karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada satupun yang membuat dirinya

nyaman terutama pada rongga mulutnya padahal bayi saat ini berada pada

fase oral. Biasanya bayi sering menangis ketika kempeng terlepas, beberapa

perawat mengatakan agar kempeng diplester saja pada mulut bayi. Namun

terkadang bayi tetap menangis walaupun sudah diberikan kempeng. Bayi

tampak tenang dan regulasi dirinya mulai meningkat ketika posisi diganti

dengan miring kekiri atau kekanan, kemudian sambil menyentuh bayi pada

bokong dan kepala, bayi disenandungkan dengan lembut, bayi tampak

terbantu untuk menenangkan diri. Lengan fleksi, tangannya mengepal kearah

mulut. Berdasarkan hasil observasi selama 20 menit fase tidur tenang lebih

banyak dari pada fase tidur aktif. Residen telah melakukan beberapa

pengelolaan terhadap stimulus dari lingkungan seperti mengatur pencahayaan

dengan menutup inkubator, membuat nesting, melakukan pengelolaan waktu

dalam pelaksanaan asuhan dan prosedur medis dan diagnostik.

Konservasi integritas sosial: orangtua bayi tidak pernah berkunjung sejak

pindah ke ruangan SCN 2. Menurut perawat di NICU orang tua memang

jarang berkunjung, begitu juga nenek atau kakek serta kerabat si bayi. Ketika

penulis mencoba menghubungi orang tua mengatakan belum bisa datang

karena ayah bayi sibuk bekerja sedangkan ibu bayi mengurus keluarga

dirumah.Residen sudah mencoba berulangkali menghubungi tetapi tidak aktif

dan kadang tidak diangkat. hanya bisa bertemu orang tua ketika bayi

direncanakan untuk dilakukan tranfusi tukar dalam mengatasi sepsis yang

tidak teratasi walau sudah dengan antibiotik lini III.

Pelaksanaan intervensi keperawatan disesuaikan dengan struktur kebijakan

yang administratif, ketersediaan alat, dan pengembangan standar

keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan pada Bayi Ny. N selama 12

hari yaitu dari tanggal 24 Februari sampai dengan 7 Maret 2014, berdasarkan

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 55: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

41

Universitas Indonesia

pada intervensi pada masing-masing trophicognosisyang ditemukan. Untuk

jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Evaluasi:perawat mengevaluasi respon organismik yang ditampilkan baik

pada saat intervensi diberikan maupun setelah intervensi dilaksanakan.

Respon orgnismik di observasi dan dianalisa apakah telah sesuai dengan

hipotesis yang telah ditetapkan dan mencapai kriteria hasil, bila tercapai maka

dikatakan trophicognosis sudah teratasi, tetapi bila respon organismik

memperlihatkan tidak ada pencapaian sama sekali sebagaimana yang

ditetapkan pada hipotesis dan kriteria hasil, maka pengkajian dilakukan

kembali dan menetapkan keputusan klinik serta melakukan perubahan

trophicognosis: Indikator keberhasilan intervensi ditentukan dengan respon

organismik bayi. Pada hasil evaluasi respon organismik diperlihatkan bayi

tampak tenang, posisi tidur fleksi, tidak ada distres pada tanda-tanda

haemodinamik, perilaku bayi terorganisir, regulasi diri cukup baik, mampu

untuk procuring, tonus otot baik, reflek hisap, reflek rooting dan reflek

menelan baik, perdarahan di OGT tidak ada lagi. Hasil pemeriksaan kultur

darah adalah steril. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 56: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

Skema 2.1

Diagram Konsep ASUHAN PERKEMBANGAN dalam s Model of Nursing (2004)

dalam McEwen & Wills, 2011).

IMMATURITAS

FISIOLGIS

IMMATURITAS

STRUKTUR

BBLR DI DALAM

NICU

IMMATURITAS

NEUROLOGI

DISRUPTION

FAMILY

SYSTEM

KONSEPSI

LINGKUNGAN

EKSTRAUTERIN

KOMPETENSI INTRAUTERIN

Adaptasi :

konservasi

energi,

integritas

struktur,

integritas

personal, dan

sosial melalui

ASUHAN

PERKEMBAN

GAN BAYI MATUR

BBLR

STATUS

FISIOLOGIS

STABIL

MINIMAL

INJURY

SEHAT

KOMPE

TENSI

NEURO

DEVELO

PMENT

AL

SISTEM

KELUARG

A, STABIL

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 57: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

BAB 3

PENCAPAIAN KOMPETENSI

Bab ini akan menguraikan tentang kompetensi perawat spesialis keperawatan

anak yang telah dicapai selama melaksanakan praktek residensi. Adapun

pencapaian kompetensi tersebut dilaksanakan sesuai dengan peran residen sebagai

perawat profesional.

Perawat spesialis anak terlibat dalam semua aspek pertumbuhan dan

perkembangan anak dan keluarga. Perawat spesialis anak adalah seorang yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan klinik pada keperawatan anak yang

diperolehnya dari proses pendidikan dan pengalaman praktek klinik yang

mendalam di bidang keperawatan anak. Perawat spesialis anak memiliki tanggung

jawab untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan

perannya. Menurut International Council Nursing (ICN) tahun 2009 tentang peran

perawat kompetensi perawat spesialis anak adalah praktisi asuhan keperawatan,

edukator, konselordan peneliti.Spesialis perawat anak harus secara langsung

menampilkan pertanggungjawabannya kedalam perannya. Kompetensi perawat

spesialis anak tergambar pada peran yang dilakukan oleh residen dalam

pemberian asuhan keperawatan meliputi empat domain adalah sebagai berikut:

3.1 Peran Ners Spesialis Anak

3.1.1 Pemberi Asuhan Profesional

Dalam melaksanakan praktek profesionalnya dalam kesehatan anak,

perawat spesialis anak harus memilki kompetensi; 1) bekerja sesuai fungsi

dan perannya harus berdasarkan undang-undang, standar dan kebijakan

dalam bidang kesehatan anak-anak;2) memperlihatkan justifikasi nilai etik

dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak; 3) memberikan

perlindungan terhadap hak-hak anak dan keluarganya sebagaimana yang

disampaikan oleh world health organisation (WHO);4) menghargai

keutuhan dan integritas anak dan keluarga termasuk nilai-nilai spiritual

dan budaya; 5) Menampilkan asuhan keperawatan anak dan keluarga

berdasarkan pengetahuan yang komprehensif didukung oleh pengalaman

dan penggunaan ilmu yang telah didapatnya secara efektif

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 58: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

44

Universitas Indonesia

mengkoordinasikan dan mengelola asuhan keperawatan anak dan

keluarga, mampu mengenali kebutuhan unik dari anak dan peran keluarga;

menggunakan reflektif, berpikir kritis dan pemecahan masalah berdasar

praktek berbasis ilmiah, meningkatkan kemampuan pengambilan

keputusan dan mampu mengembangkan protokol kliniknya.

Peran sebagai pemberi asuhan langsung residen laksanakan sepanjang

praktek residensi berlangsung, kegiatan tersebut menggunakan metode

proses keperawatan yang meliputi pengkajian sesuai dengan teori yang

residen pelajari yaitu model Levine, yang meliputi 4 konservasi yaitu :

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi personal dan

konservasi sosial, kemudian menegakkan trophicognosis,membuat

hipotesis dan intervensinya kemudian melakukan evaluasinya.

Dalam pelaksanakan asuhan keperawatan terhadap lima kasus yang

terpilih, memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun asuhan

keperawatan yang diberikan memiliki tujuan yang sama yaitu pemenuhan

kebutuhan asuhan perkembangan bayi selama dirawat di rumah sakit

disamping kebutuhan lainnya seperti oksigenasi, cairan, nutrisi,

termoregulasi, dan penatalaksanaan komplikasi.

Asuhan perkembangan yang penulis lakukan, bertujuan untuk

mempertahankan keutuhan.Masalah keperawatan yang telah penulis

identifikasi terhadap lima kasus terpilih tersebut dengan diagnosa medis:

1) Neonatus kurang bulan (NKB) – sesuai masa kehamilan (SMK) dengan

HMD grade II; 2) NKB-SMK dengan PJB Acianotik, TSK Sindroma

Down;3) Bayi NKB-SMK dengan tersangka Sindroma Edward4) NKB-

SMK 33 minggu dengan hiperbilirubin 5)NKB-SMK dengan TTN

Kompetensi yang residen terapkan lainnya adalah memberikan asuhan

pada keluarga agar proses perlekatan ibu dan BBLR terpenuhi dan

membantu keluarga dalam menghadapi peran dan tugas

perkembangannya, seperti menjelaskan apa yang terjadi pada BBLR dan

perjuangan yang telah dihadapi BBLR akibat dari permasalahan yang

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 59: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

45

Universitas Indonesia

timbul, pentingnya kehadiran orang tua bagi BBLR dan apa yang harus

dilakukan keluarga ketika berinteraksi dengan bayinya. Memfasilitasi

orang tua untuk mau menyentuh bayi, berkomunikasi dengan bayi, dan

mendampingi keluarga ketika dibutuhkan.

Selain kemampuan dalam memberikan asuhan, kompetensi residen yang

lain yang berkembang adalah kemampuan secara teknis atau prosedur

rumah sakit. yang dilakukan sesuai standar operasional prosedur yang

telah ditetapkan atau sudah dibuktikan berdasarkan pembuktian ilmiah.

Adapun keterampilan prosedural yang telah residen lakukan adalah

keterampilan resusitasi bayi, mensetting ventilator, menganalisis hasil

tampilan di monitor. memasang sirkuit CPAP, HFN, mengambil spesimen

darah arteri dan vena, urine steril, sputum, faeces, memasang infus,

memberikan medikasi, melakukan penghisapan sekret. Namun residen

hanya mampu membantu saja ketika melaksanakan prosedur intubasi,

lumbal pungsi, kateter umbilikal, pemasangan percutaneus central venous

catetar, plural kateterisasi, dan tranfusi tukar. Dalam hal ini residen belum

mencapai kompetensi tersebut diatas.

3.1.2 Sebagai Pendidik

Peran perawat spesialis anak sebagai pendidik dilakukan dengan

memenuhi beberapa kompetensi-kompetensi yang harus dicapai menurut

ICN (2009) yaitu mampu menggunakan strategi edukasi, pendekatan dan

materi yang tepat dan bertujuan memampukan anak dan keluarga untuk

dapat mengambil keputusan terhadap kesehatan mereka; mampu

mengaplikasikan konsep kerja yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan

asuhan keperawatan anak dan keluarga; menjadi panutan dan pembimbing

bagi mahasiswa keperawatan dan perawat; mendemonstrasikan komitmen

yang berlangsung terus menerus untuk mengembangkan pendidikan dan

pengembangan profesi; selalu melakukan pengkajian diri dan kelompok

dalam rangka perbaikan diri dengan memperlihatkan prilaku asertif,

fleksibel, percaya diri dan sensitif terhadap perubahan; mengedukasi

profesional lain dan publik tentang kesehatan anak dan keluarga.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 60: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

46

Universitas Indonesia

Dalam hal ini residen telah mencoba melakukan beberapa kompetensi

terkait peran sebagai pendidik yaitu terhadap orang tua yang memiliki bayi

BBLR residen memberikan pendidikan tentang perawatan BBLR,

perawatan metode kangguru, pemberian makan personde, mengenali

isyarat bayi, memberikan stimulasi yang menyenangkan pada bayi, cara

menenangkan bayi, cara memerah ASI. Dalam hal penyampaian materi,

pada kasus terpilih yaitu bayi N, residen melakukan peran sebagai advokat

ketika memfasilitasi orang tua bayi bertemu dokter yang menanganinya.

Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang

tindakan tranfusi tukar, oleh sebab itu residen mendampingi orang tua

dalam menerima penjelasan, kemudian memastikan orang tua sudah

mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya tentang pengertian, tujuan,

manfaat dan kerugian serta komplikasi yang mungkin terjadi ketika

tindakan tranfusi tukar dilaksanakan dan setelahnya. Kemudian residen

menanyakan kepada orang tua apakah mereka mengerti dan bila belum

maka pada bagian mana yang harus diulangi kembali oleh dokter.

Selanjutnya residen dan dokter memberikan kesempatan orang tua untuk

membahasnya terlebih dahulu dan memutuskan. Kemudian

mempersilahkan orang tua untuk menandatangani persetujuan tindakan.

Begitu juga dengan pasien yang lain, ketika orang tua berkunjung residen

selalu memfasilitasi untuk bertemu dengan dokter untuk menjelaskan

penyakit anaknya.

Terhadap kasus kelolaan dalam menerpakan praktek berbasiskan ilmiah,

saya mengedukasi menggunakan media elektronik, booklet, demonstrasi

dengan model, redemonstrasi oleh keluarga dan pendampingan yang pada

akhirnya keluarga mampu melakukan secara mandiri. Aspek lain yang

residen lakukan adalah memastikan klien dan keluarga telah memperoleh

informasi yang adekuat tentang tindakan medik dan perawatan sebelum

prosedur medik dan keperawatan dilakukan. 2) Terhadap perawat di

ruangan dan profesional lainnya, residen telah berbagi ilmu pengetahuan

tentang praktik berbasis ilmiah seperti cara pengambilan darah

menggunakan penusukan di tumit, cara melakukan taktil kinestetik,

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 61: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

47

Universitas Indonesia

perawatan satu sarang burung pada bayi kembar. Selanjutnya residen

melakukan kompetensi edukasi terhadap perawat baru yang sedang

pelatihan yaitu tentang cara menghitung intake out put yang akurat,

menghitung kebutuhan obat yang akan diberikan, menganalisa hasil AGD,

melaksanakan taktil kinestetik pada bayi prematur, mengenali isyarat dari

bayi dan pemeriksaan skor Ballard.

Kompetensi lain yang residen lakukan adalah bersama-sama residen lain

dalam kelompok perinatologi mencoba terus menerus memperbaiki dan

mengembangkan diri melalui: penyampaian refleksi diri dan refleksi jurnal

yang terbaru; mengikuti kegiatan membaca jurnal dan pelatihan NICU

yang diadakan di perinatologi.

3.1.3 Konseling dalam Praktek Keperawatan Anak

Kompetensi yang harus dicapai menurut ICN (2009) adalah mampu secara

efektif melakukan komunikasi terhadap anak dan keluarga, menggunakan

teknik yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya;

memampukan anak dan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan

kesehatan melalui negosiasi hubungan yang baik; mampu berpartisipasi

secara efektif didalam kelompok antar disiplin ilmu; memperlihatkan

pengetahuan dan kemampuan klinik yang baik dalam melakukan konseling

dan terapeutik; memampukan anak dan keluarga dalam pemberian asuhan

keperawatan, melakukan advokasi terhadap anak dan keluarga disetiap

tahap keamanan perkembangan, implementasi dan evaluasi.

Disamping itu, perhatian terhadap kebutuhan emosional membutuhkan

dukungan dan terkadang konseling, hal ini dilakukan dengan pendekatan

individu oleh perawat anak. Perawat dapat memberikan dukungan dengan

mendengar, menyentuh, selalu berada dekat pasien, sentuhan dan

kehadiran perawat paling membantu psikologis anak karena hal ini dapat

memfasilitasi komunikasi non verbal. Konseling selalu melibatkan

pertukaran ide dan opini yang saling membangun dan menyelesaikan akar

permasalahan dari klien dan keluarga. Penyelesaian masalah tersebut

memerlukan dukungan, seni dan teknik yang digunakan merupakan kunci

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 62: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

48

Universitas Indonesia

utama perawat dalam memberikan bantuan sehingga keluarga mampu

mengekspresikan peraasaanya dan koping menjadi lebih positif terhadap

stress yag terjadi ketika merawat anak. Paling penting tidak hanya

membantu keluar dari krisis tetapi juga mendorong kelurga mencapai

fungsinya yang paling tertinggi, mendapatkan rasa percaya diri yang lebih

besar dan hubungan keluarga yang lebih erat.

Residen dalam peran sebagai konselor telah mencoba melakukan beberapa

kompetensi seperti selalu memberi dukungan psikososial ini hampir setiap

kasus kelolaan. Sebagaimana diyakini bahwa kondisi sakit selalu

menimbulkan masalah psiko sosial. Masalah psikososial pada anak dan

keluarga dapat diatasi dengan membangun hubungan yang terapeutik.

Hubungan yang terapeutik merupakan esensi dasar terhadap asuhan

keperawatan yang berkualitas tinggi. Perawat spesialis anak membutuhkan

hubungan yang bermakna antara anak dan keluarga sehingga perawat anak

dapat mendengarkan perasaan mereka. Hubungan terapeutik diartikan

sebagai hubungan yang bermakna positif dan profesional (Hockenberry

& Wilson, 2009).

Berperan dalam membina hubungan yang terapeutik ini residen lakukan

ketika merawat pasien baik di PICU, non infeksi dan juga di perinatologi.

Residen menghabiskan beberapa waktu bersama dengan keluarga untuk

menggali apa yang dirasakan orang tua seperti penyesalan, rasa bersalah,

rasa marah terhadap diri sendiri, menyalahkan orang lain, merasa tidak

mampu, serta mengungkapkan harapan yang diinginkan dari perawatan

ini. Kemudian residen mencoba menganalisa bersama-sama orang tua

untuk melihat hal-hal positif apa yang telah diperolehnya dari setiap

kejadian. Pada akhirnya orang tua dapat merasa bebannya berkurang, dan

mengatakan semakin banyak bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan

berikan untuk mereka dan anaknya. Bahkan hubungan ini mendatangkan

hal yang positif pada residen sendiri, karena banyak balajar dari keluarga

dan pasien dimana masih tetap mampu bersabar dan ikhlas menjalani

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 63: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

49

Universitas Indonesia

cobaan dan selalu berusaha. Hubungan ini semakin erat dan saling

memiliki ikatan satu sama lain.

3.1.4 Sebagai Koordinator

Perawat berkolaborasi dan berkoordinasi dalam memberikan pelayanan

keperawatan yang profesional. Bekerja sendiri tidak memberikan hasil

yang terbaik bagi keperawatan anak. Konsep perawatan holistikhanya bisa

direalisasikan melalui pendekatan interdisiplin dalam satu kesatuan.

Kegagalan untuk mengenal batasan kerja dapat mengakibatkan hubungan

yang tidak membangun. Perawat bekerja saling ketergantungan

berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan dan intervensi yang dibutuhkan

sehingga akan dihasilkan asuhan keperawatan yang benar-benar

dibutuhkan oleh anak.

3.1.5 Sebagai Peneliti

Sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus

terus melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Berbagai

tantangan, persoalan dan pertanyaan seputar keperawatan harus mampu

dijawab dan diselesaikan dengan baik. Salah satunya adalah melalui upaya

riset. Riset keperawatan akan menambah dasar pengetahuan ilmiah

keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi klien.

Selama melaksanakan praktik, residen tidak melakukan penelitian tetapi

melakukan penerapan praktek berbasis bukti (EBP) dan kemudian

menganalisis hasil observasi terhadap klien kelolaan yang mendapatkan

taktil kinetetik., menerapkan hasil penelitian dan melakukan sosialisasi

EBP kepada perawat ruangan, dengan harapan dapat diterapkan untuk

mengatasi masalah klien. Sosialisasi EBP di ruang non infeksi yang telah

dilakukan antara lain tentang dokumentasi intake output cairan pada anak

dengan keganasan yang dilakukan kemoterapi, dan pengukuran tekanan

darah secara manual yang dibandingkan dengan pengukuran secara digital

dalam angka mengurangi efek traumatic pada anak.. Kemudian di

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 64: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

50

Universitas Indonesia

perinatologi residen menerapkan EBP tentang taktil kinestetik oleh ibu

dalam rangka meningkatkan kualitas tidur.

3.2 Target Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi

Target kompetensi praktik residensi dicapai melalui dua tahap pelaksanakan

yaitu praktek residensi I dan residensi II di unit atau ruangan sesuai dengan

area peminatan residen. Residen memilih area peminatan yaitu PICU, non

infeksi dan perinatologi dengan peminatan utama adalah area perinatologi.

Residensi dilaksanakan selama 16 minggu. Praktik Residensi dilaksanakan di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yaitu di ruang Pediatric Intensif

Care Unit (PICU) Gedung A lantai 6 selama 6 minggu, Ruang IKA non

infeksi gedung A lantai 1 selama 6 minggu, dan ruang perinatologi selama 4

minggu. Residensi II (6 SKS) dilaksanakan selama 12 minggu, mulai tanggal

17 Februari sampai dengan 9 Mei 2014. di ruang Perinatologi RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo Jakarta.

3.2.1 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang PICU

Keterampilan/prosedur yang telah dicapai residen di ruang PICU antara

lain residen mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan

kegawatan pernafasan: bayi dengan tuberculosisdan pneumonia atipik,

kegawatan haematologi: hiperleukositosis, thalassemi, kegawatan

kardiovaskuler: decompensasi kordis NYHA IV, septum pada atrium, dan

septum pada ventrikel, kegawatan perkemihan: anak dengan peritoneal

dialisis. Untuk kompetensi prosedural dan teknikal, residen mampu

melakukan resusitasi, mengoperasikan alat pemantau jantung dan

pernafasan, mengoperasikan pompa infus, melakukan pembersihan jalan

nafas secar tertuutup dan terbuka, melakukan perawatan kolostomi,

mengoperasikan alat bantu nafas (ventilator) dengan pendampingan,

mampu mengenali item-item yang harus dipantau dari vantilator,

pengambilan spesimen darah arteri dan vena, pengambilan spesimen urin

steril dan sputum untuk kultur.

3.2.2 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Non Infeksi

Praktik di ruang non infeksi anak dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama 4 minggu dari tanggal

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 65: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

51

Universitas Indonesia

Oktober sampai dengan November 2013. Keterampilan/prosedur yang

telah dicapai residen selama praktik di ruang non infeksi yaitu melakukan

pemasangan infus, membantu melakukan lumbal punction, memberikan

kemoterapi, memberikan tranfusi darah, mempersiapkan anak untuk

operasi, melakukan perawatan luka, melakukan terapi bermain,

melakukan inhalasi, memonitor pemberian kemoterapi, perawatan pada

klien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dan melakukan edukasi

pada klien dan keluarga. Kompetensi sebagai pemberi asuhan yang telah

yaitu merawat anak dengan kasus-kasus non infeksi antara lain merawat

anak dengangangguan sistem hematologi diantaranya hemofilia, gangguan

kardiovaskuler yaitu penyakit dekompensasi cordis jantung rematik;

merawat anak dengan masalah onkologi antara lain leukemia limfoblastik

akut (LLA), akut mieloblastik leukemia (AML), limfoma non hodgkin

(LMNH), rhabdomiosarcoma, yolk sac tumor dan retinoblastoma.

3.2.3 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Perinatologi

Praktik residensi di ruang perinatologi dilaksanakan di ruang perinatologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 6 minggu pada bulan

Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Keterampilan terknis yang

telah residen capai selama praktik di ruang perinatologi yaitu menilai masa

gestasi bayi dengan menggunakan skor Ballard, melakukan penyuluhan

manajemen laktasi kepada ibu-ibu bayi, melakukan resusitasi pada bayi

baru lahir, mengoperasikan alat bantu nafas seperti HFN, CPAP, ventilator

dengan berbagai mode, mengoperasikan alat pemantau jantung dan

pernafasan, mengoperasikan alat pompa infus, memasang fototerapi,

melakukan pemasangan infus, menggunakan inkubator, menggunakan

penghangat bayi, dan melakukan pembersihan jalan nafas. Selain itu,

selama praktik di ruang perinatologi, residen juga merawat bayi sebanyak

kurang lebih 7 kasus neonatus.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 66: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

52

Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai penerapan konsep dan model Levine dalam

pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan kebutuhan asuhan

perkembangan dan pencapaian target selama melakukan residensi ners spesialis

keperawatan anak.

4.1 Aplikasi Model Levine Dalam Pemenuhan Asuhan Perkembangan.

Asuhan perkembangan digambarkan sebagai suatu orientasi perawatan yang

bersifat bersahabat untuk semua jenis prosedur perawatan yang diberikan,

sehingga dapat membangun dan menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi

bayi demi tercapainya kondisi stabil dan terorganisir dengan baik.

Kegiatannya meliputi mengelola lingkungan perawatan dan lingkungan sosial

bayi dengan tujuan untuk meminimalkan stressor (Als & Lawhon, 2004

dalam Kenner Mcgrath, 2004). Oleh sebab itu aplikasi pada kelima kasus

kelolaan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan asuhan

perkembangan.

Konservasi energi, individu sangat membutuhkan keseimbangan energi dan

pembaharuan energi yang selalu berlangsung secara menetap untuk

mempertahankan aktifitas hidup. Ketika proses yang terjadi adalah pada tahap

penyembuhan dan penuaan, maka hal ini merupakan hambatan bagi energi

tersebut. Konservasi energi adalah segala bentuk upaya yang bertujuan untuk

mempertahankan keseimbangan energi sehingga energi yang masuk dan

energi yang keluar (Tomey & Alligood, 2006; Alligood, 2010; Leach,2006).

Dalam memberikan asuhan pada bayi dengan gangguan konservasi energi,

residen melakukan pengkajian terlebih dahulu, menetapkan trophicognosis,

menyusun hipotesis, melaksanakan intervensi dan mengobservasi respon

organismiknya.

Pada kelima kasus sebagaimana yang disampaikan pada bab 2, residen

menetapkan trophicognosis berdasarkan data pengkajian konservasi energi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 67: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

53

Universitas Indonesia

yaitu: gangguan pola nafas, risiko gangguan keseimbangan cairan, gangguan

thermoregulasi, risiko gangguan pemenuhan nutrisi, ikterik neonatorum dan

risiko infeksi/perluasan infeksi.

Berdasarkan kasus yang telah residen tetapkan, maka 1 kasus termasuk bayi

aterm yang dirawat di PICU sedangkan 4 kasus lagi termasuk bayi preterm

(NKB-SMK) yang dirawat di perinatologi. Pada bayi matur permasalahan

keperawatannya hampir sama dengan bayi prematur, yaitu gangguan pola

nafas. Namun terdapat perbedaan dari etiologinya, dimana pada bayi matur

mengalami gangguan pola nafas disebabkan karena infeksi pada paru

(pneumonia dan TBC) sedangkan pada bayi prematur, gangguan pola nafas

terjadi disebabkan karena tidak adekuatnya ventilasi akibat rendahnya kadar

surfaktan dan jumlah alveoli yang sedikit akibat prematuritas sehingga yang

dibutuhkan adalah tekanan yang mampu mengembang alveoli di paru-paru

pada saat inspirasi dan mempertahankan alveoli agar tidak kolap ketika

ekspirasi berakhir (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Berbeda ketika pola nafas terganggu akibat infeksi paru seperti yang terjadi

pada kasus 2, permasalahannya terjadi pada proses oksigenasi, dimana ketika

infeksi terjadi di paru maka alveoli berisi cairan eksudat dan tranasudat,

sehingga proses pertukaran gas O2 dan CO2 di paru menjadi terhalang. Tentu

saja ini berdampak kepada rendahnya kadar oksigen didalam darah dan tidak

mencukupi untuk melaksanakan metabolisme dijaringan. Ketika pemenuhan

kebutuhan oksigen di jaringan tidak tercapai maka jaringan akan mengalami

hipoksia. Sebagaimana dikatakan bayi dengan gangguan nafas akan beresiko

terjadinya: hipoksia, yang bila berlansung lama akan mengakibatkan

gangguan pada organ vital seperti otak, paru, jantung dan ginjal (Kosim,

2012).

Pada bayi kasus 2 yang mengalami infeksi paru, terdapat kondisi yang

memperberat masalah oksigenasi ini yaitu anemi. Kondisi anemi

mengakibatkan gangguan dalam transportasi O2, karena jumlah

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 68: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

54

Universitas Indonesia

haemoglobin yang rendah mengakibatkan hanya sedikit O2 yang diikat dan

ketika sampai dijaringan jumlahnya semakin tidak mencukupi. Menurut

Kosim (2012) bahwa gangguan nafas dapat mengakibatkan problem

haematologik seperti polisitemia, anemia.

Namun untuk kasus 1 pada bayi preterm, gangguan pola nafas ini

diperberat dengan kelainan struktur pada jantung yaitu PDA dan VSD,

sehingga gangguan pola nafas diperberat dengan gangguan sirkulasi.

Gangguan ventilasi O2 dan sirkulasi O2 akan mengakibatkan kurangnya

oksigen di jaringan (hipoksia).

Pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan dalam hal ini juga sangat

bermanfaat dalam mengatasi permasalahan gangguan pola nafas. Menurut

Peters, et al. (2001) dari hasil penelitiannya asuhan perkembangan

mendukung pengorganisasian dan perkembangan kapasitas perkembangan

perilaku bayi berdasarkan hubungan yang sesuai antara sistem otonom dan

saraf motorik pada BBLR. Hal ini diidentifikasi adanya peningkatan

saturasi oksigen dan penurunan disorganisasi prilaku. Namun menurut

Kosim (2012) bayi risiko tinggi mungkin memerlukan sebagian besar

energinya untuk memelihara sistem otonomnya, sehingga tidak dapat fokus

pada area perkembangan lainnya.

Oleh sebab itu penatalaksanaan asuhan perkembangan yang residen

kerjakan adalah memberikan posisi midline control, menggunakan sarang

burung, dan penanganan yang minimal. Mengurangi stimulus yang

berlebihan sangat bermanfaat mengatasi gangguan pola nafas bayi dan

mngurangi pemakaian energi karena stress. Karena setelah kita memberikan

bantuan dalam pemenuhan O2, maka hal yang diharapkan dari memberikan

asuhan perkembangan adalah membantu regulasi diri bayi (Als, 2011)

sehingga bayi merasa lebih nyaman. Bila bayi nyaman maka hormon stress

akan lebih rendah, sehingga tubuh dapat menkonservasi energi dengan baik

karena pemakaian O2 untuk metabolisme lebih rendah.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 69: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

55

Universitas Indonesia

Trophicognosiskedua yang residen tetapkan adalah risiko gangguan

keseimbangan cairan, karena keseimbangan cairan sangat mempengaruhi

sirkulasi dan dapat mengancam keseimbangan energi. Trophicognosis ini

dihadapi oleh ke lima kasus. Penetapan trophicognosis risiko gangguan

keseimbangan cairan ini didasarkan karena kondisi prematuritas, terpapar

lingkungan pemanas sehingga bayi tidak mampu mencegah kehilangan

cairan dari penguapan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan

cairan, dan pemberian cairan melalui jalur intravena. Pada kasus dengan

bayi matur yang dirawat di PICU, residen menetapkan risiko gangguan

keseimbangan cairan disebabkan karena pengeluaran cairan tubuh yang

berlebihan karena bayi tersebut mengalami, demam, diaporesis dan

takipneu.

Ketidakseimbangan cairan sangat mempengaruhi konservasi energi, ketika

tubuh mengalami kekurangan cairan maka yang terjadi adalah vaso

kontriksi pada daerah kapiler, sehingga sirkulasi darah ke jaringan kapiler

akan menurun, yang ditandai dengan pengisian kapiler atau capilary refill

time (CRT) yang memanjang yaitu lebih dari 3 detik. Lambatnya pengisian

kapiler mengakibatkan oksigen dan nutrisi yang diperlukan tidak adekuat

masuk kedalam sel, sehingga kompensasi tubuh adalah meningkatkan

frekuensi pernafasan, tekanan darah dan denyut nadi. Bila berlanjut maka

sel akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga metabolisme

sel tidak berlangsung. Oleh sebab itu kompensasi tubuh adalah

menggunakan metabolisme anaerob, hal ini akan berdampak kepada

tingginya pemakaian energi cadangan sehingga tubuh akan mengalami

kehilangan energi semakin besar. Disamping itu metabolisme anaerob akan

menghasilkan kadar asam laktat yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat

melakukan aktifitasnya dengan baik(Guyton, 1995). Pada akhirnya akan

mengakibatkan gangguan dalam konservasi energi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 70: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

56

Universitas Indonesia

Pada trophicognosis diatas, disamping pemberian asuhan keperawatan yang

bersifat kolaboratif seperti memastikan kebutuhan cairan bayi sudah

terpenuhi sesuai kebutuhan, memberikan cairan Nacl sesuai program medis

sehingga sirkulasi lancar kembali. Intervensi terkait dengan asuhan

perkembangan adalah memberikan posisi midline of control agar tidak

terlalu luas area permukaan tubuh yang mengalami penguapan, bayi lebih

mudah regulasi diri sehingga pernafasan, denyut nadi dalam keadaan teratur

dan lembut sehingga mengurangi pemakaian energi (Bobak, Lowdermilk, &

Jansen, 2005) memperhatikan isyarat yang diberikan bayi, seperti menangis

karena haus, terlibat aktif mengisyaratkan kebutuhannya, dengan

memasukkan atau mendekatkan tangan kemulut mengindikasikan awal dari

kekurangan cairan, memberikan sentuhan yang tepat atau mendekapnya

ketika bayi menangis, berbicaranya dengan bayi suara lembut,

mendekapnya dan mengarahkan tangan kemulut atau memberikan kempeng

ketika bayi akan dilakukan pemasangan infus intravena atau PICC, hal ini

bertujuan agar bayi dapat meregulasi dirinya sehingga bayi menangis tidak

terlalu lama.Ketika bayi menangis dalam waktu yang lama maka akan

meningkatkan pengeluaran cairan yang tidak kentara dan juga pemakaian

energi (Kosim, 2013).

Reflek hisap bayi mulai berkembang pada minggu ke 24 dan mencapai

fungsi maksimal ketika minggu ke 32-34 usia gestasi (Kenner & McGrath,

2004), bahkan sampai usia 1 tahun kehidupan bayi menemukan

kenyamanan pada mulutnya yang dikenal dengan fase oral. Menghisap

tangan sendiri atau kempeng bertujuan untuk meredakan nyeri melalui

ransangan orotaktil dan mekanoreseptor mulut, yang kemudian

mempengaruhi penjalaran atau proses nosiseptif sistem endogenous non

opioid. Disamping itu kempengmemfasilitasi perilaku menghisap pada bayi,

untuk meningkatkan stimulus pencernaan dan fisiologis bayi serta sebagai

pusat pengaturan tingkah laku dan mengurangi respon bayi terhadap

rangsangan (Bingham, et al., 2010).

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 71: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

57

Universitas Indonesia

Trophicognosis yang ketiga untuk konservasi energi adalah risiko

ketidakefektifan termoregulasi. Pada kasus yang dipilih, residen telah

menetapkan trophicognosisyang sama, kecuali untuk bayi pada kasus 2

residen menetapkan trophicognosisnya gangguan termoregulasi: hipertermi

akibat dari infeksi kuman pneumococus.Residen mengangkat trophicognosis

risiko ketidakefektifan termoregulasi disebabkan karena prematuritas, dan

terpapar alat penghangat (inkubator dan meja penghangat bayi). Pada

keempat kasus bayi prematur residen melakukan intervensi mengelola

lingkungan dengan menjamin suhu inkubator telah sesuai dengan usia

gestasi atau kemampuan adaptasinya; memastikan tangan residen tetap

hangat ketika menyentuh bayi. Sebagaimana dikatakan bahwa intervensi

didalam asuhan perkembangan adalah meminimalkan stimulus yang

berlebihan seperti penangananyang tidak sesuai, menutup jendela inkubator

setiap selesai melaksanakan tindakan, mengatur posisi midline of control

untuk mengurangi penguapan; mengelola kegiatan dalam satu waktu

sehingga inkubator tidak sering terbuka. Khusus pada dua bayi prematur

yang telah stabil dan tidak mengalami distress pernafasan residen

memberikan intervensi asuhan perkembangan dengan memberikan

suplemen stimulasi seperti melakukan perawatan metode kangguru dan

taktil kinestetik, karena dari banyak hasil penelitan yang mengatakan

manfaat dari metode kangguru dan taktil kinestetik adalah dapat

mempertahankan suhu tubuh dalam suhu normal sehingga bayi tidak lagi

mengalami ketidak efektifan termoregulasi (Field, 2005). Ketidakefektifan

termoreguasi ini juga akan mengancam konservasi energi bayi.

Trophicognosis berikutnya adalah risiko gangguan pemenuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Pada kasus 1. dan 3 yang harus dipuasakan

karena adanya perdarahan, dan residen hanya memberikan terapi cairan

nutrisi sesuai kebutuhan bayi yang telah diprogram meliputi glukosa,

protein dalam bentuk cairan PG 2 dan lipid. Sedangkan kasus 2, 4 dan 5

yang telah dapat diberikan per-enteral disamping pemberian parenteral,

maka residen melakukan asuhan perkembangan dalam rangka memenuhi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 72: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

58

Universitas Indonesia

kebutuhan fisiknya yaitu dengan mengkaji terlebih dahulu status tidur-

terjaga. Bila status terjaga atau fase tidur aktif, residen membangunkan bayi

dengan suara lembut dan melakukan taktil kinestetik selama 15 menit (Field

et al., 2006) Hasilnya memperlihatkan kemampuan bayi semakin

meningkat, karena diawal interaksi bayi memperlihatkan perilaku

menghindar ketika beberapa sentuhan dan memperlihatkan wajah meringis

dan menangis, ektremitas bawah hiperekstensi, batang tubuh ekstensi,

namun untuk beberapa menit diistirahatkan selanjutnya setelah beberapa

menit pelaksanaan bayi memperlihatkan kenyamanan yang dilihat dari mata

yang berbinar, tenang, regulasi diri positif, ekstremitas tampak fleksi, tidak

rewel. Untuk pelaksanaan taktil-kinestetik berikutnya bayi betul-betul

menikmati kenyamanan ketika dilakukan pemijatan oleh perawat dan

selanjutnya oleh ibu. Setelah beberapa menit kemudian ketika saat nutrisi

melalui OGT akan diberikan, residen mendekap bayi seperti sedang

menyusui , kemudian memberikan posisi sedikit fleksi agar bayi dapat

menggunakan otot oromotorik dan otot leher dengan baik ketika 2-3 ml

diberikan melalui gelas minum kecil secara peroral. Pemberian ASI/susu

formula melalui gelas kecil membutuhkan kesabaran dan konsentrasi penuh

dalam pelaksanaannya, terhadap bayi diperhatikan reflek-reflek yang

mendukung terhadap keterlibatannya secara aktif dalam mengisyaratkan

kebutuhannya, eksplorasi diri, motorik, regulasi diri dan makan seperti

reflek mengejar ransangan, reflek hisap, reflek menelan, tangan mengepal

dan fleksi kearah wajah atau mulut, otot-otot pipi, kemampuan

mempertahankan tubuh agar tetap fleksi pada ekstremitas dan batang tubuh.

Berdasarkan konservasi integritas struktur, makaresiden menetapkan

trophicognosisrisiko gangguan integritas kulit dan risiko kontraktur. Namun

secara umum asuhan perkembangan sangat bermanfaat untuk menjaga agar

struktur tidak menjadi cedera dan tidak mengalami deformitas atau kelainan

bentuk tubuh dengan cara menerapkan asuhan perkembangan seperti:

memberikan posisi midline control dalam mendukung postur tubuh;

mengatur posisi agar bayi tercegah dari luka tekan dan tortikolis; taktil

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 73: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

59

Universitas Indonesia

kinestetik dalam rangka melancarkan sirkulasi dan meningkatkan tonus otot

ekstremitas sehingga struktur fisik dan struktur batang tubuh bayi

mendukung dan tidak terhalang dalam melakukan kapasitas fungsionalnya

yaitu proaktif dalam mengisyarakan kebutuhannya, eksplorasi diri, regulasi

diri dan makan.

Berdasarkan konservasi integritas personal, diagnosa keperawatan yang

residen angkat adalah risiko gangguan perkembangan dan risiko gangguan

regulasi diri. Hampir pada semua kasus residen angkat kedua permasalahan

tersebut karena bayi akan menempuh perawatan yang lama, terpapar

dengan berbagai prosedur yang tidak nyaman sama sekali dan terpisah dari

ibunya. Adapun tujuan adalah pemenuhan kebutuhan bayi secara

komprehensif untuk mewujudkan keutuhan sebagai pribadi. Pada masing-

masing kasus bayi memperlihat penampilan yang berbeda, namun yang

paling tidak dapat melakukan regulasi diri dengan baik adalah pada kasus I,

bayi tampak tidak dapat mempertahan posisi fleksi, karena terpasangnya

ETT pada mulutnya. Bayi menjadi gelisah, rewel, sering menangis,

menengang-nendang, kualitas tidur kurang. Bayi mengalami iriritabilitas

yang tinggi, sering desaturasi walaupun dengan menggunakan FIO2 60%

dan sering keluar dari nesting yang dibuat. Kesulitannya adalah ketika

mengatur posisi seringkali perawat takut ETT nya tercabut, sehingga posisi

bayi agak sulit dialih baringkan. Jadi yang agak membuatnya nyaman

adalah posisi miring, dengan kepala tetap miring kekanan sepertinya

biasanya.

Untuk kasus yang lain bayi tampak mengalami perbaikan baik dalam hal

proaktif dalam mengisyaratkan kebutuhanya, regulasi diri, organisasi, tonus

dan eksplorasi diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa bayi dapat

mempertahankan integritas personalnya dengan baik walaupun dengan

sedikit bantuan dari lingkungan eksternal dalam memenuhi kapasitas

fungsional. Psikologis bayi sangat mendukung upaya perbaikan dan

pemulihan, sebagaimana dikatakan bahwa bayi umumnya cenderung

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 74: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

60

Universitas Indonesia

mengalami stress, hormon stress akan diproduksi dalam jumlah yang

berlebihan didalam tubuh sehingga mekanisme kopingnya tidak adaptif

maka bayi akan mengalami kegagalan dalam konservasi energi dan

kegagalan dalam mempertahankan kelansungan hidupnya.

Perbaikan perilaku perkembangan umumnya residen temui pada kelima

kasus, terutama perilaku menangis pada bayi. Dimana residen menemukan

kasus pada awalnya bayi sering menangis. Setelah intervensi asuhan

perkembangan, perilaku menangis bayi mulai berkurang karena

kenyamanan yang telah dicapainya, hal ini mungkin karena pada saat

menangis residen selalu memeriksa terlebih dahulu penyebab bayi

menangis. Karena ketika tidak sesuai intervensi yang diberikan dengan

kebutuhan bayi akan membuat bayi semakin bertambah menangis dan

bertambah stres. Sebagaimana menurut Kosim (2012) bayi menangis

biasanya memberitahukan beberapa hal seperti lapar, haus, popok yang

kotor, ruam popok, kembung, kolik, kepanasan atau kedinginan, ingin

digendong atau sakit. Oleh sebab itu residen juga selalu mengkaji dulu

penyebab bayi menangis.

Pada kasus utama pada dua hari kontak dengan bayi, bayi sering mendorong

CPAP hingga sampai diatas kepalanya, menangis serta gelisah. Residen

mencoba memeriksa ternyata penyebabnya bukan karena beberapa hal

diatas, melainkan karena CPAP tersebut tidak nyaman karena banyak

mengandung air, sehinga hidung bayi dipenuhi oleh uap air CPAP. Menurut

perawat dinas malam ada dibuang airnya, sedangkan menurut residen ini

karena suhu kelembabannya terlalu panas yaitu 37.5 C. Akhirnya residen

mencoba ganti CPAP dan sirkuit lain yang lebih baik, barulah bayi

menunjukkan prilaku regulasi diri yang positif. Setelah intervensi mengganti

CPAP dan mengatur posisi bayi yang nyaman yaitu dengan miring agar

tidak terpengaruh oleh CPAP, bersenandung untuknya sambil taktil yang

dalam bayi N menjadi lebih tenang, tidak gelisah lagi., waktu tidur

tenangnya lebih lama.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 75: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

61

Universitas Indonesia

Kemudian untuk kasus bayi nyonya R, perilaku menangisnya sering

terabaikan karena bayi terpasang intubasi, suara bayi tidak keluar sehingga

residen menyimpulkan bayi menangis dari wajah meringis dan

mengeluarkan air mata. Untuk itu kita harus mampu memberi rasa nyaman

dan aman bagi bayi dalam rangka mendukung konservasi integritas

personalnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi konservasi energi,

untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan sebagaimana bayi sehat.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Graven dan Browne (2008) bahwa

tidur dalam/tenang merupakan fase tidur yang sangat penting karena pada

fase tidur dalam terjadi pembentukan memori jangka panjang dan belajar

yang mempersiapkan bayi dan anak untuk dapat melakukan tugas

perkembangan selanjutnya.

Terjadinya proses pertumbuhan dan perkembangan pada fase tidur dalam

dapat dimengetikarena pada fase tidur dalam tersebut hormon pertumbuhan

dalam jumlah banyak disekresikan. Hormon ini dilepaskan oleh somatotrop

hipofisis dibawah kontrol hipotalamus (Ward, Clarke & Linden, 2009)

Konservasi integritas sosial

Pada kasus I dan III, residen kesulitan dalam memfasilitasi orang tua untuk

dapat berinteraksi dengan anaknya, karena keluarga jarang hadir dan sulit

dihubungi. Oleh sebab itu residen dan perawat ruangan mencoba menjadi

ibu pengganti agar kehadiran residen kiranya dapat menggantikan kehadiran

orangtuanya dalam memberikan sentuhan yang menyamankan baginya.

Sambil berkomunikasi dengan lembut dan bersenandung. Pada umumnya

bayi memperlihatkan reaksi yang baik ketika berinteraksi dengan perawat,

bayi dapat mendengar dan mencari kearah sumber suara yang residen

berikan, biasanya matanya bergerak mengikuti perawat ketika melakukan

gerakan yang berpindah tempat. Kontak sosial yang diperlihatkan untuk

kasus 2,3 dan 4 mampu mempertahankan kontak mata dengan perawat dan

menerima sentuhan perawat dengan perilaku terorganisir/ mendekat, namun

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 76: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

62

Universitas Indonesia

untuk membalas senyum residen, bayi belum melakukannya, kecuali pada

saat mereka tidur. Pada kasus 1 dan 5 residen mendapatkan balasan

senyumanketika berinteraksi dengan mereka.

Hambatan yang residen hadapi dalam melaksanakan asuhan perkembangan

ini antara lain : 1)asuhan perkembangan yang bersifat individualistik masih

sulit diberikan pada masing-masing bayi. Hal ini terjadi karena

perbandingan jumlah perawat dengan bayi yang ada diruangan sangatlah

tidak sesuai. Oleh karenanya perawat hanya bisa berfokus bagaimana

memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan fisik bayi; 2) Banyaknya

kegiatan prosedur invasif yang dilaksanakan oleh perawat mengakibatkan

perawat agak kesulitan membagi waktu untuk melaksanakan asuhan

perkembangan dalam memahami isyarat yang diberikan bayi; 3)Kegiatan

asuhan yang berpusat pada keluarga belum maksimal, dan tidak semua

perawat memiliki persepsi dan pengetahuan yang sama; 4) Pada

pelaksanaan EBP taktil kinestetik, residen kesulitan menghadapi orang tua,

terkadang tidak dapat menghadirkan diri ke RS, hal ini karena sebagian

kecil menjawab dengan alasan ibu tidak diperbolehkan keluar rumah

sebelum empat puluh hari, dan sebagian lagi karena ibu harus mengurus

rumah tangga. Alasan lain adalah karena faktor biaya yang tidak ada untuk

transportasi ke rumah sakit.

4.2 Pembahasan Praktek Spesialis Anak Dalam Pencapaian

TargetKompeternsi

Pratik pesialis keperawatan anak ini residen laksanakan dalam 2 semester

masa pendidikan. Praktik dilaksanakan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Pada semester pertama, residensi dilaksanakan di ruang PICU, Non

Infeksi dan Perina Pada setiap siklus residensi menjalani 4-6 minggu di setiap

ruangan yang dipilih. Pada semester kedua residensi dilaksanakan berdasarkan

peminatan oleh residen sendiri yaitu di ruang perinatologi.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 77: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

63

Universitas Indonesia

Secara umum residen sudah melaksanakan peran dan tanggung jawab

primer sebagai pemberi asuhan langsung, perawat mencapai target

kompetensi yang telah ditetapkan selama melakukan praktik ners spesialis

keperawatan anak di rumah sakit. Pencapaian ini terwujud berkat adanya

dukungan untuk mengelola kllien secara mandiri melalui pelaksanaan

praktik klinik di rumah sakit. Disamping itu residen sangat bersyukur sekali

diperbolehkan mengikuti pelatihan NICU sehingga membuat residen

semakin percaya diri untuk melaksnakan prektek keperawatan rofesioal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan residen melakukan pengkajian,

menerapkan masalah keperawatan, menyusun rencana dan melaksanakan

intervensi serta melakukan evaluasi keperawtan berdasarkan model

keperawatan Levine. Residen juga berkesempatan untuk berdiskusi dan

bertukar pikiran dengan perawat senior, mahasiswa program pendidikan

dokter spesialis (PPDS), dokter spesialis bahkan konsulen. Residen juga

berdiskusi dengan tim faemasi dan bagian phisioterapi. Residen sangat

kagum sekali dengan pembimbing akademik dan fasilitator klinik di Perina,

yang tidak pernah bosan dan selalu menghadirkan diri pada setiap jadwal

bimbingan dan selalu mendampingi setiap proses pembelajaran seperti

pelaksanaan EBP.

Residen menetapkan stimulasi taktil kinestetik sebagai kegiatan inovasi

dalam penerapan asuhan keperawatan berbasis ilmiah dan mendapatkan

respon dan dukungan yang positif dari perawat ruangan dan supervisor

ruangan yang ditunjukkan dengan peran serta perawat dalam diseminasi

ilmu dan pelaksanaan praktik langsung ke klien yang dilakukantindakan

invasif.

Bimbingan dari supervisor pendidikan dan lahan paktik memicu

keberhasilan dalam pelaksanaan diseminasi ilmu ini dan menjadi bahan

pertimbangan dan masukan bagi ruangan untuk dapat melakukan

penatalaksanaan stimulasi taktil kinestetik yang telah disampaikan. Evaluasi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 78: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

64

Universitas Indonesia

terhadap pencapaian target kompetensi secara umum menurut residen

sebagaian besar telah tercapai. Selama dalam menjalani pencapaian

kompetensi tersebut, residen banyak mendapatkan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung kepada klien.

Residen menyadari bahwa dalam proses tersebut, residen belum mencapai

target kompetensi secara maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan

kemampuan intrapersonal dan interpersonal residen yang dipengaruhi oleh

pengalaman residen dalam mengelola klien yang masih perlu diperdalam.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

meningkatkan kemampuan intelektual, residen dengan eksplorasi jurnal atau

teori terkait, melatih keterampilan tekhnik dan diseminasi pengalaman

bersama perawat yang berdinas di ruangan dalam perawatan klien

berdasarkan kasus yang ditemui. Residen merasa nyaman sekali berdinas di

Perinatologi karena transfer ilmu dan transfomasi berjalan dengan luar

biasa, terutama para konsulen yang telah ikhlas mendidik dan membagi

ilmunya. Begitu juga dengan perawat ruangan yang memiliki semangat

yang kuat dan keinginan yang besar untuk mempelajari sesuatu yang baru

dan selalu siap untuk suatu perubahan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 79: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

65

Universitas Indonesia

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Asuhan perkembangan pada BBLR dengan menggunakan teori Levine,

sangat dapat diaplikasikan secara holistik terhadap kasus di Perinatologi

dengan mengkaji terhadap keempat prinsip konservasi yaitu konservasi

energi, integritas struktrur, intergritas personal dan integritas sosial. Hal ini

membuktikan asuhan perkembangan sangat bersinergi dengan teori

konservasi Levine dalam mendukung pemenuhan bio, psiko, sosial dan

spiritual, wujudkan keutuhan.

5.1.2 Praktek residensi ini meliputi ruangan perinatologi, non infeksi dan PICU,

dapat menjadi wadah bagi residen untuk mengembangkan diri dan

menerapkan fungsi residensi sebagai pemberi asuhan langsung, edukator,

konselor, koordinator, dan peneliti didalam bidang kesehatan anak.

5.1.3 Model konservasi Levine pada BBLR dengan kebutuhan asuhan

perkembangan dengan menerapkan praktek berbasis ilmiah sangat

melengkapi ketika asuhan perkembangan dengan cara pemberian

suplemen stimulasi taktil kinestetik bertujuan untuk untuk mengkonservasi

energi, dan memperbaiki struktur serta memperoleh kenyamanan personal

dan sosial. Melalui asuhan perkembangan tersebut dapat mencegah

terjadinya kesakitan dan kecacatan pada BBLR yang di rawat di

Perinatologi.

5.1.4 Konservasi integritas personal sangatlah menentukan dalam pencapaian

konservasi energi sehingga suplai energi seimbang dengan pemakaian

energi untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Kelebihan

pemakaian energi akibat stres yang ditimbulkan dari lingkungan akan

menganggu keseimbangan energi dan mengancam keutuhan BBLR.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 80: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

66

Universitas Indonesia

5.2 Saran

5.2.1 Pelayanan Keperawatan

Unit pelayanan seperti Perinatologi sangat sesuai menggunakan model

konservasi Levine ini sehingga asuhan yang diberikan dapat memenuhi

kebutuhan BBLR secaraholistik meliputi bio, psiko dan sosial.

Sebagaimana yang terkandung didalam keempat prinsip konsrvesi. Selain

itu residen juga menyarankan kepada pemegang kebijakan di rumah sakit

hendaknya dapat menerapkan pemberikan asuhan perkembangan kepada

BBLR secara individualistik, komprehensif dan berkelanjutan.

5.2.2 Penelitian Keperawatan

Kualitas pemberian asuhan pada bayi berat lahir rendah akan dapat

semakin ditingkatkan dengan menerapkan hasil penelitian terkait yang

sangat bermakna dalam menyelesaikan fenomena yang ada dipelayanan

perinatologi. Berdasarkan pengalaman selama di Perinatologi, maka

residen merasakan sekali betapa banyak yang dapat diteliti. Terkait praktek

berbasis ilmiah yang residen lakukan tentang stimulasi taktil kinestetik

dapat diteliti dengan menguji terhadap variabel lain seperti kemampuan

motorik bayi, meningkatkan imunitas, prilaku stres, toleransi minum,

regulasi diri dan lain-lain.

5.2.3 Institusi Pendidikan

Kerjasama serta komunikasi yang baik dari semua elemen terkait sangat

dibutuhkan dalam pengembangan profesi kedepan. Sehingga institusi

pendidikan dapat berjalan beriringan dengan pelayanan kesehatan

sehingga tidak ada jurang yang lebar antara kemajuan yang terjadi

dipendidikan dan kemajuan dipelayanan.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 81: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

67

Universitas Indonesia

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 82: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

1

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aly, F.F & Murtaza G. (2013). Massage therapy in preterm infant. Pediatric

Therapeutic 3: 155. doi:10.4172/2161-0665.1000155.

Alligood, M. R. (2010). Nursing theory: Utilization and application (Fourth

edition). Missouri: Mosby.

Als, H., & Lawhon, G. (2004). Theoritic perspective for developmentally

supportive care in Kenner, C., & McGrath, J. M. (eds.). Developmental

care of newborn & infant: A guide for health professional. (pp. 35-47).

St. Louis: Mosby.

Als H, Duffy FH, McAnulty GB, (1990) Behevioral and eketrophysiological

evidence for gestasional effects in healthy preterm and fullterm infants

studied two weeks after expected due date. Child Dev, 61, 1271-1286,

diunduh tanggal 12 januari 2013 www child encyclopdia.com.

Als H, Duffy FH, McAnulty GB, Grossman, R.G., & Blickman J.G.(1994)

Individualized Developmental Care for very low-birth-weight preterm

infant. Mdical and neurofunctional effect. JAMA, 272(11), 853-858

Altimier, 2003; Lotas, 1992 dalam Kenner & McGrath, (2004) Developmental

care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.

Als H, Duffy F, McAnulty GB, Rivkin MJ, Vajapeyam S, Mulkern RV et al.

Earlyexperience alters brain function and structure. Pediatrics 2004;

113(4): 846 -857.

Als H, Duffy F. H, McAnulty G. B, Fischer C.B, Kosta S, Butler SC et al. Is the

Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program

(NIDCAP) effective for preterm infants with intrauterine growth

restriction.J Perinatologi 2011; 31(2): 130–136.

Ang, J. Y., Lua, J. L., Mathur, A., Thomas, R., Asmar, B. I., Savasan, S.,

Shankaran, S. (2013). A randomized placebo-conrolled trial of massage

therapy on the immune system of preterm infants. American Academy of

Pediatrics, 6, 1549-1558. Doi: 10.1037/0278-6133.24.2.225

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan

maternitas. (edisi 4). Jakarta: EGC

Bowen (2009). The effect of light on the neonate. FANNP NEWS 20(4), 3-5

diunduh pada tanggal 03 juni 2014 dari www.fannp.org.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 83: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

2

Blackburn, S.T. (2003). Maternal, fetal, and neonatal physiology: A Clinical

Prespective. (2nd edition). St. Louise: W.B. Saunders.

Brazelton, T.B & Nugent, JK (1984). Neonatal behavioral assesment scale. (2 nd

ed). Philadelpia: JB Lippincott Co, dalam Bobak, I. M., Lowdermilk,

D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas: (edisi

4). Jakarta: EGC.

Brodsky, D., & Quelette, M. (2008). Primary care of the prematur infant.

Philadepia: Saunders Elsevier.

Bhutta, A. T., Cleves, M. A., Casey, P. H., Cradock, M. M., & Anand, K. J.

(2002). Cognitive and behavioral outcomes of school-aged children who

were born preterm: A meta-analysis. Journal of the American Medical

Association, 288, 728–737.

Dieter, J. N., Field, T., Sanders, C., Hernandes–Reif, M., Emory, E., & Redzepi,

M. (2003). Stable preterm infants gain more weight and sleep less

following 5 day of massage therapy. Journal of Pediatric Psichology,

28(6), 403-411.

Ferber, S. G., Feldman, R., Kohelet, D., Kuint, J., Dollberg, S., Arbel, E., &

Weller, A. (2005).Short communication: Massage therapy facilitates

other–infant interaction in premature infants. Infant Behavior &

Development, 28, 74–81. Doi: 10. 1016/j.infbeh.2004.07.004

Guyton, AC (1995). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (edisi 3). Jakarta:

EGC

Guzzetta, A., Acunto, G. D., Carotenuto, M., Berardi, N., Bancale, A., Boldrini,

A., Boldrini, A...Cioni, G. ( 2011). The effects of preterm on brain

electrical activity. Developmental Medicine & Child Neurology, 47-49.

Doi: 10.1111/J.1469-8749.2011.04065.x

Gurol, A., & Polat, S. (2012) The effect of baby massage on attachment between

mother and their infants. Asian Nursing Research, 6, 35-41. Doi: 10.

1016/j.anr.2012.02.006

Gomella, T. L., Cunningham, M. D., & Eyal, F. G. (2009). Management,

procedures, on-call problems, diseases and drugs. Sixth Edition.

Newyork :McGraw-Hill.

Guyton, A. C. (1995). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (edisi 3).

Jakarta: EGC.

Graven, S. N., & Browne, J. V. (2008) Sleep and brain develpoment: The critical

roleof sleep in fetal and early neonatal brain development. Newborn &

Infats Nursing Review, 8(4), 174-179.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 84: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

3

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Essential of pediatric nursing. St.Louis:

Mosby Year Book.

Hanley S. & Rybak J. 1993 dalam Kenner & McGrath, (2004) Developmental

care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.

Karunia L.W (2013) Buku Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu: Intervensi dini

bayi prematur di ruang perawatan perinatologi. Departemen Kes Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di RSCM Jakarta.

Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G. I., & Usman, A (2012). Buku

ajar neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2011). Buku ajar

fundamentalkeperawatan. (Edisi 7) (Wahyuningsih, E., Yulianti, D.,

Yuningsih, Lusyana, A., Penerjemah). Jakarta: EGC.

Kenner, C., & McGrath, J. M. (2004). Developmental care of newborns & infants.

Philadedlphia. Mosby.

Kawashiro (1994) dalam Kenner, C., & McGrath, J. M. (2004). Developmental

care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.

Latva, R., Lehtonen, L., Salmelin, R. K., & Tamminen T. (2006). Visit by family

to the neonatal intensive care unit. Fondation Acta Pediatrica.

Lissauer, T., & Fanaroff, A. A., (2009). At a glance neonatalogi. Jakarta:

Airlangga Medical Series.

Ludwig, S., Steichen, J., Khoury, J., & Krieg, P. (2008). Quality improvement

analisis of developmental care in infant less than 1500 gram at birth. New

born and infant nursing, 8(2), 94-100.doi: 10.1053/j.nainr.2008.03.011

Maguire, C. M., Bruil, J., Wit, J. M., & Walther, F. J. (2007). Reading preterm

infants' behavioral cues: An intervention study with parents of premature

infants born 32 weeks. Infant Behavior & Development, 83, 419-424.

Doi: 10. 1016/j.earlhumdev.2007.03.004

Marnoto, B.W., Indrasanto, E., Suradi, R., & Rustina, Y. (2011). Materi

pelatihan: Permasalahan bayi berat lahir rendah & penatalaksanaan

BBLR untuk pelayanan kesehatan level I dan II, Jakarta: PERINASIA.

Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children

and their families. 2nd ed. Canada: Thomson Delmar Learning.

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 85: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

4

Peters K, Rosychuk R, Hendson L, Cote J, McPherson C, Tyebkhan J.

Improvement of short- and long-term outcomes for very low birth weight

infants: The Edmonton NIDCAP trial. Pediatrics 2009; 124: 1009–1020.

Sizonenko SV, Borradori-Tolsa C, Hu¨ ppi PS. [Intrauterine growth restriction:

impact on brain development and function]. Rev Med Suisse 2008;

4(146): 509–514.

The Royal Women’s Hospital. (2009). Clinician’s handbook. Melbourne: The

royal women’s hospital.

Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorist and their work.

St.Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

Ward, J. P. T., & Clarke, R. (2009). At a glance: Fisiologi. Jakarta: Erlangga.

White, 2002 dalam Kenner & McGrath, 2004). Developmental care of newborns

& infants. Philadedlphia. Mosby.

Wong, D.L., & Hockenberry, M. J. (2003). Wong’s essentials of pediatrics

nursing. Canada: Mosby Inc.

Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L, & Schawrtz, P.

(2009). Wong: Buku ajar keperawatan pediatrik. (edisi 6). Alih bahasa:

Sutarna, A., Juniarti, N., & Kuncara, Y. Jakarta: EGC

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014

Page 86: APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM PEMENUHAN …lib.ui.ac.id/.../2016-4/20391166-SP-Febriyanti.pdf · BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua

5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FEBRIYANTI

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 14 Februari 1973

NIP : 7302141995032002

Alamat ; Jl Bay Pass Gulai Bancah Kec. Mandiangin Koto

Salayan Bukittinggi

No Telp : 085282548140

email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 05 Jadirejo Pekanbaru

SMP Negeri 1 Pekanbaru

SMA Negeri 1 Pekanbaru

AKPER DEPKES PADANG

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Padjajaran

Program Magister Keperawatan Universitas

Indonesia

Program Ners Spesialis Keperawatan Anak

Universitas Indonesia

Riwayat Pekerjaan : Tahun 1994 bakerja di RS Lenggogeni Padang

Tahun 1994 bekerja di RS Lancang Kuning

Pekanbaru

Tahun 1995-1998 bekerja di RS TNI AD Tk IV

Bukittinggi

Tahun 1995- sekarang di RSAM Bukittinggi

Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014