aplikasi image-j untuk menghitung perubahan luas … · aplikasi image-j untuk menghitung perubahan...

24
APLIKASI IMAGE-J UNTUK MENGHITUNG PERUBAHAN LUAS INTI ERITROSIT BEBEK AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS RENDI RIFANO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: duongtram

Post on 12-Mar-2019

308 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

APLIKASI IMAGE-J UNTUK MENGHITUNG PERUBAHAN

LUAS INTI ERITROSIT BEBEK AKIBAT LARUTAN

HIPOTONIS

RENDI RIFANO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi ImageJ untuk

Menghitung Perubahan Luas Inti Eritrosit Bebek Akibat Larutan Hipotonis adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam skripsi dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Rendi Rifano

NIM B04100010

ABSTRAK

RENDI RIFANO. Aplikasi ImageJ untuk Menghitung Perubahan Luas Inti

Eritrosit Bebek Akibat Larutan Hipotonis. Dibimbing oleh MOKHAMAD

FAHRUDIN dan KOEKOEH SANTOSO.

Pemberian larutan hipotonis dan hipertonis akan mengakibatkan

perubahan pada sel darah, seperti perubahan luas inti sel darah merah. Penelitian

ini bertujuan mengetahui perubahan luas inti eritrosit akibat pemberian larutan

hipotonis secara kuantitatif menggunakan imageJ. Sampel darah diencerkan

dengan larutan NaCl konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9%. Sampel darah

dibuat preparat ulas dan diwarnai dengan giemsa kemudian diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 920 kali. Gambar eritrosit diambil menggunakan

kamera Dino-Eye dan diolah menggunakan imageJ. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa luas inti eritrosit yang dipapar pada NaCl konsentrasi 0.9% adalah

21.99±2.62 µm2, pada konsentrasi NaCl 0.8% inti eritrosit mengecil menjadi

20.43±2.73 µm2 (p>0.05), pada konsentrasi NaCl 0.7% inti sebesar 17.12±2.70

µm2 (p<0.05), dan pada konsentrasi NaCl 0.6% inti eritrosit menjadi 14.89±2.36

µm2 (p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian larutan hipotonis

terhadap eritrosit bebek mengakibatkan luas inti eritrosit bebek mengecil.

Kata kunci: Dino-Eye, eritrosit bebek, imageJ, inti eritrosit , larutan hipotonis

ABSTRACT

RENDI RIFANO. The Usage of ImageJ Software in Measurement of Duck Red

Blood Cell’s Nucleus Size in Hypotonic Solution. Under the guidance of Dr Drh

MOKHAMMAD FAHRUDIN and Dr Drh KOEKOEH SANTOSO.

Exposure of blood to hypertonic or hypotonic solution would change the

shape of blood cells. The aim of this research is to quantitavely measure the

change of red blood cell’s (erythrocyte) nucleus size after exposuring to hypotonic

solution using imageJ software. Blood sample was diluted in several

concentration NaCl solution 0.6%, 0.7%, 0.8%, and 0.9%. Blood smear was

stained with giemsa axe and then observed under microscope with 920 times

magnification. Erythrocyte image was taken using Dino-Eye camera and

processed using imageJ software. Result of this research showed that

erythrocyte’s nucleus size in NaCl solution with 0.9% concentration was

21.99±2.62 µm2, in 0.8% concentration was 20.43±2.73 µm

2 (p>0.05), 0.7%

concentration was 17.12±2.70 µm2 (p<0.05), and 0.6% concentration was

14.89±2.36 µm2 (p<0.05). It was concluded that the exposure of duck’s eritrocyte

to hypotonic solution caused the shrink of its nucleus.

Keywords: Dino-Eye, duck’s red blood cell, hypotonic solution, imageJ, red

blood cell’s nucleus

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

APLIKASI IMAGE-J UNTUK MENGHITUNG PERUBAHAN

LUAS INTI ERITROSIT BEBEK AKIBAT LARUTAN

HIPOTONIS

RENDI RIFANO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah fisiologi darah,

dengan judul Aplikasi ImageJ untuk Menghitung Perubahan Luas Inti Eritrosit

Bebek Akibat Larutan Hipotonis .

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Erinasman dan Ibunda

Farita atas doa, motivasi serta kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis,

serta kepada Ayuni Zahara dan Oci Farini yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Dr Drh Mokhamad Fahrudin dan Dr Drh Koekoeh Santoso

selaku dosen pembimbing serta Prof Dr Drh I wayan Teguh Wibawan, MSi selaku

dosen pembimbing akademik dan tidak lupa pula penulis sampaikan kepada

teman seperjuangan Etri Mardaningsih dan Anisa Rahma. Disamping itu penulis

juga mengucapkan terimakasih kepada staf Laboratorium Fisiologi yang ikut

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermamfaat.

Bogor, September 2014

Rendi Rifano

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Pembahasan 4

SIMPULAN DAN SARAN 7

Simpulan 7

Saran 7

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 10

RIWAYAT HIDUP 14

DAFTAR TABEL

1 Luas inti eritrosit bebek akibat larutan hipotonis (µm2) 6

DAFTAR GAMBAR

1 Red, green, and blue (RGB) 5

Greyscale 5

2 Biner hitam putih 5

Eritrosit yang diberi label 5

3 Hubungan antara tekanan osmotik dan luas inti eritrosit bebek 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Metode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ 10

2 Hasil analisis statistika 11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darah merupakan unsur berupa cairan yang berperan penting dalam

mekanisme kerja tubuh sebagai medium atau transportasi berbagai bahan antara

sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Umur sel darah merah

pada hewan adalah 25-140 hari (Guyton 1986). Komposisi darah hewan sekitar

55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah (Pearce 2005).

Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit merupakan salah

satu komponen darah yang jumlahnya paling banyak di dalam darah dan berfungsi

untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh (Jambhekar 2011).

Menurut Sacher dan Pherson (2004), eritrosit unggas memiliki ukuran yang

lebih besar dibandingkan dengan eritrosit mamalia dan ukurannya bervariasi

tergantung pada spesies. Eritrosit unggas berbentuk oval dan memiliki inti

(nukleus) yang membedakannya dengan eritrosit hewan mamalia. Bentuk eritrosit

ini disesuaikan dengan proses fisiologis tubuh unggas, antara lain dengan tingkat

fleksibelitas eritrosit untuk bergerak dengan kecepatan tinggi dalam memenuhi

kebutuhan panas tubuh unggas (Sara 2013). Ukuran eritrosit unggas dapat

mengalami perubahan yang disebabkan oleh penyakit darah, keracunan logam,

dan pemberian larutan yang tidak isotonis dengan cairan darah. Pemberian larutan

hipotonis akan menyebabkan sel menggembung sampai terjadi hemolisis dan

larutan hipertonis menyebabkan sel mengerut. Kondisi sel seperti itu bisa

digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Hambatan dalam menganalisis

darah adalah waktu koagulasi darah yang cepat dan jarak tempat pengambilan

sampel dari laboratorium yang jauh. Pada waktu pengamatan Sacher dan Pherson

(2004), banyak sel darah yang telah beku, rusak, dan terkontaminasi mikroba

sehingga hasil analisis kurang tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu

perkembangan teknologi untuk memudahkan menganalisis sampel darah.

Perkembangan teknologi diperlukan untuk membuat suatu peralatan atau

instrumentasi yang praktis, kompak, handal, efektif, dan efisien. Bidang kesehatan

sebagai salah satu komponen penting kehidupan juga tidak luput dari dukungan

teknologi. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan-perhitungan yang dahulu

dikerjakan secara manual kini telah diganti dengan peralatan elektronik (Mallo et

al. 2012). Pengukuran secara manual akan membutuhkan banyak waktu, tidak

efesien, dan dipengaruhi oleh tingkat ketelitian pemeriksa yang menganalisis.

Peralatan elektronik ini misalnya kamera digital yang berfungsi untuk

menyimpanan suatu objek penelitian dalam mengenali suatu objek, misalnya

berupa gambar atau suara. Pengolahan gambar merupakan metode atau teknik

yang dapat digunakan untuk memproses gambar dengan jalan memanipulasinya

menjadi data gambar yang diinginkan atau keperluan analisis selanjutnya

menggunakan komputer (Warni 2012).

2

Perumusan Masalah

Eritrosit unggas akan menggembung jika terpapar larutan hipotonis karena

terjadi perbedaan tekanan osmotik antara ekstraseluler dengan intraseluler

sehingga air sebagai pelarut akan masuk ke intraseluler melalui membran.

Fenomena ini perlu dibuktikan dapat terjadi pada inti sel, sehingga penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui respon inti eritrosit terhadap pemberian larutan

hipotonis yang dihitung secara kuantitatif menggunakan imageJ.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pemberian larutan hipotonis terhadap

ukuran luas inti eritrosit bebek yang dihitung secara kuantitatif menggunakan

imageJ.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi pengaruh larutan

hipotonis terhadap luas inti eritrosit bebek dan mengetahui kegunaan imageJ

dalam menganalisis perubahan luas inti eritrosit bebek.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai April 2014.

Pengambilan sampel darah bebek serta pengamatan pengaruh larutan hipotonis

terhadap luas inti eritrosit bebek dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bebek manila (Cairina

moschata), larutan natrium klorida (NaCl) (Darmstadt, Germany) dengan

konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9%, metanol (Avon Product Inc, USA),

giemsa (cGMP co, USA), tisu, kapas, minyak emersi (VWR International),

antikoagulan ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA) (BDH, England), alkohol

70% (Ciubros Farma, Indonesia), aquades, dan xylol (Recochem USA).

Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah disposable syringe 1 ml

dengan jarum suntik ukuran 26G, kaca objek, pipet eritrosit, mikroskop cahaya

3

(tipe Nikon YS 100, Nikon Instrument inc, Japan), kamera Dino-Eye (tipe

AM4023X, AnMo Electronic Co, Taiwan) yang memiliki resolusi 1.3 megapixel,

imageJ (versi 1.46r, NIH, USA), laptop (Toshiba, Satellit L645, China), dan

mikrometer objektif untuk kalibrasi.

Prosedur Penelitian

Pengambilan sampel darah bebek dan pembuatan preparat ulas dengan

pewarnaan giemsa

Pada penelitian ini digunakan sampel darah tiga ekor bebek (Cairina

moschata) masing-masing diambil melalui vena brachialis. Sebelum dilakukan

pengambilan darah, bulu yang ada di sekitar pembuluh darah dicabut dan diusap

dengan alkohol 70% untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu pembuluh darah

ditusuk menggunakan jarum ukuran 26G (Amanu dan Riyanto 2004). Apabila

darah sudah keluar, pipet eritrosit ditempelkan pada pembuluh darah kemudian

darah dihisap sampai angka satu dan diencerkan menggunakan NaCl dengan

konsentrasi yang berbeda (0.6%, 0.7%, 0.8% dan 0.9%). Pengenceran dilakukan

dengan menghisap NaCl sampai angka 101. Darah berada di dalam larutan NaCl

selama 10 menit dan selanjutnya dibuat preparat ulas.

Darah yang telah diencerkan diteteskan pada ujung kaca objek dan dengan

kaca objek lainnya darah ditarik ke belakang hingga darah merata dan didorong ke

depan dengan kemiringan 300 sampai didapatkan ulasan yang tipis dan rata agar

memperoleh gambar yang bagus. Setelah itu preparat ulas difiksasi dalam metanol

selama 10 menit dan dikeringkan. Preparat dimasukkan ke dalam pewarnaan

giemsa 10% selama 45 menit, dibilas dengan aquades, dan preparat dikeringkan

beberapa menit sampai terlihat kering (Carascalo 2013).

Pengambilan gambar eritrosit

Pengamatan preparat ulas darah diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 400 kali. Komputer yang telah dilengkapi dengan software

DinoCapture dihubungkan dengan mikroskop melalui kamera Dino-Eye sehingga

gambaran sel darah dapat dilihat pada komputer. Perbesaran gambar yang diamati

pada layar komputer adalah 920 kali (perbesaran lensa objektif 40 kali dan

perbesaran digital Dino-Eye 23 kali). Setelah menemukan gambar eritrosit yang

jelas, maka gambar tersebut difoto menggunakan DinoCapture. Gambar yang

diambil disimpan pada komputer (Alfitri et al. 2013).

Perhitungan luas inti eritrosit menggunakan sofware imageJ

Pengolahan gambar dengan imageJ dimulai dengan melakukan kalibrasi

menggunakan mikrometer objektif (100 µm). Gambar preparat yang telah

disimpan dibuka menggunakan open pada software imageJ. Gambar preparat

eritrosit ditampilkan dalam bentuk gambar red, green, and blue (RGB). Gambar

RGB diubah menjadi gambar greyscale dengan kedalaman warna 8 bit. Gambar

greyscale dibuat dalam bentuk gambar biner hitam dan putih menggunakan

threshold untuk memisahkan objek dan latar belakang (Jambhekar 2011). Luas

inti eritrosit dihitung melalui analyze particle dan hasilnya ditampilkan dalam

bentuk deskripsi tekstual (Reinking 2007).

4

Analisis Data

Pada penelitian ini, perhitungan kuantitatif pengaruh larutan hipotonis

terhadap luas inti eritrosit bebek dilakukan dengan menggunakan imageJ versi

1.46r. Perhitungan rata-rata luas inti eritrosit menggunakan Microsoft Excell 2007

(Microsoft, USA). Data yang telah diperoleh diuji dengan ANOVA satu arah

menggunakan SPSS 14.0 (versi 14.0 Softonic Co, Spain). Hasil uji ANOVA

berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Hubungan antara tekanan osmotik

dan luas inti eritrosit dihitung menggunakan regresi linear sederhana. Data

disajikan dalam bentuk rerata dan standar deviasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eritrosit unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips yang terdiri atas

membran sel, sitoplasma, dan inti sel (Kusumawati 2004). Bagian terluar eritrosit

dilindungi oleh membran sel sebagai pembatas materi ekstraseluler dengan

sitoplasma (Poomcokrak dan Neatpisarnvanit 2008). Membran sel terdiri dari dua

lapisan yakni lipid bilayer dan sitoskleton (Smith 1987). Keutuhan sebuah

membran dipertahankan oleh adanya interaksi hidrofobik. Membran sel memiliki

sekumpulan protein yang tertanam pada cairan matriks lipid bilayer. Membran ini

membatasi kegiatan yang terjadi di dalam sel sehingga tidak mudah terganggu

oleh pengaruh dari luar, oleh karena itu membran sel bersifat selektif permeabel

untuk menentukan bahan-bahan yang bisa masuk ke luar dan ke dalam sel.

Substansi yang terdapat di antara inti sel dan membran plasma disebut sitoplasma

yang terdiri atas sitosol, organel, dan inklusi sitoplasma. Sitoplasma berperan

dalam metabolisme tubuh, menjamin berlangsungnya pertukaran zat, dan

mendukung terhadap struktur internal sel. Sitoplasma digunakan sebagai tempat

jaringan filamen protein yang disebut sitoskeleton untuk membantu

mampertahankan bentuk dan konsistensi sel (Alim 2013)

Inti sel terdiri dari beberapa bagian, yaitu membran inti, nukleoplasma,

kromatin dan nukleolus. Membran inti atau selubung inti merupakan struktur

pembatas materi inti sel dengan sitoplasma dan memberi struktur rangka inti

(Setiowati dan Deswanti 2007). Membran inti tersusun dari dua lapis

phospholipid yang hanya permeabel terhadap molekul kecil non polar.

Nukleoplasma merupakan cairan inti sel yang tersusun dari protein, enzim, asam

inti, air, larutan fosfat, gula ribose (pentose), nukleotida, dan asam nukleat. Fungsi

utamanya adalah untuk bertindak sebagai media suspensi untuk organel inti.

Fungsi lainnya termasuk pemeliharaan bentuk dan struktur nukleus dan

transportasi ion, molekul, dan zat-zat lainnya yang penting untuk metabolisme

dan fungsi sel. Nukleolus merupakan suatu komponen inti sel yang terdiri dari

filamen, butiran-butiran, dan secara kimiawi nukleolus terdiri atas AND, ARN,

dan protein sebagai sintesa ARN ribosom (Cooper dan Hausmann 2004).

Menurut Horne (2001), pemaparan eritrosit dengan larutan hipotonis

menyebabkan eritrosit menggembung sehingga mempengaruhi ukuran luas inti

5

eritrosit. Perubahan ukuran inti eritrosit akibat pemberian larutan NaCl dengan

konsentrasi berbeda-beda dapat diamati dengan menggunakan pengolahan gambar

digital imageJ. Pengolahan gambar umumnya diterapkan untuk melakukan

pemodifikasian, pengubahan, penggabungan maupun perbaikan kualitas gambar.

Gambar yang ditampilkan oleh pengolahan gambar menggunakan imageJ dalam

bentuk gambar red, green, and blue (RGB). Gambar RGB adalah sebuah gambar

yang terdiri dari warna pokok, seperti merah, hijau, dan biru untuk membentuk

warna lain. Pada imageJ, gambar RGB akan diubah menjadi gambar greyscale

yang merupakan derajat keabuan suatu objek untuk memudahkan dalam konversi

gambar menjadi gambar biner hitam putih (Hidayat et al. 2013). Gambar ini dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 A. Red, green, and blue (RGB), B. Greyscale

Gambar greyscale diubah menjadi gambar biner hitam putih untuk

memisahkan latar depan dengan latar belakang. Gambar biner hitam putih

dianalisis menggunakan analyze particle sesuai dengan parameter yang akan

dihitung, yaitu luas inti eritrosit. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk deskripsi

tekstual yang menampilkan luas inti eritrosit sesuai dengan urutan eritrosit yang

telah dinomori (dilabel). Gambar biner hitam putih dan eritrosit yang telah dilabel

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 A. Biner hitam putih, B. Eritrosit yang telah dilabel

Berdasarkan hasil analyze particle pada Gambar 2B diperoleh luas inti

eritrosit sebagaimana yang tercantum pada Tabel 1.

A B

A B

6

Tabel 1 Luas inti eritrosit bebek akibat larutan hipotonis (µm2)

Bebek Konsentrasi NaCl (%)

0.9 0.8 0.7 0.6

1 22.03±3.52a 20.91±2.24a 16.43±3.16b 14.54±3.15c

2 22.25±2.35a 20.32±2.97a 15.61±2.39b 14.49±2.03c

3 21.68±1.99a 20.05±2.97a 19.33±2.84b 15.64±1.89c

Rata-rata 21.99±2.62 20.43±2.73 17.12±2.70 14.89±2.36

Keterangan: superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

yang nyata pada taraf (p<0.05).

Berdasarkan hasil pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian NaCl 0.9%

rata-rata luas inti eritrosit bebek adalah 21.99±2.62 µm2. Luas ini, hampir sama

dengan luas inti eritrosit yang memiliki diameter panjang 6.5 µm dan diameter

pendek 2.8 µm (Calin 2014). Luas inti eritrosit pada pemberian NaCl 0.8%

menurun menjadi 20.43±2.73 µm2

(p>0.05), pada NaCl 0.7% sebesar 17.12±2.70

µm2

(p<0.05), dan pada pemberian NaCl 0.6% luas inti eritrosit bebek menjadi

14.89±2.36 µm2 (p<0.05). Pada Tabel 1 dapat dilihat perubahan luas inti eritrosit

berbeda nyata pada konsentrasi 0.7% dan 0.6%. Pada konsentrasi 0.6% dan 0.7%

inti eritrosit terlihat lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi 0.8% dan 0.9%.

Hal itu dikarenakan pada kondisi hipotonis cairan ekstraseluler masuk ke dalam

sel sehingga sel menggembung dan menyebabkan terganggunya integritas

membran dan inti sel (Wolve 1993).

Inti sel pada eritrosit yang rusak mengalami pengecilan melalui tiga tahap,

yaitu piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Pada tahap piknosis inti sel terlihat lebih

bundar, ukuran lebih kecil dan gelap. Pada karioreksis inti sel mengalami

fragmentasi menjadi kecil dan tersebar sedangkan kariolisis inti sel mengalami

lisis dan tidak terlihat sehingga rongga kosong dibatasi membran inti (Adhika et

al. 2007). Peristiwa pengecilan inti eritrosit terjadi akibat desakan dari cairan yang

terakumulasi di dalam sitoplasma sehingga inti mengalami perubahan yang

mungkin dipulihkan, yaitu pembengkakan kromatin yang kemudian menempel

pada membran inti dan anak inti. Perubahan ini bila tidak pulih akan diikuti

pengerutan inti menjadi masa keriput yang padat, batasnya tidak teratur, dan

berwarna gelap sehingga terjadi piknosis. Pada tahap piknosis akan terjadi

penggumpalan DNA menjadi massa solid (Robbins dan Kumar 1995).

Perubahan luas inti eritrosit bebek pada penelitian ini memiliki hubungan

yang linear dengan penurunan tekanan osmotik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar

3.

7

0.900.850.800.750.700.650.60

30

25

20

15

10

Konsentrasi NaCl (% )

Lu

as i

nti

erit

rosit

(u

m^

2)

Bebek 1

Bebek 2

Bebek 3

Grafik pengaruh konsentrasi NaCl terhadap luas inti eritrosit bebek

Gambar 3 Hubungan antara tekanan osmotik dan luas inti eritrosit bebek.

Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa adanya hubungan positif antara

penurunan tekanan osmotik dengan penurunan luas inti eritrosit. Hubungan kedua

peubah tersebut digambarkan sebagai suatu garis lurus (Mattjik dan Sumertajaya

2006). Pada penelitian ini, konsentrasi NaCl merupakan peubah bebas dan luas

inti sel darah merah sebagai peubah tak bebas. Korelasi yang dihasilkan oleh data

penelitian pada bebek satu memiliki nilai regresi (R2) adalah 0.505 dengan

persamaan garis y= -1.73 + 26.9x. Hal ini menunjukkan setiap terjadi perubahan

tekanan osmotik sebesar satu satuan akan menyebabkan luas menurun sebesar

26.9 µm2. Nilai regresi yang dihasilkan oleh data bebek dua adalah 0.62 dan

memiliki persamaan garis y= -2.82 + 28.0x. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

terjadi perubahan tekanan osmotik sebesar satu satuan akan menyebabkan luas

menurun sebesar 28.0 µm2. Bebek tiga memiliki nilai regresi 0.409 dengan

persamaan garis y= -5.04 + 18.8x. Arti persamaan garis tersebut adalah setiap

terjadi perubahan tekanan osmotik sebesar satu satuan akan menyebabkan luas

menurun sebesar 18.8 µm2.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan

hipotonis terhadap eritrosit bebek mengakibatkan luas inti eritrosit mengecil.

Penurunan tekanan osmotik memiliki korelasi yang linear terhadap penurunan

luas inti eritrosit.

Saran

Pada penelitian selanjutnya, pemanfaatan imageJ sebaiknya digunakan

gambar yang memiliki ketajaman yang sangat baik agar diperoleh hasil yang lebih

baik dalam pengolahan gambar untuk mendapatkan data kuantitatif.

8

DAFTAR PUSTAKA

Adhika A, Atmadja WL, Achmad S, Tohardi T. 2007. Gambaran anatomi,

mikroskopis, dan molandialdehida pada hati mencit setelah pemberian

minyak kelapa sawit bekas menggoreng. JKM. 7(1): 15-25.

Alfitri N, Hendrick, Yondri S, Anggraini T dan Efrizon 2013. Deteksi pestisida

pada tomat dengan pengolahan citra menggunakan mikroskop digital.

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik

Politeknik Negri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014

Juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegripadang.ac.id.

Alim T. 2013. Sitoplasma [internet]. [diunduh 2014 September 4]. Tersedia

pada:www.biologi-sel.com.

Amanu S, Riyanto B. 2004. Kejadian infeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum

pada kalkun, itik, entok, dan angsa di Kabupaten Sleman Daerah

Istimewa Yogyakarta. J. Sain vet. 22 (1).

Calin G. 2014. Diameter Erythtocyte of Chickens [internet]. [diunduh 2014

September 02]. Tersedia pada: books.google.co.id.

Carascalo MV. 2013. Perbedaan Hasil Pewarnaan Giemsa dan Wright terhadap

Morfologi Eritrosit dan Kualitas Cat pada Preparat Darah Apus [internet].

[diunduh 2014 Agustus 27]. Tersedia pada: http://digilib.unimus.ac.id.

Cooper GM, Hausmann R.E. 2004. The Cell A Molecular Aproach, 3th ed.

Washington (US): ASM Pr.

Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Pr.

Hidayat A, Alfitri N, Hendrick, Ramiati, dan Bakhtiar B. 2013. Aplikasi

pengolahan citra mikroskop untuk pendeteksi kandungan formalin pada

tahu menggunakan kamera CCD (Charge Couple Device) Seminar

Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro

Politeknik Negri Padang; Padang, Indonesia, Padang (ID). [diunduh 2014

juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegripadang.ac.id.

Horne M. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa Ed ke-2.

Jakarta (ID): EGC.

Jambhekar ND. 2011. Red blood classification using image processing. Science

Research Reporter. 1 (3): 151-154.

Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta (ID): Gajah

Mada Pr.

Mallo PY, Somphe SRUA, Narasiang BS, Bahrun. 2012. Rancang bangun alat

ukur kadar hemoglobin dan oksigen dalam darah dengan sensor oximeter

secara non-invasive [internet]. [diunduh 2014 Juli 4]. Tersedia pada:

Unsrat.ac.id.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan: dengan Aplikasi

SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.

Pearce E. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta (ID): Gramedia.

Poomcokrak J, Neatpisarnvanit C. 2008. Red Blood Cells Extraction and Country.

Bangkok (TH):Thai BME.

Reinking L. 2007. ImageJ Basic [internet]. [diunduh 2014 Agustus 27]. Tersedia

pada: www.melville.ch.cam.ac.uk.

Robbins SL dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I . Jakarta (ID): EGC.

9

Sacher RA, Pherson RA. 2004. Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratoriun

Ed-11. Jakarta (ID): EGC.

Sara U. 2013. Pengaruh Pemberian Pb di Dalam Ransum Anak Itik Terhadap

Jumlah Retikulosit dan Bentuk Abnormal Eritrosit [Internet]. [Diunduh

2014 Agustus 27]. Tersedia pada: Repository.unhas.ac.id.

Setiowati T, Deswanti F. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta (ID): Azka pr.

Smith JE. 1987. Erythrocyte membrane: structure, function, and pathophysiology.

Vet Pathol. 24:471-476.

Warni E. 2012. Penentuan morfologi sel darah merah (eritrosit) berbasis

pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan [internet]. [diunduh 2014 Juli

5]. Tersedia pada: Journal.Unhas.ac.id.

Wolve SL. 1993. Moleculer and Cellular Biology. California (US): Wadswordh

Publising Co.

10

Lampiran 1 Metode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ

a. Kalibrasi gambar dengan skala mikrometer

1. Gambar RGB yang telah disimpan dibuka menggunakan icon open pada

menu file

2. Gambar RGB diubah menjadi gambar greyscale

3. Gambar greyscale dirubah menjadi gambar hitam-putih menggunakan

threshold

11

4. Gambar hitam-putih diolah menggunakan analyze particle

5. Hasil analyze particle tercantum di dalam tabel

Lampiran 2 Hasil analisis statistika

ANOVA

Model Sum of sq df Mean Square F Sig.

1 Regression .047 1 .047 37.861 .025(a)

Residual .003 2 .001

Total .050 3

VAR001

N

Subset for alpha = .05

1 2 3 Duncan(a) .60 3 14.8900

.70 3 17.1233 .80 3 20.4267 .90 3 21.9867 Sig. 1.000 1.000 .110

Analisis regresi: Luas bebek 1 dan NaCl

The regression equation is

Luas bebek 1 = - 1.73 + 26.9 NaCl

Predictor Coef SE Coef T P

Constant -1.731 3.278 -0.53 0.601

NaCl 26.945 4.323 6.23 0.000

12

S = 3.05704 R-Sq = 50.5% R-Sq(adj) = 49.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 363.02 363.02 38.84 0.000

Residual Error 38 355.13 9.35

Total 39 718.14

Analisis regresi: Luas bebek 2 dan NaCl 2

The regression equation is

Luas bebek 2 = - 2.82 + 28.0 NaCl 2

Predictor Coef SE Coef T P

Constant -2.817 2.693 -1.05 0.302

NaCl 2 27.983 3.551 7.88 0.000

S = 2.51111 R-Sq = 62.0% R-Sq(adj) = 61.0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 391.52 391.52 62.09 0.000

Residual Error 38 239.62 6.31

Total 39 631.14

Analisis regresi: Luas bebek 3 dan NaCl 3

The regression equation is

Luas bebek 3 = -5.04 + 18.8 NaCl 3

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 5.039 2.785 1.81 0.078

NaCl 3 18.845 3.673 5.13 0.000

S = 2.59697 R-Sq = 40.9% R-Sq(adj) = 39.4%

13

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 177.57 177.57 26.33 0.000

Residual Error38 256.28 6.74

Total 39 433.85

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rendi Rifano. Penulis dilahirkan pada tanggal 30

Oktober 1992 di daerah Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah

Datar, Sumatera Barat. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Erinasman dan

Farita. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis telah mengenyam pendidikan formal di TK Beringin Sakti selama

satu tahun, SDN 25 Saruaso Timur selama enam tahun dari tahun 1998 sampai

tahun 2004, SMP 01 Tanjung Emas selama tiga tahun dari tahun 2004 sampai

tahun 2007 dan SMAN 03 Batusangkar selama tiga tahun dari tahun 2007 sampai

tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian

Bogor (USMI). Selama pendidikan di IPB Penulis pernah menjadi mentor mata

kuliah kimia, tergabung dalam panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru

Institut Pertanian Bogor (MPKMB IPB) tahun ajaran 2011/2012, selama di Bogor

penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Serambi Mekah dan Pagaruyung

(IMASERAMPAG), serta aktif dalam organisasi olahraga voli.