api fase perkenalan
TRANSCRIPT
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial Klien
Interaksi ke
Lingkungan
Deskripsi pasien
Tujuan
komunikasi
: DWI SETIANI SUMARDIKO S.Kep
: 01 Januari 2013
: Pkl. 12.00 - 14.00 WIB (20-30 Menit)
: Ruang Kutilang RSJ Radjiman Wideodiningrat
: Tn. H
: I (Fase Perkenalan/dan pengkajian)
: Meja makan, berhadapan dengan klien, suasana tenang
: Penampilan kurang rapi, kontak mata kurang
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON
VERBAL
ANALISA BERPUSAT
PADA PERAWAT
ANALISA BERPUSAT
PADA KLIEN
RASIONAL
P : Selamat siang Mas,
boleh saya duduk di
sebelah Mas ?
K : Siang. iya
P: Memandang K dan
tersenyum
K: Ekpresi datar
K: Ekpresi datar
P : Ingin membuka
percakapan dengan klien
dan berharap dengan
sapaan sederhana P bisa
diterima oleh K.
P merasa senang ada
K masih ragu terhadap
orang baru yang masuk ke
lingkungannya
K ragu terhadap orang baru
Salam merupakan kalimat
pembuka untuk memulai suatu
percakapan sehingga dapat terjalin
rasa percaya.
P: Memandang K tanggapan atas salam
walaupun belum
diekpresikan secara tulus
P : Wah, suasana siang ini
lumayan panas ya mas
K : (diam)
P : Memandang ke
halaman sambil melirik K
K : Ikut melihat ke
halaman hanya sebentar
P ingin memulai
percakapan dengan topik
ringan sebelum masuk ke
kondisi K
K memberikan respon
sepintas dan menunjukkan
perhatian cukup terhadap P
Topik ringan akan memudahkan
interaksi lebih lanjut
P : Oh ya, perkenalkan
saya Dwi Setiani, saya
mahasiswa PSIK UMM
yang praktek disini yang
akan merawat Mas.
K : (diam)
P : Memandang K sambil
menjulurkan tangan ke K
K : pasien agak lambat dan
ragu menerima juluran
tangan perawat
P merasa bahwa K harus
diberikan penjelasan
tentang kedatangan P
K masih belum bisa
menerima P, karena baru 2
hari berinteraksi dengan K
Memperkenalkan diri dapat
menciptakan rasa percaya klien
terhadap perawat
P : Nama Mas siapa ? P : Masih menjabat tangan
pasien dan mendekatkan
diri ke-K
K : Menoleh sebentar
P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien akan
memudahkan interaksi
K : Herman Taufik K : Menyebut nama dengan
lengkap
P merasa mau berkenalan K menanggapi perkenalan
dengan baik
P : Mas senangnya
dipanggil dengan nama apa
K : Herman.
P : Memandang K
K : Menoleh keluar
K : Melihat ke arah P dan
menjawab singkat lalu
memandang lagi kearah
luar
P ingin menjalin kedekatan
dengan pasien
P senang walaupun
jawaban singkat
K mencoba mengingat
nama yang disukainya
K mulai tertarik dengan
perkenalan dengan P
Nama panggilan merupakan nama
akrab klien sehingga menciptakan
rasa senang akan adanya
pengakuan atas namanya
P : Wah, kalau begitu saya
panggil mas herman aja
ya?
K : Iya
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Memandang
K : Menoleh ke P
P : Memperhatikan K
P mencoba mengakrabkan
suasana
P merasa pertanyaan
mendapatkan respon
K berpikir sejenak,
mengngingat nama yang
disukainya
K mulai merasa bahwa P
datang untuk membantu K
Pujian berguna untuk
mendekatkan perawat menjalin
hubungan therapeutik dengan
klien
P : Mas herman aslinya
dari mana?
P : Memandang K
K : Memandang sebentar
dan berpikir sambil
P masih berusaha
membangun keakraban
dengan topik sederhana
K berpikir dan mengingat-
ingat
Topik sederhana membantu
menjalin kedekatan dengan klien
K: Sooko, Mojokerto
menggaruk-garuk kepala
K : Menoleh ke P dan
tersenyum lalu memandang
lagi
P : Memperhatikan K
P senang karena K
memberi respon
K senang karena ingat
daerah asalnya dan kembali
membayangkan daerah
asalnya tersebut
P : Wah, jauh juga ya. Mas
Herman sudah berapa lama
disini?
K : sudah 3 minggu mau
sebulan ini mbk , dulu juga
pernah ke sini (sudah 2
kali)
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : menggaruk-garuk
kepala sambil sesekali
tersenyum
K : Bicara dan menoleh
sebentar ke P
P : Memandang K
P mulai mengkaji data
umum pasien
P khawatir kalau
pertanyaan membuat K
tersinggung
K berpikir dan berusaha
mengingat
K membayangkan keadaan
yang telah lama dijalaninya
Lama rawat menentukan apakah
klien kronis atau akut
P : Sekarang Mas Herman
umurnya berapa?
P : Mendekatkan diri ke K
K : Menoleh keluar dan
terdiam beberapa lama
P mengkaji daya ingat K K berusaha mengingat-
ingat
Umur mempengaruhi daya ingat
klien
K : 22 tahun K : Menoleh tetapi
pandangan tidak fokus
P : Tersenyum
P merasa arah pertanyaan
sudah dapat dijawab jelas
oleh K
K menjawab sesuai dengan
daya ingat yang
dimilikinya
P : Mas Herman ingat
nggak, kenapa pak Herman
dirawat disini, apa ada
masalah?
K : tidak tahu mbak
P : Menunjukkan
keseriusan
K : Memandang
K : Menoleh ke P dan
memegang kepalanya
P berhati-hati karena
pertanyaan tsb sangat
spesifik dan takut
menyinggung pasien
P mengerti karena K masih
belum mau terbuka
K mengingat-ingat
K menjawab tidak tahu
Keluhan utama merupakan dasar
pasien dirawat di RS Jiwa
P: Mas Herman pernah
ngamuk2 nggak?
K: tidak tahu mbak,
snewen aku..
P : Bertanya pelahan
K : Memandang
K : Menoleh ke halaman
P : Memperhatikan respon
pasien
P mengkaji lebih jauh
alasan pasien dirawat
P menduga pasien resiko
tinggi terjadi PK
K mengingat-ingat
K menceritakan PK saat di
rumah
Perilaku PK sering timbul karena
adanya halusinasi
P: Kenapa mas herman
marah
K: tidak tahu, saya tidak
suka marah2 mbk
P : Bertanya pelahan
K : Memandang
K : Menoleh ke halaman
P : Memperhatikan respon
pasien
P mengkaji lebih jauh
terkait penyebab marah
P menduga pasien resiko
tinggi terjadi PK
K mengingat-ingat
K menceritakan penyebab
PK
Perilaku PK pasien timbul karena
koping individu yang tidak efektif
terhadap beban pikiran yang
timbul atau masalah pribadi yang
dialami
P: bagaimana sikap mas
herman bila ada masalah?
K : saya pendam sendiri,
dulu pernah dirawat karena
suka mengurung diri di
kamar dan sering
mendengar suara2 aneh
P : Mendekatkan diri
K : Memandang ke
halaman
K : Memandang sambil
bicara
P : Memperhatikan
P berusaha mengkaji data
yang terkait mekanisme
koping
P menemukan data bahwa
pasien MD dan ISOS
K memceritakan tentang
kondisi di rumah biala ada
masalah
K menceritakan dengan
serius
Salah satu penyebab terjadinya PK
adalah pasien dengan MD yang
tidak tahan dan di luapkan kepada
keluarga dan barang di rumah.
P: Mas herman sudah
berkeluarga?
K : belum
P : Mendekatkan diri
K : Memandang ke
halaman
K : Memandang sambil
bicara
P : Memperhatikan
P berusaha mengkaji data
yang terkait dengan sosial
P menemukan data pasien
belum berkeluarga
K membayangkan keadaan
keluarganya
K menceritakan dengan
serius
Halusinasi sering timbul karena
menarik diri dan isolasi sosial
P : Mas Herman, kegiatan
mas sehari-hari disini
ngapain saja mas ?
K : Mandi, makan ehm…
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh P
K : Menggaruk-garuk
P mencoba mengalihkan
pembicaraan terkait waham
P merasa senang karena
K teralih karena pertanyaan
baru
K bingung tentang yang
Pengalihan agar klien tidak larut
dalam waham dan halusinasinya
ya itu. kepalanya
P : Memperhatikan respon
K
pasien bisa beralih dilakukannya sehari-hari
P : Kemudian?
K : bersih-bersih, nyapu,
ngepel dan tidur.
P : Menekankan pertanyaan
K : Memandang
K : Menoleh P
P : Memperhatikan
P mencoba menggali data
lebih dalam
P pasien sudah mengetahui
kegiatan kerjanya
K mengingat-ingat
K merasa dirinya harus
rajin belajar
Tehnik ekplorasi berguna untuk
mendapatkan lebih banyak data
terkait masalah klien
P : Mas Herman betah
tinggal di sini?Suasananya
enak ya!
K : ya, gak mbak. Saya
pengen pulang, saya
kangen rumah
P : Melihat halaman
K : memandang
K : Ikut melihat halaman
P : memperhatikan
P menanyakan perasaan
pasien di rs
P menetahui proses pikir
pasien
K masih sadar
K berusaha menjawab
sekenanya
Ekplorasi kenyamanan pasien
selama di RS dan melihat proses
pikir pasien
P : Tentunya keluarga Mas
Herman sudah menjenguk
kesini.
K : sudah mbk....
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Menoleh P
K : Memandang lagi
P : Memperhatikan respon
K
P ingin mengkaji
keterlibatan keluarga
terhadap perawatan K
P senang mendapatkan
jawaban K
K berusaha mengingat
keluarganya
K ingat terhadap
keluarganya, dan senang
dengan kesediaan P
Keluarga merupakan support
sistem bagi klien sehingga harus
dikaji keterlibatannya
P : Kalau di rumah mas
herman kok sering marah,
itu kenapa mas?
K : ya, nggak tahu juga
mbak
P : Memandang K
K : Memandang
K : Menoleh P dan
tersenyum
P : Memperhatikan
P mengkaji hubungan K
dengan keluarganya
P senang mendapatkan
jawaban sesuai pertanyaan
K mengingat hubungannya
dengan keluarga
K membayangkan keluarga
di rumah
Berada di lingkungan keluarga
akan membuat klien melihat
realitas menyenangkan atau
malahan stressor
P : Kalau di rumah,
ngapain aja mas herman
K : Yah, tidur, bersih-
bersih, dan membantu
bapak
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Menoleh P lalu melihat
ke halaman
K : Memandang P
P : Memperhatikan respon
K
P berusaha mengkaji
aktivitas K di rumah
P menemukan kegiatan
yang positif
K mengingat aktivitasnya
di rumah
K menceritakan tentang
aktifitasnya
Aktivitas di rumah merupakan
data pantas tidaknya pasien
dilibatkan dalam keluarga
P : Suka ngobrol nggak
dengan keluarga
K : ya, kadang-kadang
P : Memandang K
K : Memandang
K : Memandang
P : Memperhatikan
P mengkaji peran keluarga
terhadap K
P mendapatkan data pada
arus pikir yaitu pasien sulit
berkomunikasi
K mengingat aktivitasnya
di rumah
K menganggap menyendiri
adalah pekerjaan yang
membuat refreshing
Otistik merupakan gangguan pada
bentuk pikir
P : Bagaimana perasaan
Mas Herman sekarang?
K : ndak apa-apa
P : Memandang K
K : Memandang sebentar
K : Menggaruk-garuk
kepala
P : Memperhatikan
P mengalihkan topik
bahasan
P bingung harus ngobrol
tentang apa lagi
K bingung dengan
pertanyaan yang diberikan
K menjawab tentang
keadaannya
Pengalihan pembicaraan
P : Mas Herman, kita tadi
sudah berkenalan, masih
inget nggak nama saya?
K : mbak Dwi
P : Memandang K
K : Menoleh
K : Memandang P dan
tersenyum
P : Memperhatikan
P ingin mengakhiri fase I
karena sudah cukup banyak
data yang terkaji
P senang karena K ingat
nama P
K memperhatikan P
K mengingat-ingat nama P
Evaluasi fase I berhasil jika K
dapat mengingat nama P sehingga
nantinya terjalin kepercayaan
P : Nah, saya senang sekali
bisa ngobrol dengan Mas
Herman. Bagaimana kalau
selesai makan kita ngobrol
lagi? Sebentar saja kok,
yach cukup 20-30 menit
saja.
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh dan
tersenyum
P memberikan
reinforcement pada K
K senang diberikan
reinforcement
Kontrak berikutnya harus
ditentukan dan harus mendapatkan
persetujuan klien agar klien ingat
terhadap kontrak
K : hmm.. gimana ya, iya
deh
K : Tersenyum
P : Tersenyum
P senang karena K mau
menentukan kontrak
berikutnya
K ikut menentukan kontrak
P : Nah kalau Mas Herman
setuju, nanti kita ngobrol
tentang perasaan Mas
Herman terhadap keluarga
Mas Herman. Sekalian
saya periksa tekanan
darahnya ya.
K : Ya, ya….
P : Memandang K
K : Memandang
K : Mengangguk
P : Tersenyum
P menentukan topik dan
aktivitas pada kontrak
berikutnya
P senang karena K setuju
dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan
K memikirkan tentang
kegiatan yang ditawarkan
K setuju tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan
Kegiatan yang akan dilaksanakan
harus mendapat persetujuan K
sehingga bila K keluar dari
kegiatan dimaksud, bisa
diingatkan tentang batasan
kegiatan sesuai kontrak
P : Terimakasih atas
kesediaan Mas Herman
ngobrol dengan saya,
selamat siang
K : Siang.
P : Menepuk bahu K dan
mengulurkan jabat tangan
K : Menoleh, menjabat
tangan P
K : Tersenyum lalu
memandang sebentar dan
P menutup fase I
P senang karena K mau
berinteraksi dengan P
K menunjukkan rasa
percaya pada P
K menyambut salam P
Salam penutup merupakan akhir
fase yang harus dilakukan untuk
mencegah tidak percaya pada
klien
pergi
P : Tersenyum
KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.walaupun klien kurang kooperatif. Data yang tergali adalah data mengenai resiko tinggi
PK, menarik diri, koping individu tidak efektif, koping keluarga kurang efektif, gangguan bentuk pikir dan harga diri rendah. Kontrak selanjutnya telah
dilaksanakan dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.