apatisme mahasiswa farmasi

3
APATISME MAHASISWA FARMASI IMMawan Ahmad Fauzi Pemilihan Umum Mahasiswa (read PEMILWA untuk selanjutnya) telah terlaksanakan dengan sukses di Fakultas Farmasi UMS. Gubernur dan Wakil gubernurpun telah tepilih, namun ada satu hal yang cukup membuat Penulis merasa tercengang ditengah suksesnya Pemilwa tersebut, tak lain tak bukan hal tersebut adalah minimnya pemilih yang menggunakan hak suaranya (nyoblos). Dari 784 hak suara hanya 286 yang menggunakan haknya. Itu tadi hanya sedikit fakta yang Penulis ambil sebagai pengantar, garis besarnya ialah “apatisme mahasiswa terahadap perpolitikan kampus”. Berbicara mengenai apatisme mahasiswa, mau tidak mau suka tidak suka, dalam hal perpolitikan kampus, mahasiswa memang mulai bekurang tingkah keaktifannya, bahkan bisa dikatakan gak mau tau. Sejatinya, realitas hari ini mengatakan bahwasanya bukan apatisme mahasiswa terhadap politik saja, tetapi apatisme mahasiswa dalam berorganisasi. Berorganisasi tidak hanya dalam ruang politik saja, namun sudah hampir menyeluruh ke dalam organisasi yang bergerak dalam bidang yang lain. Ketika kita telisik lebih dalam, sebetulnya para mahasiswa itu sudah jauh lebih mengetahui apa itu politik, bagaimana berpolitik dan kegiatan di dalamnya. Kemerosotan animo mahasiswa dalam kegiatan berpolitik dapat disebabkan oleh banyak faktor. Entah faktor budaya, sejarah atau faktor pendukung yang lainnya. Factor budaya dapat dijadikan salah satu sebab merosotnya animo mahasiswa terhadap politik karena memang jika dilihat secara kasat mata saja ada perubahan pola hidup atau karakter yang memang sudah berbeda jauh dari sebelumnya. Banyak para mahasiswa berfikir bahwasanya sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari kegiatan berorganisasi. Pola berfikir seperti ini akan selalu berkembang ketika para mahasiswa

Upload: ahmad-fauzyy

Post on 30-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bentuk kegelisahan masa lampau.

TRANSCRIPT

APATISME MAHASISWA FARMASIIMMawan Ahmad Fauzi

Pemilihan Umum Mahasiswa (read PEMILWA untuk selanjutnya) telah terlaksanakan dengan sukses di Fakultas Farmasi UMS. Gubernur dan Wakil gubernurpun telah tepilih, namun ada satu hal yang cukup membuat Penulis merasa tercengang ditengah suksesnya Pemilwa tersebut, tak lain tak bukan hal tersebut adalah minimnya pemilih yang menggunakan hak suaranya (nyoblos). Dari 784 hak suara hanya 286 yang menggunakan haknya.Itu tadi hanya sedikit fakta yang Penulis ambil sebagai pengantar, garis besarnya ialah apatisme mahasiswa terahadap perpolitikan kampus.Berbicara mengenai apatisme mahasiswa, mau tidak mau suka tidak suka, dalam hal perpolitikan kampus, mahasiswa memang mulai bekurang tingkah keaktifannya, bahkan bisa dikatakan gak mau tau. Sejatinya, realitas hari ini mengatakan bahwasanya bukan apatisme mahasiswa terhadap politik saja, tetapi apatisme mahasiswa dalam berorganisasi. Berorganisasi tidak hanya dalam ruang politik saja, namun sudah hampir menyeluruh ke dalam organisasi yang bergerak dalam bidang yang lain. Ketika kita telisik lebih dalam, sebetulnya para mahasiswa itu sudah jauh lebih mengetahui apa itu politik, bagaimana berpolitik dan kegiatan di dalamnya. Kemerosotan animo mahasiswa dalam kegiatan berpolitik dapat disebabkan oleh banyak faktor. Entah faktor budaya, sejarah atau faktor pendukung yang lainnya. Factor budaya dapat dijadikan salah satu sebab merosotnya animo mahasiswa terhadap politik karena memang jika dilihat secara kasat mata saja ada perubahan pola hidup atau karakter yang memang sudah berbeda jauh dari sebelumnya. Banyak para mahasiswa berfikir bahwasanya sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari kegiatan berorganisasi. Pola berfikir seperti ini akan selalu berkembang ketika para mahasiswa tidak menyadari arti penting berorganisasi khususnya dalam konteks politik. Ini relevan dengan apa yang kita temukan dalam kegiatan sehari-hari di dalam kampus. Kemudian, faktor sejarah dapat di kategorikan sebagai salah satu penyebab merosotnya animo mahasiswa dikarenakan para mahasiswa saat ini berpikir bahwasannya para mahasiswa yang sudah bergelut dalam organisasi politik cenderung mempunyai pemikiran yang sangat-sangat besar akan tetapi mereka gagal merealisasikan itu menjadi sesuatu yang terasa untuk para mahasiswa lain. Atau lebih tepatnya tidak ada perubahan yang relevan dengan apa yang dijanjikan. Jadi para mahasiswa itu berasumsi bahwa berpartisipasi atau tidak mereka dalam berorganisasi khususnya dalam bidang politik tidak akan berpengaruh besar terhadap perubahan yang diharapkan.Nah,dalam realita dunia politik kampus kita tercinta, mungkin faktor diatas bisa dijadikan salah satu sebab terjadinya apatisme mahasiswa terhadap politik. Karena harus diakui atau tidak, selama ini mahasiswa tidak merasakan manfaat dari adanya organisasi politik yang ada. Keberadaan organisasi politik dalam kampus tidak mempunyai pengaruh dalam kegiatan perkuliahan mereka di dalam kampus. Entah itu, dalam hal akademik atau non akademik. Permasalahan ini bukan tidak disadari oleh para pejabat kampus yang terkait, banyak sudah pembicaraan mengenai permasalahan tersebut. Akan tetapi, semua seakan menguap ketika kita berbicara dalam penerapan realita sehari-hari.Terkhusus lagi bagi Mahasiswa Fakultas Farmasi yang notabene memang lebih mementingkan akademisi dari pada organisator, terlebih mengenai perpolitikan kampus, hal ini mungkin dapat penulis kategorikan sebagai kegagalan. Kegagalan dalam membangkitkan animo mahasiswa umum untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang berbau politik. Ada harapan, untuk membenahi permasalahan tersebut. Elemen pentingnya adalah bagaimana kita dapat meningkatkan gairah mahasiswa umum untuk dapat setidaknya mempunyai harapan terhadap kegiatan berorganisasi entah itu organisasi politik atau pun organisasi non politik. Sejatinya ketika para mahasiswa umum mulai tertarik untuk berorganisasi entah itu dalam konsep yang kecil, sekalipun entah itu di Fakultas maupun Universitas ini akan berintegrasi dengan meningkatnya animo mahasiswa terhadap kegiatan berpolitik itu sendiri. Mungkin yang para mahasiswa umum inginkan adalah mereka merasakan manfaat adanya organisasi politik kampus yang ada, dan dapat dijadikan pegangan mereka ketika ada permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan perkuliahan mereka. Sehingga membuat mereka berfikir menjadi suatu bagian dari organisasi politik itu sebagai suatu prestasi yang membanggakan. Ini sekaligus mengembalikan citra organisasi politik yang mana organisasi inti dari semua organisasi yang ada di dalam kampus*. Dapat disimpulkan bahwa merosotnya keaktifan mahasiswa dalam urusan yang berbau politik ini dimungkinkan karena mahasiswa kurang begitu merasakan efek nyata politik kampus, selain itu ketakutan akan mrosotnya IP jika mereka terjun ke arah organisasi yang notabene dalam pandangan mahasiswa umum sendiri tidak ada wujud konkretnya.

*dikutip dari http://bimaza.wordpress.com/2013/04/30/apatisme-mahasiswa-terhadap-politik/