ap/andre penner penyebaran benih: upaya … fileikan koan untuk enyahkan gulma eceng gondok, tanaman...

1
Ikan Koan untuk Enyahkan Gulma ECENG gondok, tanaman gulma yang sebelumnya merusak keindahan Danau Kerinci, kini sudah menghilang 100% berkat keberadaan ikan koan. “Eceng gondok yang dulu sudah sangat mengkhawatirkan karena nyaris menutupi seluruh permukaan Danau Kerinci, kini sudah dapat dihilangkan dengan restocking sekitar 2.000 ekor bibit ikan koan,” kata Kepala Desa Jujun, Kecamatan Danau Kerinci, Supratman di Kerinci, Kamis (19/5). Dulu, kata Supratman, eceng gondok menutup permukaan danau sehingga menjadi penghalang bagi para nelayan untuk menangkap ikan karena perahu tidak bisa melewati padang eceng gondok. Karena kondisi itulah, Dinas Perikanan berinisiatif membeli dengan cara mengimpor jenis ikan koan dari China yang dikenal sebagai ikan pembersih perairan danau dan sungai. Penyebaran ikan koan sendiri sebenarnya sudah dilakukan sejak 1995, namun hasilnya baru terlihat cukup lama. (Ant/M-6) G REEN CONCERN 7 MINGGU, 22 MEI 2011 Moratorium Hutan dan Lahan Gambut INDONESIA mu- lai melangkah maju dalam upa- ya mengurangi emisi karbon dengan mener- bitkan instruksi presiden (inpres) yang melarang adanya kon sesi baru di hutan primer dan lahan gambut, yang mu- lai berlaku Jumat (20/5). Moratorium tersebut akan berlaku selama dua tahun menda- tang. Meski demikian, menurut Center for International Forestry Research (Cifor), dibutuhkan tindakan-tindakan lebih lanjut su- paya Indonesia dapat memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca yang cukup ambisius. Di samping itu, moratorium tersebut tidak membatasi adanya konsesi baru di hutan sekunder, yang saat ini mencapai 36 juta hektare. “Pengurangan emisi dari sektor kehutanan yang signikan di Indonesia tidak akan terlaksana jika hanya melalui penanaman pohon, karena untuk mencapai target dibutuhkan penanaman di lahan seluas dua kali total wilayah negara ini,” kata Louis Verchot, peneliti utama untuk perubahan iklim di Cifor. (SN/M-1) Saat ini, seluruh dunia berlomba mencari jalan keluar untuk melestarikan hewan yang terancam punah dan tanaman yang kian tersingkir akibat habitat mereka yang kian terkikis. SISKA NURIFAH Upaya Penyelamatan di Antara Fragmen Hutan S UNGGUH, kerusakan ekosistem terjadi di mana pun. Upaya me- lestarikannya mungkin dapat terjawab oleh pertanya- an sederhana. Seberapa jauh seekor burung dapat terbang sebelum ia harus melakukan ‘panggilan alam’ seperti buang air besar? Pertanyaan tersebut memang terdengar aneh, tetapi tidak bagi para peneliti di Ameri- ka Serikat. Burung berperan penting untuk menyebarkan biji-bijian selama perjalanan mereka. Namun, deforestasi hutan secara besar-besaran me- ngakibatkan sebagian besar benih-benih tersebut akan jatuh di atas tanah sehingga me- reka tidak dapat tumbuh dan berkembang. “Hal ini dapat menjadi berita buruk bagi para ilmuwan yang berusaha mempelajari dan melestarikan spesies di daratan yang paling kaya keanekaraga- man hayati di bumi tersebut,” ungkap Profesor Ekologi Satwa Liar dan Konservasi Universi- tas Florida Emilio Bruna. Berangkat dari kemungkinan tersebut, para peneliti dari Institut Pangan dan Pertanian serta Pusat Studi Amerika Latin Universitas Florida bersama dengan para ilmuwan dari Universitas Kolombia, Univer- sitas Louisiana, dan Institut Nasional Brasil untuk Riset Amazon melakukan penelitian bersama yang tertuang dalam hasil studi pada bulan lalu. Benang merah dari hasil pe- AP/ANDRE PENNER nemukan cara untuk meng- hubungkan fragmen-fragmen tersebut. Penelitian itu dimulai dengan menjebak enam spesies burung tropis di jaring kabut, kemudi- an menangkap dan melengkapi mereka dengan pemancar radio sehingga keberadaan setiap burung bisa dilacak. Sebelum melepas burung-bu- rung tersebut kembali ke habi- tat, para peneliti pun memberi makan dengan bibit tanaman asli dan memantau kebiasaan pencernaan mereka. Data tersebut digunakan un- tuk membangun model statistik yang dikombi- nasikan dengan informasi dari pemancar ra- dio. Dari situ, seberapa jauh burung terbang sebelum akh- irnya menjatuh- kan biji dapat diperkirakan. Hasil menge- jutkan pun didapat, ternyata hanya satu dari enam spesies burung terse- but, yakni Turdus albicollis , menelan bulat-bulat biji yang dimakannya. Ditambah lagi, burung berukuran paling besar tersebut terbang dengan jarak paling jauh. Sementara itu, burung lain- nya akan makan, terbang ke sebuah cabang pohon terdekat, mengunyah benih sedikit demi sedikit dan meludahkannya. Benih yang diberikan meru- pakan jenis tanaman Heliconia nelitian tersebut menunjukkan bagaimana burung-burung tro- pis menebarkan benih-benih di hutan hujan Amazon, Brasil. Penelitian itu dilakukan de- ngan pendekatan komprehensif dan dilengkapi pertanyaan mengenai tempat biji-biji terse- but tersebar. Pelacakan tana- man serta perekaman pola penerbangan burung dan peri- laku mereka digabung dalam bentuk pengamatan model matematika dan simulasi kom- puter yang canggih. Ide utama di balik penelitian yang didanai National Science Foundation itu adalah melihat bagaimana pe- nyebaran benih di kawasan hu- tan hujan ketika deforestasi telah meninggalkan kantong tanah yang tidak ter- ganggu, yang disebut ‘frag- men’. Aktivitas manusia yang berkaitan dengan hutan, seperti penebangan dan pembangunan perumahan atau peternakan, akan meninggalkan fragmen- fragmen tersebut. Letak mereka pun tidak beraturan, terkadang saling berdekatan dan berjau- han satu sama lain. Tidak tumbuh Fokus utama para ahli kon- servasi biologi itu adalah me- mastikan kelangsungan hidup tanaman dan hewan di daerah terfragmentasi tadi dan me- acuminata , sejenis tanaman semak. “Jika benih Heliconia acumi- nata terjatuh di antara fragmen hutan, kemungkinan besar benih-benih tersebut akan ter- panggang oleh panas dan tidak akan tumbuh. Oleh sebab itu, penyebaran jarak jauh sangat penting bagi tanaman untuk membentuk populasi baru,” ungkap Profesor Ekologi, Evolusi, dan Biologi Ling- kungan Universitas Kolombia Maria Uriarte. Kesimpulan akhir yang diba- wa pulang para ilmuwan terse- but yakni jika fragmen-fragmen hutan terpisah-pisah dengan jarak yang jauh, binatang dan tanaman tidak dapat melaku- kan perjalanan, yang otomatis akan mempengaruhi penyebar- an populasi mereka. Oleh karena itu, ujar me- reka, sudah saatnya manusia mengulurkan bantuan dengan menyediakan koridor hutan di antara fragmen untuk meng- hubungkan mereka. Beberapa jenis vegetasi di antara fragmen yang berjauhan tersebut diperlukan burung atau hewan lainnya agar memi- liki tempat untuk beristirahat ketika mereka berpindah dari satu lokasi. “Penelitian ini benar-benar menyoroti pentingnya kata ‘konektivitas’. Dan mencari tahu cara kita dapat memper- tahankan habitat fragmen dan menjaga mereka terhubung satu sama lain,” ujar Maria. (Sciencedaily/M-1) miweekend @mediaindonesia.com INFO HIJAU ANTARA SEA.EX.COM PENYEBARAN BENIH: Fragmen terlihat di hutan Amazon Brasil akibat penebangan dan perluasan usaha peternakan. Para ilmuwan dari Amerika Serikat dan Brasil melakukan riset mengenai penyebaran benih yang dilakukan oleh burung. Hasilnya adalah benih yang disebar seekor burung tidak akan bertumbuh kembang dan terpanggang di atas fragmen. Tips Green! Kepedulian lingkungan juga bisa lewat produk yang lebih ramah lingkungan, misalnya memilih detergen yang mudah terurai. CAIRAN PEMBERSIH DARI BAKTERI SAPI A NDA yang tinggal di kota-kota besar mungkin sering melihat iklan jasa penyedot WC atau kloset di pinggir jalan. Sanitasi perkotaan yang modern ternyata tidak bebas dari masalah, seperti kloset mampat atau lekas penuh meski belum lama disedot. Permasalahan kloset sering kali bukan karena konstruksi ataupun penyumbatan bahan yang sulit terurai. Kloset bisa cepat penuh karena proses penguraian limbah tidak baik dan itu sangat bergantung pada keberadaan bakteri pengurai di dalam septic tank. Sayangnya, bakteri ini sering kali tanpa sadar justru kita musnahkan. Penggunaan produk kimia pembersih kloset yang mengandung klorin, amonia, dan asam klorida, tidak saja mematikan bakteri jahat, tapi juga bakteri pengurai limbah. Selain dengan menghindari penggunaan produk tersebut, proses penguraian alami dalam septic tank juga bisa dijaga dengan memperbaiki keberadaan bakteri-bakteri pengurai. Inilah yang dikembangkan sejak beberapa tahun lalu oleh Soelaiman Budi Sunarto. Pegiat lingkungan yang juga dosen berusia 47 tahun ini mengembangkan cara sederhana dan alami untuk menuntaskan permasalahan penyumbatan. Cara itu menggunakan bakteri pengurai yang ada di rumen (perut besar) sapi. Ingin tahu lebih banyak soal cairan pembersih dari bakteri sapi ini atau bagaimana kualitas daya bersihnya? Simak bincang-bincangnya di Green Radio. Anda juga bisa ikut bertanya lewat SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47. (Big/M-1) Liburan Sampah di Yogya Meningkat MASA liburan panjang juga berarti kenai- kan sampah di wilayah Kota Yogyakarta. Menurut Kepala Bidang Sampah pada Badan Ling- kungan Hidup Kota Yogyakarta, Irfan Susilo, ke- naikan sampah itu mulai terli- hat pada Minggu (15/5) hingga Selasa (17/5). “Kenaikannya mencapai 15% jika dibandingkan dengan pada hari-hari biasa,” katanya. Menurut dia, pada hari biasa jumlah sampah yang dibuang mencapai 300 ton per hari. Pada masa libur panjang ini meningkat hingga 450 ton per hari. Ia menyebutkan, dari seluruh sampah itu, 20%-nya merupakan buangan dari kawasan wisata, sedangkan sisanya merupakan limbah rumah tangga, pasar, dan lainnya. Untuk mengatasi masalah sampah, terutama pada masa liburan, Bidang Sampah Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta me- ningkatkan operasional pembersihan tapi tidak menambah tenaga kerja. Ia menambahkan, untuk kawasan Malioboro, sampah berada di bawah penanganan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ma- lioboro. Adapun untuk kebersihannya diserahkan kepada pihak ketiga, sedangkan wilayah lain berada di bawah kelola Bidang Sampah yang terbagi dalam delapan sektor. (AU/M-6) ANTARA Beberapa jenis vegetasi di antara fragmen yang berjauhan tersebut diperlukan burung atau hewan lainnya agar memiliki tempat untuk beristirahat ketika mereka berpindah dari satu lokasi.”

Upload: phamkhanh

Post on 01-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ikan Koan untuk Enyahkan Gulma

ECENG gondok, tanaman gulma yang sebelumnya merusak keindahan Danau Kerinci, kini sudah menghilang 100% berkat keberadaan ikan koan.

“Eceng gondok yang dulu sudah sangat mengkhawatirkan karena nyaris menutupi seluruh permukaan Danau Kerinci, kini sudah dapat dihilangkan dengan restocking sekitar 2.000 ekor bibit ikan koan,” kata Kepala Desa Jujun, Kecamatan Danau Kerinci, Supratman di Kerinci, Kamis (19/5).

Dulu, kata Supratman, eceng gondok menutup permukaan danau sehingga menjadi penghalang bagi para nelayan untuk menangkap ikan karena perahu tidak bisa melewati padang eceng gondok.

Karena kondisi itulah, Dinas Perikanan berinisiatif membeli dengan cara mengimpor jenis ikan koan dari China yang dikenal sebagai ikan pembersih perairan danau dan sungai. Penyebaran ikan koan sendiri sebenarnya sudah dilakukan sejak 1995, namun hasilnya baru terlihat cukup lama. (Ant/M-6)

GREEN CONCERN 7MINGGU, 22 MEI 2011

Moratorium Hutan dan Lahan Gambut

INDONESIA mu-la i melangkah maju dalam upa-ya mengurangi e m i s i k a r b o n dengan mener-bitkan instruksi presiden (inpres) yang melarang adanya kon sesi baru di hutan primer dan lahan gambut, yang mu-lai berlaku Jumat (20/5).

Moratorium tersebut akan berlaku selama dua tahun menda-tang. Meski demikian, menurut Center for International Forestry Research (Cifor), dibutuhkan tindakan-tindakan lebih lanjut su-paya Indonesia dapat memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca yang cukup ambisius. Di samping itu, moratorium tersebut tidak membatasi adanya konsesi baru di hutan sekunder, yang saat ini mencapai 36 juta hektare.

“Pengurangan emisi dari sektor kehutanan yang signifi kan di Indonesia tidak akan terlaksana jika hanya melalui penanaman pohon, karena untuk mencapai target dibutuhkan penanaman di lahan seluas dua kali total wilayah negara ini,” kata Louis Verchot, peneliti utama untuk perubahan iklim di Cifor. (SN/M-1)

Saat ini, seluruh dunia berlomba mencari jalan keluar untuk melestarikan hewan yang terancam punah dan tanaman yang kian tersingkir akibat habitat mereka yang kian terkikis.

SISKA NURIFAH

Upaya Penyelamatan di Antara Fragmen Hutan

SUNGGUH, kerusakan ekosistem terjadi di mana pun. Upaya me-lestarikannya mungkin

dapat terjawab oleh pertanya-an sederhana. Seberapa jauh seekor burung dapat terbang sebelum ia harus melakukan ‘panggilan alam’ seperti buang air besar?

Pertanyaan tersebut memang terdengar aneh, tetapi tidak bagi para peneliti di Ameri-ka Serikat. Burung berperan penting untuk menyebarkan biji-bijian selama perjalanan mereka.

Namun, deforestasi hutan secara besar-besaran me-ngakibatkan sebagian besar benih-benih tersebut akan jatuh di atas tanah sehingga me-reka tidak dapat tumbuh dan berkembang.

“Hal ini dapat menjadi berita buruk bagi para ilmuwan yang berusaha mempelajari dan melestarikan spesies di daratan yang paling kaya keanekaraga-man hayati di bumi tersebut,” ungkap Profesor Ekologi Satwa Liar dan Konservasi Universi-tas Florida Emilio Bruna.

Berangkat dari kemungkinan tersebut, para peneliti dari Institut Pangan dan Pertanian serta Pusat Studi Amerika Latin Universitas Florida bersama dengan para ilmuwan dari Universitas Kolombia, Univer-sitas Louisiana, dan Institut Nasional Brasil untuk Riset Amazon melakukan penelitian bersama yang tertuang dalam hasil studi pada bulan lalu.

Benang merah dari hasil pe-

AP/ANDRE PENNER

nemukan cara untuk meng-hubungkan fragmen-fragmen tersebut.

Penelitian itu dimulai dengan menjebak enam spesies burung tropis di jaring kabut, kemudi-an menangkap dan melengkapi mereka dengan pemancar radio sehingga keberadaan setiap burung bisa dilacak.

Sebelum melepas burung-bu-rung tersebut kembali ke habi-tat, para peneliti pun memberi makan dengan bibit tanaman asli dan memantau kebiasaan pencernaan mereka.

Data tersebut digunakan un-tuk membangun model statistik yang dikombi-nasikan dengan informasi dari pemancar ra-dio. Dari situ, seberapa jauh burung terbang sebelum akh-irnya menjatuh-kan biji dapat diperkirakan.

Hasil menge-j u t k a n p u n

didapat, ternyata hanya satu dari enam spesies burung terse-but, yakni Turdus albicollis, menelan bulat-bulat biji yang dimakannya. Ditambah lagi, burung berukuran paling besar tersebut terbang dengan jarak paling jauh.

Sementara itu, burung lain-nya akan makan, terbang ke sebuah cabang pohon terdekat, mengunyah benih sedikit demi sedikit dan meludahkannya. Benih yang diberikan meru-pakan jenis tanaman Heliconia

nelitian tersebut menunjukkan bagaimana burung-burung tro-pis menebarkan benih-benih di hutan hujan Amazon, Brasil.

Penelitian itu dilakukan de-ngan pendekatan komprehensif dan dilengkapi pertanyaan mengenai tempat biji-biji terse-but tersebar. Pelacakan tana-man serta perekaman pola penerbang an burung dan peri-laku mereka digabung dalam bentuk pengamatan model matematika dan simulasi kom-puter yang canggih.

Ide utama di balik penelitian yang didanai National Science Foundation itu adalah melihat bagaimana pe-nyebaran benih di kawasan hu-tan hujan ketika deforestasi telah meninggalkan kantong tanah yang tidak ter-ganggu, yang disebut ‘frag-men’.

A k t i v i t a s manusia yang berkaitan dengan hutan, seperti penebangan dan pembangunan perumahan atau peternakan, akan meninggalkan fragmen-fragmen tersebut. Letak mereka pun tidak beraturan, terkadang saling berdekatan dan berjau-han satu sama lain.

Tidak tumbuhFokus utama para ahli kon-

servasi biologi itu adalah me-mastikan kelangsungan hidup tanaman dan hewan di daerah terfragmentasi tadi dan me-

acuminata, sejenis tanaman semak.

“Jika benih Heliconia acumi-nata terjatuh di antara fragmen hutan, kemungkinan besar benih-benih tersebut akan ter-panggang oleh panas dan tidak akan tumbuh. Oleh sebab itu, penyebaran jarak jauh sangat penting bagi tanaman untuk membentuk populasi baru,” ungkap Profesor Ekologi, Evolusi, dan Biologi Ling-kungan Universitas Kolombia Maria Uriarte.

Kesimpulan akhir yang diba-wa pulang para ilmuwan terse-but yakni jika fragmen-fragmen hutan terpisah-pisah dengan jarak yang jauh, binatang dan tanaman tidak dapat melaku-kan perjalanan, yang otomatis akan mempengaruhi penyebar-an populasi mereka.

Oleh karena itu, ujar me-reka, sudah saatnya manusia mengulurkan bantuan dengan menyediakan koridor hutan di antara fragmen untuk meng-hubungkan mereka.

Beberapa jenis vegetasi di antara fragmen yang berjauhan tersebut diperlukan burung atau hewan lainnya agar memi-liki tempat untuk beristirahat ketika mereka berpindah dari satu lokasi.

“Penelitian ini benar-benar menyoroti pentingnya kata ‘konektivitas’. Dan mencari tahu cara kita dapat memper-tahankan habitat fragmen dan menjaga mereka terhubung satu sama lain,” ujar Maria. (Sciencedaily/M-1)

[email protected]

INFO HIJAU

ANTARA

SEA.EX.COM

PENYEBARAN BENIH: Fragmen terlihat di hutan Amazon Brasil akibat penebangan dan perluasan usaha peternakan. Para ilmuwan dari Amerika Serikat dan Brasil melakukan riset mengenai penyebaran benih yang dilakukan oleh burung. Hasilnya adalah benih yang disebar seekor burung tidak akan bertumbuh kembang dan terpanggang di atas fragmen.

TipsGreen!

Kepedulian lingkungan juga bisa lewat produk yang lebih ramah lingkungan, misalnya memilih detergen yang mudah terurai.

CAIRAN PEMBERSIH DARI BAKTERI SAPI

ANDA yang tinggal di kota-kota besar mungkin sering melihat iklan jasa penyedot WC atau kloset

di pinggir jalan. Sanitasi perkotaan yang modern ternyata tidak bebas dari masalah, seperti kloset mampat atau lekas penuh meski belum lama disedot.

Permasalahan kloset sering kali bukan karena konstruksi ataupun penyumbatan bahan yang sulit terurai. Kloset bisa cepat penuh karena proses penguraian limbah tidak baik dan itu sangat bergantung pada keberadaan bakteri pengurai di

dalam septic tank.Sayangnya, bakteri ini sering

kali tanpa sadar justru kita musnahkan. Penggunaan produk kimia pembersih kloset yang mengandung klorin, amonia, dan asam klorida, tidak saja mematikan bakteri jahat, tapi juga bakteri pengurai limbah.

Selain dengan menghindari penggunaan produk tersebut, proses penguraian alami dalam septic tank juga bisa dijaga dengan memperbaiki keberadaan bakteri-bakteri pengurai. Inilah yang dikembangkan sejak beberapa tahun lalu oleh Soelaiman

Budi Sunarto.Pegiat lingkungan yang juga

dosen berusia 47 tahun ini mengembangkan cara sederhana dan alami untuk menuntaskan permasalahan penyumbatan. Cara itu menggunakan bakteri pengurai yang ada di rumen (perut besar) sapi.

Ingin tahu lebih banyak soal cairan pembersih dari bakteri sapi ini atau bagaimana kualitas daya bersihnya? Simak bincang-bincangnya di Green Radio. Anda juga bisa ikut bertanya lewat SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47.

(Big/M-1)

Liburan Sampah di Yogya Meningkat

MASA liburan p a n j a n g j u g a berart i kenai-kan sampah di w i l a y a h K o t a Y o g y a k a r t a . Menurut Kepala Bidang Sampah pada Badan Ling-kungan Hidup Kota Yogyakarta, Irfan Susilo, ke-naikan sampah itu mulai terli-hat pada Minggu (15/5) hingga Selasa (17/5). “Kenaikannya mencapai 15% jika dibandingkan dengan pada hari-hari biasa,” katanya.

Menurut dia, pada hari biasa jumlah sampah yang dibuang mencapai 300 ton per hari. Pada masa libur panjang ini meningkat hingga 450 ton per hari. Ia menyebutkan, dari seluruh sampah itu, 20%-nya merupakan buangan dari kawasan wisata, sedangkan sisanya merupakan limbah rumah tangga, pasar, dan lainnya.

Untuk mengatasi masalah sampah, terutama pada masa liburan, Bidang Sampah Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta me-ningkatkan operasional pembersihan tapi tidak menambah tenaga kerja. Ia menambahkan, untuk kawasan Malioboro, sampah berada di bawah penanganan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ma-lioboro. Adapun untuk kebersihannya dise rahkan kepada pihak ketiga, sedangkan wilayah lain berada di bawah kelola Bidang Sampah yang terbagi dalam delapan sektor. (AU/M-6)

ANTARA

Beberapa jenis vegetasi di

antara fragmen yang berjauhan tersebut diperlukan burung atau hewan lainnya agar memiliki tempat untuk beristirahat ketika mereka berpindah dari satu lokasi.”