any persamaan arrhenius dan energi aktivasi
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
Nama : Any Kurniawati
Kelompok : 6
NIM : 4301410009
Prodi/Jurusan : Pend. Kimia/Kimia
Dosen : Ir. Sri Wahyuni, M.Si
Tanggal Praktikum : 19 September 2012
Teman kerja : Fitriya Karima
Ahmad Nasrulloh
Fransisca Ditawati N. P.
PERCOBAAN 3
PERSAMAAN ARRHENIUS
DAN
ENERGI AKTIVASI
LAPORAN
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
I. Tujuan Percobaan
a. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius
II. Dasar Teori
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi
kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E
menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi
memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat
berlangsung.
Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan
sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan
energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luarbuntuk mengaktifkan reaksi
tersebut.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali
dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan
terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang
berbeda ( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang
diusulkan adalah :
K=A eEaRT
K = konstanta laju reaksi
A = faktor freakuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
ln K=ln A−( EaRT
)
ln K=−EaRx1T
+ ln A
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering
disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju
reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan
intersep ln A. (Tim Dosen Kimia Fisik : 2012)
Jika suatu reaksi orde 1 memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a,
dan konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan :
kt=ln ( aa−x
)
Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n dan
k= 1t 1/n
ln( 11−1/n
)
(Atkins : 1999)
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan
suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu
dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi
aktivasi
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang
lebih rendah. (Castellan : 1982)
III. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
b. Tabung reaksi 4 buah
c. Gelas piala 600 ml 1 buah
d. Pipet ukur 10 ml
e. Stopwatch
2. Bahan
a. Na2S2O8 atau H2O2 0,04 M
b. KI 0,1 M
c. Na2S2O3 0,001 M
d. Larutan amilum 1%
e. Es batu
IV. Cara Kerja
a. Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini :
- Tabung 1 berisi 5 ml H2O2 dan 5 ml air
- Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3 dan 1 ml amilum
b. Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air
sesuai dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan
tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu
pengamatan 0o-20oC dilakukan dengan bantuan es.
V. Hasil Percobaan dan Pembahasan
No. Rerata suhu1/T
(sumbu x)waktu K
Ln K
(sumbu y)
1. 14,5oC 0,00348 96,06 sekon 1,0398 .10−3 -4,8051
2. 17,5oC 0,00344 54,53 sekon 1,8318 x10−3 -5,0063
3. 21oC 0,00340 32,98 sekon 3,0288 x10−3 -5,7995
4. 23,5oC 0,00337 14,92 sekon 6,6950 x10−3 -6,3024
5. 27,5oC 0,00332 12,20 sekon 8,1877 x 10−3 -6,8687
0.00348 0.00344 0.0034 0.00337 0.00332
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
-4.8051 -5.0063
-5.7995-6.3024
-6.8687
f(x) = − 0.54233 x − 4.12941R² = 0.978837802406318
ln K vs 1/T
ln K vs 1/TLinear (ln K vs 1/T)Linear (ln K vs 1/T)Linear (ln K vs 1/T)
1/T
ln K
1. Perhitungan Ea
Dari kurva diperoleh persamaan y = -0,542x - 4,129 ( y = mx + b )
m = -0,542
ln K=−EaRx1T
+ ln A
Maka m = - Ea/R
Ea = - ( m x R ) = - (-0,542 x 8,314) = 4,506188 J/mol
B = intercept = ln A = - 4,129
A = 0,016099
Pada percobaan ini, energi aktivasi ditentukan nilainya dengan mengolah data
dari grafik hubungan ln K dan 1/T berdasarkan persamaan Arrhenius. Untuk
mendapatkan data- data yang akan diolah dalam grafik, praktikan melakukan
percobaan berulang dengan mengukur ln K reaksi dari temperatur yang bervariasi
Reaksi yang diukur adalah reaksi hidrogen peroksida dengan ion iodida. Dalam hal ini,
hidrogen peroksida dicampurkan bersamaan dengan iodide, ion tiosulfat dan amilum.
Penambahan larutan H2O2 berfungsi sebagai oksidator, yaitu mengubah I-
menjadi I2. I- kemudian berikatan dengan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai reduktor, I2
berubah kembali menjadi I- yang selanjutnya berikatan dengan larutan kanji. Ion iodida
dan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I2, gas tersebut akan bereaksi
kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodida. Namun, dalam reaksi ini,
tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat habis bereaksi.
Dengan tambahan amilum, ion iodida yang terbentuk kembali akan bereaksi dengan
amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang digunakan haruslah
amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat memiliki kemungkinan
perubahan struktur karena pengaruh luar. Oleh karena itu, sesaat setelah larutan
amilum dibuat sebaiknya larutan dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi berlangsung
pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi, ion-ion pereaksi
akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Berdasarkan teori tumbukan, energi
kinetik yang lebih besar akan membuat tumbukan antar partikel akan menjadi lebih
sering, sehingga reaksi akan lebih cepat berlangsung.
Disini terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan
dengan menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem
untuk mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan teori. Energi tersebut akan
diukur besarnya ( energi aktivasi ).
Selain untuk menunjukkan kebergantungan laju reaksi terhadap temperatur,
percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan energi aktivasi (Ea) yang dibutuhkan
untuk reaksi dengan persamaan Arrhenius serta semakin tinggi suhu maka waktu yang
diperlukan untuk bereksi semakin cepat. Pada percobaan yang dilakukan, didapatkan
nila Ea sebesar 4,506188 J/mol dan nilai ln A yaitu - 4,129. Dan nilai A = 0,016099.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2H2O2 2H2O + O2
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6
2-
2H2O2 + 2I- + S4O62- I2 + 2H2S2O3 + 2O2
VI. Simpulan dan Saran
- Simpulan
1. Berdasarkan data percobaan, diperoleh grafik yang linier sehingga percobaan
yang kami lakukan sesuai dengan persamaan Arrhenius.
2. Energi aktivasi dari percobaan ini adalah 4,506188 J/mol dan nilai ln A yaitu -
4,129 , nilai A = 0,016099
3. Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju
reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k
yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi.
- Saran
Sebaiknya praktikan benar-benar mendalami materi praktikum sehingga dapat
melaksanakan praktikum dengan baik dan dapat memahami proses dan hasil yang
diperoleh.
VII. Daftar Pustaka
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I,
penerjemah;Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga.
Terjemahan dari : Physichal Chemistry.
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General
Graphic Services.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).
Semarang, 25 September 2012
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Any Kurniawati
NIM. 4301410009
Lampiran
Jawaban Pertanyaan
Alasan yang mungkin menyebabkan terjadinya penyimpangan jika suhu diatas
40oC adalah jika suhunya lebih dari 40oC maka larutan amilum akan rusak atau rusak
sebagian , sehingga ion iodida yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat
terdeteksi dengan baik.
Data Pengamatan
No.
Suhu awal Suhu
akhir
campuran
Rata-rata
suhuWaktu reaksiTabung
1
Tabung
2Campuran
1. 15oC 15oC 15oC 14oC 14,5oC 96,06 sekon
2. 18oC 18oC 18oC 17oC 17,5oC 54,53 sekon
3. 21oC 21oC 21oC 21oC 21oC 32,98 sekon
4. 24oC 24oC 24oC 23oC 23,5oC 14,92 sekon
5. 27oC 27oC 27oC 27oC 27,5oC 12,20 sekon
Perhitungan
mgrek H2O2 = M . V . val
= 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek
mgrek KI = M . V . val
= 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek
mgrek Na2S2O3 = M . V . val
= 0,001 x 1 x 1 = 0,001 mgrek (pereaksi pembatas)
Mgrek H2O2 yang bereaksi = mgrek Na2S2O3
[H 2O2 ]awal=M xmlV total
=0,04 x 522
=0,0091
[H 2O2 ]bereaksi= 0,042 x22
=9,09 x10−4M
1. Menghitung nilai k
k=[H 2O2 ] bereaksi[H 2O2 ] awal x t
a. t = 96,06 dt
k= 9,09 x 10−4
0,0091x 96,06=1,0398 .10−3
b. t = 54,53 dt
k= 9,09 x10−4
0,0091x 54,53=1,8318 x10−3
c. t = 32,98 dt
k= 9,09 x10−4
0,0091x 32,98=3,0288 x10−3
d. t = 14,92 dt
k= 9,09 x10−4
0,0091x 14,92=6,6950x 10−3
e. t = 12,20 dt
k= 9,09 x10−4
0,0091x 12,20=8,1877 x10−3
2. Menghitung nilai 1/T
a. T = 14,5oC
1T
= 114,5+273
=0,00348
b. T = 17,5oC
1T
= 117,5+273
=0,00344
c. T = 21oC
1T
= 121,5+273
=0,00340
d. T = 23,5oC
1T
= 123,5+273
=0,00337
e. T = 27,5oC
1T
= 127,5+273
=0,00332