arhenius dan persamaan energi aktivasi

80

Click here to load reader

Upload: vellarine

Post on 24-Nov-2015

186 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

ARHENIUS DAN PERSAMAAN ENERGI AKTIVASI

LAPORANPERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

I.Tujuan Percobaan1.Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi2.Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius

II.Landasan TeoriEnergi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luaruntuk mengaktifkan reaksi tersebut.Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa produk ). Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali. Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem tidak stabil.Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karenakeadaan transisi kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan(Vogel, 1994).Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :

K = konstanta laju reaksiA = faktor freakuensiEa = energi aktivasiPersamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :

Dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari 1/T akan berupa garis lurus dengan perpotongan (intersep) ln A dan gradien Ea/R(Tim Dosen Kimia Fisik, 2012).Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai parameter Arrhenius. Plot dari log K terhadap T -1 adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperatur sedang.Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien (Ea/RT) dan intersep ln A.Jika suatu reaksi memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan:

Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n dan

(Atkins, 1994)Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :1.SuhuFraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.2.Faktor frekuensiDalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi3.KatalisKatalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah(Castellan, 1982).III.Alat dan Bahan1.Alata.Rak tabung reaksi 1 buahb.Tabung reaksi 10 buahc.Gelas piala 600 ml 1 buahd.Pipet ukur 10 mle.Stopwatch

2.Bahana.Na2S2O8atau H2O20,04 Mb.KI 0,1 Mc.Na2S2O30,001 Md.Larutan amilum 1%e.Es batu

IV.Cara Kerjaa.Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini :-Tabung 1 berisi 5 ml H2O2dan 5 ml air-Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3dan 1 ml amilum

b.Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-20oC dilakukan dengan bantuan es.

V.Hasil percobaan dan Pembahasan

No.Rerata suhu (K)1/TKLn K

1.3120.003200.0032-4.382

2.3080.003240.00324-4.6

3.3030.003250.0033-5

4.2980.003350.00337-5.4

5.2930.003410.00345-5.8

6.2880.003470.00347-6

Energi aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik hubunganln kdan1/T berdasar persamaan Arrhenius yang didapatdata percobaan. Maka praktikan dapat melakukan percobaan berulang dengan mengukur ln k reaksi dari temperatur yang bervariasi untuk memperoleh data yang akan diolah dalam persamaan tersebut.Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan antara larutan H2O2yang diencerkan dengan aquades pada tabung 1 dan campuran KI, Na2S2O3dan larutan amilum 1% pada tabung 2. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan menghitung energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius.Penambahan larutan H2O2berfungsi sebagai oksidator, yaitu mengubah I-menjadi I2. I-kemudian berikatan dengan Na2S2O3yang berfungsi sebagai reduktor, I2berubah kembali menjadi I- yang selanjutnya berikatan dengan larutan kanji.Ion iodide dan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I2, gas tersebut akan bereaksi kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodide.Dalam reaksi ini, tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat habis bereaksi. Dengan tambahan amilum, ion iodide yang terbentuk kembali akan bereaksi dengan amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang digunakan haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat memiliki kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar.Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi, ion-ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Disini terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan teori. Energi tersebut akan diukur besarnya ( energi aktivasi ).Dari percobaan tersebut, variabel bebasnya adalah suhu sedangkan variabel terikatnya adalah waktu. Dan diperoleh semakin tinggi suhunya maka waktu reaksinya akan semakin cepat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suhu maka energi kinetik suatu partikel akan meningkat. Sehingga pergerakan partikel untuk menimbulkan tumbukan efektif semakin besar juga. Dan sebaliknya, jika reaksi dilakukan pada suhu rendah, reaksi akan semakin lambat.Dari hasil pengamatan, dapat diketahui pada suhu tinggi warna biru lebih cepat terlihatdaripada suhu rendah. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suhunya maka reaksi akan berjalan semakin cepat. Sehingga grafik yang terbentuk adalah garis linear.Selain untuk menunjukkan kebergantungan laju reaksi terhadap temperature, percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan energi aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi dengan persamaan Arrhenius serta semakin tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk bereksi semakin cepat. Pada percobaan yabg dilakukan, didapatkan nilai Ea sebesar 94,023026kJ/mol dan nilai ln A yaitu 32,37

Reaksi yang terjadi:2H2O22H2O + O2I2+ 2S2O32-2I- + S4O62-2H2O2+ 2I-+S4O62-I2+ 2H2S2O3+ 2O2

Faktor yang mempengaruhi energi aktivasi (Ea) yaitu suhu, faktor frekuensi (A), katalis. Semakin kecil harga Ln k maka harga 1/T rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan memperbesar harga laju reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dimana energi aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaksi.

VI.Simpulan dan Saran-Simpulan1.Berdasarkan data percobaan (dalam grafik ln k vs 1/T), terbukti bahwa laju reaksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur (rentang suhu 0oC-40oC)2.Energi aktivasi yang dihasilkan pada percobaan ini sebesar94,023026kJ/mol

-SaranSebelum melaksanakan praktikan sebaiknya benar-benar mendalami materi sehingga dapat menjalankan praktikum dengan baik dan dapat mengurangi terjadinya kesalahan praktikum.

VII.Daftar PustakaAtkins PW. 1999.Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I,penerjemah;Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari :Physichal Chemistry.Castellan GW. 1982.Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General Graphic Services.Vogel. 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).Tim Dosen Kimia Fisik. 2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNESSemarang,24September 2012Mengetahui,Dosen PengampuPraktikan

Ir. Sri Wahyuni, M.SiHelivia ElvandariNIM. 4301410013

LampiranNoSuhu Awal (K)Suhu Akhir Campuran (K)Rata-Rata suhu (K)Waktu reaksi (s)

Tabung 1Tabung 2Campuran

13133133133113128

230830830830830812

3303303303304303.515

4298298298301299.519

5293293293298295.526

6288288288293.5290.7530

1.Perhitunganmgrek H2O2= M . V . val= 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek

mgrek KI= M . V . val= 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek

mgrek Na2S2O3= M . V . val= 0,001 x 1 x 2 = 0,002 mgrek (pereaksi pembatas)

Mgrek H2O2yang bereaksi = mgrek Na2S2O3

2.Menghitung nilai k

a.t =8dt

b.t =12dt

c.t =15dt

d.t=19 dt

e.t = 26dt

f.t =30dt

3.Menghitung nilai 1/Ta.T =39oC

b.T =35oC

c.T = 30.5oC

d.T =26.5oC

e.T = 22.5oC

f.T=17.75oC

4.Perhitungan EaDari kurva diperoleh persamaan y = -11309 x + 32,37( y = mx + b )m = -11309

Maka m = - Ea/REa = - ( m x R ) = - (-11309 x 8,314) = 94023,026 J/mol =94,023026kJ/molB = intercept = ln A= 32,37

Jawaban PertanyaanAlasan yang mungkin menyebabkan terjadinya penyimpangan apabila suhu diatas 40oC adalah hal ini dimungkinkan karena jika suhunya lebih dari 40oC maka amilum yang ada pada larutan akan rusak atau rusak sebagian , sehingga ion iodide yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat terdeteksi dengan baik

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA 1TETAPAN LAJU REAKSI DAN ENERGI AKTIVASIDisusun oleh:Nama: Yovita NoviNIM: H23111003Kelompok:1 (SATU)Tgl Praktikum:17 Desember2012Dosen: Berlian sitorus,S.si.,M.si / Intan Syahbanu M.siAsisten:Bella MelisaniProdi: KimiaAnggota kelompok:1. YovitaNovi2. Irma Ramadhani F3. Safitri Ulfah Ramadhani

PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2012

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangKinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yangmempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapacepat atau lambatreaksi berlangsung. Merubah konsentrasi dari suatu zat di dalamsuatu reaksi biasanya merubah juga laju reaksi. Persamaan laju menggambarkanperubahaan ini secara matematis. Orde reaksi adalah bagian dari persamaan laju.Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi,seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Lajureaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitukonsentrasi, luas permukaansentuhan, suhu, dan katalis.Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Adareaksi yang berlangsung sangat cepat seperti reaksi penetralan antara larutan asamklorida dan larutan natrium hidroksida, ada pula yang berlangsung sangat lambatseperti pelapukan kimia yang dialami batu karang. Suatu reaksi kimia dapat dipercepat atau diperlambat.Dalam industri, reaksi kimia perlu dilangsungkan pada kondisi tertentu agarproduknya dapat diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Reaksi dapatdikendalikan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.Berdasarkan teori tersebut maka dilakukanlah percobaan ini1.2Prinsip PercobaanPenentuan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dengan K2S2O8dengan bantuan katalis Na2S2O3sebagai pengikat akan ditentukan konstanta reaksi dan energi aktivasi berdasarkan konsentrasi terhadap satuan waktu dengan menggunakan variasi volume dan suhu serta penambahan Amilum sebagai indikator yang akan mendeteksi laju reaksi dan energi aktivasi dengan perubahan warna larutan bening menjadi biru keunguan.Rx:Kx=>S2O32-+ 2I2SO42-+ I21.3Tujuan PercobaanMenentukan konstanta reaksi dan energi aktivasi antara KI dengan K2S2O8;dapat mengukur suhu dua sampel sekaligus serta terampil dalam analisis kecepatan reaksi dan energi aktivasi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAKinetika kimia mempelajari tentang kecepatan reaksi-rekasi kimia serta mekanismenya. Reaksi-reaksi tersebut ada yang berjalan lambat, cepat, bahkan ada yang sangat lambat. Tujuan utama dari kinetika kimia ini yaitu menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi dan reaksi serta mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan(laju reaksi) yaitu (Sastrohamidjojo,2002):a.Jenis/sifat dasar pereaksi, sifat pereaksinya ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif. Ex: bensin lebih mudah terbakar dibanding minyak tanah.b.Temperatur, hampir semua reaksi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah kinetik partikel pereaksi akibat jumlah dari energi bertabrak bertambah besar.c.Katalis, suatu laju reaksi dapat diubah, umumnya dapat dipercepat dengan menambah zat yang disebut katalis.d.Konsentrasi pereaksi, dua molekul pereaksi harus bertabrak langsung. Ika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kecepatannya bertambah dan akan mempercepat reaksi.Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi disuatu produk. Konsentrasi dinyatakan dalam mol/L, tetapi untuk suatu gas dapat menggunakan mmHg(milimeter merkurium) atau pascal(Keenan,dkk,1991). Perubahan laju reaksi/konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisien dalam persamaan yang setimbang. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda positif(Oxtoby,dkk,2001):aA + bBcC + dD. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai V = K[A]m[B]n, dengan pangkatmdannadalah pangkat bulat kecil dan tidak berhubungan dengan koefisien a dan b (Petrucci,1992).Energi aktivasi adalah energi yang menerangkan panas minimal yang harus dimiliki molekul-molekul sebelum reaksi berlangsung. Menurut teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi molekul-molekul pereaksi harus bertumbuk. Pada tumbukan ini, sebagian molekul menbentuk molekul-molekul yang aktif. Molekul-molekul ini kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang aktif. Molekul-molekul ini harus memiliki energi minimum yang disebut energi aktivasi(Oxtoby,dkk,2001; Sukardjo,1990).

BAB IIIMETODOLOGI3.1 AlatAlat-alat yang digunakan yaitu gelas beaker, batang pengaduk, pipie tetes, pipet volume, stopwatch, spatula, thermometer, cawan petri, bulb, labu ukur, Erlenmeyer, penangas air, ember, dan lain-lain.3.2 BahanBahan-bahan yang digunakan yaitu akuades ( es batu juga), amilum,larutan kalium iodida(KI), larutan kalium peroksodisulfat(K2S2O8),dan larutan natrium tiosulfat(Na2S2O3).3.3 Cara KerjaPertama-tama,pembuatan larutanKI, K2S2O8,Na2S2O3,dan amilum.Ditepatkan larutan dengan akuades samapi tanda batas (250ml) labu ukur.Setelah larutan telah tersedia, menyediakantigaerlenmeyer yang telah diberi label, pertama erlenmeyer yang berisi KI saja erlenmeyerkeduaberisi K2S2O8danErlenmeyer ketiga berisiNa2S2O3.Erlenmeyer pertama diisi KI sebanyak 5 ml, kemudian diukur suhunya hingga 20oC. Erlenmeyer kedua diisi K2S2O81ml dan Na2S2O32,5ml, dan ditambahkan 6 tetes amilum yang dipanaskan. Kemudian diukur suhunya hingga 20oC. Jika suhunya kurang dari 20oC maka laruatn dipanaskan hingga mencapai 20oC. Sedangkan jika suhunya lebih dari 20oC maka larutan didinginkan dengan air es.Setelah suhu kedua larutan sama, maka kedua laruatan dicampurkan, saat itu lah menghidupkan stopwatch,untuk mengukur laju reaksi larutan tersebut, sambilmengitung waktu perubahan yang terjadi, larutan terus diaduk tanpa henti sampai terjadi perubahan warna menjadi biru keunguan yang menunjjukan bahwa proses boleh dihentikan, demikian jugan dengan stopwatchnya. Dicatat waktu saat proses tersebut.setelah itu dilakukanperlakuan yang sama untuk volume K2S2O83ml dan 5ml dengan perlakuan yangsamapadasuhu 25oC dan 30oC.3.4 Rangkaian Alat

Gambar 1. Rangkaian percobaan laju reaksi dan energi aktivasiBAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Tabel PengamatanV K2S2O8V Na2S2O3V KIAmilumSuhu (T)T (s)Perubahan warna

1ml2,5ml5ml6 tetes20oC9 menit 33 detikkuning

3ml2,5ml5ml6tetes20oC9 menit 29 detikkuning

5ml2,5ml5ml6tetes20oC3 memit 18 detikbiru

1ml2,5ml5ml6tetes25oC7 menit 47 detikkuning

3ml2,5ml5ml6tetes25oC2 menit 36 detikbiru

5ml2,5ml5ml6tetes25oC1 menit 46 detikkuning

1ml2,5ml5ml6tetes30oC6 menit 18 detikbiru

3ml2,5ml5ml6tetes30oC2 menit 22 detikkuning

5ml2,5ml5ml6tetes30oC2 menit 33 detikbiru

4.2PembahasanMendengar laju reaksi tak lepas dari kinetika kimia, dimana kinetika kimia menjelaskan mengenai bagaimana laju bergantung pada konsentrasi dan reaksi sertaa mekanisme reaksinya berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari percobaan. Laju rekasi adalah waktu perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan waktu. Dapat pula dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi di suatu produk. Laju reaksi berhubungan pula dengan tumbukan-tumbukan antar molekul akibat adanya penambahan zat tertentu, pengaruh suhu, luas permukaan maupun konsentrasi suatu zat, sehingga ini erat kaitannya dengan energi aktivasi yang merupakan energi minimum yang dimiliki oleh suatu molekul untuk bertumbukan. Dalam percobaan ini dibantu pula oleh katalis, yang dimana katalis dapat membantu mempercepat laju rekasi.Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Faktor-faktor tersebut yaitu konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan katalis.Pada percobaan pertama dilakukan pengamatan faktor laju reaksi, yaitu konsentrasi, yang dilakukan dengan mereaksikanK2S2O8bersama Na2S2O3yang konsentrasinya berbeda-beda. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin cepat pula, begitu juga sebaliknya. Suatu larutan dengan konsentrasi pekat mengandung partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan yang berkonsentrasi kecil (encer), sehingga lebih mudah dan lebih sering bertumbukan. Itulah sebabnya, makin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin cepat pula laju reaksinya.Pada percobaan kedua, dilakukan pengamatan terhadap suhu. Pencampuran antaraK2S2O8dengan Na2S2O3, sebanyak masing-masing1 ml, 3 ml, dan5 ml;dan 2,5 mlNa2S2O3untuk setiap volume K2S2O8, diperlukan waktuyang bervariasi.Dari data percobaan dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu semakin sedikit waktu yang diperlukan larutan untuk bereaksi, artinya larutan bereaksi cepat.Hal ini disebabkan karena suhu turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecildan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk bereaksi.Pada percobaan terakhir, dilakukan pengamatan katalis dalam laju reaksi. Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Dalam percobaaninidigunakan katalis Na2S2O3.Dalam percobaan ini digunakan sebuah indicator berupa indicator amilum, yang akan mendeteksi warna biru keunguan pada titik akhir laju reaksi. Ketika memipet amilum harap diperhatikan, karena ketika benyak bagian akuades yang dipipet akan memyebabkan warna menjadi kuning, hal ini juga karena amilun dalam keadaan tidak panas , sehingga membuat amilum tidak aktif bereaksi, mak sangat perlu pemanasan dan ketelitian dalam pemipetan indikatir ini. Ketika mengukur laju reaksi dilakukan pengadukan terus menerus yang berfungsi untuk membantu proses reaksi, agar larutan tidak pasif.Pada pembuatan larutanNa2S2O3digunakan air panas, hal ini untuk menambah daya oksidasiNa2S2O3bagi laju reaksi.Fungsi suhu berbanding lurus dengan laju reaksi, semakin tinggi suhu, semakin cepat reaksi yang terjadi.

BAB VPENUTUP5.1 SimpulanSuhu0CHarga K

20

25

30

5.2 SaranUntuk percobaan kedepannya, mungkin dapat menggunakan katalis lain seperti K2CrO7dan KMnO4.

DAFTAR PUSTAKAOxtoby,D.W, Gilles.H.P,dan N.N.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga. JakartaPetrucci,R.H.1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan.Erlangga. Jakarta.Sastrohamidjojo,H.2001. Kimia Dasar. UGM Press Yogyakarta.Sukardjo.1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.

LAMPIRAN-Data pengamatan sementara-Perhitungan-Grafik-Jawaban pertanyaan-Journal

Perhitungan1.Penentuan nilai Ka.Pada volume K2S2O81ml ()Diketahui : V K2S2O8LM K2S2O8MV KILM KIM

n K2S2O8M= 2.10-5n KIM= 2.10-3

n awal :2.10-52.10-3n reaksi :2.10-54.10-5-n akhir:-

b.Pada volume K2S2O83ml ()Diketahui : V K2S2O8LM K2S2O8MV KILM KIM

n K2S2O8M= 6.10-5

n KIM= 2.10-3

n awal :6.10-52.10-3n reaksi :6.10-51,2.10-4-n akhir:-

c.Pada volume K2S2O85ml ()Diketahui : V K2S2O8LM K2S2O8MV KILM KIM

n K2S2O8M= 1.10-4n KIM= 2.10-3

n awal :1.10-42.10-3n reaksi :1.10-42.10-4-n akhir:-

T(OC)V K2S2O8(b-2x) molln(b-2x)t(s)K

201ml-6,235573

203ml-6,276569

205ml-6,319198

T(OC)V K2S2O8(b-2x) molln(b-2x)t(s)K

251ml-6,235467

253ml-6,276156

255ml-6,319106

T(OC)V K2S2O8(b-2x) molln(b-2x)t(s)k

301ml-6,235378

303ml-6,276142

305ml-6,319153

Grafik hubungan antara ln(b-2x) terhadap waktu pada suhu 20OC

a.Pada volume K2S2O8= 1mlpada suhu20OCln(b-2x)-6,235- 6,35310,1181b.Pada volume K2S2O8= 3mlpada suhu20OCln(b-2x)-6,276- 6,35310,0771c.Pada volume K2S2O8= 5mlpada suhu20OCln(b-2x)-6,319198- 6,35310,0341198Grafik hubungan antara ln(b-2x) terhadap waktu pada suhu 25OC

a.Pada volume K2S2O8= 1mlpada suhu25OCln(b-2x)-6,235- 6,32450,0895b.Pada volume K2S2O8= 3mlpada suhu25OCln(b-2x)-6,276- 6,32450,0485c.Pada volume K2S2O8= 5mlpada suhu25OCln(b-2x)-6,319- 6,32455,5.10-3

Grafik hubungan antara ln(b-2x) terhadap waktu pada suhu 30OC

a.Pada volume K2S2O8= 1mlpada suhu 30OCln(b-2x)-6,235- 6,33590,1009b.Pada volume K2S2O8= 3mlpada suhu30OCln(b-2x)-6,276- 6,33590,0599c.Pada volume K2S2O8= 5mlpada suhu30OCln(b-2x)-6,319- 6,33590,0169

Grafik Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O81ml

T(K)1/T (x)kln k(y)

2930,0034-8,49

2980,00335-8,56

3030,0033-8,23

EaEa21616,4 J21,6 KJ

Grafik Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O83ml

T(K)1/T (x)kln k(y)

2930,0034-8,90

2980,00335-8,07

3030,0033-7,77

EaEa93948,4 J93,9 KJ

Grafik Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O85ml

T(K)1/T (x)kln k(y)

2930,0034-8,67

2980,00335-9,87

3030,0033-9,09

yEaEaJKJ

Jawaban pertanyaan1.Dalam Kalium Iodida terdapat undur iod disana yang sedikit larut dalam air, jadi ketikat dilarutkan dengan air, agak kelihatan sulit larut, walaupun sebenarnya dia larut, namun sedikit, hal ini lah yang membuat KI lebih pekat dibandingkan dengan K2S2O8dan Na2S2O3yang lebih encer karena mereka dapat larut banyak dengan air.2.Dari harga waktu yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu sampel yang direaksikan, semakin cepat waktu bereaksi karena waktu yang diperlukan semakin sedikit.3.Dik :Ea= 20kkl/molT =250C, kanaikan 10CDit : kenaikan kecepatan reaksi?Jawab:

MENU MURNI'S BLOG

Motivasi Hidup

Teknik Kimia

Cinta

Teknologi

Kunci Kehidupan

Download Collection

Realigi

Artikel Populer LLaporan diagram ternerkali ini aku posting mengani laporan diagram terner ...aku posting laporan ini bukan untuk di kopy paste tapi saya peruntukkan untuk dija... CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM DESTILASI 1LAPORAN PRAKTIKUM A. Judul Percobaan : Destilasi B. Tujuan ... Contoh Laporan Praktikum ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI 1.1... LAPORAN HUKUM KEKEKALAN MASSAHUKUM KEKEKALAN MASSA I. TUJUAN Setelah saya melakukan percobaan, saya dapat menentukan... Contoh Laporan Viskositas1. Tujuan Kita dapat menentukan angka kekentalan (viskositas) suatu zat cair dengan menggunakan air sebagai pembanding. K... CONTOH LAPORAN TEGANGAN PERMUKAAN 2PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN DENGAN METODE RAMBAT KAPILER I. Tujuan dan Prinsip Percobaan A. Tujuan Praktikum Menentuk... Contoh Pembahasan LaporanPada percobaan ini dikaji tentang penerapan hukum distribusi, dimana iodium yang digunakan dilarutkan dalam dua pelarut berbeda yang tak c... Jenis - jenis KatalisHalaman ini melihat pada berbagai jenis katalis (heterogen dan homogen) dengan contoh-contoh dari tiap jenis, dan penjelasan tentang baga... LAPORAN PRAKTIKUN KROMOTOGRAFI GAS (GC)I. TUJUAN - Dapat menjelaskan prinsip kromatografi gas. - Dapat menganalisa sample yang sederhana de... Contoh Laporan Praktikum DestilasiAbstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempraktekkan operasi distilasi kukus untuk pengambilan miny...Sabtu, 19 Mei 2012Laporan Laju reaksiBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam dunia sekarang ini banyak reaksi yang kita lakukan baik sadar maupun tidak sadar. Tubuh kita salah satunya, banyak sekali reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Contoh sederhana, korbohidrat yang kita makan sehari-hari pasti diubah ke bentuk senywa yang diperlukan sesuai dengan keperluan tubuh kita. Hal ini tentunya tidak berjalan sendiri tentunya dibantu oleh suatu enzim. Di sini enzin sebagai katalisator untuk mempercepat terjadinya reaksi. Dalam dunia nyata contoh reaksi yang berlangsung lambat adalah perkaratan pada besi (korosi) sedangkan untuk reaksi yang berlangsung cepat adalah peristiwa ledakan bom. Bom di sini meledak dalam hitungan detik. namun berbagai reaksi, hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana cara untuk mempercepat suatu reaksi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kita tahu bahwa praktikum yang dilakukan menggunakan waktu yang lama. Untuk mereaksikan suatu zat atau bahan membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu digunakan suatu metode untuk mempercepat suatu reaksi. Metode yang digunakan pun bervariasi sesuai dengan keperluan. Metode itu adalah menaikkan suhu, sifat pereaksi, konsentrasi suatu zat, luas permukaan, pengadukan/mekanik, dan lain sebagainya. Jika metode-metode suatu reaksi tersebut tidak pula berjalan dengan cepat maka kita harus menambahkan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi dimana zat tersebut tidak bereaksi dengan zat pada reaktan, atau dapat dikatakan mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi. Zat itu dikenal dengan nama katalis katalis.Pada percobaan diperlakukan adalah pemberian variasi suhu dan variasi volume. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hubungan suhu terhadap kecepatan suatu reaksi serta serta bagaimana hubungan penambahan volume terhadap lajunya reaksi. Di sini kita tidak tahu apakah reaksi berlangsung cepat atau lambat dengan pemberian variasi suhu dan variasi volume. Selain itu juga apa hubungannya terhadap energi aktivasi. Maka untuk mengetahui maksud ini maka dilakukannya percobaan ini agar mahasiswa tahu apakah sama atau beda pengertiannya dalan literature.1.2 Prinsip dan Aplikasi PercobaanPenentuan komstanta laju reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8saat terjadi perubahan warna pada pencampuran kedua larutan dengan pemberian variasi volume pada K2S2O8serta variasi suhu. Larutan campuran diberi Na2S2O3untuk menyerap iod berlebih serta percobaan dilakukan dengan dua indikator yang berbeda yaitu amilum dan akuades. Reaksi yang terjadi adalah:S2O82-+ 2I-2SO42-+ I2Aplikasi dari percobaan ini adalah pada proses pembuatan pupuk ammonia (NH3) dimana reaksinya berjalan dengan sangat lambat pada suhu rendah, namun dengan penambahan kateklis Fe + KOH + Al . reaksinya dapat berjalan dengan cepat (Proses Haber).1.3 Tujuan PercobaanTujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Laju ReaksiLaju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi produk tiap satuan waktu (Keenan,1990).Hubungan laju reaksi dengan koefisien zatadalah sebagai berikut. Reaksi yang terjadi antara zat A dan zat B:A + B3C + DMaka hubungan laju reakasi adalah;

=

Sedangkan persamaan laju reaksinya adalah;V = K[A][B]2Dimana V adalah laju reaksi, K adalah konstanta laju reaksi dan [A][B] adalah konsentrasi dari zat yang bereaksi.nilai pangkat menyatakan koefisien zat ataupun orde dari reaksi tersebut. Orde reaksi berrti menjelaskan tentang tingkat reaksi atau hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan (Petrucci,1985).Persamaan laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan praktis dan penerapan teoritis. Dikatakan untuk penerapan praktis adalah dimana telah diketahui persamaaan laju reaksi dan konstanta laju reaksi, dapat diramalkan laju reaksi dari komposisi campuran , sedangkan penerapan teoritis adalah dimana laju persamaan digunakan untuk menentukan mekanisme reaksi (Atkins,1990).Laju reaksi terukur, sering kali sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya, laju itu sebanding dengan konsentrasidua reaktan A dan B, sehingga;V = K[A][B]

Koefisien K disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi tetapi bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini yang ditentukam secara eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal, hukum laju adala persamaan yang menyatakan laju reaksi V sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada termasuk produknya (Atkins, 1990).2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju ReaksiLaju suatu reaksi kimia dpat dipengaruhi oleh lima faktor untuk zat yang bersifst larutan dan ada enam faktor untuk zat yang bersifat gel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut (Gillas,1984):a)KonsentrasiKonsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka nilai laju reaksi akan semakin besar pula. Hal ini dikarenakan jumlah zat semakin besar dan peluang untuk melakukan tumbukan semakin besar. Sehinngga laju reaksi semakin cepat (Anonim a,2011).b)SuhuSetiap zat mamiliki energi, zat tersebut akan bereaksi membentuk produk bila energi aktivasinya terpenuhi. Dengan menaikan suhu pada system, berarti akan terjadi peristiwa menaikan energi aktivasi dan zat menjadi lebih mudah bergerak, sehingga lebih mudah terjadi tumbukan dan laju reaksi akan menjadi lebih tinggi (Wiryoatmojo, 1988).c)Luas Permukaan SentuhUmumnya zat yang digunakan adalah padatan yang dilarutkan dalam suatu pelarut. Luas permukaan total zat tersebut akan semakin bertambah bila ukurannya diperkecil, maka semakin halus suatu zat, laju reaksi akan semakin besar karena luas permukaan yang bereaksi semakin besar (Roth dan Blaschke,1989).d)Sifat Dasar PereaksiSetiap zat memiliki sifat yang khas. Ada yang bersifat padatan, gas dan cairan. Secara khas, zat yang bersifat gas adalah zat yang paling mudah bereaksi, kemudian tercepat kadua adalah cairan, kemudian padatan. Semakin renggang suatu zat maka laju reaksi akan semakin besar karena zat tersebut mamiliki partikel yang makin bebas dan mudah bertumbukan (Martin,1990).e)TekananFaktor tekanan yang berlaku jika pereaksi adalah gel. Penambahan tekanan akan membuat volume suatu zat akan semakin kecil dan konsentrasi akan semakin besar. Umumnya proses penambahan tekanan ini dilakukan pada industri amonia (Noerdin,1986).f)KatalisatorKatalisator adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat laju reaksi. Katalisator tidak mengalami perubahan kekal dalam reaksi namun mungkin terlibat dalam reaksi. Katalis mempercepat suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, namun tidak mengubah entalpi reaksi. Katasis ditambahkan pada zatdalam jumlah yang sedikit dan umumnya bersifat spesifik untuk setiap reaksi (Arsyud,2001).2.3 Energi AktivasiSebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling bertumbukan membentuk suatu mlekul kompleks aktif, yang kemudian berubah menjadi hasil reaksi (Produk). Energi yang di butuhkan untuk membentuk kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi (Sukardjo, 1985).Berdasarkan hasil pengamatan, ada dua faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu molekul untuk bertumbukan, yaitu (Petrucci,1985).1.Hanya molekul yang lebih energetic dalam campuran reaksi akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan.2.Probablitas tumbukan untuk menghasilkan reaksi bergantung pada orientasi molekul yang bertumbukan.

Semakin tinggi nilai aktivasi maka makin kecil reaksi molekul yang teraktifkan dan laju reaksi menjadi lebih lambat. Arrhenius menyatakan bahwa variasi tetapan reaksi jenis k, terhadap temperetur dinyatakan sebagai (Vogel,1990).Ln k = -K = A

Diintegrasikan menjadi ;Dimana EAadalah energi aktivasi zat.

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan3.1.1 AlatAlat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember, dua buah gelas beaker, corong, pipet ukur, batang pengaduk, thermometer, botol semprot, penangas air, spatula, dan pipet tetes.3.1.2 BahanBahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah akuades, amilum, larutan kalium iododa (KI), larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8), dan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).3.2 Analisis Bahan3.2.1 AkuadesAkuades merupakan cairan tak berwarna yang memiliki densitas 1,00 gr/mL, akuades memiliki titik beku 00C serta memiliki titik didih 1000C. akuades merupakan air yang telah dimurnikan melelui proses destilasi (penyulingan), sehingga bebas dari garam terlarut dan senyawa lain (Daintith,1994).3.2.2 AmilumAmilum merupakan karbohidrat putih yang tidak berbau dan tidak berasa. Dapat dideteksi dengan adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman saat ditambahkan iodine. Senyawa ini terdiri atas rantai cabang molekul glukosa (Anonim b, 2011).3.2.3 Larutan Kalium Iodida (KI)Kalium iodida merupakan padatan kristalin putih yang larut dalam air dan etanol serta aseton. Pada larutan, KI dapat melarutkan iodin. Memiliki massa molar 166 gr/mol, densitas 9,123 gr/cm3, titik didih 13300C, dan titik leleh 6810C. dapat larut sempurna dalam ammonia dan bersifat higroskopis (Daintith,1994).3.2.4 Larutan Kalium Peroksodisulfat (K2S2O8)Kalium peroksodisulfat merupakan padatan kristalin merah jinngga bening yang bersifat higroskopis. Kristalnya berbentuk prisma dengan berat molekul 294,18 gr/mol. Memiliki densitas 2,676 gr/ml, dengan titik leleh 34,80C, mudah larut dalam air dengan kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu (Basri,2002).3.2.5 Larutan Natriun Tiosulfat (Na2S2O3)Natrium tiosulfat merupakan padatan yang bersifat putih kepekatan. Senyawa ini larut dalam air namun tidak larut dalam etanol. Larutan berair larutan natrium tiosulfat mudah terdistribusi dan menjadi natrium tetra tiosulfat dan natrium sulfat (Kusuma,1983).3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Penggunaan Amilum sebagai IndikatorPercobaan paling awal dilakukan pada percobaan ini adalahmenyiapkan larutan kalium iododa (KI) 0,4 M, larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 M, larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8) 0,02 M, serta disiapkan amilum dan akuades sebagai indikator. Untuk amilum serbuknya dilarutkan dalam air panas.Percobaan awal disediakan gelas beaker 2 buah. Kemudian dimasukkan pada beaker pertama larutan KI sebanyak 5ml dan pada gelas beaker kedua diisikan K2S2O8sebanyak 1 mlditambah larutan Na2S2O3sebanyak2,5 ml serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua. Lalu masing-masing gelas beaker dimasukan pada ember yang terisi es batu untuk menurunkan suhunya sampai 20 hingga mencapai suhu 20oC. setelah mencapai suhu yang diinginkan kemudian isi dari setiap gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, lalu dicatat hasilnya. Lakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan dilakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8yaitu 1 ml, 3 ml dan 5ml untuk masing-masing suhu di atas.3.3.2 Penggunaan Air Suling sebagai IndokatorHal yang dilakukan pertama kali adalah disediakan beaker 2 buah. Lalu dimasukkan pada beaker pertama 5 ml KI dan pada gelas beaker kedua diisikan 1 ml K2S2O8ditambah larutan Na2S2O32,5 ml serta 6 tetes larutan akuades pada beaker kedua. Dinginkan pada es batu dalam ember hingga mencapai suhu 20oC. setelah sehu tercapai kedua larutan dicampurkan dan diaduk hingga terjadi perubahan warna bening menjadi kuning, dicatat hasilnya. Lakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.3.4 Rangkaian Alat 1

2Keterangan;1. Batang pengaduk2. gelas beakerGambar; rangkaian alat uji reaksiBAB 1VHASIL DAN PEMBAHASANData Pengamatan1. AmilumNoVolume (ml)T (oC)Waktut (detik)Warna

KINa2S2O3K2S2O8Amilum

1.5ml2,5ml1ml6 tetes2020 menit,15Biru Tua

2.5ml2,5ml3ml6 tetes2004 menit, 44Biru Tua

3.5ml2,5ml5 ml6 tetes2004 menit, 44Biru Tua

4.5ml2,5ml1 ml6 tetes2518 menit, 36Biru Tua

5.5ml2,5ml3ml6 tetes2505 menit, 10Biru Tua

6.5ml2,5ml5ml6 tetes2502 menit, 40Biru Tua

7.5ml2,5ml1ml6 tetes3015 menit, 31Biru Tua

8.5ml2,5ml3ml6 tetes3003 menit, 29Biru Tua

9.5ml2,5ml5ml6 tetes3002 menit, 28Biru Tua

2. AkuadesNoVolume (ml)T (oC)Waktut (detik)Warna

KINa2S2O3K2S2O8Akuades

1.5 ml2,5ml1ml6 tetes2008 menit, 57Kuning

2.5 ml2,5ml3ml6 tetes2005 menit,45Kuning

3.5 ml2,5ml5 ml6 tetes2004menit,12Kuning

4.5 ml2,5ml1 ml6 tetes2513 menit, 43Kuning

5.5 ml2,5ml3ml6 tetes2504 menit, 58Kuning

6.5 ml2,5ml5ml6 tetes2503 menit , 39Kuning

7.5 ml2,5ml1ml6 tetes3013 menit,28Kuning

8.5 ml2,5ml3ml6 tetes304 menit, 11Kuning

9.5 ml2,5ml5ml6 tetes307 sekonKuning

4.2 Pembahasan4.2.1 Analisis ProsedurLangkah awal percobaan disediakan gelas beaker 2 buah . kemudian dimasukkan pada gelas beaker pertama 5 ml kalium iodida (KI) dan pada gelas kedua dimasukan 1 ml K2S2O8ditambah 2,5 ml larutan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua ini. KI disini digunakan sebagai reaktan (pereaksi) yang direaksikan dengan K2S2O8dan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum. Kegunaan K2S2O8disini adalah sebagai oksidator untuk membentuk iod dari mylase. Iod yang berlebih akan diikat oleh Na2S2O3. Pada percobaan amilum harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan K2S2O8dan Na2S2O3. Ini dikarenakan untuk mengaktifkan enzim beta mylase. Apabila hal ini tidak dilakukan maka warna yang dihasilkan akan kecoklatan saat reaksi kesetimbangan tercapai karena enzimnya tidak bekerja dengan maksimal. Selain itu juga akan menghasilkan galat pada hasil, sehingga hasilnya tidak sama dengan teorinya. Na2S2O3juga harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya. Hal ini dilakukan agar ion sulfatnya larut sempurna. Jika tidak maka akan terjadi endapan hitam yang disebut endapan sulfur.Larutan didinginkan hingga mencapai suhu tepat 20oC. setelah hal ini terpenuhi kemudian kedua zat dalam gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, kemudian dicatat waktu yang diperlukan. Kemudian dilakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC serta lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume untuk larutan K2S2O8tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.Perbedaan warna pada saat penambahan amilum dan akuades dikarenakan bahwa kedua larutan tersebut berikatan kompleks dengan iod, jadi menyebabkan perubahan warna biru untuk pemberian indikator amilum dan warna kuning untuk indikator akuades. kegunaan akuades disini juga digunakan untuk melarutkan larutan,KI disini sebagai reaktan yang nantinya akan terurai menjadi ion-ionnya di dalam larutan dan berikatan dengan K2S2O8. Sehingga reaksi yang dihasilkan adalah;S2O82-+ 2I-2SO42-+ I2Pada percobaan larutan campuran diaduk secara terus-menerus. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi sebab kecepatan reaksi berlangsung lambat pada suhu rendah. Selain itu pengadukan juga membantu tumbukan antar partikel-partikel dalam larutan campuran sehingga reaksi kesetimbangan cepat berlangsung. Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan warna dikarenakan iod dan enzim beta amylase berikatan. Untuk percobaan akuades sebagai indikator KI terurai membentuk ion K dan I sehingga warna dasar dari timbul yaitu kuning. Untuk percobaan konsentrasi KI lebih pekat dari K2S2O8karenayang akan dideteksi adalah iod berlebih dan indikator.Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan. Iod yang tidak berikatan ini akan ditangkap dengan oleh Na2S2O3. Jika iod telah berikatan maka akan ditandai dengan berubahnya warna suatu larutan. Pada percobaan ini, indikator amilum berubah menjadi biru dan indikator akuades berubah warna menjadi kuning.Proses percobaan dilakukan dengan pemberian variasi suhu dalam campuran yang diujikan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah laju reaksi dapat berlangsung secara cepat dengan kenaikan suhu atau sebaliknya. Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu karena molekul-molekul sering bertabrakan dengan benturan yang lebih besar karena gerakannya cepat dan untuk variasi volume, semakin besar volumenya maka jumlah mol akan semakin banyak sehingga laju reaksi semakin cepat contohnya di sini pada variasi volume k2S2O8diberikan untuk membuktikannya.Amilum adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna biru tua kompleks pati karena berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna biru tua. Sifat-sifat air adalah sebagai pelarut universal dan bisa juga sebagai indikator yang mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di dalam larutan. Warna yang dihasilkan adalah kuning, yang berarti iod telah habis bereaksi dengan larutan.Percobaan ini tidak perlu menggunakan katalis. Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaktan yang berguna untuk mempercepat laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Jika pada percobaan ini berlangsung lama seperti pada proses esterifikasi, maka perlu digunakan katalis. Hubungan laju reaksi dengan energi aktivasi pada percobaan ini adalah berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi konstanta laju reaksi maka energi aktivasinya semakin rendah sehingga suatu reaksi dapat berlangsung cepat. Energi aktivasi adalah energi dimana panas minimal yang harus dimiliki molekul-molekul sebelum bereaksi. Ketika suatu senyawa bereaksi, maka senyawaan itu mengeluarkan energi panas minimum untuk bereaksi, sehingga laju semakin cepat dan energi aktivasi akan berkurang. Oleh sebab itu energi aktivasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding konstanta laju reaksi.4.2.2 Analisis HasilKonstanta laju dengan laju reaksi berbanding lurus karena semakin cepat laju reaksi, maka konstanta laju semakin besar dan apabila konstanta laju reaksi semakin kecil maka suatu reaksi akan berlangsung lambatHubungan laju reaksi dan suhu , pada percobaan ini semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat reaksi tersebut berlangsung. Pembuktiannya bahwa , pada percobaan ini diberikan volume yang tetap dengan suhu yang divariasikan, laju reaksi semakin cepat. Dapat dilihat pada data pengamatan. Namun ada terjadi kesalahan hasil dengan volume tetap 3 ml untuk percobaan dengan indikator amilum pada suhu serta kesalahan juga terjadi pada volume 1ml larutan K2S2O8sebab mengalami perlambatan dengan kenaikan suhu, kejadian ini terjadi pada pemberian indikator akuades. untuk suhu yang divariasikan dari 20oC, 25oC, dan 30oC dalam percobaan amilum. Antara suhu 25oC dan 30oC lebih cepat laju reaksi pada suhu 25oC. Ini terjadi dikarenakan ketidak teraturan dalam pengadukan.Akuades sebagai indikator pada volume 1 ml K2S2O8dan suhu yang berbeda 20oC, 25oC, dan 30oC terdapat kesalahan hasil, sama halnya dengan pelarut amilum volume K2S2O83ml. Seharusnya, suhu 30oC lebih cepat laju reaksinya dibanding dengan suhu 25oC, karena semakin tinggi suhu maka akan terjadi tumbukan yang lebih keras sehingga memecah tiap-tiap molekul yang menyebabkan suatu larutan semakin mudah untuk larut. Jika dilihat dalam data percobaan hal ini dikarenakan pengadukan yang tidak efisien atau tidak teratur. Berdasarkan data ini bahwa semakin tinggi suhu maka konstanta laju reaksi akan semakin besar.Dilihat dari hasil, jika dibandingkan konstanta laju reaksi pada amilum dan akuades lebih besar konstanta laju reaksi akuades. Ini dikarenakan akuades merupakan pelarut polar dan pelarut universal sehingga dapat dengan mudah melarutkan suatu larutan yang bersifat polar. Jika dilihat dari energi aktivasinya, lebih besar energi aktivasi pada senyawa amilum. Hal ini terjadi karena energi aktivasi amilum diperlukan pada saat awal reaksi, sehingga energi yang diperlukan besar dibanding dengan akuades.Selain itu, konstanta laju reaksi pada larutan amilum suhu 25oC dan 30oC berbeda, seharusnya konstanta lajunya sama walaupun adanya variasi volume. Terjadi kesalahan hasil didasari oleh beberapa faktor, yaitu terlambatnya ketika menekanstop watchpada saat reaksi dimulai, proses pengadukan berbeda karena melakukannya secara bergantian, pengukuran suhu yang tidak sesuai, dan pencucian alat yang kurang bersih, sehingga zat-zat tersebut terkontaminasi yang menimbulkan hasil yang berbeda.Pada percobaan di awal yaitu pada percobaan dengan amilum terjadi pemakaian waktu yang sangat lama untuk reaksi mencapai kesetimbangan. Ini terjadi kesalahan diakibatkan larutan amilum tidak terlalu lama dipanaskan sehingga enzim beta amilasenya tidak aktif dan juga karena adanya unsure-unsur punggangu dalam larutan sehingga menyebabkan reaksinya tidak sempurna.Hubungan konstanta laju reaksi dengan suhu adalah berbanding lurus, sedangkan hubungan energi aktivasi dengan kecepatan laju reaksi berbanding terbalik yaitu semakin besar energi aktivasi yang dimiliki tiap zat maka reaksi berlangsung lambat dan semakin kecil energi aktivasi yang dimiliki setiap zat maka reaksi semakin cepat berlangsung.Konstanta laju reaksi untuk indikator amilum untuk 1ml berturut-turut pada suhu 200adalah- 6,648 x 10-3- 2,886 x 10-2, - 2,874 x 10-2. Sedangkan untuk 3 ml pada suhu 300C adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.BAB VPENUTUP5.1 SimpulanSimpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini adalah :1.Semakin tinggi suhu yang diberikan maka suatu reaksi dapat berlangsung cepat.2.Akuades memiliki nilai koefisien laju reaksi yang tinggi dibandingkan amulum3.Konstanta laju untuk indikator amilum pada suhu 250C adalah- 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.\4.Energi aktivasi untuk K2S2O8 pada indikator amilum untuk variasi volume berturut-turut adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-25.Energi aktivasi untuk indikator akuades adalah berturut-turut berdasarkan volume 1 ml, 3 ml, 5 ml adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.5.2 SaranUntuk praktikum selanjutnya, ada baiknya ditambahkan atau gunakan perbedaan konsentrasi pereaksi. Agar lebih mengetahui apa yang terjadi jika konsentrasinya berbeda. Larutan seperti KI bisa diganti dengan liI, BaI2, dan lain-lain. Atau ada baiknya digunakan pemberian katalis.DAFTAR PUSTAKAAnonim a, 2011, Konsentrasi,http://www.stokiometri.co.id, diakses pada 4 Desember 2011.Anonim b, 2011, Amillum:http://www.wikipedia.org/wiki/amilum, diakses pada 4 Desember 2011.Arsyad, 2001, Kamus Kimia; arti dan Penjelasan Ilmiah, Erlangga, Jakarta.Atkins, P.W, 1990, Kimia Fisika. Jilid II, Edisi V, Penerjemah: Kartohadiprodjo, Erlangga, Jakarta.Basri, S, 2003, Kamus Lengkap Kimia, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.Daintith, J, 1994, Kamus Lengkap Kimia Oxford, Erlangga, Jakarta.Gilles, R.V, 1984, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Edisi II, Penerjemah: Herwan Widodo, Erlangga, Jakarta.Keenan, K, dan Wood, 1990, Kimia Untuk Universitas, Jilid I, Edisi VI, Penerjemah, Aloysius, H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.Kusuma, S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Edisi III, Erlangga, Jakarta.Martin, A, 1990, Farmasi Fisika, UI-Press, Jakarta.Noerdin, I, 1986, Buku Materi Pokok Larutan, Karonika, Jakarta.Petrucci, K.H, 1985, Kimia Dasar, Edisi IV, Jilid II, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.Roth, H.G dan Blaschke. S, 1985, Analisis Farmasi, Penerjemah: Sarjono Kumar, UGM-Press, Yogyakarta.Sukarjo, 1985, Kimia Koordinasi, Binarupa Aksara, Jakarta.Vogel, A.L, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi V, Kaliman Media Pustaka, Jakarta.Wiryoatmojo, S, 1988, Kimia Fisika I, Departemen P dan K, Jakarta.Revina Allundaru dan Tanty Wisley Sitio, STUDI KINETIKA REAKSI EPOKSIDASI MINYAK SAWIT Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.Jawaban Pertanyaan1. Karena larutan kalium iodida pada larutan akan terurai menjadi ion-ionnya. Iod yang terurai diikat oleh natrium tiosulfat, sedangkan iod yang berlebih akan bereaksi dengan indikator yang dipakai. Perubahan warna menandakan iod telah habis bereaksi, semakin pekat kalium iodida, maka semakin cepat perubahan warna terjadi, karena konsentrasi larutan merupakan salah satu faktor yang mempercepat laju reaksi, di mana banyak molekul di dalam larutan sehingga ada tumbukan yang terjadi membuat laju reaksi semakin cepat. Maka dari itu larutan kalium iodida harus jauh lebih pekat dari larutan persulfat dan tiosulfat.2. Jika pada keadaan suhu yang sama, konsentrasi iodida dalam keadaan berlebih, tfpada fraksi tertentu dari persulfat dapat dilihat dengan menambahkan sejumlah Na2S2O8dan amilum, yang tidak mempengaruhi kecepatan reaksi dan memberikan warna biru yang timbul pada larutan.

PENENTUAN ENERGI PENGAKTIFAN REAKSI IONIK

Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luaruntuk mengaktifkan reaksi tersebut.Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa produk ). Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali. Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem tidak stabil.Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karenakeadaan transisi kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan(Vogel, 1994).Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah : K = A . EaK = konstanta laju reaksiA = faktor freakuensiEa = energi aktivasiPersamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :Dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari 1/T akan berupa garis lurus dengan perpotongan (intersep) ln A dan gradien Ea/R(Tim Dosen Kimia Fisik, 2012).Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai parameter Arrhenius. Plot dari log K terhadap T -1 adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan pada temperatur sedang.Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien (Ea/RT) dan intersep ln A.Jika suatu reaksi memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi pada waktu t adalah a-x. Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n(Atkins, 1994)Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :1.SuhuFraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.2.Faktor frekuensiDalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi3.KatalisKatalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah(Castellan, 1982).Energi pengionan adalah energi yang diperlukan untuk melepaskansuatu elektron dari atom, ion, atau molekul energi untuk melepaskanelektron pertama disebut energi pengionan pertama, untuk melepaskanelektron kedua disebut energy pengionan kedua, dan seterusnya. Energipengionan dihitung elektron volt/atom atau k kal/mole.1 e v = 23,0629 k kal/mole(Alberty, 1997).Versi termodinamika dari teori kompleks teraktifkan , mempermudahpembahasan reaksi dalam larutan. Teori statistik sangat rumit untukditerapkan, karena pelarut memegang peranan penting dalam kompleksteraktifkan. Dalam pendekatan termodinamika, kita menggabungkan hukumlaju (Atkins, 1997).Variasi konstanta laju reaksi antara ion, terhadap kekuatan ion denganpenambahan ion lamban, akan menaikkan koefisien laju. Pembentukan satukompleks ionik bermuatan tinggi dari dua ion yang kurang tinggimuatannya, dipermudah oleh kekuatan ion yang tinggi, karena ion yangbaru mempunyai atmosfer ion yang lebih rapat. Sebaliknya, ion denganmuatan berlawanan, bereaksi lebih lambat dalam larutan dengan kekuatanion tinggi. Muatan itu saling menghilangkan, dan antaraksi antara muatankompleks dengan atmosfernya lebih buruk jika ion-ion itu terpisah (Atkins,1997).Satu cara untuk menganalisis ion dalam larutan adalah denganmemisahkan campuran menjdi komponen-komponennya denganmemanfaatkan perbedaan kelarutan senyawanya yang mengandung ion.Kecepatan reaksi bergantung pada jenis zat pereaksi, temperatur reaksi,konsentrasi zat pereaksi. Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secarakinetik (Sukarjo, 1989).Biasanya reaksi kimia tergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksinya. Untuk menentukan tenaga pengaktifan suatu reaksi ionik makadapat dilakukan dengan cara melakukan percobaan reaksi antara persulfatdengan iodida menggunakan persamaan Arrhenius ( Basset, 1994).Ion persulfat direaksikan dengan ion iodida, reaksi yang terjadiadalah:S2O82-+2I-2SO42-+I2Untuk menyelesaikan seluruh bagian reaksi maka ditambahkan larutantiosulfat dan indikator amilum yang berfungsi untuk memberikan warna biruketika tiosulfat telah habis atau pendeteksi titik akhir reaksi, yang nantinyatiosulfat akan mereduksi iod yang kemudian ion yodida yang dihasilkanakan bereaksi kembali dengan persulfat, sehingga nantinya tiosulfat habisdan iod berikatan dengan amilum membentuk kompleks yang memberikanwarna biru pada larutan(Basset, 1994).Energi aktifasi Ea dapat diperkirakan dari persamaan Arrhenius, jikakonstanta kecepatan reaksi diketahui pada dua suhu atau lebih. Persamaanempiris kecepatan reaksi dianggap memenuhi suhu yang lain sehinggahanya satu suhu yang diperlukan untuk menghitung kecepatan sejumlahkonsentrasi yang diketahui.K = Ae-Ea/RTK = konstanta laju reaksiA = faktor frekuensiEa = energi aktivasiUmumnya konstanta laju meningkat dengan meningkatnya temperatur, danharganya kira-kira dua kali untuk tiap kenaikkan 10oC. Hubungankuantitatif pertama antara k dan temperatur adalah karena persamaanArheniuss : K = Ae-Ea/RTDimana A adalah faktor pra-eksponensial ataufaktor frekuensi, Ea adalah energi pengaktifan yakni molekul-molekul harusmempunyai energi sebanyak ini sebelum membentuk produk. Persamaandiatas mensyaratkan bahwa satuan Ea harus merupakan energi/mol(Sukarjo, 1989).Kecepatan reaksi bergantung pada jenis zat pereaksi, temperaturreaksi, konsentrasi zat pereaksi. Untuk menentukan tenaga pengaktifansuatu reaksi ionik maka dapat dilakukan dengan cara melakukan percobaanreaksi antara persulfat dengan iodida menggunakan persamaan Arrhenius.Ion persulfat direaksikan dengan ion iodida, reaksi yang terjadi adalah :S2O82-+ 2I-2SO42-+ I2(Basset, 1994)

Teori yang menjelaskan reaksi kimia berdasarkan pada tumbukan molekul tidak cukup kuat sampai dekade awal abad kedua puluh. Teori kinetik molekul yang pertama dikembangkan. Tercatat adanya distribusi energi kinetik dan laju molekul molekul senyawa gas. Jumlah tumbukan antara molekul molekul persatuan waktu dapat diturunkan dari teori kinetika molekul. Jumlah tersebut disebut frekuensi tumbukan.Hanya sebagian tumbukan saja yang menghasilkan reaksi. Hal ini didasarkan pada dua faktor : (1) Hanya molekul molekul yang lebih energetik dalam campuran reaksi yang akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan. (2) Kemungkinan (probabilitas) suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi kimia tergantung dari orientasi molekul yang bertumbukan.Energi yang harus dimiliki oleh molekul untuk dapat bereaksi disebut energi aktivasi. Dengan teori kinetik molekul dapat ditentukan berapa fraksi dari seluruh molekul yang ada yang memiliki energi melebihi nilai tertentu. Pikirkanlah bahwa laju reaksi kimia tergantung pada hasilkali frekuensi tumbukan dengan fraksi dari molekul yang memiliki energi sama atau melebihi energi aktivasi. Karena fraksi dari molekul teraktifkan ini biasanya sangat kecil, laju reaksi jauh lebih kecil dari pada frekuensi tumbukannya sendiri. Tambahan lagi, semakin tinggi nilai energi aktivasi, semakin kecil fraksi molekul yang teraktifkan dan semakin lambat reaksi berlangsung.Untuk membayangkan reaksi

A2(g)+B2(g) 2 AB(g)

Menurut pengertian teori tumbukan, anggaplaah bahwa selama tumbukan antara molekul A2dan B2, ikatan ikatan A A dan B B putus dan ikatan A B terbentuk. Hasilnya adalah perubahan pereaksi preaksi A2dan B2menjadi hasil reaksi AB. Molekul molekul harus mempunyai orientasi tertentu bila tumbukan akan efektif untuk menghasilkan reaksi kimia.Bila dinyatakan frekuensi tumbukan sebagaiZ, fraksi molekul teraktifkan sebagaif, dan faktor probabilitas sebagaip, laju reaksi kimia memiliki rumusanlaju reaksi = p. f. ZFrekuensi tumbukan berbanding lurus dengan konsentrasi molekul molekul yang terlibat dalam tumbukan (katakanlah A dan B). Dengan demikian,Zdapat diganti dengan [A]x[B], dan rumusan laju reaksi yang lebih dikenal ini dapat dituliskanLaju reaksi = p.f [A] [B] = k [A] [B]Teori tumbukan tampaknya membawa kita ke arah persamaan laju reaksi kimia yang umum, tetapi ada beberapa kekurangan pada hasil yang telah dikemukakan. Persamaan di atas menunjukkan sebuah reaksi dengan orde total dua, tetpi telah diketahui bahwa orde orde reaksi lain mungkin ada.Satu alternatif penting tentang teori tumbukan telah dikembangkan oleh ahli kimia Amerika, Henry Eyring (1901 81), dan yang lainnya. Toeri ini dipusatkan pada spesies antara (intermediate species) yang disebut kompleks teraktifkan, yang terbentuk selama tumbukan energetik. Spesies ini ada dalam waktu yang sangat singkat, dan kemudian terurai, dapat kembali menjadi pereaksi pereaksi awal (dalam hal ini tidak ada reaksi) atau menjadi molekul hasil reaksi.Pada kompleks teraktifkan terdapat ikatan lama yang meregang mendekati putus, dan ikatan baru hanya terbentuk sebagian. Hanya bila molekul molekul yang bertumbukan mempunyai jumlah energi kinetik yang besar untuk disimpan dalam spesies tergangkan tersebut maka kompleks teraktifkan akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan tersebut dinamakan energi aktivasi.Secara praktik telah diketahui bahwa reaksi reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang tinggi. Kita mempercepat reaksi biokimia tertentu dengan meningkatkan suhu, misalnya pada pemasakan makanan. Di lain pihak kita memperlambat beberapa reaksi dengan menurunkan suhu, seperti halnya pendinginan atau pembekuan makanan untuk mencegah pembusukan. Sekarang kita mempunyai penjelasan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi :Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi(Ralph. H. Petrucci, 1985).

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam dunia sekarang ini banyak reaksi yang kita lakukan baik sadar maupun tidak sadar. Tubuh kita salah satunya, banyak sekali reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Contoh sederhana, korbohidrat yang kita makan sehari-hari pasti diubah ke bentuk senywa yang diperlukan sesuai dengan keperluan tubuh kita. Hal ini tentunya tidak berjalan sendiri tentunya dibantu oleh suatu enzim. Di sini enzin sebagai katalisator untuk mempercepat terjadinya reaksi. Dalam dunia nyata contoh reaksi yang berlangsung lambat adalah perkaratan pada besi (korosi) sedangkan untuk reaksi yang berlangsung cepat adalah peristiwa ledakan bom. Bom di sini meledak dalam hitungan detik. namun berbagai reaksi, hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana cara untuk mempercepat suatu reaksi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kita tahu bahwa praktikum yang dilakukan menggunakan waktu yang lama. Untuk mereaksikan suatu zat atau bahan membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu digunakan suatu metode untuk mempercepat suatu reaksi. Metode yang digunakan pun bervariasi sesuai dengan keperluan. Metode itu adalah menaikkan suhu, sifat pereaksi, konsentrasi suatu zat, luas permukaan, pengadukan/mekanik, dan lain sebagainya. Jika metode-metode suatu reaksi tersebut tidak pula berjalan dengan cepat maka kita harus menambahkan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi dimana zat tersebut tidak bereaksi dengan zat pada reaktan, atau dapat dikatakan mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi. Zat itu dikenal dengan nama katalis katalis.Pada percobaan diperlakukan adalah pemberian variasi suhu dan variasi volume. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hubungan suhu terhadap kecepatan suatu reaksi serta serta bagaimana hubungan penambahan volume terhadap lajunya reaksi. Di sini kita tidak tahu apakah reaksi berlangsung cepat atau lambat dengan pemberian variasi suhu dan variasi volume. Selain itu juga apa hubungannya terhadap energi aktivasi. Maka untuk mengetahui maksud ini maka dilakukannya percobaan ini agar mahasiswa tahu apakah sama atau beda pengertiannya dalan literature.1.2 Prinsip dan Aplikasi PercobaanPenentuan komstanta laju reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8saat terjadi perubahan warna pada pencampuran kedua larutan dengan pemberian variasi volume pada K2S2O8serta variasi suhu. Larutan campuran diberi Na2S2O3untuk menyerap iod berlebih serta percobaan dilakukan dengan dua indikator yang berbeda yaitu amilum dan akuades. Reaksi yang terjadi adalah:S2O82-+ 2I-2SO42-+ I2Aplikasi dari percobaan ini adalah pada proses pembuatan pupuk ammonia (NH3) dimana reaksinya berjalan dengan sangat lambat pada suhu rendah, namun dengan penambahan kateklis Fe + KOH + Al . reaksinya dapat berjalan dengan cepat (Proses Haber).1.3 Tujuan PercobaanTujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Laju ReaksiLaju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi produk tiap satuan waktu (Keenan,1990).Hubungan laju reaksi dengan koefisien zatadalah sebagai berikut. Reaksi yang terjadi antara zat A dan zat B:A + B3C + DMaka hubungan laju reakasi adalah;

=

Sedangkan persamaan laju reaksinya adalah;V = K[A][B]2Dimana V adalah laju reaksi, K adalah konstanta laju reaksi dan [A][B] adalah konsentrasi dari zat yang bereaksi.nilai pangkat menyatakan koefisien zat ataupun orde dari reaksi tersebut. Orde reaksi berrti menjelaskan tentang tingkat reaksi atau hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan (Petrucci,1985).Persamaan laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan praktis dan penerapan teoritis. Dikatakan untuk penerapan praktis adalah dimana telah diketahui persamaaan laju reaksi dan konstanta laju reaksi, dapat diramalkan laju reaksi dari komposisi campuran , sedangkan penerapan teoritis adalah dimana laju persamaan digunakan untuk menentukan mekanisme reaksi (Atkins,1990).Laju reaksi terukur, sering kali sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya, laju itu sebanding dengan konsentrasidua reaktan A dan B, sehingga;V = K[A][B]

Koefisien K disebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi tetapi bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini yang ditentukam secara eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal, hukum laju adala persamaan yang menyatakan laju reaksi V sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada termasuk produknya (Atkins, 1990).2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju ReaksiLaju suatu reaksi kimia dpat dipengaruhi oleh lima faktor untuk zat yang bersifst larutan dan ada enam faktor untuk zat yang bersifat gel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut (Gillas,1984):a)KonsentrasiKonsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka nilai laju reaksi akan semakin besar pula. Hal ini dikarenakan jumlah zat semakin besar dan peluang untuk melakukan tumbukan semakin besar. Sehinngga laju reaksi semakin cepat (Anonim a,2011).b)SuhuSetiap zat mamiliki energi, zat tersebut akan bereaksi membentuk produk bila energi aktivasinya terpenuhi. Dengan menaikan suhu pada system, berarti akan terjadi peristiwa menaikan energi aktivasi dan zat menjadi lebih mudah bergerak, sehingga lebih mudah terjadi tumbukan dan laju reaksi akan menjadi lebih tinggi (Wiryoatmojo, 1988).c)Luas Permukaan SentuhUmumnya zat yang digunakan adalah padatan yang dilarutkan dalam suatu pelarut. Luas permukaan total zat tersebut akan semakin bertambah bila ukurannya diperkecil, maka semakin halus suatu zat, laju reaksi akan semakin besar karena luas permukaan yang bereaksi semakin besar (Roth dan Blaschke,1989).d)Sifat Dasar PereaksiSetiap zat memiliki sifat yang khas. Ada yang bersifat padatan, gas dan cairan. Secara khas, zat yang bersifat gas adalah zat yang paling mudah bereaksi, kemudian tercepat kadua adalah cairan, kemudian padatan. Semakin renggang suatu zat maka laju reaksi akan semakin besar karena zat tersebut mamiliki partikel yang makin bebas dan mudah bertumbukan (Martin,1990).e)TekananFaktor tekanan yang berlaku jika pereaksi adalah gel. Penambahan tekanan akan membuat volume suatu zat akan semakin kecil dan konsentrasi akan semakin besar. Umumnya proses penambahan tekanan ini dilakukan pada industri amonia (Noerdin,1986).f)KatalisatorKatalisator adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat laju reaksi. Katalisator tidak mengalami perubahan kekal dalam reaksi namun mungkin terlibat dalam reaksi. Katalis mempercepat suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, namun tidak mengubah entalpi reaksi. Katasis ditambahkan pada zatdalam jumlah yang sedikit dan umumnya bersifat spesifik untuk setiap reaksi (Arsyud,2001).2.3 Energi AktivasiSebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling bertumbukan membentuk suatu mlekul kompleks aktif, yang kemudian berubah menjadi hasil reaksi (Produk). Energi yang di butuhkan untuk membentuk kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi (Sukardjo, 1985).Berdasarkan hasil pengamatan, ada dua faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu molekul untuk bertumbukan, yaitu (Petrucci,1985).1.Hanya molekul yang lebih energetic dalam campuran reaksi akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan.2.Probablitas tumbukan untuk menghasilkan reaksi bergantung pada orientasi molekul yang bertumbukan.

Semakin tinggi nilai aktivasi maka makin kecil reaksi molekul yang teraktifkan dan laju reaksi menjadi lebih lambat. Arrhenius menyatakan bahwa variasi tetapan reaksi jenis k, terhadap temperetur dinyatakan sebagai (Vogel,1990).Ln k = -K = A

Diintegrasikan menjadi ;Dimana EAadalah energi aktivasi zat.

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan3.1.1 AlatAlat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember, dua buah gelas beaker, corong, pipet ukur, batang pengaduk, thermometer, botol semprot, penangas air, spatula, dan pipet tetes.3.1.2 BahanBahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah akuades, amilum, larutan kalium iododa (KI), larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8), dan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).3.2 Analisis Bahan3.2.1 AkuadesAkuades merupakan cairan tak berwarna yang memiliki densitas 1,00 gr/mL, akuades memiliki titik beku 00C serta memiliki titik didih 1000C. akuades merupakan air yang telah dimurnikan melelui proses destilasi (penyulingan), sehingga bebas dari garam terlarut dan senyawa lain (Daintith,1994).3.2.2 AmilumAmilum merupakan karbohidrat putih yang tidak berbau dan tidak berasa. Dapat dideteksi dengan adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman saat ditambahkan iodine. Senyawa ini terdiri atas rantai cabang molekul glukosa (Anonim b, 2011).3.2.3 Larutan Kalium Iodida (KI)Kalium iodida merupakan padatan kristalin putih yang larut dalam air dan etanol serta aseton. Pada larutan, KI dapat melarutkan iodin. Memiliki massa molar 166 gr/mol, densitas 9,123 gr/cm3, titik didih 13300C, dan titik leleh 6810C. dapat larut sempurna dalam ammonia dan bersifat higroskopis (Daintith,1994).3.2.4 Larutan Kalium Peroksodisulfat (K2S2O8)Kalium peroksodisulfat merupakan padatan kristalin merah jinngga bening yang bersifat higroskopis. Kristalnya berbentuk prisma dengan berat molekul 294,18 gr/mol. Memiliki densitas 2,676 gr/ml, dengan titik leleh 34,80C, mudah larut dalam air dengan kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu (Basri,2002).3.2.5 Larutan Natriun Tiosulfat (Na2S2O3)Natrium tiosulfat merupakan padatan yang bersifat putih kepekatan. Senyawa ini larut dalam air namun tidak larut dalam etanol. Larutan berair larutan natrium tiosulfat mudah terdistribusi dan menjadi natrium tetra tiosulfat dan natrium sulfat (Kusuma,1983).3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Penggunaan Amilum sebagai IndikatorPercobaan paling awal dilakukan pada percobaan ini adalahmenyiapkan larutan kalium iododa (KI) 0,4 M, larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 M, larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8) 0,02 M, serta disiapkan amilum dan akuades sebagai indikator. Untuk amilum serbuknya dilarutkan dalam air panas.Percobaan awal disediakan gelas beaker 2 buah. Kemudian dimasukkan pada beaker pertama larutan KI sebanyak 5ml dan pada gelas beaker kedua diisikan K2S2O8sebanyak 1 mlditambah larutan Na2S2O3sebanyak2,5 ml serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua. Lalu masing-masing gelas beaker dimasukan pada ember yang terisi es batu untuk menurunkan suhunya sampai 20 hingga mencapai suhu 20oC. setelah mencapai suhu yang diinginkan kemudian isi dari setiap gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, lalu dicatat hasilnya. Lakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan dilakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8yaitu 1 ml, 3 ml dan 5ml untuk masing-masing suhu di atas.3.3.2 Penggunaan Air Suling sebagai IndokatorHal yang dilakukan pertama kali adalah disediakan beaker 2 buah. Lalu dimasukkan pada beaker pertama 5 ml KI dan pada gelas beaker kedua diisikan 1 ml K2S2O8ditambah larutan Na2S2O32,5 ml serta 6 tetes larutan akuades pada beaker kedua. Dinginkan pada es batu dalam ember hingga mencapai suhu 20oC. setelah sehu tercapai kedua larutan dicampurkan dan diaduk hingga terjadi perubahan warna bening menjadi kuning, dicatat hasilnya. Lakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC dan lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume K2S2O8tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.3.4 Rangkaian Alat 1

2Keterangan;1. Batang pengaduk2. gelas beakerGambar; rangkaian alat uji reaksiBAB 1VHASIL DAN PEMBAHASANData Pengamatan1. AmilumNoVolume (ml)T (oC)Waktut (detik)Warna

KINa2S2O3K2S2O8Amilum

1.5ml2,5ml1ml6 tetes2020 menit,15Biru Tua

2.5ml2,5ml3ml6 tetes2004 menit, 44Biru Tua

3.5ml2,5ml5 ml6 tetes2004 menit, 44Biru Tua

4.5ml2,5ml1 ml6 tetes2518 menit, 36Biru Tua

5.5ml2,5ml3ml6 tetes2505 menit, 10Biru Tua

6.5ml2,5ml5ml6 tetes2502 menit, 40Biru Tua

7.5ml2,5ml1ml6 tetes3015 menit, 31Biru Tua

8.5ml2,5ml3ml6 tetes3003 menit, 29Biru Tua

9.5ml2,5ml5ml6 tetes3002 menit, 28Biru Tua

2. AkuadesNoVolume (ml)T (oC)Waktut (detik)Warna

KINa2S2O3K2S2O8Akuades

1.5 ml2,5ml1ml6 tetes2008 menit, 57Kuning

2.5 ml2,5ml3ml6 tetes2005 menit,45Kuning

3.5 ml2,5ml5 ml6 tetes2004menit,12Kuning

4.5 ml2,5ml1 ml6 tetes2513 menit, 43Kuning

5.5 ml2,5ml3ml6 tetes2504 menit, 58Kuning

6.5 ml2,5ml5ml6 tetes2503 menit , 39Kuning

7.5 ml2,5ml1ml6 tetes3013 menit,28Kuning

8.5 ml2,5ml3ml6 tetes304 menit, 11Kuning

9.5 ml2,5ml5ml6 tetes307 sekonKuning

4.2 Pembahasan4.2.1 Analisis ProsedurLangkah awal percobaan disediakan gelas beaker 2 buah . kemudian dimasukkan pada gelas beaker pertama 5 ml kalium iodida (KI) dan pada gelas kedua dimasukan 1 ml K2S2O8ditambah 2,5 ml larutan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua ini. KI disini digunakan sebagai reaktan (pereaksi) yang direaksikan dengan K2S2O8dan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum. Kegunaan K2S2O8disini adalah sebagai oksidator untuk membentuk iod dari mylase. Iod yang berlebih akan diikat oleh Na2S2O3. Pada percobaan amilum harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan K2S2O8dan Na2S2O3. Ini dikarenakan untuk mengaktifkan enzim beta mylase. Apabila hal ini tidak dilakukan maka warna yang dihasilkan akan kecoklatan saat reaksi kesetimbangan tercapai karena enzimnya tidak bekerja dengan maksimal. Selain itu juga akan menghasilkan galat pada hasil, sehingga hasilnya tidak sama dengan teorinya. Na2S2O3juga harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya. Hal ini dilakukan agar ion sulfatnya larut sempurna. Jika tidak maka akan terjadi endapan hitam yang disebut endapan sulfur.Larutan didinginkan hingga mencapai suhu tepat 20oC. setelah hal ini terpenuhi kemudian kedua zat dalam gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, kemudian dicatat waktu yang diperlukan. Kemudian dilakukan prosedur yang sama untuk suhu 25oC dan 30oC serta lakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume untuk larutan K2S2O8tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.Perbedaan warna pada saat penambahan amilum dan akuades dikarenakan bahwa kedua larutan tersebut berikatan kompleks dengan iod, jadi menyebabkan perubahan warna biru untuk pemberian indikator amilum dan warna kuning untuk indikator akuades. kegunaan akuades disini juga digunakan untuk melarutkan larutan,KI disini sebagai reaktan yang nantinya akan terurai menjadi ion-ionnya di dalam larutan dan berikatan dengan K2S2O8. Sehingga reaksi yang dihasilkan adalah;S2O82-+ 2I-2SO42-+ I2Pada percobaan larutan campuran diaduk secara terus-menerus. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi sebab kecepatan reaksi berlangsung lambat pada suhu rendah. Selain itu pengadukan juga membantu tumbukan antar partikel-partikel dalam larutan campuran sehingga reaksi kesetimbangan cepat berlangsung. Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan warna dikarenakan iod dan enzim beta amylase berikatan. Untuk percobaan akuades sebagai indikator KI terurai membentuk ion K dan I sehingga warna dasar dari timbul yaitu kuning. Untuk percobaan konsentrasi KI lebih pekat dari K2S2O8karenayang akan dideteksi adalah iod berlebih dan indikator.Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan. Iod yang tidak berikatan ini akan ditangkap dengan oleh Na2S2O3. Jika iod telah berikatan maka akan ditandai dengan berubahnya warna suatu larutan. Pada percobaan ini, indikator amilum berubah menjadi biru dan indikator akuades berubah warna menjadi kuning.Proses percobaan dilakukan dengan pemberian variasi suhu dalam campuran yang diujikan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah laju reaksi dapat berlangsung secara cepat dengan kenaikan suhu atau sebaliknya. Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu karena molekul-molekul sering bertabrakan dengan benturan yang lebih besar karena gerakannya cepat dan untuk variasi volume, semakin besar volumenya maka jumlah mol akan semakin banyak sehingga laju reaksi semakin cepat contohnya di sini pada variasi volume k2S2O8diberikan untuk membuktikannya.Amilum adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna biru tua kompleks pati karena berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna biru tua. Sifat-sifat air adalah sebagai pelarut universal dan bisa juga sebagai indikator yang mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di dalam larutan. Warna yang dihasilkan adalah kuning, yang berarti iod telah habis bereaksi dengan larutan.Percobaan ini tidak perlu menggunakan katalis. Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaktan yang berguna untuk mempercepat laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Jika pada percobaan ini berlangsung lama seperti pada proses esterifikasi, maka perlu digunakan katalis. Hubungan laju reaksi dengan energi aktivasi pada percobaan ini adalah berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi konstanta laju reaksi maka energi aktivasinya semakin rendah sehingga suatu reaksi dapat berlangsung cepat. Energi aktivasi adalah energi dimana panas minimal yang harus dimiliki molekul-molekul sebelum bereaksi. Ketika suatu senyawa bereaksi, maka senyawaan itu mengeluarkan energi panas minimum untuk bereaksi, sehingga laju semakin cepat dan energi aktivasi akan berkurang. Oleh sebab itu energi aktivasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding konstanta laju reaksi.4.2.2 Analisis HasilKonstanta laju dengan laju reaksi berbanding lurus karena semakin cepat laju reaksi, maka konstanta laju semakin besar dan apabila konstanta laju reaksi semakin kecil maka suatu reaksi akan berlangsung lambatHubungan laju reaksi dan suhu , pada percobaan ini semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat reaksi tersebut berlangsung. Pembuktiannya bahwa , pada percobaan ini diberikan volume yang tetap dengan suhu yang divariasikan, laju reaksi semakin cepat. Dapat dilihat pada data pengamatan. Namun ada terjadi kesalahan hasil dengan volume tetap 3 ml untuk percobaan dengan indikator amilum pada suhu serta kesalahan juga terjadi pada volume 1ml larutan K2S2O8sebab mengalami perlambatan dengan kenaikan suhu, kejadian ini terjadi pada pemberian indikator akuades. untuk suhu yang divariasikan dari 20oC, 25oC, dan 30oC dalam percobaan amilum. Antara suhu 25oC dan 30oC lebih cepat laju reaksi pada suhu 25oC. Ini terjadi dikarenakan ketidak teraturan dalam pengadukan.Akuades sebagai indikator pada volume 1 ml K2S2O8dan suhu yang berbeda 20oC, 25oC, dan 30oC terdapat kesalahan hasil, sama halnya dengan pelarut amilum volume K2S2O83ml. Seharusnya, suhu 30oC lebih cepat laju reaksinya dibanding dengan suhu 25oC, karena semakin tinggi suhu maka akan terjadi tumbukan yang lebih keras sehingga memecah tiap-tiap molekul yang menyebabkan suatu larutan semakin mudah untuk larut. Jika dilihat dalam data percobaan hal ini dikarenakan pengadukan yang tidak efisien atau tidak teratur. Berdasarkan data ini bahwa semakin tinggi suhu maka konstanta laju reaksi akan semakin besar.Dilihat dari hasil, jika dibandingkan konstanta laju reaksi pada amilum dan akuades lebih besar konstanta laju reaksi akuades. Ini dikarenakan akuades merupakan pelarut polar dan pelarut universal sehingga dapat dengan mudah melarutkan suatu larutan yang bersifat polar. Jika dilihat dari energi aktivasinya, lebih besar energi aktivasi pada senyawa amilum. Hal ini terjadi karena energi aktivasi amilum diperlukan pada saat awal reaksi, sehingga energi yang diperlukan besar dibanding dengan akuades.Selain itu, konstanta laju reaksi pada larutan amilum suhu 25oC dan 30oC berbeda, seharusnya konstanta lajunya sama walaupun adanya variasi volume. Terjadi kesalahan hasil didasari oleh beberapa faktor, yaitu terlambatnya ketika menekanstop watchpada saat reaksi dimulai, proses pengadukan berbeda karena melakukannya secara bergantian, pengukuran suhu yang tidak sesuai, dan pencucian alat yang kurang bersih, sehingga zat-zat tersebut terkontaminasi yang menimbulkan hasil yang berbeda.Pada percobaan di awal yaitu pada percobaan dengan amilum terjadi pemakaian waktu yang sangat lama untuk reaksi mencapai kesetimbangan. Ini terjadi kesalahan diakibatkan larutan amilum tidak terlalu lama dipanaskan sehingga enzim beta amilasenya tidak aktif dan juga karena adanya unsure-unsur punggangu dalam larutan sehingga menyebabkan reaksinya tidak sempurna.Hubungan konstanta laju reaksi dengan suhu adalah berbanding lurus, sedangkan hubungan energi aktivasi dengan kecepatan laju reaksi berbanding terbalik yaitu semakin besar energi aktivasi yang dimiliki tiap zat maka reaksi berlangsung lambat dan semakin kecil energi aktivasi yang dimiliki setiap zat maka reaksi semakin cepat berlangsung.Konstanta laju reaksi untuk indikator amilum untuk 1ml berturut-turut pada suhu 200adalah- 6,648 x 10-3- 2,886 x 10-2, - 2,874 x 10-2. Sedangkan untuk 3 ml pada suhu 300C adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.BAB VPENUTUP5.1 SimpulanSimpulan yang dapat diambil dalam percobaan ini adalah :1.Semakin tinggi suhu yang diberikan maka suatu reaksi dapat berlangsung cepat.2.Akuades memiliki nilai koefisien laju reaksi yang tinggi dibandingkan amulum3.Konstanta laju untuk indikator amilum pada suhu 250C adalah- 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.\4.Energi aktivasi untuk K2S2O8 pada indikator amilum untuk variasi volume berturut-turut adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-25.Energi aktivasi untuk indikator akuades adalah berturut-turut berdasarkan volume 1 ml, 3 ml, 5 ml adalah - 7,238 x 10-3, - 2,619 x 10-2, - 5,102 x 10-2.5.2 SaranUntuk praktikum selanjutnya, ada baiknya ditambahkan atau gunakan perbedaan konsentrasi pereaksi. Agar lebih mengetahui apa yang terjadi jika konsentrasinya berbeda. Larutan seperti KI bisa diganti dengan liI, BaI2, dan lain-lain. Atau ada baiknya digunakan pemberian katalis.DAFTAR PUSTAKAAnonim a, 2011, Konsentrasi,http://www.stokiometri.co.id, diakses pada 4 Desember 2011.Anonim b, 2011, Amillum:http://www.wikipedia.org/wiki/amilum, diakses pada 4 Desember 2011.Arsyad, 2001, Kamus Kimia; arti dan Penjelasan Ilmiah, Erlangga, Jakarta.Atkins, P.W, 1990, Kimia Fisika. Jilid II, Edisi V, Penerjemah: Kartohadiprodjo, Erlangga, Jakarta.Basri, S, 2003, Kamus Lengkap Kimia, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.Daintith, J, 1994, Kamus Lengkap Kimia Oxford, Erlangga, Jakarta.Gilles, R.V, 1984, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Edisi II, Penerjemah: Herwan Widodo, Erlangga, Jakarta.Keenan, K, dan Wood, 1990, Kimia Untuk Universitas, Jilid I, Edisi VI, Penerjemah, Aloysius, H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.Kusuma, S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Edisi III, Erlangga, Jakarta.Martin, A, 1990, Farmasi Fisika, UI-Press, Jakarta.Noerdin, I, 1986, Buku Materi Pokok Larutan, Karonika, Jakarta.Petrucci, K.H, 1985, Kimia Dasar, Edisi IV, Jilid II, Penerjemah: Suminar S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.Roth, H.G dan Blaschke. S, 1985, Analisis Farmasi, Penerjemah: Sarjono Kumar, UGM-Press, Yogyakarta.Sukarjo, 1985, Kimia Koordinasi, Binarupa Aksara, Jakarta.Vogel, A.L, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi V, Kaliman Media Pustaka, Jakarta.Wiryoatmojo, S, 1988, Kimia Fisika I, Departemen P dan K, Jakarta.Revina Allundaru dan Tanty Wisley Sitio, STUDI KINETIKA REAKSI EPOKSIDASI MINYAK SAWIT Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.Jawaban Pertanyaan1. Karena larutan kalium iodida pada larutan akan terurai menjadi ion-ionnya. Iod yang terurai diikat oleh natrium tiosulfat, sedangkan iod yang berlebih akan bereaksi dengan indikator yang dipakai. Perubahan warna menandakan iod telah habis bereaksi, semakin pekat kalium iodida, maka semakin cepat perubahan warna terjadi, karena konsentrasi larutan merupakan salah satu faktor yang mempercepat laju reaksi, di mana banyak molekul di dalam larutan sehingga ada tumbukan yang terjadi membuat laju reaksi semakin cepat. Maka dari itu larutan kalium iodida harus jauh lebih pekat dari larutan persulfat dan tiosulfat.2. Jika pada keadaan suhu yang sama, konsentrasi iodida dalam keadaan berlebih, tfpada fraksi tertentu dari persulfat dapat dilihat dengan menambahkan sejumlah Na2S2O8dan amilum, yang tidak mempengaruhi kecepatan reaksi dan memberikan warna biru yang timbul pada larutan.

Diposkan olehmurni unidi21.55Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookLabel:laju reaksi0 komentar:Poskan KomentarKomentarnya!!!!!!!!!