antikoagulan
TRANSCRIPT
PERCOBAAN III
ANTIKOAGULAN
1.1 Tujuan Praktikum
Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari
manifestasi efek toksisitas anticoagulant dan koagulansia.
Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain
yang berefek pada pembekuan darah.
1.2 Tinjauan Pustaka
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan sumbatan hemostatik yang
terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya spasme pembuluh darah,
pembentukan plug platelet, koagulasi darah dan perkembangan jaringan fibrosa ke
dalam darah yang menggumpal sehingga darahnya berhenti mengalir. Obat-obatan
yang bekerja pada darah dapat memperpendek atau memperpanjang waktu
pendarahan tersebut (Bleeding Time). Dalam percobaan waktu pendarahan ini
digunakan untuk mengevaluasi obat-obat yang bekerja sebagai antitrombotik.
Darah dianggap sulit membeku bila BT nya > 600 detik.
Antikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan untuk mencegah
pembekuan atau penggumpalan darah. Antikoagulan bertujuan agar darah tidak
membeku, sehingga kondisi darah dapat dipertahankan dalam lama waktu
tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah. Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat peningkatan
kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya pada thrombosis. Karena pada
trombosis coroner (infark miokard), sebagian otot jantung mati akibat penyaluran
darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya.
Antikoagulan Page 1
Antikoagulan juga digunakan untuk profilaksis atau pengobatan gangguan
tromboemboli. Tromboembolisme adalah formasi gumpalan (trombus) dalam
pembuluh darah yang lepas dan dibawa oleh aliran darah yang kemudian akan
menyumbat pembuluh darah lain. Gumpalan ini dapat menyumbat pembuluh
darah di paru-paru (embolisme paru), otak (stroke), saluran pencernaan, ginjal,
atau kaki. Tromboembolisme merupakan penyebab utama morbiditas (penyakit)
dan mortalitas (kematian), terutama pada orang dewasa. Pengobatannya mungkin
melibatkan antikoagulan (pengencer darah, misalnya warfarin), aspirin, atau
vasodilator (obat yang mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah).
Seperti yang telah kita ketahui bahwa antikoagulan digunakan untuk
mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan beberapa
faktor pembekuan darah. Berikut adalah faktor- faktor untuk pembekuan darah :
Antikoagulan Page 2
Secara in vitro aktivasi tromboplastin, yang akan mengubah protrombin
(faktor II) menjadi trombin (faktor IIa), terjadi melalui 2 mekanisme yaitu
mekanisme ekstrinsik dan intrinsik.
Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan (faktor III, berasal dari
jaringan yang rusak) akan bereaksi dengan faktor VIIa yang dengan adanya
kalsium (faktor IV) akan mengaktifkan faktor X. Faktor Xa bersama-sama faktor
Va, ion kalsium dan fosfolipid trombosit akan mengubah protrombin menjadi
trombin. Oleh pengaruh trombin, fibrinogen (faktor I) akan diubah menjadi fibrin
monomer (faktor Ia) yang tidak stabil. Fibrin monomer, atas pengaruh faktor
XIIIa akan menjadi stabil dan resisten terhadap enzim proteolitik misalnya
plasmin.
Pada mekanisme intrinsik, semua faktor yang diperlukan untuk pembekuan
darah berada didalam darah. Pembekuan dimulai bila faktor Hageman (faktor XII)
kontak dengan suatu permukaan yang bermuatan negatif, misalnya kolagen
Antikoagulan Page 3
subendotel pembuluh darah yang rusak. Reaksi tersebut dipercepat dengan
pembenukan kompleks antara faktor XII, faktor Fitzgerald dan prekalikrein.
Faktor XIIa selanjutnya akan mengaktivasi fakor XI, dan faktor XIa bersama ion
kalsium akan mengaktivasi fakor IX. Faktor IX aktif, bersama-sama faktor VIII ,
X. Urutan mekanisme pembekuan darah selanjutnya sama seperti yang terjadi
pada mekanisme ekstrinsik. Proses pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem
antikoagulan dan fibrinolitik di dalam tubuh.
Ada dua jenis antikoagulan yaitu Antikoagulan jenis Coumadin yang biasa
digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan darah (profilaksis) dan
Antikoagulan trombolitik yang digunakan dalam keadaan darurat untuk
melarutkan bekuan darah (pengobatan). Bekuan darah (profilaksis) adalah suatu
keadaan dimana tisu darah seperti jelly yang terbentuk oleh faktor-faktor pembeku
Antikoagulan Page 4
dalam darah. Bekuan ini menghentikan aliran darah dari cedera. Bekuan juga
dapat terbentuk di dalam arteri ketika dinding arteri rusak oleh penumpukan
aterosklerosis, mungkin menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Obat Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Tindakan tersebut diperlukan dalam transfusi darah, untuk
pemeriksaan laboratorium, mencegah kecenderungan pembekuan darah dalam
pembuluh darah. Secara umum obat antikoagulan dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
a) Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, merupakan suatu
mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini disintesis di dalam sel
mast dan terutama banyak terdapat di paru. Peranan fisiologik heparin belum
diketahui seluruhnya, akan teapi pelepasannya ke dalam darah yang tiba-tiba
pada syok anafilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam
reaksi imunologik. Di laboratorium heparin jarang digunakan dalam
pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium karena mahal harganya. Jenis
heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin antikoagulan
karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.
MEKANISME KERJA
Heparin berdaya seperti antitrombin. Heparin mengikat antitrombin III
membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III
sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin
Antikoagulan Page 5
dan faktor Xa. Sediaan heparin dengan berat molekul rendah (<6000)
beraktifitas anti-Xa kuat dan sifat antitrombin sedangkan sediaan heparin
dengan berat molekul yang tinggi (>25000) beraktifitas antitrombin kuat dan
aktifitas anti-Xa yang sedang.
Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktifasi faktor Xa dan mencegah
pembekuan dengan mencegah perubahan protombin menjadi trombin.
Heparin juga menginaktifasi faktof XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan
fibrin yang stabil. Terhadap lemak darah, heparin bersifat liprotropik yaitu
memperlancar transfer lemak darah kedalam depot lemak. Heparin dilaporkan
juga dapat menekan kecepatan sekresi aldosteron, meningkatkan kadar
tiroksin bebas dalam plasma,menghambat aktifaktor fibrinolitik, menghambat
penyembuhan luka, menekan imunitas selular, menekan reaksi hospes
terhadap graft.
FARMAKOKINETIK
Heparin tidak diberikan secara oral, karena diberikan secara SK atau IV.
Pemberian secara SK memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi efeknya
tidak dapat diramalkan. Suntikan IM dapat menyebabkan terjadinya hematom
yang besar pada tempat suntikan dan arbsorpsinya tidak teratur serta tidak
dapat diramalkan. Efek antikoagulan timbul pada pemberian suntikan bolus
IV dengan dosis terapi, terjadi kira-kira 20-30 mnt setelah suntikan SK.
Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari
dosis yang digunakan. Masa paruh memendek pada pasien emboli paru dan
memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Metabolit
inaktif diekskresi melalui urine. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh melali
urine hanya bila digunakan dosis besar IV. Penderita emboli paru
memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih cepat.
Heparin melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.
Antikoagulan Page 6
INDIKASI
Emboli paru
Trombosis vena dalam
Oklusi arteri akut
Profilaksis trombo emboli vena selama operasi
Ibu hamil yang memerlukan anti koagulan
KONTRAINDIKASI
Pasien hemofilia
Permeabilitas kapiler yang meningkat
Pasien hipersensitivitas heparin
Endokarditis bakterial subakut
Perdarahan intra kranial
Anastesi lumbal dan regional
Hipertensi berat dan syok
Peminum alkohol
EFEK SAMPING
Perdarahan
Ekimosis dan hematoma
Reaksi hipersensitivitas
Mialgia, nyeri tulang, dan osteoporosis pada penggunaan jangka panjang
Trombositopenia ringan yang bersifat sementara
b) Antikoagulan Oral
Dalam golongan ini dikenal derivat 4 hidroksikumarin (misalnya: dikumarol,
warfarin) dan derivat indan 1,3 dion (anisindion). Pebedaan utama antara
kedua derivat tersebut terletak pada dosis,mula kerja,masa kerja,dan efek
sampingnya,sedangkan mekanisme kerjannya sama.
Antikoagulan Page 7
MEKANISME KERJA
Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah kofaktor
yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X, yaitu
dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam Gama
karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan
reduksi dihati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi
sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah terganggu atau tidak
terganggu. Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas. Respons terhadap
antikoagulan oral dapat dipengaruhi oleh banyak factor misalnya supan
vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan atau interaksi
dengan obat lain.
FARMAKOKINETIK
Semua derifat 4 hidroksikumarin dan derifat idan 1,3 dion dapat diberikan
peroral dan juga IM dan IV. Kecepatan absorbsi berbeda tiap individu,dalam
darah dikumarol dan warfarin hamper seluruhnya terikat pada albumin
plasma. Masa paruh kumarol sangat bergantung dosis dan berdasarkan factor
genetic berbeda pada masing-masing individu. Efek terapi baru tercapai 12-
24 jam setelah kadar ouncak obat dalam plasma karea diperlukan
mengosongkan pembekuan darah untuk sirkulasi. Dikumarol dan warfarin
mengalami hidroksilasi oleh enzim reticulum endo plasma hati menjadi
bentuk tidak aktif.
INDIKASI
Tromboemboli
Thrombosis vena
Infark miokard
Penyakit jantung
Reumatik
Serangan iskemia selintas(transient ischemic attacts, TIA)
Emboli paru
Antikoagulan Page 8
KONTRAINDIKASI
Pendarahan
Diskrasia darah
Tukak saluran cerna
Divertikulitis
Colitis
Endokarditis bacterial subakut
Keguguran yang mengancam
Operasi otak dan medulla spinalis
Anestesi limbal
Defisiensi vitamin K
Penyakit hati dan ginjal yang berat
c) Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks
kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi,
karena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi, umpamanya pada
transfusi darah sampai ± 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan
in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo.
Natrium edetat mengikat kalsium menjadi uraian kalsium menjadi suatu
kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
Antikoagulan Page 9
KOAGULAN
Koagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau
menghentikan pendarahan. Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara
oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan,
Misalnya: Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K. Obat kelompok ini
pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan
mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dan secara langsung
mengumpalkan fibrinogen.
a) Aktifaktor protombin. Ekstrak yang mengandung aktifaktor protombin
dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengan
asetat . Salah satu contoh adalah Russell’s viper venom yang sangat efektif
sebagai hemostatik lokal dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus
gigi yang berdarah pada pasien hemofilia; untuk tujuan ini kapas dibasahi
dengan larutan segar 0.1%.
b) Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan
lokal.
Antikoagulan Page 10
3. Alat dan Bahan
a) Alat
Timbangan hewan
Stopwatch
Alat suntik
Beker glass
Gunting
b) Bahan
Vitamin K (1 mg/kgBB)
Asetosal (100 mg/kgBB)
Heparin (1000 ui/kgBB)
NaCl fisiologis
Mencit
4. Prosedur Kerja
1) Timbang hewan dan tandai.
2) Hitung dosis untuk masing-masing hewan. Untuk kelompok 1 adalah
vitamin K dan kontrol dan 2 adalah vitamin K, kelompok 3 dan 4
asetosal sedangkan kelompok 5 dan 6 menggunakan heparin.
3) Injeksikan hewan uji secara ip sesuai dosis dengan obat yang telah
ditentukan berdasarkan kelompok masing-masing. Sedangkan untuk
hewan kontrol diinjeksikan dengan menggunakan NaCl fisiologis.
4) 30 menit setelah injeksi, potonglah ekor mencit dengan alat pemotong
yang tajam (gunting) kira-kira 1 cm dari ujung paling distal.
5) Setelah ekor dipotong, cepat-cepat celupkan ekor mencit ke dalam air
hangat (37oC).
6) Catat waktu pendarahan, mulai pada saat memotong ekor sampai darah
berhenti mengalir.
Antikoagulan Page 11
7) Bandingkan waktu pendarahan antara kontrol dengan perlakuan dan
antara kelompok anda dengan kelompok obat lain.
8) Bahas hasil saudara dan ambil kesimpulan.
5. Hasil dan Pembahasan
a) Hasil
Kelompok Dosis (mg/kg) BB (kg) VAO (ml) BTVitamin K (1 mg/kg) 43 g 0,43 ml 3 menit 53 detikKontrol (NaCl fis.) 33 g 0,33 ml 8 menit 57 detik
2 Vitamin K (1 mg/kg) 37 g 0,37 ml 1 menit 47 detik3 Asetosal (100 mg/kg) 35 g 0,35 ml 4 menit 2 detik4 Asetosal (100 mg/kg) 38 g 0,38 ml 6 menit 25 detik5 Heparin (1000 ui/kg) 37 g 0,37 ml 10 menit 30 detik6 Heparin (1000 ui/kg) 28 g 0,28 ml 1 menit 32 detik
1
Perhitungan VAO kelompok 3
Dosis : 100 mg/kgBB
Konsentrasi : 10 mg/ml
VAO : 0,35 ml
BB : 35 g (0,035 kg)
VAO = Berat (kg ) x Dosis (mg /kgBB)
Konsentrasi(mg /ml)
= 0,035 kg x10 0 mg /kgBB
10 mg /ml = 0,35 ml
b) Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan mencit yang masing-masingnya
diberi perlakuan yang berbeda. Mencit kelompok kontrol diinjeksikan
dengan NaCl fisiologis sedangkan mencit kelompok lainnya disuntikkan
dengan heparin, vitamin K dan asetosal dalam dosis tertentu. Pemberian
obat ini berguna untuk memperpanjang atau mempersingkat waktu
pendarahan. Heparin digunakan sebagai salah satunya karena merupakan
Antikoagulan Page 12
antikoagulan yang sangat efektif dalam mempercepat proses aktivasi
antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan darah.
Onset antikoagulan heparin langsung didapatkan setelah injeksi dilakukan.
Dimana heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin
dari prothrombin sehingga dapat menghentikan atau menghambat
pembentukan fibrin dari fibrinogen di dalam darah. Sehingga darah sukar
membeku. Dosis heparin yang diberikan masing-masing kepada mencit
kelompok 5 dan kelompok 6 adalah sebesar 1000 ui/kgBB. Dosis vitamin K
yang diberikan kepada masing-masing mencit pada kelompok 1 dan 2
adalah sebesar 1 mg/kgBB. Sedangkan untuk asetosal dosisnya masing-
masing diberikan sebesar 100 mg/kgBB pada kelompok 3 dan 4. Serta
hewan kontrol yang berfungsi sebagai pembanding hanya diberikan NaCl
fisiologis. Hal ini dilakukan agar pengamatan nantinya dapat memberikan
hasil yang cukup signifikan sehingga dapat dengan mudah membandingkan
efek dari masing-masing obat antikoagulan maupun koagulan yang telah
disuntikkan ke hewan percobaan (mencit).
Dalam percobaan ini diamati efek dari obat dalam berbagai dosis
terhadap waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah hewan percobaan.
Dari hasil percobaan didapatkan data yang cukup beragam pada masing-
masing kelompok hewan percobaan. Hal ini diduga disebabkan oleh
keseragaman individu dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu
hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain
seperti keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor. Dari
data terlihat bahwa waktu pendarahan hingga darah berhenti mengalir
(bleeding time) kelompok 1 yaitu kontrol adalah 8 menit 57 detik, dan untuk
asetosal dengan dosis 100 mg/kg BB adalah 4 menit 2 detik dan 6 menit 25
detik. Dapat kita lihat bahwa terdapat perbandingan waktu (bleeding time)
yang cukup besar antara kelompok mencit yang mendapat perlakuan sebagai
kontrol dengan mencit yang mendapat suntikkan asetosal. Dimana lamanya
bleeding time pada hewan kontrol lebih lama dibandigkan dengan hewan uji
Antikoagulan Page 13
yang disuntikkan asetosal. Selisihnya yaitu kurang lebih 4 menit setelah
bleeding time mencit yang diinjeksikan asetosal berhenti. Seharusnya
bleeding time pada mencit yang diberikan asetosal lebih lama dibandingkan
dengan kontrol, karena fungsi asetosal adalah sebagai antikoagulan yang
dihambat pembekuan darahnya. Sedangkan mencit kontrol tidak mendapat
perlakuan yang begitu spesifik karena hanya dinjeksikan NaCl saja, oleh
karena itu pada proses pembekuan darahnya tidak terhambat dan waktu
yang dibutuhkan agar darah membeku cukup cepat dibandingkan dengan
kelompok asetosal.
Pada kelompok 3, bleeding time nya adalah 4 menit 2 detik. Karena
memang dosis asetosal yang diberikan kepada mencit cukup besar yaitu
sebesar 100 mg/kg BB, sehingga tidak wajar jika waktu pembekuan
darahnya lebih cepat dibanding kontrol. Sedangkan untuk vitamin K pada
kelompok 1 adalah 3 menit 53 detik dan kelompok 2 adalah 1 menit 47
detik. Pada kelompok 1 dan 2 wajar jika waktu bleeding time nya sedikit
karena vitamin K memang berfungsi sebagai koagulansia (mempercepat
pembekuan darah). Selain itu dosis yang diberikan pada kelompok ini juga
cukup kecil. Dan untuk kelompok heparin yaitu kelomok 5 dan 6 sudah bisa
dikatakan sesuai dengan yang diharapkan karena semakin tinggi dosisnya
maka semakin singkat pula bleeding time nya. Yaitu kelompok 5 adalah 10
menit 30 detik dan kelompok 6 adalah 1 menit 32 detik. Waktu perdarahan
(bleeding time) diamati dengan cara memotong ekor mencit yang
diperkenalkan pertama kali oleh Dőttl dan Ripke (1936) dan merupakan
cara yang paling umum digunakan pada percobaan farmakologi. Pada cara
ini ekor mencit dipotong kurang lebih sepanjang 1 cm dan diamati waktu
perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk bekuan
darah pada luka tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan stopwatch
untuk menghitung lamanya waktu perdarahan (bleeding time) untuk
mengetahui tingkat keefektifan kerja dari masing-masing obat yang telah
disuntikkan ke hewan percobaan.
Antikoagulan Page 14
Bleeding Time merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status
fungsi trombosit, kemampuan adhesi pada jaringan subendotel dan secara
lebih spesifik menunjukkan keefektifan membentuk agregasi. Bleeding Time
berperan dalam fase hemostatik primer sedangkan APTT (Activated Parsial
Tromboplastin Time) berperan dalam fase hemostatik sekunder.
Antikoagulan Page 15
6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
Antikoagulan adalah sebuah zat/bahan yang digunakan dengan tujuan
untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah.
Koagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau
menghentikan proses penggumpalan darah.
Heparin adalah obat yang tergolong ke dalam antikoagulan karena
mekanisme kerjanya yang dapat mempercepat proses aktivasi
antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan
darah. Sedangkan Vitamin K tergolong ke dalam obat Koagulansia
(antagonis antikoagulan) karena dapat membantu proses pembekuan
darah.
Waktu perdarahan (bleeding time) merupakan suatu parameter yang
dapat memonitor status fungsi trombosit, dengan cara mengamati waktu
perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk
bekuan darah pada luka tersebut.
Pada pengamatan terjadi kesalahan dalam pemotongan ekor mancit.
Dan ini sangat berpengaruh dalam praktikum.
Hasil pengamatan yang sesuai dengan yang diharapkan/berhasil adalah
hasil pengamatan pada percobaan kelompok 1,2 dan 5.
Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan yang apa yang diharapkan
seharusnya mungkin disebabkan karena faktor dari kesalahan praktikan
dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu hewan percobaan
selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain seperti
keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor pada
mencit.
Antikoagulan Page 16
7. Jawaban Pertanyaan
1) Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi obat-obat
yang digunakan dalam percobaan ini.
Jawaban :
Obat obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah aspirin, vitamin
K dan Heparin. Berikut ini adalah mekanisme kerja dari obat-obat
tersebut:
Aspirin/asetosal
Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat
pembentukan enzim cyclic endoperoxides.
Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn
trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara
permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja
aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic
Attack).
Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan
prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit
pada pembuluh darah yang rusak.
Heparin
Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III
berfungsi :
Menghambat protease factor pembekuan termasuk factor IIa
(thrombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk komplek yang
stabil dengan protease pembekuan.
Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembekuaan
komplek tersebut sampai 100 kali.
Bila kompleks AT-III protease sudah terbentuk heparin
dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan
membentuk antitrombin.
Antikoagulan Page 17
Vitamin K
Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk
meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang
berlangsung di hati.
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang
pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas obat antikoagulan
dan koagulan? Jelaskan alasannya.
Jawaban :
a. Dosis obat
Dosis obat akan diberikan sesuai dengan usia. Misalnya pada bayi
yang baru dilahirkan semua enzim di hati belum terbentuk lengkap
sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat. Karena itu harus
diberikan obat dengan dosis yang lebih rendah agar menghindari
terjadinya overdosis atau keracunan.
b. Rute pemberian
Misalnya pada pemberian secara oral,toksisitasnya dapat
dimodifikasi oleh penambahan agen dengan bantuan atau
pelambatan absorbsi bahan aktifnya.
c. Umur
Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu untuk
memetabolisir atau mensekresikan zat kimia adalah berbeda-beda.
d. Berat badan
Perbedaan berat badan sangat menentukan jumlah zat kimia yang
akan diberikan berdasarkan berat badan (misal mg/kgBB).
3) Jelaskan tanda-tanda atau gejala-gejala keracunan heparin, vitamin K
dan asetosal.
Jawaban :
Antikoagulan Page 18
a. Keracunan heparin
Nyeri tulang (osteoporoses)
Reaksi hipersensitivitas, ditandai dengan menggigil, demam,
shock, anafilaksis dan urtikaria.
b. Keracunan Vitamin K
Keracunan vitamin K sangat jarang terjadi kecuali bagi mereka
yang mengonsumsi suplemen vitamin K secara berlebih.
Gejala keracunan vitamin K dapat berupa mual, muntah, anemia,
diare dan ruam kulit.
c. Keracunan Asetosal (aspirin)
Pasien dengan keracunan ringan sering mengalami mual dan
muntah, sakit perut, kelesuan, tinnitus (telinga berdengung), dan
pusing.
Gejala yang lebih signifikan terjadi pada keracunan yang lebih
berat meliputi hipertermia (menggigil), takipnea (nafas cepat),
alkalosis pernafasan, asidosis metabolik, hipokalemia,
hipoglikemia, halusinasi, kebingungan, kejang, edema serebral,
dan koma.
Antikoagulan Page 19
8. Daftar Pustaka
Dr. Nurcahyo, Heru. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar.
Yogyakarta :Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada
Uneversity Press : Yogyakarta.
Khairul Osman. 2007. Gangguan Pendarahan. Jakarta: Essential
Hematology.
Marks, Dawn ; Marks, Allan ; Smith, Collen. 1996. Biokimia
Kedoketran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta :
Penerbit ECG.
Soewolo, M. Pd., dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA
UNM.
Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisioplogi Manusia.
Jakarta: Depdikbud.
Antikoagulan Page 20