antikoagulan

29
PERCOBAAN III ANTIKOAGULAN 1.1 Tujuan Praktikum Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek toksisitas anticoagulant dan koagulansia. Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain yang berefek pada pembekuan darah. 1.2 Tinjauan Pustaka Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan sumbatan hemostatik yang terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya spasme pembuluh darah, pembentukan plug platelet, koagulasi darah dan perkembangan jaringan fibrosa ke dalam darah yang menggumpal sehingga darahnya berhenti mengalir. Obat- obatan yang bekerja pada darah dapat memperpendek atau memperpanjang waktu pendarahan tersebut (Bleeding Time). Dalam percobaan waktu pendarahan ini digunakan untuk mengevaluasi obat-obat yang bekerja sebagai antitrombotik. Darah dianggap sulit membeku bila BT nya > 600 detik. Antikoagulan Page 1

Upload: rizka-pratiwi

Post on 20-May-2017

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: antikoagulan

PERCOBAAN III

ANTIKOAGULAN

1.1 Tujuan Praktikum

Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari

manifestasi efek toksisitas anticoagulant dan koagulansia.

Memahami bahaya penggunaan obat-obatan tersebut diatas dan obat lain

yang berefek pada pembekuan darah.

1.2 Tinjauan Pustaka

Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan sumbatan hemostatik yang

terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya spasme pembuluh darah,

pembentukan plug platelet, koagulasi darah dan perkembangan jaringan fibrosa ke

dalam darah yang menggumpal sehingga darahnya berhenti mengalir. Obat-obatan

yang bekerja pada darah dapat memperpendek atau memperpanjang waktu

pendarahan tersebut (Bleeding Time). Dalam percobaan waktu pendarahan ini

digunakan untuk mengevaluasi obat-obat yang bekerja sebagai antitrombotik.

Darah dianggap sulit membeku bila BT nya > 600 detik.

Antikoagulan adalah sebuah zat / bahan yang digunakan untuk mencegah

pembekuan atau penggumpalan darah. Antikoagulan bertujuan agar darah tidak

membeku, sehingga kondisi darah dapat dipertahankan dalam lama waktu

tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan

menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan

darah. Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat peningkatan

kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya pada thrombosis. Karena pada

trombosis coroner (infark miokard), sebagian otot jantung mati akibat penyaluran

darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya.

Antikoagulan Page 1

Page 2: antikoagulan

Antikoagulan juga digunakan untuk profilaksis atau pengobatan gangguan

tromboemboli. Tromboembolisme adalah formasi gumpalan (trombus) dalam

pembuluh darah yang lepas dan dibawa oleh aliran darah yang kemudian akan

menyumbat pembuluh darah lain. Gumpalan ini dapat menyumbat pembuluh

darah di paru-paru (embolisme paru), otak (stroke), saluran pencernaan, ginjal,

atau kaki. Tromboembolisme merupakan penyebab utama morbiditas (penyakit)

dan mortalitas (kematian), terutama pada orang dewasa. Pengobatannya mungkin

melibatkan antikoagulan (pengencer darah, misalnya warfarin), aspirin, atau

vasodilator (obat yang mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah).

Seperti yang telah kita ketahui bahwa antikoagulan digunakan untuk

mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan beberapa

faktor pembekuan darah. Berikut adalah faktor- faktor untuk pembekuan darah :

Antikoagulan Page 2

Page 3: antikoagulan

Secara in vitro aktivasi tromboplastin, yang akan mengubah protrombin

(faktor II) menjadi trombin (faktor IIa), terjadi melalui 2 mekanisme yaitu

mekanisme ekstrinsik dan intrinsik.

Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan (faktor III, berasal dari

jaringan yang rusak) akan bereaksi dengan faktor VIIa yang dengan adanya

kalsium (faktor IV) akan mengaktifkan faktor X. Faktor Xa bersama-sama faktor

Va, ion kalsium dan fosfolipid trombosit akan mengubah protrombin menjadi

trombin. Oleh pengaruh trombin, fibrinogen (faktor I) akan diubah menjadi fibrin

monomer (faktor Ia) yang tidak stabil. Fibrin monomer, atas pengaruh faktor

XIIIa akan menjadi stabil dan resisten terhadap enzim proteolitik misalnya

plasmin.

Pada mekanisme intrinsik, semua faktor yang diperlukan untuk pembekuan

darah berada didalam darah. Pembekuan dimulai bila faktor Hageman (faktor XII)

kontak dengan suatu permukaan yang bermuatan negatif, misalnya kolagen

Antikoagulan Page 3

Page 4: antikoagulan

subendotel pembuluh darah yang rusak. Reaksi tersebut dipercepat dengan

pembenukan kompleks antara faktor XII, faktor Fitzgerald dan prekalikrein.

Faktor XIIa selanjutnya akan mengaktivasi fakor XI, dan faktor XIa bersama ion

kalsium akan mengaktivasi fakor IX. Faktor IX aktif, bersama-sama faktor VIII ,

X. Urutan mekanisme pembekuan darah selanjutnya sama seperti yang terjadi

pada mekanisme ekstrinsik. Proses pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem

antikoagulan dan fibrinolitik di dalam tubuh.

Ada dua jenis antikoagulan yaitu Antikoagulan jenis Coumadin yang biasa

digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan darah (profilaksis) dan

Antikoagulan trombolitik yang digunakan dalam keadaan darurat untuk

melarutkan bekuan darah (pengobatan). Bekuan darah (profilaksis) adalah suatu

keadaan dimana tisu darah seperti jelly yang terbentuk oleh faktor-faktor pembeku

Antikoagulan Page 4

Page 5: antikoagulan

dalam darah. Bekuan ini menghentikan aliran darah dari cedera. Bekuan juga

dapat terbentuk di dalam arteri ketika dinding arteri rusak oleh penumpukan

aterosklerosis, mungkin menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Obat Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah

pembekuan darah. Tindakan tersebut diperlukan dalam transfusi darah, untuk

pemeriksaan laboratorium, mencegah kecenderungan pembekuan darah dalam

pembuluh darah. Secara umum obat antikoagulan dapat dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

a) Heparin

Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, merupakan suatu

mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini disintesis di dalam sel

mast dan terutama banyak terdapat di paru. Peranan fisiologik heparin belum

diketahui seluruhnya, akan teapi pelepasannya ke dalam darah yang tiba-tiba

pada syok anafilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam

reaksi imunologik. Di laboratorium heparin jarang digunakan dalam

pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium karena mahal harganya. Jenis

heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin antikoagulan

karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

MEKANISME KERJA

Heparin berdaya seperti antitrombin. Heparin mengikat antitrombin III

membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III

sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin

Antikoagulan Page 5

Page 6: antikoagulan

dan faktor Xa. Sediaan heparin dengan berat molekul rendah (<6000)

beraktifitas anti-Xa kuat dan sifat antitrombin sedangkan sediaan heparin

dengan berat molekul yang tinggi (>25000) beraktifitas antitrombin kuat dan

aktifitas anti-Xa yang sedang.

Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktifasi faktor Xa dan mencegah

pembekuan dengan mencegah perubahan protombin menjadi trombin.

Heparin juga menginaktifasi faktof XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan

fibrin yang stabil. Terhadap lemak darah, heparin bersifat liprotropik yaitu

memperlancar transfer lemak darah kedalam depot lemak. Heparin dilaporkan

juga dapat menekan kecepatan sekresi aldosteron, meningkatkan kadar

tiroksin bebas dalam plasma,menghambat aktifaktor fibrinolitik, menghambat

penyembuhan luka, menekan imunitas selular, menekan reaksi hospes

terhadap graft.

FARMAKOKINETIK

Heparin tidak diberikan secara oral, karena diberikan secara SK atau IV.

Pemberian secara SK memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi efeknya

tidak dapat diramalkan. Suntikan IM dapat menyebabkan terjadinya hematom

yang besar pada tempat suntikan dan arbsorpsinya tidak teratur serta tidak

dapat diramalkan. Efek antikoagulan timbul pada pemberian suntikan bolus

IV dengan dosis terapi, terjadi kira-kira 20-30 mnt setelah suntikan SK.

Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari

dosis yang digunakan. Masa paruh memendek pada pasien emboli paru dan

memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Metabolit

inaktif diekskresi melalui urine. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh melali

urine hanya bila digunakan dosis besar IV. Penderita emboli paru

memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih cepat.

Heparin melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.

Antikoagulan Page 6

Page 7: antikoagulan

INDIKASI

Emboli paru

Trombosis vena dalam

Oklusi arteri akut

Profilaksis trombo emboli vena selama operasi

Ibu hamil yang memerlukan anti koagulan

KONTRAINDIKASI

Pasien hemofilia

Permeabilitas kapiler yang meningkat

Pasien hipersensitivitas heparin

Endokarditis bakterial subakut

Perdarahan intra kranial

Anastesi lumbal dan regional

Hipertensi berat dan syok

Peminum alkohol

EFEK SAMPING

Perdarahan

Ekimosis dan hematoma

Reaksi hipersensitivitas

Mialgia, nyeri tulang, dan osteoporosis pada penggunaan jangka panjang

Trombositopenia ringan yang bersifat sementara

b) Antikoagulan Oral

Dalam golongan ini dikenal derivat 4 hidroksikumarin (misalnya: dikumarol,

warfarin) dan derivat indan 1,3 dion (anisindion). Pebedaan utama antara

kedua derivat tersebut terletak pada dosis,mula kerja,masa kerja,dan efek

sampingnya,sedangkan mekanisme kerjannya sama.

Antikoagulan Page 7

Page 8: antikoagulan

MEKANISME KERJA

Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah kofaktor

yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X, yaitu

dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam Gama

karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan

reduksi dihati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi

sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah terganggu atau tidak

terganggu. Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas. Respons terhadap

antikoagulan oral dapat dipengaruhi oleh banyak factor misalnya supan

vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan atau interaksi

dengan obat lain.

FARMAKOKINETIK

Semua derifat 4 hidroksikumarin dan derifat idan 1,3 dion dapat diberikan

peroral dan juga IM dan IV. Kecepatan absorbsi berbeda tiap individu,dalam

darah dikumarol dan warfarin hamper seluruhnya terikat pada albumin

plasma. Masa paruh kumarol sangat bergantung dosis dan berdasarkan factor

genetic berbeda pada masing-masing individu. Efek terapi baru tercapai 12-

24 jam setelah kadar ouncak obat dalam plasma karea diperlukan

mengosongkan pembekuan darah untuk sirkulasi. Dikumarol dan warfarin

mengalami hidroksilasi oleh enzim reticulum endo plasma hati menjadi

bentuk tidak aktif.

INDIKASI

Tromboemboli

Thrombosis vena

Infark miokard

Penyakit jantung

Reumatik

Serangan iskemia selintas(transient ischemic attacts, TIA)

Emboli paru

Antikoagulan Page 8

Page 9: antikoagulan

KONTRAINDIKASI

Pendarahan

Diskrasia darah

Tukak saluran cerna

Divertikulitis

Colitis

Endokarditis bacterial subakut

Keguguran yang mengancam

Operasi otak dan medulla spinalis

Anestesi limbal

Defisiensi vitamin K

Penyakit hati dan ginjal yang berat

c) Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium

Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks

kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi,

karena tidak toksik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi, umpamanya pada

transfusi darah sampai ± 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.

Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan

in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo.

Natrium edetat mengikat kalsium menjadi uraian kalsium menjadi suatu

kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.

Antikoagulan Page 9

Page 10: antikoagulan

KOAGULAN

Koagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau

menghentikan pendarahan. Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara

oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan,

Misalnya: Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K. Obat kelompok ini

pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan

mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dan secara langsung

mengumpalkan fibrinogen.

a) Aktifaktor protombin. Ekstrak yang mengandung aktifaktor protombin

dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengan

asetat . Salah satu contoh adalah Russell’s viper venom yang sangat efektif

sebagai hemostatik lokal dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus

gigi yang berdarah pada pasien hemofilia; untuk tujuan ini kapas dibasahi

dengan larutan segar 0.1%.

b) Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan

lokal.

Antikoagulan Page 10

Page 11: antikoagulan

3. Alat dan Bahan

a) Alat

Timbangan hewan

Stopwatch

Alat suntik

Beker glass

Gunting

b) Bahan

Vitamin K (1 mg/kgBB)

Asetosal (100 mg/kgBB)

Heparin (1000 ui/kgBB)

NaCl fisiologis

Mencit

4. Prosedur Kerja

1) Timbang hewan dan tandai.

2) Hitung dosis untuk masing-masing hewan. Untuk kelompok 1 adalah

vitamin K dan kontrol dan 2 adalah vitamin K, kelompok 3 dan 4

asetosal sedangkan kelompok 5 dan 6 menggunakan heparin.

3) Injeksikan hewan uji secara ip sesuai dosis dengan obat yang telah

ditentukan berdasarkan kelompok masing-masing. Sedangkan untuk

hewan kontrol diinjeksikan dengan menggunakan NaCl fisiologis.

4) 30 menit setelah injeksi, potonglah ekor mencit dengan alat pemotong

yang tajam (gunting) kira-kira 1 cm dari ujung paling distal.

5) Setelah ekor dipotong, cepat-cepat celupkan ekor mencit ke dalam air

hangat (37oC).

6) Catat waktu pendarahan, mulai pada saat memotong ekor sampai darah

berhenti mengalir.

Antikoagulan Page 11

Page 12: antikoagulan

7) Bandingkan waktu pendarahan antara kontrol dengan perlakuan dan

antara kelompok anda dengan kelompok obat lain.

8) Bahas hasil saudara dan ambil kesimpulan.

5. Hasil dan Pembahasan

a) Hasil

Kelompok Dosis (mg/kg) BB (kg) VAO (ml) BTVitamin K (1 mg/kg) 43 g 0,43 ml 3 menit 53 detikKontrol (NaCl fis.) 33 g 0,33 ml 8 menit 57 detik

2 Vitamin K (1 mg/kg) 37 g 0,37 ml 1 menit 47 detik3 Asetosal (100 mg/kg) 35 g 0,35 ml 4 menit 2 detik4 Asetosal (100 mg/kg) 38 g 0,38 ml 6 menit 25 detik5 Heparin (1000 ui/kg) 37 g 0,37 ml 10 menit 30 detik6 Heparin (1000 ui/kg) 28 g 0,28 ml 1 menit 32 detik

1

Perhitungan VAO kelompok 3

Dosis : 100 mg/kgBB

Konsentrasi : 10 mg/ml

VAO : 0,35 ml

BB : 35 g (0,035 kg)

VAO = Berat (kg ) x Dosis (mg /kgBB)

Konsentrasi(mg /ml)

= 0,035 kg x10 0 mg /kgBB

10 mg /ml = 0,35 ml

b) Pembahasan

Pada praktikum kali ini menggunakan mencit yang masing-masingnya

diberi perlakuan yang berbeda. Mencit kelompok kontrol diinjeksikan

dengan NaCl fisiologis sedangkan mencit kelompok lainnya disuntikkan

dengan heparin, vitamin K dan asetosal dalam dosis tertentu. Pemberian

obat ini berguna untuk memperpanjang atau mempersingkat waktu

pendarahan. Heparin digunakan sebagai salah satunya karena merupakan

Antikoagulan Page 12

Page 13: antikoagulan

antikoagulan yang sangat efektif dalam mempercepat proses aktivasi

antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan darah.

Onset antikoagulan heparin langsung didapatkan setelah injeksi dilakukan.

Dimana heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin

dari prothrombin sehingga dapat menghentikan atau menghambat

pembentukan fibrin dari fibrinogen di dalam darah. Sehingga darah sukar

membeku. Dosis heparin yang diberikan masing-masing kepada mencit

kelompok 5 dan kelompok 6 adalah sebesar 1000 ui/kgBB. Dosis vitamin K

yang diberikan kepada masing-masing mencit pada kelompok 1 dan 2

adalah sebesar 1 mg/kgBB. Sedangkan untuk asetosal dosisnya masing-

masing diberikan sebesar 100 mg/kgBB pada kelompok 3 dan 4. Serta

hewan kontrol yang berfungsi sebagai pembanding hanya diberikan NaCl

fisiologis. Hal ini dilakukan agar pengamatan nantinya dapat memberikan

hasil yang cukup signifikan sehingga dapat dengan mudah membandingkan

efek dari masing-masing obat antikoagulan maupun koagulan yang telah

disuntikkan ke hewan percobaan (mencit).

Dalam percobaan ini diamati efek dari obat dalam berbagai dosis

terhadap waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah hewan percobaan.

Dari hasil percobaan didapatkan data yang cukup beragam pada masing-

masing kelompok hewan percobaan. Hal ini diduga disebabkan oleh

keseragaman individu dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu

hewan percobaan selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain

seperti keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor. Dari

data terlihat bahwa waktu pendarahan hingga darah berhenti mengalir

(bleeding time) kelompok 1 yaitu kontrol adalah 8 menit 57 detik, dan untuk

asetosal dengan dosis 100 mg/kg BB adalah 4 menit 2 detik dan 6 menit 25

detik. Dapat kita lihat bahwa terdapat perbandingan waktu (bleeding time)

yang cukup besar antara kelompok mencit yang mendapat perlakuan sebagai

kontrol dengan mencit yang mendapat suntikkan asetosal. Dimana lamanya

bleeding time pada hewan kontrol lebih lama dibandigkan dengan hewan uji

Antikoagulan Page 13

Page 14: antikoagulan

yang disuntikkan asetosal. Selisihnya yaitu kurang lebih 4 menit setelah

bleeding time mencit yang diinjeksikan asetosal berhenti. Seharusnya

bleeding time pada mencit yang diberikan asetosal lebih lama dibandingkan

dengan kontrol, karena fungsi asetosal adalah sebagai antikoagulan yang

dihambat pembekuan darahnya. Sedangkan mencit kontrol tidak mendapat

perlakuan yang begitu spesifik karena hanya dinjeksikan NaCl saja, oleh

karena itu pada proses pembekuan darahnya tidak terhambat dan waktu

yang dibutuhkan agar darah membeku cukup cepat dibandingkan dengan

kelompok asetosal.

Pada kelompok 3, bleeding time nya adalah 4 menit 2 detik. Karena

memang dosis asetosal yang diberikan kepada mencit cukup besar yaitu

sebesar 100 mg/kg BB, sehingga tidak wajar jika waktu pembekuan

darahnya lebih cepat dibanding kontrol. Sedangkan untuk vitamin K pada

kelompok 1 adalah 3 menit 53 detik dan kelompok 2 adalah 1 menit 47

detik. Pada kelompok 1 dan 2 wajar jika waktu bleeding time nya sedikit

karena vitamin K memang berfungsi sebagai koagulansia (mempercepat

pembekuan darah). Selain itu dosis yang diberikan pada kelompok ini juga

cukup kecil. Dan untuk kelompok heparin yaitu kelomok 5 dan 6 sudah bisa

dikatakan sesuai dengan yang diharapkan karena semakin tinggi dosisnya

maka semakin singkat pula bleeding time nya. Yaitu kelompok 5 adalah 10

menit 30 detik dan kelompok 6 adalah 1 menit 32 detik. Waktu perdarahan

(bleeding time) diamati dengan cara memotong ekor mencit yang

diperkenalkan pertama kali oleh Dőttl dan Ripke (1936) dan merupakan

cara yang paling umum digunakan pada percobaan farmakologi. Pada cara

ini ekor mencit dipotong kurang lebih sepanjang 1 cm dan diamati waktu

perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk bekuan

darah pada luka tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan stopwatch

untuk menghitung lamanya waktu perdarahan (bleeding time) untuk

mengetahui tingkat keefektifan kerja dari masing-masing obat yang telah

disuntikkan ke hewan percobaan.

Antikoagulan Page 14

Page 15: antikoagulan

Bleeding Time merupakan suatu parameter yang dapat memonitor status

fungsi trombosit, kemampuan adhesi pada jaringan subendotel dan secara

lebih spesifik menunjukkan keefektifan membentuk agregasi. Bleeding Time

berperan dalam fase hemostatik primer sedangkan APTT (Activated Parsial

Tromboplastin Time) berperan dalam fase hemostatik sekunder.

Antikoagulan Page 15

Page 16: antikoagulan

6. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

Antikoagulan adalah sebuah zat/bahan yang digunakan dengan tujuan

untuk mencegah pembekuan atau penggumpalan darah.

Koagulansia merupakan zat atau obat yang dapat menghambat atau

menghentikan proses penggumpalan darah.

Heparin adalah obat yang tergolong ke dalam antikoagulan karena

mekanisme kerjanya yang dapat mempercepat proses aktivasi

antitrombin, sehingga dapat menghambat protease faktor pembekuan

darah. Sedangkan Vitamin K tergolong ke dalam obat Koagulansia

(antagonis antikoagulan) karena dapat membantu proses pembekuan

darah.

Waktu perdarahan (bleeding time) merupakan suatu parameter yang

dapat memonitor status fungsi trombosit, dengan cara mengamati waktu

perdarahannya mulai dari terjadinya perdarahan sampai terbentuk

bekuan darah pada luka tersebut.

Pada pengamatan terjadi kesalahan dalam pemotongan ekor mancit.

Dan ini sangat berpengaruh dalam praktikum.

Hasil pengamatan yang sesuai dengan yang diharapkan/berhasil adalah

hasil pengamatan pada percobaan kelompok 1,2 dan 5.

Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan yang apa yang diharapkan

seharusnya mungkin disebabkan karena faktor dari kesalahan praktikan

dan kondisi fisiologis dari masing-masing individu hewan percobaan

selama perlakuan dan dapat juga dipengaruhi oleh hal lain seperti

keadaan lingkungan, posisi ekor, dan cara pemotongan ekor pada

mencit.

Antikoagulan Page 16

Page 17: antikoagulan

7. Jawaban Pertanyaan

1) Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi obat-obat

yang digunakan dalam percobaan ini.

Jawaban :

Obat obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah aspirin, vitamin

K dan Heparin. Berikut ini adalah mekanisme kerja dari obat-obat

tersebut:

Aspirin/asetosal

Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat

pembentukan enzim cyclic endoperoxides.

Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn

trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.

Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara

permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja

aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic

Attack).

Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan

prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit

pada pembuluh darah yang rusak.

Heparin

Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III

berfungsi :

Menghambat protease factor pembekuan termasuk factor IIa

(thrombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk komplek yang

stabil dengan protease pembekuan.

Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembekuaan

komplek tersebut sampai 100 kali.

Bila kompleks AT-III protease sudah terbentuk heparin

dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan

membentuk antitrombin.

Antikoagulan Page 17

Page 18: antikoagulan

Vitamin K

Pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk

meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang

berlangsung di hati.

Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat

menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang

pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.

2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas obat antikoagulan

dan koagulan? Jelaskan alasannya.

Jawaban :

a. Dosis obat

Dosis obat akan diberikan sesuai dengan usia. Misalnya pada bayi

yang baru dilahirkan semua enzim di hati belum terbentuk lengkap

sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat. Karena itu harus

diberikan obat dengan dosis yang lebih rendah agar menghindari

terjadinya overdosis atau keracunan.

b. Rute pemberian

Misalnya pada pemberian secara oral,toksisitasnya dapat

dimodifikasi oleh penambahan agen dengan bantuan atau

pelambatan absorbsi bahan aktifnya.

c. Umur

Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu untuk

memetabolisir atau mensekresikan zat kimia adalah berbeda-beda.

d. Berat badan

Perbedaan berat badan sangat menentukan jumlah zat kimia yang

akan diberikan berdasarkan berat badan (misal mg/kgBB).

3) Jelaskan tanda-tanda atau gejala-gejala keracunan heparin, vitamin K

dan asetosal.

Jawaban :

Antikoagulan Page 18

Page 19: antikoagulan

a. Keracunan heparin

Nyeri tulang (osteoporoses)

Reaksi hipersensitivitas, ditandai dengan menggigil, demam,

shock, anafilaksis dan urtikaria.

b. Keracunan Vitamin K

Keracunan vitamin K sangat jarang terjadi kecuali bagi mereka

yang mengonsumsi suplemen vitamin K secara berlebih.

Gejala keracunan vitamin K dapat berupa mual, muntah, anemia,

diare dan ruam kulit.

c. Keracunan Asetosal (aspirin)

Pasien dengan keracunan ringan sering mengalami mual dan

muntah, sakit perut, kelesuan, tinnitus (telinga berdengung), dan

pusing.

Gejala yang lebih signifikan terjadi pada keracunan yang lebih

berat meliputi hipertermia (menggigil), takipnea (nafas cepat),

alkalosis pernafasan, asidosis metabolik, hipokalemia,

hipoglikemia, halusinasi, kebingungan, kejang, edema serebral,

dan koma.

Antikoagulan Page 19

Page 20: antikoagulan

8. Daftar Pustaka

Dr. Nurcahyo, Heru. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar.

Yogyakarta :Jurdik Biologi FMIPA UNY. 

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada

Uneversity Press : Yogyakarta.           

Khairul Osman. 2007. Gangguan Pendarahan. Jakarta: Essential

Hematology.          

Marks, Dawn ; Marks, Allan ; Smith, Collen. 1996. Biokimia

Kedoketran Dasar :   Sebuah            Pendekatan Klinis. Jakarta :

Penerbit ECG.   

Soewolo, M. Pd., dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA

UNM.        

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisioplogi Manusia.

Jakarta: Depdikbud.

Antikoagulan Page 20