antiinflamasi
TRANSCRIPT
EFEK ANALGETIK DAN EFEK ANTI INFLAMASI BETA KAROTEN PADA MENCIT
Jeanne Esvandiary, Maria Firmina Sekar Utami, Yosef Wijoyo
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Intisari
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan khasiat beta karoten sebagai analgetik dan anti inflamasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.
Penelitian pertama merupakan penelitian efek analgetik menggunakan metode rangsang kimia, dengan parasetamol sebagai kontrol positif dan asam asetat sebagai senyawa perangsang nyeri, sedangkan penelitian kedua merupakan penelitian efek anti inflamasi dengan menggunakan karagenin sebagai zat pembuat udema dan natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Obyek uji adalah beta karoten yang terbagi dalam 4 peringkat dosis yaitu 0,6523; 0,9225; 1,3046; 1,8450 mg/kgBB yang diberikan peroral sebagai praperlakuan untuk kedua penelitian ini. Subyek uji yang digunakan adalah mencit putih galur swiss, yang berumur 2-3 bulan, beratnya berkisar 20-30 g.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa beta karoten dosis 0,6523-1,845 mg/KgBB memiliki khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi. Efek analgetik yang ditunjukkan beta karoten dosis 0,6523-1,845 mg/KgBB berturut-turut sebesar 41,04%; 78,01%; 66,11% dan 59,95%, sedangkan efek anti inflamasinya sebesar 3,24%; 40,94%; 25,08% dan 29,28%. Dosis optimal beta karoten yang memiliki efek sebagai analgetik maupun anti inflamasi yaitu dosis 0,9225 mg/KgBB. Kata kunci : beta karoten, efek analgetik, efek anti inflamasi
Bab I. Pendahuluan
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi
penderitanya, namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya
kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan
jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu gejalanya. Karena dipandang
merugikan maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya.
Penelitian Putra (2003) dan Widarsih (2003) menyatakan bahwa air
perasan umbi wortel (Daucus carota, L.) memiliki daya analgetik dan anti
inflamasi. Pada penelitian Putra (2003), daya analgetik air perasan umbi wortel
dosis 1,25; 2,5; 5;10 dan 20 ml/KgBB berturut-turut sebesar 29,72%; 43,68%;
29
67,36%; 60,74% dan 31,18% sedangkan pada penelitian Widarsih (2003) pada
dosis yang sama memberikan daya anti inflamasi sebesar 15,28%; 31,19%;
51,50%; 45,68% dan 37,80%. Dari kedua penelitian tersebut belum diketahui
secara pasti senyawa apa yang terkandung dalam air perasan umbi wortel yang
berefek analgetik dan anti inflamasi. Kedua penelitian tersebut menduga beta
karoten merupakan senyawa yang bertanggungjawab sebagai analgetik dan anti
inflamasi, sehingga penelitian yang menarik untuk diteliti dengan menggunakan
beta karoten ini adalah: (1)Apakah beta karoten memiliki efek analgetik dan anti
inflamasi ?; (2) Seberapa besar efek analgetik dan efek anti inflamasi yang
ditimbulkan beta karoten ?
Bab II. Metode Penelitian
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Variabel utama yaitu dosis beta karoten.
Variabel tergantung yaitu efek analgetik dan anti inflamasi beta karoten.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) beta karoten
(Sigma Chemical Co.); (2) Parasetamol (Brataco Chemika); (3) Asam asetat
sebagai zat penginduksi nyeri; (4) Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.); (5)
Natrium Diklofenak (Wenzhou Pharmaceutical Factory); (6) Mencit putih betina
(untuk penelitian efek analgetik) dan mencit putih jantan (untuk penelitian efek
anti inflamasi) galur Swiss (umur 2-3 bulan, bobot 20-30 gram) diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Universitas Sanata Dharma.
C. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Neraca analitik
(Metler Toledo); (2) Spuit injeksi suplantar dan peroral 1ml (Terumo); (3)
Stopwatch (Olympic); (4) Alat-alat gelas (Pyrek Iwaki Glass); (5) Mortir dan
stamper; (6) Gunting bedah.
D. Tata Cara Penelitian
1. Penelitian Efek Analgetik
a. Uji Pendahuluan
30
1. Penentuan dosis asam asetat
2. Penetapan rentang waktu pemberian rangsang
3. Penetapan dosis parasetamol
4. Penetapan kontrol negatif
b. Uji Efek Analgetik
Tiga puluh enam mencit dibagi menjadi 6 kelompok secara acak, dan
dipuasakan selama 18 jam. Kelompok I diberi minyak kelapa , kelompok II
diberi suspensi parasetamol dosis 50 mg/KgBB, Kelompok III-VI berturut-
turut diberi beta karoten dosis 0,6523; 0,9225; 1,3046; 1,8450 mg/KgBB.
Kemudian seluruh kelompok pada menit ke-10 setelah pemberian
praperlakuan diberi rangsang kimia asam asetat dosis 50 mg/KgBB secara
intraperitoneal kemudian respon geliat diamati dengan selang waktu 5 menit
selama 1 jam.
c. Perhitungan % Proteksi Geliat (Efek Analgetik)
Besarnya penghambatan jumlah geliat dihitung dengan persamaan
Handerson dan Forsaith yaitu :
% proteksi geliat = 100 – [(P/K) x 100]
Keterangan :
P= jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan
K= jumlah kumulatif geliat hewan uji kontrol
d. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan
dengan ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antar kelompok
bermakna (p<0,05) atau tidak bermakna (p>0,05).
2. Penelitian Efek Anti Inflamasi
a. Uji Pendahuluan
1. Orientasi rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin
1% suplantar
2. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak
31
3. Orientasi waktu pemberian dosis efektif natrium diklofenak
4. Orientasi waktu pemberian beta karoten
b. Uji Efek Anti Inflamasi
Empat puluh ekor mencit dibagi menjadi 8kelompok secara acak,
dan dipuasakan selama 18 jam. Kelompok I merupakan kelompok kontrol
negatif karagenin 1%. Kelompok II adalah kontrol negatif aquades.
Kelompok III adalah kelompok kontrol negatif pelarut dalam hal ini
adalah minyak kelapa. Kelompok IV adalah kelompok kontrol positif
natrium diklofenak dengan dosis sesuai orientasi dan setelah itu diinjeksi
0,05 ml suspensi karagenin 1%. Kelompok V-VIII sebagai kelompok
perlakuan dengan pemberian larutan beta karoten peroral dosis 0,6523;
0,9225; 1,3046; 1,8450 mg/KgBB. Kemudian diinjeksi 0,05 ml suspensi
karagenin 1% dan dikurbankan kedua kaki belakang dipotong pada sendi
torsocrural kemudian ditimbang.
c. Perhitungan % Efek Anti Inflamasi
Metode Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi digunakan untuk
mengetahui efek anti inflamasi, yang dihitung dalam persen (%) efek anti
inflamasi dengan rumus sebagai berikut :
% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ − %100x
UDU
Keterangan : U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-
rata berat kaki normal (kaki kanan) D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi
rata-rata berat kaki normal (kaki kanan) d. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan
dengan ANAVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antar kelompok
bermakna (p<0,05) atau tidak bermakna (p>0,05).
32
Bab III. Hasil dan Pembahasan
A. Penelitian Efek Analgetik
1. Penelitian pendahuluan
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapatkan data
sebagai berikut : (1) dosis asam asetat sebagai rangsang nyeri yaitu 50
mg.kgBB; (2) selang waktu pemberian asam asetat yaitu 10 menit
setelah pemberian beta karoten secara oral; (3) dosis parasetamol yang
digunakan adalah sebesar 91 mg/kgBB; (4) kontrol negatif yang
digunakan yaitu minyak kelapa.
2. Penelitian efek analgetik
Setelah semua data orientasi diperoleh, maka penelitian
dilanjutkan dengan pengujian menggunakan beta karoten. Data persen
penghambatan terhadap nyeri dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Data persen proteksi geliat pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan perlakuan (Esvandiary, 2006)
Kelompok Persen proteksi geliat (X± SE)
Minyak kelapa -0,28 ± 1,10 Parasetamol 91 mg/kgBB 80,39 ± 0,28
Beta karoten dosis 0,6523 mg/kgBB 41,04 ± 1,16 Beta karoten dosis 0,9225 mg/kgBB 78,01 ± 0,51 Beta karoten dosis 1,3046 mg/kgBB 66,11 ± 1,58 Beta karoten dosis 1,8450 mg/kgBB 59,95 ± 1,45
Data dari tabel I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
persen proteksi geliat pada dosis 0,6523 mg/KgBB ke dosis 0,9225
mg/KgBB, kemudian menurun pada dosis 1,3046 mg/KgBB dan
1,8450 mg/KgBB. Hal ini menunjukkan bahwa beta karoten dosis
0,9225 mg/KgBB memiliki efek analgetik paling besar dibandingkan
dengan kelompok dosis lainnya. Berdasarkan ketentuan bahwa adanya
aktivitas analgetika dinyatakan oleh lebih sedikit terjadi jumlah geliat
mencit sebesar ≥ 50% dari kelompok kontrol (Anonim, 1991), maka
kelompok yang memenuhi persyaratan tersebut adalah kelompok dosis
33
0,9225; 1,3046; dan 1,8450 mg/kgBB yang menghasilkan persen
proteksi geliat dibandingkan dengan kontrol negatif berturut-turut
sebesar 78,01%; 66,11%; 59,95%.
A. Penelitian Efek Anti Inflamasi
1. Penelitian pendahuluan
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapatkan data
sebagai berikut : (1) rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% suplantar adalah 4 jam; (2) dosis efektif natrium
diklofenak sebagai kontrol positif adalah 4,48 mg/KgBB; (3)
penentuan waktu pemberian natrium diklofenak adalah 15 menit
sebelum injeksi karagenin 1% suplantar; (4) penentuan waktu
pemberian beta karoten adalah 60 menit sebelum injeksi karagenin 1%
suplantar.
2. Penelitian efek anti inflamasi
Setelah semua data orientasi diperoleh, maka penelitian
dilanjutkan dengan pengujian menggunakan beta karoten. Data persen
efek anti inflamasi dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Data persen efek anti inflamasi pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan perlakuan (Utami, 2006)
Kelompok %EA± SE
Karagenin 1% dosis 25 mg/KgBB 0 Aquades 17,19±1,19
Minyak kelapa 17,88±2,08 Natrium diklofenak 4,48 mg/KgBB 61,64±0,81
Beta karoten dosis 0,6523 mg/KgBB 20,43±0,38 Beta karoten dosis 0,9225 mg/KgBB 58,82±2,48 Beta karoten dosis 1,3046 mg/KgBB 42,97±1,23 Beta karoten dosis 1,8450 mg/KgBB 47,16±1,28
Berdasarkan uji Scheffe yang dilakuakn pada semua
kelompok diketahui bahwa kelompok kontrol negatif minyak kelapa
berbeda tidak bermakna dengan kelompok perlakuan beta karoten
dosis 0,6523 mg/KgBB sehingga sehingga dapat diasumsikan bahwa
minyak kelapa yang digunakan sebagai pelarut juga dapat memberikan
34
efek anti inflamasi diduga karena kandungan antioksidan alami dalam
minyak kelapa. Dari hasil ini maka nilai % efek anti inflamasi dari
senyawa beta karoten murni diperoleh dengan cara mengurangi % efek
anti inflamasi beta karoten yang diperoleh dengan % efek anti
inflamasi dari minyak kelapa (Tabel III).
Tabel III. Data % efek anti inflamasi beta karoten setelah dikurangi kontrol negatif minyak kelapa
Dosis beta karoten
(mg/KgBB)
% efek anti inflamasi
beta karoten (a)
% efek anti inflamasi minyak
kelapa (b)
% efek anti inflamasi beta karoten murni
(a)-(b) 0,6523 20,43 3,24 0,9225 58,82 40,94 1,3046 42,97 25,08 1,845 47,16
17,88
29,28
Data dari tabel III menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
persen efek anti inflamasi pada dosis 0,6523 mg/KgBB ke dosis
0,9225 mg/KgBB, kemudian menurun pada dosis 1,3046 mg/KgBB
dan 1,8450 mg/KgBB. Berdasarkan hasil uji Scheffe diketahui bahwa
dosis 1,3046 mg/kgBB dan 1,8450 mg/KgBB memiliki % efek anti
inflamasi yang tidak berbeda sehingga walaupun % efek anti inflamasi
dosis 1,845 mg/KgBB lebih besar dari dosis 1,3046 mg/KgBB
perbedaannya ini tidak bermakna Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa beta karoten dosis 0,9225 mg/kgBB memiliki efek anti
inflamasi paling besar dibandingkan dengan kelompok dosis lainnya.
Berdasarkan kedua penelitian diatas trend efek analgetik dan
anti inflamasi menunjukkan pola yang sama yaitu dari dosis 0,6523
mg/KgBB ke 0,9225 mg/KgBB efeknya naik kemudian pada dosis
1,3046 mg/KgBB ke 1,845 mg/KgBB efeknya cenderung menurun.
Efek analgetik dan anti inflamasi beta karoten berhubungan dengan
aktivitasnya sebagai antioksidan. Beta karoten mampu menangkap
oksigen reaktif dan radikal peroksil (Paiva dan Russel, 1999) lalu
menetralkannya, menghambat oksidasi asam arakhidonat menjadi
35
endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase (Lieber
dan Leo, 1999). Apabila oksidasi asam arakhidonat dapat dihambat
maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang dapat menyebabkan nyeri
dan inflamasi. Penurunan aktivitas enzim lipoksigenase menyebabkan
tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit yang
memacu terjadinya peradangan (Lieber dan Leo, 1999).
Adanya hambatan pada oksidasi asam arakhidonat dan
penetralan oksigen reaktif menyebabkan beta karoten berefek analgetik
dan anti inflamasi, selain itu beta karoten juga dapat menghambat
terbentuknya leukotrien sehingga proses inflamasi dapat dihambat.
Menurunnya efek analgetik dan anti inflamasi pada dosis 1,3046
mg/KgBB dan 1,845 mg/KgBB diasumsikan karena beta karoten
berperan sebagai prooksidan sehingga tingkat keparahan nyeri dan
inflamasinya bertambah, efeknya menurun.
Penelitian ini kemudian dibandingkan dengan penelitian
terdahulu tentang daya analgetik (Putra, 2003) dan daya anti inflamasi
(Widarsih, 2003) perasan umbi wortel pada mencit. Pada tabel IV
dapat dilihat perbandingan persen proteksi geliat (Putra, 2003) dan
persen daya anti inflamasi (Widarsih, 2003) perasan umbi wortel
dengan persen proteksi geliat dan persen efek anti inflamasi beta
karoten.
Tabel IV menunjukkan bahwa pada dosis 5 ml/KgBB perasan
umbi wortel yang setara dengan 0,41 mg/KgBB beta karoten
memberikan efek analgetik dan anti inflamasi yang paling optimal,
sedangkan pada penelitian ini beta karoten baru memberikan efek yang
optimal pada dosis 0,9225 mg/KgBB. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam persan umbi wortel tidak hanya beta karoten yang
bertanggungjawab dalam memberikan efek analgetik dan anti inflmasi.
Kemungkinan antioksidan lain yang terkandung dalam perasan umbi
wortel seperti vitamin C dan E juga dapat memberikan efek analgetik
dan anti inflamasi.
36
Tabel IV. perbandingan persen proteksi geliat (Putra, 2003) dan persen daya anti inflamasi (Widarsih, 2003) perasan umbi wortel
dengan persen proteksi geliat dan persen efek anti inflamasi beta karoten
Dosis perasan umbi
wortel (ml/KgBB)
% proteksi geliat
perasan umbi wortel
% Daya anti inflamasi perasan
umbi wortel
Dosis beta karoten
(mg/KgBB)
% proteksi geliat beta
karoten
% Efek anti
inflamasi beta
karoten 1,25 29,72 15,28 0,6523 41,04 3,24 2,5 43,68 31,19 0,9225 78,01 40,94 5 67,36 51,50 1,3046 66,11 25,08
10 60,74 45,68 1,845 59,95 29,28 20 31,18 37,80
Bab IV. Kesimpulan
1. Beta karoten dosis 0,6523- 1,845 mg/KgBB terbukti mempunyai efek
analgetik dan anti inflamasi.
2. Efek analgetik yang ditunjukkan beta karoten dosis 0,6523; 0,9225; 1,3046
dan1,845 mg/KgBB berturut-turut sebesar 41,04%; 78,01%; 66,11% dan
59,95%.
3. Efek anti inflamasi yang ditunjukkan beta karoten dosis 0,6523; 0,9225;
1,3046 dan1,845 mg/KgBB berturut-turut sebesar 3,24%; 40,94%; 25,08%
dan 29,28%.
4. Dosis beta karoten yang memiliki efek analgetik dan anti inflamasi
terbesar yaitu dosis 0,9225 mg/KgBB.
Daftar Pustaka
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Klinik, 3, Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Phytomedika, Jakarta
DiGregorio, G. J., and DiPalma, J. R., 1990, Basic Pharmacology In Medicine, Mc Graw Hill Book Co, Singapore
Katzung, B. G., 2001, Basic and Clinical Pharmacology, Eight edition, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Farmakologi Dasar dan Klinik, 484-485, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Kumalaningsih, S., 2006, Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan, dan Pengolahan, 53-55, 58, Penerbit Trubus Agrisarana, Surabaya
37
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods to Evaluation of Analgesic/Anti Inflammatory Activity, J. Pharm. Sci., 61(1), 75-77
Lieber, C.S., and Leo, M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β Carotene: Adverse Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, Am. J. Clin. Nut., 69 (6), 1071-1085
Maryanto, 1997, Daya Anti Inflamasi Infus Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata pers) Pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mutschler, E, 1986, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M. B, dan Ranti, A. S, Dinamika Obat, Edisi V, 177-178, Penerbit ITB, Bandung
Null, G., 2001, Beta Carotene, New England Journal Medicine, www.Garynull.com/ document/ beta carotene/ htm diakses pada tanggal 26 November 2005
Paiva, S.A.R., and Russel, R.M., 1999, β-Carotene and Other Carotenoids as Antioxidants, Journal of the American College of Nutrition, 18 (5), 426-433
Patrick, L.N.D.,2000, Beta Carotene: The controversy continues, Altern. Med.Rev., 5(6)
Price, C.A., and Wilson, L.M.,1995, Pathophisiology, Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, edisi IV, 426, C.V. EGC, Jakarta
Putra, A. D. K, 2003. Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th Edition, p 231-237, 244-250, Bath press, USA
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Ozta, N., and Suleyman, B., 2004, Anti-Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J. Pharmacol., 56, 775-780
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan ke-5, 295-298, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Turner, R. A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100-117, Academic Press, New York
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation: Pharmalogical Assays, 2nd Edition, Springer, New York
Widarsih, V. S. R., 2003, Daya Antiinflamasi Perasan Umbi Wortel (Daucus carota, L.) Pada Mencit Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Williamson, E. M., Okpako, D. T., dan Evans, F.J, 1996, Selection, Preparation, and Pharmacologycaly Evaluation of Plant Material, Volume I, 131-137, John Willey and Sons, New York
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai dalam Ganiswara, S. O., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
38
Wijoyo, Y., 2001, Antaraksi Sari Wortel (Daucus carrota, L.) dengan Parasetamol: Kajian terhadap Kehepatotoksikan dan Kinerja Toksikokinetika Parasetamol pada Tikus Jantan, Tesis, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Youngson, R., 2005, Antioksidan, Manfaat Vitamin C Dan E Bagi Kesehatan, Arcan, Jakarta
39