anorganik
DESCRIPTION
bidang ikatankimiaTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGTeori ikatan valensi dan teori medan kristal telah banyak menjelaskan
senyawa kompleks, tetapi di anggap belum mampu menjelaskan secara tuntas tentang
berbagai fakta dalam senyawa kompleks. Sebgai contoh, teori medan kristal dapat
menjelaskan sejumlah besar fakta tentang senyawa kompleks, yang beranggapan
bahwa interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan hanya merupakan interaksi
elektrostatik. Anggapan ini tidak tepat dan dianggap kelemahan teori medan kristal
karena di temukan senyawa-senyawa seperti [Ni(CO)4], [Fe(CO)5] dan [Cr(CO)6]
yang bersifat stabil dengan atom pusat maupun ligannya tidak bermuatan, sehingga
tidak mungkin senyawa-senyawa tersebut terbentuk karena interaksi elektrostatik
murni. Selain itu medan yang di timbulkan oleh ligan-ligan netral seharusnya lebih
lemah dibandingkan medan yang di timbulkan oleh ligan yang bermuatan negatif,
misalnya pada kompleks [Co(H2O)6]3+ dan kompleks [CoF6]3-. Kenyataannya kekuatan
medan kristal [Co(H2O)6]3+ lebih besar di bandingkan kekuatan medan kristal [CoF6]3-.
Hasil eksperimen dengan metode resonansi spin elektron menunjukan adanya
pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom pusat dengan ligan. Hal ini
menunjukan bahwa pada pembentukan senyawa kompleks di samping terjadi interaksi
elektrostatik atau interaksi ionik, juga terjadi interaksi kovalen. Untuk
menyempurnakan konsep teori medan kristal, teori tersebut di modifikasi dengan
menganggap bahwa pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi
elektrostatik dan interaksi kovalen yangt disebut teori medan ligan (Ligan Field
Theory). Pada teori medan ligan, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital
dari ligan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul, sehingga teori ini di
sebut teori orbital molekul (Molecular Orbital Theory)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang
hendak dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut..
1. Bagaiman pengertian teori orbital molekul pada senyawa kompleks?
2. Bagaimana pembentukan orbital sigma pada senyawa kompleks?
3. Bagaimana pembentukan orbital phi pada senyawa kompleks?
1
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui Pengertian Teori Orbital molekul pada senyawa kompleks.
2. Dapat mengetahui pembentukan orbital sigma pada senyawa kompleks.
3. Dapat mengetahui pembentukan orbital phi pada senyawa kompleks.
D. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah
(browsing) internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan
berbagai sumber data dari internet dan buku referensi yang relevan,lalu
menganalisanya, membandingkan dengan sumber data lainnya (mencari titik temu
dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya menginterpretasikan data
tersebut dalam bentuk makalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory)
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen. Teori orbirtal molekul menyatakan bahwa pembentukan senyawa kompleks terjadi
interaksi antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan membentuk
orbital-orbital molekul. Orbital-orbirtal molekul senyawa kompleks dianggap merupakan
hasil kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan yang perbedaan
tingkat energinya besar dapat diabaikan, sehingga dalam menggambarkan orbital molekul
senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital elektron valensinya. Teori orbital
molekul dapat menjelaskan fakta-fakta tentang sifat magnetik dan warna senyawa kompleks.
Penjelasannya dapat di anggap paralel dengan penjelasan yang di berikan berdasarkan teori
medan kristal.
Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital
bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti ikatan).
B. PEMBENTUKAN ORBITAL σ
Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.
3
orbital σ* (orbital molekul antibonding)
orbital σ (orbital molekul bonding)
HH
H2
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian
bergabung membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital,
orbital σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital
antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu
atom H mengisi orbital molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H
yang lain juga mengisi orbital σ tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang
diisi oleh elektron dari kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut
menjadi molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-
elektronnya berada pada orbital molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah
dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-orbital
atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk 2 macam
orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi orbital bonding
σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital antibonding σ*. Karena baik
orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan
saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.
4
orbital σ* (orbital molekul antibonding)
orbital σ (orbital molekul bonding)
He He
He2
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul
diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan orbital
molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang heterogen, atom
yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah.
Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan
merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.
Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang terbentuk dengan
orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah) merupakan ukuran sifat kovalen
ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam
diagram berikut :
Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara orbital
atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat ionik ikatan
yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ dengan orbital atom B,
dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.
PEMBENTUKAN ORBITAL MOLEKUL σ DALAM SENYAWA KOMPLEKS
Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
5
1s
1s
A
B
AB
orbital σ
orbital σ*
a
b
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki simetri
yang sama.
Untuk logam transisi pertama, orbital yang dapat membentuk orbital molekul
adalah orbital-orbital eg (dx2-y
2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz. Orbital-orbital t2g (dxy, dxz
dan dyz) dari logam tidak dapat membentuk orbital σ karena orientasi arahnya yang
berada di antara sumbu x, y dan z. Oleh karena itu ketiga orbital tersebut disebut sebagai
orbital nonbonding. Meskipun tidak dapat membentuk oribtal σ, orbital-orbital t2g
tersebut dapat membentuk orbital molekul π dengan orbital atom dari ligan yang tidak
searah dengan orbital atom logam.
Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika posisinya
segaris dengan logam, atau berada tepat pada sumbu/garis penghubung ion pusat dan
ligan. Adapun orbital atom dari ligan yang dapat bergabung dengan orbital atom dari
logam adalah orbital s atau orbital hasil hibridisasi antara orbital s dan p.Karena jauh
lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka diagram pembentukan orbital
molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit dibandingkan diagram pembentukan
orbital molekul untuk molekul diatomik sederhana. Umumnya orbital atom dari ligan
tingkat energinya lebih rendah dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga
karakteristik dari orbital molekul yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital
atom ligan dibandingkan orbital atom logam. Berikut ini contoh diagram pembentukan
orbital molekul untuk kompleks [Co(NH3)6]3+
6
σs
Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y
2, dan 3dz2 dari
logam Co bergabung dengan keenam orbital px dari atom ligan NH3 membentuk orbital
molekul. Orbital molekul σ yang terbentuk masing-masing diisi dengan sepasang elektron
dari ligan NH3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari Co3+ tidak bergabung membentuk orbital
molekul, ketiga orbital tersebut merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks
ini. Selisih antara tingkat energi nonbonding dengan orbital σ* (orbital antibonding)
merupakan harga Δ0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM, splitting/pemecahan tingkat energi
yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin besar kovalensi,makin besarpula harga
Δ0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut, harga Δ0 cukup besar, sehingga semua elektron
lebih memilih untuk mengisi orbital nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin.
Karena semua elektron dalam kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa
kompleks tersebut bersifat diamagnetik.
Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital nonbonding dengan
orbital antibonding /orbital σ* yang terbentuk relatif cukup kecil, sehingga elektron dapat
7
3d
x2-y2 z2 xy xz yz
4s
4p
orbital non bonding
σp
σd
σ*s
σ*p
σ*d
6 orbital px dari 6 ligan NH3,masing-masing berisi 2 elektron
∆0
3d
x2-y2 z2 xy xz yz
4s
4p
orbital non bonding
σs
σp
σd
σ*s
σ*p
σ*d
6 orbital px dari 6 ligan F-, masing-masing berisi 2 elektron
∆0
mengisi orbital σ* terlebih dahulu. Kompleks ini merupakan kompleks high spin. Diagram
pembentukan orbital molekul pada kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :
Orbital-orbital 3dx2-y
2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung dengan 6 buah
orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat tersebut. Orbital-orbital t2g dari
logam membentuk orbital nonbonding atau non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital
nonbonding ini dengan orbital antibonding σ* yang terbentuk dinotasikan dengan Δ0. Pada
kompleks [CoF6]3-, karena harga Δ0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital
nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan mengisi orbital σ* terlebih dahulu.
Akibatnya setiap orbital σ* yang merupakan orbital antibonding masing-masing terisi satu
buah elektron. Terisinya orbital antibonding ini mengakibatkan ikatan antara logam Co
dengan ligan NH3 tersebut menjadi lebih lemah. Karena dalam kompleks terdapat sejumlah
elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks [CoF6]3-
merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.
8
C. PEMBENTUKAN ORBITAL π
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital
atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy,
dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan
orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar (i)
Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital py
dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan tersebut
dapat menghasilkan orbital molekul π.
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π
juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital pz dari logam dengan orbital pz dari
ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
9
(j)
Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.
Jika pada pembentukan ikatan σ ligan berperan sebagai Basa Lewis yang
menyumbangkan pasangan elektron, maka dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat
bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh
logam.
Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga
meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π juga
dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia.
Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π
yang dimiliki oleh ligan tersebut.
(a) Ligan akseptor π
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital π kosong yang dapat
bertumpang tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi
semacam ini seringkali disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding).
Tingkat energi dari orbital π yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi
dibandingkan tingkat energi dari logam, sehingga dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-
ligan semacam ini merupakan ligan medan kuat dan pada Deret Spektrokimia berada
di sebelah kanan.
10
(b) Ligan Donor π
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t2g dari logam, menghasilkan ikatan π. Rapatan
elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π ini. Selain dari
ikatan π yang terbentuk tadi, transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi melalui
ikatan σ. Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan
bilangan oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut ”kekurangan elektron”.
Orbital π dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan
orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui cara ini akan
memperkecil harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak di sebelah kiri dari
Deret Spektrokimia.
11
Bab III
KESIMPULAN
Dari uraian materi di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun
interaksi kovalen.
Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki
simetri yang sama.
orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan
orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π
yang dimiliki oleh ligan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sarfudin, Kasimir. 2012. Kimia Anorganik Fisik. Prodi Kimia FKIP Undana Kupang
13