anjrut

7
PENDAHULUAN Sebagian besar wilayah indonesia dengan kondisi topografi sebahagian besar adalah perbukitan. Kondisi topografi demikian akan menimbulkan permasalahan dihidang perhubungan darat yang banyak melewati lereng-lereng bukit terjal sehingga membutuhkan waktu perjalanan yang relatif lama untuk sampai pada tujuan. Sangat banyak jalur di Indonesia yang sering dilewati oleh kendaraan antar kota dan antar propinsi yang membawa berbagai macam barang dan jasa yang sangat membutuhkan waktu perjalanan yang relatif singkat. Seperti diketahui jalur ini dibuat dengan jalan memotong lereng- lereng bukit yang tidak stabil sehingga akan beresiko tinggi terjadinya kelongsoran. Apabila terjadi kelongsoran, maka aktivitas transportasi pada jalur tersebut akan terganggu beberapa lama sampai jalur tersebut selesai diperbaiki. Tentunya hal ini akan menimbulkan permasalahan dihidang perekonomian

Upload: pakalima-manik

Post on 28-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anjrut

TRANSCRIPT

Page 1: anjrut

PENDAHULUAN

Sebagian besar wilayah

indonesia dengan kondisi topografi

sebahagian besar adalah perbukitan.

Kondisi topografi demikian akan

menimbulkan permasalahan dihidang

perhubungan darat yang banyak

melewati lereng-lereng bukit terjal

sehingga membutuhkan waktu

perjalanan yang relatif lama untuk

sampai pada tujuan.

Sangat banyak jalur di

Indonesia yang sering dilewati oleh

kendaraan antar kota dan antar

propinsi yang membawa berbagai

macam barang dan jasa yang sangat

membutuhkan waktu perjalanan yang

relatif singkat. Seperti diketahui jalur

ini dibuat dengan jalan memotong

lereng-lereng bukit yang tidak stabil

sehingga akan beresiko tinggi

terjadinya kelongsoran. Apabila terjadi

kelongsoran, maka aktivitas

transportasi pada jalur tersebut akan

terganggu beberapa lama sampai jalur

tersebut selesai diperbaiki. Tentunya

hal ini akan menimbulkan

permasalahan dihidang perekonomian

masyarakat. Untuk mengatasi hal

tersebut, diperlukan suatu jalur

alternatif yang menghubungkan kedua

daerah dengan membuat terowongan.

Terowongan merupakan salah

satu alternatif prasarana perhubungan

masa depan yang memungkinkan

untuk mempersingkat waktu

perjalanan. Selain itu pembuatan

terowongan untuk lalu lintas harus

dilaksanakan dengan alasan-alasan

tertentu misalnya tidak tersedianya

lahan yang cukup untuk lalu lintas

perhubungan serta untuk menembus

rintangan akibat aktivitas manusia

misalnya permukiman yang padat

huni, kota, industri, tempat-tempat

keramaian atau adanya pegunungan

Page 2: anjrut

terjal yang sulit untuk dibuat jalur

transportasi di permukaan tanah.

PENDEKATAN DAN

PEMECAHAN MASALAH

Metode Rancangan Terowongan

Menurut Hoek dan Brown

(1980) kebanyakan terowongan

sekarang dibangun berdasarkan

beberapa metode sistem klasifikasi,

yang terdiri dari metode empiris,

metode analitik dan metode observasi.

Dalam penelitian ini metode yang

digunakan adalah metode empiris.

Metode empiris

Metode ini merupakan metode

yang banyak digunakan pada saat

sekarang. Metode ini dirumuskan

pertama kali oleh Terzaghi (seorang

geolog teknik terkemuka dan perintis

ilmu mekanika tanah dari Amerika

Serikat) yang kemudian dikenal

dengan sistem klasifikasi beban batuan

Terzaghi (1946). Pengalaman

membuktikan bahwa pada metode

Tarzaghi ditemukan kelemahan dan

kemudian dimodifikasi oleh Deere

(1970). Sistem yang baru ini

memperkenalkan teknologi penyangga

batuan yang baru, yaitu rock bolt dan

shotcrete yang digunakan untuk

keperluan berbagai proyek seperti

terowongan, tambang, lereng dan

fondasi. Sekarang ini ada beberapa

sistem klasifikasi batuan seperti yang

terlihat pada Tabel 1.

Sistem klasifikasi beban batuan

Terzaghi (1946) merupakan klasifikasi

pertama diperkenalkan di Amerika

Serikat dengan penyangga terowongan

besi baja (steel support). Klasifikasi

Laufer (1958) memper-kenalkan

konsep Stand-up Time dimana dapat

ditentukan tipe dan jumlah penyangga

di dalam terowongan secara lebih

relevan.

Klasifikasi Deere, et. al (1968) memperkenalkan indeks Rock Quality

Page 3: anjrut

Designation (RQD) yang merupakan suatu metode sederhana dan praktis untuk mendeskripsikan kualitas inti batuan dari lubang bor. Konsep Rock Structure Rating (RSR) dikembangkan oleh Wickham, et. al (1972) di Amerika Serikat yang merupakan sistem pertama yang memberikan gambaran rating klasifikasi untuk memberikan bobot yang relatif penting

dari parameter klasifikasi. Klasifikasi Bieniawski (1974) dengan Geomechanics Gasification (RMR system) dan Q-system oleh Barton, et. al (1974) dikembangkan secara terpisah dan keduanya menyediakan data kuantitatif untuk memilih penguatan terowongan yang modern seperti rock bolt dan shotcrete.

Page 4: anjrut

Tabel 1. Klasifikasi massa batuan yang banyak digunakan

Naina klasifikasi Penyusun dan tahun

Negara asal Aplikasi

Rock Load Terzaghi, 1946 USA Tunnels with steel support

Stand-up Time Laufer, 1958 Austria Tunneling NATM Pacheretal, 1964 Austria Tunneling Rock Quality Designation

Deere etat, 1967 USA Core logging, Tunneling

RSR Concept Wickham et al., 1973

USA Tunneling

RMR System (Geomechanics Classification)

Bieniawski, 1973 (last modified, 1979-USA)

South Africa Tunnel, mines, slope, foundations

RMR System Extension

Weaver, 1975 Laubscher, 1977 Oliver, 1979 Ghose&Raju, 1981 Moreno Tallon, 1982 Kendoski et al., 1983 Nakaoetal., 1983 Serafini & Pereira, 1983 Gonzales de Vallejo, 1983 Unal, 1983 Romana, 1985 Newman, 1985 Sandbak, 1985 Smith, 1986 Venkateswarlu, 1986 Robertson, 1988

South Africa South Africa South Africa India Spain USA Japan Portugal Spain USA Spain USA USA USA India Canada

Rippability Mining Weatherability Coal Mining Tunneling Hard rock mining Tunneling Foundation Tunneling Roof bolting in coal mines Slope stability Coal mining Boreability Dredgeability Coal mining Slope stability

Q-System Barton etat, 1974 Norwey Tunnels, chambers Q-System Extension

Kirsten, 1982 Kirsten, 1983

South Africa South Africa

Excavatability Tunneling

Strength-size Franklin, 1975 Canada Tunneling Basic Geotechnical Description

International Society for Rock Mechanics (ISRM), 1981

General communication

Unified Clasification

Williamson, 1984 USA General communication

Sumber : Hoek and Brown, 1980

Page 5: anjrut