anj kris

5
Manifestasi klinis Gejala dan tanda juvenile angiofibroma nasofaring terkait dengan perluasan tumor ke rongga hidung, orbita dan basis kranii. Gejala yang khas adalah obstruksi hidung unilateral yang progresif (80-90 %) dengan rhinorrhea dan epistaksis unilateral berulang (45-60 %). Gejala yang lain adalah sakit kepala (25 %), nyeri wajah, otitis media unilateral, rinosinusitis kronis, proptosis dan gangguan penglihatan. Sakit kepala dan nyeri wajah dapat timbul sebagai akibat sumbatan sinus paranasal. Otitis media unilateral disebabkan gangguan pada tuba eustachius. Perluasan tumor ke dalam rongga sinonasal dapat menyebabkan rinosinusitis kronis. Proptosis dan gangguan penglihatan mengindikasikan keterlibatan orbita. Pembengkakan pipi, defisit neurologis, gangguan penciuman dan otalgia juga dapat terjadi. ( nikolai 2012, Tewfik 2013) Diagnosis banding Polip angiomatosa Polip angiomatosa adalah polip inflamatorik hidung yang mempunyai komponen vaskuler dan fibrosa. Secara histologi

Upload: danys-aulia-fahcrulita

Post on 07-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfhg

TRANSCRIPT

Manifestasi klinisGejala dan tanda juvenile angiofibroma nasofaring terkait dengan perluasan tumor ke rongga hidung, orbita dan basis kranii. Gejala yang khas adalah obstruksi hidung unilateral yang progresif (80-90 %) dengan rhinorrhea dan epistaksis unilateral berulang (45-60 %). Gejala yang lain adalah sakit kepala (25 %), nyeri wajah, otitis media unilateral, rinosinusitis kronis, proptosis dan gangguan penglihatan. Sakit kepala dan nyeri wajah dapat timbul sebagai akibat sumbatan sinus paranasal. Otitis media unilateral disebabkan gangguan pada tuba eustachius. Perluasan tumor ke dalam rongga sinonasal dapat menyebabkan rinosinusitis kronis. Proptosis dan gangguan penglihatan mengindikasikan keterlibatan orbita. Pembengkakan pipi, defisit neurologis, gangguan penciuman dan otalgia juga dapat terjadi. ( nikolai 2012, Tewfik 2013)Diagnosis banding Polip angiomatosa Polip angiomatosa adalah polip inflamatorik hidung yang mempunyai komponen vaskuler dan fibrosa. Secara histologi merupaka tumor jinak dan mirip dengan angiofibroma nasofaring. Polip tidak mempunyai predileksi jenis kelamin. Kemungkinan adanya polip angiomatosa harus selalu dipikirkan sebelum mempertimbangkan diagnosa angofibroma, pada pasien dewasa dan perempuan. Gejala yang paling sering muncul adalah hidung tersumbat dan sering mimisan. Pembesaran lesi secara perlahan dapat menyebabkan erosi tulang, pendesakan struktur tulang di dekatnya, pipi bengkak dan eksofthalmus. (Verma , 2011, kumar 2012)Polip angiomatosa terletak terutama di fossa nasalis dan bukan di nasofaring, tidak meluas ke fossa pterigopalatina, sinus sphenoidalis, maupun ke intra kranial. Pada angiografi polip angiomatosa mempunyai tampilan hipovaskuler atau avaskuler. Pada CT scan polip tidak menyangat atau hanya menyangat minimal. Polip dapat dieksisi dengan mudah dan jarang terjadi kekambuhan. Angiografi dan embolisasi tidak diperlukan pada polip. . (Verma ,2011, Kumar 2012, Som, 2011) Karsinoma Nasofaring Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang berasal dari lapisan epitel mukosa nasofaring, dan merupakan tumor paling umum yang mengenai nasofaring. Karsinoma nasofaring biasanya muncul dari fossa Rosenmuller dan dikenal sebagai neoplasma agresif lokal dengan tingginya kejadian metastase ke limfonodi leher. Tumor primer di dalam nasofaring dapat meluas ke palatum, rongga hidung, orofaring dan basis kranii. ( Chan, 2012)Gejala klinis yang paling sering dirasakan adalah adanya benjolan di leher. Keluhan lain dapat berupa epistaksis, hidung tersumbat, otitis media, telinga berdenging dan tuli. Karsinoma nasofaring merupakan keganasan dengan karakteristik variasi distribusi geografis dan etnis, terutama di Asia Tenggara. Gambaran radiologi karsinoma nasofaring adalah asimetri fossa Rosenmuller, hilangnya lapisan lemak di parapharyngeal space, destruksi tulang dan penebalan preoccipital space. (Abdel, 2012, Chan 2012,)

Daftar pustaka Nicolai P, Schreiber A, Villaret AB. Juvenile Angiofibroma: Evolution of Management. International Journal of Pediatrics. 2012: 1-11. Davis RK. Embolization of Epistaxis and Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. AJR. 1987;148: 209-18 Tewfik TL. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. 2013. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com [updated: Feb 7, 2013]Verma N, Kumar N, Azad R, Sharma N. Angioamtous Polyp : A Condition Difficult to Diagnose. Otorhinolaryngology Clinics: An International Journal. 2011; 3(2): 93-7Kumar B, Pant B, Jeppu S. Infarcted Angiectatic Nasal Polyp with Bone Erosion and Pterygopalatine Fossa Involvement-Simulating Malignancy. Case Report and Literature Review. The Internet Journal of Pathology. 2012;13(2): 1-10 Som PM, Curtin HD. Head and Neck Imaging. Elsevier. 2011Chan M, Bartlett E, Sahgal A, Chan S and Yu E. Imaging of Nasopharyngeal Carcinoma, In: Carcinogenesis, Diagnosis, and Molecular Targeted Treatment for Nasopharyngeal Carcinoma. Shih-Shun Chen (Ed.), 2012. InTech. Diunduh dari http://www.intechopen.com Hoe J. CT of Nasopharyngeal Carcinoma: Significance of Widening of the Preoccipital Soft Tissue on Axial Scans. AJR. 1989; 153:867-72 Abdel Razek AAK, King A. MRI and CT of Nasopharyngeal Carcinoma. AJR. 2012; 198:11-8