angkutan barang sumatera.pdf

Upload: phillip-miller

Post on 04-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    1/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 1

    BABIPENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Dalam manajemen angkutan barang, lokasi terminal (physical distribution location)

    merupakan salah satu faktor penting sehingga perlu dipertimbangkan secara

    sangat hati-hati. Lokasi terminal mempunyai dampak langsung dan tidak

    langsung dalam mendukung efektifitas dan efisiensi angkutan barang padakhususnya dan mendukung kegiatan perekonomian pada umumnya. Dampak

    tersebut dapat dilihat dari aspek finansial, ekonomi, sosial, dan lingkungan.

    Dampak tersebut mempunyai pengaruh dan skala yang berbeda-beda diantara

    stakeholders yang antara lain adalah investor-investor, pembuat kebijakan (policy

    makers), operator terminal, operator angkutan barang, industri, dan masyarakat

    pada umumnya.

    Angkutan barang mempunyai karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan

    angkutan penumpang. Angkutan barang biasanya bergerak lambat dan

    mempunyai dimensi lebih besar sehingga memakan lebih banyak kapasitas jalan

    bila dibandingkan dengan angkutan penumpang. Angkutan barang juga akan

    mengurangi banyak kapasitas jalan bila harus parkir di badan jalan. Karakteristik

    lain dari angkutan barang adalah waktu bongkar muat yang memakan waktu

    relatif besar bila dibandingkan dengan angkutan penumpang. Barang harusdimuat dan diturunkan dengan alat tertentu atau dengan suatu metode tertentu,

    dan tidak bisa naik turun sendiri seperti halnya penumpang. Seringkali barang

    tidak bisa langsung dipindahkan ke moda lain, sehingga harus disimpan pada

    suatu tempat tertentu atau gudang.

    Karena karakteristik yang berbeda tersebut maka terminal angkutan barang

    mutlak diperlukan sebagai salah satu komponen manajemen angkutan barang.

    Terminal angkutan barang mempunyai berbagai fungsi, akan tetapi yang

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    2/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 2

    terpenting adalah sebagai lokasi distribusi dan konsolidasi barang. Oleh karena

    itu, penentuan lokasi terminal angkutan barang harus dikaji dan direncanakan

    dengan cermat dimana pertimbangan utamanya adalah mencari biaya yang

    seminimal mungkin untuk membawa barang dari asal ke tujuan.

    Apabila dilihat dari karakteristik distribusi perjalanan transportasi darat untuk

    barang, maka perlu diperhatikan bahwa dominasi distribusi jarak perjalanan

    adalah pada jarak kurang dari 500 km (atau jarak pendek) dan jarak sedang

    antara 500-1000 km. Pada transportasi jarak dekat akan diperlukan pengaturan

    armada, sistem distribusi dan operasional sedangkan pada jarak sedang perlu

    dipertimbangkan peluang pengembangan transportasi kereta api sebagai

    angkutan barang untuk mengurangi beban jalan.

    Secara langsung transportasi akan mempengaruhi harga jual eceran barang-

    barang produksi dan konsumsi dari kisaran 1,2 25% harga jual tergantung

    dari jenis produk yang diangkut. Sehingga efisiensi distribusi melalui

    transportasi darat akan sangat berpengaruh pada perekonomian dalam arti luas.

    Kondisi angkutan barang saat ini di Indonesia pola penyebarannya masih

    didominasi oleh wilayah-wilayah dengan struktur ekonomi yang kuat,

    khususnya di wilayah Pulau Sumatera. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena

    perkembangan pembangunan di Indonesia memang masih belum merata.

    Berbeda dengan angkutan penumpang, distribusi angkutan barang memiliki

    karakteristik yang khusus sebagai angkutan umum yang tidak memiliki trayek,

    lintasan angkutan barang juga tidak dibatasi oleh wilayah administratif. Belum

    adanya aturan yang pasti tentang prosedur pemberian izin usaha bagi angkutan

    barang juga merupakan salah satu potret ketidakteraturan angkutan barang di

    Indonesia.

    Apabila dilihat dari hubungan supplydan demandjumlah angkutan barang yang

    berlebihan akan menyebabkan beberapa masalah antara lain terjadinya

    kompetisi yang kurang sehat antara sesama operator angkutan barang yang

    pada gilirannya menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Di sisi lain

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    3/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 3

    pembebanan terhadap prasarana jalan dan lalu lintas umum akan memberikan

    dampak pada penurunan kinerja prasarana dan lalu lintas. Begitu juga

    sebaliknya, jumlah angkutan barang yang tidak memadai dengan kebutuhannya

    akan menyebabkan tertundanya barang sampai ke konsumen yang artinya juga

    merugikan masyarakat.

    Hal lain yang dapat kita lihat terhadap angkutan barang ini adalah belum

    adanya simpul terminal ataupun tempat transfer khusus angkutan barang yang

    dapat berperan sebagaimana mestinya, yaitu mengumpulkan dan

    mendistribusikan barang dengan efisien dan efektif.

    Dengan melihat kondisi tersebut di atas, pemerintah perlu menyiapkan pola

    distribusi dan infrastruktur angkutan barang di Pulau Sumatera untuk

    mengakomodasi beban tersebut. Bagaimana barang dapat diangkut dan

    didistribusikan dengan lebih besar (bigger), lebih murah (cheaper) dan lebih cepat

    (faster) merupakan tujuan yang harus diupayakan secara terus menerus. Untuk

    itu sudah pada tempatnya apabila Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah

    Departemen Perhubungan berencana melakukan kajian dan evaluasi terhadapperkembangan distribusi angkutan barang di Pulau Sumatera, dalam sebuah

    studi Perencanaan Teknis Physical Distribusi Angkutan Barang Strategis di

    Pulau Sumatera.

    1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

    Secara umum tujuan studi ini adalah untuk menyusun konsep rencana teknisdistribusi angkutan barang di Pulau Sumatera dengan mempertimbangkan jenis

    angkutan, jenis dan dimensi barang serta umur barang, dengan tujuan khusus

    sebagai berikut :

    a. Mengidentifikasi karakteristik pelayanan angkutan barang di PulauSumatera;

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    4/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 4

    b. Mereview literatur tentang physical distribusi yang berkaitan denganangkutan barang

    c. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi physical distribusi danharga angkutan barang;

    d. Membangun model permintaan angkutan barang dan variabel-variable yangmempengaruhi;

    e. Mengidentifikasi lokasi-lokasi potensial untuk terminal angkutan barangsebagai bagian dari physical distribusi.

    1.3. RUANG LINGKUP

    1.3.1.Lokasi StudiStudi ini akan dilaksanakan di Pulau Sumatera sebagai pulau dengan wilayah-

    wilayah yang mempunyai pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berlangsung

    dengan pesat di Indonesia. Posisi yang strategis karena merupakan jalur lintas

    antar pulau dan jalur perdagangan internasional sehingga mengakibatkan

    meningkatnya kebutuhan terhadap jasa transportasi barang. Di sisi lain, moda

    jalan yang selama ini merupakan moda utama transportasi barang di Pulau

    Sumatera menghadapi permasalahan penurunan kualitas pelayanan, sebagai

    akibat dari pertumbuhan pemilikan kendaraan yang berlangsung lebih cepat

    dibandingkan dengan pembangunan jalan baru. Alasan-alasan tersebut yang

    menjadikan Pulau Sumatera terpilih menjadi lokasi studi.

    1.3.2.Ruang Lingkup PekerjaanRuang lingkup pekerjaan Perencanaan Teknis Phisical Distribusi Angkutan

    Barang Strategis di Pulau Sumatera meliputi kegiatan :

    1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi pola perjalanan, sarana danprasarana angkutan barang di Pulau Sumatera untuk kondisi saat ini,

    termasuk permasalahan dan isu-isu strategis yang ada;

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    5/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 5

    2. Melakukan kajian literatur yang terkait dengan pengembanganangkutan barang di Indonesia dan di luar negeri;

    3. Membangun model untuk mengestimasi perjalanan angkutan barang diPulau Sumatera dan menentukan variabel-variabel yang

    mempengaruhi;

    4. Menentukan kriteria lokasi terminal angkutan barang dan hargaangkutan barang;

    5. Mendorong penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi yangdapat digunakan untuk efisiensi dan efektifitas distribusi angkutan

    barang di Pulau Sumatera;6. Menentukan prioritas kebijakan rencana teknis distribusi angkutan

    barang di Pulau Sumatera, termasuk pengusahaan dan industri

    angkutan barang;

    7. Menentukan lokasi-lokasi Pusat Bangkitan Perjalanan AngkutanBarang, Pola Distribusi serta lokasi-lokasi konsolidasi angkutan

    barang/terminal angkutan barang;

    8. Menetapkan skala proritas kebijakan dan program rencana teknisdistribusi angkutan barang di Pulau Sumatera.

    1.4. KELUARAN STUDI

    Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah :

    1. Karakteristik pelayanan angkutan barang di Sumatera2. Model permintaan angkutan barang di Sumatera;3. Kriteria lokasi terminal barang;4. Variabel yang mempengaruhi harga angkutan barang di Sumatera;5. Rencana kebutuhan simpul angkutan barang;6. Rekomendasi teknis

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    6/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 6

    1.5. TINJAUAN TEORITIS

    1.5.1. Moda Transportasi Barang

    Haefner (1986) menyatakan pengiriman barang dapat dilakukan dengan berjalan

    kaki atau naik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, jenis transportasi

    yang digunakan oleh pelaku perjalanan atau pengirim adalah moda transportasi,

    dimana untuk transportasi antar kota atau regional meliputi alternatif atau pilihan

    berikut :

    1. angkutan jalan raya;2. angkutan rel;3. angkutan perairan daratan;4. angkutan laut;5. angkutan udara;6. angkutan pipa dan conveyor belt.

    1.5.2.Arti dan Fungsi Transportasi Barang

    Menurut Tjakranegara (1995) menyatakan pengangkutan atau pengiriman barang

    merupakan kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of good)

    dari suatu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain (port of destination).

    Pengangkutan atau pengiriman itu menghasilkan jasa angkutan bagi masyarakat

    yang membutuhkan dalam pemindahan atau pengiriman barang-barangnya.

    Jasa produksi yang diperlukan oleh masyarakat dalam memindahkan atau

    mengirimkan barang ke tempat lain untuk memenuhi kepentingan pokok akanmenimbulkan place utilitydan time utility. Place utility berarti menimbulkan nilai

    dari suatu barang tertentu karena dapat dipindahkan dari tempat yang berlebihan

    kurang diperlukan, ke tempat barang yang dibutuhkan karena langka. Dengan

    kata lain, bahwa di daerah tempat barang dihasilkan dalam jumlah yang

    berlebihan nilainya akan turun dibandingkan jika disuatu tempat barang tersebut

    sangat sukar didapatkannya. Dengan dipindahkan atau dikirimkan barang

    tersebut ke daerah lain maka harga kebutuhan dapat disamaratakan. Time utility

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    7/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 7

    berarti menimbulkan nilai barang-barang dapat diangkut dari suatu tempat asal

    ke tempat tertentu barang tersebut sangat dibutuhkan menurut keadaan, waktu

    dan kebutuhan.

    1.5.3.Karakteristik Angkutan Barang

    1.5.3.1. Permintaan Transportasi Barang

    Morlok (1988) mengungkapkan pada pengangkutan barang, muatan biasanya

    diangkut ke suatu tempat supaya muatan tadi tersedia di tempat muatan tadi

    dibutuhkan. Setelah tiba di tempat tujuan barangbarang dikonsumsi atau

    digunakan untuk pembuatan suatu produk. Oleh karena itu pertimbangan tidak

    hanya pada karakteristik sistem transportasi yang menghubungkan dua tempat

    tadi, tetapi juga permintaan akan barang-barang di tempat tujuan serta

    tersedianya barang-barang tersebut di tempat asal. Oleh karena itu gerakan

    muatan itu sebagian bergantung pada permintaan akan barang yang diangkut

    (disamping karakteristik lainnya seperti biaya angkutan, dan lain-lain), maka

    kebutuhan akan angkutan barang itu dapat dianggap sebagai permintaanturunan, yaitu terkaan barang dari tempat asal ke tempat tujuan berdasarkan

    permintaan (demand).

    1.5.3.2. Pola Perjalanan Barang

    Tamin (1997) menyatakan pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh

    aktivitas produk dan konsumsi, yang terutama pada sebaran pola tata guna lahan

    pemukiman (konsumsi), serta industri pertanian (produksi). Selain itu perjalanan

    sangat dipengaruhi pola rantai distribusi yang menghubungkan pusat produksi

    ke daerah konsumsi.

    1.5.4.Lintasan Angkutan Barang

    Ketentuan kebijakan tentang lintasan angkutan barang diatur dalam Undang-

    Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan

    Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    8/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera I - 8

    Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada

    pasal 39 menyebutkan, bahwa :

    (1)Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas danangkutan jalan, dapat ditetapkan jaringan lintas angkutan barang yang

    dapat dilayani dengan kendaraan bermotor tertentu.

    (2)Persyaratan dan tata cara penetapan jaringan lintas sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

    Pemerintah.

    Pengaturan jaringan lintas bagi kendaraan barang, diatur lebih lanjut dalam

    Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

    pasal 15, berbunyi sebagai berikut :

    (1)Jaringan lintas merupakan kumpulan dari lintas-lintas yang menjadi satukesatuan jaringan pelayanan angkutan barang.

    (2)Jaringan lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan denganmemperhatikan :a) kebutuhan angkutan;b) kelas jalan yang sama dan/atau yang lebih tinggi;c) tingkat keselamatan angkutan;d) tingkat pelayanan jalan;e) tersedianya terminal angkutan barang;f) rencana umum tata ruang;g) kelestarian lingkungan.

    (3)Jaringan lintas angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar pendapat Menteri yang

    bertanggung jawab dalam bidang pembinaan jalan.

    (4)Penetapan jaringan lintas angkutan barang sebagaimana dimaksud ayat(3) diumumkan dalam Berita Negara dan dimuat dalam Buku Jalan

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) (PP No. 43 Th. 1993).

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    9/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 1

    BABIIGAMBARANUMUMWILAYAHSTUDI

    2.1 UMUM

    Data yang digunakan untuk menguraikan gambaran secara umum mengenai

    wilayah studi, yaitu Pulau Sumatera bersumber pada Draft Rencana Tata Ruang

    Wilayah Nasional (RTRWN) 2002, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

    (RTRWP), Draft-2 Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Data Statistik

    Indonesia (BPS) tahun 2004 serta Data Survei Asal Tujuan Transportasi Nasional

    2006.

    Dari segi pembagian wilayah administratif sampai tahun 2004, Pulau Sumatera,

    yang meliputi 24,01% luas Indonesia, terbagi atas 10 provinsi dengan 132

    kabupaten dan kota (untuk peta administratif sampai tahun 2004, lihat Gambar2.1). Sedangkan luas wilayah masing-masing provinsi beserta jumlah kabupaten

    dan kota dapat dilihat pada Tabel 2.1. Provinsi dengan wilayah terluas adalah

    provinsi Riau dan terkecil adalah provinsi Kepulauan Riau.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    10/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 2

    Gambar 2.1Batas Administratif Kabupaten di Pulau Sumatera

    Tabel 2.1Luas Wilayah Masing-Masing Provinsi di Pulau Sumatera

    No. ProvinsiLuas Area

    (km2)BanyaknyaKabupaten

    BanyaknyaKota

    BanyaknyaKecamatan

    BanyaknyaDesa

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 56,500.51 17.00 4.00 241.00 5,965.00

    2 Sumatera Utara 72,427.81 18.00 7.00 326.00 5,459.00

    3 Sumatera Barat 42,224.65 12.00 7.00 158.00 892.00

    4 Riau 87,844.23 9.00 2.00 124.00 1,426.00

    5 Jambi 45,348.49 9.00 1.00 87.00 1,189.00

    6 Sumatera Selatan 60,302.54 10.00 4.00 153.00 2,727.00

    7 Bangkulu 19,795.15 8.00 1.00 73.00 1,194.00

    8 Lampung 37,735.15 8.00 2.00 164.00 2,131.00

    9 Kepulauan Bangka Belitung 16,424.14 6.00 1.00 36.00 320.00

    10 Kepulauan Riau 8,084.01 4.00 2.00 41.00 249.00sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    2.2 GAMBARAN UMUM SOSIO-EKONOMI PULAU SUMATERA

    2.2.1 Kependudukan

    Jumlah penduduk total Pulau Sumatera pada tahun 1990 tercatat 36.472.000 jiwa,

    meningkat menjadi 43.269.000 jiwa pada tahun 2000. Tahun 2004 penduduk Pulau

    Kepulauan Riau

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    11/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 3

    Sumatera mencapai jumlah 45.349.000 jiwa, yang berarti memiliki tingkat

    pertumbuhan rata-rata 2,08% pertahun.

    Menurut Provinsi, Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk

    tertinggi dan Provinsi Bangka Belitung merupakan yang terendah (distribusi

    jumlah penduduk menurut Provinsi di Pulau Sumatera pada tahun 2004 dapat

    dilihat pada Gambar 2.2). Meskipun demikian, Provinsi Riau tercatat sebagai

    provinsi dengan pertumbuhan penduduk yang tertinggi, yaitu 0,73% pertahun.

    Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi di Sumatera adalah tercatat Provinsi

    Lampung (200 penduduk/km2) dan yang terendah adalah Provinsi Jambi, yaitu49 penduduk/km2 yang jauh dibawah rata-rata Pulau Sumatera (96,77

    penduduk/km2).

    Tabel 2.2Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Sumatera

    Penduduk (ribu) Laju Pertumbuhan per tahun(%)No Propinsi

    1990 2000 2004 1980-1990 1990-2000 2000-2004

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 3.416 3.929 4.089 2.72 1.46 1.00

    2 Sumatera Utara 10.252 11.642 12.123 2.06 1.32 1.02

    3 Sumatera Barat 4.000 4.249 4.535 1.62 0.63 1.64

    4 Riau 3.279 4.948 5.712 4.22 4.35 3.65

    5 Jambi 2.018 2.407 2.625 3.39 1.84 2.19

    6 Sumatera Selatan 5.492 6.899 6.628 3.15 2.39 -1.00

    7 Bengkulu 1.179 1.564 1.549 4.38 2.97 -0.24

    8 Lampung 6.016 6.731 7.064 2.66 1.17 1.21

    9 Kepulauan Bangka Belitung 820 900 1.024 - 0.97 3.27

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    12/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 4

    Gambar 2.2Distribusi Jumlah Penduduk di Pulau Sumatera (2004)sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    Tabel 2.3Prosentase dan Kepadatan Penduduk di Pulau Sumatera

    Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk per km2No Propinsi

    1990 2000 2004 1990 2000 2004

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.91 1.91 1.88 66 76 79

    2 Sumatera Utara 5.72 5.56 5.56 139 158 165

    3 Sumatera Barat 2.23 2.06 2.08 93 99 106

    4 Riau 1.84 2.40 2.62 35 52 60

    5 Jambi 1.13 1.17 1.21 38 45 49

    6 Sumatera Selatan 3.52 3.34 3.04 68 74 71

    7 Bengkulu 0.66 0.76 0.71 60 79 78

    8 Lampung 3.36 3.27 3.24 170 191 200

    9 Kepulauan Bangka Belitung - 0.44 0.47 - 56 63

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    Jumlah tenaga kerja di provinsi yang ada di Pulau Sumatera, yang paling tinggi

    adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 5.512.405 jiwa dan terendah di ProvinsiKepulauan Bangka Belitung sebesar 441.355 jiwa. Sedangkan apabila dilihat dari

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    4,004.6

    11,551.6

    1,485.8 7,486.3

    2,485.5

    4,106

    4,466.4

    6,882.2

    :2,500

    : 1,250

    : 250

    Keterangan:

    dalam Ribu jiwa

    4089

    12123

    5712

    4535

    2625

    1549 6628

    7064

    1024

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    13/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 5

    prosentasi angkatan kerja yang bekerja, yang paling tinggi adalah Provinsi Jambi

    sebesar 93,96% dan terendah adalah Provinsi Riau sebesar 84,75%. Lebih jelasnya

    kondisi ketenagakerjaan di Pulau Sumatera dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4Ketenagakerjaan di Pulau Sumatera

    Angkatan Kerja

    Pengangguran TerbukaBukan Angkatan Kerja

    No PropinsiBekerja

    Pernah

    Bekerja

    Tidak

    Pernah

    Bekerja

    Jumlah

    Jumlah

    Angkatan

    Kerja

    %

    Bekerja

    terhadap

    AngkatanKerja Sekolah

    Mengurus

    Rumah

    Tangga

    Lainnya

    Jumlah

    Bukan

    AngkatanKerja

    Jumlah

    % Ang.kerja

    terhadp

    pend.usia

    kerja

    1 NAD 1.522.504 30.504 126.456 156.960 1.679.646 90.65 337.558 597.781 82.848 1.018.187 2.697.651 62.26

    2

    Sumatera

    Utara 4.901.865 156.073 454.467 610.540 5.512.405 88.92 660.321 1.269.215 398.213 2.527.749 8.040.154 68.56

    3

    Sumatera

    Barat 1.768.366 44.110 214.114 258.224 2.026.590 87.26 322.814 555.824 223.424 1.102.062 3.128.652 64.78

    4 Riau 2.025.966 86.999 277.595 364.594 2.390.560 84.75 294.290 977.911 180.636 1.452.837 3.843.397 62.20

    5 Jambi 1.137.460 15.899 57.209 73.108 1.210.568 93.96 178.260 356.571 54.661 589.492 1.800.060 67.25

    6

    Sumatera

    Selatan 3.091.740 52.548 229.707 282.255 3.373.995 91.63 364.710 771.603 161.706 1.298.019 4.672.014 72.22

    7 Bengkulu 720.036 17.244 31.068 48.312 768.348 93.63 84.564 154.152 38.808 277.524 1.045.972 73.46

    8 Lampung 3.132.126 58.234 191.456 249.690 3.381.816 92.62 335.937 871.855 229.828 1.437.620 4.918.436 70.17

    9

    Kep. Bangka

    Belitung 441.355 5.280 28.680 33.960 475.315 92.86 50.605 185.795 33.920 270.320 745.635 63.75

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    2.2.2 Sosio-Ekonomi

    Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) menurut Provinsi di Pulau Sumatera

    menunjukkan tingkat kesenjangan yang sangat tinggi. Menurut catatan statistik

    tahun 2003, terdapat Provinsi dengan PDRB yang tinggi, seperti Sumatera Utara

    dan Riau (27,071 dan 24,651 Milyar Rp.), sementara itu terdapat juga Provinsi

    dengan PDRB yang sangat rendah, seperti Provinsi Bengkulu (1,989 Milyar Rp.).

    Untuk distribusi PDRB menurut provinsi di Pulau Sumatera tahun 2003 atas dasar

    harga konstan 1993 dapat dilihat pada Gambar 2.3.

    Meskipun Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan PDRB tertinggi di

    Sumatera, namun dari besaran PDRB perkapita, Provinsi Riau menempati urutan

    teratas dengan 4.931.000 Rp./Kapita yang juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata

    PDRB/kapita Indonesia pada tahun yang sama, yaitu 2.130.000 Rp./Kapita.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    14/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 6

    Tabel 2.5PDRB Atas dasar harga berlaku menurut Propinsi (dlm juta rupiah)

    Pulau Sumatera

    TahunNo Propinsi

    2000 2001 2002* 2003**1 Nanggroe Aceh Darussalam 28,923,265 33,240,373 35,494,511 38,570,815

    2 Sumatera Utara 67,659,899 78,501,354 88,117,501 96,233,394

    3 Sumatera Barat 22,462,448 25,415,081 29,106,780 32,023,286

    4 Riau 55,260,499 60,020,464 67,664,109 73,576,528

    5 Jambi 9,380,650 11,252,133 13,677,572 15,303,107

    6 Sumatera Selatan 39,252,009 44,054,539 49,104,506 54,748,216

    7 Bengkulu 4,539,983 5,179,189 5,915,649 6,845,791

    8 Lampung 23,200,302 25,426,198 27,944,844 30,806,567

    9 Kepulauan Bangka Belitung 5,336,039 6,279,483 7,245,086 8,097,736

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    Tabel 2.6PDRB Atas dasar harga Konstan 1993 menurut Propinsi (dlm juta

    rupiah) Pulau Sumatera

    TahunNo Propinsi

    2000 2001 2002* 2003**

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 9,129,358 9,237,840 9,272,598 9,586,814

    2 Sumatera Utara 24,016,595 24,911,046 25,925,361 27,071,252

    3 Sumatera Barat 7,868,238 8,153,962 8,505,563 8,886,574

    4 Riau 21,633,022 22,552,524 23,544,880 24,651,073

    5 Jambi 3,354,146 3,551,168 3,707,172 3,872,380

    6 Sumatera Selatan 12,025,512 12,312,419 12,775,365 13,352,812

    7 Bengkulu 1,744,250 1,814,479 1,892,935 1,989,882

    8 Lampung 7,174,254 7,433,265 7,817,341 8,263,9179 Kepulauan Bangka Belitung 1,872,602 1,976,771 2,070,432 2,169,308

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    15/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 7

    Gambar 2.3Distribusi PDRB Provinsi Tahun 2003 Harga Konstan 1993

    sumber: Statistik Indonesia 2004, BPS

    2.3 RENCANA TATA RUANG PULAU SUMATERA DALAM KERANGKA

    NASIONAL

    2.3.1 Visi Ruang WilayahDalam rencana pengembangan ekonomi, industri pengolahan menjadi tulang

    punggung yang didukung oleh pertanian yang mantap, jika pengembangannya

    tidak dilakukan dengan merata akan menimbulkan permasalahan-permasalahan,

    yaitu pantai timur Pulau Sumatera akan berkembang jauh lebih cepat dari pantai

    barat dan akan membawa implikasi spasial terhadap masalah lingkungan di

    perkotaan pantai timur Pulau Sumatera serta terbatasnya perkembangan ekonomi

    di pantai barat.

    11,477,246

    23,714,738

    7,606,970

    19,808,696

    1,726,349 13,567,726

    3,142,719

    6,912,303

    10,000,000

    5,000,000

    1,000,000

    Keterangan:dalam Juta Rp.

    9,586,814

    27,071,252

    8,886,574

    24,651,073

    3,872,380

    1,989,882 13,352,812

    8,263,917

    2,169,308

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    16/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 8

    Dalam visi ruang tersebut tercakup pemikiran-pemikiran mengenai pemanfaatan

    ruang khususnya di Pulau Sumatera dalam kerangka wilayah nasional sebagai

    berikut: perkembangan kegiatan ekonomi antarpulau yang semakin seimbang dan

    semakin terkait untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan dan

    kesatuan wilayah nasional, dan sektor industri semakin menyebar di Pulau

    Sumatera sesuai dengan potensinya untuk mempercepat perkembangan ekonomi

    wilayah.

    Pada Gambar 2.4diperlihatkan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera 2023.

    2.3.2 Arahan Pengembangan Pusat-Pusat Kegiatan

    Arahan pengembangan pulau diterjemahkan ke dalam arahan kawasan andalan

    dan ditajamkan pada arahan kewilayahan di level provinsi dan kabupaten/kota.

    Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan

    Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam RTRWN dapat dijadikan sebagai instrumen

    dalam mengembangkan pola interaksi ekonomi sebagai pembentuk pola

    pergerakan orang dan barang dalam pengembangan sistem transportasi.

    Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang menjadi simpul-simpul penggerak

    ekonomi bagi wilayah sekitarnya. Dalam konteks transportasi simpul perkotaan

    ini baik secara Nasional, Wilayah/Regional dan/atau Lokal akan menetukan

    bagaimana struktur jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi yang

    harus dibentuk.

    Penentuan hirarki pusat kegiatan sangat bergantung dari hubungan spasial antar

    wilayah dan/atau didalam suatu wilayah tertentu. Pengembangan sistem jaringan

    pusat-pusat kegiatan tersebut juga memperhatikan faktor kewilayahan,

    perekonomian wilayah dan kebutuhan pergerakan yang terjadi. Penyusunan

    hirarki pusat-pusat kegiatan tersebut disesuaikan pula dengan pengembangan

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    17/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 9

    prasarana infrastruktur/transportasi yang telah terbangun dan rencana

    pengembangan selanjutnya.

    Gambar 2.5 memperlihatkan struktur hirarki perkotaan di Pulau Sumatera. Dari

    struktur hirarki pusat-pusat kegiatan inilah kemudian sistem jaringan prasarana

    dan jaringan pelayanan transportasi hendaknya dikembangkan tentunya dengan

    memperhatikan hubungan spasial antar wilayah serta kondisi eksisting dari

    suplai transportasi yang ada. Integrasi kebijakan transportasi dengan tata ruang

    dalam skala nasional ini diharapkan mampu memberikan struktur yang kuat

    dalam pola interkasi wilayah yang mampu mendukung efisiensi ekonomi,meratakan hasil pembangunan dan menjaga integrasi nasional.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    18/177

    PERENCANAAN TEKNIS PHISICAL DISTRIBUSIANGKUTAN BARANG STRATEGIS DI PULAU SUMATERA

    Gambar 2.4Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera 2023

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    19/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 11

    Gambar 2.5Struktur Hirarki Pusat Kegiatan Pulau Sumatera

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    20/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 12

    2.4 KONDISI TRANSPORTASI DARAT

    Prasarana transportasi jalan utama di Pulau Sumatera adalah Trans Sumatera,

    baik lintas timur maupun barat, juga tengah. Kondisi jalan lintas timur yang

    paling baru diabandingkan lintas lainnya kini kondisinya dalam keadaan rusak

    berat. Total panjang jalan di Pulau Sumatera tersebut meliputi lebih kurang 31,2%

    total panjang jalan se-Indonesia. Sedangkan provinsi yang memiliki total jalan

    terpanjang adalah Sumatera Utara dengan 26 338 km atau 24,6% dari total panjang

    jalan se-Sumatera. Sumatera Utara juga merupakan provinsi dengan kepadatan

    jalan, rasio panjang jalan (km) dan luas wilayah (km2), yang tertinggi, yaitu 0,37.Rata-rata kepadatan jalan Sumatera adalah 0,22 yang lebih tinggi dari rata-rata

    kepadatan jalan Indonesia (0,18).

    Ditinjau dari kebutuhan (demand) pergerakan, dengan mengacu kepada data hasil

    Survey Asal Tujuan Nasional 2006, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa

    Sumatera memiliki interaksi yang kuat dengan Pulau Jawa, meskipun diantara

    provinsi-provinsi di Sumatera juga terdapat interaksi kuat, terutama antara

    Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat dan Sumatera Utara dengan

    Nangroe Aceh Darussalam.

    Berikut ini diuraikan gambaran perananan angkutan barang dan kondisi

    prasarananya di Sumatera sebagai berikut :

    a. Hasil survei asal tujuan perjalanan nasional menunjukkan bahwa daerah-

    daerah di Pulau Sumatera menghasilkan bangkitan perjalanan angkutan

    barang yang relatif tinggi dibandingkan dengan daerah-dearah lain, kecuali

    daerah-daerah di Pulau Jawa.

    b. Berdasarkan survei asal tujuan nasional tahun 1996, 2001, dan 2006 dapat

    disimpulkan bahwa bangkitan perjalanan barang di daerah-daerah di Pulau

    Sumatera mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    21/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera II - 13

    c. Terdapat indikasi bahwa dinamika sosial ekonomi, perkembangan tata guna

    lahan dan perubahan prasarana transportasi seperti jalan, pelabuhan udara

    dan pelabuhan laut yang terjadi di daerah-daerah di Pulau Sumatera, tidak

    hanya meningkatkan jumlah bangkitan perjalanan tetapi juga merubah pola

    distribusi asal tujuan perjalanan dan distribusi lalu lintas pada jaringan

    jalan.

    d. Jaringan jalan di Pulau Sumatera merupakan bagian terbesar dari Asian

    Highway Project yang melintasi Indonesia. Asian Highway Project sendiri

    merupakan salah satu pilar penting dari Asian Land Transport InfrastructureDevelopment(ALTID).

    e. Daerah-daerah di Pulau Sumatera masih mempunyai potensi yang besar

    untuk berkembang bila dilihat dari kondisi geografis, potensi jumlah

    penduduk, sumber daya alam, potensi pariwisata, dan potensi

    perkembangan industri.

    f. Pulau Sumatera merupakan daerah strategis yang berdekatan dengan

    negara-negara lain. Perbaikan jasa pelayanan angkutan barang di Sumatera

    diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi daerah-daerah di

    Sumatera pada khususnya dan Indonesia pada umumnya,.

    Tingginya permintaan angkutan barang di Sumatera bisa tercermin dari data

    dalamAsian Highway Network Projectyang menunjukkan volume angkutan barang

    pada beberapa jalan nasional di Sumatera mencapai lebih dari 4000 truk per hari.

    Pola distribusi dan phisical distribution angkutan barang di Sumatera akan ikut

    mendukung keberhasilan Indonesia dalam proyek Asian Highway Network yang

    akan menghubungkan jaringan jalan di Sumatera dan Jawa dengan jaringan jalan

    di negara-negara di Asian mulai dari bekas bagian Uni Soviet sampai Malaysia.

    Pola dan phisical distribution angkutan barang di Sumatera juga akan

    meningkatkan daya saing daerah-daerah di Pulau Sumatera

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    22/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 1

    BABIIIMETODOLOGIPENDEKATANSTUDI

    3.1. PENDAHULUAN

    Angkutan barang berpengaruh besar terhadap aktivitas perekonomian suatu

    kawasan dan pada sisi lain mempengaruhi kinerja lalu lintas pada jaringan jalan

    jalan yang dilalui angkutan barang. Pada umumnya kendaraan barang

    mempunyai karakteristik sebagai berikut:

    a. Kendaraan barang merupakan bagian dari mata rantai proses produksisehingga tidak bisa dipisahkan dari keberlangsungan industri pada suatu

    daerah.

    b. Kendaraan barang akan terus eksis selama aktifitas perekonomianberjalan.

    c. Mempunyai hubungan kuat dengan peningkatan aktifitas perekonomian,sehingga peningkatan ekonomi juga berarti peningkatan volume

    angkutan barang.

    d. Memiliki kontribusi dalam penurunan kinerja sistem transportasi karenaangkutan barang menggunakan infrastruktur yang sama dengan

    angkutan penumpang.

    Kendaraan barang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kendaraanpenumpang, diantaranya :

    a. Memiliki berbagai variasi dalam bentuk, volume, berat, packing, sehinggadalam operasionalnya membutuhkan penanganan yang sesuai ;

    b. Barang rentan dengan terjadinya kerusakan, pembusukan, perubahanselama dalam perjalanan;

    c. Barang tidak dapat bergerak sendiri;d. Aliran barang mempunyai komposisi yang heterogen ;

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    23/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 2

    e. Barang dapat berupa bahan yang berbahaya dan beracun;f. Angkutan barang umumnya adalah angkutan yang searah ;g. Angkutan barang membutuhkan banyak tipe/jenis alat angkut yang

    spesifik ;

    h.Jenis kendaraan yang digunakan umumnya tergantung pada biaya,waktu dan kualitas hantaran;

    i. Waktu tunggu dan frekuensi seringkali bukan merupakan faktor yangpenting sebagaimana dalam angkutan penumpang.

    3.2. PENGELOMPOKAN TAHAPAN PEKERJAAN

    Maksud dari studi ini adalah untuk meningkatkan efektifitas angkutan barang

    dan memperbaiki manajemen angkutan barang di Pulau Sumatera yang pada

    akhirnya akan memperbaiki pelayanan angkutan barang, meningkatkan

    produktivitas dan efisiensi angkutan barang, dan meningkatkan kondisi ekonomi

    di Sumatera pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sedangkan tujuan

    pekerjaan ini adalah sebagai bahan masukan bagi kebijakan transportasi diprovinsi-provinsi di wilayah Sumatera sehingga akan memenuhi unsur

    keterpaduan antara sistem angkutan barang dan kondisi wilayah serta menjadi

    pedoman bagi para perencana transportasi regional, baik di tingkat pusat maupun

    daerah. Maksud dan tujuan tersebut dapat tercapai dengan melalui tahapan-

    tahapan pekerjaan dimulai dari inventarisasi peraturan-perundangan tentang

    angkutan barang dan sistem distribusi yang strategis, best-practices yang

    dilaksanakan di negara lain untuk mendesain sistem informasi dan

    telekomunikasi angkutan barang, serta studi-studi sebelumnya, di samping

    inventarisasi tentang wilayah studi.

    Untuk kepentingan tersebut, dipandang perlu menyusun metodologi studi. Di

    dalam metodologi ini, secara umum disampaikan metode pencapaian tahapan-

    tahapan pekerjaan studi serta metodologi analisis. Tahapan-tahapan pekerjaan

    sebagaimana digambarkan dalam Gambar 3.1, diharapkan mampu digunakan

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    24/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 3

    untuk memadukan seluruh proses pekerjaan secara sistematis agar tercapai

    sasaran dan tujuan studi yang diinginkan. Secara umum tahapan pelaksanaan

    pekerjaan studi ini terdiri dari : Persiapan, Pengumpulan Data, Analisis dan

    Perencanaan dan Finalisasi. Sedangkan metodologi analisis sebagaimana disajikan

    pada bagian-bagian berikutnya dari bab ini, menunjukkan pola pikir analisis di

    dalam kerangka pencapaian tujuan studi.

    Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan

    dalam studi ini, di mana pekerjaan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :

    (1) Tahap Persiapan, meliputi kegiatan :

    a. Inisiasi studi berupa konsolidasi tim, studi literatur, dan pemantapanmetodologi.

    b. Persiapan survei berupa pemilihan metoda survei, penyiapan formulirdan perlengkapan survei, penentuan titik survei dan Sumber Daya

    Manusia (SDM) pelaksana.

    c. Pengenalan wilayah studi berupa rencana pengembangan, pendekataninstitusional, sistem lalulintas, sarana dan prasarana transportasi, tata

    guna lahan dan lingkungan dan sosio ekonomi.

    d. Identifikasi peraturan dan studi terdahulu yang menyangkut padaketataruangan, sistem lalulintas dan otonomi daerah baik dari hirarki

    Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan

    Menteri dan Peraturan Daerah.

    (2) Tahap Pengumpulan Data, meliputi kegiatan :

    a. Pelaksanaan survei lapangan berupa survei lalulintas, survei angkutanbarang, survei lokasi distribusi angkutan barang, kondisi jalan, kondisi

    geometrik jalan, kondisi karakteristik lalulintas, serta inventarisasi

    jaringan jalan.

    b. Pengumpulan data dari sumber sekunder khususnya terkait dengan sosioekonomi, penyediaan jaringan transportasi dan permintaan perjalanan,

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    25/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 4

    dan hasil studi, dan dokumen perencanaan serta peraturan yang ada.

    c. Pelaksanaan survei wawancara ke instansi-instansi terkait.

    (3) Tahap Analisis, meliputi kegiatan :

    a. Analisis awal berupa pemodelan jaringan transportasi angkutan barang.b. Pengembangan sistem prasarana transportasi angkutan barang.c. Pengembangan sistem informasi angkutan barang.d. Pengembangan sistem manajemen kepengusahaan angkutan barang.e. Penyusunan program dan tahapan implementasi.

    (4) Tahap Penyempurnaan, meliputi kegiatan :

    a. Penyempurnaan substansial dan editorials sesuai masukan dari pemberikerja,

    b. Pembuatan ringkasan (executive summary) hasil studi.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    26/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 5

    Gambar 3.1. Bagan Alir Pelaksanaan StudiUntuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bagan alir di atas,

    Persiapan

    - Administrasi dan personel- Pemantapan metodologi, rencana kerja

    dan rencana survei

    - Kajian data sekunder, peraturan terkaitdan studi terdahulu

    Persiapa

    n

    Persiapan dan PenangananSurvei

    - Diskusi danPengarahan

    - Mobilisasi Alat Survei- Penentuan Titik

    Survei- Persiapan Form

    Survei

    PengenalanWilayah Studi

    Rencana Pengembangan Pendekatan Institutional Sistem Lalulintas Sarana dan Prasarana

    Transportasi

    Tata guna lahan danLingkungan

    Sosio - Ekonomi

    Identifikasi Peraturan danStudi Terdahulu

    RTRWN RTRWP Undang-undang yang

    Berlaku IRMS Studi yang terkait

    lainnya

    PengolahanDataSurvei Lapangan

    - Cordon & Screen Line Survei- Network Inventory- Freight Transport Survey- Freight transport Company

    Survey- Freight transport terminal

    and weigh station survey

    Wawancara Instansi terkait :

    - Pemerintah- Perusahaan angkutan

    barang

    - Masyarakat

    Survei Wawancara

    - Kondisi Tata Ruang Eksisting- Kondisi Sosio Ekonomi di Masing-

    masing wilayah tata ruang

    - Dokumen-dokumen terkait: RTRWN,TATRANAS, RTRWP, TATRAWIL dsb

    - Peraturan terkait termasuk Perda- Studi terkait dan pengembangan

    kewilayahan

    Survei Sekunder

    Analisis

    - Analisis sistem kepengusahaan dan sistem informasi- Penyusunan simpul dengan memperhatikan keterkaitan antara simpul

    moda angkutan barang jalan dengan lain.- Penyusunan ruang lalulintas untuk menghubungkan ruang kegiatan dan

    simpul yang telah disusun.

    Analisis Kepengusahaan danSistem Informasi

    - Rencana perbaikan sistemkepengusahaan angkutan umum

    -Rencana pembentukan sisteminformasi angkutan barang

    Prediksi PermintaanPerjalanan

    - Rencana usulan peningkatanfungsi dan peran pada ruanglalulintas darat

    - Rencana usulan pengembanganjaringan

    - Rencana Penetapan jaringanlintas

    Rencana Lokasi danKebutuhan Titik Simpul

    Rencana lokasi dan kebutuhantitik simpul berikut tipenya

    serta lokasinya di dalamwilayah denganmemperhatikan persyaratankriteria penetapan titik simpul.

    Finalisasi Studi

    - Penyempurnaan Laporan- Pembuatan Resume Studi

    Analisis

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    27/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 6

    dibutuhkan data yang relatif banyak. Data tersebut harus didapat baik melalui

    survei primer maupun survei sekunder (institutional). Kebutuhan, sumber dan

    kegunaan dari data untuk pekerjaan ini dirangkum dalam Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Kebutuhan, Sumber dan Kegunaan Data

    No Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data

    1 Sosio-ekonomi1.a Populasi dan Employment1.b ekonomi (PDRB, produksi, dll)1.c Fisik dan administrasi

    - BPS- Data per wilayah- BAPEDA

    - Identifikasi potensi dan kendalapengembangan wilayah

    - Kalibrasi model sistem zona danpermintaan perjalanan

    2 Dokumen terkait2.a RTRWN/P/K2.b Dokumen peraturan terkait2.c Sistem jaringan transportasi

    (Nasional/Wilayah/Lokal)2.d Studi-studi terkait

    - BAPEDA- Dinas Bina Marga- Dinas perhubungan

    - Identifikasi rencana pengembangan.- Identifikasi kordinasi antar moda.- Identifikasi program yang telah

    dilakukan agar disinkronkan.

    - Identifikasi pola kegiatanmendatang

    - Prediksi kebutuhan perjalanan dankebutuhan jaringan prasaranatransportasi

    3 Database jaringan jalan3.a Kondisi fisik ruas jalan3.b Lalulintas ruas jalan3.c Hirarki jalan

    - Dinas Bina Marga- IRMS dan URMS - Identifikasi dan prediksi masalahserta alternatif solusi

    - Penyusunan data base modeljaringan jalan

    4 Data jaringan dan operasi transportasi4.a Permintaan perjalanan: pola, besar, pertumbuhan4.b Karakteristik lalulintas jaringan: waktu,

    kapasitas, kecepatan dll4.c. Kondisi jaringan jalan : visual, benkelman beam

    dan roughness

    4.d. Survei Lalulintas : volume lalulintas, komposisikendaraan

    4.e. Survei angkutan barang pada existing Terminaldan jembatan timbang

    - BAPEDA- Dinas Bina Marga- Dinas Perhubungan- Survei primer

    - Identifikasi dan prediksi masalah- Penyusunan data base model

    jaringan jalan dan simpultransportasi pendukungnya

    5 Simpul transportasi dan titik transfer antara modalainnya dengan moda angk. barang jalan raya:5.a Lokasi dan kondisi fisik5.b Operasional

    - BAPEDA- Dinas Bina Marga- Dinas Perhubungan

    - Identifikasi lokasi simpul- Identifikasi kondisi- Identifikasi pengembangan

    6 Usulan pengembangan sistem informasi dankepengusahaan angkutan barang:6.a Jenis dan sistem informasi serta kepengusahaan6.b Konteks usulan

    - Wawancara- Studi terdahulu - Masukan model simulasi skenariopengembangan jaringan

    - Prediksi pola jaringan transportasi7 Kriteria pengembangan jaringan distribusi angkutan

    barang:7.a Variabel indikator kinerja7.b Nilai variabel

    - TATRANAS, rencanajaringan transportasi

    - Dokumen kebijakaninstansi terkait

    - Wawancara

    - Masukan analisis penilaian kinerjaalternatif jaringan

    - Penyusunan rekomendasi

    3.3METODA PENGUMPULAN DATA

    Pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni : survei sekunder dan

    survei primer. Adapun metoda pelaksanaan survei tersebut dijelaskan sebagai

    berikut:

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    28/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 7

    1. Survei SekunderSurvei sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk

    meminta sejumlah dokumentasi data dari institusi pengelola sistem

    transportasi, perencana tata ruang dan sejumlah instansi lain yang dapat

    menyediakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan studi. Data

    sekunder ini khususnya berupa data kondisi eksisting sosio-ekonomi,

    penyediaan jaringan transportasi, penggunaan ruang di wilayah studi.

    2. Survei PrimerSurvei primer dilakukan dengan pengamatan/penghitungan/wawancara

    langsung, khususnya yang berkaitan dengan pemodelan dan unjuk

    kinerja/operasi sistem transportasi angkutan barang, sistem informasi

    angkutan barang, dan sistem kepengusahaan angkutan barang. Data

    primer yang berkaitan dengan model transportasi umumnya diperoleh

    dari pengamatan/pencacahan langsung di lapangan; data tersebut antara

    lain data volume lalulintas, asal tujuan perjalanan dan karakteristik

    perjalanan. Sedangkan data primer lain dari hasil wawancara diperlukan

    khususnya untuk menangkap aspirasi pengusaha, pemerintah dan

    masyarakat tentang sistem kepengusahaan angkutan barang.

    3.4METODOLOGI ANALISISBerikut dijelaskan metodologi analisis yang akan dipergunakan dalam menganalisis

    efektifitas angkutan barang melalui : model perencanaan transportasi untuk

    mengestimasi permintaan yang akan menjadi salah satu pertimbangan utama

    dalam penentuan lokasi, model evaluasi multi-objective untuk menentukan lokasi

    terminal, serta aspek kepengusahaan angkutan barang.

    1. Pemodelan Permintaan Angkutan Barang

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    29/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 8

    Untuk meramal permintaan angkutan barang sampai 20 tahun kedepan

    maka diperlukan model permintaan transportasi. Model permintaan

    transportasi menghubungkan permintaan transportasi dengan berbagai

    variabel yang mempengaruhi serta digunakan untuk memahami

    perilaku angkutan barang.

    Karakteristik angkutan barang berbeda dengan angkutan penumpang.

    Pemilihan rute angkutan barang sangat ditentukan oleh daya dukung

    jalan serta geometri jalan, sehingga pemodelan permintaan angkutanbarang tidak sekomplek pemodelan angkutan penumpang. Untuk studi

    ini akan dipergunakan model permintaan langsung (direct demand model

    atau simultaneous model).

    Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994) model permintaan langsung

    menghitung secara bersama (simultan) trip generation, trip distribution,

    dan modal split. Model permintaan langsung berkaitan erat dengan

    model permintaan ekonometrik. Model langsung terdiri dari 2 tipe,

    yaitu :

    a) Murni langsung (pure direct approach), menggunakan satupersamaan estimasi tunggal untuk menghubungkan permintaan

    langsung secara langsung dengan moda, atribut pergerakan dan

    perorangan (individu).

    b) Quasi direct approach, mengembangkan bentuk terpisah antaramodal split dan total (O-D) permintaan transportasi.

    Sependapat dengan Ortuzar, Oppenheim (1995) mengemukakan

    bahwa bentuk persamaan langsung pada dasarnya regresi statistik

    linear atau quasi linear (linear or quasi linear regression statistic).

    Kelemahan dari model permintaan langsung (direct demand model) yang

    diungkapkan dengan model sintetis adalah kenyataan bahwa model itu

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    30/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 9

    sangat deskriptif. Sedang kelemahan secara praktis adalah jumlah

    variabel yang banyak, bentuk yang multiplikatif dan data yang

    dibutuhkan. Di sisi lain model permintaan langsung dapat dikalibrasi

    dalam tampilan yang mudah dibaca. Sedangkan menurut Papacostas

    dan Prevedouros (1993)rumus simultan atau langsung (simultaneous or

    direct formulation) menggambarkan hubungan permintaan perjalanan

    berdasar anggapan bahwa seseorang membuat pilihan perjalanan

    bersama-sama daripada terpisah-pisah, dan bahwa model permintaan

    harus dikalibrasi untuk menggambarkan perilaku ini.

    Contoh model untuk memperkirakan perjalanan pada satu moda

    dengan tujuan tertentu antara sepasang kota (SARC, 1963 dalam

    Morlok, 1988). Menurut Ortuzar & Willumsen (1994), model yang

    dikemukakan SARC (1968)tersebut berbentuk sebagai berikut :

    Tijk= k(PiPj)k1(IiIj)

    k2[(tijt)1km(Cijm)

    2km]

    Dengan notasi :P = PopulasiI = IncomeT = Waktu perjalananC = Biaya perjalanan antara i dan j dengan moda k

    , , = Parameter model

    Model yang kompleks ini disederhanakan oleh Manheim (1979),menjadi :

    Lijm= (tijt)1km(Cijm)

    2km

    Yik= Pik1Ii

    k2

    Zjk= Pjk1Ij

    k2

    Sehingga :

    Tijk = kYikZjkLijmm

    Transformasi ini memudahkan interpretasi parameter model. Tanda k

    adalah skala parameter yang tergantung pada fungsi perjalanan yang

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    31/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 10

    diuji, sedangkan tanda , , adalah elastisitas permintaan dengan

    pengaruh dari populasi dan pendapatan, km1, km2 adalah elastisitas

    permintaan dengan pengaruh dari waktu dan biaya perjalanan.

    Elastisitas langsung (ketika k = m) adalah negatif, sedangkan elastisitas

    silang akan positif. Model ini sangat menarik karena dapat merangkum

    trip generation, trip distribution,dan modal splitbersama, termasuk atribut

    moda kompetisi dan jangkauan pada tingkat pelayanan dan variabel

    aktivitas. Masalahnya adalah jumlah parameter yang besar yang

    dibutuhkan untuk mencapai hal ini. Bentuk alternatif diusulkan oleh

    Domencich, et al (1968)yang memuat bentuk bentuk persamaan linier

    dan eksponensial dalam bentuk multiplikatif.

    Sementara itu Oppenheim (1995)mengungkapkan bentuk persamaan :

    Tijmr= ijmrXkjmrkjmr ; i,j,m,r

    Tanda ijmr dan kjmr adalah parameter untuk kalibrasi. Tanda ijm

    mengukur berbagai atribut permintaan seperti zona, tujuan, moda dan

    rute. Keuntungannya adalah k merupakan ukuran elastisitas

    permintaan dari Tijmrdengan pengaruh dari Xk.

    Model lain dari fungsi permintaan langsung yang diusulkan untuk

    North East Corridor Study of the USA adalah Mc Lynn, dengan

    bentuk model sebagai berikut :

    k(PiPj)1(IiIj)

    2 (kij)1k(Cij)

    2k{[(tijm)1m(Cijm)

    2m]}Tijk =

    [(mij)1m(Cmij)

    2m]

    Nilai menurut penelitian Mc Lynn & Woronka (1969) sebesar 0,7.

    Angka itu mewakili potensi total perjalanan dari berbagai moda,

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    32/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 11

    sehingga model tersebut dapat mencakup modal split dalam perjalanan

    antar berbagai moda.

    Menurut Ortuzar & Willumsen (1994) satu keuntungan dari model-

    model di atas adalah dapat membuat model lengkap dari suatu moda

    baru tanpa mengulangi lagi spesifikasinya. Banyak variasi yang

    berbeda dari model permintaan langsung dicoba dengan dasar mencari

    sendiri bentuk yang cocok. Hal ini digunakan terutama dalam konteks

    antar kota dengan sedikit aplikasi dalam wilayah kota. Model

    permintaan langsung adalah menarik terutama dalam wilayah zonayang besar, contohnya studi antar kota. Timberlake (1988)membahas

    kegunaan model permintaan langsung di negara berkembang dan

    menemukan hasil yang lebih baik dibanding pendekatan konvensional.

    2. Sistem Kepengusahaan dan Informasi Angkutan Barang

    Pada umumnya usaha angkutan barang bisa dibagi menjadi angkutan

    barang umum dan privat. Angkutan barang umum mengangkut

    barang dari asal dan tujuan berdasarkan permintaan dari pihak lain,

    sedangkan angkutan barang privat digunakan sendiri oleh pemilik

    barang.

    Berdasarkan PP 41 tahun 1993, mobil barang adalah setiap kendaraan

    bermotor selain sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan

    kendaraan khusus. Sedangkan perusahaan angkutan umum adalah

    perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang

    dengan kendaraan umum di jalan.

    Pengangkutan barang sebagaimana dimaksud dalam PP 41 tahun 1993

    terdiri dari :

    a. barang umum;

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    33/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 12

    b. bahan berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat berat.

    Di Indonesia kepengusahaan angkutan barang belum diatur, yang

    diatur adalah kelaikan jalan kendaraan dan persyaratan operasi.

    Pengaturan kepengusahaan bisa diklasifikasikan berdasarkan apa yang

    termuat dalam PP 41 tahun 1993.

    Perbaikan sistem informasi angkutan barang bisa mengadopsi apa yang

    diaplikasikan perusahaan-perusahaan angkutan barang yang berskala

    internasioanl seperti UPS dan FedEx. Berbagai perlengkapan bisadipergunakan seperti trip recorders, on-board computers, tracking and

    tracing technologies, advanced vehicle location systems, electronic data

    interchange (EDI) systems, dan optimisation-based routing and scheduling

    systems.

    3. Analytic Hierarchy Process

    Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) akan dipergunakan untuk

    mengetahui kualitas pelayanan secara subyektif menurut stakeholders

    (pengguna jasa, pemerintah, operator dan pihak lain yang terkait).

    Dengan metode ini bias diketahui kondisi kualitas pelayanan dan

    kualitas pelayanan yang diinginkan. Kualitas pelayanan merupakan

    fungsi dari beberapa indicator antara lain keselamatan, keamanan,

    kenyamanan, keandalan, fleksibilitas, aksesibilitas, waktu tempuh dan

    keterjangkauan. Dengan menggunakan AHP dapat juga diketahui

    tingkat kepentingan tiap indikator menurut stakeholders. AHP sudah

    diaplikasikan di banyak Negara dan telah menghasilkan lebih dari

    ratusan publikasi.

    AHP merupakan metodologi yang komprehensif dan memiliki

    kemampuan untuk menyatukan kriteria kualitatif dan kuantiatif dalam

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    34/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 13

    pengambilan keputusan. AHP menggunakan hirarki dalam

    aplikasinya. Hirarki tersebut terdiri dari tujuan, kriteria dan alternatif.

    AHP menggunakan persepsi responden yang biasanya disebut expert

    untuk menilai suatu kondisi atau memprediksi nilai suatu variable.

    Terdapat tiga tahap dalam aplikasi AHP yaitu dekomposisi, prioritisasi

    dan sintesis.

    Dekomposisi digunakan untuk membuat hirarki dalam pengambilan

    keputusan atau estimasi nilai suatu variabel. Prioritisasi merupakan

    proses membandingkan tingkat kepentingan atau besarnya nilai suatuvaribel yang satu dengan variabel yang lain.

    Metode AHP ini mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah

    yang multi-objective dan multi-criteria berdasarkan pada perbandingan

    preferensi dari setiap elemen dalam hirarki fungsional. Adapun

    tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Pendefenisian masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,

    dilanjutkan dengan sub-tujuan, kriteria dan kemungkinan

    alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

    3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yangmenggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen

    terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di

    atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan penilaian

    (judgment) dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat

    kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.

    4. Melakukan perbandingan pasangan sehingga diperoleh judgmentseluruhnya sebanyak n x [(n 1)/2] buah, dimana: n = banyaknya

    elemen yang dibandingkan.

    5. Menghitung nilai eigenvaluedan menguji konsistensinya, jika tidakkonsisten maka pengambilan data diulangi.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    35/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 14

    6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.7. Menghitung eigenvector dari setiap matriks perbandingan

    pasangan. Nilai eigenvector merupakan bobot setiap elemen.

    Langkah ini bertujuan untuk mensintesiskan penilaian dalam

    penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah

    sampai pencapaian tujuan.

    8. Pemeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih besar dari 10%maka penilaian data harus diperbaiki.

    Saaty (1994), menetapkan skala kuantitatif dari: 1 s.d. 9, untuk menilai

    perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain,

    seperti yang diperlihatkan dalam tabel berikut.

    Tabel 3.2Skala Kuantitatif

    Nilai Definisi

    1 Kedua elemen sama penting3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari

    yang linnya5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang

    lainnya7 Elemen yang satu jelas sangat penting dari

    elemen yang lain9 Elemen yang satu mutlak sangat penting dri

    elemen yang lain2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua perbandingan yang

    berdekatanKebalikannya Jika x mempunyai nilai s kali y, maka y

    mempunyai nilai 1/s dari x

    Formulasi bentuk matematis dari model AHP ini, dilakukan dengan

    menggunakan matriks. Perbandingan pasangan dimulai dari tingkat

    hirarki paling tinggi dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar

    pembuat perbandingan. Nilai perbandingan pasangan antara wIdan wj

    dapat dipresentasikan:

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    36/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera III - 15

    wi/wj= a(ij); i,j = 1,2,,n

    Jika penilaian yang dilakukan konsisten akan diperoleh eigenvalue

    maksimum dari A yang bernilai sama dengan n. Untuk mendapatkan

    W dapat dilakukan dengan mensubstitusikan harga eigenvalue

    maksimum pada persamaan:

    AW = maksW

    Dalam teori matriks diketahui bahwa dengan kesalahan yang kecilpada koefisien akan menyebabkan penyimpangan kecil pada

    eigenvalue. Jika nilai diagonal matriks A dengan a ijdimana: i = j dan A

    konsisten, maka penyimpangan kecil akan tetap menunjukkan

    eigenvalueterbesar maksdengan besar nilai akan mendekati n dan

    eigenvaluesisanya mendekati nol. Penyimpangan dari konsistensi

    dinyatakan dengan Consistency Index, dengan persamaan:

    CI = (maks n)/(n - 1)

    Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel

    dimana nilai numerik diambil acak dari skala 1/9, 1/8, ..., 1, 2, ..., 9,

    akan diperoleh konsistensi rata-rata untuk matriks dengan ukuran

    yang berbeda, seperti pada tabel 3.1. Consistensy Ratio(CR) adalah

    perbandingan antara consistency index(CI) dan random index(RI) untuk

    semua matriks, ditulis:

    CR = CI/RI

    Dengan metode AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai

    ratio konsistensi adalah: 0.00 < CR < 0.10

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    37/177

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    38/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 1

    BAB IVPHYSICAL DISTRIBUTION

    4.1 DEFINISI

    Physical distribution adalah satu kesatuan aktivitas yang bertujuan untuk

    menghasilkan proses pergerakan barang dari tempat produksi ke konsumen

    secara efisien. Physical distribution terjadi pada bermacam-macam sistem

    perdagangan baik grosisr maupun eceran. Physical distribution juga meliputi

    pengambilan keputusan dalam hal pelayanan konsumen, kontrol persediaan,

    penanganan material, proses packaging, memproses order, transportasi

    (pengangkutan), pemilihan lokasi gudang, and sistem pergudangan. Physical

    distribution merupakan bagian dari proses yang lebih luas yaitu distribusi,

    dimana dalam proses ini termasuk juga pemasaran secara grosir (wholesale)

    maupun eceran (retail) serta pergerakan secara fisik dari hasil produksi.

    Perhatian terhadap physical distribution dari para pengambil keputusan mulai

    dari regulator sampai manager bisnis mengalami peningkatan. Hal ini sebagian

    besar karena terbukti bahwa physical distribution mewakili hampir setengah dari

    total biaya pemasaran sebuah produk. Hasil riset di Amerika Serikat

    mengindikasikan bahwa biaya physical distribution secara nasional mencapai

    hampir 20 persen dari total gross national product (GNP) sebuah negara.

    Hasil riset ini telah mendorong pelaku bisnis untuk meningkatkan usaha

    mengurangi biaya physical distribution disamping mengurangi biaya produksi.

    Physical distribution juga menjadi penting karena berkaitan dengan tingkat

    kepuasan konsumen. Dengan menempatkan barang pada lokasi yang tepat untuk

    pengangkutan ke lokasi grosir dan retail, dan dengan menciptakan proses

    pengangkutan barang yang cepat dan reliable, maka pelaku bisnis dapat terus

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    39/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 2

    mempertahankan sukses dalam situasi yang berubah secara cepat dan pasar

    global yang makin kompetitif.

    Secara definisi terdapat kesamaan antara pengertian physiscal distribution,

    logistics, bussines logistics, physiscal distribution management, dan logistics

    management. Kesemuanya berasal dari logistics. logistics ini sejarahnya berawal

    dari perang dunia kedua, dimana sejumlah besar pasukan dan barang harus

    disebar dan ditempatkan di banyak lokasi di seluruh dunia. Pada tahun 1950-an

    dan tahun 1960-an logistics mulai berkembang sangat pesat baik dari segi

    keuangan maupun dari nilai strategis dunia industri.

    Logistics berkembang dalam dua bentuk, yaitu militer dan manajemen. Kedua

    bentuk tersebut banyak mempunyai kesamaan. Perbedaan mendasar diantara

    keduanya adalah bahwa logistics dalam dunia militer lebih ditekankan kepada

    perpindahan orang dan barang, sedangkan dalam dunia logistik lebih

    berkonsentrasi pada perpindahan dari hasil akhir sebuah produksi (Definitions of

    Logistics, Transportation, Distribution; www.webster.com).

    Beberapa dekade yang lalu, pelaku bisnis umumnya memandang bahwa sebuah

    organisasi bisnis terdiri dari unit-unit yang heterogen, dimana semua departemen

    mempunyai spesialisasi yang sempit dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam

    kata lain, masing-masing departemen mempunyai fungsi otonom tersendiri.

    Akan tetapi, pada beberapa dekade terakhir telah teradi perubahan drastis. Pada

    saat ini, semua departemen yang mempunyai bermacam-macam fungsi yang

    berada dalam satu organisasi bisnis dipandang sebagai suatu kesatuan sistim dan

    mempunyai saling ketergantungan secara dekat antara satu sama lain. Pandangan

    ini harus diberlakukan pada organisasi bisinis moderen, kalau organisasi tersebut

    menginginkan kesuksesan.

    Oleh karena itu, definisi logistics berubah menjadi tanggung jawab manajemen

    dalam mengorganisasi, mengontrol, mengarahkan, mengatur staf, dan

    menkoordinasikan arus produksi dari titik asal produksi sampai kepada titik

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    40/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 3

    akhir konsumen (Grant M. Davis and Stephen W. Brown, Logistics Management, D. C.

    Health and Company Lexington, Massachusetts 1974).

    Gambar 4.1 Definsi Logistics

    (sumber: Bob Pertierra, Metro Atlanta Chamber of Commerce)

    4.2 PENDEKATAN SYSTEM

    Physical distribution dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang terbentuk dari

    beberapa komponen yang terhubung satu sama lain dengan tujuan untuk

    menghasilkan pergerakan hasil produksi secara efisien. Beberapa komponen

    berikut merupakan bagian dari sistem physical distribution dan sebagai seorang

    manager maka pertanyaan-pertanyaan berikut sangat relevan untuk

    mengembangkan usahanya.

    Customer serviceSeberapa besar persentase biaya untuk customer service?

    Integrated Demand and Supply Planning

    Product and Process Development

    Product/Material

    Information

    Cash

    Manufacturing/Assembl y

    Distribution/Warehousing

    Outbound

    Transportation

    Sourcing &Procurement

    CustomerService

    SuppliersCustomers

    Right ProductRight Quantity Right Price Right Location

    Right Time

    Implementing

    PlanningControllin

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    41/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 4

    TransportationBagaimana produk akan diangkut?

    WarehousingDimana barang-barang akan ditempatkna? Berapa gudang

    yang harus dipergunakan?

    Order processingBagaimana seharusnya penanganan pesanan?

    Inventory controlSebarapa banyak barang harus disediakan pada masing-

    masing lokasi?

    Protective packaging and materials handlingBagaimana membangun

    metode yang efisien untuk menangani barang-barang di pabrik, gudang, dan

    terminal?

    Komponen-komponen tersebut diatas saling berhubungan, keputusan yang

    diambil untuk satu komponen akan mempengaruhi efisiensi komponen lainnya.

    Sebagai contoh, produsen personal computer mungkin akan mengangkut hasil

    produknya dengan menggunakan transportasi udara dan tidak menggunakan

    truk, karena proses delivery yang cepat memungkinkan untuk mengurangi biaya

    inventory, dan penghematan ini lebih besar bila dibandingkan dengan selisih

    antara biaya transportasi udara dengan truk.

    Dalam logistics umumnya terdapat empat komponen utama, yaitu:

    1. Order processing;

    2. Stock levels or inventory;

    3. Warehousing;

    4. Transportation.

    Dalam physical distribution dikenal dengan Physical Distribution Managemant

    (PDM). PDM berkaitan dengan membuat kondisi dimana kegiatan-kegiatan yang

    bersifat terpisah yang bertujuan untuk proses distribusi dapat dioptimalkan,

    sehingga tujuan umum dari proses distribusi bisa tercapai. Hal ini disebut juga

    sebagai pendekatan sistem (system approach) terhadap manajemen distribusi dan

    ciri utama dari PDM adalah terjadinya integrasi dari keemapt komponen tersebutdiatas.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    42/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 5

    Karena PDM mempunyai dasar keilmuan yang baik, maka hal ini dapat

    dipergunakan sebagai metode dasar yang dapat dipergunakan untuk membangun

    sistemm logistics yang efisien. Terdapat dua tema sentral yang harus

    diperhitungkan dalam hal distribusi, yaitu:

    1. Untuk mencapai sebuah sistem distribusi yang efektif harus mampu

    mengintegrasikan semua sumber daya dalam semua unit di organisasi

    distribusi. Tujuan umum dari pelayanan bisa dicapai, meskipun mungkin

    terjadi dimana beberapa individual komponen dari sistem tidak bekerja pada

    tingkat efisiensi yang maksimal.

    2. Pelayanan maksimal tidak mungkin dicapai dengan biaya minimal. Makintinggi tingkat pelayanan yang diinginkan, maka makin besar biaya yang

    diperlukan. Setelah menentukan tingkat pelayanan, maka sebuah

    perusahaan atau sistem distribusi harus mempertimbangkan teknik-teknik

    untuk meminimalkan biaya, dengan syarat bahwa tingkat pelayanan yang

    telah ditentukan tidak berubah atau turun.

    Berdasarkan hasil riset di Australia pada tahun 2005, mengindikasikan bahwa

    transportasi mempunyai proporsi terbesar dari total biaya physical distribusi.

    Sedangkan yang memiliki proporsi terkecil adalah administrasi (selengkapnya

    dapat dilihat pada Gambar 4.2.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    43/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 6

    Gambar 4.2 Proporsi biaya dalam physical distribution (Sumber: DavisDatabase, 2005)

    4.3 PROSES DISTRIBUSI

    Proses distribusi dimulai ketika supplier menerima order dari customer.

    Customer tidak terlalu memperhatikan dengan desain dari sistem distribusi yang

    disediakan oleh supplier, atau masalah-masalah yang terjadi dalam sistem

    distribusi. Dalam praktis, customer hanya peduli dengan efisiensi distribusi yang

    disediakan supplier. Efisiensi dalam pandangan customer berkaitan dengan

    tingkat ketepatan penerimaan barang sesuai dengan waktu order yang telah

    disetujui. Waktu antara ditetapkannya order dengan penerimaan barang disebut

    dengan Lead-time. Lead-time berbeda-beda tergantung kepada tipe produk dan

    pasar serta industri. Lead-time untuk pemesanan kapal mungkin bisa dalam

    ukuran tahun, sedangkan lead-time dalam sektor retail mungkin hanya dalam

    ukuran hari atau bahkan jam. Customer membuat perencanaan produksi

    berdasarkan lead-time yang disetujui ketika order dibuat. Cutomer berharap

    bahwa waktu order akan ditepati dan keterlambatan delivery umumnya tidakbisa ditoleransi dalam pembelian.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    44/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 7

    4.3.1 Order processing

    Order processing adalah tahap pertama dari empat tahap dari proses logistics.

    Efisiensi dari prder processing mempunyai dampak terhadap lead-time. Orderprocessing harus berfungsi secara cepat dan akurat. Departemen atau unit lain

    harus mengetahui secepat mungkin apabila ada order dan customer harus

    menerima bukti order dan waktu delivery. Bahkan sebelum produk dibuat dan

    dijual, tingkat efisiensi manajemen merupakan kontributor utama terhadap image

    perusahaan. Sistem administrasi yang tidak tepat dan reaksi yang lambat

    seringkali merupakan sumber konflik antara pembeli dan penjual yang tidak

    teridentifikasi. Ketika pembeli mengevaluasi penjual, maka efisiensi dari order

    processing merupakan faktor yang sangat penting dalam evaluasi.

    Sistem komputerisasi yang baik dari order processing memungkan untuk meng-

    update stock levels dan jadwal delivery secara automatuic, sehingga posisi

    penjualan dapat secara cepat diketahui. Akurasi merupakan tujuan yang penting

    dalam order processing seperti halnya pdesign prosedur untuk memperpendek

    order processing cycle.

    4.3.2 Inventory

    Inventory atau stock management merupakan salah satu komponen penting

    dalam physiscal distribusi, karena stock level mempunyai pengaruh langsung

    terhadap tingkat pelayanan dan kepuasan konsumen. Optimal stock level

    merupakan fungsi dari tipe pasar dimana sebuah perusahaan beroperasi. Apabila

    keadaan out-of-stock terjadi secara reguler, maka perusahaan bisa kehilanganmarket share dan customer berpindah kepada perusahaan yang lebih efisien.

    Menetepakn stock level dibawah order mungkin akan mengakibatkan out-of-

    stock, akan tetapi stock-level diatas order akan mengakibatkan biaya tinggi.

    Diperlukan stock level tertentu yang efisien.

    Stock mewakili opportunity costs, hal ini karena merupakan cerminan kesiapan

    perusahaan untuk menghadapi persaingan secara konstan. Jika memang

    diperlukan untuk menyediakan stock level diatas order, hal ini harus bisa

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    45/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 8

    dijustifikasi dengan keuntungan yang mampu menutupi biaya mempertahankan

    stock level yang tinggi seringkali sebuah perusahaan diharuskan untuk

    menyediakan stock-level yang tinggi, karena lead-time yang pendek pada suatu

    jenis pasar. Pada situasi dekmikian, perusahaan harus bisa mengurangi biaya

    pada unit lain dalam sistem physical distribusi.

    4.3.3 Warehousing

    Literatur-literatur dalam bidang marketing dari Amerika lebih menekankan pada

    warehousing bila dibandingkan dengan litertur-literatur dari Inggris. Hal ini

    terutama karena jarak distribusi di Amerika relatif lebih panjang bila

    dibandingkan di Inggris, dimana untuk mencapai cuustomer diperlukan waktu

    beberapa hari meskipun telah melalui rute transportasi jalan dan kereta api yang

    paling efisien. Peranan warehousing (pergudangan) menjdi lebih komplek di

    Amerika bila dibandingkan di Inggris. Akan tetapi prinsip-prinsip utamanya

    mempunyai banyak kesamaan. Akan tetapi bila kita melihat European Union

    sebagai market, maka akan terdapat kesamaan. Saat ini banyak perusahaan yangmemiliki pergudangan sendiri dimana produk langsung didistribusikan kepada

    customer. Akan tetapi jika sebuah perusahaan memasarkan produk dengan order

    secara reguler, maka akan sangat logis untuk menempatkan gudang secara

    strategis di beberapa lokasi. Dari segi transportasi, barang-barang bisa diangkut

    dalam jumlah besar dari lokasi produksi ke gudang, untuk kemudian menjadi

    stock yang pada saatnya siap didistribusikan ke customer. Sistem ini umumnya

    dioperasikan oleh jaringan retail besar, kecual bahwa transportasi dan gudang

    dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan logistics. Tingkat pelayanan akan

    meningkat dengan bertambahnya gudang, akan tetapi biaya juga meningkat.

    Sekali lagi, optimal strategi harus direncanakan sehingga tingkat pelayanan yang

    diinginkan akan tercapai.

    Sebagai kesimpulan, beberapa faktor harus dipertimbangakan dalam

    menempatkan gudang, yaitu: Lokasi customer;

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    46/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 9

    Jumlah order;

    Frekuensi delivery;

    Lead times.

    4.3.4 Transportation

    Transportasi pada umumnya mempunyai bagian terbesar dalam biaya distribusi.

    Biaya transportasi biasanya mudah untuk menghitung karena dapat dikaitkan

    dengan ukuran berat atau unit. Biaya harus dikontrol secara hati-hati melalui

    pemilihan moda transportasi yang tepat, dan harus dreview secara periodik.Masing-masing moda transportasi memiliki keunggulan masing-masing. Teori

    pemilihan moda transportasi yang paling sederhana adalah menggunakan

    Gambar 4.3 berikut:

    Gambar 4.3 Pemilihan moda berdasarkan jarak (Sumber: Hensher, D.A and K.J.

    Button, 2000)

    Transportasi jalan mempunyai keungulan untuk pelayanan door-to-door. Untuk

    beberapa jenis produk, transportasi dengan jalan rel lebih menguntungkan. Jika

    lead-time bukan merupakan elemen utama dalam marketing, atau ketika tujuanutam adalah menurunkan biaya transportasi, maka transportasi jalan rel akan

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    47/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 10

    menguntungkan. Transportasi rel juga menguntungkan ketika produk yang harus

    diangkut merupakan barang berbahaya atau dalam jumlah besar, dan diproduksi

    dalam volume besar. Selain itu, transportasi rel cocok untuk barang-barang ringan

    yang membutuhkan delivery cepat (contoh surat dan parcel).

    Transportasi udara akan menguntungkan untuk barang-barang yang sangat

    berharga atau mempunyai nilai tinggi, meskipun untuk jarak yang pendek. Untuk

    jarak jauh atau lintas negara, transportasi udara merupakan moda yang populer.

    Transportasi udara mempunyai keuntungan dibandingakan transportasi laut

    untuk transportasi jarak jauh dalam hal waktu delivery, biaya penanganan

    barang, dan biaya asuransi.

    Faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi pemilihan moda angkutan barang

    adalah:

    Cost (biaya)

    Speed (kecepatan)

    Dependability (ketergantungan)

    Load Flexibility (fleksibilitas muatan) Accessibility (aksesibilitas)

    Frequency (frekuensi)

    Export merupakan tantangan tersendiri dalam hal transportasi. Pelayanan export

    harus mampu meyakinkan customer bahwa barang telah benar-benar diimport.

    Transportasi export harus reliable.

    Alat transportasi apapun yang dipilih harus mampu melindungi barang dari

    kerusakan pada saat pengangkutan (salah satu faktor yang membuat transportasi

    udara lebih menarik untuk jarak jauh). Kerusakan produk tidak hanya akan

    mengurangi keuntungan, akan tetapi juga meningkatkan klaim asuransi dan

    perasaan tidak nyaman pada customer, sehingga mambahayakan

    keberlangsungan bisnis di masa datang.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    48/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 11

    Transportasi berkaitan juga dengan warehousing. Komponen terpenting dalam

    transportasi yang berkaitan dengan warehousing adalah terminal. Terminal akan

    berkiatan dengan banyak faktor, karena terminal merupakan tempat bertemunya

    berbagai kepentingan dan tujuan. Untuk membahas terminal akan diberikan satu

    bab tersendiri.

    4.4 MONITORING DAN KONTROL PDM

    Physiscal distribusi mempunyai peran sentral dalam marketing. Keberadaanya

    sudah dikenali akhir-akhir ini dalam bisnis. Tujan utama dari physical

    distributiona management adalah membawa produk/barang yang tepat ke lokasi

    yang tepat pada waktu yang tepat deng biaya minimal.

    Tujuan tersebut kelihatan cukup jelas, akan tetapi hanya memberikan sedikit

    petunjuk tentang bagaimana mengukur efektifitas operasi. Manajemen

    membutuhkan tujuan atau kriteria yang memungkinkan untuk dijadikan tolok

    ukur dalam menilai unjuk kerja.

    Output utama dari semua sistem dalam lingkup physiscal distribution adalah

    tingkat pelayanan konsumen. Hal ini merupakan kunci dalam kompetisi bisnis

    yang dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Dari sisi kebijakan,

    tingkat pelayanan yang disediakan paling tidak harus sama dengan tingkat

    pelayanan yang diberikan oleh kompetitor utama.

    Tingkat pelayanan seringkali dilihat sebagai waktu yang dibutuhkan untuk

    mengantarkan barang/order ke konsumen atau prosentase dari keseluruhan

    order yang yang dapat dipenuhi berdasarkan stock level. Elemen pelayanan yang

    lain adalah bantuan teknis, palayanan, dan pelayanan purna jual. Dua elemen

    utama yang berlaku pada kebanyakan perusahaan adalah:

    1. delivery reliability dan frekuensi;

    2. stock availability kemampuan untuk memenuhi order.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    49/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 12

    4.4 BENCHMARK

    Untuk memberikan perbandingan antara system logistic dan transportasi barang

    di Indonesia dan Negara lain, maka dalam penelitian ini diberikan gambaran

    mengenai kondisi di Malaysia.

    Seperti juga di Negara lain, perdagangan merupakan hal yang sangat penting

    dalam ekonomi Malaysia dimana transportasi dan logistik mempunyai peran

    penting dalam memfasilitasi perdagangan baik untuk perusahaan-perusahaan

    nasional Malysia maupun industri kecil dan menengah. Dalam proses ini,

    transportasi dan jaringan logistic, atau dikenal dengan trade intermediaries

    memainkan peran penting karena mampu menyediakan link antara industri dan

    pasar serta sumber-sumber bahan baku.

    Transport dan logistik merupakan elemen integral dari strategi dunia industri

    dalam berkompetisi. Agar strategy dapat sukses, semua aspek yang berpotensi

    untuk menurunkan kemampuan industri untuk berkompetisi harus di tangani

    dan dikurangi seminimal mungkin. Hal ini sangat mungkin, karena kemajuanteknologi informasi dan telekomunikasi memungkinkan untuk melakukan

    komunikasi dengan cepat, dimana terjadi peningkatan negoisasi dan order barang

    dan jasa yang dilakukan secara elektronis. Hal ini pada gilirannya memberikan

    tekanan yang besar pada bidang transportasi dan logistic untuk mampu

    memberikan pelayanan yang efisien.

    Efektifitas pelayanan ekspor akan mempengaruhi secara langsung kinerja ekspor

    yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan ekspor Malaysia dalam

    berkompetisi di ekonomi global. Dengan menjadikan perdagangan sebagai tulang

    punggung ekonomi, kinerja dan efisiensi perdagangan merupakan komponen

    penting dari sukses secara keseluruhan. Eksport dan import Malaysia mencapai

    300 milyar ringgit Malaysia per tahun, dan merupakan nomor 17 di dunia dalam

    perdagangan dimana hamper 95% dilakukan melalui laut.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    50/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 13

    Dalam perspektif yang lebih luas, benefit dari system logistic yang efisien bagi

    ekonomi nasioanl sangat besar. Disamping mempertahankan biaya yang

    kompetitif bagi operasi bisnis, hal ini juga mampu menarik investor asing untuk

    mendirikan fasilitas impor, produksi dan distribusi sehingga meningkatkan

    lapangan kerja.

    Hal ini sejalan dengan tujuan pemerintah Malaysia untuk menjadikan Malaysia

    sebagai pusat produksi/pengadaan dan distribusi untuk seluruh kawasan. Sistim

    logistic yang efisien juga akan menguntungkan masyarakat luas dan konsumen

    akhir dari sebuah produk. Hal ini mempunyai potensi untuk meminimalkan

    harga impor dan ekspor dan juga inflasi. Pada gilirannya akan memberikan

    kepada eksporter berupa hal-hal yang diperlukan dalam bisnis, kesempatan yang

    adil, reliable, penghantaran yang cepat dan harga yang relative murah dalam

    pasar dunia yang semakin kompetitif.

    4.4.1 Transport Operators

    a. Truck

    Truk merupakan moda yang diminati oleh para pengirim barang terutama untuk

    pergerakan kargo dalam satu pulau. Angkutan dengan menggunakan truk

    umumnya dibatasi oleh jarak antara pabrik atau sumber produksi, Inland

    Container Depots (ICDs), gudang dan terminal pelabuhan. Di Malaysia,

    pelayanan dengan truk untuk lebih dari 20 tahuna dimonopoli oleh lima

    perusahaan terkemuka yaitu Kontena Nasional Bhd, MISC haulage Services Sdn Bhd,Konsortium Logistik Bhd, Diperdana Corporation Bhd dan Multimodal Freight

    Transportation Sdn Bhd. Mereka membentuk Asosiasi Angkutan Kontainer

    Malaysia (Container Hauliers Association of Malaysia/CHAM) untuk memonitor

    bisnis angkutan container di daratan. CHAM memiliki 2.212 truk dan 11.318

    trailer pada awal tahun 2000. Pada akhir tahun 1999, pemerintah Malaysia

    meliberalisasi sektor logistic dengan mengeluarkan 50 ijin perusahaan baru untuk

    mencukupi peningkatan volume perdagangan dengan manggunakan container.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    51/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 14

    Ijin perusahaan pengangkutan baru tersebut mempunyai batasan daerah

    pelayanan serta jumlah truk dan trailer.

    Dengan mempertimbangkan pentingnya industri angkutan darat dalam totallogistic chain, perusahaan angkutan cenderung untuk meningkatkan nilai jual

    mereka dalam jringan logistic dengan menawarkan investasi-investasi dalam

    pelayanan distribusi. Beberapa perusahaan angkutan telah melebarkan pelayanan

    yang mereka tawarkan dengan membentuk satu aliansi dengan pnyedia

    pelayanan pendukung seperti pergudangan dan pelayanan pengepakan. Sebagai

    contoh Kontena Nasional juga mengembangkan usahanya dalam hal distribusi

    bahan dasar cair, inland container depots, freight forwarding, distribusi dan

    pergudangan, dan pelayaran serta pelayanan sewa.

    b. Rel

    The Keretapi Tanah Melayu Bhd (KTMB) telah beroperasi selama beberapa decade

    di seluruh Malaysia Peninsula. Pertumbuhan yang cepat pada pelabuhan-

    pelabuhan di Malaysia serta perdagangan domestic dan lintas batas berimbas

    pada peningkatan permintaan jasa angkutan dengan menggunakan kereta api.

    KTMB menydiakan pelayanan container, angkutan barang konvensional (bulk,

    semen, dll) dan pelayanan perdagangan internasional ke Thailand dan Singapura.

    KTMB juga menyediakan pelayanan yang menghubungkan Singapura sampai

    Kunming di China, yang merupakan Trans Asia Link project diprakarsai oleh

    ASEAN. KTMB juga menghubungkan terminal-terminal angkutan barang dan

    Inland Container Depots yang berlokasi di Padang Pesar, Butterworth, Ipoh, Port

    Klang, Segamat, Pasir Gudang, Sungai Way, Nilai, Kajang dan Singapura.

    Infrastruktur yang ada, jaringan rel kereta api dari wilayah utara di Padang Besar

    dan Bangkok sampai ke pusat wilayah dan sampai ke wilayah selatan

    memungkinkan KTMB untuk melayani kebutuhan angkutan barang dan

    menjalankan fungsinya dengan baik.

  • 8/14/2019 Angkutan Barang Sumatera.pdf

    52/177

    Perencanaan Teknis Physical DistribusiAngkutan Barang Strategis di Pulau Sumatera IV - 15

    Permintaan pelayanan angkutan barang dengan KTMB tumbuh bersamaan

    dengan tumbuhnya aktivitas manufaktur dan perdagangan. Tren global tentang

    kontainerisasi dan pertumbuhan container pada beberapa pelabuhan utama

    seperti Johor Port, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang (Northport and Westport)

    dan Penang Port merupakan dukungan utama dalam perencanaan

    pengembangan KTMB. Pelayanan container dengan kereta api tumbuh dengan

    cepat, dan menjadi salah satu komponen penting dari system multi-moda pada

    sector logistic dan transportasi di Malaysia. Saat ini KTMB mempunyai

    keterbatasan terutama berkaitan dengan jumlah lokomotif dan gerbong yang

    terbatas. Untuk mengatasi problem tersebut, KTMB berencana untuk berinvestasisebesar 45 juta ringgit.

    KTMB saat ini melayani 30 jadwal domestic perhari dan 10 jadwal internasioanal

    per minggu dengan berbagai daerah tujuan. Perusahaan yang menggunakan jasa

    KTMB juga bertambah karean moda kereta api memberikan keuntungan baik dari

    segi waktu dan biaya. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan KTMB antara

    lain P&O Nedloyd, Orient Overseas Container Lines, Hanjin Shipping, Evergreen,

    Malaysia International ShippingCorporation dan Pacific International Lines.

    Mengangkut kargi dari Port Klang sampai Bangkok memerlukan waktu hanya 60

    jam bila menggunakan Kereta api sementara bila menggunakan angkutan la