angkatan lxxvi fakultas farmasi rogram …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-pr-kartika...

153
U LAPORAN PRA RUMAH SAK DR PERIO LAPORAN PR KARTIK PR UNIVERSITAS INDONESIA AKTEK KERJA PROFESI APOTEKE KIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSU R. CIPTO MANGUNKUSUMO ODE 4 FEBRUARI-2 APRIL 2013 RAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KA FEBIYANTI NORMAN, S. Farm. 1206313242 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ER DI UPN) KER Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Upload: truongquynh

Post on 06-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

U

LAPORAN PRA

RUMAH SAK

DR

PERIO

LAPORAN PR

KARTIK

PR

UNIVERSITAS INDONESIA

AKTEK KERJA PROFESI APOTEKE

KIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUP

R. CIPTO MANGUNKUSUMO

IODE 4 FEBRUARI-2 APRIL 2013

RAKTEK KERJA PROFESI APOTEK

KA FEBIYANTI NORMAN, S. Farm.

1206313242

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

ROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

ER DI

UPN)

KER

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 2: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

U

LAPORAN PR

DI RUMAH SAK

DR

PERIO

LAPORAN PR

Diajukan sebagai s

KARTIK

PR

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

RAKTEK KERJA PROFESI APOTEK

AKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSU

R. CIPTO MANGUNKUSUMO

ODE 4 FEBRUARI – 2 APRIL 2013

RAKTEK KERJA PROFESI APOTEK

i salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ap

KA FEBIYANTI NORMAN, S. Farm.

1206313242

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

ROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

KER

SUPN)

KER

poteker

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 3: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 4: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan

menyusun laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat

Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang dilaksanakan pada tanggal 4

Febuari sampai 2 April 2013.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan

keterampilan apoteker dalam dunia kerjanya. Laporan ini disusun sebagai syarat

untuk menempuh ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas

Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah

penulis terima, kiranya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat

pada waktunya. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dra. Idayanti, MARS., Apt. selaku selaku Kepala Sub Instalasi Produks i

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan Pembimbing beserta staf yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis untuk mengenal Rumah Sakit

ini.

2. Santi Purna Sari M.Si, Apt.,selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan laporan ini.

3. Yulia Trisna M.Pharm., Apt.selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengenal RSUPN Dr. CiptoMangunkusumo.

4. Dra. R. Kurniasih, Apt., M.Pharm selaku Kepala Sub Instalasi Farklin

Diklitbang RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beserta staf yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis.

5. Dra. Irmawati D., Apt., Sp.RS selaku selaku Kepala Sub Instalasi Perbekalan

Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beserta staf yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 5: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

v Universitas Indonesia

6. Seluruh Tenaga Kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah

banyak membantu dan memberikan bimbingan serta dorongan moril selama

PKPA di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo.

7. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

8. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia.

9. Seluruh staf dan karyawan Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia atas

segala keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan

PKPA;

10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada

penulis;

11. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,

dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya;

12. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 atas dukungan dan kerja samanya;

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama

penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan

laporan ini.

Penulis

2013

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 6: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ......................................................................... 3

2.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................... 3

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................ 3

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................... 3

2.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit ............................................. 6

2.5 Tenaga Kesehatan .................................................................... 6

2.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................................. 7

2.7 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ............................................. 9

2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ................................................ 11

2.9 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ..................... 15

2.10 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ...................... 24

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ...................................................................... 29

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................................. 29

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ...... 31

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) . 33

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ... 34

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 39

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi ..................................................... 39

4.2 Sub Instalasi Produksi .............................................................. 45

4.3 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat .................................... 50

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ............................................. 57

4.5 Satelit Farmasi Pusat ................................................................ 62

4.6 Satelit Kirana ........................................................................... 65

4.7 Ruang Rawat Inap Terpadu ...................................................... 70

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 76

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 76

5.2 Saran .......................................................................................... 76

DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 79

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 7: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

vii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pembagian Jumlah Asisten Apoteker di Tiap Depo IGD ............. 51

Tabel 4.2 Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat .......... 63

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 8: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

viii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............... 79

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSCM ............................... 80

Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalsi Sterilisasi Pusat RSCM .................... 81

Lampiran 4. Formulir Pencampuran Obat Sitostatik ........................................ 82

Lampiran 5. Contoh Protokol Kemoterapi ....................................................... 83

Lampiran 6. Formulir Verifikasi Resep ........................................................... 84

Lampiran 7. Formulir Medication History Taking Pasien ................................ 85

Lampiran 8. Lembar Monitoringg Pengobatan Pasien Rawat Inap ................... 86

Lampiran 9. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ...................................... 87

Lampiran 10. Contoh Etiket .............................................................................. 88

Lampiran 11. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose ............................................ 89

Lampiran 12.Contoh Blanko Kartu Stok ........................................................... 90

Lampiran 13. Formulir Retur Obat .................................................................... 91

Lampiran 14. Label Penandaan Khusus ............................................................. 92

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 9: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kartika Febiyanti Norman, S.Farm

NPM : 1206313242

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Karya akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah

saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto

Mangunkusumo Periode 3 Februari - 4 April 2013.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam

bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan karya akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 1 Juli 2013

Yang menyatakan

(Kartika Febiyanti Norman, S.Farm)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 10: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang merupakan salah satu unsur

kesejahteraan. Unsur tersebut diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan

pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya bidang kesehatan. Sumber daya

tersebut meliputi dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, alat

kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi (Undang-undang Nomor

36 Tahun 2009).

Selama proses mewujudkan pembangunan kesehatan upaya yang terpadu

dan menyeluruh merupakan usaha penting dalam upaya kesehatan. Upaya

kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Konsep kesatuan upaya

kesehatan menjadi pedoman bagi seluruh fasilitas kesehatan (Undang-undang

Nomer 36 Tahun 2009)

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang

menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2004). Upaya kesehatan di rumah sakit dapat berjalan dengan baik jika

setiap tenaga kesehatan yang berperan memahami serta melaksanakan fungsi dan

tugasnya dengan baik.

Berdasarkan undang-undang Nomer 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

apoteker merupakan salah satu profesi yang berperan dalam pelaksanaan upaya

kesehatan di rumah sakit. Apoteker berperan sebagai profesi pelaksana praktek

pelayanan kefarmasian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Pelayanan farmasi di rumah sakit berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 11: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

2

Universitas Indonesia

Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Jika pelayanan kefarmasian tidak

berjalan dengan baik maka pelayanan kesehatan di rumah sakit juga tidak akan

berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan apoteker juga

berperan penting dalam keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan upaya

kesehatan.

Saat ini, pelayanan kefarmasian di rumah sakit tidak hanya berfokus pada

fungsi manajemen perbekalan kefarmasian tetapi juga harus berorientasi kepada

pasien (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Perubahan ini

menuntut apoteker memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya

di ruang lingkup manajemen dan klinis di rumah sakit. Selain itu, apoteker juga

dituntut untuk memiliki kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan

lainnya. Oleh sebab itu, dilaksanakan praktek kerja profesi apoteker di rumah

sakit agar calon-calon apoteker dapat mempelajari dan mempraktekkan tugas dan

fungsi apoteker di rumah sakit.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi apoteker di rumah sakit

adalah memahami tugas beserta fungsi instalasi farmasi, pelaksanaan pelayanan

kefarmasian dan peran apoteker di rumah sakit.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 12: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan undang-undang Nomor 44 Tahun 2009, disebutkan bahwa

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai

kemanusiaaan, etika dan profesionalisme, manfaat, keadilan, persamaan hak dan

antidiskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta

memepunyai fungsi sosial.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit

mempunyai tugas yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna. Dalam menjalankan tugasnya rumah sakit mempunyai fungsi sebagai

berikut (Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009) :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit diklasifikasikkan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain

berdasarkan jenis pelayanaan dan kepemilikan atau pengelolaannya.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 13: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

4

Universitas Indonesia

2.3.1 Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan rumah sakit dapat digolongkan menjadi

(Undang-undangan Nomor 44 Tahun 2009) :

2.3.1.1 Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit umum

diklasifikasikan menjadi (Undang-undangan Nomor 44 Tahun 2009) :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5

(lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik

Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4

(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik

Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar

dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit khusus

diklasifikasikan menjadi (Undang-undangan Nomor 44 Tahun 2009) :

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 14: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

5

Universitas Indonesia

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah rumah sakit khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dam

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dam

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhusussan yang terbatas.

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis kekhusussan yang minimal.

2.3.2 Rumah Sakit Berdasarkan Pengelolaanya

Berdasarkan penngelolaannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi

(Undang-undangan Nomor 44 Tahun 2009) :

a. Rumah Sakit Publik

Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit

publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah Sakit Privat

Rumah Sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.

2.3.3 Rumah Sakit Pendidikan

Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga

kesehatan lainnya (Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 15: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

6

Universitas Indonesia

2.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan

akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Organisasi rumah

sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur

pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,

satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala

rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan

keahlian di bidang perumahsakitan serta pemilik rumah sakit tidak boleh

merangkap menjadi kepala rumah sakit (Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009)

2.5 Tenaga Kesehatan

Berdasarkan undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, tenaga kesehatan

merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum,

memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan

kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kode etik dan

standar profesi diatur oleh organisasi profesi masing-masing.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996

tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:

a. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten

apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,

administrator kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian.

f. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapi

wicara.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 16: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

7

Universitas Indonesia

g. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi

gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik

prostetik, teknisi transfuse darah dan perekam medis.

2.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.6.1 Definisi IFRS

Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan

pemeliharaan sarana Rumah Sakit. Farmasi Rumah Sakit adalah seluruh aspek

kefarmasian yang dilakukan Rumah Sakit. Jadi, instalasi farmasi Rumah Sakit

adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di Rumah Sakit, tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk

keperluan Rumah Sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

2.6.2 Tujuan IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/

2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, tujuan pelayanan

farmasi ialah :

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 17: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

8

Universitas Indonesia

2.6.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang mulai dari perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada

penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan maupun semua unit di Rumah

Sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi

obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi

dengan biaya minimal.

IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi

yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan

berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik

dan Rumah Sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih

baik (Siregar, 2004).

2.6.4 Ruang Lingkup Fungsi IFRS

IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi

klinik dan non klinik. Fungsi non klinik meliputi perencanaan, penetapan

spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,

penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian

semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).

Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan

dalam program Rumah Sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi

penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit

perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi Rumah Sakit, sentra informasi

obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan

obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi apoteker, dokter dan

perawat dan investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,

ronde/visite pasien, pengkajian resep dan penggunaan obat (Siregar, 2004 dan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 18: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

9

Universitas Indonesia

2.6.5 Struktur Organisasi IFRS

Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004,

pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi

yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian.

Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,

koordinasi, dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal

mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi

klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu dinamis sesuai perubahan yang

dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.

Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak,

tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab

untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem

mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan

kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan

menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan

terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan

mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil

IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,

dampaknya pada pelayanan dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk

dan pelayanan (Siregar, 2004).

2.7 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

2.7.1. Definisi PFT

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan

komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya

terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit

dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.7.2. Tujuan PFT

Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit adalah sebagai berikut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 19: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

10

Universitas Indonesia

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan

obat, serta evaluasi obat.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan

2.7.3. Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

Berikut adalah beberapa fungsi PFT (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2004) :

a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat

yang sama.

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau

menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf

medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakankebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 20: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

11

Universitas Indonesia

2.7.4. Struktur Organisasi PFT

Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap Rumah

Sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi Rumah Sakit setempat (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :

a. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter, Apoteker dan

Perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)

orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika Rumah

Sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal

Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau

apoteker yang ditunjuk.

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk Rumah Sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam Rumah Sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP)/ Centrilized Sterile Supply Deparment

(CSSD) 2.8.1. Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat

Instalasi sterilisasi pusat adalah unit pelayanan non struktural yang

berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standar/pedoman dan

memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2009).

2.8.2. Tujuan dan Tugas Instalasi Sterilisasi Pusat

Tujuan Instalasi Sterilisasi Pusat adalah (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2009) :

a. Membantu unit lain di Rumah Sakit yang membutuhkan alat-alat dengan

kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 21: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

12

Universitas Indonesia

b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah, serta

menanggulangi infeksi nosokomial.

c. Efisiensi tenaga medis/paramedis lain serta pada media unit kegiatan-kegiatan

yang pada dasarnya bersifat patient care (berorientasi pada pelayanan

terhadap pasien).

d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Tugas utama dari Instalasi Sterilisasi Pusat adalah (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2009) :

a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

b. Melakukan proses ksterilisasi alat/bahan.

c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar

operasi amupun ruangan lainnya.

d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif

serta bermutu.

e. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan perawatan

pasien.

f. Memepertahankan standar yang telah ditetapkan.

g. Mendokumentasikan setiap aktifitas pembersihan, didinfeksi maupun sterilisi

sebagai bagian dari program upaya pengendallian mutu.

h. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisi dalam rangka pencegahan dan

pengendalian infeksi bersama dengan pengendalian infeksi nosokomial.

i. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

j. Menyelengggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat

sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern.

k. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

2.8.3. Struktur Organisasi

Instalasi sterilisasi pusat dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dan

bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjuang Medik. Agar

dapat memeberikan pelayanan sterilisasi yang baik dan memenuhi kebutuhan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 22: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

13

Universitas Indonesia

barang steril di rumah sakit, Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi dibangtu sekurang-

kurangnya : penanggung jawab administrasi, Sub Instalasi Dekontaminasi,

Sterilisasi dan Produksi, Sub Instalasi Pengawasan Mutu, Pemeliharaan Sarana

dan Peralatan, K3 dan Diklat serta Sub Instalasi Distribusi (Departemen

Kesehatan Republlik Indonesia, 2009).

2.8.4. Kualifikasi Tenaga (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009)

a. Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat : pada RS kelas A dan B, pendidikan terakhir

minimal S1 di bidang kesehatan atau S1 umum dengan minimal masa kerja 5

tahun di bidang sterilisasi. Pada RS kelas C pendidikan terakhir minimal D3 di

bidang kesehatan atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun di

bidang sterilisasi.

b. Kepala Sub Instalasi : pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan dengan

masa kerja selama 3 tahun di bidang sterilisasi.

c. Penanggung Jawab Administrasi : Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA atau

sekolah pendidikan perawat atau yang setara dengan tambahan kursus

administrasi.

d. Staf : harus mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang bersertifikasi.

Pemilihan tenaga kerja untuk ditempatkan di ISP harus dilatih terlebih

dahulu tentang prinsip sterilisasi, monitoring autoklaf, pengoperasian sterlisasi

gas, identifikasi alat bedah, menyusun dan membersihkan peralatan, tes

bakteriologi dan biologi dasar. Progam pelatihan ini membutuhkan waktu dan

biaya sehingga harus ada teknisi progam pelatihan untuk mengembangkan

karyawan sehingga berkualitas baik dari segi teori dan teknologi (Siregar, 2004).

2.8.5. Lokasi Instalasi Sterilisasi Pusat

Lokasi instalasi sterilisasi pusat sebaiknya berdekatan dengan ruang

ppemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau pemilihan

lokkasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan

pengendalian infeksi yatu dengan meminimalisasi risiko terjadinya kontaminasi

silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril (Departemen Kesehatan,

2009).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 23: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

14

Universitas Indonesia

2.8.6. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi

Pada prinsipnya desain ruang sterilisasi pusat terdiri dari ruang bersih dan

ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya

kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian

disesuaikan dengan alur kerja. Ruang sterilisasi pusat dibagi atas lima ruang

yaitu:ruang dekontaminasi, ruang pengemasan alat, ruang produksi dan prosesing,

ruang sterilisasi dan ruang penyimpanan barang steril (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2009).

2.8.7. Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat

Instalasi sterilisasi pusat melayani semua unit di rumah sakit yang

membutuhkan kondisi steril. Tatalaksana pelayanan penyediaan barang sterril

terdiri dari : perencanaan dan penerimaan barang (linen, instrumen, sarung

tanggan dan bahan habis pakai), pencucian, pengemasan dan pemberian tanda,

proses sterilisasi, penyimpananan dan distribusi, pemantauan kualiptas sterilisasi

serta pencatatan dan pelaporan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2009).

Barang yang masuk ke dalam ISP dicatat dalam buku penerimaan yang

memuat data tentang tanggal masuk barang, nama dan jumlah barang, nama

ruangan serta keterangan mengenai fisik barang. Barang yang masuk dalam ISP

dapat digolongkan sebagai berikut (Siregar, 2004):

a. Barang bersih

Berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah tangga dan barang

pesanan untuk disterilkan.

b. Barang kotor

Berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan, pakaian, dan alat

kedokteran.

Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang yang dapat dipakai

ulang dengan barang yang sudah rusak seperti sobek, tidak tajam lagi, bekas

pasien AIDS, dan sebagainya. Pemberian desinfektan dengan cara merendam

barang dalam larutan desinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali tenun operasi

yang tidak mengalami proses pemberian desinfektan. Kontrol kualitas dilakukan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 24: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

15

Universitas Indonesia

untuk menjamin mutu sterilitas produk yang dihasilkan. Kontrol kualitas tersebut

diantaranya adalah pemasangan indikator fisik pada barang-barang yang akan

disterilkan, uji mikrobiologi barang-barang yang telah disterilkan, penentuan

tanggal kadaluarsa untuk barang yang telah disterilkan (Siregar, 2004).

2.9 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197 Tahun 2004 pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus

kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi, dan

pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Adapun tujuan

pengelolaan perbekalan farmasi antara lain : mengelola perbekalan farmasi yang

efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanana,

meningkatkan kompetensi/kemamapuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem

informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna serta melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan.

2.9.1. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan

peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas

dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2004).

2.9.2. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan

metode yang dapat dipertanggung jawabkan seperti metode konsumsi,

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 25: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

16

Universitas Indonesia

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.9.2.1 Tujuan Perencanaan

Tujuan utama dari perencanaan dalam farmasi adalah untuk menetapkan

jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2008).

2.9.2.2 Prinsip Perencanaan

Perencanaan obat harus ditetapkan berdasarkan pada pedoman

perencanaan, yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :

a. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk tingkat nasional, formularium

Rumah Sakit untuk tingkat Rumah Sakit, standar diagnosis dan terapi untuk

unit pelayanan fungsional (UPF), dan juga berdasarkan permintaan perbekalan

farmasi.

b. Data catatan medik, untuk mengetahui macam-macam penyakit yang diderita

pasien, rata-rata lama perawatan pasien, serta jumlah pasien dalam kurun

waktu tertentu.

c. Sesuai dengan anggaran yang tersedia.

d. Penetapan prioritas berdasarkan sasaran unit pelayanan, jenis perbekalan

farmasi, dan fungsinya.

e. Siklus penyakit

f. Jumlah stok barang yang tersisa.

g. Data pemakaian periode lalu

h. Rencana pengembangan

2.9.2.3 Metode-Metode Perhitungan Obat

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah

kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam

perhitungan kebutuhan obat, antara lain (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008) :

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 26: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

17

Universitas Indonesia

a. Metode Konsumsi

Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat individual

dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data

konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per

periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas

kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang

umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya

adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode

morbiditas membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum,

sebuah daftar obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-

masalah tersebut dan satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan

(berdasarkan pada praktek rata-rata atau pedoman pengobatan).

c. Metode kombinasi

Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas/epidemiologi, selain itu

dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas

digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam

berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan

menggunakan metode konsumsi

2.9.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui: pembelian (secara tender dan secara

langsung), produksi (steril dan non steril) serta sumbangan/droping/hibah

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Terdapat empat metode pada proses pengadaan, yaitu (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2008) :

a. Pelelangan (tender) terbuka

Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 27: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

18

Universitas Indonesia

Untuk pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu yang lama serta

perhatian penuh.

b. Tender terbatas

Sering disebutkan sebagai lelang tertutup. Hanya dilakukan pada rekanan

tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik. Harga masih dapat

dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan dengan

lelang terbuka.

c. Pembelian dengan tawar-menawar

Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya

dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

d. Pembelian langsung

Pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga tertentu, relatif agak

lebih mahal

2.9.4 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008) :

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.

b. Sediaan farmasi dengan harga murah.

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran.

e. Sediaan farmasi untuk penelitian.

f. Sediaan nutrisi parenteral.

g. Rekonstruksi sediaan obat kanker.

h. Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 28: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

19

Universitas Indonesia

2.9.4.1 Jenis Sediaan Farmasi yang Diproduksi (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008) :

a. Produksi Steril

Persyaratan teknis untuk produksi steril: ruangan aseptis, peralatan, contohnya

laminar air flow (horizontal dan vertikal), autoclave, oven, Cytoguard, dan

alat pelindung diri, sumber daya manusia : petugas terlatih.

Kegiatan produksi steril meliputi:

a. Pembuatan Sediaan Steril. contoh: pembuatan methylen blue, triple dye,

aqua steril

b. Total Parenteral Nutrisi (TPN)

TPN adalah nutrisi dasar yang diperlukan bagi penderita secara intravena

yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara enteral. Contoh

TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, dan

mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas ke dalam kantong khusus

untuk nutrisi.

c. Pencampuran Obat Suntik/ Sediaan Intravena (IV admixture)

IV admixture adalah pencampuran sediaan steril ke dalam larutan

intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril. Contoh

kegiatan IV admixture adalah mencampur sediaan intravena ke dalam

cairan infus dan melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan

pelarut yang sesuai.

d. Pengemasan Kembali (Re-Packing)

e. Rekonstitusi Sediaan Sitostatika

b. Produksi Nonsteril

Kegiatan produksi nonsteril meliputi :

a. Pembuatan Sirup

Contoh sirup yang umum dibuat di Rumah Sakit adalah OBH (Obat Batuk

Hitam).

b. Pembuatan Salep

Contoh : Salep AAV.

c. Pembuatan Puyer

Contoh : obat racikan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 29: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

20

Universitas Indonesia

d. Pengemasan Kembali (Re-Packing)

Contoh : Alkohol, Povidon Iodine

e. Pengenceran

Contoh : H2O2 3%

Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,

kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses

dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah

dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus

terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).

2.9.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi atau sumbangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2008). Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2004):

a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai

certificate of analyse (CA).

b. Barang harus bersumber dari distributor utama.

c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-

bahan berbahaya.

d. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin

(CO).

e. Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.

2.9.6 Penyimpanan

Penyimpanana merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengen cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang

dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 30: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

21

Universitas Indonesia

Tujuan penyimpanan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008) :

a. Memelihara mutu sediaan farmasi.

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

c. Menjaga ketersediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES /SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit, penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi dengan

ketentuan antara lain:

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.

b. Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.

c. Mudah tidaknya meledak/terbakar.

d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya.

e. Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

Ruang penyimpanan harus memperhatikan penempatan rak dan pallet

untuk kemudahan bergerak, suhu, sinar/cahaya, kelembaban, sirkulasi udara,

pemisahan untuk menjamin mutu produk, dan keamanan petugas. Umumnya,

penyimpanan dibagi berdasarkan :

a. Bentuk sediaan

b. Kelas terapi

c. Alfabetis

d. First in First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)

e. Kestabilan sediaan.

2.9.7 Pendistribusian

Kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk

pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan

serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah

tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu tepat

jenis dan jumlah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Distribusi

perbekalan farmasi di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan berbagai pilihan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 31: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

22

Universitas Indonesia

sistem. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan (Departemen Kesehatan Republlik Indonesia,

2004) :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi adalah :

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)

Tatatan kegiatan penghantaran sediaan perbekalan farmasi yang disiapkan

dari persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan

farmasi dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang

tersebut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Pendistribusian

perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang

disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh

petugas farmasi (Departemen Kesehatan, 2004). Sistem ini seharusnya

diminalisasi tetapi dalam beberapa kondisi sistem ini dapat digunakan, yaitu

(Quick, 1997) :

a. Pada unit gawat darurat atau ruang operasi biasanya dibutuhkan obat atau alat

kesehatan dengan segera sehingga lebih baik disediakan stok. Akan tetapi, jika

terdapat satelit farmasi di dekat ruangan tersebut maka sistem ini bisa

dihindari.

b. Dalam keadaan gawat darurat, obat-obatan diharuskan tersedia di ruang

pelayanan pasien. Oleh sebab itu, umumnya disediakan stok obat-obat gawat

darurat di ruang rawat. Farmasi bertanggung jawab melakukan pengawasan

untuk obat-obat tersebut.

c. Untuk obat-obatan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan biayanya

murah dapat dilakukan distribusi dengan sistem ini. Hal tersebut dilakukan

dengan pertimbangan resiko bahaya keamanan pasien atas obat tersebut

rendah.

Keuntungan dari sistem ini antara lain: pelayanan lebih cepat, menghindari

pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke IFRS dan mengurangi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 32: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

23

Universitas Indonesia

penyalinanan order perbekalan farmasi (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

Kelemahan dari sistem ini antara lain: meningkatnya kesalahan, persediaan

diruang rawat dengan fasilitas terbtas, kehilangan dan kerusakan perbekalan

farmasi, pengendalian persediaan dan mutu kurang diperhatikan perawat, serta

menambah beban kerja perawat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2008).

b. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)

Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi

diberikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep. Pendistribusian

perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan melalui instalasi

farmasi (Departmen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Keuntungan dari sistem ini adalah : pengkajian langsung oleh apoteker,

terjadi interaksi profesional (apoteker, dokter, dan perawat), pengendalian

persediaan serta mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Kelemahan dari sistem ini adalah : memerlukan waktu yang lama untuk

obat sampai ke pasien dan pasien membayar obat yang kemungkinan tidak

digunakan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

c. Sistem Unit Dosis

Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diorder oleh dokter untuk pasien

terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing

dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk

suatu waktu tertentu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Pada

sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep perorangan yang

disiapkan, diberikan/digunakan, dan dibayar dalam unit untuk penggunaan satu

kali dosis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Penyiapan dan

pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan

dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke

pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap bukan

untuk pasien rawat jalan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 33: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

24

Universitas Indonesia

Keuntungan dari sistem ini adalah: pasien hanya membayar obat yang

telah dipakainya, tidak ada kelebihan obat yang tidak terpakai di ruang perawatan,

semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu yang

lebih untuk merawat pasien, menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh

farmasi ketika membaca resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat

serta oleh perawat ketika membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan

obat kepada pasien, mengurangi kesalahan pengobatan (medication error),

memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat dan dokter serta

pasien, memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang

dibutuhkan untuk Drug Use Review (pengkajian penggunan obat) serta

mempermudah pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi

(Departemen Kesehatan jRepublik Indonesia, 2008).

Kelemahan dari sistem ini adalah : membutuhkan banyak tenaga farmasi

dan meningkatkannya biaya operasional (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

.

2.10. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.10.1. Pengkajian Resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrinning resep

meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis

Persyaratan administrasi meliputi :

a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin dan berat badan

pasien

b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

c. Tanggal resep

d. Ruangan/unit asal resep

Kesesuaian farmasetik meliputi :

a. Bentuk dan kekuatan sediaan

b. Dosis dan jumlah obat

c. Stabilitas dan ketersediaan

d. Aturan, cara dan teknik penggunaan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 34: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

25

Universitas Indonesia

Pertimbangan klinis meliputi :

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

b. Duplikasi pengobatan

c. Alergi, interaksi dan efek samping obat

d. Kontra indikasi

e. Efek aditif

2.10.2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada tenaga

kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

dilingkungan Rumah Sakit.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.

c. Meningkatkan profesionalisme apoteker.

d. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi :

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, dan label obat.

d. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan

formularium Rumah Sakit.

e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

f. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

2.10.3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 35: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

26

Universitas Indonesia

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis

dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin

(terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang), menentukan frekuensi

dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/

mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:

a. Menganalisa laporan ESO

b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO

c. Mengisi formulir ESO

d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional

Faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni kerjasama

dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring ESO.

Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat

mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan

sukarela oleh praktisi individu, mengkaji kartu pengobatan pasien, surveilan obat

individu dan surveilan unit pasien.

2.10.4. Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)

Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi

permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek

samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat dan kesalahan dalam

penyiapan dan pemberian obat (Quick, 1997). Pengkajian penggunaan obat

merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,

efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat

adalah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004):

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/dokter tertentu.

b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu

dengan yang lain.

c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 36: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

27

Universitas Indonesia

Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah (Quick, 1997):

a. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

1) Rata-rata jumlah obat per pasien.

2) Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik.

3) Persentase pasien yang diresepkan antibiotik.

4) Persentase pasien yang diresepkan injeksi.

5) Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.

b. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

1) Rata-rata waktu konsultasi.

2) Rata-rata waktu dispensing.

3) Persentase obat aktual yang disiapkan.

4) Persentase pelabelan yang benar.

5) Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.

c. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

1) Ketersediaan daftar obat-obat esensial.

2) Ketersediaan obat-obat esensial.

2.10.5. Konseling

Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan

rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan

pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,

efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi

dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pasien rujukan dokter,

b. Pasien dengan penyakit kronis,

c. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,

d. Pasien geriatrik, dan

e. Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 37: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

28

Universitas Indonesia

Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya:

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh

dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:

1) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

2) Bagaimana cara pemakaiannya

3) Efek yang diharapkan dari obat tersebut

c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

d. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

2.10.6. Ronde/Visite Pasien

Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk:

a. Pemilihan obat.

b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik.

c. Menilai kemajuan pasien.

d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan

tersebut kepada pasien.

f. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat

terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.

g. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin

penggunaan obat yang benar.

h. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk

pemberian obat.

Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan

penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker

sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 38: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

29 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

3.1.1 Sejarah Singkat

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

didirikan tahun 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting. Pada

masa penjajahan Jepang, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berubah nama

menjadi Rumah Sakit Perguruan Tinggi (Ika Daigaku Byongin). Tahun 1964

kembali terjadi perubahan nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.

Tjipto Mangunkusumo (RSTM). Setelah beberapa kali mengalami pergantian

nama, akhirnya sejak tahun 1994 hingga kini, rumah sakit yang berada di Jl.

Diponegoro No.71 Jakarta Pusat ini dikenal sebagai Rumah Sakit Umum Pusat

Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo atau yang biasa disingkat menjadi

RSCM.

3.1.2 Visi dan Misi

RSCM memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat

Rujukan Nasional Terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014” dengan misi sebagai

berikut:

a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh

semua lapisan masyarakat.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.

c. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang mandiri.

3.1.3 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima

direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan

dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat

Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 39: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

30

Universitas Indonesia

rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada

Lampiran 1.

Secara garis besar, manajemen RSCM terdiri dari manajemen klinik dan

manajemen operasional. Manajemen klinik memiliki beberapa indikator sebagai

berikut:

a. Menurunkan angka kematian.

b. Mencegah kecacatan (disability).

c. Menurunkan infeksi nosokomial (disease infection).

d. Meminimalisir ketidaknyamanan (discomfort).

e. Tidak tercapainya hasil tindak sesuai prediksi (dissatisfaction).

f. Kecacatan nol – sembuh tanpa gejala (zero defect).

Sementara itu, manajemen operasional memiliki empat indikator sebagai

berikut:

a. Cepatnya mendapat pertolongan dokter.

b. Cepatnya mendapat kamar.

c. Cepatnya mendapat pertolongan perawat.

d. Keseringan ketergantungan dengan yang lain dalam diagnosa dan terapi.

3.1.4 Klasifikasi

RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang

merupakan pusat rujukan nasional. Selain itu, RSCM juga merupakan rumah sakit

pendidikan yang bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program

pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis. Hubungan erat RSCM dengan FKUI

seperti mata uang dengan dua sisi dimana sepertiga tenaga medis RSCM

merupakan staf FKUI yang melakukan pelayanan, pendidikan, dan penelitian di

RSCM. Beberapa bentuk kerjasama keduanya antara lain pengalaman belajar

klinis peserta didik program pendidikan kedokteran dan PPDS RSCM, program

pendidikan FKUI yang dilaksanakan di RSCM, dan Departemen Klinik FKUI

yang terletak di RSCM.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 40: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

31

Universitas Indonesia

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

3.2.1 Visi dan Misi

Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi Penyelenggara Pelayanan

Farmasi yang Komprehensif dengan Kualitas Terbaik dan Mengutamakan

Kepuasan Pelanggan pada Tahun 2014” dengan misi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.

b. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

c. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan keselamatan

pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.

d. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

e. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai

persyaratan mutu.

f. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.

g. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan farmasi.

3.2.2 Tujuan Pelayanan Farmasi

a. Membuat program pelayanan farmasi yang dapat menjamin keamanan dan

ketepatan penggunaan obat bagi pasien.

b. Mengelola perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit.

c. Memproduksi sediaan farmasi tertentu sesuai kebutuhan.

d. Memberikan pelayanan farmasi klinik secara profesional bagi pasien sehingga

tujuan pengobatan tercapai.

e. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah

sakit.

f. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan dokter, perawat, dan tenaga

kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi di rumah sakit.

g. Membantu penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional kepada pasien.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 41: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

32

Universitas Indonesia

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Instalasi Farmasi RSCM bertugas melaksanakan pengelolaan perbekalan

farmasi yang optimal, meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan farmasi, serta

melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etika

profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pendidikan, pelatihan dan enelitian di bidang Farmasi. Dalam menjalankan

tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan

kefarmasian

b. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi

c. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk emmenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

d. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.

f. Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.

g. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat

kesehatan.

h. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

i. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.

j. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.

k. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.

l. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu

pengelolaan pelayanan kefarmasian.

m. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.

n. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

3.2.4 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Instalasi Farmasi RSCM adalah satuan kerja fungsional yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Medik dan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 42: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

33

Universitas Indonesia

Keperawatan. Instalasi Farmasi yang berpusat di Gedung Central Medical Unit

(CMU) 2 lantai 3 dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi

RSCM yang membawahi empat sub instalasi, yaitu:

a. Sub Instalasi Administrasi dan Keuangan (Adminkeu),

b. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi,

c. Sub Instalasi Produksi, dan

d. Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan

(Farklin Diklitbang).

Tenaga kerja di Instalasi Farmasi RSCM terdiri dari 28 orang apoteker, 153 orang

asisten apoteker, 14 orang tenaga administrasi, dan 29 orang pekarya. Struktur

organisasi Instalasi Farmasi RSCM secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

PFT adalah panitia ahli yang mewakili staf medis dan farmasi. PFT

bertugas membantu pimpinan RSCM dalam merumuskan berbagai kebijakan dan

peraturan tentang obat yakni untuk mencapai penggunaan obat yang rasional

sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh setiap pasien.

Keanggotaan PFT RSCM adalah berdasarkan pengusulan dari Kepala

Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama RSCM. Anggota

PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun.

PFT menyusun program kerja tentang pemilihan obat dan penyusunan

formularium. PFT mengajukan anggaran setiap tahun untuk mendukung program

kerja. Tugas PFT mencakup:

a. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua

masalah yang ada kaitannya dengan obat, alat kesehatan habis pakai, dan

bahan diagnostik.

b. Menyusun kebijakan penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan diagnostik di

RSCM.

c. Menyusun formularium obat, alat kesehatan, dan bahan diagnostik; dan

memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan bahan

diagnostik didasarkan pada efektivitas, keamanan, kualitas, dan harga. PFT

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 43: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

34

Universitas Indonesia

harus mampu menghindari terjadinya duplikasi obat, baik obat dengan nama

generik yang sama atau obat dengan indikasi yang sama.

d. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang

menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman, dan hemat

biaya.

e. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran

informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan, dan

penggunaan obat kepada staf medis RSCM.

f. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan, dan

penggunaan obat.

g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi di

RSCM.

h. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan

mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.

PFT perlu mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali

untuk membicarakan implementasi dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi

dan penggunaan obat. Rapat pleno PFT dihadiri oleh seluruh anggota PFT. Setiap

anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi

atau kelompok dan semata-mata adalah untuk kepentingan pasien. Keputusan

rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila

musyawarah tidak berhasil, maka dilakukan pemungutan suara.

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah

terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk

terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran

mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang

utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus

sebagai first step to quality. Oleh karena itu, ISP menjadi unit yang sangat

dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-barang steril

untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril menjadi

produk akhir sterilisasi di ISP.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 44: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

35

Universitas Indonesia

3.4.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat

ISP disebut sebagai Instalasi Sterilisasi Pusat merupakan unit kerja yang

bertugas menyediakan barang-barang dan peralatan steril yang dibutuhkan oleh

departemen/instalasi/unit kerja lainnya di RSCM.

3.4.2 Visi dan Misi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Visi dari ISP RSCM adalah menjadi ISP yang terkemuka di Asia Pasifik

Tahun 2014. Misi dari ISP RSCM adalah:

a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu.

b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan.

c. Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi.

d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal.

e. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di

bidang sterilisasi.

3.4.3 Tujuan dan Strategi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Tujuan dari ISP RSCM adalah tercapainya pelayanan pusat sterilisasi

dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang digagas adalah:

a. Meningkatkan efisiensi produktivitas.

b. Meningkatkan profesionalisme.

c. Menciptakan restrukturisasi.

d. Menerapkan sistem managemen keuangan.

e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost.

f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.

3.4.4 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

ISP RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yang

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional. Struktur

organisasi ISP RSCM dapat dilihat pada Lampiran 3. Kepala Instalasi Pusat

Sterilisasi membawahi empat penanggung jawab sebagai berikut:

a. Penanggung Jawab SDM dan Keuangan.

b. Penanggung Jawab Peralatan dan Pelayanan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 45: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

36

Universitas Indonesia

c. Penanggung Jawab Administrasi dan Rumah Tangga.

d. Penanggung Jawab Logistik dan Inventaris.

Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian,

yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala

bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggung jawab yang menjadi

pelaksana kegiatan. Kepala Sub Instalasi Operasional membawahi Penanggung

Jawab Dekontaminasi, Penanggung Jawab Pengemasan dan Labeling, dan

Penanggung Jawab Proses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu

membawahi Penanggung Jawab Penyimpanan dan Distribusi, Penanggung Jawab

Quality Control, dan Penanggung Jawab Audit Mutu.

3.4.5 Ruang dan Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM

Ruang ISP RSCM memiliki suhu 180-22

0 C dan kelembaban 35-75%.

Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan pada setiap ruangan

harus memiliki exhaust/ hepafilter. Alat yang digunakan untuk membantu

sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat sterilisator, autoclave

sterilisator, dan plasma sterilisator. ISP RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:

a. Area unclean

Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.

b. Area clean

Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.

c. Area steril

Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan

distribusi barang steril.

3.4.6 Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang

tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup

dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi

perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup

dalam hal khusus, seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 46: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

37

Universitas Indonesia

Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di ISP. Keuntungan

sentralisasi tersebut diantaranya, yaitu peningkatan efisiensi ruangan, SDM,

peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin karena

adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan

dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu, ISP juga akan

lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali serta dapat mencegah duplikasi

dalam proses sterilisasi.

3.4.7 Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat

a. Alur Perpindahan Barang Satu Arah

ISP RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang. Alur tersebut berupa alur

satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke area steril. Pada area

kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir. Barang direndam,

dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area bersih. Pada

area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas kemudian

diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu barang

akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk

ke area steril dan disimpan.

b. Alur Aktivitas Fungsional

Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.

Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang

bersih ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer

diserahkan melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan

dekontaminasi lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan

dan pemberian label, petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang.

Barang bersih yang lolos uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan

labeling. Setelah dikemas dan diberi label, barang diuji mutunya sebelum

memasuki proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi, barang steril yang rusak

akan dilakukan proses ulang dengan mengulang proses sterilisasi dari awal.

Sedangkan, barang yang kondisinya memenuhi persyaratan akan ditempatkan

di penyimpanan barang steril. Barang-barang di penyimpanan barang steril

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 47: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

38

Universitas Indonesia

kemudian didistribusikan melalui loket distribusi dan akan diawasi mutunya

oleh customer.

c. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar

Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan dan

labeling. Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah

dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.

Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses

sterilisasi, barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian

penyimpanan barang steril untuk didistribusikan.

d. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai

Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui proses

dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi

sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol

spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan.

Setelah penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah.

Barang diuji secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang

steril untuk didistribusikan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 48: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

39 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi (Gudang PF)

Gudang perbekalan farmasi merupakan sarana penting dalam proses

pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam struktur organisasi IFRS gudang

perbekalan farmasi berada dibawah Sub Instalasi Perbekalan Farmasi. Gudang

perbekalan farmasi Gudang perbekalan farmasi terdiri dari Gudang farmasi I

(Gudang alat kesehatan I, II, III; Gudang obat oral dan injeksi; Gudang B3),

Gudang farmasi II (Gudang Cairan) dan Gudang gas medis. Tata ruang gudang

pusat diatur berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan

farmasi yaitu sistem arus U yang terdiri atas ruang penerimaan, gudang alat

kesehatan, gudang obat, gudang akses terbatas, ruang administrasi, gudang B3 dan

ruang pendistribusian.

Sebagai bagian dari pengelola perbekalan farmasi di RSCM, kegiatan

utama yang dilakukan peugas gudang dalam menjaga ketersediaan perbekalan

farmasi antara lain perencanaan pengadaan perbekalan farmasi ke distributor,

penerimaan perbekalan farmasi dari distributor, penyimpanan dan pendistribusian

perbekalan farmasi ke seluruh satelit farmasi dan unit kerja di RSCM.

Gudang pusat beroperasi dari hari Senin hingga Jumat mulai pukul 08.00

hingga 20.00 WIB yang terbagi menjadi dua shift yaitu pukul 08.00- 15.30 WIB

dan 12.00-20.00 WIB. Tenaga kerja di gudang perbekalan farmasi yang

bertanggung jawab terhadap gudang I dan gudang II berjumlah 18 orang terdiri

dari 1 orang Apoteker penanggung jawab, 1 orang Asisten apoteker (AA) yang

bertugas sebagai supervisor, 5 orang Asisten apoteker pelaksana obat, 3 orang

Asisten apoteker pelaksana alat kesehatan, 4 orang Asisten apoteker pelaksana

administrasi dan 4 orang Pekarya.

4.1.1 Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi

Perencanaan pengadaan PF dari distributor ke gudang dilakukan dengan

dua cara yaitu menggunakan sistem IT untuk menarik data stok akhir atau sistem

manual yaitu asisten menarik data dari kartu stok. Pengadaan dilakuakan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 49: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

40

Universitas Indonesia

berdasarkan permintaan/defekta PF yang terdiri dari permintaan rutin pada hari

senin dan rabu, serta permintaan mendesak/cito setiap hari. Gudang pusat

menyusun permintaan/defekta perbekalan farmasi yang dibutuhkan kemudian

mengirimnya kebagian pemesanan di Instalasi Farmasi untuk dibuatkan Surat

Pesanan (SP). Jika permintaan telah di setujui oleh Kepala Sub Instalasi

Perbekalan Farmasi, petugas pemesanan akan menghubungi distributor terkait.

Dalam waktu kurang lebih tiga hari perbekalan farmasi yang diminta akan dikirim

ke gudang pusat.

4.1.2 Penerimaan Perbekalan Farmasi

Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh panitia penerimaan

bersama petugas gudang kecuali untuk pengadaan dengan cara pembelian

langsung. Penerimaan dilakukan pada jam operasional gudang mulai pukul 08.00

hingga 16.00 WIB. Saat penerimaan, dilakukan pemeriksaan dokumen dan fisik

perbekalan farmasi yang dikirim. Kemudian panitia penerimaan membubuhkan

tanda tangan, nama jelas dan stempel serta tanggal penerimaan pada faktur

penjualan, dan salinan faktur yang diserahkan kepada petugas administrasi untuk

diproses lebih lanjut. Sedangkan petugas gudang bertugas menginput data

perbekalan farmasi yang diterima kedalam sistem komputer dan kartu stok manual

yang meliputi spesifikasi produk, asal distributor, jumlah dan waktu kadaluarsa.

Pemeriksaan dokumen meliputi pemeriksaan kesesuaian antara faktur

penjualan dengan daftar pesanan kelengkapan dokumen seperti surat jalan/faktur

penjualan, certificate of origin (CO) untuk alat kesehatan/alat kedokteran,

certificate of analysa (CA) untuk bahan baku dan material safety data sheet

(MSDS) untuk bahan berbahaya. Hingga saat ini, pengiriman dokumen terkait

keamanan dan kualitas produk ini masih belum sepenuhnya dilaksanakan oleh

semua distributor rekanan. Pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima

meliputi dari produk yang dikirim, waktu kadaluarsa, spesifikasi dan kesesuaian

penanganan obat termolabil. Pengiriman obat termolabil disyaratkan

menggunakan cool box yang dilengkapi dengan termometer penunjuk suhu dan

dipastikan berada pada rentang 2-8°C, jika pengiriman tersebut tidak sesuai

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 50: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

41

Universitas Indonesia

dengan yang disyaratkan maka petugas gudang akan melakukan penukaran

produk yang baru.

4.1.3 Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Pengaturan tata ruang gudang perlu dilakukan untuk memudahkan

penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi.

Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi di

RSCM di tempatkan pada beberapa tempat yang terpisah, yaitu obat, alat

kesehatan dan B3 disimpan di gudang I; cairan-cairan infus disimpan di gudang

II; gas medis disimpan di gudang gas medis; sedangkan reagensia, bahan baku dan

radiofarmaka disimpan di unit kerja yang terkait. Pengaturan penyimpanan

perbekalan farmasi di gudang I dilakukan berdasarkan alfabetis dengan

penyimpanan dipisah untuk obat yang tergolong obat LASA walaupun memiliki

nama dengan alphabet yang berdekatan guna menghindari kesalahan dispensing.

4.1.3.1 Obat

Kategori penyususnan obat berdasarkan :

a. Tujuan penggunaan : obat oral dan obat luar

b. Bentuk sediaan : sediaan padat dan cair (untuk obat dalam) dan semi solid dan

injeksi (obat luar)

c. Penyimpanan khusus : narkotika dan psikotropika, obat mahal, sitostatika,

high alert

d. Stabilitas : obat termolabil disimpan didalam lemari pendingin dengan suhu

yang sesuai

e. Generik dan Nama dagang

f. Askes dan Non Askes

4.1.3.2 Alat Kesehatan

a. Khusus yaitu berdasarkan unit kerja, misal : mata, PJT

b. Penggunaan/ fungsi, misal : dressing

c. Volumenious yaitu berdasarkan volume perbekalan farmasi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 51: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

42

Universitas Indonesia

4.1.3.3 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

B3 disimpan diruang terpisah tahan api disertai tanda B3 dan MSDS.

4.1.3.4 Gas Medis

Tempat penyimpanan gas medis dibagi menjadi :

a. Gudang gas medis tabung, farmasi bertanggung jawab pada pengelolaan

b. Gudang gas medis cair, farmasi bertanggung jawab pada penerimaan dan

perawatan.

Dalam upaya menjaga mutu perbekalan farmasi yang disimpan, petugas

gudang melakukan langkah-langkah berikut ini :

a. Melakukan stock opname tiga bulan sekali

Stock opname di gudang berguna untuk mengetahui perbekalan farmasi

kesesuaian fisik perbekalan farmasi yang ada dengan yang tertera di dalam

kartu stok dan system IT serta mengetahui perbekalan farmasi yang akan

kadaluarsa dalam waktu dekat. Produk yang akan kadaluarsa kurang dari tiga

bulan diberi label kadaluarsa berwarna kuning. Selain itu, gudang juga

menerima laporan bulanan perbekalan farmasi yang akan kadaluarsa tiga

bulan kedepan dari tiap satelit farmasi/unit kerja.

b. Melakukan pemantauan suhu lemari pendingin dan suhu ruangan setiap hari.

Pemantauan suhu lemari pendingin dilakukan tiga kali sehari pada pukul

06.00, 14.00 dan 20.00 WIB sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan

satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB untuk menjaga stabilitas obat yang

membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.

c. Penanganan produk bermasalah

Gudang juga bertanggung jawab atas perbekalan farmasi yang tidak

memenuhi persyaratan dan telah kadaluarsa. Untuk perbekalan farmasi yang

tidak memenuhi persyaratan akan dilakukan penukaran ke distributor,

sedangkan yang akan kadaluarsa dilakukan penukaran ke distributor bila

disetujui dan bila telah kadaluarsa dilakukan pemusnahan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 52: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

43

Universitas Indonesia

4.1.4 Pendistribusian Perbekalan Farmasi

Pendistribusian merupakan proses penyaluran perbekalan farmasi dari

gudang yang dilakukan berdasarkan permintaan yang disertai bukti serah terima.

Gudang melayani permintaan rutin yang telah dijadwalkan untuk setiap satelit dan

unit kerja serta permintaan mendesak/cito setiap hari. Pemintaan rutin dilakukan

melalui dua cara yaitu sistem online dan sistem manual. Sistem online dilakukan

oleh satelit farmasi ke gudang yang akan mencetak langsung surat permintaan

perbekalan farmasi satu hari sebelum pengambilan perbekalan farmasi. Sistem

manual dilakukan oleh unit kerja dengan menggunakan formulir permintaan

perbekalan farmasi yang harus diantar langsung oleh petugas dari unit kerja ke

gudang satu hari sebelum pengambilan perbekalan farmasi.

Setelah permintaan diterima, petugas akan menyetujui permintaan sesuai

dengan persediaan yang ada digudang. Selanjutnya, petugas gudang akan

menyiapkan perbekalan farmasi yang disetujui serta melakukan pencatatan jenis

dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada formulir permintaan. Petugas

administrasi akan memproses formulir permintaan tersebut untuk mendapatkan

Form Distribusi Obat/Alkes bagi tiap satelit farmasi atau unit kerja terkait.

Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas gudang akan menghubungi

satelit farmasi atau unit kerja terkait untuk memberitahukan bahwa perbekalan

farmasi sudah siap diambil dan diverifikasi asisten apoteker dari satelit farmasi

atau unit kerja tersebut. Pada saat penyerahan dilakukan pengecekan kembali oleh

petugas gudang dan Asisten apoteker dari pihak satelit farmasi atau unit kerja

dengan membaca ulang dan memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan.

setelah pengecekan kembali sesuai dilakukan penandatanganan bersama form

distribusi obat/alkes, lembar yang asli disimpanoleh gudang sedangkan lembar

copy untuk satelit farmasi atau unit kerja. Sedangkan untuk satelit/ unit kerja yang

tidak memiliki petugas untuk mengambil perbekalan farmasi, petugas gudang

yang akan mengantarkan.

Khusus untuk permintaan cito pendistribusiannya dapat dilakukan setiap

hari hal ini karena permintaan cito berasal dari permintaan darurat atau karena

kekosongan perbekalan farmasi di satelit farmasi atau unit kerja serta gudang

pusat atau dari permintaan obat yang bukan termasuk kontrak tender. Proses

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 53: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

44

Universitas Indonesia

pendistribusian permintaan cito sama seperti permintaan rutin. Untuk memenuhi

permintaan perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit

harus menghubungi penanggung jawab gudang untuk mengambil perbekalan

farmasi di gudang dengan satu orang saksi dari Satelit Farmasi Pusat dan petugas

keamanan untuk membuka pintu gudang.

Selama pelaksanaan PKPA mahasiswa berkesempatan untuk mengamati

dan membantu melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pendistribusian

perbekalan farmasi di gudang pusat diantaranya :

a. Membantu menempelkan label high alert pada obat yang tergolong high alert

dan label obat kanker pada obat yang tergolong obat sitostatik

b. Membantu merapikan susunan sediaan obat oral dengan menyusunnya secara

FEFO dan memeriksa waktu kadaluarsa dari tiap obat. Untuk obat yang akan

expired date kurang dari tiga bulan diberi label kuning dan disimpan dalam

plastik kuning.

c. Memeriksa kesesuaian jumlah obat oral yang tertera pada kartu stok dengan

jumlah fisik yang ada.

d. Membantu mengecek ketersediaan obat yang tiga bulan lagi akan expired date

yang tertera dalam database apakah masih ada atau telah habis.

Hasil pengamatan selama melakukan praktek kerja antara lain :

a. Penyimpanan B3 belum sesuai untuk keamanan, MSDS tidak lengkap dan

belum semua diterjemahkan.

b. Keterlambatan penerimaan PF dari distributor dikarenakan gudang perbekalan

farmasi di RSCM berlokasi ditengah-tengah area rumah sakit dan belum

terdapat fasilitas jalan yang memadai untuk dapat diakses pihak eksternal dan

distributor kesulitan dalam mencari lahan parkir. Gudang perbekalan famasi

yang ideal ditempatkan pada posisi yang strategis, dapat diakses oleh pihak

internal maupun eksternal dan memiliki akses jalan yang baik sehingga

mengefisiensikan aktivitas keluar masuk perbekalan farmasi.

Saran dalam mengatasi masalah tersebut yaitu :

a. Masalah penanganan penyimpanan B3 sebaiknya ruangan disertai sistem

pengamanan dini seperti smoke detector. Selain itu meminta distributor untuk

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 54: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

45

Universitas Indonesia

menyertakan MSDS saat mengirimkan B3, sebaiknya yang sudah

diterjemahkan bila tidak bisa maka petugas gudang harus menerjemahkannya.

b. Masalah keterlambatan penerimaan PF dari distributor sebaiknya lokasi

gudang dibuat lebih ideal dengan penambahan jalan untuk mobil sehingga

mudah diakses pihak eksternal atau membuat jadwal rutin penerimaan PF dan

menyediakan lahan parkir khusus distributor pada jam yang telah terjadwal

tersebut.

4.2 Sub Instalasi Produksi

Salah satu kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM dilakukan

yaitu dengan melakukan kegiatan produksi yang dilakukanoleh Sub Instalasi

Produksi. yang berlokasi di Gedung Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3

melayani produksi sediaan farmasi dan pelayanan aseptik dispensing. Produksi

sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non steril.

Lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM adalah di:

a. CMU 2: pencampuran obat suntik (IV admixture) (4 asisten apoteker),

pencampuran obat kemoterapi (3 Asisten Apoteke dan 1 pekarya), repacking

obat padat steril (2 asisten apoteker)

b. Perinatologi : pencampuran obat suntik (iv adm), TPN (5 asisten apoteker)

c. Gedung A lt 8: pencampuran obat kemoterapi (4 asisten apoteker)

d. IKA: pencampuran obat kemoterapi (2 asisten apoteker)

4.2.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di Sub Instalasi Produksi

terdiri dari 2 apoteker, 20 asisten apoteker (AA) dan 4 pekarya. Sub instalasi

produksi beroperasi selama 2 shift, dari jam 08.00-20.00 dari hari Senin hingga

Sabtu.

4.2.2 Fasilitas

Sub Instalasi Produksi memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan

produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan

dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam runagan tersebut. Ruang

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 55: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

46

Universitas Indonesia

karantina merupakan ruangan tempat alat yang baru masuk disimpan sebelum

digunakan untuk proses produksi.

a. Ruang pencucian, tempat alat dan kemasan yang digunakan dibersihkan.

b. Bahan baku, tempat disimpannya bahan baku obat yang digunakan dalam

proses produksi. Penyimpanan disimpan berdasarkan penggunaan bahan baku,

yaitu untuk bahan baku sediaan oral dan obat luar.

c. Ruang peracikan sediaan farmasi non steril terdiri dari: ruangan tempat

dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan farmasi/obat luar

d. Ruang produksi steril merupakan ruang tempat dilakukannya kegiatan

produksi steril dan repackaging.

e. Ruang uji mutu, ruangan tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas

sediaan yang dihasilkan.

f. Ruang penyiapan aseptik

Pada ruang penyiapan aseptic terbagi menjadi beberapa ruang antara lain:

a. Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukan peracikan dan

pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi yang sifatnya sitostatik.

Prinsip ruangan ini adalah ruangan bertekanan negatif, sehingga tekanan

dari luar ruangan lebih besar dari tekanan dalam ruangan. Dengan prinsip

seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar

keluar ruangan.

b. Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat

dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik

atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan

positif, sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar disbanding luar

ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari

luar ruangan.

4.2.3 Kegiatan Sub Instalasi Produksi

Kegiatan yang dilakukan di Sub Instalasi Produksi adalah pengadaan

sediaan farmasi steril, non steril dan aseptik. Sediaan yang diproduksi memiliki

kriteria sebagai berikut:

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 56: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

47

Universitas Indonesia

a. Formula khusus

b. Kemasan yang lebih kecil (repacking)

c. Tidak ada di pasaran

d. Untuk penelitian

e. Harga lebih murah

f. Produk Recenter Paratus (harus dibuat segar)

4.2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi yang digunakan dalam kegiatan produksi, dikelola

sesuai dengan alur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, produksi dan

distribusi.

a. Perencanaan dan pengadaan

Sub instalasi produksi melakukan defekta seminggu sekali yaitu pada hari

Senin langsung ke Gudang Farmasi Pusat. Permintaan sesuai dengan

kebutuhan bahan baku yang akan digunakan.

b. Penyimpanan

Bahan baku yang diperoleh dari gudang disimpan di Ruang Bahan Baku.

Penyimpnan dipisahkan berdasarkan tujuan penggunaan obat, obat luar dan

Obat Oral. Suhu ruangan dijaga agar terdapat dalam rentang di bawah 250C

agar mutu bahan baku tetap terjaga.

c. Produksi

Sediaan yang diproduksi oleh instalasi produksi berupa sediaan non steril,

steril dan aseptik. Sub Instalasi Produksi bertanggungjawab dalam melayani

permintaan dari seluruh RSCM. Untuk dispensing sediaan sitostatika yang ada

di CMU 2 melayani permintaan dari RSCM Kencana dan pasien rawat jalan

yang akan melaksanakan kemoterapi. Sediaan parenteral yang diproduksi,

salah satunya adalah campuran NaCl dan KCl premix, dibuat agar

memudahkan dalam pemberian.

Alur pelayanan di Instalasi Produksi dimulai ketika ada permintaan barang

berupa sistem peresepan elektronik atau formulir permintaan barang dari gudang.

Permintaan dibagi menjadi formula standar dan resep individu. Selanjutnya

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 57: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

48

Universitas Indonesia

petugas memeriksa kelengkapan resep. Apabila resep telah diperiksa, petugas akan

memulai proses produksi. Proses produksi ditulis dalam buku pembuatan obat.

d. Distribusi

Terdapat 84 jenis sediaan yang diproduksi oleh Sub Instalasi Produksi dengan

jumlah yang rutin diproduksi tiap bulan kurang lebih sebanyak 40 jenis.

Distribusi hasil produksi dilakukan ke Gudang Farmasi sebagai ruang

penyimpanan. Gudang kemudian mendistribusikan hasil produksi langsung ke

unit kerja yang membutuhkan. Untuk sediaan aseptik dispensing, sediaan

dengan formula standar, seperti KCL premix didstribusikan melalui Gudang

Farmasi, sementara untuk permintaan khusus langsung didistribusikan ke unit

pelayanan kesehatan yang membutuhkan.

Selama melakukan kegiatan PKPA di bagian Sub Instalasi Produksi,

mahasiswa ikut mengamati kegiatan produksi sediaan farmasi, salah satunya

kegiatan handling cytotoxix (dispensing obat sitotoksik) berupa obat kemoterapi.

Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Instalasi

Produksi adalah:

a. Penerimaan obat sitostatik

Pasien sebisa mungkin tidak dilibatkan dalam pendistribusian obat sitostatik

untuk menjamin keamanan pasien dan kualitas obat sitostatik yang umumnya

tergolong mahal. Pengantaran dilakukan oleh petugas satelit pusat atau unit

lain. Petugas handling cytotoxic yang menerima terlebih dulu memeriksa obat-

obat yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai

dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan rekonstitusi.

Penyimpanan obat hasil rekonstruksi dapat disimpan di Sub Instalasi Produksi

sebagai obat titipan pasien. Formulir pencampuran obat sitostatik dapat dilihat

pada lampiran 4.

b. Penerimaan resep

Resep kemoterapi berbeda dengan resep obat lainnya, yakni berupa formulir

pelayanan pencampuran obat sitostatika instalasi farmasi. Selain itu, untuk

menghindari terjadinya kesalahan, formulir juga dilengkapi dengan protokol

kemoterapi yang dituliskan dokter. Selanjutnya petugas depo sitostatik

melakukan pengkajian resep dengan memeriksa kesesuaian pasien, dosis,

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 58: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

49

Universitas Indonesia

ketersedian obat untuk menjamin keamanan pasien.Contoh protokol

kemoterapi dapat dilihat pada lampiran 5.

c. Persiapan pencampuran obat sitostatik

Persiapan pencampuran obat sitostatik meliputi penyiapan obat sitostatik,

cairan pelarut, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu

juga dilakukan penulisan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik

(RM), jumlah obat yang direkonstruksi beserta jumlah cairan pelarutnya, rute

pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kadaluarsa.

Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan dalam

kotak obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam

ruang steril tempat penyiapan obat secara aseptis.

d. Pencampuran obat sitostatik

Sebelum dilakukan pencampuran, petugas harus menggunakan APD sesuai

dengan ketentuan yang berlaku terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk

menjamin sterilitas produk yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas

sendiri. Persiapan tersebut meliputi menggunakan baju steril dan alat

pelindung diri seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95, dan

penutup mata (goggle) serta penutup kaki. Sarung tangan yang dikenakan

untuk prosedur aseptis rangkap dua, sarung tangan yang kedua dipakai setelah

masuk ke dalam ruang steril.

Persiapan lain yang perlu dilakukan yaitu membersihkan searah bagian

dalam Bio Safety Cabinet (BSC), kemasan obat, cairan dan spuit yang akan

dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alkohol, menyiapkan tempat

pembuangan tertutup khusus limbah sitostatik, dan menyiapkan peralatan lain

yang dibutuhkan seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

pencampuran obat sitostatik dilakukan di ruang steril dalam Biological Safety

Cabinet (BSC) yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) vertikal.

e. Pengemasan obat sitostatik

Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatik ditempelkan etiket dan label

obat sitostatik yang sesuai. Pelabelan dan pemberian etiket dilakukan di dalam

ruang steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat di lapisi dengan

menggunakan aluminium foil. Sediaan akhir yang telah selesai dikerjakan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 59: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

50

Universitas Indonesia

diletakkan kembali ke dalam kotak khusus dan dikeluarkan dari ruang steril

melalui pass box.

Selain itu, mahasiswa mengamati kegiatan dispensing sediaan parenteral berupa

KCl premix, serta kegiatan repacking sediaan steril. Selama kegiatan PKPA

pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

produksi memenuhi syarat baik dalam produksi steril maupun aseptis.

Produk yang dihasilkan di Sub Instalasi Produksi haruslah terjamin

kualitasnya. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan pengendalian mutu dalam

kegiatan produksi. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki

kompetensi khusus. Sub Instalasi Produksi telah melakukan kegiatan

pengendalian mutu, tetapi kendala yang dihadapi oleh Sub Instalasi Produksi

adalah kurangnya SDM yang memiliki kompetensi sesuai standar dalam kegiatan

produksi. Dengan petugas yang kurang menyebabkan petugas kewalahan dan

terkadang kegiatan tersebut tidak dilakukan. Contohnya dalam kegiatan double

checking, kegiatan uji mutu seperti double checking oleh petugas yang kompeten

tidak dapat dilakukan sesuai dengan yang dapat dilakukan untuk setiap produk

yang dihasilkan. Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan penambahan tenaga

kerja dengan kompetensi yang memadai terutama dalam hal kegiatan penjaminan

mutu sediaan yang diproduksi.

4.3 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Satelit farmasi IGD merupakan satelit farmasi yang terletak di IGD dan

bertanggung jawab dalam mengelola kebutuhan perbekalan farmasi di IGD.

Satelit farmasi IGD memiliki dua depo yang terletak di lantai satu dan lantai

empat. Pelayanan farmasi di IGD dilakukan selama 24 jam (tiga shift). Melayani

seluruh kebutuhan perbekalan farmasi (PF) di IGD. Depo lantai 4 merupakan

depo khusus yang melayani kebutuhan PF di ruang operasi.

4.3.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di satelit farmasi IGD terdiri dari dua orang

apoteker. Satu apoteker manajemen dan satu apoteker farmasi klinik, 21 orang

asisten apoteker dan satu orang pekarya. Asisten apoteker terdiri dari 8 orang

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 60: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

51

Universitas Indonesia

dengan pendidikan Sekolah Menengah Farmasi (SMF) dan 13 orang

berpendidikan diploma farmasi. Satelit farmasi IGD beroperasi selama 24 jam dan

terbagi menjadi tiga shift. Tabel 4.1 menunjukkan pembagian sumber daya

manusia pada depo setiap shift.

Tabel 4.1 Pembagian jumlah asisten apoteker setiap shift di tiap depo IGD

Pagi

(08.00 –15.00 WIB)

Siang

(14.00–21.00 WIB)

Malam

(20.00 –08.00 WIB)

Depo lantai 1 5 orang 4 orang 4 orang

Depo lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang

4.3.2 Kegiatan

Depo lantai satu memiliki kegiatan sebagai berikut :

a. Melayani permintaan perbekalan farmasi (PF) dan paket tindakan (resus

dan kebidanan) lantai satu sampai dengan lantai tiga

b. Melayani kebutuhan distribusi ruangan (floor stock)

c. Melayani resep online lantai tiga yang masih dalam masa uji coba

Depo lantai empat memiliki kegiatan melayani permintaan perbekalan

farmasi dan juga paket tindakan operasi. Resep yang diterima oleh depo lantai

empat merupakan resep manual.

4.3.3 Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan dan Penerimaan Perbekalan Farmasi) Perhitungan permintaan perbekalan farmasi berdasarkan kebutuhan selama

empat har i padasetiap pembuatan defekta. Pembuatan defekta dilakukan oleh

asisten apoteker yang bertugas pada saat jadwal defekta ke gudang kecuali defekta

cito yang dapat di lakukan diluar dari jadwal defekta. Pemesanan dari satelit ke

gudang pusat dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari selasa dan jumat.

Pengambilan perbekalan farmasi dilakukan keesokan harinya setelah defekta

diserahkan ke gudang pusat. Pada saat pengambilan perbekalan farmasi dilakukan

verifikasi oleh asisten apoteker dari gudang dan asisten apoteker dari satelit.

Lembar verifikasi resep dapat dilihat pada lampiran 6. Verifikasi dilakukan untuk

mengecek ketersediaan perbekalan farmasi yag dibutuhkan, jenis, bentuk sediaan,

tanggal kadaluarsa, jumlah yang terpenuhi sesuai dengan defekta dan tanggal

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 61: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

52

Universitas Indonesia

kadaluarsa. Setelah verifikasi PF dibawa ke satelit. Pengadaan PF untuk depo

lantai 4 dilakukan pada hari senin kamis dengan memberikan defekta ke depo

lantai 1 sesuai dengan kebutuhan depo lantai 4 selama empat hari. Pembuatan

defekta di depo lantai 4 dilakukan oleh asisten apoteker yang bertugas pada

malam sebelum jadwal defekta. Setelah defekta diterima depo lantai 1 maka

petugas depo lantai 1 menyiapkan PF yang dibutuhkan dan mengantarkannya ke

depo lantai 4. Pada saat penyerahan PF pada asisten apoteker yang bertugas di

depo lantai 4 saat itu juga dilakukan verifikasi PF yang diterima.

4.3.4 Penyimpanan

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit IGD telah sesuai dengan

standar prosedur operasional di RSCM. Penyimpanan perbekalan farmasi dibagi

berdasarkan kriteria: perbekalan farmasi berupa obat disimpan berdasarkan bentuk

sediaan dan jenis, kestabilan pada penyimpanan, alfabetis, jaminan (ASKES

dipisahkan pada rak tersendiri), generik dan nama dagang sedangkan alat

kesehatan disimpan berdasarkan pengunaan dan fungsi. Penyimpanan khusus di

satelit IGD dilakukan pada narkotika, psikotropika, obat mahal, high alert dan

bahan berbahaya dan beracun (B3) penyimpanan khusus bertujuan untuk

mempermudah pengawasan dan menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Selain itu, penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di satelit IGD

memperhatikan high alert dan LASA (Look Alike Sound Alike). Obat-obat high

alert disimpan dalam lemari khusus yang pada sekeliling pintu lemari

ditempelkan lakban merah serta dilengkapi dengan daftar obat high alert yang

ada pada lemari tersebut. Obat yang termasuk dalam daftar high alert ditempelkan

label merah high alert sampai pada kemasan primer dari obat tersebut.

Penyimpanan juga memperhatikan sistem first in first out dan first expired first

out (FIFO & FIFO). Obat-obat yang termasuk LASA ditata secara terpisah dengan

pasangannya dan diberi label hijau LASA. Penempelan label LASA bertujuan

untuk mengurangi terjadinya kesalahan pada saat pengambilan sediaan terkait

nama obat, kemasan yang serupa serta kekuatan obat. Sehingga, diharapkan dapat

mengurangi terjadinya medication error.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 62: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

53

Universitas Indonesia

Penyimpanan narkotika disimpan pada lemari khusus dan terkunci ganda.

Kunci dipertangungjawabkan oleh satu orang asisten apoteker yang ditunjuk pada

saat shift tersebut. Selain itu, penyimpanan khusus juga dilakukan untuk obat

mahal, psikotropik (disimpan berdekatan dengan lemari narkotika) dan B3. Obat

mahal disimpan dalam lemari khusus yang mudah diawasi dan terkunci. Khusus

untuk narkotika lemari penyimpanan dilengkapi dengan kunci ganda. Upaya

tersebut bertujuan untuk mempermudah pengawasan sehingga dapat menghindari

kehilangan obat. B3 disimpan terpisah dan dilengkapi dengan label tanda bahaya

dan Material Safety Data Sheet (MSDS) bertujuan sebagai informasi penanganan

bila terjadi hal yang tidak diiinginkan.

4.3.5 Distribusi

Sistem distribusi di satelit IGD yaitu sistem resep individual dan sistem

floor stock (persediaan ruangan). Rata-rata perbekalan farmasi yang diresepkan

pada periode Januari-Maret 2013 2849 item perhari atau 949 item pershift.

Sedangkan perbekalan farmasi yang di retur rata- rata 129 item perhari atau rata-

rata 43 item pershift. Resep individual satelit farmasi IGD yaitu:

a. Lantai 1 (resus, ruang intermediet dan anak) : disiapkan untuk 1 x pemakaian

b. Ruang stagnant dan lantai 2 : satu hari pemakaian.

c. Lantai 2 : satu hari pemakaian.

d. Lantai 3 : satu hari (kecuali ruang rawat akut hanya 1x pemakaian).

Sistem floor stock digunakan pada perbekalan farmasi dasar dan paket

tindakan (rhesus, kebidanan dan operasi). Depo lantai satu akan menyiapkan dan

melayani paket tindakan (resus dan kebidanan) dengan jumlah tertentu dan

disimpan dalam lemari pada tiap lantai. Sedangkan paket tindakan operasi yang

menyiapkan dan melayani adalah depo lantai 4. Selain paket, sistem floor stock

juga digunakan untuk perbekalan farmasi dasar, paket resus dan kebidanan, alat

kesehatan terutama alat bantu pernafasan dan kit emergency. Jumlah paket operasi

terbanyak yang digunakan padaperiode Januari-MAret 20013 di depo lantai 4

adalah paket anestesi spinal 434 paket (28%) sedangkan paket bedah terbanyak

adalah paket sectio 385 paket (24,8%) dari seluruh total paket yang digunakan

1548 paket.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 63: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

54

Universitas Indonesia

4.3.6 Alur Pelayanan Resep dan Permintaan Paket

Depo lantai satu melayani resep dari lantai satu hingga tiga di IGD. Resep

yang diterima depo lantai satu berupa resep manual dan resep online dari lantai

tiga yang masih dalam masa percobaan dan kebutuhan paket tindakan. Depo

lantai empat hanya melayani resep manual da n kebutuhan paket. Resep manual

diantarkan oleh perawat atau dokter ke depo. Setelah resep diterima dilakukan

skrining. Skrining yang dilakukan antara lain skrining administratif, farmasetik

dan klinis. Proses skrining bertujuan untuk mengghindari terjadinya kesalahan

dalam proses penyiapan. Kelengkapan resep meliputi nama dokter, nama pasien,

usia pasien, nomor rekam medik, jenis jaminan pasien dan ruangan asal resep.

Setelah melewati proses skrinning tersebut, data resep diinput ke dalam

sistem komputer untuk menentukan harga dan pengecekan kemungkinan resep

ganda. Dapat disarankan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya duplikasi

resep disarankan ketika menginput resep ditampilkan juga riwayat peresepan

sebelumnya sehingga saat melakukan input dapat terlihat. Pada input data tersebut

ditentukan jumlah barang yang akan disiapkan.

Pelayanan resep pada depo lantai 4 sedikit berbeda dengan depo lantai

satu. Alur pelayanan resep depo lantai 4 yaitu permintaan dokter atau perawat

ditulis di formulir paket dan formulir permintaan (untuk barang-barang di luar

paket). AA menyiapakan PF yang dibutuhkan. Setelah menyiapkan PF yang

dibutuhkan AA menginput PF yang diminta selama operasi baik paket maupun

bukan paket.

Saat pengambilan obat dan alat kesehatan harus dicatat dalam kartu stok.

Obat yang telah selesai disiapkan dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi

identitas pasien (nama, nomor rekam medis dan ruangan). Selanjutnya, kanttung

plastik tersebut diletakkan di troli sesuai dengan pengelompokan lantainya.

Resep-resep yang bersifat cito dapat ditunggu pengerjaannya di depo dan

langsung diserahkan kepada perawat atau dokter yang menunggu.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 64: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

55

Universitas Indonesia

Permintaan paket tindakan di depo lantai satu juga berdasarkan peresepan

dan lembar penggunaan paket yang diisi oleh perawat ruangan. Jika perawat

menggunakan paket tindakan yang tersedia dalam lemari di ruangan maka

perawat wajib melaporkan ke depo lantai satu dengan membawa formulir

penggunaan paket. Selanjutnya, petugas farmasi akan menganti paket yang telah

digunakan dengan paket baru yang lengkap beserta dengan formulir pengunaan

paket sesuai dengan jumlah paket yang telah digunakan.

Pelayanan di depo lantai empat berbeda dengan depo lantai satu.

Permintaan perbekalan farmasi yang diajukan ke depo lantai empat dapat

dilakukan langsung oleh perawat atau dokter yang sedang melakukan tindakan

operasi. Permintaan tersebut dituliskan dalam formulir permintaan paket operasi

yang terdiri dari paket anestesi dan paket bedah. Perawat atau dokter yang

meminta menunggu barang disiapkan lalu membawanya ke ruang operasi untuk

digunakan.

Selama tiga hari berada di satelit IGD, mahasiswa dilibatkan dalam

kegiatan-kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Dispensing resep.

b. Melakukan perhitungan stok benang bedah.

c. Menyiapkan perbekalan farmasi yang dibutuhkan untuk troli emergensi.

d. Menata obat yang baru datang dari gudang pusat.

e. Merekapitulasi jumlah item dan retur harian.

Penyimpanan perbekalan farmasi pada satelit IGD juga memperhatikan

pengawasan pada suhu penyimpanan terutama untuk perbekalan farmasi yang

bersifat termolabil. Perbekalan faramasi yang bersifat termolabil disimpan pada

lemari pendingan dengan suhu 2-8°C yang diperiksa setiap shift secara berkala.

Selain pemeriksaan suhu pada lemari pendingin juga dilakukan pemeriksaan suhu

ruangan yanng dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk penyimpanan bahan

berbahaya dan beracun (B3) disimpan pada lemari terpisah dari perbekalan

farmasi lainnya dan diberi label peringatan bahaya serta lembar Material Safety

Data Sheet (MSDS) sebagai informasi penanganan bila terjadi tumpahan atau hal

yang tidak diingkan selama mengunakan B3 tersebut.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 65: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

56

Universitas Indonesia

Keterlambatan pelayanan di depo IGD selama pengamatan dilakukan

dapat dikarenakan hal-hal yang sifatnya teknis seperti keterlambatan resep datang

ke IGD sehingga dapat disarankan untuk pengunaan resep online. Pada peresepan

masih sering ditemukan duplikasi resep. Duplikasi resep sering terjadi

dikarenakan dokter meresepkan kembali meskipun ternyata telah diresepkan

sebelumnya. Dapat disarankan dengan mengunakan resep online agar dapat

mempermudah dokter untuk melihat riwayat rerep sebelumnya. Ketika dokter

akan merepkan terbuka riwayat resep sebelumnya sebanyak rata-rata pasien di

resepkan dalam sehari namun dangan didukung sistem komputer (IT) yang lebih

baik lagi. Sistem IT yang lebih baik ini diperlukan dikarenakan masih terdapat

kendala pada pengunaan resep online pada beberapa unit yang telah

mengunakannnya yaitu lamanya proses yang dibutuhkan untuk mengunakan menu

pada resep online tersebut.

Beberapa masalah juga ditemukan terkait kartu stok yang ditemukan

terpisah dan tidak berurutan tanggalnya. Pada satelit IGD sudah pernah dilakukan

upaya dengan membuat kartu stok berjilid yaitu dengan menggabungkan kartu

stok lembaran. Namun kendala yang saat ini ditemukan adalah tidak adanya

sumber daya manusia yang mengerjakan sehingga kartu stok kembali dalam

bentuk lembaran. Terkait dengan masalah tersebut disarankan untuk dibuat kartu

stok dalam bentuk berjilid. Jumlah lembaran yang dibuat dihitung berdasarkan

rata-rata lembaran yang dibutuhkan selama waktu stok opname. Hal tersebut

diharapkan dapat mempermudah penelusuran saat stok opname dan pengisian

kartu stok saat pengambilan PF. Masalah yang juga ditemukan adalah terjadinya

selisih antara jumlah PF fisik, kartu stok dan IT. Pada narkotika dan obat mahal

telah dilakukan upaya dengan menuliskan nomor inputan pada kartu stok dan pada

obat mahal terjadinya selisih menurun dan hampir tidak terjadi selisih, namun

pada narkotika masih tetap terjadi selisih. Sehingga disarankan untuk melakukan

pemisahan kartu stok berdasarkan bentuk sediaan tablet dan injeksi. Diharapkan

dengan adanya pemisahan kartu stok berdasarkan bentuk sediaan dapat kesalahan

pada menuliskan karttu stok yang diduga sering terjadi dapat diperkecil.

Selain masalah diatas ditemukan pula obat pulang di depo yang

menumpuk karena tidak diambil ketika pasien pulang oleh pasien atau keluarga

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 66: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

57

Universitas Indonesia

pasien. Meskipun obat telah disiapkan oleh petugas depo. Penumpukan obat

pulang dapat diminimalisasi dengan perbaikan pada sistem alur pasien pulang. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan membuat ketentuan bahwa ketika pasien pulang

diharuskan untuk datang ke satelit farmasi IGD dan didokumentasikan sehingga

dapat menghindari pasien yang pulang tanpa mengambil obat pulang.

Pelayanan farmasi klinik di IGD belum berjalan optimal terkait dengan

keterbatasan jumlah apoteker farmasi klinik sehingga masalah yang timbul adalah

tidak seluruh pasien pulang mendapatkan informasi obat pulang. Sehingga untuk

mengatasinya dapat dilakukan evaluasi waktu terbanyak pasien pulang untuk

mengalokasikan apoteker farmasi klinik. Selain itu dapat juga dilakukan dengan

membuat list obat apa sata yang sering diberikan pada obat pulang dan membuat

informasi penting terkait obat-obat tersebut sehingga apabila saat pasien pulang

tidak ada apoteker farmasi klinik asisten apoteker tetap dapat memberikan

informasi terkait obat yang diterima. Salah satu kegiatan farmasi klinik yang dapat

dilakukan yaitu wawancara riwayat pengobatan yaitu dengan mengali informasi

kepada pasien atau keluarga pasien terkait pengobatan yang sebelumnya telah

dijalani. Formulir medication history dapat dilihat pada lampiran 7.

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)

Satelit ICU merupakan salah satu unit yang bekerja 24 jam, dari Senin-

Minggu dan terbagi dalam tiga shift. Shift satu bertugas dari pukul 07.30-14.30,

shift dua dari pukul 14.30-21.00 dan shift tiga dari pukul 21.00-07.30 WIB. SDM

di Satelit ICU berjumlah sepuluh orang, terdiri dari dua apoteker dan delapan

asisten apoteker. Satelit ini melayani resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU dan

menyiapkan paket tindakan endoskopi untuk pemakaian resep idnividu. Pasien

yang dilayani, meliputi pasien jaminan dan umum (bayar tunai).

Pelayanan farmasi di Satelit ICU dikelola oleh dua apoteker yang

mengelola bidang manajemen dan klinis. Apoteker bidang manajemen

bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melalui

Penanggung Jawab Bidang Perbekalan Farmasi. Apoteker bidang klinis

bertanggung jawab kepada Kepala SubInstalasi Farklin Diklitbang melalui

Penanggung Jawab Bidang Farmasi Klinis. Pelayanan kefarmasian yang

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 67: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

58

Universitas Indonesia

dilakukan oleh apoteker manajemen, meliputi pengelolaan perbekalan

kefarmasian mulai dari perencanaan, defekta obat, penerimaan, penyimpanan,

pelaporan, distribusi Perbekalan Farmasi (PF), pelayanan resep dan resep cito dari

bagian endoskopi. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker bidang klinis,

meliputi parade pagi, visite pasien bersama, pengkajian resep, monitoring obat,

konseling obat pasien pulang di ICCU dan pelayanan informasi obat kepada

semua petugas kesehatan.

Apoteker farmasi klinis di satelit ini melakukan parade pagi setiap pukul

08.00-10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Tujuannya yaitu

membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien, dan

merencanakan tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien.

Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai informasi obat yang

dibutuhkan dalam perawatan pasien, ketersediaan obat di instalasi farmasi, dosis

obat sesuai indikasinya dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan

pasien juga disesuaikan dengan hasil laboratorium pasien. Setelah parade pagi,

apoteker melaksanakan visite pasien bersama dokter, perawat, dan dietisian.

Melalui visite pasien, tim tersebut dapat mengetahui kondisi pasien yang

sebenarnya. Saat visite itu, dapat terjadi perubahan terapi dan tindakan. Jika hal

itu terjadi, apoteker akan memberi rekomendasi kepada dokter.

Tugas lain apoteker klinis adalah verifikasi (pengkajian) resep. Apoteker

mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis dari obat yang diresepkan dokter.

Monitoring obat dilakukan oleh apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara

resep, kardeks dan status pasien serta menganalisa perkembangan pasien dengan

tatalaksanan terapi yang dilakukann. Jika ada terapi yang kurang sesuai, apoteker

mengkonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan dan memberikan rekomendasi

jika diperlukan. Akan tetapi, karena farmasi klinis di ICU hanya ada satu, maka

terkadang harus dapat membagi waktu di pagi hari untuk parade pagi dan

verifikasi resep. Monitoring pengobatan pasien rawat inap dapat dilakukan dengan

mengunakan lembar monitoring pengobatan pasien rawat inap yang terdapat pada

lampiran 8.

Pasien yang dirawat di ICU dengan kondisi yang telah stabil, umumnya

dipindah ke rawat inap gedung A. Berbeda dengan ICCU, pasien yang sudah

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 68: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

59

Universitas Indonesia

memiliki kondisi yang baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga

melaksanakan kegiatan farmasi klinis di ICCU yang salah satunya adalah

memberi informasi obat pada pasien yang akan pulang. Pemberian konseling

pasien pulang dilakukan dengan memeberikan lembaran formulir konseling obat

pasien pulang yang terdapat pada lampiran 9. Selain itu, apoteker klinis juga

memiliki peran untuk memberikan pelayanan informasi obat kepada seluruh

petugas kesehatan.

Permintaan (defekta) barang baik obat maupun alat kesehatan dilakukan

secara online setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang

dilakukan pada Selasa dan Jumat. Jumlah perbekalan yang dipesan diperiksa

melalui kartu stok. Setelah defekta dikirm, keesokan harinya petugas gudang

memeriksa ketersediaan PF dan menyediakannya sesuai permintaan. Kemudian,

petugas satelit datang ke gudang untuk serah terima perbekalan farmasi (PF) di

gudang. Petugas satelit melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian jenis &

jumlah PF. Lalu menandatangani fomulir defekta PF. Setelah itu, petugas satelit

mencatat di kartu stok dan menyusun PF di rak dan wadah yang telah disediakan.

Beberapa jenis PF disimpan di lemari tertentu sebagai buffer stock.

Berbeda dengan distribusi obat yang secara individual, distribusi

perbekalan farmasi dasar dilakukan dengan sistem floor stock di ruang rawat.

Perawat menulis permintaan perbekalan farmasi dasar ke satelit farmasi ICU dan

satelit farmasi akan meneruskan permintaan ke gudang melalui IT. Setelah

perbekalan farmasi dasar diterima satelit farmasi, perbekalan farmasi dasar

diserahkan kepada perawat.

Penyimpanan perbekalan farmasi terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan

obat, alat kesehatan dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat di satelit

farmasi ICU dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, jaminan, generik atau nama

dagang dan stabilitas. Obat pasien jaminan dipisah penyimpanannya berdasarkan

obat jaminan Askes dan non Askes. Obat non Askes dipisah juga berdasarkan

obat generik dan obat nama dagang. Beberapa obat yang tidak stabil dalam suhu

ruang juga dipisah dan disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8˚C yang

suhunya dipantau tiga kali sehari. Untuk termometer ruangan dipantau satu kali

sehari.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 69: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

60

Universitas Indonesia

Berbeda dengan obat, penyimpanan alkes dilakukan berdasarkan fungsi

atau penggunaannya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan penyiapan alkes.

Penyimpanan obat dan alkes dilakukan berdasarkan sistem FEFO dan FIFO yang

disusun secara alfabetis. Stock opname dan pengecekan kadaluarasa untuk semua

perbekalan farmasi di satelit farmasi ICU dilakukan setiap enam bulan sekali.

Penyimpanan obat khusus di Satelit ICU meliputi penyimpanan obat

narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat termolabil, dan

kit emergensi. Obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan

bersebelahan atau berdekatan satu sama lain dan wadah obat ditempel stiker

LASA. Obat-obat high alert disimpan di lemari khusus yang di bagian pinggirnya

diberi lakban merah dan tiap kemasan hingga kemasan primer obat diberi stiker

merah high alert. Narkotika disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda dan

dikalungkan satu orang penanggung jawab. Barang-barang yang tiga bulan

mendekati expired date dilabel kuning dengan menulis bulan dan tahun

kadaluarsa. Obat-obat termolabil disimpan di lemari pendingin.

Pendistribusian obat dan alkes di satelit farmasi ICU menggunakan sistem

peresepan individual. Dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep

biasanya diantar petugas ruangan. Petugas melakukan verifikasi resep dan

memberikan harga. Verifikasi resep meliputi verifikasi administrasi, farmasetik,

klinis dan kelengkapan lainnya, seperti surat jaminan khusus pada pasien

jaminan. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui IT

dan diganti statusnya. Setelah itu, obat disiapkan dan diserahkan kepada petugas

ruangan dengan adanya bukti serah terima. Pasien umum biasanya membayar

secara tunai kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan

resep asli, fotokopi resep dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit.

Resep di satelit ICU menggunakan resep manual dengan rata-rata 90

lembar resep masuk ke Satelit ICU per hari. Resep disimpan di satelit ICU selama

3 tahun untuk kemudian dimusnahkan. Selain resep harian, satelit farmasi ICU

juga menerima resep cito. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang

telah menyerahkan resep cito ke satelit farmasi akan menunggu obat yang

didispensing untuk segera diantar. Umumnya terdapat obat yang secara cepat

dibutuhkan oleh pasien tetapi belum dituliskan resep oleh dokter. Perawat tetap

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 70: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

61

Universitas Indonesia

mendapatkan obat yang dibutuhkan yang akan diambil oleh petugas satelit, namun

berkewajiban untuk menuliskan obat tersebut di buku komunikasi. Selanjutnya,

petugas akan memindahkan data di buku komunikasi ke IT.

Obat dapat dikembalikan jika obat sudah tak terpakai lagi dengan kondisi

yang masih layak pakai dan berasal dari satelit farmasi. Bagi pasien umum, obat

yang dikembalikan akan diganti dengan uang tunai, sedangkan pasien jaminan

akan dilakukan pengurangan terhadap jumlah tagihan penjamin. Penagihan

terhadap pasien jaminan diurus oleh penata rekening. Penata rekening akan

melakukan penagihan ke UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) terhadap obat-

obat yang telah digunakan pasien.

Penulisan aturan pakai pada resep yang diterima oleh satelit farmasi

terkadang tidak lengkap karena kemungkinan dokter yang lupa menulis. Hal ini

berpotensi terjadinya medication error. Contoh etiket yang digunakan di RSCM

dapat dilihat pada lampiran 10. Oleh karena itu, perlu segera dilakukannya

peresepan online untuk memudahkan dispensing obat. Keuntungan lain

dilakukannya peresepan secara online yaitu mengurangi jumlah perawat yang

mengantar resep ke satelit sehingga mengurangi beban kerja perawat. Contoh

etiket yang digunakan di instalasi farmasi RSCM dapat dilihat pada lampiran 10.

Satelit farmasi ICU terletak di depan ruang tata usaha. Posisi tersebut

cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien, sehingga petugas harus berteriak

keluar ruangan untuk memanggil keluarga pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan

pengeras suara untuk mempermudah petugas satelit memanggil keluarga pasien.

Lokasi satelit farmasi ICU yang baru dilengkapi dengan lemari yang

tingginya sekitar dua meter lebih. Hal ini mengakibatkan alkes serta dokumen

yang diletakkan di lemari tersebut sulit dijangkau oleh petugas satelit, walaupun

dengan alat bantu kursi yang juga sangat beresiko menyebabkan kecelakaan kerja.

Penambahan fasilitas tangga diperlukan untuk mengurangi resiko kecelakaan

kerja.

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit farmasi ICU sudah tertata

dengan baik tetapi masih ada beberapa obat yang tersimpan dalam satu wadah

obat. Penyimpanan obat tersebut beresiko meningkatkan kesalahan dalam hal

dispensing obat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 71: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

62

Universitas Indonesia

Terkadang di satelit ICU masih ditemukan barang kosong dikarenakan

stok obat di gudang habis sehingga banyak pasien yang harus menebus obat di

luar. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi perencanaan yang baik agar dapat

mengurangi terjadinya kekosongan perbekalan farmasi.

4.5 Satelit Farmasi Pusat

Satelit Farmasi Pusat merupakan satelit farmasi yang melayani rawat inap

dan ruang rawat yang tidak memiliki satelit farmasi, seperti: rawat inap

Perinatologi, Bedah Anak (BCH), Unit Luka Bakar (ULB) dan Psikiatri. Selain

itu, Satelit Pusat juga melayani permintaan dari rawat inap dan rawat jalan

Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), meskipun PJT memiliki instalasi farmasi,

karena pelayanan tidak dilakukan selama 24 jam, sehingga dilimpahkan ke Satelit

Pusat. Satelit Pusat juga melakukan pelayanan resep dari rawat jalan, terutama

untuk obat-obat khusus, seperti kemoterapi dan hematologi (untuk pasien

hemofilia dan thalasemia). Pasien rawat jalan yang dilayani oleh satelit pusat

berasal dari berbagai poli yang meliputi:

a. Poli Hemodialisa (pasien HD yang menggunakan cairan dianeal diberikan

injeksi untuk 1 bulan). Sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan

dianeal, cukup 1-2 minggu, tergantung pemakaian.

b. Semua poli yang meresepkan obat kemoterapi (poli kebidanan, bedah tumor,

hematologi-onkologi, bedah toraks dan bedah digestif).

c. Pusat talasemi

Pelayanan di Satelit Pusat dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift kerja.

Shift pagi dan sore terdiri dari 2 asisten apoteker dan 2 juru resep, untuk shift

malam terdiri dari 1 asisten apoteker dan 2 juru resep. Satelit pusat juga menerima

resep cito dari poli lain. Pasien yang diterima di sini adalah pasien umum dan

jaminan berupa Jamkesmas, Jamkesda, SKTM, KJS dan ASKES.

4.5.1 Sumber Daya Manusia

Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 apoteker, 9 asisten apoteker dan 2 juru

resep. Pelayanan dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift kerja dengan pembagian

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 72: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

63

Universitas Indonesia

SDM dalam satu shift adalah 2 asisten apoteker dan 1 juru resep untuk shift pagi

dan sore. Sementara untuk shift malam, terdapat 2 asisten apoteker yang bertugas.

4.5.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan dan pengadaan

Defekta dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis.

Jumlah perbekalan farmasi yang dipesan ke Gudang Pusat dihitung

berdasarkan jumlah yang digunakan selama 4-5 hari ditambah dengan buffer

stock sebanyak 10%. Setelah barang siap, penerimaan dilakukan oleh asisten

apoteker dan stok langsung dimasukkan ke dalam IT Satelit Farmasi Pusat.

b. Penyimpanan

Perbekalan farmasi disusun dengan sistem First Expired First Out

(FEFO)/First In First Out (FIFO). Perbekalan farmasi disusun menjadi

beberapa jenis, yaitu obat, alat kesehatan dan B3.

Tabel 4.2 Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat

No. Perbekalan Farmasi Keterangan

1. Obat 1. Obat disusun secara alfabetis. 2. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan:

oral, injeksi, cairan. 3. Obat dibagi menjadi obat generik dan nama

dagang. 4. Obat dengan penyimpanan khusus:

a. termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80C,

b. obat sitostatik, ditempel stiker ungu untuk obat kanker,

c. High Alert, di lemari berbeda dibatasi selotip merah, ditempel stiker hingga kemasan primer,

d. Look Alike Sound Alike (LASA), dijauhkan penyimpanannya satu sama lain.

e. obat narkotik, dalam lemari kayu khusus dengan kunci ganda.

f. obat psikotropik dalam lemari kayu khusus

2. Alat kesehatan Penyusunan berdasarkan fungsi dan cara penggunaan alat kesehatan.

3. B3 Disimpan dalam lemari tahan api.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 73: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

64

Universitas Indonesia

Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga dengan

cara:

a. Pengecekan suhu penyimpanan, dilakukan 3 kali sehari.

b. Pengecekan PF yang mendekati Expired Date (ED) dalam jangka waktu 6

bulan.

c. PF ditempel stiker kuning bila ED dekat (kurang dari 3 bulan).

4.5.3 Pelayanan resep

Resep yang dilayani berupa resep manual dan resep online/elektronik

(EHR). Unit kerja yang memberikan resep berbentuk EHR adalah BCH, ULB dan

PJT. Untuk mempermudah dalam pelayanan resep rawat inap, dilakukan

pembagian waktu pelayanan dibagi menjadi dua waktu, yaitu pagi dan sore.

Meskipun begitu, untuk resep manual, sering terjadi penumpukan resep. Hal ini

dapat disiasati dengan pemberian jadwal seperti yang dilakukan dengan

menggunakan EHR. Resep yang diterima rata-rata 250 resep/hari.

Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan, dilakukan verifikasi

terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administrasi, farmasetik, klinis

dan kelengkapan lainnya seperti syarat jaminan khusus pasien pasien jaminan

pemerintah, kwitansi pada semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus pada

pasien kemo dan hasil lab khusus pada penggunaan obat mahal dan antibiotik lini

2 dan 3. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui IT dan

diganti statusnya.

4.5.4 Distribusi

Jenis distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat adalah resep

individual harian. Resep yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari

masing-masing unit kerja. Khusus obat kemoterapi yang telah disiapkan akan

didistribusikan oleh petugas dari Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat

dilakukannya dispensing obat kemoterapi. Contoh klip plastik obat unit dose

yang digunakan di RSCM dapat dilihat pada lampiran 11.

Kendala yang dihadapi di satelit pusat salah satunya adalah penyimpanan

obat, terutama obat untuk pasien kemoterapi. Kegiatan dispensing obat

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 74: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

65

Universitas Indonesia

kemoterapi yang dilakukan di unit kerja jaraknya cukup jauh dari Satelit Farmasi

Pusat, contohnya di CMU 2 lantai 3, sehingga petugas pengantaran obat

menunggu obat yang akan didispensing cukup banyak terkumpul. Proses yang

cukup lama dari penyiapan dan pngantaran obat hingga dispensing berpengaruh

pada suhu penyimpanan obat. Beberapa obat kemoterapi ada yang harus disimpan

di tempat dan suhu khusus 2-80C. Pengantaran yang dilakukan oleh Satelit

Farmasi Pusat tidak dilakukan penambahan pendingin sebagai penjaga stabilitas

obat. Apabila obat terlalu lama diletakkan dalam suhu ruangan akan

mempengaruhi stabilitas dan kualitas obat, sehingg dalam hal ini perlu dilakukan

penggunaan pendingin untuk menjaga stabilitas obat. Hal yang dapat dilakukan

adalah menambahkan es dalam wadah pengantaran atau menggunakan coolbox

sebagai wadah.

Penyusunan obat di Satelit Farmasi Pusat masih menumpuk ke belakang,

sehingga kotak obat masih saling menghalangi, hal ini dapat menyulitkan petugas

dalam mencari obat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan penyusunan dengan

menggunakan kotak obat disusun bertingkat, sehingga kotak obat tidak saling

menghalangi satu sama lain.

Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan.

Penggunaan resep manual memiliki kekurangan yaitu kesalahan membaca resep

dan memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena itu, penggunaan resep

elektronik (EHR) diharapkan segera dia.likasikan di seluruh unit kerja, sehingga

dapat mempercepat proses pelayanan resep.

4.6 Satelit Kirana

Satelit Kirana dibuka IFRS RSCM pada tahun 2011 dan ditujukan khusus

untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata. Satelit yang terletak di gedung

Kirana Jl. Kimia No.8 Jakarta Pusat ini memiliki dua depo farmasi, yaitu depo

farmasi lantai satu dan lantai tiga. Depo lantai satu buka setiap hari senin sampai

jumat dengan jadwal satu shift, yakni mulai pukul 08.00-16.00 WIB, sedangkan

depo farmasi lantai tiga buka 1 shift, mulai pukul 08.00 sampai semua operasi

selesai dilakukan. SDM di Satelit Kirana berjumlah 4 orang, terdiri dari satu

apoteker penanggung jawab dan tiga asisten apoteker yang bertugas melayani

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 75: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

66

Universitas Indonesia

pasien jaminan dan umum (bayar tunai). Selain obat mata, disediakan pula obat-

obat lain seperti analgesik, obat saluran cerna, narkotika, dan lain-lain sebagai

terapi penyerta di luar pengobatan mata pada pasien Kirana.

Depo farmasi lantai satu melayani pasien rawat jalan poli, rawat jalan

Citra, dan pasien pulang pasca operasi, sedangkan depo farmasi lantai tiga hanya

melayani OK dan lasik. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan

masing-masing menggunakan sistem paket. Untuk dokumentasi keluar masuknya

barang, selain dengan sistem IT, seharusnya juga dilakukan pencatatan dengan

kartu stok. Akan tetapi, pada depo lantai tiga, tidak dilakukan penulisan keluar

masuk barang di kartu stok, walaupun kartu stok tetap tersedia untuk setiap

barang. Dokumentasi hanya menggunakan pencatatan di kertas khusus berisi

nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang menggunakan. Hal ini

disebabkan arus permintaan yang cepat sehingga dengan keterbatasan SDM dirasa

cukup sulit untuk memenuhi tanggung jawab tersebut. Contoh blanko kartu stok

satelit farmasi RSCM dapat dilihat pada lampiran 12.

Perencanaan Satelit Kirana berdasarkan pemakaian yang dilakukan enam

bulan sekali. Perencanaan tersebut lalu dikirim ke gudang pusat untuk dilakukan

pengadaan barang. Depo lantai tiga membuat perencanaan untuk pemesanan

barang lalu dikirim ke depo lantai satu. Permintaan (defekta) perbekalan farmasi

(PF) di Satelit Kirana dilakukan secara online pada hari Senin dan Rabu,

sedangkan pengambilan PF dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana

tidak memiliki pekarya, maka PF yang diminta diantar oleh petugas gudang.

Setelah diajukan defekta, maka pada keesokan harinya PF diantar oleh petugas

gudang ke Satelit Kirana dan dilakukan verifikasi PF oleh petugas satelit di Satelit

Kirana. Kemudian, PF dimasukkan ke rak PF dan ditulis di kartu stok. Untuk PF

dari depo lantai 1 diantar ke depo lantai 3 oleh petugas cleaning service Satelit

Kirana setiap hari Kamis. Retur barang juga dapat dilakukan asalkan keadaan

barang yang diretur masih cukup baik, formulir retur obat dapat dilihat pada

lampiran 13.

Khusus pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata, perencanaan

jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi vendor terbaik

diajukan langsung ke Direktur Pelayanan Medik yang kemudian akan berdiskusi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 76: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

67

Universitas Indonesia

dengan bagian keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian ULP (Unit Layanan

Pengadaan) akan melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang

akan menangani barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan, maka dari Unit Kerja

Kirana yang akan menghubungi vendor untuk pemesanan barang.

Pencatatan pemakaian lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku khusus

lensa yang akan digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan laporan pemakaian

lensa per bulan. Laporan tersebut ditandatangani Kepala Departemen Mata dan

Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Farmasi untuk

dibuatkan faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan

dasar penagihan pembayaran bagi vendor.

Penyimpanan PF di Satelit Kirana berdasarkan sistem FEFO dan FIFO

yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan PF di satelit ini terbagi menjadi tiga,

yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat kesehatan, dan penyimpanan obat

khusus. Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitas, sedangkan

penyimpanan alat kesehatan disimpan terpisah dengan obat dan diatur berdasarkan

fungsi atau penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi

penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika,

obat termolabil, dan kit emergensi.

Obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan bersebelahan

atau berdekatan satu sama lain dan wadah obat ditempel stiker LASA. Obat-obat

High Alert disimpan di lemari khusus yang di bagian pinggirnya diberi lakban

merah dan tiap kemasan hingga kemasan primer obat diberi stiker merah High

Alert. Obat kanker disimpan di lemari terpisah yang diberi stiker ungu. Obat

narkotika disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda dan dikalungkan satu

orang penanggung jawab. Barang-barang yang enam bulan mendekati expired

date dilabel kuning dengan menulis bulan dan tahun kadaluarsa. Obat-obat

termolabil disimpan di lemari pendingin. Termometer ruangan daan lemari

pendinginin dicatat tiap pagi, sore dan malam. Stock opname di Satelit Kirana

dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu bulan Juni dan Desember. Penandaan

khusus perbekalan faramasi dapaft dilihat pada lampiran 14.

Sistem distribusi Perbekalan farmasi di Satelit Kirana ada dua macam,

sistem resep individual dan sistem floor stock (persediaan ruangan). Resep di

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 77: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

68

Universitas Indonesia

satelit ini masih menggunakan resep manual, tetapi untuk OK VIP sudah ada

beberapa dokter yang menggunakan sistem online. Resep masuk per hari berkisar

120 sampai 160 lembar. Resep disimpan di Satelit Kirana selama tiga tahun,

begitu juga dengan resep narkotika. Sedangkan untuk barang yang telah masuk

tanggal kadaluarsa dan rusak dimusnahkan satu tahun dua kali.

Alur pelayanan resep di satelit kirana sebagai berikut:

a. Umum (Resep Tunai)

Pasien umum cukup membawa resep asli dari dokter. Resep tersebut pertama-

tama diverifikasi oleh petugas farmasi, meliputi kelengkapan resep

ketersediaan barang dan jumlah obat yang ingin ditebus. Setelah diverifikasi,

petugas mengkonfirmasi harga obat kepada pasien umum dan dilakukan

transaksi jika kedua belah pihak telah sepakat. Kemudian, petugas

menyiapkan obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai pemberian

informasi obat. Alur pelayanan di satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS

yang berlaku di RSCM yaitu mulai dari verifikasi, harga, dispensing, dan

serahkan. Setiap tahap pelayanan tersebut dicatat pada resep dengan

membubuhkan inisial petugas yang melakukan pelayanan pada kolom VHDS

yang akan dicap di setiap resep sebagai bentuk tanggung jawab atas pelayanan

yang dilakukan.

b. Jaminan

c. Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dan pasien jaminan terletak

pada saat penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep asli,

fotokopi resep dan disertai surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes,

petugas satelit harus dapat memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh

pasien terdapat dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika

obat yang akan ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas

harus menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan

oleh Askes dan menjadi tanggungan pasien.

Di Satelit Kirana masih ditemukan adanya barang kosong dikarenakan

stok obat di gudang habis sehingga banyak pasien yang harus menebus obat di

luar. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi perencanaan agar dapat

mengurangi terjadinya kekosongan perbekalan farmasi.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 78: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

69

Universitas Indonesia

Masalah lain yang ditemukan di satelit ini adalah tidak adanya daftar nama

obat yang seharusnya ditempelkan di bagian depan pintu lemari tertutup dan

lemari pendingin. Tidak adanya daftar nama obat di lemari pendingin disebabkan

adanya beberapa tambahan obat yang baru disimpan di lemari pendingin sehingga

daftar obat yang baru belum sempat dibuat. Untuk menanggulanginya, pada daftar

obat-obat yang ada di lemari tertutup atau lemari pendingin dapat diberikan

beberapa ruang kosong untuk menuliskan nama obat tambahan yang baru

dimasukkan ke lemari tersebut. Caranya, nama obat yang baru akan dimasukkan

ke dalam lemari ditulis di kertas label kemudian ditempel pada bagian yang

kosong yang terdapat pada daftar obat-obat yang sudah ada. Ini dilakukan sambil

menunggu daftar obat yang baru (yang telah dilengkapi dengan obat tambahn

yang baru dimasukkan ke lemari pendingin) dibuat.

Saat dilakukan pengecekan kartu stok, terdapat ketidakcocokan antara

jumlah obat yang tertera di kartu stok dengan jumlah fisik obat yang ada. Hal ini

dikarenakan beberapa petugas yang lupa mencatat pengeluaran obat di kartu stok

saat sedang mengambil obat. Untuk mengatasinya, dapat diberikan PJ untuk tiap

jenis sediaan obat dan bagian alat kesehatan yang bertugas bertanggung jawab

untuk mengecek kesesuaian kartu stok dengan jumlah fisik minimal 1 atau 2

minggu sekali.

Temuan lain yang ada di satelit ini adalah etiket obat yang belum

menuliskan keterangan sebelum atau sesudah makan. Penyebabnya dapat

dikarenakan petugas yang menyiapkan obat tidak mengerti aturan minum tiap

obat. Dengan demikian, perlu adanya sosialisasi aturan minum tiap obat yang

terdapat di depo farmasi lantai tersebut, khususnya obat oral karena ini terkait juga

dengan pengobatan dan kesembuhan pasien.

Pada saat bertugas di depo farmasi lantai 3, diketahui bahwa depo ini tidak

menggunakan kartu stok dan hanya memakai kertas catatan untuk

mendokumentasi seluruh PF yang keluar karena arus permintaan dan kegiatan di

OK yang berjalan cepat. Untuk perbaikan terkait hal tersebut dapat dibuatkan

buku khusus berisi nama PF, jumlah, nama pasien, inisial nama penulis yang

menyerahkan PF agar tidak tercecer dan data tidak hilang. Selain itu, pengambilan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 79: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

70

Universitas Indonesia

PF dari gudang juga dimasukkan ke buku ini sebagai stok sehingga setiap

kegiatan tetap dapat terdokumentasikan dengan baik.

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di depo lantai satu satelit Kirana,

antara lain mengamati prosedur administrasi resep yang masuk, mengamati dan

melaksanakan alur pelayanan resep mulai dari penerimaan resep, penyiapan obat

hingga penyerahan obat kepada pasien, memberikan label LASA dan High Alert

pada perbekalan farmasi dan monitoring resep pasien. Sementara di depo lantai

tiga, kegiatan yang dilakukan, mulai dari mengamati dan melakukan pelayanan

barang farmasi OK, menstok barang dari buffer stock ke rak-rak obat, meretur

paket operasi yang dipakai hari itu, hingga menyiapkan paket yang akan

digunakan esok hari.

4.7 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

4.7.1 Pelayanan Perbekalan Farmasi di Gedung A

Satelit farmasi gedung A berlokasi di gedung A melayani kebutuhan

perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap di gedung A, baik pasien jaminan

maupun pasien umum. Satelit farmasi gedung A mempunyai beberapa depo

farmasi yang terletak di setiap lantai, mulai lantai satu sampai lantai delapan dan

gudang farmasi di basemen. Gudang farmasi basemen akan mendistribusikan

perbekalan farmasi ke setiap depo kemudian depo farmasi tersebut yang akan

medistribusikan ke pasien melalui perawat.

Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap selama 24 jam yang terbagi

menjadi empat shift yaitu tiga shift (pagi pukul 07.30 -14.30, middle pukul 11.00 –

18.00, dan sore pukul 14.00 – 21.00) yang dilayani di depo farmasi setiap lantai

dan satu shift (malam pukul 21.00 – 08.00) pelayanan yang dialihkan ke gudang

farmasi basemen.

Jumlah SDM di satelit farmasi gedung A terdiri dari dua orang apoteker,

60 orang asisten apoteker (2 orang PJ gudang, 5 orang di lantai 1, 5 orang di lantai

2, 4 orang di lantai 3, 6 orang di lantai 4, 6 orang di lantai 5, 7 orang di lantai 6,

10 orang di lantai 7, 4 orang di lantai 8), 10 orang pekarya, dan dua orang

administrator.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 80: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

71

Universitas Indonesia

Perencanaan satelit farmasi gedung A berdasarkan konsumsi rata-rata

yaitu yang berasal dari data mutasi di sistem komputer hasil rekapitulasi dari

seluruh depo yang ada di gedung A. Perencanaan untuk obat-obatan fast moving

perlu ditambahkan dengan buffer stock, sedangkan untuk obat slow moving tidak

di stock di depo untuk menghindari obat terlantar dan kadaluarsa di depo,

sehingga perawat atau dokter yang membutuhkan obat tersebut harus

mengambilnya di gudang pusat. Pengadaan perbekalan farmasi di satelit gedung A

dilakukan dengan pemesanan defekta ke gudang pusat setiap dua kali dalam

seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Pemesanan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi selama seminggu di gedung A. Setelah

dilakukan pemesanan dan penyiapan barang, petugas farmasi gedung A

melakukan serah terima barang di gudang pusat dengan melakukan pemeriksaan

kesesuaian barang meliputi jenis, jumlah, kadaluarsa, dan kondisi barang.

Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa, disimpan di gudang

farmasi gedung A. Penyimpanan obat solid oral di gudang farmasi basemen terdiri

dari dua jenis yaitu penyimpanan obat sebagai persediaan dan penyimpanan obat

untuk keperluan sehari-hari yang rutin digunakan untuk pelayanan. Perbekalan

farmasi disusun berdasarkan alfabet, bentuk sediaan, generikatau nama dagang

dan kestabilan. Narkotika disimpan dalam lemari khusus berpintu dan berkunci

ganda sedangkan obat psikotropika juga disimpan di lemari terpisah. Obat-obatan

yang termasuk kedalam high alert disimpan secara terpisah dengan diberi label

khusus dan ditandai dengan garis merah pada lemari penyimpanannya. Obat high

alert disimpan secara terpisah karena obat tersebut memiliki resiko tinggi bila

digunakan secara tidak tepat yang dapat menyebabkan cedera bermakna bagi

pasien. Selain itu, penyimpanan obat mahal, produk nutrisi, B3, dan obat kanker

disimpan ditempat terpisah, sedangkan obat kanker dan obat LASA diberikan

label khusus yang telah disediakan. Penyimpanan obat yang terdapat di dalam

lemari tertutup atau lemari pendingan dilampirkan daftar nama obat-obatan yang

terdapat di dalam lemari tersebut. Penyusunan tersebut dilakukan agar lebih

mudah melakukan penyiapan kebutuhan perbekalan farmasi bagi pasien. Berbeda

dengan penyimpanan obat, alat kesehatan disusun berdasarkan fungsi dan

jenisnya.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 81: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

72

Universitas Indonesia

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, satelit farmasi gedung A

mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai. Metode

yang digunakan dalam pendistribusian ini yaitu metode desentralisasi. Depo

farmasi disetiap lantai biasanya melakukan permintaan obat setiap hari ke gudang

farmasi basemen gedung A sesuai dengan kebutuhannya. Obat-obat yang perlu

diracik dilakukan di ruang peracikan. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan

oleh petugas gudang farmasi basemen dikirimkan ke depo farmasi di setiap lantai

dengan melakukan serah terima barang dan dilakukan pemeriksaan kesesuaian

jenis dan jumlah barang.

Sistem peresepan di gedung A sudah menggunakan Electronic Health

Record (EHR). Keuntungan dari EHR ini yaitu dapat mengurangi kesalahan

dalam membaca resep sehingga kesalahan dalam pemberian obat ikut berkurang.

Dokter biasanya melakukan peresepan bagi pasien pada hari Senin dan Kamis.

Namun, ada beberapa dokter yang masih melakukan peresepan secara manual

khususnya dokter konsulen yang menangani pasien kelas khusus pada lantai 1, 3,

dan 6. Obat-obat yang sudah diresepkan oleh petugas farmasi kemudian disiapkan

dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan

yaitu unit dose dan floor stock. Pada sistem unit dose, obat disiapkan untuk

pemakaian satu hari dengan pembagian kemasan tiap waktu minum obat dimulai

dari sore hari hingga siang hari di hari berikutnya. Barang yang didistribusikan

dengan metode floor stock yaitu perbekalan farmasi dasar yang dapat digunakan

untuk bersama-sama bagi seluruh pasien pada tiap lantai.

Mutasi perbekalan farmasi di gudang farmasi basemen dicatat di kartu

stok. Namun, depo farmasi tidak menggunakan kartu stok karena secara otomatis

sudah tersistem melalui IT. Laporan yang biasanya disiapkan oleh satelit farmasi

gedung A yaitu laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian antibiotik,

laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar, laporan obat generik, laporan

narkotika dan psikotropika, laporan formulariun dan laporan barang implan.

Laporan tersebut dibuat sekali setiap bulan dan dikirim sebelum tanggal lima

setiap bulannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama kerja praktek di satelit

farmasi gedung A adalah mendata sediaan farmasi yang memiliki tanggal

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 82: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

73

Universitas Indonesia

kadaluwarsa yang sudah dekat di gudang farmasi basemen, melakukan analisis

waktu peracikan, melakukan penyiapan obat dari pemberian etiket hingga

pengemasan obat, melakukan pengamatan waktu penyiapan obat.

4.7.2 Farmasi Klinik Gedung A

Kegiatan farmasi klinik di gedung A RSCM sudah berjalan cukup baik.

Farmasi klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan

untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam

rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang

rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara

pemberian, tepat waktu pemberian dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi

klinik di gedung A meliputi verifikasi resep, konseling obat, monitoring

pengobatan, pengambilan riwayat pengobatan, visit/ronde dan pelayanan

informasi obat.

Verifikasi resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi pemeriksaan

kelengkapan resep, kesesuaian dosis, rute pemberian, lama pemberian, interaksi

obat dan waktu pemberian obat. Apabila obat yang direkomendasikan tidak

tersedia, apoteker dapat memberikan rekomendasi obat dengan nama dagang yang

berbeda namun memiliki kandungan dan dosis yang sama sesuai dengan

formularium rumah sakit. Kegiatan konseling di gedung A ada dua jenis yaitu

bedside counseling dan konseling obat pulang. Kegiatan bedside counseling masih

jarang dilakukan dibandingkan dengan konseling obat pasien pulang. Mahasiswa

PKPA melakukan penyiapan konseling obat pasien pulang dengan menuliskan

formulir informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada

pasien yaitu nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian

obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu

bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu

jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.

Secara umum, informasi obat bagi pasien yang akan pulang cukup

informatif. Pada umumnya pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-

obat tersebut selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan

penjelasan yang terlalu mendetail. Namun, apoteker sebaiknya juga meminta

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 83: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

74

Universitas Indonesia

pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan dan tidak hanya

sekedar menanyakan apakah pasien telah paham atau belum. Hal tersebut sebagai

proses evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan

tepat oleh pasien tanpa ada kesalahan informasi.

Kegiatan farmasi klinik lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA

yaitu melakukan monitoring pengobatan pasien. Monitoring pengobatan pasien

biasanya dilakukan oleh apoteker yang bertugas di tempat pasien di rawat. Pasien

yang diprioritaskan untuk mendapatkan konseling obat pasien yang akan pulang,

pasien geriatri (di atas 60 tahun) dan pasien pediatri (di bawah 12 tahun) dengan

kriteria: Pasien yang mendapat rejimen pengobatan lebih dari 7 item obat

(polifarmasi), mendapat rejimen pengobatan dengan indeks terapi sempit,

mempunyai riwayat alergi, dan pasien yang mengalami efek yang tidak

diharapkan akibat penggunaan obat. Kegiatan monitoring ini dengan cara melihat

kesesuaian antara obat yang diresepkan oleh dokter dengan obat yang di berikan

oleh perawat yang dapat dilihat dari kardeks serta obat yang dituliskan di status

pasien (Medical Record). Terkadang dokter tidak memberitahu apabila ada

perubahan terapi bagi pasien sehingga apoteker perlu melakukan konfirmasi

kepada dokter untuk meresepkan kembali. Selain kesesuaian peresepan, apoteker

juga memperhatikan dosis yang diberikan karena dikhawatirkan ada perbedaan,

interaksi obat yang terjadi akibat dari penggunaan obat yang banyak dan hasil

laboratorium pasien.

Pasien yang baru datang biasanya juga dilakukan pengambilan riwayat

penggunaan obat. Pengambilan riwayat penggunaan obat ini dilakukan oleh

apoteker yang bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan riwayat alergi,

efek samping dan efek-efek yang tidak diharapkan akibat penggunaan obat,

menilai kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dan menyelaraskan rejimen

terapi antara sebelum perawatan dan saat perawatan. Namun, untuk pengambilan

riwayat penggunaan obat ini dilakukan kepada pasien yang baru masuk dalam 48

jam pertama dengan riwayat penyakit kronis (penyakit dalam, infeksi, dan saraf)

serta pasien dengan imunitas rendah. Ketika pengambilan riwayat pengobatan,

apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan, dan menanyakan

tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 84: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

75

Universitas Indonesia

nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep,

non resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama

penggunaan obat, (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan

(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat,

dan jumlah obat tersisa. Selain itu, apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan

efek samping obat yang pernah dialami pasien. Apabila pasien memiliki riwayat

alergi dan pernah mengalami efek samping dari suatu obat tertentu maka apoteker

perlu menelusuri obat-obatan tersebut. Wawancara riwayat pengunaan obat pasien

dapat pula ditanyakan kepada keluarga pasien bila pasien tidak memungkinkan

untuk diwawancara.

Mahasiswa PKPA juga melakukan visite/ronde bersama tim dokter yang

didampingi oleh apoteker. Visite ini bisa dilakukan secara mandiri atau

berkolaborasi dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya. Selain visite,

apoteker juga melakukan diskusi dengan tim kesehatan untuk membicarakan

kasus sulit pasien tertentu. Kegiatan diskusi berbeda dengan visite, diskusi ini

dilakukan di suatu ruangan sedangkan visite dilakukan di ruang rawat pasien.

Dalam kegiatan visite atau diskusi, apoteker berperan dalam rekomendasi

pengobatan pasien terkait kesesuaian obat sesuai penyakitnya, kesesuaian dosis

dan sediaan obat, ketersedian obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta

kemungkinan terjadinya interaksi obat.

Farmasi klinik melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) bagi pasien,

perawat, dokter, asisten apoteker atau tenaga kesehatan lainnya. Pada pelaksanaan

pelayanan informasi obat saat ini masih terbatas pada pelayanan ionformasi obat

secara pasif dan sebaiknya apoteker juga melakukan pelayanan informasi obat

secara aktif seperti membuat brosur atau leaflet sebagai media pelayanan

informasi obat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien

terhadap pengobatan yang dijalani yang merupakan aplikasi farmasi klinik di

rumah sakit yang berorientasi kepada pasien. Selama pelaksanaan PKPA di

gedung A mahasiswa apoteker juga mendapatkan terkait informasi obat seperti

kandungan obat, kestabilan obat, substitusi obat, cara pengunaan obat, dosis,

interaksi dan cara pencampuran obat yang berasal dari dokter atau perawat. Dalam

menjawab pertanyaan mahasiswa mencari informasi dari berbagai literatur yang

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 85: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

76

Universitas Indonesia

tersedia seperti Drug Information Handbook, AHFS, Handbook on Injectable

Drugs, Martindale serta literatur lain yang disesuaikan dengan jenis pertanyaan

yang diajukan. Pelaksanana pelayanan informasi obat dilakukan sesuai dengan

Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit agar pelayanan informasi

obat efektif dan informasi yang dihasilkan sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan. Laporan dari setiap pelayanan informasi obat yang dilakukan

didokumentasikan dan dilaporkan setiap bulan sebagi pertimbangan dalam

evaluasi pelayanan informasi obat yang telah dilakukan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 86: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

76 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tugas instalasi farmasi di rumah sakit adalah melaksanakan pelayanan

kefarmasian di rumah sakit meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan

pelayanan kefarmasian dalam pengunaan obat dan alat kesehatan. Peran apoteker

dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi pemilihan, perencanan,

pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Sedangkan

peran apoteker dalam penggunaan obat dan alat kesehatan meliputi pengkajian

resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan

informasi obat, konseling pemantauan kadar obat dalam darah, ronde/visite pasien

dan pengkiajian pengunaan obat.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa

saran yang dapat duajukan antara lain:

a. Gudang Pusat Perbekalan Farmasi

Penanganan penyimpanan B3 sebaiknya ruangan disertai sistem

pengamanan dini seperti smoke detector. Selain itu meminta distributor untuk

menyertakan MSDS saat mengirimkan B3, sebaiknya yang sudah

diterjemahkan bila tidak bisa maka petugas gudang harus menerjemahkannya.

Penanganan keterlambatan penerimaan PF dari distributor sebaiknya

lokasi gudang dibuat lebih ideal dengan penambahan jalan untuk mobil

sehingga mudah diakses pihak eksternal atau membuat jadwal rutin

penerimaan PF dan menyediakan lahan parkir khusus distributor pada jam

yang telah terjadwal tersebut.

b. Sub Instalasi Produksi

Pembahan sumber daya manusia untuk proses pengujian mutu selama

proses produksi dilaksanakan. Dengan adanya penambahan sumber daya

manusia dalam pengujian mutu diharapkan dapat menjamin produk yang

dihasilkan terjamin mutunya.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 87: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

77

Universitas Indonesia

c. Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat

Pada peresepan masih sering ditemukan duplikasi resep sehingga dapat

disarankan dengan menggunaakan resep online agar dapat memepermudah

dokter melihat riwayat resep sebelumnya uang diterima pasien. Namun

penggunaan sistem online perlu didukung dengan kemudahan dalam

mengakses. Selain itu dperlukan memasukan nomer inputan pada kartu stok

narkotika dan obat mahal ungtuk meningklatkan pengawasan dan mengatasi

terjaidnya selisih jumlah fisik obat, kartu stok maupun IT. Pembuatan kartu

stok dalam bentuk buku berjilid untuk memudahkan dalam pengawasan.

Perbaikan pada alur pasien pulang agar dapat mengurangi penumpukan obat

pasien pulang di satelit serta pembuatan daftar informasi obat pulang.

d. Satelit Intensive Care Unit

Ketersediaan pengeras suara yang diperlukan untuk memanggil keluarga

pasien agar dapat mempermudah komunikasi petugas depo dengan keluarga

pasien. Fasilitas yang juga diperlukan adalah wadah untuk tempat obat agar

dapat mempermudah dalam penyiapan obat.

e. Satelit Farmasi Pusat

Mengatasi keterlambatan dalam pelayanan resep dapat diatasi dengan

mengunakan resep online. Ketersediaan kotak obat atau wadah obat yang

disususn secara baik dan tidak menumpuk diharapkan dapat mempermudah

dalam penyiapan obat. Penambahan sumber daya manusia juga diperlukan

untuk meningkatkan pelayanan.

f. Satelit Kirana

Pelaksanaan kartu stok di depo lantai 4 diperlukan untuk mengurangi

terjadinya kehilangan atau selisih dari perbekalan farmasi serta akan

meningkatkan pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan perbekalan

farmasi. Penempatan pekarya dirasakan diperlukan terkait penyediaan

perbekalan farmasi sehingga diharapkan dapat meningkatan pelayanan karena

pekerja di satelit tidak perlu ke gudang untuk mengambil perbekalan farmasi

yang diperlukan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 88: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

78

Universitas Indonesia

g. Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

Penambahan pekarya dirasakan diperlukan dikarenakan besarnya wilayah

kerja gedung A yang terdiri dari delapan lantai sehingga diharapkan dengan

penambahan pekarya maka akan meningkatakan kecepatan dalam pengadaan

dan ketersediaan perbekalan farmasi di setiap depo gedung A.

Pelaksanaan pelayanan informasi obat juga dapat dilaksanakan secara aktif

yanitu dengan memberikan leaflet, brosur ataupun buku saku sebagai media

dalam pelayanan informasi obat untuk pasien sehingga pelaksanaan pelayanan

informasi obat yang berorientasi pasien dapat diamplikasikan. Diharapkan

dengan melaksanakan pelayanan informasi obat secara aktif tersebut maka

pengetahuan serta pemahaman pasien terkait penyakit dan pengobatan yang

dilaksanakan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut serta mendukubg terapi

yang sedang dijalankan pasien.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 89: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

79

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan RI. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central

Sterile Supply Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi

Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi

Rumah Sakit. Jakarta

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Quick, J.D. [ed]. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals 2nd ed. Connecticut: Kumarin

Press Inc.

Presiden Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan. Jakarta

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 90: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 91: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

79

Lampiran 1. Struktur organisasi RSCM

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Departemen

Instalasi

Farmasi

UPT

Direktur Pengembangan dan Pemasaran

Instalasi

promkes

UPJM

Direktur Keuangan

Bagian

Anggaran

Bagian Perbendaharaan

Bagian

Akuntansi

Direktur SDM dan Pendidikan

Bagian Diklat

Bagian SDM

Bagian Hukor

Instalasi Pendidikan

Direktur Umum dan Operasional

Bagian Administrasi

Bagian Aset dan Inventaris

Bagian Teknik Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Instalasi

Medik

ULP

Unit Utilitas

Komite Medik, Komite Etik, PPIRS, Komite Mutu

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 92: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

80

Lampiran 2. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSCM

Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Subinstalasi Perbekalan Farmasi

Kepala Subinstalasi Produksi

Kepala Subinstalasi Farmasi Klinis dan

Pendidikan Pelatihan Pengembangan

Kepala Subinstalasi Administrasi dan

Keuangan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 93: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

81

Lampiran 3. Struktur organisasi ISP RSCM

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 94: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

82

Lampiran 4. Formulir pencampuran obat sitostatik

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 95: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

83

Lampiran 5. Contoh protokol kemoterapi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 96: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

Lampiran 6. Formulir v

r verifikasi resep

84

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 97: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

85

Lampiran 7. Formulir medication history taking pasien

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 98: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

86

Lampiran 8. Lembar monitoring pengobatan pasien rawat inap

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 99: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

87

Lampiran 9. Formulir konseling obat pasien pulang

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 100: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

88

Lampiran 10. Contoh etiket

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 101: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

89

Lampiran 11. Contoh klip plastik obat unit dose

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 102: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

90

Lampiran 12. Contoh blanko kartu stok

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 103: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

91

Lampiran 13. Formulir retur obat

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 104: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

92

Lampiran 14. Label penandaan khusus

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 105: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

PENYUSUN

HIPERTENSI SE

OBAT DI RU

(RSUP

PERI

TUGAS KHUSUS

KARTI

UNIVERSITAS INDONESIA

NAN BUKU SAKU PENGOBATAN P

SI SEBAGAI MEDIA PELAYANAN IN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASI

SUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUM

ERIODE 4 FEBRUARI - 2 APRIL 2013

SUS PRAKTEK KERJA PROFESI AP

TIKA FEBIYANTI NORMAN, S.Far

1206313242

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

N PASIEN

INFORMASI

ASIONAL

MO

13

POTEKER

arm.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 106: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 32.1 Peayanan Informasi Obat ................................................................................ 3

2.2 Hipertensi ........................................................................................................ 9

BAB 3 METODE PENGKAJIAN ................................................................................. 17

3.1 Waktu Tempat Pelaksanaan .......................................................................... 17

3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 184.1 Hasil .............................................................................................................. 18

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 245.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24

5.2 Saran .............................................................................................................. 24

DAFTAR ACUAN .......................................................................................................... 25

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 107: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterampilan yang Perlu Dimiliki Farmasi dalam PIO ........................7

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih

berdasarkan JNC VII.............................................................................9

Tabel 2.3 Modifikasi Gaya Hidup Dalam Pengolahan Hipertensi ......................12

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 108: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Pengobatan Hipertensi .........................................................28

Lampiran 2. Buku Saku Pasien Hipertensi .......................................................29

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 109: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien hipertensi diprediksi mencapai 1,56 miliar dari total penduduk dunia pada

tahun 2025 hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kearney, et al pada tahun

2002 (Obreli-Neto, et al, 2011). Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang

tujuh kali lebih besar berisiko stroke dan enam kali lebih besar berisiko gagal jantung

(WHO/SEARO, 2005). Hipertensi merupakan penyakit dengan pengobatan jangka

panjang sehingga pada beberapa kasus ditemukan pasien tidak memiliki pemahaman

yang cukup terhadap jalannya pengobatan. Dengan adanya pemahaman yang baik

terhadap pengobatan yang dijalani akan berdampak besar terhadap target pengobatan.

Pemahaman yang baik akan mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan yang dijalani.

Pasien yang tidak patuh terhadap aturan penggunaan obat sebesar 30-55% (WHO, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Macedo, Lima, Alcantara dan Ramalhindho pada tahun

2007 hanya 11,2% pasien yang mencapai target tekanan darah terkontrol. Kepatuhan

yang baik erat kaitannya dengan pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi yang

dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap mencegah terjadinya komplikasi

(Morgado, Rolo, Castelo-Branco, 2011). Peningkatkan mortalitas dikarenakan

ketidakpatuhan mencapai 6,8% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mazzaglia pada tahun 2009 ketidakpatuhan

dari pasien yang menjalankan terapi mencapai 20-80% (Kjeldsen, et al, 2011). Kepatuhan

pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006b).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah

sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang utuh dan berorientasi kepada pasien. Salah satu upaya dalam meningkatkan

pemahaman pasien dalam pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan

kesehatan. Upaya kesehatan tersebut terfokus pada upaya peningkatkan perilaku sehat,

pendorong perilaku yang menunjang kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan

penyakit dan pemulihan (Notoatmodjo, 2003). Sesuai dengan tugas pokok pelayanan

farmasi rumah sakit salah satunya adalah melaksanakan komunikasi, informasi dan

edukasi. Aplikasi ketiga unsur tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan pelayanan

informasi obat yang dilakukan oleh apoteker. Kegiatan pelayanan informasi obat berupa

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 110: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

2

Universitas Indonesia

penyediaan dan pemberian informasi obat secara aktif atau pasif. Pelayanan informasi

obat secara aktif apabila apoteker memberikan informasi obat dengan tidak menunggu

pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi sedangan secara pasief

dilakukan apabila apoteker memeberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan

yang diterima. Pemberian pelayanan informasi obat secara aktif melalui media buku saku

diharapkan dapat memberikan informasi serta edukasi kepada pasien sehingga dapat

meningkatkan pemahaman terkait hipertensi dan pengobatan hipertensi yang dijalankan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini adalah membuat buku saku pengobatan

pasien hipertensi yang baik sebagai media pelayanan informasi obat secara aktif.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 111: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

2.1.1 Definisi Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan,

pemberian informasi dan rekomendasi obat yang bersifat independen, akurat,

komprehensif terkini oleh apoteker kepada pasien, dokter, perawat, tenaga

kesehatan lain maupun masyarakat. Kegiatan pelayanan informasi obat meliputi

tujuan, media yang digunakan, pengelolaan, pengawasan mutu atau informasi obat

yang digunakan dalam pengambilan keputusan terkait obat (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2006c).

2.1.2 Tujuan Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat memiliki tujuan antara lain (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2006c) :

a. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional serta berorientasi

kepada pasien tenaga kesehatan dan pihak lain.

b. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga

kesehatan dan pihak lain.

c. Menyediakan informasi sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan yang

berhubungan dengan obat terutama bagi Komite Farmasi dan Terapi (KFT).

2.1.3 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian

informasi obat dapat dilakukan secara aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif

apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi dengan tidak

menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi, misalnya

menerbitkian buletein, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat

pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan

yang diterima (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 112: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

4

Universitas Indonesia

2.1.4 Ruang Lingkup Pelayanan Informasi Obat

Pelaksaaan pelayanan informasi obat terdiri dari tiga ruang lingkup

kegiatan yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c):

a. Ruang lingkup pelayanan

Pada ruang lingkup pelayanan meliputi beberapa kegiatan antara lain:

menjawab pertanyaan, menerbitkan bulletin, membantu unit lain dalam

mendapatkan informasi obat, menyiapkan materi untuk brosur atau leaflet

informasi obat serta mendukung kegiatan Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

dalam menyusun dan merevisi formularium.

b. Ruang lingkup pendidikan

Pelayanan informasi obat melaksanakan fungsi pendidikan terutama pada

rumah sakit yang berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan. Ruang lingkup

pendidikan meliputi beberapa kegiatan antara lain: mengajar dan membimbing

mahasiswa, memberi pendidikan pada tenaga kesehatan dalam hal informasi

obat, mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan di bidang

informasi obat serta membuat, menyiapkan dan menyampaikan makalah

seminar atau simposium.

c. Ruang lingkup penelitian

Pada ruang lingkup penelitian meliputi beberapa kegiatan antara lain:

melakukan penelitian evaluasi pengunaan obat, penelitian pengunaan obat

baru, penelitian lain yang berkaitan dengan pengunaan obat baik secara

mandiri maupun bekerja sama dengan pihak lain serta malakukan program

jaminan mutu.

Jenis pelayanan informasi obat di rumah sakit dilakukan sesuai dengan

kebutuhan. Contoh kegiatan pelayanan informasi obat yang dilakukan meliputi

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c):

a. Memberi jawaban atas pertanyaan spesifik melalui telepon, surat atau tatap

muka.

b. Laporan atau bulletin bulanan.

c. Pelayanan cetak ulang reprint.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 113: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

5

Universitas Indonesia

d. Konseling tentang cara penjagaan terhadap reaksi ketidakcocokan obat,

konsep-konsep obat yang sedang dalam penelitian atau peninjauan pengunaan

obat-obatan.

e. Tugas pendidikan dan pelatihan seperti kuliah tentang farmakologi dan

pengobatan, evaluasi literatur obat atau penggunaanya.

f. Melakukan riset.

g. Memberikan dukungan pada Panitia/Komite Farmasi dan Terapi seperti

tinjauan terhadap obat-obatan yang baru yang akan diajukan untuk

dimasukkan dalam daftar obat rumah sakit.

2.1.5 Sasaran Informasi Obat

Pada pelaksaan pelayanan informasi obat dirumah sakit sasaran pemberian

informasi ditujukan kepada pasien atau keluarga pasien, tenaga kesehatan (dokter,

dokter gigi, apoteker, perawat, bidan dan asisten apoteker) serta pihak lain seperti

tim manajemen dan kepanitiaan klinik (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2006c).

2.1.6 Sumber-Sumber Literatur

Semua sumber informasi yang digunakan diusahakan terbaru dan

disesuaikan dengan tingkat dan tipe pelayanan. Pustaka digolongkan dalam tiga

kategori antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c):

2.1.6.1 Pustaka Primer

Pustaka primer merupakan artikel asli yang dipublikasikan penulis atau

peneliti, informasi yang terdapat di dalamnya berupa hasil penelitian yang

diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Contoh pustaka primer antara lain laporan hasil

penelitian, laporan kasus, studi evaluatif, laporan deskriptif, jurnal publikasi

ilmiah yang berhubungan dengan obat, hasil uji klinik obat dan penelitian

farmakologi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c).

Pustaka primer merupakan dasar dalam klasifikasi pustaka sekunder dan

tersier. Dengan memahami kekuatan dari jenis sumber informasi yang tersedia

dapat memudahkan dalam pencarian literatur. Jika informasi yang didapat dari

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 114: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

6

Universitas Indonesia

pustaka primer masih belum cukup dapat dilakukan penelusuran lebih lanjut

dengan menggunakan pustaka sekunder (Watanabe dan Conner, 1978).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi terhadap

pustaka primer adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2006c):

a. Bahan dan metode.

b. Sampel.

c. Desain studi.

2.1.6.2 Pustaka Sekunder.

Pustaka sekunder merupakan sumber informasi yang berfungsi

mengarahkan ke sumber pustaka primer. Jenis pustaka sekunder antara lain

kumpulan abstrak dan bibliografi (Watanabe dan Conner, 1978).

Beberapa pertimbangan dalam memilih sumber pustaka sekunder, antara

lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c) :

a. Waktu: adalah jarak waktu artikel itu diterbitkan dalam majalah ilmiah dan

dibuat abstrak atau indeks.

b. Jurnal pustaka cakupan: jumlah pustaka ilmiah yang mendukung tiap pustaka

sekunder merupakan pertimbangan lain dalam pemilihan pustaka tersebut.

c. Selektivitas pengindeksan/pengabstrakan: bentuk dari sistem (cetak standar

atau terkomputerisasi) harus dipertimbangkan, dikaitkan dengan keperluan

dan kebutuhan pengguna.

2.1.6.3 Pustaka tersier

Pustaka tersier berupa buku teks atau database, kajian artikel, kompendia

dan pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi

materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006c).

Pustaka tersier banyak tesedia sebagai sumber informasi medik dan obat.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber pustaka tersier

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c) :

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 115: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

7

Universitas Indonesia

a. Penulis dan atau editor: editor dan penulis harus mempunyai keahlian dan

kualifikasi menulis tentang suatu judul atau bab tertentu dari suatu buku.

b. Tanggal publikasi juga harus diperhatikan bersama sama dengan edisi: tanggal

publikasi dari pustaka tersier terutama buku teks harus merupakan tahun

terbaru.

c. Penerbit: penerbit yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Daftar pustaka: harus mengandung daftar rujukan pendukung sesuai judul

buku.

e. Format pustaka tersier harus didesain untuk mempermudah penggunaan.

f. Cara lain untuk membaca buku teks yang baru adalah membaca kritik tertulis.

2.1.7 Sumber Daya Manusia (SDM)

Pelaksanan pelayanan informasi obat memiliki persyaratan sebagai berikut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006c) :

a. Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang berkelanjutan.

b. Menunjukkan kompetensi profesional dalam penelusuran, penyeleksian dan

evaluasi sumber informasi.

c. Mengetahui tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit,

metodologi penggunaan data elektronik.

d. Memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat.

e. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Berikut ini adalah keterampilan yang perlu dimiliki famasis yang

memberikan pelayanan informasi obat (Golightly, 2003) :

Tabel 2.1 Keterampilan yang perlu dimiliki farmasi dalam PIO

Keterampilan Lingkup

Klinis Pengetahuan dan pemahaman terhadap semua aspek obat,

proses dan prosedur terapi, penyakit, patologi dan manajemen.

Komunikasi Verbal (percakapan): pertanyaan interogasi, penentuan

pertanyaan, mendapatkan latar belakang informasi yang tepat

dan memadai, tanggapan secara verbal, tehnik bicara melalui

telepon

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 116: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

8

Universitas Indonesia

Tertulis: menulis laporan, menanggapi pertanyaan, bulletin,

menulis ke tingkat penerima; konversi data secara ringkas dan

mudah dipahami, menggunakan bahasa Inggris yang

sederhana.

Penilaian kritis Penilaian secara kritis dan penggunaan literatur klinik dan

farmasi, isi dan kualitas untuk klaim secara komersial untuk

pengobatan; pengetahuan pekerjaan mengenai statistik medis

termasuk kelayakan dan batasan; pembuatan percobaan klinis;

farmakoekonomi

Manajemen

Informasi

Penggunaan narasumber, contoh pencaraian literatur utama

(Medline, Embase dsb), database, internet, sumber in-house

dan perpustakaan; interprestasi data yang dicari, penentuan

biaya-efektif dan kualitas nara sumber; sistim perencanaan

penyimpanan in-house dan pencarian data

Diri pribadi Kemampuan untuk bekerja dengan inisiatif sendiri; melakukan

prioritas pekerjaan; mengetahui kemampuan sendiri dan

kualitas kerja dan mengatur waktu secara efektif.

Teknologi

Informasi

Mampu menggunakan teknologi informasi untuk memperoleh

dan menyebarkan informasi dan pelayanan yang dihasilkan,

pemahaman pemakaian IT. Keterampilan menggunakan

keyboard.

Manajemen Pengelolaan nara sumber dan manusia.

Pelatihan Kemampuan untuk melatih farmasis dan ahli profesi lainnya

yang memerlukan ketrampilan dan pengetahuan contoh

preregistration farmasis, farmasis, perawat dokters, dll.

2.1.8 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan

kondisi rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung

ketersediaan dan perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan

pelayanan informasi obat. Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat adalah

ketersediaan sarana fisik seperti rusng kantor, ruang rapat, perpustakaan,

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 117: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

9

Universitas Indonesia

komputer, fax, dan jaringan internet (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006c).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah arteri yang

persisten (Sanseen, Carter, 2005). Berdasarkan tingginya tekanan darah JNC VII

mengklasifikasi tekanan darah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan

JNC VII (Chobanian, et al, 2003).

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi

Tingkat 1 140-159 90-99

Tingkat 2 >160 >100

2.2.2 Stratifikasi Faktor Risiko (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006b)

Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari penyakit

hipertensi yang tidak ditangani secara baik dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu:

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi faktor umur, jenis kelamin dan

genetik.

b. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi merokok, diet rendah serat, kurang

aktifitas gerak, bersat badan berlebihasn, konsumsi alkohol, hiperlipidemia,

stress dan konsumsi garam berlebih.

2.2.3 Komplikasi

Komplikasi akibat tekanan darah tidak terkontrol perlu diperhatikan

karena dapat meningkatkan risiko kerusakan organ jantung, otak, ginjal dan retina.

Kerusakan organ tersebut dapat terjadi akibat kenaikan tekanan darah pada organ

(Stephen J, Maxine, 2010).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 118: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

�0

Universitas Indonesia

2.2.4 Kepatuhan pada Pasien Hipertensi

Pada pelaksanaan terapi hipertensi target pengobatan diperlukan kepatuhan

yang baik dari pasien. Sebesar 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi

tidak meminum obat yang direkomendasikan sesuai dengan yang dianjurkan oleh

dokter (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

Metode peningkatan kepatuhan dapat dilakukan dengan metode edukasi.

Metode edukasi tersebut meliputi informasi : mengenai manfaat kontrol tekanan

darah, efek samping yang mungkin terjadi selama terapi, pendidikan kesehatan

untuk pasien maupun keluarga tentang penyakit dan regimen pengobatan yang

dijalankan serta melibatkan pasien maupun keluarga pasien tentang keuntungan

minum obat dan modifikasi gaya hidup yang tepat (Departemen Kesehatan RI,

2006b).

Beberapa hasil penelitian mengenai ketidakpatuhan dan pengaruh terhadap

komplikasi antara lain :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Kearney pada tahun 2005 dan Bloch pada tahun 2008

diperkirakan 27–49% pasien hipertensi tidak patuh dalam meminum obat yang

diresepkan (Orbeli-Neto, et al, 2010).

b. Penelitian yang dilakukan oleh McClenllan et al pada tahun 1988 dinyatakan pasien

dengan kepatuhan rendah dalam menjalankan terapi memiliki kontrol yang rendah

terhadap tekanan darah sehingga meningkatkan risiko komplikasi (Lahdenpera,

Wright dan Kyngas, 2003).

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis yang utama adalah terjadinya peningkatan tekanan darah.

Pengukuran dengan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol.

Pengukuran tersebut digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan

hipertensi sesuai dengan tingkatannya. Hipertensi dapat diidentifikasi dengan

tanda dan gejala seperti sakit kepala, pusing, sakit di tengkuk, jantung berdebar,

penglihatan kabur, rasa sakit di dadadan mudah lelah (Departemen Kesehatan RI,

2006b).

Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan untuk mendeteksi adanya hematuria,

proteinuria dan sedimen penyakit ginjal atau nefrosklerosis. Kadar kalium sebagai

indikasi hipokalemia akibat hiperaldosteron, kadar gula darah puasa sebagai

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 119: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✁✁

Universitas Indonesia

indikasi hiperglikemia yang terjadi pada diabetes dan feokromositoma, lipid

plasma sebagai indikator terjadinya arterosklerosis. Ekokardiografi digunakan

untuk mengevaluasi pasien dengan gejala klinis berhubungan dengan penyakit

jantung (Stephen J, Maxine, 2010).

Pemeriksaan sedini mungkin penting dilakukan untuk memprediksi

kemungkinan terjadinya komplikasi. Pemeriksan yang dapat dilakukan antara lain

(Stephen J, Maxine, 2010) :

a. Pemeriksaan urin, pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi ginjal.

b. Pemeriksaan EKG (pencitraan jantung), pemeriksaan ini dilakukan untuk

memastikan fungsi jantunng

c. Pemeriksaan darah meliputi kadar gula dan kolesterol darah.

2.2.6 Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan

morbiditas. Tujuan tersebut berhubungan dengan kerusakan organ target dan

terjadinya penurunan kejadian risiko penyakit kardiovaskular, serebrovaskular dan

penyakit ginjal (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII tahun

2003 adalah :

a. Pasien tanpa komplikasi penyakit < 140/90 mm Hg.

b. Pasien dengan komplikasi diabetes atau ginjal < 130/80 mm Hg.

Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum dijumpai

namun kontrol tekanan darah masih belum maksimal. Sebagian besar pasien

dengan hipertensi target penurunan tekanan darah diastol sudah tercapai namun

tekanan darah sistol masih tinggi. Secara patofisiologi tekanan darah sistol

berkaitan dengan risiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastol. Sehingga

tekanan darah sistol digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan

penyakit pada hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

Terapi non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup cukup untuk pasien

dengan prehipertensi. Namun tidak cukup untuk pasien dengan komplikasi

(diabetes dan penyakit ginjal). Pemilihan obat bergantung pada tingginya tekanan

darah dan ada tidaknya komplikasi penyakit lain. Terapi awal pasien hipertensi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 120: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✂2

Universitas Indonesia

tingkat 1 obat yang diberikan adalah obat dengan golongan diuretik tiazid.

Sedangkan pasien hipertensi tingkat 2 diberikan obat dengan kombinasi obat

golongan lain dengan salah satunya golongan diuretik tiazid (Departemen

Kesehatan RI, 2006b).

2.2.6.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologis terdiri dari modifikasi gaya hidup yang dapat

dilihat pada Tabel 2.3.

Table 2.3. Modifikasi gaya hidup dalam pengolahan hipertensi (Chobanian, et al,

2003).

Modifikasi Rekomendasi Perkiraan penurunan

tekanan diastol yang

terjadi

Penurunan berat badan Pengaturan berat badan normal 5-20 mmHg/ penurunan

10 kg

Adaptasi pengaturan pola makan

berdasarkan DASH

Konsumsi makanan yang banyak

mengandung buah dan sayur serta

mengurangi asupan lemak atau yang

mengandung lemak.

8-14 mmHg

Diet rendah garam Penurunan konsumsi garam tidak lebih dari

6 g natrium klorida

2-8 mmHg

Aktivitas fisik Aktifitas olahraga aerobik (jogging sekitar

30 menit setiap hari, atau lebih dari sekali

dalam seminggu)

4-9 mmHg

Pengurangan konsumsi alkohol Tidak lebih dari dua jenis minuman

beralkohol atau bahkan penghentian

pengunaan alkohol

2-4 mmHg

2.2.6.2 Terapi Farmakologis

Tatalaksana terapi hipertensi berdasarkan Pedoman Teknis penemuan dan

Tatalaksana Penyakit Hipertensi tahun 2006 :

a. Seseorang diagnosis menderita hipertensi maka yang pertama dilakukan

adalah mencari faktor risiko. Setelah ditemukan faktor risiko, dapat dilakukan

terapi awal yaitu terapi non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup. Bila

penurunan tekanan darah tidak tercapai maka terapi non farmakologi

dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologi.

b. Terapi farmakologi disesuaikan dengan tingkat hipertensi, ada tidaknya

komplikasi penyakit atau keadaan khusus seperti diabetes melitus dan

kehamilan.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 121: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✄3

Universitas Indonesia

c. Terapi farmakologi pilihan pertama yang digunakan adalah golongan tiazid,

kedua golongan penghambat enzim konversi angiotensin, kemudian diikuti

golongan antagonis kalsium.

d. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka diberikan terapi kombinasi.

e. Bila tekanan darah target tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya

hidup dan terapi kombinasi dilakukan sistem rujukan spesialis (Lihat

Lampiran 1).

Terapi farmakologi hipertensi terdiri dari sebelas kelompok antihipertensi

antara lain :

a. Diuretik

Obat ini adalah obat pilihan pertama pada hipertensi (Departemen Kesehatan

RI, 2006b). Mekanisme diuretik dengan menekan reabsorbsi natrium di

tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air.

Diuretik kuat (seperti furosemid) menurunkan elektrolit dan volume cairan

tubuh lebih cepat dibandingkan dengan tiazid namun memiliki durasi yang

singkat. Efek samping diuretik terutama berkaitan dengan penurunan ion

kalium, magnesium dan natrium (Stephen J, Maxine, 2010).

Dosis: klortalidon 6,25-25 mg/hari, hidroklortiazid 12,5-50 mg/hari,

indapamid 1,25-2,5 mg/hari, bumetamid 0,5-4,0 mg/hari, 20-80 mg/hari,

torasemid 5 mg/hari dan triamteren 50-100 mg/hari (Departemen Kesehatan

RI, 2006b).

b. Antagonis aldosteron

Spironolakton dan eplerenon bekerja dengan menahan retensi natrium. Efek

samping dapat menyebabkan nyeri payudara dan ginekomastia pada pria

melalui aktivitas pada reseptor progesteron namun efek tersebut tidak terlihat

pada pengunaan eplerenon. Hiperkalemia adalah efek samping dari kedua obat

ini, terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (Stephen J, Maxine,

2010).

Dosis: eplerenon 50-100 mg/hari, spironoloakton 25-50 mg/hari (Departemen

Kesehatan RI, 2006b).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 122: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

☎4

Universitas Indonesia

c. Penghambat reseptor beta adrenergik

Mekanisme kerja dengan menghambat reseptor beta adrenergik sehingga

terjadi penurunan curah jantung dan penghambatan pelepasan renin, frekuensi

dan kontraksi otot jantung (Wells, Dipiro, Schwinghammer, 2009).

Efek samping penghambat beta antara lain menginduksi bronkospasme pada

pasien yang sudah mempunyai ganguan (pasien asma, beberapa pasien dengan

penyakit paru obstruktif kronik), sindrom Reyneud, letargi, impotensi dan

meningkatkan trigliserida plasma (Stephen J, Maxine, 2010).

Dosis: atenolol 25-100 mg/hari, betaxolol 5-20 mg/hari, bisoprolol 2,5-10

mg/hari, metoprolol 50-200 mg/hari, nadolol 40-120 mg/hari dan propranolol

160-480 mg/hari (Departemen Kesehatan RI, 2006).

d. Penghambat angiotensin coverting enzyme

Mekanisme kerja dengan menghambat enzim yang mengkonversi perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II, menghambat degradasi bradikinin,

menstimulasi sintesis prostaglandin dan mengurangi aktivitas sistem saraf

simpatis (Wells, Dipiro, Schwinghammer, 2009). Hipotensi dapat terjadi pada

awal pemberian ACEI, terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin yang

tinggi. Efek samping bergantung besarnya dosis dan bersifat reversible bila

obat dihentikan. ACEI dikontraindikasikan untuk ibu hamil dan gagal ginjal

(Stephen J, Maxine, 2010).

Dosis: benzelapril 10-40 mg/hari, kaptopril 12,5-150 mg/hari, enalapril 5-40

mg/hari, fosinopril 10-40 mg/hari, lisinopril 7,5-30 mg/hari, moexipril 4-16

mg/hari, perindopril 10-80 mg/hari, quinapril 2,5-10 mg/hari dan ramipril 1-4

mg/hari (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

e. Penghambat renin

Mekanisme obat ini mencegah pemecahan angiotensinogen menjadi

angiotensin I. Aliskiren yang merupakan renin inhibitor direkomendasikan

oleh FDA untuk digunakan sebagai terapi tunggal hipertensi (Stephen J,

Maxine, 2010). Dosis : Aliskiren perhari 150 mg atau 300 mg (Wells, Dipiro,

Schwinghammer, 2009).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 123: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✆5

Universitas Indonesia

f. Penghambat reseptor angiotensin II

Mekanisme kerja dengan menghambat reseptor angiotensin II sehingga

menimbulkan efek vasodilatasi, penurunan pelepasan aldosteron dan

penurunan aktivitas saraf simpatik (Wells, Dipiro, Schwinghammer, 2009).

Penghambat angiotensin II tidak menyebabkan batuk dan jarang menimbulkan

ruam seperti efek samping umum ACEI (Stephen J, Maxine, 2010).

Dosis: kadesartan 8-32 mg/hari, eprosartan 600-800 mg/hari, irbesartan 150-

300 mg/hari, losartan 50-100 mg/hari, olmesartan 20-40 mg/hari, telmisartan

20-80 mg/hari dan valsartan 80-320 mg/hari (Departemen Kesehatan RI,

2006b).

g. Penghambat saluran kalsium

Mekanisme obat ini adalah dengan merelaksasi otot jantung dan otot polos

melalui penghambatan masuknya ion kalsium masuk ke dalam intrasel

(Wells, Dipiro, Schwinghammer, 2009). Efek samping yang dapat terjadi

adalah nyeri kepala dan bradikardi (Stephen J, Maxine, 2010).

Dosis: amlodipin 2,5-10 mg./hari, nifedipin 10-30 mg/hari, felodipin 5-20

mg/hari, isradipin 5-10 mg/hari, isradipin SR 5-20 mg/hari, diltiazepam SR

dan verapamil SR 180-360 mg/hari (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

h. Antagonis reseptor α -adrenergik

Mekanisme obat ini adalah dengan penghambatan reseptor α -adrenergik

sehingga pelepasan katekolamin terhambat. Efek tersebut menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah yang berefek pada penurunan resistensi perifer.

Efek tersebut menurunkan laju jantung dan curah jantung (Wells, Dipiro,

Schwinghammer, 2009).

Dosis: doksasozin 1-8 mg/hari, prazosin 2-20 mg/hari, terazosin 1-20

mg/hari, klondin 0,1-0,8 mg/hari dan metildopa 250-1000 mg/hari

(Departemen Kesehatan RI, 2006b).

i. Obat aktifitas simpatomimetik intrinsik

Mekanisme obat ini dengan pehambatan parsial reseptor beta 1, sehingga

mengurangi bronkospasme dan vasokonstriksi (Wells, Dipiro dan

Schwinghammer, 2009). Digunakan sebagai pengobatan pilihan kedua atau

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 124: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✝6

Universitas Indonesia

ketiga karena tingginya frekuensi intoleransi, termasuk sedasi, kelemahan

otot, mulut kering, hipotensi postural (Stephen J dan Maxine, 2010).

Dosis: acebutol 200-800 mg/hari, carteolol 2,3-10 mg/hari, pentobutol 10-40

mg/hari dan pindolol 10-60 mg/hari (Departemen Kesehatan RI, 2006b).

j. Vasodilator Arteriolar

Mekanisme obat dengan rileksasi otot polos arteriolar menyebabkan

terjadinya refleks baroreseptor sehingga tejadi peningkatan laju jantung,

curah jantung dan pelepasan renin (Wells, Dipiro dan Schwinghammer,

2009). Penggunaan terapi tunggal dapat menyebabkan refleks takikardi,

meningkatkan kontraktilitas miokard dan menyebabkan nyeri kepala,

palpitasi dan retensi cairan, sehingga digunakan kombinasi dengan diuretik

dan penghambat beta pada pasien yang resisten. Hidralazin sering

menyebabkan gangguan gastrointestinal. Dosis : 20-100 mg (Stephen J dan

Maxine, 2010).

k. Penghambat Simpatik

Mekanisme guanetidin dan guanadrel adalah dengan menghambat pelepasan

norepinefrin pada post ganglion pusat saraf simpatik dan penghambatan

pelepasan norepinefrin dalam menstimulasi saraf simpatik (Wells, Dipiro dan

Schwinghammer, 2009). Kedua obat tersebut menyebabkan hipotensi

ortostatik dan retensi cairan (Stephen J dan Maxine, 2010) dan neuron perifer.

Efek samping seperti sedasi, hidung tersumbat, ganguan tidur dan ulkus

peptikum.

Dosis: reserpin 0,05-0,25 mg/hari dan minoksidil 10-40 mg/hari (Departemen

Kesehatan RI, 2006b).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 125: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

1✞ Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGKAJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Februari-2 April 2013 yang

bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto

Mangunkusumo.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penyusunan buku saku pasien hipertensi

melalui studi literatur (studi pustaka). Tahap awal dalam penyusunan buku saku

adalah penentuan penyakit dan sasaran buku saku. Setelah dilakukan penentuan

penyakit dan sasaran dari buku saku tersebut dilakukan penentuan informasi yang

akan ada di dalam buku saku. Pada tahapan tersebut dilakukan dengan melihat

referensi buku saku yang pernah dibuat atau digunakan khususnya untuk pasien

hipertensi. Setelah ditentukan informasi yang ada dalam buku saku maka studi

literatur dilakukan sesuai dengan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.

Bersamaan dengan penyusunan buku saku dilakukan pula tahapan desain pada

buku saku serta pemilihan bahasa yang sesuai dengan sasaran buku saku. Pada

penyusunan buku saku bersumber pada:

a. Buku Pharmacotherapy A pathophysiologic Apporoach

b. Buku Medical Diagnosis & Treatment.

c. Buku Pharmacotherapy Handbook (7th Ed)

d. Buku Principles of Drug Information Services

e. Buku Hospital Pharmacy

f. Buku Pedoman Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi,

g. Buku Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi.

h. Buku Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit

i. Berbagai literatur dari internet dan pustaka lainnya.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 126: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✟8 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah melakukan studi literatur terkait informasi yan dibutuhkan dan

memperhatikan desain dan bahasa yang digunakan maka dihasilkan buku saku

yang memuat informasi berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang terjadi secara menetap.

Dimana tekanan darah sistol >140 mmHg dan tekanan darah diastol >90 mmHg.

b. Bagaimana kategori pada tingkatan hipertensi?

Tekanan darah dikatakan normal adalah ketika tekanan sistol <120 mmHg

dan diastole <80 mm Hg. Tekanan di klasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu

prehipertensi, hipertensi tingkat dan hipertensi tingkat 2. Prehipertensi adalah

ketika tekanan darah sistol diantara 120-139 mmHg atau diastol diantara 80-90

mmHg. Hipertensi tingkat 1 ketika tekanan darah sistol diantara 140-159 mmHg

atau diastol diantara 90-99 mmHg sedangkan hipertensi tingkat 2 ketika tekanan

darah sistol ≥ 160 mmHg atau diastol ≥ 100 mmHg

c. Apa gejala jika menderita hipertensi?

Hipertensi memiliki gejala antara lain: sakit kepala, pusing, sakit di tengkuk,

jantung berdebar dan mudah lelah.

d. Apa penyebab hipertensi?

Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

terdiri dari faktor yang dapat dapat dikendalikan dan faktor yang tidak dapat

dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan antara lain: usia, jenis kelamin

(pria lebih berisiko tinggi dibandingkan wanita), keturunan dan genetik. Faktor

yang masih dapat dikendalikan antara lain: pola makan, merokok, kekurangan

aktivitas fisik, komplikasi penyakit (gangguan ginjal), alkohol dan stres.

e. Apa akibatnya bila menderita hipertensi?

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 127: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✠9

Universitas Indonesia

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah dapat menjadi lebih rapuh

atau menebal. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pecah atau tersumbatnya

pembuluh darah secara mendadak.Otot jantung semakin menebal akibat kerja

jantung yang semakin lebih kuat yang dapat berakibat fatal seperti gagal jantung,

penyakit arteri koroner (infark miokard, angina). Hipertensi tanpa komplikasi

jarang memperlihatkan gejala lain selain tekanan darah yang lebih tinggi secara

menetap dibanding tekanan darah normal.

f. Apa komplikasi yang terjadi jika tekanan darah tidak terkontrol?

Tekanan darah tidak terkontrol meningkatkan risiko antara lain: Jantung

(serangan jantung, infark miokard dan angina), kerusakan otak (stroke), ginjal

(penyakit ginjal kronik) dan mata (retinopati). Kerusakan organ tersebut dapat

terjadi akibat kenaikan tekanan darah pada organ.

g. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengenali kemungkinan

risiko komplikasi?

Pemeriksaan sedini mungkin penting dilakukan untuk memprediksi kemungkinan

terjadinya komplikasi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan urin, pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi ginjal

apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.

2. Pemeriksaan EKG (pencitraan jantung), pemeriksaan ini dilakukan untuk

memastikan apakah tekanan darah telah mempengaruhi fungsi jantung.

3. Pemeriksaan darah, pemeriksaan meliputi: kadar gula dan kolesterol darah.

Jangan ragu untuk bertanya terkait, hal-hal yang masih belum dipahami

terutama terkait hal-hal yang penting dan mendukung jalannya pengobatan.

h. Bagaimana tatalaksana pengobatan hipertemsi dengan atau tanpa adanya

komplikasi dapat dilihat pada lampiran 2.

i. Pengobatan hipertensi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dapat

dilakukan dengan modifikasi gaya hidup (non farmakologi) dan terapi

farmakologi. Penjelasan lebih lanjut dapat dillihat pada lampiran 2.

j. Mengapa harus patuh pada pengobatan hipertensi?

Kepatuhan terhadap pengobatan seperti waktu minum oabat yang teratur

dapat emepengaruhi tercapainya tekanan darah terkontrol. Kepatuhan yang baik

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 128: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

20

Universitas Indonesia

terhadap pengobatan dapat mempengaruhi kerja obat yang nanatinya

mempengaruhi tekanan darah.

Hal lain yang penting juga dilakukan adalah kontrol tekanan darah untuk

menilai pengobatan yang dijalani telah efektif dan memprediksi terjadinya

komplikasi.

k. Hal apa saja yang perlu diperhatikan selama pengobatan hipertensi?

1. Jangan berhenti minum obat walaupun telah merasa sembuh

2. Jika mengalami efek samping yang memebuat anda tidak nyaman

bicarakan ke dokter

3. Jika asudah rutin minum obat tetapi tekanan darah tetap tinggi

sudahkan anda mengatur pola makan dan olahraga?

4. Jika tekanandarah anda tetap tinggi sudahkan anda mengatur pola

makan dan olahraga?

5. Jika tekanan darah anda tetap tinggi padahal pengaturan polammakan,

olahraga dan minum obat secara teratur sudah dilakukan maka

bicarakanlah ke dokter anda.

6. Janfgan menggunakan obat bebas tanpa sepengetahuan dokter

7. Jika anda flu segera periksa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan

yang tepat.

l. Beberapa hal yang penting untuk diingat tentang hipertensi

1. Tekanan darah tinggi mungkin timbul tanpa gejala dan salah satu hal

yang mungkin dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan

kesehatan secara rutin.

2. Mengevaluasi tekanan darah sederhana yaitu dengan melakukan

pemeriksaa kesehatan paling tidak dua sampai empat kali dalam

setahun

3. Pengobatan yang baik serta kontrol secara rutin merupakan salah satu

upaya dalam pencegahan komplikasi hipertensi yang dapat

memperburuk kesehatan.

4. Penurunan berat badan pada pasien dengan kelebihan berat badan

(obesitas) dapat mendukung tercapainya sasaran terapi.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 129: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

2✡

Universitas Indonesia

5. Diet rendah garam dapat membantu penurunan tekanan darah pada

pasien dengan hipertensi ringan namun kebanyakan orang sulit

menerapkannya. Tapi penting untuk diketahui bahwa modifikasi gaya

hidup secara efektif mendukung tercapainya target pengobatan

6. Efek samping atau gejala yang timbul dapat berbeda pada tiap orang

jangan ragu untuk mengkonsultasikan kepada tenanga kesehatan agar

pengobatan tetap berjalan dengan baik

7. Target tekanan darah pada tiap orang mungkin berbeda konsultasi

kepada dokter atau tenaga kesehatan terkait hal tersebut agar jalannya

pengobatan efektif.

4.2 Pembahasan

Penyusunan buku saku hipertensi dilakukan atas dasar bahwa hipertensi

merupakan penyakit yang memiliki populasi penderita yang besar dan diprediksi

meningkat setiap tahun. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang memerlukan

terapi jangka panjang. Selain hal tersebut hipertensi merupakan penyakit yang

yang memiliki komplikasi yang cukup serius terutama terkait dengan jantung,

otak serta ginjal. Dalam upaya pencegahan komplikasi dapat dilakukan dengan

meningkatkan pemahaman terhadap penyakit hipertensi serta panduan pengobatan

yang mendukung terapi yang efektif. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut maka disusunlah buku saku hipertensi yang ditujukan untuk pasien

hipertensi.

Tahapan setelah dilakukan pertimbangan penyakit yang akan dibahas

dalam buku saku dilanjutkan dengan tahapan penentuan informasi dalam buku

saku. Penentuan informasi dilakukan dengan mengkaji beberapa referensi buku

saku untuk pasien hipertensi yang telah dibuat atau telah digunakan. Beberapa

buku saku yang telah dibuat dilihat informasi yang dibutuhkan dalam buku

dengan mempertimbangan sesesuaian dengan kebutuhan pasien. Setelah menelaah

beberapa referensi yang ada maka didapatkan informasi yang dibutuhkan untuk

diinformasikan dalam buku saku tersebut.

Penentuan informasi yang ada dalam buku saku adalah hal penting dalam

sebagai awal dilakukannya studi literatur. Informasi yang dibutuhkan didapatkan

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 130: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

22

Universitas Indonesia

dari sumber primer, sekunder maupun tersier yang terkait disesuaikan dengan

spesifikasi serta informasi yang dibutuhkan. Bersamaan dengan studi literatur

dilakukan tahapan desain serta pemilihan bahasa pada buku saku. Desain dibuat

menarik dan disertakan gambar yang mewakili informasi yang disampaikan. Hal

tersebut dilakukan agar pasien dapat dengan mudah memahami informasi. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa pemahaman dari tiap pasien berbeda-beda.

Pemilihan bahasa juga perlu diperhatikan agar penyampaian informasi tidak

membingungkan dan mudah dimengerti oleh pasien. Kedua hal tersebut menjadi

pertimbangan yang penting untuk diperhatikan agar informasi yang ingin

disampaikan secara tepat dan baik diterima oleh pasien yang membacanya.

Berdasarkan jenis kegiatan pelayanan informasi obat penyusunan buku

saku saku merupakan kegiatan pelayanan informasi obat secara aktif. Hal ini

didasarkan bahwa penyusunan buku saku adalah kegiatan memberikan informasi

obat secara aktif atau dapat dikatakan kegatan tersebut tidak didasari dari sebuah

pertanyaan terkait obat.

Buku saku merupakan salah satu media pelayanan informasi obat secara

aktif. Kegiatan pelayanan informasi obat ini memberikan pemahaman terhadap

penyakit yang diderita secara umum dan terapi obat secara khususnya. Media

yang cukup tepat yang dapat digunakan. Pada buku saku untuk pasien hipertensi

yang sebagian besar merupakan pasien pada usia lanjut maka dipertimbangkan

bahawa buku saku hendaknya tidak terlalu banyak memuat kata-kata dan dinilai

akan lebih baik dengan mempertimbangkan memvisualisasikan informasi tersebut

dalam gambar-gambar yang menarik dan mudah dimengerti. Dengan

memeperhatikan pertimbangan tersebut diharapkan informasi yang disampaikan

mudah dimengerti sehingga pasien paham dengan onformasi yang diberikan.

Pertimbangan bentuk informasi ke dalam buku saku dipilih dengan mengharapkan

keefektifitasan informasi sehingga dapat dengan baik dipahami dan diharapkan

meningkatkan pemahaman yang nantinya akan mendukung keberhasilan dari

terapi yang akan dijalankan. Buku saku diharapkan dapat memuat informasi lebih

lengkap dbanndingan media lainnya seperti leaflet, brosur atau poster. Selain itu

buku saku dinilai lebih praktis untuk dibawa dan dibaca kembali oleh pasien.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 131: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

23

Universitas Indonesia

Pada pelaksanaan pelayanan informasi obat apoteker memiliki peran

penting yaitu sebagai sumber informasi bagi pasien, dokter, perawat dan tenaga

medis lainnya. Peran apoteker sebagai sumber informasi obat di rumah sakit

merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang merujuk pada pasien sesuai

dengan tujuan pada standar pelayanan di rumah sakit. Selain pelayanan informasi

obat yang bermanfaat bagi pasien maupun tenaga medis yang memang

memerlukan informasi terkait obat meliputi kekuatan obat, mekanisme obat, efek

samping, interaksi obat, kontraindikasi maupun pola hidup yang baik dalam

mendukung pengobatan merupaka aspek-aspek penting terkaiit obat yang penting

diinformasikan dalam pelatyanan informasi obat. Selain manfaat bagi yang

memang memerlukan informasi obat, pelayanan informasi obat juga memiliki

manfaat bagi apoteker yaitu sebagai sarana dalam aktifitas dalam komunikasi

efektif yang dapat diterapkan dalam setiap pelaksaaan pelayanan informasi obat,

meningkatkan kerjasama dengan tenaga medis lainnya, meningkatkan

kepercayaan dari atas ilmu yang dimiliki apoteker dalam melaksanakan pelayanan

kefarmasian.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 132: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

☛4 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pembuatan buku saku pengobatan pasien hipertensi yang baik perlu

memperhatikan beberapa faktor antara lain sumber literatur, bahasa dan desain

yang digunakan dalam pembuatan buku saku.

5.2 Saran

a. Pembuatan buku saku merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi obat

secara aktif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien terutama

terkait pengobatan hipertensi.

b. Melakukan evaluasi efektifitas pengunaan buku saku yang telah dibuat untuk

perbaikan buku saku dimasa yang akan datang.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 133: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

☞✌ Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Chobanian., et al. (2003). The Seventh Report of The Joint National Committe on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.

JAMA, 1206-52.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/

Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Jakarta.

Departeman Kesehatan RI. (2006a). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular

Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2006b). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi,

Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. (2006c). Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit.

Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas)Indonesia.Februari2.2012.www.k4health.org/.../laporanNasional

%20Riskesdas%202007.pf.

Golightly, Peter. (2003). Hospital Pharmacy. Pharmaceutical Press.

Lahdenpera., Tina S, Wright.., Chis C, Kyngas., Helvi A. (2003). Development of a Scale to

Assess the Compliance of Hypertensive Patients. Int J of Nursing Studies, 40, 677-

684.

Kjeldsen., Lene, et al. (2011). Development of new consepts of non-adherence measurement

among users of hypertensives medicine. Int J Clin Pharm, 33, 565-572.

McPhee., Stephen J, Papadakis., Maxine A. (2010). Medical Diagnosis & Treatment.

Amerika Serikat : The McGraw-Hill Companies, 387-413.

Obreli-Neto, Paulo Roque., et al. (2011). Effect of a 36-month Pharmaceutical Care Program

on Pharmacotherapy Adherence in Elderly Diabetic and Hypertensive Patients. Int J

Clin Pharm, 33, 642-649.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 134: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✍✎

Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo. (2012).

Formularium Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto

Mangunkusumo tahun 2012. Jakarta

Rantucci, Melanie J. (2007). Pharmacists Talking with Patients: A Guide to Patient

Counseling, 2nd Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Royal Berkshire NHS. (2010). High Blood Pressure Information for Patients.

London: National Institute for Health and Clinical Execellence.

Sassen., Joseph J, dan Carter Barry L. (2005). Hypertention. Dalam Dipiro., Joseph,

Talbert., Robert, Yee., Gary, Matze., Gary R, Wells., Barbara G dan Possey.,

L. Michel (Ed.6). Pharmacotherapy A pathophysiologic Apporoach (185-

217). USA : McGRAW-HILL Medical Publishing Division, 185-218.

Morgado., Manuel, Rolo., Sandra, Castelo-Branco., Miguel. (2011). Pharmacist

Intervention Program to Enhance Hypertension Control : A Randomised

Controlled Trial. Int J Clin Pharm, 33, 132-140.

Moser, Marvin. (2012). High Blood Plessure, Lower It and Live Longer. New York :

Hypertention Education Foundation.

National Institute for Health and Clinical Exellence. (2006). Hypertention:

Management of Hipertention Adults in Primary Care. London : NICE

Notoatmodjo., Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 12-33 dan 56-72.

Notoatmodjo., Soekidjo, et al. (1989). Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, 4-17 dan 54-67.

Sassen., Joseph J, dan Carter Barry L. (2005). Hypertention. Dalam Dipiro., Joseph,

Talbert., Robert, Yee., Gary, Matze., Gary R, Wells., Barbara G dan Possey.,

L. Michel (Ed.6). Pharmacotherapy A pathophisiologi Apporoach (185-217).

USA : McGRAW-HILL Medical Publishing Division, 185-218.

Watanabe, Arhur S., Conner, Christoper S. (1978). Principles of Drug Information

Services. Denver: Drug Intelligence Publications, 55-86

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 135: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✏✑

Universitas Indonesia

Wells, Bahbara G., Dipiro, Joseph., Schwinghammer, Terry L dan Dipiro, Cecily V.

(2009). Pharmacotherapy Handbook (7th Ed). USA : Mc Graw Hill Medical,

111-129.

World Health Organization. (2003). Internasional Society of Hypertension Guidelines

for Management of Hypertension, Journal of Hypertension, 21 (11), 1983-

1992.

World Heath Organization/SEARO. (2005). Surveilence of major non-communicable

diseases in Soulth-East Asia Region, Report of an inter-country consultation.

Geneva: World Health Organization.

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 136: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 137: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

28

Lampiran 1. Alur pengobatan hipertensi (Pedoman teknis penemuan dan tata

laksana penyakit hipertensi, 2006a).

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 138: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

29

Lampiran 2. Buku Saku Pasien Hipertensi

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 139: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

30

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 140: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

3✒

(Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 141: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

32

(Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 142: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

33

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 143: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

3✓

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 144: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

35

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 145: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

36

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 146: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

37

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 147: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

38

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 148: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

39

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 149: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✔0

Lampiran 2. (Lanjutan)

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 150: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✕✖

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 151: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✗2

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 152: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✘3

Lampiran 2. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013

Page 153: ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI ROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351133-PR-Kartika Febiyanti... · 2.8 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ... kesehatan menjadi pedoman bagi

✙✙

Laporan praktek…., Kartika Febriyanti, FF, 2013