angka kematian anak

Upload: novita-novi

Post on 19-Jul-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Majene, Sulbar (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mengakui angka kematian ibu saat melahirkan di daerah tersebut masih terbilang tinggi jika dikonversi ke dalam formula standar pelayanan minimal. Kepala Dinkes Majene, Evawati di Majene, Kamis, mengatakan bahwa meskipun angka kematian telah menurun dari tahun 2009 hingga 2011, jika dikonversi dalam formula standar pelayanan minimal, angka kematian ibu mencapai 182 per 100 ribu kelahiran hidup. "Hal tersebut jauh dari target yang ditetapkan sesuai formula standar pelayanan minimal yaitu sebanyak 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Kami berharap target tersebut mampu tercapai hingga tahun 2015 sesuai upaya yang dilakukan," bandingnya mengharapkan. Sebagian besar penyebab kematian ibu adalah 90 persen di antaranya terjadi saat pendarahan serta infeksi kandungan. Selain itu, penyebab lain adalah kekurangan energi kronik dan animea atau kekurangan sel darah merah saat ibu sedang mengandung. Mengantisipasi dan menekan jumlah kematian ibu dan bayi, Dinkes Majene merancang sistem sosialisasi kemitraan bidan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perangkat desa yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu nifas. Sehingga, lanjut Evawati, bukan hanya pihak Dinkes melalui bidan desa yang bertanggungjawab atas resiko kematian ibu dan bayi, melainkan perangkat pemerintahan di tingkat desa juga diajak agar menyadari pentingnya mempertahankan kalahiran hidup. (ANT

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data SDKI, 2007 menjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi Se- ASEAN. Jumlahnya mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development Goal (MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015. "Patut kita waspadai AKI di Indonesia terbilang tinggi di ASEAN," ujar anggota Komisi IX DPR RI Herlini Amran, Kamis (8/3/2012), dalam rilisnya ke redaksi Tribunnews.com. Legislator PKS itu mengatakan pemerintah punya tugas untuk menurunkan AKI di Indonesia menjadi 102 per 100.00 sesuai target MDGs tahun 2015. Apalagi, tahun ini, DPR telah menyetujui anggaran Program Jaminan Persalinan (Jampersal) sebesar 1,56 triliun rupiah melalui Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Ditambah lagi anggaran Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi sebesar 120 miliar rupiah dan terintegrasi dalam anggaran Biaya Operasional Kesehatan (BOK) sebesar 1,07 triliun rupiah pada Ditjen Bina Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI. "Uang negara sebesar itu ada kemungkinan habis tanpa capaian yang signifikan bila pemerintah tidak serius mengawal terlaksananya kebijakan ini di bawah," katanya. "Misal saya masih menerima aspirasi para bidan yang enggan menjadi mitra Jampersal karena biaya paket persalinannya kerap dipotong hingga 50% lebih oleh aparatur daerah. Bahkan dalam beberapa kali RDPU Komisi IX dengan anggota DPRD dari berbagai daerah,

terus saja terungkap deviasi pencairan klaim paket Jampersal ini. Padahal biaya Rp. 650.000,/paket persalinan itu adalah hak para perempuan Indonesia yang akan melahirkan dengan bantuan bidan atau fasilitas kesehatan. "Saya yakin ini akan terus berlangsung bila tidak ada pengawasan dan sosialisasi yang ketat ke bawah," ujarnya. Bertepatan dengan hari perempuan internasional yang diperingati 8 Maret, anggota DPR asal Kepuluan Riau ini mengajak perempuan Indonesia berpartisipasi aktif atau minimal mengawasi setiap langkah-langkah terobosan yang dilakukan Pemerintah guna menurunkan AKI di Indonesia," katanya. ANGKA kematian ibu di Indonesia masih amat tinggi, bahkan tergolong tinggi di dunia. Berdasarkan data pada tahun 2011 tercatat, angka kematian ibu tersebut sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Sementara, angka kematian bayi usia 0-11 bulan adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kematian ibu saat persalinan. Faktor dominan adalah buruknya infrastruktur transportasi dan kesehatan lingkungan. Guna menekan angka kematian ibu, perlu ditegakkan tiga pilar dalam pelayanan ibu hamil, yakni penapisan kelainan kandungan, pelayanan kehamilan hingga persalinan yang aman, dan pencegahan disfungsi dasar panggul. Menurut Dr dr Junita Indarti SpOG, sekitar 20 persen dari ibu melahirkan perlu penanganan khusus karena mengalami perdarahan. Penyebabnya beragam, seperti kekurangan gizi, khususnya anemia, melahirkan lebih dari lima kali, serta kesalahan dalam proses melahirkan. Kondisi ini berakibat fatal karena si ibu tidak segera mendapat penanganan intensif, beber Junita. Apalagi ditambah dengan rendahnya sarana transportasi dan minimnya fasilitas di pusat layanan kesehatan. Penanganan ibu hamil di rumah sakit dengan fasilitas memadai untuk ibu dengan faktor risiko tersebut hanya dapat menekan tingkat kematian sebesar 25 persen. Junita juga menekankan pentingnya bagi perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks yang semakin mudah dilakukan dan diakses. Beberapa metode deteksi dini di antaranya pap smear, yang digunakan untuk deteksi awal, apakah ada prakanker mulut rahim karena infeksi virus HPV dan memiliki potensi untuk berkembang menjadi kanker. Cara ini memiliki keunggulan mudah dibaca oleh ahli sitologi karena relatif bersih dari radang, lekosit, darah, dan debris, serta memiliki tingkat akurasi yang lebih baik. Dengan sensitivitas 51 persen-93 persen dan spesifikasi 80 persen-90 persen. Ada pula metode HPV DNA genotyping test.Kelebihan tes ini adalah hasilnya dapat bertahan selama 3 tahun sehingga wanita tidak perlu melakukan tes setiap tahun. Bila didapatkan hasil yang positif,berarti wanita itu terjangkit virus HPV.

Namun, tidak semua akan menjadi kanker mulut rahim.Hanya sebagian kecil dari infeksi virus HPV risiko tinggi yang menetap yang akan menjadi kanker serviks. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoesa, mengatakan, tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB-IMR) adalah 34 per-1.000 kelahiran hidup, kemudian 60 persen penduduk hanya tamat SD atau lebih rendah, angka harapan hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun. "Di Jepang saja kini rata-rata umur penduduknya telah mencapai 100 tahun, sehingga saat ini 40 persen penduduknya adalah golongan lanjut usia," katanya. Sesuai target milenium Development Goals (MDGs), pihaknya berupaya pada 2015 AKI akan turun dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, begitu juga dengan angka kematian bayi yang diharapkan turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup. Beberapa upaya yang akan dilakukan, antara lain, BKKBN sedang menjalankan program pelatihan bagi 35 ribu bidan dan 10 ribu dokter umum maupun dokter kandungan, khususnya di daerah terpencil yang jauh dari pelayanan rumah sakit. Sudibyo berharap melalui pelatihan tersebut pertolongan kelahiran yang berada di daerah terpencil bisa dilakukan secara medis sehingga kematian ibu dan bayi bisa ditekan. Sementara anggota Divisi Fetomaternal RSCM/FKUI dr Damar Prasmusinto SpOG (K) mengatakan, sekitar 55 persen kematian ibu melahirkan disebabkan pendarahan dan preeclampsia yang terkait erat dengan malnutrisi atau gizi buruk semasa hamil. "Kondisi anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil berdampak pada kesehatan ibu dan anak dalam kandungan," katanya. Dampak buruk tersebut dapat berupa meningkatnya risiko bayi dengan asfiksia (gangguan pernapasan), berat badan lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan bayi. Menurut dia, dua faktor yakni anemia dan KEK itu juga menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi, dan infeksi. Gizi Ibu Tidak ada lagi tawar-menawar atas fakta bahwa gizi bagi perempuan alias calon ibu memegang peranan yang sangat signifikan untuk tujuan yang lebih luas yakni pencerdasan kehidupan bangsa. Gizi ibu hamil menjadi kunci bagi upaya penurunan AKI di Tanah Air sekaligus menjadi rahasia mencetak generasi yang lebih cerdas.

"Faktanya ibu hamil yang malnutrisi berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah yang berisiko memiliki IQ rendah dan tumbuh kembang dengan tidak optimal. Hal tersebut akan berisiko terhadap kelanjutan kualitas generasi berikutnya," kata dr Damar Prasmusinto SpOG. Ia menambahkan, gizi buruk pada saat persiapan kehamilan dan masa kehamilan dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan berakibat buruk pada kesehatan janin di masa depan. "Beberapa masalah kesehatan pada ibu hamil meliputi anemia saat hamil, anemia setelah melahirkan, pertambahan berat badan rendah, serta KEK," katanya. Ketidakseimbangan pola nutrisi pada ibu hamil ini salah satunya disebabkan kurangnya edukasi nutrisi yang memadai bagi ibu hamil. Selain itu juga tingkat perekonomian yang relatif rendah sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan atau mendapatkan bahan makanan yang mencukupi dan memiliki kualitas gizi yang baik. Pemerintah tidak diam saja merespon kenyataan itu, Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs Diah Saminarsih mengatakan, kesehatan ibu (hamil dan menyusui) akan menjadi salah satu fokus perhatian pihaknya dalam empat tahun ke depan bersama masalah kemiskinan, gizi, serta akses pada air bersih. "Meningkatkan derajat wanita merupakan langkah penting dalam mengatasi kemiskinan," katanya. Menurut dia, keterkaitan antara status kesehatan, pendidikan dan status gizi, serta meningkatnya kemiskinan berikut upaya mengatasi berbagai persoalan itu akan memberikan dampak yang luas khususnya bagi status keadaan perempuan secara umum. PR Bersama Menekan angka kematian ibu sekaligus sebagai upaya tidak langsung untuk mencerdaskan generasi yang akan datang harus menjadi program tanggap darurat yang menjadi pekerjaan rumah bersama. Setiap rumah tangga harus mampu mempunyai kesadaran untuk bisa menghitung asupan gizi yang cukup khususnya bagi ibu hamil dan balita. Tidak kalah penting juga kampanye agar setiap keluarga khususnya di pelosok mempunyai cadangan sumber protein keluarga seperti memelihara ayam dan ikan di pekarangan mereka sebagai sumber protein keluarga. Kalau perlu setiap desa selain menyiapkan lumbung cadangan pangan, juga memikirkan pemanfaatan sungai dan situ sebagai lumbung ikan dan lahan kosong sebagai sumber hijauan bagi ternak.

Dengan demikian, pemerintah tidak harus bekerja sendirian mencapai target penurunan signifikan AKI, sebab swasta dan masyarakat juga harus mulai bergerak menggarap pekerjaan rumah bersama tersebut. Produsen produk nutrisi ibu dan anak, PT Sari Husada, misalnya, tidak diam saja merespon ironi yang menyedihkan tersebut. Perusahaan itu merancang berbagai program khusus untuk menekan dan meminimalisasikan atau mengurangi angka kematian ibu melahirkan, mengatasi malnutrisi pada anak, dan meningkatkan kesehatan ibu hamil. Direktur Utama PT Sari Husada, Boris Bourdin, mengatakan, pihaknya selama tiga tahun terakhir bersama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melaksanakan program Pos Bhakti Bidan Srikandi Award. "Melalui program ini, kami dan IBI mendukung lebih dari 500 kegiatan sosial yang dilakukan oleh para bidan di 19 provinsi, hal ini selaras dengan program MDGs 1 mengatasi malnutrisi pada anak, MDGs 4 menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan MDGs 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu hamil," katanya. Produsen produk nutrisi itu juga menyelenggatakan program edukasi gizi "Ayo Melek Gizi" dengan menggandeng Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) dan telah menjangkau lebih dari 35 ribu ibu di seluruh Indonesia. Program itu bertujuan untuk membantu para ibu menyusun menu seimbang yang umumnya hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli atau nutrisionis karena perlu mengacu kepada indikator Angka Kecukupan Gizi (AKG) yakni jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya agar tetap sehat. Kepedulian serupa juga datang dari berbagai elemen masyarakat yang tersentuh untuk turut serta menekan AKI di Indonesia melalui media sosial Twitter. Salah satu akun yang paling aktif adalah gerakan @selamatkanibu yang dirintis sejak 1 Juni 2010. Sampai saat ini jumlah follower akun tersebut telah mencapai 14.000 orang dengan wilayah diskusi meliputi kampanye dan berbagi pengetahun tentang pentingnya nutrisi bagi ibu. Santi Juwita mewakili gerakan@selamatkanibu, mengatakan, sudah saatnya masyarakat tanggap terhadap masalah tingginya kematian ibu melahirkan dan ikut menyuarakan pengetahuan serta berpartisipasi aktif menekan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia. "Kami melalui media jejaring sosial setiap hari berbagi pengalaman edukatif untuk membangun kesadaran tentang pentingnya nutrisi untuk ibu hamil," katanya. Kepedulian menjadi kunci untuk melenyapkan ironi kematian ibu melahirkan di Tanah Air, jika semua pihak peduli dan bergerak tidak akan ada lagi ibu yang harus menjadi martir, meninggal ketika melahirkan bayinya. Untuk tujuan yang lebih luas, maka nutrisi bagi ibu adalah mutlak demi generasi yang lebih cerdas.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu menjadi permasalahan yang cukup serius. Bisa dibayangkan kurang tercukupinya asupan dan makanan kurang berkualitas menyebabkan angka kematian ibu cukup tinggi di Indonesia. Disamping itu kematian ibu juga disebabkan aborsi yang tidak aman, infrastruktur yang menyebabkan pertolongan persalinan tidak oleh petugas kesehatan terlatih. Penyebab tidak langsung seperti anemia, cacingan dan kekurangan gizi. Persoalan akses air bersih juga menjadi salah satu yang menjadi pemicu. Belum semua masyarakat mendapatkan akses air bersih. Kondisi diperparah jika kekurangan akses air besih juga terjadi di lembaga kesehatan seperti puskesmas, maka ibu rentan terkena infeksi sehingga risiko kematian ibu akan menjadi lebih tinggi. "Penyebab lain problematika kematian itu adalah tingginya kasus pernikahan terlalu dini serta jarak antarkelahiran. Kalau menikah terlalu muda masa suburnya terlalu lama sehingga punya anak berdekatan," ungkap Diah Saminarsih, Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs media talkshow Nutritalk V: Nutrisi Selama Kehamilan Selamatkan Bunda dan Generasi Penerus Bangsa. Berdasarkan Riskesdas 2010, permasalahan kesehatan pada perempuan berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama dibawah 20 tahun (4,8% pada usia 10-14 tahun, 41,9% pada usia 15-19 tahun). Salah satu yang dilakukan pemerintah adalah dengan mendorong program wajib belajar 15 tahun dengan harapan akan menunda pernikahan dini karena harus mengikuti pendidikan formal terlebih dahulu. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan kebutuhan kalori, tiap orang perlu 2200 kalori. Untuk memenuhinya diperkirakan seseorang perlu 0,9 dollar atau Rp 8.630 = US$ per hari untuk makan, dihitung awal tahun 2010. Perhitungannya kebutuhan kalori 2.150 kal (Pedoman Umum Gizi Seimbang), Protein (tahu/tempe, telur), Karbohidrat (beras), Lemak (beras, telur, lain-lain). Kemudian protein Nabati 50gr/hari = Rp 1.400, protein Hewani 20gr/hari = Rp 2.340, nasi sebagai sumber Karbohidrat utama 800gr/hari = Rp 4.800, Lemak 46gr/hari serta Beras + telur = 16gr 80% kebutuhan kalori = 1.715 kal = Rp 8.630 = US$ 0.96/hari/orang. "Nah, ada masyarakat yang belum bisa memenuhinya untuk sedekar kebutuhan hidupnya ini," ungkapnya. Kendati demikian untuk pemenuhan gizi tidak harus selalu mahal. Diah menceritakan, penelitian di lingkungan sekitar penduduknya kurang gizi tapi ada satu keluarga yang kondisinya sehat. Belakangan keluarga itu mengambil ikan kecil di danau, memasaknya lalu memberikan pada anak-anaknya dan sehat. Ikan yang dikonsumsi banyak kandungan proteinnya. Jakarta, Kompas - Kematian ibu saat persalinan sebagian besar disebabkan buruknya infrastruktur transportasi dan kesehatan lingkungan. Hal ini diperparah rendahnya tingkat kesehatan ibu bersangkutan. Untuk menekan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, perlu ditegakkan tiga pilar dalam pelayanan ibu hamil. Hal itu adalah penapisan kelainan kandungan, pelayanan kehamilan hingga persalinan yang aman, dan pencegahan disfungsi dasar panggul.

Hal ini disampaikan Junita Indarti, dokter ahli obstetri dan ginekologi, yang juga Ketua Cluster Womens Health Center (WHC) RS Cipto Mangunkusumo Kencana, dalam pembukaan pusat pelayanan kesehatan itu, Selasa (14/2), di Jakarta. AKI di Indonesia tergolong tinggi di dunia, 250 kematian per 100.000 kelahiran hidup, menurut data Kementerian Kesehatan. Perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 330 per 100.000, kata ahli fetomaternal di RSCM/FKUI, Aria Wibawa. Ibu melahirkan, demikian Aria, ada 20 persen perlu penanganan khusus karena mengalami perdarahan. Hal itu antara lain disebabkan kekurangan gizi, khususnya anemia; melahirkan lebih dari lima kali; dan kesalahan dalam proses melahirkan. Kondisi ini sering berakibat fatal karena ibu tak segera mendapat penanganan intensif, ujarnya. Umumnya, tempat tinggal ibu tidak memiliki sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Selain itu, fasilitas di pusat layanan kesehatan juga minim. Kepala Departemen Obstetri Ginekologi RSCM/FKUI Budi Iman Santoso menambahkan, penanganan ibu hamil di rumah sakit dengan fasilitas memadai untuk ibu dengan faktor risiko itu hanya dapat menekan tingkat kematian 25 persen. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin, kata Junita, RSCM memperkenalkan penanganan terpadu. Penanganan dilakukan mulai tahap dini, yaitu dari penapisan kelainan kandungan. WHC tidak hanya menggunakan teknik pap smear, tetapi juga pemeriksaan HPV DNA. Pemeriksaan yang memiliki akurasi tinggi ini memungkinkan kanker mulut rahim dideteksi dini. Penanganan selama kehamilan dilakukan di WHC untuk mencegah disfungsi dasar panggul. (YUN)