angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

16
angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah: Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis. Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat. Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform: Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkan salah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih. Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

Upload: saudianingrum

Post on 15-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ.

Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.

Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu.

Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.

Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform:

Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkan salah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.

Kriteria diagnostik untuk Gangguan SomatisasiA. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi

selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis

Page 2: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan KonversiA. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau

sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.

F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.Sebutkan tipe gejala atau defisit:Dengan gejata atau defisit motorikDengan gejala atau defisit sensorikDengan kejang atau konvulsiDengan gambaran campuran

Kriteria Diagnostik untuk HipokondriasisA. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu

penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.

B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan

Page 3: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

penentraman.

C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Sebutkan jika:Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik TubuhA. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit

anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.

B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan NyeriA. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan

cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.

B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Tuliskan seperti berikut:Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.Sebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6 bulanKronis: durasi 6 bulan atau lebih  

Page 4: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis umumSebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6 bulanKronis: durasi 6 bulan atau lebihCatatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan untuk mempermudah diagnosis banding.Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak DigolongkanA. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan

gastrointestinal atau saluran kemih)

B. Salah satu (1)atau (2)

1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.

C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.

E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura)

Dikutip dari buku kesehatan Mental, Senium Yustinus 2006Gangguan Somatoform adalah gangguan yang bersifat psikologis, tetapi tampil dalam bentuk gangguan fisik yang melibatkan pola neurotic yang didasari anxiety. Individu mengeluh simtom simtom jasmaniah yang memberikan tanda seolah olah ada masalah fisik, tapi pada kenyataannya tidak ada landasan organis yang ditemukan.

Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang meliputi symptom fisik (misalnya nyeri, mual, dan pening) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan secara medis. Berbagai symptom dan keluhan somatik tersebut cukup serius sehingga menyebabkan stress emosional dan gangguan dalam kemampuan penderita untuk berfungsi dalam kehidupan sosial dan pekerjaan. Diagnosis ini diberikan apabila

Page 5: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

diketahui bahwa faktor psikologis memegang peranan penting dalam memicu dan mempengaruhi tingkat keparahan serta lamanya gangguan dialami (oleh Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa 2007)

Pada bagian ini akan dibahas tentang berbagai gangguan somatoform, antara lain gangguan somatisasi., hipokondriasis, gangguan konversi, dan gangguan dismorfik.

1. Gangguan Somatisasi Gangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik berbagai

keluhan atau gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan menggunakan hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Diagnosis gangguan somatisasi digunakan untuk individu-individu yang banyak menagalami keluhan-keluhan somatic, berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena suatu penyebab fisik yang actual. Individu-individu dengan gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan-keluhan mereka adalah factor psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan.

Gangguan ini sifatnya kronis (muncul selama beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun), dan berhubungan dengan stres psikologis yang signifikan, hendaya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan, serta perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa 2007).

Adapun menurut DSM IV gejala-gejala yang muncul harus meliputi (APA, 1994):

1. Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda (misalnya kepala, pundak, lutut, kaki).

2. Dua simtom gastrointestinal (misalnya diare, mual)

3. Satu simtom seksual yang berbeda dan rasa sakit/ nyeri (misalnya ketidakmampuan ereksi)

Page 6: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

4. Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi, Menurut Davison & Neale (2001) dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa 2007,  gangguan ini diduga terjadi karena pasien terlalu sensitif dengan sensasi fisik, terlalu berlebihan dalam memperhatikan sensasi tersebut, atau menginterpretasikannya secara berlebihan. Pandangan behavioral menganggap bahwa gangguan ini adalah manifestasi kecemasan yang tidak realistis pada sistem ketubuhan.

2. Hipokondriasis

Hipokondriasis merupakan kondisi kecemasan yang kronis dimana pendrita selalu merasa ketakutan yang patologik terhadap kesehatannya sendiri. Penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya mengidap penyakit yang parah (serius). Hipokondriasis adalah hasil interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi, sehingga mengarah pada preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang diteniukan. Pasien yakin bahwa mereka mengalami penyakit yang serius dan belum dapat dideteksi, dan tidak dapat dibantah dengan menunjukkan kebalikannya (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa 2007).

Dikutib dari buku Mengenal Perilaku Abnormal, Dr.A. Supratiknya. Penyebab hipokondriasis dapat bermacam-macam, antara lain:

1.    Perhatian yang berlebihan pada fungsi-fungsi tubuh di masa kecil, entah karena meniru orang tua atau karena pernah sakit keras sehingga menjadikan yang bersangkutan pusat perhatian di keluarganya. Dengan kata lain, hipokondriasis merupakan gangguan khas orang-orang yang haus perhatian dari orang lain.

Page 7: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

2.    Frustasi tertentu sebagai faktor pencetus. Misalnya, seorang gadis yang tiba-tiba mengeluh menderita macam-macam penyakit sesudah putus hubungan dengan tunangannya.

3.    Perkuatan yang diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya, karena mendapatkan pengalaman yang menyenangkan waktu menderita sakit, selanjutnya seorang anak mulai mengeluh menderita macam-macam penyakit setiap kali menghadapi tantangan hidup.

Contoh kasus: Ny. Wati, 40 tahun, datang ke psikiaten atas nujukan dan seorang dokten ahli penyakit dalam. Menunut keterangan doktenyang merujuk, Ny. Wati datang untuk menjalani pemeniksaan kanena ada sesuatu yang mengganjal di tenggonokannya. Namun basil pemeni ksaan menunjukkan tidak ditemukan kelainan apapun padanya. Ketika hal mi dibenitahukan pada Ny. Wati, ia meminta dokter membeni surat pengantan agan dapat menjalani pemeniksaan lengkap (general check-up). Bendasankan ketenangan Ny. Wati sendini, ia mengaku sudah menasakan adanya sesuatu yang mengganjal di tenggonokannya sejak 3 bulan tenakhin. Ny. Wati menduga ia tenkena kanken atau penyakit lainnya. Ia sempat ke dokten umum, bebenapa ahli TH7 dan 2 onang ahli penyakit dalam—tenmasuk dokten yang menujuk— untuk mengetahui penyakitnya. Namun tidak ada seorangpun dokten yang mengetahui penpakitnya, dan mi sangat mengecewakan bagi Ny. Wati. Sebab ia menasa hidupnya tidak tenang, dan tidak dapat melakukan aktzvitas dengan baik, kanena memikirkan ten tang penyakitnya mi, dan kemungkinan bahwa ia akan tenkena kanken seperti kakak kandungnya. (sumben: kasus pnmbadi)

3. Konversi

Dalam kasus-kasus gangguan konversi, individu menderita satu atau lebih simtom fisik yang berat dan yang sangat melumpuhkan, tetapi dasar

Page 8: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

organik dari gangguan ini tidak ditemukan. Simtom-simtom konversi biasa biasanya terjadi pada sistem otot kerangka atau pada sistem-sistem panca indra. Sering kali simtom simtom konversi yag disebutkan adalah kelumpuhan, serangan serangan mendadak ,kebutuaan, ketulian, masalah-masalah penglihatan, anestesia atau prestesia.Munculnya satu atau beberapa simtom neurologis (misalnya buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis maupun neurologis yang ada. Pada gangguan mi faktor psikologis berkaitan erat dengan awal dan keparahan gangguan. Menurut Davison & Neale (2001), pasien mungkin mengalami anesthesia, yaitu kelumpuhan-sebagian atau seluruhnya-pada tangan atau kaki, gangguan koordinasi dan kejang, rasa kesemutan, seperti digelitik, atau seperti ada sesuatu yang merambat pada kulit, tidak sensitif terhadap rasa sakit (kebal), serta kehilangan atau gangguan sensasi. Pasien juga mungkin mengalami gangguan penglihatan, misalnya tunnel vision (lapangan pandangan menjadi terbatas atau menyempit), aphonia (kehilangan suara), anosmia (kehilangan atau hendaya dalam kemampuan penciuman), dllDalam sejarah orang-orang yang mengalami gangguan konversi ditemukan frustrasi yang cukup berat terhadap kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan akan status. Pribadi yang mengalami gangguan konversi pada umumnya membutuhkan status dan keinginannya dalam hal ini begitu kuat meskipun jarang sekali terpenuhi. Akibatnya, ia terus-menerus mengalami frustrasi. Tegangan yang timbul sebagai akibat dari frustrasi dan konflik memaksa individu tersebut melarikan diri.Pada masa lampau, konversi ini dikenal dengan istiiah hysteria. Gangguan ini biasanya mulai pada masa remaja atau dewasa muda, terutama setelah mereka mengalami stres dalam kehidupan. Prevaiensinya sekitar 22 orang per 100.000 penduduk, dengan penderita perempuan 2 kali iebih banyak dibandingkan laki-laki (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa). Pada gangguan mi pasien mungkin menampilkan apa yang disebut Ia belle indifference, yaitu sikap tidak peduli atau tidak menunjukkan perhatian terhadap penyakitnya. Namun perilaku mi juga tidak seiaiu muncul pada semua penderita

Page 9: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

konversi.Davison & Neale (2001) mengemukakan beberapa pandangan mengenai etiologi gangguan konversi. Menurut pandangan psikoanalisa yang dikemukakan oieh Freud dan Breuler, gangguan konversi terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang besar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan, dan ingatan tentang peristiwa dihilangkan dan kesadaran. Pada tulisannya kem4djan, Freud mengemukakan hipotesis bahwa ganguan konversi terjadi pada awal kehidupan perempuan, yang berakar dan electra complex yang tidak terselesaikan.

Ada tiga katagori simtom yang di kutib dalam buku Mengenal Perilaku Abnormal, Dr.A. Supratiknya, yakni

1.     Simtom sensorik, misalnya berupa hilangnya kepekaan terhadap berbagai rangsang yang berasal dari luar maupun dalam tubuh (anestesia); hilangnya kepekaan terhadap rasa sakit (analgesia); rabun ayam dan sebagainya.

2.      Simtom motorik, misalnya berupa paralisis atau kelumpuhan, biasanya hanya pada salah satu tangan atau kaki dan lumpuhnyapun bersifat selektif dalam arti lumpuh untuk melakukan kegiatan tertentu tetapi sehat untuk kegiatan lain (contohnya adalah gangguan pada tangan yang disebut “writer’s cramp” atau kejang sang penulis, yaitu tidak dapat menggunakan tangan untuk menulis tetapi dapat untuk bermain kartu).

3.      Simtom viskeral (rongga dada dan perut), misalnya berupa keluhan pusing, sesak napas, ujung tangan dan kaki dingin, dll.

Contoh kasus:

Page 10: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

Baby, 25 tahun, dirawat di bagian psikiatri sebuah rumah sakit atas rujukan dan seorang neurolog. Ia mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, narnun hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada gangguan pada Baby. Menurut orang tuanya, kelumpuhan mi dialami Baby sekitar 2 minggu sebelumnya. Namun menurut ibunya, sejak sekitar 1 tahun terakhir anaknya memang sering sakit. Yaitu sejak meninggalnya kakaknya yangpaling dekat dengannya (hanya kepada kakak inilah Baby terbuka untuk menceritakan segala masalahnya), dan Baby diputuskan oleh pacarnya seminggu kemudian. Beberapa minggu setelah kejadian, Baby sempat 2 kali pingsan di gereja. Sejak saat itu ia sering mengeluh sakit badan, yang letaknya berganti-ganti. Baby bahkan sempat dirawat selama 2 minggu di rumah sakit. Saat dirawat yang pertama, kaki kirinya lemas dan tidak dapat digerakkan, sehingga harus dipapah saat berjalan. Satu minggu kemudian kedua-duanya lemas; lutut seperti tertekuk dan telapak kaki lemas. Keluhan mi sempat hilang, namun kemudian muncul lagi beberapa han sebelum dinawat. Babyjuga sempat mengeluh kepalanya condong ke kanan, dan tidak dapat digenakkan kem ba/i sepenti semula. Selama menja/ani penawatan di numah sakit, Baby memang tampak tidak mampu untuk menggenakkan tubuhnya. Sekalipun dipaksa, kakmnya tidak dapat digenakkan untuk benjalan. Bahkan untuk duduk ia hanus dibantu. Jika tidak, ia akan jatuh tenkulai lagi di tempat tidun. (sumben: kasuspnibadi)

4. Gangguan DismorfikDefinisi gangguan ini adalah preokupasi dengan kecacatan tubuh

yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakannya kurang mancung), atau keiuhan yang beriebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal atau kecil (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa). Menurut Davison & Neale (2001), perempuan lebih cenderung untuk memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha, dan kaki; sedangkan pria lebih terfokus pada tinggi badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh. Beberapa pasien cenderung menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamati kekurangan mereka di cermin. Bahkan agar tidak

Page 11: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

mengingatnya, terkadang mereka menyembunyikan cermin atau menggunakan kamuflase, misalnya dengan menggunakan pakaian yang sangat longgar. Sebagaimana gangguan nyeri, pada gangguan mi pun faktor subyektivitas berperan penting. Gangguan mi lebih banyak berpengaruh pada perempuan dibanding lakilaki, dan onset biasanya muncul sekitar usia 15-20 tahun (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).Penyebab gangguan hingga saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Namun diperkirakan mungkin terdapat hubungan antara gangguan dengan pengaruh budaya atau sosial, dengan adanya konsep stereotip tentang kecantikan. Sedangkan menurut model psikodinamik, gangguan mi merefleksikan pemindahan konflik seksual atau emosional pada bagian tubuh yang tidak berhubungan. Mekanisme defensif yang digunakan adalah represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi (Kaplan, Sadock, & Grebb, I 994).

Contoh kasus Yuni, 33 tahun, seorang perempuan dengan wajah cukup menarik; mata bulat, hidung niancung, kulit putih bersih, dan rambut hitam sebahu, datang ke psikiater atas rujukan dan seorang dokter bdah plastik. Menurut sang dokter, menemui psikiater adalah syarat sebelum pasien dapat menjalani bedah plastik. Yuni mengatakan ia ingin menjalani bedah plastik karena hidungnya dirasakan terlalu pesek. Ia meriisa terganggu dengan kondisi hidungnyayang membuatny” kurangpercaya din di depan onang lain. Menunutnya sebelumnya ia sudah pennah melakukan beberapa usha untuk membuat hidungnya mancung - antana lain 2 kali suntik si/ikon di pusat kecantikan dan mendatangi seorang ahli pengo batan a/tenbatzf yang tenkenal dapat “mempermak” wajah seseonang - namun hingga kini hasi/nya kunang memuaskan. Akhinnya Yuni memutuskan untuk menjalani operasi p/astik, sehingglt dapat memperbaiki tu/ang hidu ngnya agar menjadi letih mancung. (sum ben: kasus pribadi).

Penanganan untuk penderita gangguan somatoform

Page 12: angguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik.doc

Pandangan psikoanalisa menganggap pentingnya terapi untuk mengeluarkan hal-hal yang direpres dan ditransformasikan atau dikonversikan pada gejala ketubuhan. Katarsis yang terjadi saat pasien menghadapi apa yang direpresnya dianggap dapat membantu. Sedangkan ahli kognitif dan behavioral meyaki bahwa tingginya tingkat kecemasan yang berhubungan dengan gangguan somatisasi, sangat berkaitan dengan situasi tertentu. Larenanya teknik seperti exposures dapat digunakan (Davision & Neale 2001 dalam buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa)

DAFTAR PUSTAKA

Wiramihardja Sutardjo, Dr. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal, PT.Refika Aditama. Bandung

Senium Yustinus. 2006. kesehatan Mental, Percetakan Kanius. YogyakartaDavison & Neale dari Fausiah Fitri, Widury Julianti. 2007. Psikologi Abnormal Klinis

Dewasa, Universitas Indonesia. JakartaKendall & Hammen, 1998 dari Fausiah Fitri, Widury Julianti. 2007. Psikologi Abnormal

Klinis Dewasa, Universitas Indonesia. Jakarta Barlow & Durand, 1995 Fausiah Fitri, Widury Julianti. 2007. Psikologi Abnormal Klinis

Dewasa, Universitas Indonesia. JakartaKaplan, Sadock, & Grebb, 1994 dari Fausiah Fitri, Widury Julianti. 2007. Psikologi

Abnormal Klinis Dewasa, Universitas Indonesia. JakartaSupratiknya, Dr. A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta