anestesi umum
DESCRIPTION
anestesiTRANSCRIPT
ANESTESI UMUM
dr.Iwan Dwi Cahyono,Sp.An
Pendahuluan
Definisi : Hilangnya rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (revesibel)
Anestesi
Anestesi umum
Anestesi Regional
Spinal Anestesi
Epidural Anestesi
Pheripheral block Anestesi
Pendahuluan
Anestesi Umum :
- Menghilangkan nyeri - Tidak sadar - Amnesia - Reversibel - Dapat diprediksi - Sinonim dengan narkose
Komponen ideal anestesi umum :
1. Sedasi2. Analgesi3. Relaksasi
Pendahuluan
Trias anestesi
TEORI ANESTESI UMUM
• Meyer dan Overton (1989) : korelasi kelarutan lipid dan potensi
• Fergusson (1939) ; teori gas inert, potensi analgesi gas berbanding terbalik dengan tekanan gas, rk, kimia neg., tergantung mol. Bebas aktif
• Pauling (1961) ; teori kristal mikro hidrat, interaksi dengan molekul diotak
• Trudel (1963) ; interaksi dengan membran lipid (mengganggu membran)
METODE ANESTESI
1. Parenteral
2. Perektal
3. Per inhalasi
4. Topical
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Respirasi2. Sirkulasi3. Jaringan4. Sifat fisik5. Lain – lain
Induksi Anestesi
• Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan
STADIUM ANESTESI
• Stadium I (St.Analgesia; St.Disorientasi)
• Stadium II (St.Eksitasi; St. Delirium)
• Stadium III (St. Operasi)
• Stadium IV (St. Paralisis)
STADIUM I(St. Analgesia;St. Disorientasi)
• Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.
• Walaupun disebut Stadium analgesia, tapi sensasi terhadap ransang sakit tidak berubah, biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan.
• Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.
STADIUM II(St. Eksitasi;St. Delirium)
Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan
Pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan
refleks cahaya (+), pergerakan bola mata
tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi
dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan
dan kelopak mata.
Mulai dari akhir stadium II, dimana pernafasan mulai teratur.
Dibagi dalam 4 plana, yaitu :
1. Plana 1Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat
dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+), lakrimasi akan meningkat, refleks faring dan muntah menghilang, tonus otot menurun.
STADIUM III
Plana 2
Ditandai dengan pernafasan yang teratur,volume tidal menurun dan frekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksirditengah, pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks korneamenghilang.
Plana 3
Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal
karena paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada
akhir plana 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi
paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan refleks cahaya akan
menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal
menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
Plana 4
Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan refleks
cahaya (-) , refleks sfingter ani menghilang.
STADIUM IV
Mulai dari kegagalan pernapasan yang
kemudian akan segera diikuti kegagalan
sirkulasi
American Society of Anesthesiologists (ASA)
• ASA I : Pasien normal / sehat• ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan• ASA III : Pasien dgn peny. Sistemik berat sehingga
aktivitas rutin terbatas• ASA IV : Pasien dengan peny. Sistemik berat tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya mengancam kematian
• ASA V : Pasien emergensi / muribund, dengan atau tanpa operasi hidupnya tidak lebih dari 24 jam
• ASA VI : Pasien Untuk kepentingan donor organ
Penguasaan Jalan Nafas
INTUBASI TRAKEA
• Indikasi :1. Mempermudah anestesi umum2. Mempertahankan jalan nafas dan kelancaran pernafasan3. Cegah aspirasi4. Pengisapan sekret5. Ventilasi mekanik jangka lama6. Mengatasi obstruksi laring7. Anestesi umum pada operasi dengan nafas kontrol, operasi posis miring, tengkurap, rongga mulut dll
Intubasi
ANAESTHESIC
MACHINE BREATHING
CIRCUIT
LUNGS
ARTERIAL
BLOOD
VENOUS
BLOOD
BRAIN
FA
Obat Anestesi Inhalasi
• 1776 N2O• 1795Dietyl Ether• 1840Chloroform• 1951Halothane• 1961Methoxyflurane• 1973Enflurane dan methylethyl ether • 1981Isoflurane• 1992Desflurane• 1994Sevoflurane
Obat Anestesi Inhalasi
HALOTHANE• Cair dengan bau yang harum• Tidak iritasi mukosa pernafasan• Induksi cepat • Depresi miocard• Mengurangi ekskresi saliva• Bisa menyebabkan disritmia• Hepatotoksik
Obat Anestesi Inhalasi
ENFLURANE• Cair dengan bau yang harum• minimal iritasi mukosa pernafasan• Induksi lambat• Depresi miocard• Mengurangi ekskresi saliva• Bisa menyebabkan disritmia• Hepatotoksik
Obat Anestesi Inhalasi
ISOFLURANE• Cair dengan bau eter yang tajam• iritasi mukosa pernafasan• Berpotensi menyebabkan bronchospasme• Depresi miocard minimal• Mengurangi ekskresi saliva• Hepatotoksik lebih kecil
Obat Anestesi Inhalasi
SEVOFLURANE• Cair dengan bau yang harum• Tidak iritasi mukosa pernafasan• Induksi cepat, cepat pulih sadar• Depresi miocard minimal• Mengurangi ekskresi saliva• Aman untuk pediatrik• Hepatotoksik minimal
Obat Anestesi Inhalasi
Desflurane• Cair dengan bau yang harum• iritasi mukosa pernafasan• Induksi cepat, cepat pulih• Depresi miocard minimal• Mengurangi ekskresi saliva• Hepatotoksik minimal• mahal
Obat Anestesi Inhalasi
Propofol• Sedasi kuat • Tidak mengandung analgetik • Pulih sadar nyaman • Efek mual muntah minimal• Pelepasan histamin
Obat Anestesi intravena
Ketamine• Sedasi kuat • Analgetik kuat • Sedikit efek relaksasi• Pulih sadar kurang nyaman• Efek disosiasi • Pelepasan histamin minimal• Meningkatkan kadar glukosa darah• Meningkatkan cardiac output hipertensi
Obat Anestesi intravena
Ethomidate
Obat Anestesi intravena
Penthotal
Monitor pasien
• Jalan Nafas• Nadi EKG• Tensi• Saturasi• Temperatur• Frequensi nafas