anemia pada ibu hamil
DESCRIPTION
penelitianTRANSCRIPT
Penelitian Anemia pada Ibu Hamil
Danty Danestria*
(10.2009.143)
*Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara nomor 6. Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 11510
Telp 56942061, Faks 5631731
Email: [email protected]
Pendahuluan
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurut SDKI adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian yakni: perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi
(11%), komplikasi puerperium (8%), partus lama (5%), abortus (5%), trauma obstretic
(5%), emboli obstretic (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes.RI 2008). Sampai saat ini
tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan masalah yang menjadi prioritas di
bidang kesehatan. Disamping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan.
Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan
kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut dipengaruhi latar belakang yang mana
bersifat medik maupun non medik. Diantara factor non medik dapat disebut keadaan
kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan, perilaku, dan lain-lain.
Rumusan Masalah
Kekurangan zat besi berasosiasi kurang menguntungkan untuk ibu dan bayi,
termasuk meningkatkan risiko perdarahan, sepsis, kematian ibu, prematuritas, kematian
perinatal, dan berat badan lahir rendah. Anemia pada ibu hamil berdampak pada kualitas
bayi yang akan dilahirkan dan berdampak juga pada keselamatan ibu. Pada laporan hasil
pemeriksaan ANC di bagian KIA, didapat bahwa sekitar 45% ibu-ibu hamil yang
berkunjung memiliki LILA (lingkar lengan atas) <18,0 cm, rata-rata berat badan lahir
sekitar 2550 gram dan angka anemia yang masih tinggi didaerah tersebut. Yang kita
harapkan tidak ada lagi ibu-ibu hamil yang mengalami anemia.
Pembahasan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II
(Depkes RI, 2009). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl.
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen.
Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan
bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang
tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan
juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal.
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam
darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang
tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis.
Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk
membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin
terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.
Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin
serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan
sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis
hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur
sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi sewaktu hamil.
Faktor Risiko
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara
lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi
diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti
pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit. Mengingat
besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi besi pada wanita hamil dan janin, oleh
karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Dengan diagnosa
yang cepat serta penatalaksanaan yang tepat komplikasi dapat diatasi serta akan
mendapatkan prognosa yang lebih baik.Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi
ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau
kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas
diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi. 1 Pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan
volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi. 1 Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11
g/dl atau hematokrit kurang dari 33 %. 2
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sekitar 75 % anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi
yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin
bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak
kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat
untuk mengimbangi peningkatan produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia,
terutama anemia defisiensi besi. Anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk baik
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. 2
Menurut World Health Organization (WHO) 40 % kematian ibu-ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Menurut Hidayat (1994) dalam
Riswan (2003) disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian
perinatal. Merchan dan Agarwal (1991) dalam Riswan (2003) melaporkan bahwa hasil
persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28 %
angka kematian janin, 30 % kematian perinatal, dan 7-10 % angka kematian neonatal. 2
Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia, karena mereka memerlukan
lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi risiko akan lebih tinggi dalam
situasi seperti hamil dengan lebih dari satu anak (kembar), dua kehamilan berdekatan,
muntah banyak karena morning sickness, kehamilan remaja, tidak makan cukup makanan
yang kaya zat besi, mengalami masa berat sebelum hamil (fisik dan psikis).
Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko bayi prematur atau berat lahir rendah, transfusi darah (jika
kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan) dan depresi pasca melahirkan.
Sedangkan anemia karena defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko
bayi prematur atau berat lahir rendah, bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang
belakang atau otak (neural tube defects). Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12
juga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (neural tube
defects).
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian anemia dan
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil diwilayah
kerja Puskesmas. Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kejadian
anemia ibu hamil berdasarkan umur, paritas, jarak kehamilan dan pengetahuan ibu hamil
mengenai anemia. Lalu untuk mengetahui gambaran kejadian anemia ibu hamil
berdasarkan ANC (usia kehamilan, frekuensi kunjungan periksa hamil dan konsumsi
tablet besi), status gizi (ukuran LILA), riwayat penyakit infeksi sebelum hamil dengan
anemia.
Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: