aneh x2
DESCRIPTION
uisu al manarTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku merokok merupakan kegiatan yang fenomenal. Artinya walaupun
banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah
perokok tidak menurun bahkan meningkat. Saat ini umur perokok sangat
bervariatif dan bukan hanya dominasi pria saja. Fakta menunjukan bahwa
kebiasaan merokok menjadi trend dikalangan remaja. Bahkan menjadi
kecendrungan merokok pada usia yang semakin muda. Pada hasil survei pada
tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 80% perokok di Indonesia mulai merokok
sejak umur sebelum 19 tahun. Angka tersebut dinyatakan mengalami kenaikan
sebesar 9,4% dari angka tahun 2001. Proporsi perokok pemula remaja terus
meningkat, diikuti kelompok umur 5-9 tahun dengan presentasi 0,8% pada tahun
2001 menjadi 1,8% ditahun 2004. Peningkatan ini sangat mengkhawatirkan
mengingat negara lain seperti Jepang, telah mengalami penurunan jumlah perokok
remaja dari 81% pada tahun 1961 menjadi 54% pada tahun 2000 (Dian Pratiwi
Widowati, 2008).
Merokok merupakan penyebab terbanyak seseorang terkena penyakit.
Khususnya penyakit paru. Sesak nafas adalah tanda terjadinya gangguan
pernapasan. Sering dari seorang perokok mengidap sesak nafas. Untuk hal ini
tingkat keparahan dari kerusakan yang diakibatkan merokok dapat di ukur dengan
hasil pengukuran alat pernapasan yang disebut peak flow.
Peak Flow Meter adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh,
usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Alat ini berukur
kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk
menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang
digunakan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas . Pengukuran PFR dapat
membantu mengetahui apakah jalan napas menyempit, sehingga penanganan asma
2
dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali pemicu (penyebab) sesak nafas,
sehingga dapat dihindari.
1.2. Rumusan Permasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yaitu:
1.2.1. Apakah rokok dapat mempengaruhi hasil peak flow?
1.2.2. Bagaimana rokok dapat mempengaruhi hasil peak flow?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan kami laksanakan adalah untuk melihat
perbandingan nilai peak flow antara mahasiswa laki – laki FK UISU yang
perokok dengan mahasiswa laki – laki FK UISU yang tidak perokok. Serta
memfamiliarkan penggunaan peak flow kepada perokok agar mereka mengetahui
seberapa besar resiko yang mereka hadapi terhadap gangguan pernafasan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkandaripenelitian kami iniadalah:
1.5.1. Meningkatkanpengetahuanpenelitidalammodulpernafasan.
1.5.2. Menambahwawasankepadaperokokmengenaidampakburukrokokdanpeng
gunaan peak flow.
1.5.3. Memberibantuanmorildalammenghentikankebiasaanmerokok
1.5.4. Mengetahuiseberapabesar volume parumahasiswalaki – laki UISU yang
perokoksetelahditesdengan peak flow secaraberkala.
1.5.5. Mengetahui gangguan pernapasan yang mereka hadapi sebelum berlanjut
ke fase yang lebih parah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Rokok
2.1.1. Defenisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya
dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung
lainnya.
2.1.2. Jenis Rokok
Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di
bagi tiga jenis:
i. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
ii. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
iii. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :
i. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
ii. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
2.1.3. Kandungan Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-
4
sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel
(15%).
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis
di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya
200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,
nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga
mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David E, 2003).
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang
terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga
di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf
pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami
kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin
yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang
ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Persi, 2006).
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoan Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang
atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan
5
oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan
sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok
paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan
kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap
air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang
bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian
dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan
paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 – 40 mg
per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg. Sedangkan
bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5 – 15 mg.
Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-
paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali
dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, M., 1997).
4. Timah Hitam (Pb)
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke
dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, M., 1997).
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun
yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran
darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran
pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat
berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakibatkan kematian.
7. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim.
9. Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang
gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi
oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
2.1.4 Kategori Perokok
1. Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang
tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif
daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan
terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
7
monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo,
1996).
2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal
dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
2.1.5. Jumlah Rokok Yang Dihisap
Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan
batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Perokok Ringan, disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10
batang per hari.
2. Perokok Sedang, disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per
hari.
3. Perokok Berat, disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
2.2.1. Anatomi Saluran Pernafasan
Anatomi saluran pernafasan terdiri dari:
a. Hidung
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolis dilapisi oleh membrane
mukosa bersilia. Udara masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan
dilembabkan. Ketika fungsi tersebut disebabkan karena adanya mukosa saluran
pernafasan, yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel
goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam
lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan
mukosa. Gerakan silia menuju pharing. Udara inspirasi akan disesuaikan dengan
suhu tubuh sehingga dalam keadaan normal, jika udara tersebut mencapai pharing,
8
dapat dikatakan hampir “bebas debu” yang bersuhu sama dengan suhu tubuh dan
kelembabannya 100%.6
b. Pharing
Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal
dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing
merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup
secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan
tubuh terhadap benda-benda asing (organisme) yang masuk ke hidung dan
pharing.6
c. Laring
Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh
otot dan disini didapatkan pita suara dan epiglotis. Glotis merupakan pemisah
antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Kalau ada benda asing masuk
sampai melewati glotis, maka dengan adanya reflex batuk akan membantu
mengeluarkan benda atau sekret dari saluran pernafasan bagian bawah.6
d. Trachea
Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah krikoid
kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea
bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut
karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.6
e. Bronkhus
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang – cabang menjadi
segmen lobus, kemudian menjadi segmen brokus. Percabangan ini diteruskan
sampai cabang terkecil bronkiolus terminalis yang tidak mengandung alveolus,
bergaris tengah sekitar 1 mm, diperkuat oleh cincin tulang rawan yang dikelilingi
otot polos.6
9
f. Bronchiolus
Anderson9 mengatakan bahwa diluar bronkiolus terminalis terdapat asinus
sebagai unit fungsional paru yang merupakan tempat pertukaran gas, asinus
tersebut terdiri bronkiolus respirasi yang mempunyai alveoli. Duktus alveolaris
yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan alveolus terminal, merupakan struktur
akhir paru-paru.6
g. Paru-paru
Setiap paru berisi sekitar tiga ratus juta alveolus dengan luas permukaan
total seluas sebuah lapangan tenis. Alveolus dibatasi oleh zat lipoprotein yang
disebut surfaktan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi
terdapat pengembangan pada waktu inspirasi serta mencegah kolapsnya alveolus
pada waktu respirasi.7
Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus tergantung dari
beberapa faktor antara lain pendewasaan sel alveolus dan sel sistem biosintesis
enzim, ventilasi yang memadai, serta aliran darah kedinding alveolus. Surfaktan
merupakan faktor penting dan berperan sebagai pathogenesis beberapa penyakit
rongga dada.8
2.2.2. Fisiologi Pernafasan
Rahajoe. dkk, (1994)8 menyatakan bahwa salah satu fungsi utama paru
adalah sebagai alat pernafasan yaitu melakukan pertukaran udara (ventilasi), yang
bertujuan menghirup masuknya udara dari alveolus ke luar tubuh (ekspirasi).
Pernafasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2 dari
sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton, 1981 dapat dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
a. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh
karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat
10
dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa
ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2
dalam alveoli untuk menghasilkan darah.
b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan
dari sel-sel.
d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
Menurut Rahajoe. Dkk, (1994)8, dari aspek fisiologi, ada dua macam
pernapasan yaitu:
a. Pernapasan luar (eksternal respiration) yang berlangsung di paru, aktivitas
utamanya adalah pertukaran udara.
b. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktivitas utamanya adalah
pertukaran gas pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel.
Ditinjau dari aspek klinik pernapasan adalah pernapasan luar. Untuk
melakukan tugas pertukaran disusun oleh beberapa komponen penting antara lain:
a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, dan saraf perifer.
b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli dan pembuluh darah.
c. Beberapa respirator yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ
pernafasan, dalam melakukan tugasnya, paru dibantu oleh sistem
kardiovaskuler dan sistem saraf pusat. Sistem kardiovaskuler selain
mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai media
transportasi O2 dan CO2, sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali
irama dan pola pernapasan.
2.2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi Paru
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi
ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas
11
fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya
kelainan fungsi ventilisator paru10.
1. Volume Paru
Selama pernapasan berlangsung, volume selalu berubah-ubah. Dimana
mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam
keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa
disadari.
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah:
a. Volume Tidal (Tidal Volume=TV), adalah volume udara masuk dan keluar
pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume=IRV), volume
udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa,
besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume=ERV), volume
udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa,
besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.
d. Volume Residu (Residual Volume=RV), udara yang masih tersisa didalam
paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan
spirometer, sedangkan RV=TLC-VC.
2. Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau
Lebih10. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah:
a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang
masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan
inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV).
b. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan melalui
ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal.
Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah
volume tidal (VC=IRV+ERV+TV).
12
c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital
ditambah volume sisa (TLC=VC+RV atau TLC=IC+ERV+RV).
d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah
volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC=ERV+RV)
3. Jenis – Jenis Obstruksi
Dari hasil penghitungan nilai peak flow meter maka dapat
diinterpretasikan jenis – jenis obstruksi pada pernapasan, yaitu:
a. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah ≥ 80 %, maka
dikatakan normal.
b. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah 60−79 %, maka
dikatakan obstruksi ringan.
c. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah 40−59 %, maka
dikatakan obstruksi sedang.
d. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah ¿40 %, maka
dikatakan obstruksi berat / kronis.
2.3. Alat Untuk Mendeteksi Gangguan Pernapasan
Berikut adalah beberapa jenis alat atau cara untuk mendeteksi gangguan
pernapasan yang kami ketahui, yaitu:
2.3.1. Spirometri
Selama pemeriksaan dengan spirometri, Anda diminta mengambil napas
dalam – dalam dan menghembuskan napas sekuat kuatnya ke selang yang
terhubung ke mesin yang disebut spirometer . Alat spirometri mengukur volume
ekspirasi (napas keluar) sekuat kuatnya / maksimal, yang mengukur berapa
banyak Anda dapat bernafas dalam satu detik. Hasil tes ini dikenal sebagai
volume ekspirasi paksa (FEV). Spirometri juga dapat mengukur berapa banyak
paru-paru Anda bisa memegang /menahan udara dan seberapa banyak Anda bisa
menghirup dan menghembuskan napas.
13
2.3.2. Pengukuran Nitrat Oksida
Ini merupakan tes diagnostik yang lebih baru, pemeriksaan ini mengukur
jumlah gas nitrat oksida yang ada dalam nafas Anda. Tingginya pembacaan nitrat
oksida menunjukkan adanya peradangan pada saluran bronkial. Untuk melakukan
tes ini, Anda mengeluarkan napas perlahan-lahan ke dalam corong yang terpasang
ke perangkat pengukuran elektronik. Perangkat ini terpasang ke komputer dengan
monitor yang menampilkan hasil tes Anda.
2.3.3. Pulsa Oksimetri.
Tes ini digunakan selama serangan asma berat. Alat ini mengukur jumlah
oksigen dalam darah Anda. Ini diukur melalui kuku Anda dan hanya memerlukan
waktu beberapa detik.
2.3.4. Aliran Puncak Ekspirasi (APE) / Peak Flow Meter (PFM)
Tes ini mengukur seberapa cepat Anda dapat bernafas. Anda juga dapat
menggunakan peak flow meter di rumah untuk memantau fungsi paru-paru Anda.
Hasil tes ini dikenal sebagai aliran ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR). Aliran ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) adalah
kecepatan aliran udara maksimal yang terjadi pada tiupan paksa maksimal yang
dimulai dengan paru pada keadaan inspirasi maksimal. aliran ekspirasi puncak /
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) merupakan salah satu parameter faal paru
yang dapat digunakan untuk menentukan adanya kelainan paru obstruktif. aliran
ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) ini menggambarkan
keadaan saluran pernafasan, jika menurun berarti ada hambatan pada aliran udara
disaluran pernafasan. Sebuah tes peak flow dilakukan dengan meniup ke dalam
corong sekeras dan secepat yang Anda bisa dengan napas tunggal. Peak Flow
Meter merupakan alat yang sederhana, ringkas, mudah dibawa, murah, serta
mudah penggunaannya dapat dipakai untuk memeriksa12.
Pengukuran dengan menggunakan Peak Flow meter dapat membantu
pasien dan dokter untuk memonitor penyakit asma. Pengukuran ini sangat penting
14
dan membantu dokter dalam menentukan obat dalam mengontrol penyakit asma.
Peak flow meter dapat menginformasikan kepada kita kapan kita melakukan
penggantian obat. Sebagai contoh, pembacaan pada peak flow meter dapat
memberikan tanda pengimplementasian dari penggunaan obat dan dokter dapat
pula melihat perkembangan dari keparahan asma13.
Peak flow meter memungkinkan untuk memberikan peringatan terjadinya
asma sebelum timbulnya gejala. Jika diperoleh pernapasan buruk melalui
pembacaan peak flow meter. Maka kita dengan segera dapat memberikan
pengobatan atau medikasi lain dari dokter secara langsung. Sebagai tambahan,
pembacaan pada peak flow meter dapat digunakan sebagai monitor bagaimana
respon yang terjadi terhadap pengobatan yang diberikan14.
2.3.5. Cara Penggunaan Peak Flow Meter
Berikut adalah tata cara penggunaan peak flow meter, yaitu:
1. Peak flow meter terlebih dahulu dibersihkan pada bagian luar dan bagian
dalam menggunakan alkohol dan kapas.
2. Subyek penelitian dalam posisi berdiri dan tenang sambil memegang peak
flow meter.
3. Tempatkan indikator pada pangkal dari skala peak flow meter.
4. Masukkan corong peak flow meter kedalam mulut subjek penelitian dan
jangan sampai lidah menutup corong peniup.
5. Lakukan inspirasi dalam / inspirasi maksimal.
6. Ekspirasikan semua udara yang telah diinspirasi secara kuat dan cepat
semaksimal mungkin.
7. Baca dan catat angka pada skala peak flow meter tersebut.
8. Lakukan percobaan ini sebanyak tiga kali dan catat ketiganya.
9. Ambil nilai yang terbaik / tertinggi.
15
Dalam penelitian ini kami menggunakan aliran puncak (peak flow meter)
sebagai alat yang akan kami pakai dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran
dari aliran puncak (peak flow meter).
2.3.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspirasi Paksa
Perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor yang juga berperan dalam
penentuan Peak flow rate seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Jenis Kelamin
Pada laki-laki dewasa nilai peak flow ratenya lebih besar dibandingkan
nilai Peak Flow Rate pada wanita. Hal ini disebabkan karena pada laki-laki
dewasa memiliki nilai kapasitas kerja dalam hal ini aktifitas fisik yang lebih besar
dari pada wanita. Selama kerja berat, atau pada kondisi lain yang sangat
meningkatkan alveolus, kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria dewasa
muda sampai maksimum kira-kira 65 ml/menit/mmHg. Peningkatan ini
disebabkan oleh berbagai macam factor, diantaranya:
a. pembukaan sejumlah kapiler paru yang tadinya tidak aktif atau dilatasi
ekstra pada kapiler yang telah terbuka, dengan demikian meningkatkan
luas permukaan darah, tempat oksigen dapat berdifusi, dan
b. pertukaran yang lebih baik antara ventilasi alveoli dan perfusi kapiler
alveolus dengan darah, disebut rasio ventilasi – perfusi.
Oleh karena itu selama kerja fisik, oksigenasi darah ditingkatkan tidak
hanya oleh peningkatan ventilasi alveolus tetapi juga dengan memperbesar
kapasitas difusi membrane pernapasan untuk memindahkan oksigen ke dalam
darah. Dari faktor penyebab inilah yang mengakibatkan volume udara yang masuk
saat inspirasi dan keluar pada laki-laki dewasa lebih besar daripada wanita.
2. Tinggi badan dan posisi tubuh
Pada orang yang memiliki tubuh yang tinggi, nilai peak flow ratenya lebih
tinggi dibandingkan orang yang lebih pendek. Hal ini disebabkan karena secara
anatomis, tubuh orang yang lebih tinggi, memiliki rongga dada dan tentu saja
paru-paru yang lebih besar dibandingkan orang yang pendek. Struktur tubuh
16
seperti ini menyebabkan orang yang lebih tinggi memiliki kemampuan untuk
menghirup udara dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan orang yang lebih
kecil sehingga volume dan kecepatan aliran udara yang dihasilkan dalam hal ini
nilai Peak Flow Ratenya juga tinggi bial dibandingkan dengan orang yang pendek.
Hal lain yang juga berpegaruh yaitu posisi tubuh, pada posisi berdiri, nilai peak
flow rate yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai PFR saat seseorang tidur
maupun duduk. Hal ini disebabkan karena pada saat berdiri, posisi diafragma
terdorong ke bagian inferior sehingga hal ini memperbesar rongga dada dan paru-
paru dapat mengembang secara maksimal sehingga jumlah udara yang dihirup
juga lebih besar dan hal ini tentunya berpengaruh pada nilai PFRnya. Sedangkan
pada saat seseorang duduk, posisi diafragmanya terdorong ke bagian superior
sehingga rongga dada agak sempit dan paru-paru tidak dapat mengembang secara
maksimal sehingga jumlah udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan juga
berkurang.
3. Umur
Umur merupakan faktor yang juga mempengaruhi nilai Peak Flow Rate.
Pada orang yang telah berusia lanjut, nilai peak flow ratenya rendah dibandingkan
orang yang masih muda. Hal ini disebabkan karena pada orang yang telah berusia
lanjut, sebagian besar sel-sel tubuhnya telah mengalami degenerasi dalam hal ini
sel-sel otot yang berperan dalam proses pernapasan, selain itu pada usia lanjut
bukan hanya sel-sel otot pernapasannya yang mengalami degenerasi tapi juga sel-
sel pada organ pernapasan yakni sel-sel pada organ paru-paru. Sehingga
menyebabkan kemampuan untuk menghirup udara pada saat inspirasi berkurang
dan tentunya hal tersebut berdampak pada volume dan kecepatan aliran udara
yang dihembuskan saat ekspirasi juga berkurang sehingga membuat nilai Peak
Flow Ratenya juga berkurang dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
2.4. Kerangka Konsep
Mahasiswa Laki – Laki FK UISU 2011 Perokok
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Hasil
Peak Flow
Normal
(≥80%)
Abnormal
(<80%))
Obstruksi Ringan
(60 – 79%)
Obstruksi Sedang
(40 – 59%)
Obstruksi Berat
(<40%)
18
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif untuk melihat
gambaran nilai peak flow secara keseluruhan terhadap seluruh mahasiswa laki –
laki Fakultas Kedokteran UISU.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara. Waktu penelitian direncanakan selama 1 bulan mulai 01 – 30 Nopember
2012.
3.3. Subjek Penelitian
Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “Simple
Random Sampling”. Sampel diambil secara “Simple Random Sampling”
didasarkan sesuai dengan usia, berat badan, tinggi badan, dan jumlah rokok yang
dihisap serta lamanya responden menjadi seorang perokok.
Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa laki – laki FK UISU angkatan
2011.
3.4. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas (Independent): Mahasiswa Laki – Laki FK UISU 2011
Variabel bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah mahasiswa laki – laki FK UISU 2011
2. Variabel Terikat: Hasil Nilai Peak Flow
Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas atau independen. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil nilai peak flow yang kemungkinan rendah.
3. Variabel Luar:
a. Terkontrol:
19
1. Umur, adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran.
2. Jenis kelamin, adalah sifat keadaan laki – laki atau perempuan.
3. Tinggi badan, adalah panjang tubuh seseorang.
4. Jumlah rokok, adalah berapa banyak rokok yang telah subjek
hisap per harinya.
5. Lama terpapar, adalah sudah berapa lama subjek merokok.
b. Tidak Terkontrol:
1. Status gizi.
2. Penyakit pernapasan.
3.5. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
Jenis kelamin laki – laki
Usia 18 – 21 tahun
Telah merokok minimal 1 tahun
Bersedia ikut penelitian dengan persetujuan lisan dan tulisan
3.5.2. Kriteria Ekslusi
Mempunyai penyakit paru
Menderita penyakit gangguan saluran pernapasan
Mantan perokok yang sudah berhenti minimal 1 tahun.
3.6. Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui angket / kuisener dan dengan menggunakan daftar
pertanyaan dan wawancara langsung dengan menggunakan ceklist dan jawaban
responden serta hasil dari percobaan dengan menggunakan peak flow meter oleh
responden.
3.7. Metode Pengumpulan Data
3.7.1. Alat dan Bahan Penelitian
20
1. Peak Flow Meter
2. Alkohol 75 % dan kapas (Untuk sterilisasi)
3. Tabel nilai normal APE untuk pria dan wanita Indonesia
4. Alat ukur tinggi badan
5. Kuisener
3.7.2. Cara Kerja
1. Sampel penelitian diminta untuk mengisi kuisener dan surat
persetujuan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
2. Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan alat ukur tinggi badan
dengan berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki.
3. Pemeriksaan APE, yaitu:
a. Peak flow meter terlebih dahulu dibersihkan pada bagian luar dan
bagian dalam menggunakan alkohol dan kapas.
b. Subyek penelitian dalam posisi berdiri dan tenang sambil
memegang peak flow meter.
c. Tempatkan indikator pada pangkal dari skala peak flow meter.
d. Masukkan corong peak flow meter kedalam mulut subjek
penelitian dan jangan sampai lidah menutup corong peniup.
e. Lakukan inspirasi dalam / inspirasi maksimal.
f. Ekspirasikan semua udara yang telah diinspirasi secara kuat dan
cepat semaksimal mungkin.
g. Baca dan catat angka pada skala peak flow meter tersebut.
h. Lakukan percobaan ini sebanyak tiga kali dan catat ketiganya.
i. Ambil nilai yang terbaik / tertinggi.
4. Baca hasil pemeriksaan APE (nilai APE diukur) pada peak flow meter
(dalam L / Menit)
5. Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian dibaca nilai APE
prediksi pada tabel nilai normal APE untuk pria dan wanita Indonesia.
6. Presentase APE=Nilai APE diukur ¿¿
21
3.8. Pengolahan Data
Data diolah secara deskriptif merujuk kepada data yang telah dikumpulkan
secara angket / kuisener, wawancara, tinjauan pustaka, dan juga hasil dari
percobaan dengan menggunakan peak flow meter oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2003. How To Use A Peak Flow Meter. Available from :
www.NorthernRespiratorySpecialist.com
2. Anonim. 2003. Peak Expiratory Flow Definitions. Available from :
www.1.uphealth.com/healthpeakflowexpiratoryflowratedefinitionhtm
22
3. Dastyawan B, 2000. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Saluran
Pernapasan. Jakarta : Bagian Paru FKUI/RS Persahabatan.
4. Guyton & Hall (ed), 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9
Jakarta: EGC.
5. Sylvia & Wilson, 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
6. Mukono, H.J. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruh terhadap
Gangguan Saluran Pernafasan. Airlangga University Press. Surabaya.
7. Davis, M.L dan Cornwell, D.A. 1991. Introduction to Environmental
Engineering. 2nd ed. Mc Graw-Hill Inc. New York.
8. Raharjoe, N. Boediman, L dkk. 1994. Perkembangan dan
MasalahPulmonology Anak Saat Ini. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta.
9. Anderson, S. Wilson, 1999, Pathophysiologi Clinical Concep of Desease
Process. Terjemahan Adji Dharma, Bagian I edisi 2, Cetakan VII. EGC,
Jakarta.
10. Suma’mur, P.K. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV
Haji Mas Agung. Jakarta.
11. Yunus, F. 2006. Dampak Debu Industri Pada Pekerja, FKUI Bagian
Pulmonologi FKUI/ Unit Paru RSUP Persahabatan, Cermin Dunia
Kedokteran Respir, Jakarta (http://www.cermin dunia kedokteran.com).
12. Anonim, (http://www.flowmeterdirectory.com/peak-flowmeter.html).
13. Anonim,(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12KelainanPeak101.pdf/
12KelainanPeak11.html.)
14. Anonim,(http://www.streetdirectory.co.id/travel_guide/27822/
medical_conditions/ what_are_peak_flow_meters_are_they_helpful.html).
23
LAMPIRAN
Lampiran I
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian dengan Judul:
Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap
Mahasiswa Perokok Laki - Laki
24
FK UISU Angkatan 2011
Yang dipersiapkan oleh:
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk
dilanjutkan ke lahan penelitian
Medan, 27 September 2012
Disejutui,
Dosen Pembimbing
Dr. Erwin Taher, Sp. PK
Lampiran I
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut
berpartisipasi sebagai responden penelitian :
Nama : ...................................................................................
Munadia Annur Husna Bangko 7111080178
Irsadul Faruqi 7111080145
Irwan Tan Sani 7111080049
Siti Aisyah 7111080338
Yolanda Suci Kurnia 7111080094
Chika Yolanda 7111080219
Muhammad Tony Dermawan 7111080060
Rezeky Amanda 7111080274
Yunio Eko Budi Santoso 7111080340
25
Umur : ...................................................................................
Alamat: ...................................................................................
Telp/Hp: ……………………………..............................................
Setelah mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai :
“Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap Mahasiswa Perokok Laki - Laki FK UISU Angkatan 2011”
Saya tahu bahwa informasi yang akan saya berikan akan besar manfaatnya
bagi teman sejawat kami untuk melakukan penelitiannya.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Medan, ... / .../ 2012
SGD 05 Yang membuat pernyataan,
............................................ ...... .....................................
Lampiran II
LEMBAR ANGKET / KUISENER
Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap
Mahasiswa Perokok Laki - Laki
FK UISU Angkatan 2011
26
Petunjuk Pengisian
Mohon mengisi atau menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan
memberikan tanda”√” pada kolom yang tersedia.
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :..............................................................................
2. Alamat :.............................................................................................
3. Umur:................................................................................................
4. Jenis Kelamin?...................................................................................
5. Berat Badan: ...…….. kg
6. Tinggi Badan: ……... cm
B. Kondisi Kesehatan Sekarang
1. Apakah Anda saat ini menderita batuk-batuk?
Ya Tidak
Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................
2. Apakah Anda saat ini merasa sesak nafas?
Ya Tidak
Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................
3. Apakah Anda saat ini nyeri dada?
Ya Tidak
Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................
4. Apakah anda saat bernafas terasa berat?
Ya Tidak
Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................
5. Apakah Anda banyak mengeluarkan dahak tiap hari?
Ya Tidak
6. Apakah suara nafas Anda berbunyi mengi (ngik ngik)?
Ya Tidak
Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................
27
C. Kebiasaan Merokok
1. Apakah Anda merokok?
Ya Tidak
2. Bila ya, apakah jenis rokok Anda selama ini (sebutkan merk)?
Jawab:................................................................................................
3. Sejak umur berapa Anda mulai merokok?
Jawab:................................................................................................
4. Sudah berapa lama Anda merokok?
Jawab:................................................................................................
5. Berapa batang Anda merokok dalam setiap hari?
< 10 batang 10 – 20 batang > 20 batang
6. Bila Anda sekarang tidak merokok, apakah dulu pernah merokok?
Ya Tidak
7. Bila pernah merokok, berapa lama Anda melakukan aktifitas tersebut?
Jawab:................................................................................................
8. Apakah jenis rokok yang dulu pernah Anda gunakan untuk merokok
(sebutkan merk)?
Jawab:................................................................................................
9. Apakah Anda sudah pernah menggunakan peak flow?
Pernah Tidak Pernah
10. Jika pernah, berapa hasil pengukuran Anda tersebut?
Jawab:............................................................................................................
Lampiran III
TABEL
Hasil Penghitungan Nilai Peak Flow Meter
Umur Tinggi
1.50 m 1.55 m 1.60 m 1.65 m 1.70 m 1.75 m 1.80 m 1.85 m 1.90 m
LAKI – LAKI (Liter / Menit)
28
4’11” 5’1” 5’3” 5’5” 5’7” 5’9” 5’11” 6’1” 6’3”
16 438 456 474 492 509 527 545 563 581
18 493 511 529 547 564 582 600 618 636
20/25 536 554 572 590 607 625 643 661 679
30 525 542 560 577 595 612 630 647 665
35 513 531 548 565 582 599 616 633 650
40 502 519 536 553 569 586 603 619 636
45 419 507 524 540 556 573 589 606 622
50 480 496 512 528 544 560 576 592 608
55 468 484 500 515 531 547 582 578 593
60 457 472 488 503 518 533 549 564 579
65 443 468 483 498 513 528 543 558 573
70 435 449 464 478 493 507 522 536 551
75 423 438 452 466 480 494 508 522 536
80 412 426 440 453 467 481 495 508 522
85 410 414 428 441 454 468 481 495 508