aneh x2

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan kegiatan yang fenomenal. Artinya walaupun banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah perokok tidak menurun bahkan meningkat. Saat ini umur perokok sangat bervariatif dan bukan hanya dominasi pria saja. Fakta menunjukan bahwa kebiasaan merokok menjadi trend dikalangan remaja. Bahkan menjadi kecendrungan merokok pada usia yang semakin muda. Pada hasil survei pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 80% perokok di Indonesia mulai merokok sejak umur sebelum 19 tahun. Angka tersebut dinyatakan mengalami kenaikan sebesar 9,4% dari angka tahun 2001. Proporsi perokok pemula remaja terus meningkat, diikuti kelompok umur 5-9 tahun dengan presentasi 0,8% pada tahun 2001 menjadi 1,8% ditahun 2004. Peningkatan ini sangat mengkhawatirkan mengingat negara lain seperti Jepang, telah mengalami penurunan jumlah perokok remaja dari 81% pada tahun 1961 menjadi 54% pada tahun 2000 (Dian Pratiwi Widowati, 2008). Merokok merupakan penyebab terbanyak seseorang terkena penyakit. Khususnya penyakit paru. Sesak nafas

Upload: tituuq

Post on 14-Dec-2014

46 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

uisu al manar

TRANSCRIPT

Page 1: aneh x2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku merokok merupakan kegiatan yang fenomenal. Artinya walaupun

banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah

perokok tidak menurun bahkan meningkat. Saat ini umur perokok sangat

bervariatif dan bukan hanya dominasi pria saja. Fakta menunjukan bahwa

kebiasaan merokok menjadi trend dikalangan remaja. Bahkan menjadi

kecendrungan merokok pada usia yang semakin muda. Pada hasil survei pada

tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 80% perokok di Indonesia mulai merokok

sejak umur sebelum 19 tahun. Angka tersebut dinyatakan mengalami kenaikan

sebesar 9,4% dari angka tahun 2001. Proporsi perokok pemula remaja terus

meningkat, diikuti kelompok umur 5-9 tahun dengan presentasi 0,8% pada tahun

2001 menjadi 1,8% ditahun 2004. Peningkatan ini sangat mengkhawatirkan

mengingat negara lain seperti Jepang, telah mengalami penurunan jumlah perokok

remaja dari 81% pada tahun 1961 menjadi 54% pada tahun 2000 (Dian Pratiwi

Widowati, 2008).

Merokok merupakan penyebab terbanyak seseorang terkena penyakit.

Khususnya penyakit paru. Sesak nafas adalah tanda terjadinya gangguan

pernapasan. Sering dari seorang perokok mengidap sesak nafas. Untuk hal ini

tingkat keparahan dari kerusakan yang diakibatkan merokok dapat di ukur dengan

hasil pengukuran alat pernapasan yang disebut peak flow.

Peak Flow Meter adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan

napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh,

usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Alat ini berukur

kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk

menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang

digunakan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas . Pengukuran PFR dapat

membantu mengetahui apakah jalan napas menyempit, sehingga penanganan asma

Page 2: aneh x2

2

dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali pemicu (penyebab) sesak nafas,

sehingga dapat dihindari.

1.2. Rumusan Permasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yaitu:

1.2.1. Apakah rokok dapat mempengaruhi hasil peak flow?

1.2.2. Bagaimana rokok dapat mempengaruhi hasil peak flow?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan kami laksanakan adalah untuk melihat

perbandingan nilai peak flow antara mahasiswa laki – laki FK UISU yang

perokok dengan mahasiswa laki – laki FK UISU yang tidak perokok. Serta

memfamiliarkan penggunaan peak flow kepada perokok agar mereka mengetahui

seberapa besar resiko yang mereka hadapi terhadap gangguan pernafasan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkandaripenelitian kami iniadalah:

1.5.1. Meningkatkanpengetahuanpenelitidalammodulpernafasan.

1.5.2. Menambahwawasankepadaperokokmengenaidampakburukrokokdanpeng

gunaan peak flow.

1.5.3. Memberibantuanmorildalammenghentikankebiasaanmerokok

1.5.4. Mengetahuiseberapabesar volume parumahasiswalaki – laki UISU yang

perokoksetelahditesdengan peak flow secaraberkala.

1.5.5. Mengetahui gangguan pernapasan yang mereka hadapi sebelum berlanjut

ke fase yang lebih parah.

Page 3: aneh x2

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Rokok

2.1.1. Defenisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya

dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung

lainnya.

2.1.2. Jenis Rokok

Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di

bagi tiga jenis:

i. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

ii. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

iii. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan

efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :

i. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

ii. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak

terdapat gabus.

2.1.3. Kandungan Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen

lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-

Page 4: aneh x2

4

sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap

rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel

(15%).

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis

di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya

200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,

nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga

mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David E, 2003).

Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :

1. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang

terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga

di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan

alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya

ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf

pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam

jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami

kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang

semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin

yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang

ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Persi, 2006).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam

Nicotoan Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya

bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni

saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan

menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.

2. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang

atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan

Page 5: aneh x2

5

oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan

sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok

paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan

kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).

3. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap

air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang

bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian

dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan

paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan

menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,

saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 – 40 mg

per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg. Sedangkan

bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5 – 15 mg.

Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-

paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali

dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, M., 1997).

4. Timah Hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.

Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan

menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke

dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, M., 1997).

5. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen

dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun

yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran

darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

Page 6: aneh x2

6

6. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah

terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran

pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat

berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat

mengakibatkan kematian.

7. Nitrous Oxide

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila

terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.

8. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa

zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun

dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas

enzim.

9. Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang

gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi

oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

2.1.4 Kategori Perokok

1. Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang

tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan

lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif

daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan

terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon

Page 7: aneh x2

7

monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo,

1996).

2. Perokok Aktif

Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal

dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari

pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang

merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi

kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

2.1.5. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan

batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1. Perokok Ringan, disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10

batang per hari.

2. Perokok Sedang, disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per

hari.

3. Perokok Berat, disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan

2.2.1. Anatomi Saluran Pernafasan

Anatomi saluran pernafasan terdiri dari:

a. Hidung

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolis dilapisi oleh membrane

mukosa bersilia. Udara masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan

dilembabkan. Ketika fungsi tersebut disebabkan karena adanya mukosa saluran

pernafasan, yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel

goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam

lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan

mukosa. Gerakan silia menuju pharing. Udara inspirasi akan disesuaikan dengan

suhu tubuh sehingga dalam keadaan normal, jika udara tersebut mencapai pharing,

Page 8: aneh x2

8

dapat dikatakan hampir “bebas debu” yang bersuhu sama dengan suhu tubuh dan

kelembabannya 100%.6

b. Pharing

Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal

dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing

merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan.

Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup

secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan

tubuh terhadap benda-benda asing (organisme) yang masuk ke hidung dan

pharing.6

c. Laring

Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh

otot dan disini didapatkan pita suara dan epiglotis. Glotis merupakan pemisah

antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Kalau ada benda asing masuk

sampai melewati glotis, maka dengan adanya reflex batuk akan membantu

mengeluarkan benda atau sekret dari saluran pernafasan bagian bawah.6

d. Trachea

Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah krikoid

kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea

bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut

karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.6

e. Bronkhus

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang – cabang menjadi

segmen lobus, kemudian menjadi segmen brokus. Percabangan ini diteruskan

sampai cabang terkecil bronkiolus terminalis yang tidak mengandung alveolus,

bergaris tengah sekitar 1 mm, diperkuat oleh cincin tulang rawan yang dikelilingi

otot polos.6

Page 9: aneh x2

9

f. Bronchiolus

Anderson9 mengatakan bahwa diluar bronkiolus terminalis terdapat asinus

sebagai unit fungsional paru yang merupakan tempat pertukaran gas, asinus

tersebut terdiri bronkiolus respirasi yang mempunyai alveoli. Duktus alveolaris

yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan alveolus terminal, merupakan struktur

akhir paru-paru.6

g. Paru-paru

Setiap paru berisi sekitar tiga ratus juta alveolus dengan luas permukaan

total seluas sebuah lapangan tenis. Alveolus dibatasi oleh zat lipoprotein yang

disebut surfaktan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi

terdapat pengembangan pada waktu inspirasi serta mencegah kolapsnya alveolus

pada waktu respirasi.7

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus tergantung dari

beberapa faktor antara lain pendewasaan sel alveolus dan sel sistem biosintesis

enzim, ventilasi yang memadai, serta aliran darah kedinding alveolus. Surfaktan

merupakan faktor penting dan berperan sebagai pathogenesis beberapa penyakit

rongga dada.8

2.2.2. Fisiologi Pernafasan

Rahajoe. dkk, (1994)8 menyatakan bahwa salah satu fungsi utama paru

adalah sebagai alat pernafasan yaitu melakukan pertukaran udara (ventilasi), yang

bertujuan menghirup masuknya udara dari alveolus ke luar tubuh (ekspirasi).

Pernafasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2 dari

sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton, 1981 dapat dibagi menjadi 4

tahap yaitu:

a. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari

alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh

karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat

Page 10: aneh x2

10

dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa

ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2

dalam alveoli untuk menghasilkan darah.

b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.

c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan

dari sel-sel.

d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Menurut Rahajoe. Dkk, (1994)8, dari aspek fisiologi, ada dua macam

pernapasan yaitu:

a. Pernapasan luar (eksternal respiration) yang berlangsung di paru, aktivitas

utamanya adalah pertukaran udara.

b. Pernapasan dalam (internal respiration) yang aktivitas utamanya adalah

pertukaran gas pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel.

Ditinjau dari aspek klinik pernapasan adalah pernapasan luar. Untuk

melakukan tugas pertukaran disusun oleh beberapa komponen penting antara lain:

a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, dan saraf perifer.

b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli dan pembuluh darah.

c. Beberapa respirator yang berada di pembuluh arteri utama. Sebagai organ

pernafasan, dalam melakukan tugasnya, paru dibantu oleh sistem

kardiovaskuler dan sistem saraf pusat. Sistem kardiovaskuler selain

mensuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai media

transportasi O2 dan CO2, sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali

irama dan pola pernapasan.

2.2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi Paru

Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi

ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas

Page 11: aneh x2

11

fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya

kelainan fungsi ventilisator paru10.

1. Volume Paru

Selama pernapasan berlangsung, volume selalu berubah-ubah. Dimana

mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam

keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa

disadari.

Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah:

a. Volume Tidal (Tidal Volume=TV), adalah volume udara masuk dan keluar

pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.

b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume=IRV), volume

udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa,

besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume=ERV), volume

udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa,

besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

d. Volume Residu (Residual Volume=RV), udara yang masih tersisa didalam

paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan

spirometer, sedangkan RV=TLC-VC.

2. Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau

Lebih10. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah:

a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang

masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan

inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV).

b. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan melalui

ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal.

Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah

volume tidal (VC=IRV+ERV+TV).

Page 12: aneh x2

12

c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital

ditambah volume sisa (TLC=VC+RV atau TLC=IC+ERV+RV).

d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah

volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC=ERV+RV)

3. Jenis – Jenis Obstruksi

Dari hasil penghitungan nilai peak flow meter maka dapat

diinterpretasikan jenis – jenis obstruksi pada pernapasan, yaitu:

a. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah ≥ 80 %, maka

dikatakan normal.

b. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah 60−79 %, maka

dikatakan obstruksi ringan.

c. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah 40−59 %, maka

dikatakan obstruksi sedang.

d. Jika hasil penghitungan nilai peak flow meter adalah ¿40 %, maka

dikatakan obstruksi berat / kronis.

2.3. Alat Untuk Mendeteksi Gangguan Pernapasan

Berikut adalah beberapa jenis alat atau cara untuk mendeteksi gangguan

pernapasan yang kami ketahui, yaitu:

2.3.1. Spirometri

Selama pemeriksaan dengan spirometri, Anda diminta mengambil napas

dalam – dalam dan menghembuskan napas sekuat kuatnya ke selang yang

terhubung ke mesin yang disebut spirometer . Alat spirometri mengukur volume

ekspirasi (napas keluar) sekuat kuatnya / maksimal, yang mengukur berapa

banyak Anda dapat bernafas dalam satu detik. Hasil tes ini dikenal sebagai

volume ekspirasi paksa (FEV). Spirometri juga dapat mengukur berapa banyak

paru-paru Anda bisa memegang /menahan udara dan seberapa banyak Anda bisa

menghirup dan menghembuskan napas.

Page 13: aneh x2

13

2.3.2. Pengukuran Nitrat Oksida

Ini merupakan tes diagnostik yang lebih baru, pemeriksaan ini mengukur

jumlah gas nitrat oksida yang ada dalam nafas Anda. Tingginya pembacaan nitrat

oksida menunjukkan adanya peradangan pada saluran bronkial. Untuk melakukan

tes ini, Anda mengeluarkan napas perlahan-lahan ke dalam corong yang terpasang

ke perangkat pengukuran elektronik. Perangkat ini terpasang ke komputer dengan

monitor yang menampilkan hasil tes Anda.

2.3.3. Pulsa Oksimetri.

Tes ini digunakan selama serangan asma berat. Alat ini mengukur jumlah

oksigen dalam darah Anda. Ini diukur melalui kuku Anda dan hanya memerlukan

waktu beberapa detik.

2.3.4. Aliran Puncak Ekspirasi (APE) / Peak Flow Meter (PFM)

Tes ini mengukur seberapa cepat Anda dapat bernafas. Anda juga dapat

menggunakan peak flow meter di rumah untuk memantau fungsi paru-paru Anda.

Hasil tes ini dikenal sebagai aliran ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate

(PEFR). Aliran ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) adalah

kecepatan aliran udara maksimal yang terjadi pada tiupan paksa maksimal yang

dimulai dengan paru pada keadaan inspirasi maksimal. aliran ekspirasi puncak /

Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) merupakan salah satu parameter faal paru

yang dapat digunakan untuk menentukan adanya kelainan paru obstruktif. aliran

ekspirasi puncak / Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) ini menggambarkan

keadaan saluran pernafasan, jika menurun berarti ada hambatan pada aliran udara

disaluran pernafasan. Sebuah tes peak flow dilakukan dengan meniup ke dalam

corong sekeras dan secepat yang Anda bisa dengan napas tunggal. Peak Flow

Meter merupakan alat yang sederhana, ringkas, mudah dibawa, murah, serta

mudah penggunaannya dapat dipakai untuk memeriksa12.

Pengukuran dengan menggunakan Peak Flow meter dapat membantu

pasien dan dokter untuk memonitor penyakit asma. Pengukuran ini sangat penting

Page 14: aneh x2

14

dan membantu dokter dalam menentukan obat dalam mengontrol penyakit asma.

Peak flow meter dapat menginformasikan kepada kita kapan kita melakukan

penggantian obat. Sebagai contoh, pembacaan pada peak flow meter dapat

memberikan tanda pengimplementasian dari penggunaan obat dan dokter dapat

pula melihat perkembangan dari keparahan asma13.

Peak flow meter memungkinkan untuk memberikan peringatan terjadinya

asma sebelum timbulnya gejala. Jika diperoleh pernapasan buruk melalui

pembacaan peak flow meter. Maka kita dengan segera dapat memberikan

pengobatan atau medikasi lain dari dokter secara langsung. Sebagai tambahan,

pembacaan pada peak flow meter dapat digunakan sebagai monitor bagaimana

respon yang terjadi terhadap pengobatan yang diberikan14.

2.3.5. Cara Penggunaan Peak Flow Meter

Berikut adalah tata cara penggunaan peak flow meter, yaitu:

1. Peak flow meter terlebih dahulu dibersihkan pada bagian luar dan bagian

dalam menggunakan alkohol dan kapas.

2. Subyek penelitian dalam posisi berdiri dan tenang sambil memegang peak

flow meter.

3. Tempatkan indikator pada pangkal dari skala peak flow meter.

4. Masukkan corong peak flow meter kedalam mulut subjek penelitian dan

jangan sampai lidah menutup corong peniup.

5. Lakukan inspirasi dalam / inspirasi maksimal.

6. Ekspirasikan semua udara yang telah diinspirasi secara kuat dan cepat

semaksimal mungkin.

7. Baca dan catat angka pada skala peak flow meter tersebut.

8. Lakukan percobaan ini sebanyak tiga kali dan catat ketiganya.

9. Ambil nilai yang terbaik / tertinggi.

Page 15: aneh x2

15

Dalam penelitian ini kami menggunakan aliran puncak (peak flow meter)

sebagai alat yang akan kami pakai dalam penelitian. Berikut adalah penjabaran

dari aliran puncak (peak flow meter).

2.3.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspirasi Paksa

Perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor yang juga berperan dalam

penentuan Peak flow rate seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Jenis Kelamin

Pada laki-laki dewasa nilai peak flow ratenya lebih besar dibandingkan

nilai Peak Flow Rate pada wanita. Hal ini disebabkan karena pada laki-laki

dewasa memiliki nilai kapasitas kerja dalam hal ini aktifitas fisik yang lebih besar

dari pada wanita. Selama kerja berat, atau pada kondisi lain yang sangat

meningkatkan alveolus, kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria dewasa

muda sampai maksimum kira-kira 65 ml/menit/mmHg. Peningkatan ini

disebabkan oleh berbagai macam factor, diantaranya:

a. pembukaan sejumlah kapiler paru yang tadinya tidak aktif atau dilatasi

ekstra pada kapiler yang telah terbuka, dengan demikian meningkatkan

luas permukaan darah, tempat oksigen dapat berdifusi, dan

b. pertukaran yang lebih baik antara ventilasi alveoli dan perfusi kapiler

alveolus dengan darah, disebut rasio ventilasi – perfusi.

Oleh karena itu selama kerja fisik, oksigenasi darah ditingkatkan tidak

hanya oleh peningkatan ventilasi alveolus tetapi juga dengan memperbesar

kapasitas difusi membrane pernapasan untuk memindahkan oksigen ke dalam

darah. Dari faktor penyebab inilah yang mengakibatkan volume udara yang masuk

saat inspirasi dan keluar pada laki-laki dewasa lebih besar daripada wanita.

2. Tinggi badan dan posisi tubuh

Pada orang yang memiliki tubuh yang tinggi, nilai peak flow ratenya lebih

tinggi dibandingkan orang yang lebih pendek. Hal ini disebabkan karena secara

anatomis, tubuh orang yang lebih tinggi, memiliki rongga dada dan tentu saja

paru-paru yang lebih besar dibandingkan orang yang pendek. Struktur tubuh

Page 16: aneh x2

16

seperti ini menyebabkan orang yang lebih tinggi memiliki kemampuan untuk

menghirup udara dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan orang yang lebih

kecil sehingga volume dan kecepatan aliran udara yang dihasilkan dalam hal ini

nilai Peak Flow Ratenya juga tinggi bial dibandingkan dengan orang yang pendek.

Hal lain yang juga berpegaruh yaitu posisi tubuh, pada posisi berdiri, nilai peak

flow rate yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai PFR saat seseorang tidur

maupun duduk. Hal ini disebabkan karena pada saat berdiri, posisi diafragma

terdorong ke bagian inferior sehingga hal ini memperbesar rongga dada dan paru-

paru dapat mengembang secara maksimal sehingga jumlah udara yang dihirup

juga lebih besar dan hal ini tentunya berpengaruh pada nilai PFRnya. Sedangkan

pada saat seseorang duduk, posisi diafragmanya terdorong ke bagian superior

sehingga rongga dada agak sempit dan paru-paru tidak dapat mengembang secara

maksimal sehingga jumlah udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan juga

berkurang.

3. Umur

Umur merupakan faktor yang juga mempengaruhi nilai Peak Flow Rate.

Pada orang yang telah berusia lanjut, nilai peak flow ratenya rendah dibandingkan

orang yang masih muda. Hal ini disebabkan karena pada orang yang telah berusia

lanjut, sebagian besar sel-sel tubuhnya telah mengalami degenerasi dalam hal ini

sel-sel otot yang berperan dalam proses pernapasan, selain itu pada usia lanjut

bukan hanya sel-sel otot pernapasannya yang mengalami degenerasi tapi juga sel-

sel pada organ pernapasan yakni sel-sel pada organ paru-paru. Sehingga

menyebabkan kemampuan untuk menghirup udara pada saat inspirasi berkurang

dan tentunya hal tersebut berdampak pada volume dan kecepatan aliran udara

yang dihembuskan saat ekspirasi juga berkurang sehingga membuat nilai Peak

Flow Ratenya juga berkurang dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

2.4. Kerangka Konsep

Mahasiswa Laki – Laki FK UISU 2011 Perokok

Page 17: aneh x2

17

BAB III

METODE PENELITIAN

Hasil

Peak Flow

Normal

(≥80%)

Abnormal

(<80%))

Obstruksi Ringan

(60 – 79%)

Obstruksi Sedang

(40 – 59%)

Obstruksi Berat

(<40%)

Page 18: aneh x2

18

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif untuk melihat

gambaran nilai peak flow secara keseluruhan terhadap seluruh mahasiswa laki –

laki Fakultas Kedokteran UISU.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera

Utara. Waktu penelitian direncanakan selama 1 bulan mulai 01 – 30 Nopember

2012.

3.3. Subjek Penelitian

Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “Simple

Random Sampling”. Sampel diambil secara “Simple Random Sampling”

didasarkan sesuai dengan usia, berat badan, tinggi badan, dan jumlah rokok yang

dihisap serta lamanya responden menjadi seorang perokok.

Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa laki – laki FK UISU angkatan

2011.

3.4. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas (Independent): Mahasiswa Laki – Laki FK UISU 2011

Variabel bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang

mempengaruhi variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah mahasiswa laki – laki FK UISU 2011

2. Variabel Terikat: Hasil Nilai Peak Flow

Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas atau independen. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah hasil nilai peak flow yang kemungkinan rendah.

3. Variabel Luar:

a. Terkontrol:

Page 19: aneh x2

19

1. Umur, adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran.

2. Jenis kelamin, adalah sifat keadaan laki – laki atau perempuan.

3. Tinggi badan, adalah panjang tubuh seseorang.

4. Jumlah rokok, adalah berapa banyak rokok yang telah subjek

hisap per harinya.

5. Lama terpapar, adalah sudah berapa lama subjek merokok.

b. Tidak Terkontrol:

1. Status gizi.

2. Penyakit pernapasan.

3.5. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

Jenis kelamin laki – laki

Usia 18 – 21 tahun

Telah merokok minimal 1 tahun

Bersedia ikut penelitian dengan persetujuan lisan dan tulisan

3.5.2. Kriteria Ekslusi

Mempunyai penyakit paru

Menderita penyakit gangguan saluran pernapasan

Mantan perokok yang sudah berhenti minimal 1 tahun.

3.6. Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui angket / kuisener dan dengan menggunakan daftar

pertanyaan dan wawancara langsung dengan menggunakan ceklist dan jawaban

responden serta hasil dari percobaan dengan menggunakan peak flow meter oleh

responden.

3.7. Metode Pengumpulan Data

3.7.1. Alat dan Bahan Penelitian

Page 20: aneh x2

20

1. Peak Flow Meter

2. Alkohol 75 % dan kapas (Untuk sterilisasi)

3. Tabel nilai normal APE untuk pria dan wanita Indonesia

4. Alat ukur tinggi badan

5. Kuisener

3.7.2. Cara Kerja

1. Sampel penelitian diminta untuk mengisi kuisener dan surat

persetujuan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

2. Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan alat ukur tinggi badan

dengan berdiri tegak tanpa menggunakan alas kaki.

3. Pemeriksaan APE, yaitu:

a. Peak flow meter terlebih dahulu dibersihkan pada bagian luar dan

bagian dalam menggunakan alkohol dan kapas.

b. Subyek penelitian dalam posisi berdiri dan tenang sambil

memegang peak flow meter.

c. Tempatkan indikator pada pangkal dari skala peak flow meter.

d. Masukkan corong peak flow meter kedalam mulut subjek

penelitian dan jangan sampai lidah menutup corong peniup.

e. Lakukan inspirasi dalam / inspirasi maksimal.

f. Ekspirasikan semua udara yang telah diinspirasi secara kuat dan

cepat semaksimal mungkin.

g. Baca dan catat angka pada skala peak flow meter tersebut.

h. Lakukan percobaan ini sebanyak tiga kali dan catat ketiganya.

i. Ambil nilai yang terbaik / tertinggi.

4. Baca hasil pemeriksaan APE (nilai APE diukur) pada peak flow meter

(dalam L / Menit)

5. Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian dibaca nilai APE

prediksi pada tabel nilai normal APE untuk pria dan wanita Indonesia.

6. Presentase APE=Nilai APE diukur ¿¿

Page 21: aneh x2

21

3.8. Pengolahan Data

Data diolah secara deskriptif merujuk kepada data yang telah dikumpulkan

secara angket / kuisener, wawancara, tinjauan pustaka, dan juga hasil dari

percobaan dengan menggunakan peak flow meter oleh responden.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2003. How To Use A Peak Flow Meter. Available from :

www.NorthernRespiratorySpecialist.com

2. Anonim. 2003. Peak Expiratory Flow Definitions. Available from :

www.1.uphealth.com/healthpeakflowexpiratoryflowratedefinitionhtm

Page 22: aneh x2

22

3. Dastyawan B, 2000. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Saluran

Pernapasan. Jakarta : Bagian Paru FKUI/RS Persahabatan.

4. Guyton & Hall (ed), 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9

Jakarta: EGC.

5. Sylvia & Wilson, 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses

penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

6. Mukono, H.J. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruh terhadap

Gangguan Saluran Pernafasan. Airlangga University Press. Surabaya.

7. Davis, M.L dan Cornwell, D.A. 1991. Introduction to Environmental

Engineering. 2nd ed. Mc Graw-Hill Inc. New York.

8. Raharjoe, N. Boediman, L dkk. 1994. Perkembangan dan

MasalahPulmonology Anak Saat Ini. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.Jakarta.

9. Anderson, S. Wilson, 1999, Pathophysiologi Clinical Concep of Desease

Process. Terjemahan Adji Dharma, Bagian I edisi 2, Cetakan VII. EGC,

Jakarta.

10. Suma’mur, P.K. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV

Haji Mas Agung. Jakarta.

11. Yunus, F. 2006. Dampak Debu Industri Pada Pekerja, FKUI Bagian

Pulmonologi FKUI/ Unit Paru RSUP Persahabatan, Cermin Dunia

Kedokteran Respir, Jakarta (http://www.cermin dunia kedokteran.com).

12. Anonim, (http://www.flowmeterdirectory.com/peak-flowmeter.html).

13. Anonim,(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12KelainanPeak101.pdf/

12KelainanPeak11.html.)

14. Anonim,(http://www.streetdirectory.co.id/travel_guide/27822/

medical_conditions/ what_are_peak_flow_meters_are_they_helpful.html).

Page 23: aneh x2

23

LAMPIRAN

Lampiran I

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul:

Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap

Mahasiswa Perokok Laki - Laki

Page 24: aneh x2

24

FK UISU Angkatan 2011

Yang dipersiapkan oleh:

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk

dilanjutkan ke lahan penelitian

Medan, 27 September 2012

Disejutui,

Dosen Pembimbing

Dr. Erwin Taher, Sp. PK

Lampiran I

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut

berpartisipasi sebagai responden penelitian :

Nama : ...................................................................................

Munadia Annur Husna Bangko 7111080178

Irsadul Faruqi 7111080145

Irwan Tan Sani 7111080049

Siti Aisyah 7111080338

Yolanda Suci Kurnia 7111080094

Chika Yolanda 7111080219

Muhammad Tony Dermawan 7111080060

Rezeky Amanda 7111080274

Yunio Eko Budi Santoso 7111080340

Page 25: aneh x2

25

Umur : ...................................................................................

Alamat: ...................................................................................

Telp/Hp: ……………………………..............................................

Setelah mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai :

“Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap Mahasiswa Perokok Laki - Laki FK UISU Angkatan 2011”

Saya tahu bahwa informasi yang akan saya berikan akan besar manfaatnya

bagi teman sejawat kami untuk melakukan penelitiannya.

Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Medan, ... / .../ 2012

SGD 05 Yang membuat pernyataan,

............................................ ...... .....................................

Lampiran II

LEMBAR ANGKET / KUISENER

Gambaran Nilai Peak Flow Terhadap

Mahasiswa Perokok Laki - Laki

FK UISU Angkatan 2011

Page 26: aneh x2

26

Petunjuk Pengisian

Mohon mengisi atau menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan

memberikan tanda”√” pada kolom yang tersedia.

A. Identitas Responden

1. Nama Responden :..............................................................................

2. Alamat :.............................................................................................

3. Umur:................................................................................................

4. Jenis Kelamin?...................................................................................

5. Berat Badan: ...…….. kg

6. Tinggi Badan: ……... cm

B. Kondisi Kesehatan Sekarang

1. Apakah Anda saat ini menderita batuk-batuk?

Ya Tidak

Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................

2. Apakah Anda saat ini merasa sesak nafas?

Ya Tidak

Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................

3. Apakah Anda saat ini nyeri dada?

Ya Tidak

Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................

4. Apakah anda saat bernafas terasa berat?

Ya Tidak

Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................

5. Apakah Anda banyak mengeluarkan dahak tiap hari?

Ya Tidak

6. Apakah suara nafas Anda berbunyi mengi (ngik ngik)?

Ya Tidak

Jika ya kapan Anda merasakannya? Jawab:.........................................

Page 27: aneh x2

27

C. Kebiasaan Merokok

1. Apakah Anda merokok?

Ya Tidak

2. Bila ya, apakah jenis rokok Anda selama ini (sebutkan merk)?

Jawab:................................................................................................

3. Sejak umur berapa Anda mulai merokok?

Jawab:................................................................................................

4. Sudah berapa lama Anda merokok?

Jawab:................................................................................................

5. Berapa batang Anda merokok dalam setiap hari?

< 10 batang 10 – 20 batang > 20 batang

6. Bila Anda sekarang tidak merokok, apakah dulu pernah merokok?

Ya Tidak

7. Bila pernah merokok, berapa lama Anda melakukan aktifitas tersebut?

Jawab:................................................................................................

8. Apakah jenis rokok yang dulu pernah Anda gunakan untuk merokok

(sebutkan merk)?

Jawab:................................................................................................

9. Apakah Anda sudah pernah menggunakan peak flow?

Pernah Tidak Pernah

10. Jika pernah, berapa hasil pengukuran Anda tersebut?

Jawab:............................................................................................................

Lampiran III

TABEL

Hasil Penghitungan Nilai Peak Flow Meter

Umur Tinggi

1.50 m 1.55 m 1.60 m 1.65 m 1.70 m 1.75 m 1.80 m 1.85 m 1.90 m

LAKI – LAKI (Liter / Menit)

Page 28: aneh x2

28

4’11” 5’1” 5’3” 5’5” 5’7” 5’9” 5’11” 6’1” 6’3”

16 438 456 474 492 509 527 545 563 581

18 493 511 529 547 564 582 600 618 636

20/25 536 554 572 590 607 625 643 661 679

30 525 542 560 577 595 612 630 647 665

35 513 531 548 565 582 599 616 633 650

40 502 519 536 553 569 586 603 619 636

45 419 507 524 540 556 573 589 606 622

50 480 496 512 528 544 560 576 592 608

55 468 484 500 515 531 547 582 578 593

60 457 472 488 503 518 533 549 564 579

65 443 468 483 498 513 528 543 558 573

70 435 449 464 478 493 507 522 536 551

75 423 438 452 466 480 494 508 522 536

80 412 426 440 453 467 481 495 508 522

85 410 414 428 441 454 468 481 495 508