andai saya menjadi menteri pertahanan as

31
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalh yang berjudul “Andai Saya Menjadi Menteri Pertahanan Amerika Serikat : Apa Yang Akan Saya Lakukan Dalam Menciptakan Keamanan Global” dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Militer dan Civil Society. Selama melakukan penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak DR. Agus Subagyo, S.IP, M.SI. selaku dosen mata kuliah Militer dan Civil Society. 2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendukung baik dukungan moral maupun materil. 3. Teman teman seperjuangan yang selalu memberi semangat kepada penulis. 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis dan umumnya seluruh masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat 1

Upload: luthfi-ghifariz-walther

Post on 03-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

menjadi menteri pertahanan

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia – Nya, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan makalh yang berjudul “Andai Saya Menjadi

Menteri Pertahanan Amerika Serikat : Apa Yang Akan Saya Lakukan Dalam

Menciptakan Keamanan Global” dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan makalah

ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Militer dan Civil Society.

Selama melakukan penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih

sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak DR. Agus Subagyo, S.IP, M.SI. selaku dosen mata kuliah Militer dan Civil

Society.

2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendukung baik dukungan moral maupun

materil.

3. Teman teman seperjuangan yang selalu memberi semangat kepada penulis.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis dan umumnya

seluruh masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kelangsungan dan

pembenaran makalah selanjutnya.

Cimahi, Oktober 2015

Penulis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Era sejak Perang Dingin pada akhir 1980-an telah memberikan dorongan yang kuat untuk

mengembangkan globalisasi. Bukan sebagai kecenderungan sekuler, tetapi sebagai proyek

politik, ekonomi, dan keamanan yang sangat spesifik dan diwakili terutama oleh kebijakan

neo-liberal Konsensus Washington serta diinformasikan oleh dorongan untuk

mempertahankan, memperluas posisi Amerika Serikat sebagai kekuatan global yang dominan

(Gowan, 1999 dalam Callinicos, 2007). Globalisasi telah memberikan banyak perubahan

dalam berbagai bidang. Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba untuk membuktikan bahwa

globalisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap sistem dan fungsi keamanan negara-

negara di dunia dan mengaitkan pengaruh terhadap hegemoni Amerika Serikat sebagai

negara dengan kekuatan superpower. Keamanan nasional tetap menjadi fungsi inti dari

negara bangsa, tetapi sejauh mana perilaku keamanan bervariasi tergantung pada situasi

tertentu dari negara-negara tersebut.

Globalisasi, meskipun pengaruhnya menyapu luas hingga pada batas-batas tertentu, ia

tidak menyebar secara eksklusif. Globalisasi tidak berarti telah berakhirnya persaingan

kekuasaan di antara negara-negara besar (Paul, 2003: 140). Globalisasi turut menghadirkan

perdamaian yang terbatas akibat adanya penolakan dominasi dari satu kekuatan besar

terhadap kekuatan lainnya, hal ini tentu tidak akan membawa perdamaian yang abadi, isu-isu

global pun dapat muncul sewaktu-waktu. Hegemoni dapat menciptakan tekanan pusat

terhadap siapa saja yang terpengaruh olehnya. Selama negara hegemoni masih berada dalam

posisi dominan dan dapat menawarkan kebaikan-kebaikan kolektif kepada negara-negara

lainnya, baik dalam bidang kemanan ataupun akses dalam pasar, gangguan dalam skala besar

kemungkinan tidak akan terjadi. Penggemar globalisasi memandang kemanan sebagai sesuatu

yang muncul dari kondisi kehidupan sehari-hari, bukan mengalir ke bawah dari hubungan

luar negeri suatu negara dan kekuatan militernya (Mathews, 2000 dalam Paul, 2003: 141).

Ciri khas yang muncul dari isu-isu internal telah menurunkan betapa pentingnya suatu

negara sebagai penyedia kemanan nasional, sedangkan keamanan telah menjadi fungsi inti

2

dari negara bangsa sejak masa tradisional, memberikan negara suatu legitimasi dan kekuatan

masyarakat. Kaum globalis memberikan pernyataan dari perspektif mereka bahwa bangsa-

bangsa tidak mampu untuk terlibat dalam perang yang berskala besar lagi, terutama

dikarenakan kemerdekaan ekonomi yang luas dan dalam serta hadirnya interaksi yang

berlapis-lapis di antara negara-negara maupun aktor transaksional seperti bentuk kerjamasa

suatu bisnis. Semakin banyak negara yang memilih untuk menjalankan sistem pemerintahan

demokratis, elit liberalisasi sengaja melemahkan kekuatan militer mereka dan dengan

demikian akan mengurangi peran elit keamanan nasional dan keprihatinan dalam kebijakan

negara.

Amerika Serikat, Rusia, dan Cina telah terlibat dalam bentuk-bentuk baru dari

perlombaan senjata. Kali ini, mereka lebih berfokus pada perang informasi dan senjata nuklir.

Berkaca pada tulisan Paul, penulis sepakat bahwa globalisasi telah menjadikan kemanan

negara menjadi menurun kualitasnya. Sistem keamanan nasional semakin tidak diperhatikan

karena berkurangnya pertahanan dan kekuatan militer negara-negara di dunia. Kini negara-

negara di dunia mulai meyakini jika negara pemegang hegemoni dapat menciptakan

perdamaian antar negara-negara di sekelilingnya, keamanan nasional suatu negara pun dirasa

tidak terlalu penting fungsinya untuk dijalankan. Degradasi sistem pemerintahan dan

keamanan pun terjadi, demokrasi dijalankan secara semena-mena. Pada akhir tulisan dapat

disimpulkan bahwa globalisasi dapat menjadi ancaman dalam kelangsungan keamanan dan

pertahanan negara bangsa. Kualitas keamanan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya

keamanan pun perlahan sirna. Globalisasi menciptakan sistem pemerintahan baru yang

berbeda dengan sebelumnya. Meskipun negara-negara telah sepakat untuk mengurangi

adanya sistem kekerasan dalam bidang kemiliteran, pertahanan kemiliteran tetap diperlukan

untuk melindungi negara dan masyarakat dari pengaruh isu-isu global baik di dalam negeri

maupun luar negeri. Sistem kekerasan menurun, ancaman menurun, namun begitu pula

dengan sistem keamanan negara maupun dunia internasional. Negara bangsa akan menjadi

tidak kritis dalam isu-isu internasional karena mereka menganggap bahwa kedamaian akan

mudah dicapai tanpa adanya sistem keamanan yang kuat, meskipun kedamaian tersebut

dirasa semu.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang diambil adalah :

3

1. Apa itu keamanan nasional, regional, internasional, dan global ?

2. Apa tugas seorang menteri pertahanan Amerika Serikat ?

3. Bagaimana eksistensi rezim keamanan internasional ?

4. Bagaimanakah Globalisasi dapat mengancam keamanan Negara ?

5. Apa yang akan saya lakukan demi menciptakan keamanan global, apabila menjadi

menteri pertahanan Amerika Serikat ?

C. Teori yang Digunakan

Teori Liberalis cocok dalam konteks pembahasan kali ini, karena dalam teori liberalis

lebih condong/menekankan kepada aspek pendekatan dengan melakukan kerjasama antar

negara dan juga lebih menekankan kepada negosiasi. Karena apabila dilakukan dengan

membalas secara frontal dan agresif maka akan cenderung mengakibatkan terus menerusnya

konflik dengan dasar tindakan balas dendam.

Penulis juga menggunakan Game Theory, Permainan ini berasumsi bahwa setiap pemain

akan melaksanakan strategi yg membantu utk mencapai hasil yg paling menguntungkan

dalam setiap situasi. Permainan digunakan utk menggambarkan hubungan penempatan

kepentingan dua pemain yg bertentangan secara langsung. Semakin besar hasilnya utk 1

pemain, yg lain lebih kecil. Menggambarkan potensi kerjasama utk memproduksi hasil yg

saling menguntungkan

4

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Keamanan nasional, regional, internasional, dan global

Mendefinisikan globalisasi sebagai reorganisasi spasial dalam produksi, industri, finansial

dan area lain yang menyebabkan keputusan lokal memiliki dampak global dan kehidupan

sehari-hari dipengaruhi oleh peristiwa global. Globalisasi memberikan penetrasi terhadap ide

dan pemikiran individu sehingga tiap individu bisa melakukan aktualisasi diri. Pada abad 20

peran negara semakin berkurang karena arus informasi dan teknologi yang pesat

memungkinkan berbagai pengaruh masuk dan negara tidak kuasa membendungnya. Isu

keamanan menjadi hal krusial ketika berbicara mengenai globalisasi.

Dampak globalisasi pada isu keamanan seringkali dihubungkan dengan pola perubahan

agenda keamanan pasca Perang Dingin. Fakor paling penting dari globalisasi adalah

5

teknologi yang memungkinkan pembuatan senjata semakin mudah dilakukan

(Falkenrath,1998 dalam Cha,2000:393). Kelompok ektremis bisa dengan mudah melakukan

pertemuan virtual melalui akses internet, melakukan mengorganisir kegiatan secara

transnasional dan mendapatkan informasi secara bebas. Dengan kata lain, globalisasi

meningkatkan potensi ancaman keamanan.

Globalisasi mengubah spektrum agen dan cakupan dalam ancaman keamanan. Agen dari

ancaman keamanan tidak hanya negara, tetapi juga aktor non negara. Pertarungan terjadi

diantara bagian-bagian dalam negara, contohnya milisi etnis, gerilyawan paramiliter, kultus,

organisasi keagamaan, organisasi kriminal dan teroris (Cha,2000:394). Target dari ancaman

keamanan dalam globaliasasi bukanlah negara secara khusus, tetapi justru individu yang ada

di negara tersebut. Ancaman keamanan menjadi sulit untuk diukur, ditemukan, dipantau dan

dideteksi (Freedman,1998:56;Reinicke,1997:134 dalam Cha,2000:394). Pola masuk dan

penyebaran ancaman tidak kasat mata, tetapi dampaknya bersifat destruktif.

Arti kemanan pasca Perang Dingin lebih luas dari sekedar keamanan militer di level

nasional (Cha,2000:394). Kekerasan manusia, penyebaran penyakit, narkotika, kriminalitas

dan konflik etnis adalah cakupan baru dari ancaman kemanan. Kategori ancaman

bertransfomasi dari high politic menjadi low politic.

1. Keamanan nasional

Keamanan nasional tidak dapat dilepaskan dari sejarah Amerika Serikat pada awal

masa perang dingin, dimana pada saat tersebut muncul sebuah pemikiran mengenai hal

terburuk bila perang dunia ketiga benar-benar terjadi1. Dimana dalam prosesnya terjadi

sebuah pertarungan antara pemimpin dari kalangan sipil dan militer, diantara angkatan

bersenjata, antara Kongres dan Gedung Putih, demokrat dan republik, liberal dan konservatif.

Pertarungan tersebut kemudian menciptakan sebuah elaborasi ideologi dari cara berfikir yang

baru mengenai keamanan nasional. Hal ini kemudian membawa rakyat Amerika Serikat

untuk melunturkan konservatisme mereka dengan kebijakan baru, perasaan lama mereka

tentang diri sendiri dengan tujuan nasional negaranya dan hal ini kemudian menjadi salahsatu

faktor untuk menghentikan statisme Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang terisolasi.

Dalam perkembangannya Amerika Serikat kemudian mengembangkan sebuah kebijakan

yang responsif dalam menanggapi berbagai potensi ancaman baik yang berada di dalam

1 Angga Nurdin, Keamanan Global: transformasi isu keamanan pasca perang dingin, hal: 6

6

bahkan yang berada jauh di luar teritorialnya sekalipun untuk menjaga keamanan nasional

negaranya2.

Keamanan nasional menjadi sebuah hal yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah

negara hal ini terkait dengan konsepsi keamanan nasional yang menjadi sebuah tujuan utama

dari sebuah institusi sosial. Sebuah negara harus dapat memberikan keamanan di wilayah

geografisnya yang disebut dengan wilayah teritorialya dari ancaman baik yang berasal dari

dalam maupun dari luar3.

2. Keamanan regional

Konsep keamanan regional dimaksudkan untuk memahami keamanan internasional

dalam level subsistemik. Konsep ini penting apabila merujuk pada kenyataan adanya tingkat

otonomi yang relative tinggi pada keamanan pada level regional. Walaupun demikian analisa

dalam level subsistemik regional ini tetap diletakkan pada konteks analisis negara dan level

sistemik.

3. Keamanan internasional

Keamanan internasional merupakan sebuah konsep dimana negara berupaya untuk

melihat bagaimana ancaman tersebut muncul dari interaksi diantara negara tersebut. Kondisi

tersebut menegaskan bahwa keamanan internasional merupakan sebuah kondisi eksklusif

yang lahir sebagai sebuah dampak dari interaksi negara dalam sebuah sistem. Secara luas

terminologi dari keamanan internasional memunculkan sebuah gambaran bagaimana

pembangunan sebuah persenjataan, negara superpower dan perang yang terjadi diantara

negara. Meskipun demikian memang dalam memahami konsep keamanan dalam konteks

literatur hubungan internasional adalah sebagai upaya mencegah ancaman bagi ancaman yang

biasanya datang dari luar terkait dengan ancaman yang bersifat tradisional yang terus

mendominasi kajian di dalamnya4.

4. Keamanan global

Globalisasi merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan dalam setiap aspek

kehidupan manusia. Bahkan globalisasi juga merasuki aspek keamanan. Seiring

berkembangnya jaman keamanan mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya multi

2 Ibid3 ibid4 Angga Nurdin, Keamanan Global: transformasi isu keamanan pasca perang dingin, hal: 10

7

isu, multi aktor dan perubahan sistem internasional. Muncul anggapan bahwa globalisasi

menyebabkan negara banyak kehilangan fungsinya seperti menjaga keamanan. Hal ini

disebabkan semakin mudahnya komunikasi antar negara salah satunya akibat dari pasar

bebas. John Campbell (2003) dalam artikelnya “states, security function, and the new global

Force” menyatakan bahwa globalisasi tidak menghentikan negara dalam menjaga keamanan,

walaupun banyak negara mengurangi anggaran untuk militernya. Hal ini terjadi karena

perang yang terjadi saat ini tidak selalu perang fisik seperti dahulu melainkan perang untuk

membentuk kekuatan negara.

Campbell (2003) menjelaskan melalui keamanan Amerika Serikat. Pasca berakhirnya

perang dingin Amerika Serikat muncul sebagai satu-satunya negara hegemon mengalahkan

Uni Soviet. Kekuatan hegemon yang dimiliki Amerika Serikat membuat Amerika memiliki

peranan yang sangat penting yaitu untuk menjaga keamanan dunia (Campbel 2003, 139).

Menurut Campbell (2003) peningkatan keamanan dapat melalui dua aspek yaitu hardpower

dan softpower. Hard power disini tidak selalu berkaitan dengan militer, tetapi dapat dengan

pembentukan aliansi. Sedangkan yang termasuk dalam softpower adalah pengembangan

teknologi (Campbell, 2003:140). Saat ini softpower lebih efektif untuk digunakan dan lebih

memungkinkan untuk menciptakan keamanan karena tidak berdampak fisik secara langsung

mengingat perang yang terjadi saat ini bukanlah perang fisik seperti dulu. Penulis setuju akan

hal ini mengingat pengalaman perang dahulu telah menimbulkan banyak korban sehingga

saat ini digunakan cara yang lebih dapat meminimalisir kerugian dan korban.

Dahulu, peperangan ataupun anacaman keamaanan dianggap hanya berasal dari

militer negara lain, namun dengan adanya globalisasi yang memunculkan aktor-kator baru,

ancaman keamanan suatu negara pun bertambah, contohnya seperti adanya terorisme. Contoh

nyata adalah lahirnya jaringan teroris yang terstruktur dan hampir tersebar di seluruh dunia.

Kelompok teroris ini menjadi fokus utama dunia terlebih setelah peristiwa penyerangan 11

September 2001 di Amerika Serikat, teroris telah menjadi musuh bersama hampir di seluruh

dunia. Pergeseran peran pengganggu stabilitas keamanan kepada organisasi-organisasi

fundamental kemudian banyak dinilai sebagai dampak besar dari perkembangan terorisme

internasional. Selain itu tantangan kemanan sebuah negara tidak hanya datang dari luar

negara seperti persaingan kekuatan, tetapi juga datang dari dalam negara seperti perbedaan

etnis atau kebijakan yang disalahgunakan (Campbell, 2003: 141). Penulis setuju akan hal ini,

dengan adanya globalisasi dapat memunculkan aktor-aktor baru yang dapat mengancam

keamanan nasional. Dengan adanya perkembangan teknologi dan peranan media komunikasi

8

yang begitu kuat semakin memudahkan munculnya aktor-aktor baru yang mengancam

keamanan global.

Selain teroris terdapat pandangan yang dibawa oleh kelompok organisasi regional

bahwa Amerika Serikat sebagai negara hegemon terlalu banyak berpengaruh dan

mencampuri urusan internal dalam suatu negara. Campbell (2003) mengemukakan bahwa

globalisasi menjadi salah satu ancaman bagi Amerika Serikat, seharusnya dengan power yang

dimiliki Amerika Serikat bertindak sebagai penjaga keamanan, namun Amerika Serikat

seringkali malah menciptakan konflik. Banyak yang melakukan perlawanan untuk

melepaskan diri dari pengaruh Amerika Serikat dan berusaha menghentikan pengaruh

Amerika Serikat sebagai negara hegemon.

Menurut Campbell (2003) perkembangan militer merupakan faktor yang sangat

penting untuk menunjukan bagaimana sebuah negara mampu untuk mengelola sumber daya

yang dimiliki dan merespon berbagai ancaman keamanan. Globalisasi telah membuat banyak

perubahan didunia, batas wilayah suatu negara seolah menghilang. Globalisasi secara

langsung maupun tidak telah memberikan pengaruh terhadap interaksi antar aktor di dunia

yang tentunya berpengaruh terhadap keamanan.

Menghadapi ancaman yang ada postur keamanan tradisional perlu direvitalisasi

sehingga masih relevan untuk digunakan. Salah satu caranya dapat menerapkan keamanan

nasional sesuai dengan kondisi internal suatu negara sehingga dapat digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan keamanan yang ada. Jika dilihat saat ini sudah banyak negara

yang sadar akan munculnya ancaman-ancaman baru yang mengancam keamanan negara

maupun keamanan global. Untuk mengantisipasi hal ini telah dipersiapkan militer yang lebih

baik, seperti penambahan pasukan maupun meningkatkan kemajuan teknologi militer.

9

B. Tugas seorang menteri pertahanan Amerika Serikat

Menteri Pertahanan bertugas sebagai penasehat tertinggi kebijakan pertahanan bagi sang

Presiden, menyusun kebijakan pertahanan secara umum dan segala kebijakan yang terkait

dengan Dephan, serta menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan. Menteri Pertahanan

dipilih oleh Presiden dengan persetujuan Senat dan merupakan anggota kabinet. Oleh

undang-undang diharuskan bahwa sang menteri merupakan warga sipil yang tidak pernah

bertugas dalam komponen aktif di angkatan bersenjata setidaknya dalam 10 tahun terakhir

(pengecualian kepada George Marshall yang menjadi Menteri Pertahanan pada tahun 1950

meski baru menjadi warga sipil pada tahun 1945).

Dalam Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, Menteri Pertahanan (Menhan) biasanya

dikenal dengan sebutan SecDef. Bersama dengan Presiden AS, Menhan membentuk Otoritas

Komando Nasional (National Command Authority, NCA) yang memiliki satu-satunya hak

untuk meluncurkan persenjataan nuklir strategis. Seluruh senjata nuklir takluk pada peraturan

dua orang tersebut, bahkan pada tingkat tertinggi pemerintahan. Kedua orang tersebut harus

bersetuju sebelum sebuah serangan nuklir strategis dapat diperintahkan.

10

Sang menteri, sebagai kepala Departemen Pertahanan, dibantu oleh seorang wakil menteri

dan lima menteri muda dalam bidang Akuisisi, Teknologi & Logistik; Keuangan; Intelijen;

Personil & Kesiapan; dan Kebijakan. Seluruh jabatan tersebut memerlukan konfirmasi Senat.

Sang menteri juga mengepalai keenam anggota Kepala Staf Gabungan dan para komandan

kesepuluh Komando Kombatan.

Bersama dengan Menteri Luar Negeri, Menteri Kehakiman, dan Menteri Keuangan,

Menteri Pertahanan umumnya dianggap sebagai salah satu dari empat pejabat kabinet

terpenting.

C. Eksistensi rezim internasional

Eksistensi Rezim Keamanan Internasional Dalam Menciptakan Suatu Perdamaian Dunia

Berdirinya rezim-rezim keamanan internasional tidak terlepas dari sekian peperangan dan

konflik yang berkecamuk di dunia. Khususnya sekitaran 1990-an, pada konflik yang

berkecamuk di Somalia, yang mengindikasikan kegagalan PBB pada periode paska Perang

Dingin dalam menjaga perdamaian di wilayah tersebut. Sejak dahulu perang telah menjadi

masalah yang fundamental dalam politik internasional. Namun seiring berlalunya waktu,

perang, dan atau konflik, sendiri telah mengalami perluasan dan pergeseran makna serta

scope. Perang bukan lagi duel antara dua atau lebih negara.

Oleh karenanya, konsepsi mengenai keamanan itu sendiri juga mengalami pergeseran,

tepatnya pada lima puluh tahun belakangan ini. Pada era saat ini, keamanan manusia menjadi

prioritas yang lebih diutamakan dibanding dengan keamanan negara. Awal abad dua puluh

dapat disebut sebagai titik kemunculan ide mnegenai berdirinya organisasi global yang

menaruh perhatian pada terbentuknya keamanan antar negara. Keberadaan PBB dan LBB

tersebut merefleksikan bahwa organisasi internasional permanen yang terdiri dari negara-

11

negara cinta damai dapat memberikan framework untuk mencegah terjadinya perang di masa

mendatang . Statement tersebut semakin didukung dengan adanya fakta bahwa The League of

Nations Convenant dan UN Charter menaruh fokus secara ekstensif pada prinsip-prinsip

dasar pencegahan terjadinya perang, mekanisme penyelesaian sengketa secara damai, serta

penetapan aturan tindak paksaan. Lebih dari itu, PBB, sebagai organisasi global, juga

menetapkan struktur global bagi setiap international Governmental Organization (IGO)

dalam menangani isu keamanan. Sebagai bukti awareness negara-negara terhadap isu

keamanan internasional tersbeut, terdapat setidaknya satu IGO di setiap lima major

geographic regions.

Beberapa IGO pada tingkat regional tersebut adalah seperti; NATO, CIS, WEU di

kawasan Eropa; ASEAN dan ARF di kawasan Asia; Liga Arab dan GCC di Timur Tengah;

AU dan ECOWAS di Afrika; dan OAS di kawasan Amerika Latin. Sementara pada tingkatan

internasional, yang berada di bawah PBB adalah Dewan Keamanan denganInternational

Atomic Energy and Agency (IAEA), Majelis umum denganDepartement of Peacekeeping

Operations (DPKO), Secretary-General denganOffice for Coordination of Humanitarian

Affairs (OCHA), dan Internaional Court of Justice melalui High Commisssioner for Refugees

(UNHCR). Selain IGO pada tingkatan regional maupun global, Non-Governmental

Organization (NGO) juga telah sejak lama muncul dan menaruh perhatian pada penyelesaian

konflik secara damai, disarmament, dan humanitarian relief. Beberapa diantaranya seperti

Stockholm International Peace, Greenpeace, International Physicians for the Prevention of

Nuclear War, Save the Children Federation, Chatolic Relief Services, CARE, dan lain

sebagainya. Pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia tidak hanya dapat dilakukan oleh

negara, IGO, maupun NGO saja, sebab individu-pun dapat menjadi salah satu aktornya.

Dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan tersebut, terdapat beberapa cara yang

dapat dilakukan. Pertama, adalah melalui preventive diplomacy.

Cara yang pertama ini merupakan suatu aksi atau tindakan untuk mencegah timbulnya

perselisihan atau sengketa antar pihak, mencegah tahapan eskalasi beranjak pada tahapan

konflik yang lebih tinggi, serta untuk membatasi tersebarnya efek ketika perang atau konflik

tersebut berkecamuk nantinya. Kedua¸adalah melalui mediasi. Cara ini merupakan salah satu

bentuk negosiasi yang dibantu oleh adanya pihak ketiga. Pihak ketiga ini nantinya akan

memberikan atau menawarkan sebuah atau beberapa solusi yang tidak dapat ditemui oleh

pihak-pihak yang bersengkata itu sendiri.

12

Mediator ini juga berfungsi sebagai pihak yang dapat mewujudkan terjalinnya

komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang bersengketa. Pihak yang menjadi mediator

dapat berupa satu negara, sekelompok negara, IGO, NGO, aktor individu, dan ataupun

kelompok ad hoc. Cara yang lainnya adalah melalui ajudikasi dan arbitrasi. Tidak lagi seperti

pada periode peperangan antar negara atau rezim pemerintahan layaknya pada perang Dunia,

dengan kekuatan militer dan pemberian sanksi berbau militer dan perang pada mereka yang

kalah perang.

Kebanyakan peperangan yang terjadi pada abad dua puluh ini adalah peperangan antar

suku atau klan, dalam maupun antar negara. Peperangan yang terjadi juga lebih kepada

peperangan yang sifatnya lebih membahayakan pada sisi kemanusiaan. Oleh karena itulah

humanitarian security menjadi prioritas utama para peace-keeping dibanding dengan

keamanan pemerintah ataupun negara. Sanksi yang diberikan-pun bukan lagi seperti sanksi

yang diberikan kepada Jerman yang dilabeli sebagai penjahat perang dengan semua sanksi

berat yang harus ditanggungnya. Tidak juga seperti sanksi yang diterima Jepang sebagai

salah satu negara poros yang kalah dalam Perang Dunia kedua. Salah satu contoh sanksi yang

diberikan adalah embargo pada beberapa sektor yang diterima Korea Utara. Pemberian sanksi

telah menjadi ‘favorite tool in state’s effort to get others to do what they wanted them to do’

(Karns & Mingst. 2004: 299).

Selain ituenforcemnet juga merupakan cara lain yang digunakan negara. Namun

pemberian enforcement ini tidak dapat dilaksanakan oleh regional agenciestanpa otorisasi

Dewan Keamanan. Beberapa negara juga membentukcollective security untuk menghadapi

pihak-pihak yang dianggap potensial dan menciptakan keamanan pada suatu kawasan. Upaya

tersebut dilakukan melalui dialog, konsultasi, pembentukan rasa saling percaya tanpa melalui

pendekatan formal institusional.

Pembentukan rezim keamanan internasional juga akan menjadi lebih komplit jika

didalamnya terdapat peran serta dari epistemic community. Oleh karena abilitasnya dalam

ranah keamanan dan perdamaian, komunitas tersebut akan memberi sumbangsih dan

perhatiannya terhadap impact yang mungkin muncul dalam hubungan kerjasama

internasional. Sumbangsih ang dapat diberikannya dapat berupa gagasan, ide, dan maupun

persepsi yang dapat digunakan sebagai solusi pemecahan. Epistemic Community juga dapat

memberikan pengaruh yang besar dalam peregulasian sebuah kebijakan terkait isu keamanan

dan perdamaian dunia.

13

D. Globalisasi mengancam keamanan negara

Kemajuan teknologi, memberikan akses yang cepat dan mudah dalam penyebaran nilai-

nilai dan ide-ide, termasuk akses untuk memaksakan isu tertentu. Munculnya perusahaan-

perusahan multinasional, serta semakin banyaknya rezim internasional, membuat batas-batas

negara semakin tidak terlihat. Gambaran singkat situasi yang diciptakan globalisasi ini

menumbuhkan ancaman baru yang harus diantisipasi oleh negara. Dimensi-dimensi tersebut

sekaligus memberikan kewajiban besar bagi elit-elit negara untuk menjaga kesimbangan

antara tuntutan globalisasi kejadian lokal (globalizing local dynamics) dan lokalisasi

peristiwa global (localizing global dynamics).

Era globalisasi secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi

signifikansi geopolitik dalam interaksi antaraktor dalam hubungan internasional. Globalisasi

seolah-olah menciptakan sebuah aturan yang memaksa aktor-aktor didalamnya untuk

menemukan suatu strategi yang tepat bagaimana mereka mengatur dirinya dan bersikap

terhadap aktor lain dengan tidak hanya, bahkan dengan tidak menggunakan instrumen-

instrumen konvensional, yaitu militer dan power politics.

Dalam globalisasi, suatu negara juga harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Negara-

negara harus memilki mekanisme yang mendorong terciptanya efektifitas dan efesiensi agar

dapat bertahan dalam era ini. Bahkan negara-negara tersebut pada tahap tertentu mau tidak

mau harus mengorbankan kedaulatannya. Globalisasi memang telah menciptakan sebuah

keterikatan diantara negara-negara sekaligus menciptakan ancaman baru dan rasa tidak aman

bagi negara. Rasa tidak aman (insecurity) negara tersebut merefleksikan sebuah kombinasi

antara ancaman-ancaman (threats) dan kerawanan (vulnerabilitties) yang lahir dari fenomena

globalisasi.

Seperti apa globalisasi menjadi ancaman bagi keamanan negara, akan diuraikan secara

singkat berdasarkan beberapa dimensi penting dalam globalisasi, sebagai berikut.

Globalisasi Ekonomi, akan menciptakan ancaman dengan menipisnya kemampuan negara

dalam hak-hak nasional ekonomi. Hal ini disebabkan adanya ekonomi global yang

memunculkan insitusi-institusi dan lembaga ekonomi internasional seperti IMF, Bank dunia

dan sebagainya), yang membuat negara-negara bergantung. Persoalaannya adalah insitusi

internasional tersebut seringkali memiliki regulasi dalam prasayarat bantuannya, seperti

memaksa negara untuk menerapkan atau melakukan nilai-nilai tertentu, ide-ide, serta isu

tertentu. Selain itu, institusi tersebut juga sering menjadi alat mencapai kepentingan negara-

14

negara yang menjadi donatur terbesar atau yang mempunyai power dalam institusi

internasional tersebut. Hal ini tentunya, menjadi ancaman dan dilema tersendiri bagi

keamanan negara, dimana disatu sisi negara tidak mampu menolak globalisasi ekonomi,

bahkan menggantungkan hidupnya pada institusi-institusi ekonomi internasional, dan pada

sisi yang lain, negara harus bersiap-siap menghadapi intervensi asing terhadap negaranya

yang masuk melalui kebijakan institusi-institusi ekonomi tersebut.

Globalisasi Ideologi, menciptakan ancaman ketika globalisme menberikan peluang bagi

terjadinya perang ideologi. Globalisasi yang membuka sekat diantara identitas budaya,

keyakinan serta nilai-nilai bangsa tertentu membuat batas wilayah tidak lagi mampu

membatasi pengaruh yang masuk kedalam negara. Negara harus menghadapi datangnya

ideologi asing. Dalam hal ini, globalisme menjadi ancaman terhadap negara, saat ia mampu

mempengaruhi masyrakat untuk memusuhi negaranya, mengurangi loyalitas terhadap negara,

bahkan melemahkan semangat nasionalsime masyarakat negara tertentu.

Globalisasi Sosial, bentuk ancamannya adalah dengan majunya teknologi yang

merupakan rangkaian dalam globalisasi yang tidak dapat dibendung. Teknologi canggih

membuat proses integrasi sosial menjadi sangat cepat bahkan tidak terkendalikan. Informasi

mengalir tanpa batas, penyebaran budaya juga dengan mudah memasuki negara.

Persoalannya adalah munculnya ancaman terhadap identitas lokal, akibat pengaruh asing

yang sulit dibendung. Dalam situasi ini negara dengan kemapuan teknologi tinggi tentu akan

lebih mudah memberikan pengaruhnya.

Globalisasi militer, pada akhirnya menciptakan pertanyaan mengenai arti dan pelaksanaan

kedaulatan serta otonomi sebuah negara. Kerjasama-kerjasama militer yang dilakukan, secara

tidak langsung mengancam kedaulatan dan otonomi/ kekebasan negara dalam aspek

pengambilan keputusan, secara institusional dan struktural. Dalam hal pengambilan

keputusan misalnya organisasi-oraganisasi militer internasional seringkali membatasi otoritas

negara untuk mengambil keputusan keamanan, dan seringkali justru memaksakan keputusan

sepihak dari negara yang mempunyai power dalam organisasi tersebut. Globalisasi militer

juga menjadi dilema bagi keamanan nasional dalam melakukan pertahanan nasional atau

bergabung melakukan cooperative security. Karena banyaknya benturan kepentingan

nasional dengan kepentingan kelompok. Lebih jauh globalisasi militer menciptakan dilema

keamanan dengan maraknya perdagangan senjata di seluruh dunia.

15

E. Menciptakan keamanan global

Setelah berbagai penjelasan diatas, penulis mempunyai sebuah pandangan apabila

menjadi seorang menteri pertahanan Amerika Serikat yang telah diketahui bahwa Amerika

Serikat merupakan suatu negara yang superpower, tentunya kebijakan yang diambil oleh

negara ini dapat berpengaruh terhadap konstelasi global. Maka dari itu agar dapat

menciptakan keamanan global, penulis berpandangan bahwa belajar dari masa lalu ketika

peristiwa 9/11 di WTC, Pentagon, dan Gedung Putih, maka konsepsi keamanan harus lebih

ditekankan terlebih dahulu kepada konsepsi keamanan nasional, dimana konsep keamanan

nasional itu sendiri menjadi sebuah hal yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah negara hal ini

terkait dengan konsepsi keamanan nasional yang menjadi sebuah tujuan utama dari sebuah

institusi sosial. Sebuah negara harus dapat memberikan keamanan di wilayah geografisnya

yang disebut dengan wilayah teritorialya dari ancaman baik yang berasal dari dalam maupun

dari luar.

Dalam perkembangannya Amerika Serikat kemudian mengembangkan sebuah kebijakan

yang responsif dalam menanggapi berbagai potensi ancaman baik yang berada di dalam

bahkan yang berada jauh di luar teritorialnya sekalipun untuk menjaga keamanan nasional

negaranya. Selanjutnya kita merujuk kepada konsep keamanan regional, dimana Konsep

keamanan regional dimaksudkan untuk memahami keamanan internasional dalam level

subsistemik. Konsep ini penting apabila merujuk pada kenyataan adanya tingkat otonomi

yang relative tinggi pada keamanan pada level regional. Walaupun demikian analisa dalam

level subsistemik regional ini tetap diletakkan pada konteks analisis negara dan level

sistemik. Selanjutnya kita harus memahami adanya konsep keamanan internasional yang

mana negara berupaya untuk melihat bagaimana ancaman tersebut muncul dari interaksi

diantara negara tersebut. Kondisi tersebut menegaskan bahwa keamanan internasional

merupakan sebuah kondisi eksklusif yang lahir sebagai sebuah dampak dari interaksi negara

dalam sebuah sistem.

Secara luas terminologi dari keamanan internasional memunculkan sebuah gambaran

bagaimana pembangunan sebuah persenjataan, negara superpower dan perang yang terjadi

diantara negara. Meskipun demikian memang dalam memahami konsep keamanan dalam

konteks literatur hubungan internasional adalah sebagai upaya mencegah ancaman bagi

ancaman yang biasanya datang dari luar terkait dengan ancaman yang bersifat tradisional

yang terus mendominasi kajian di dalamnya. Dan apabila kita telah menguasai ketiga konsep

16

sebelumnya, kita harus menguasai konsep yang paling luas, yaitu konsep keamanan global

bahwa kondisi dunia saat ini seakan membuat tidak ada lagi sekat-sekat yang memisahkan

satu negara dengan negara lain. Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi yang

demikian pesat membuat arus informasi maupun perpindahan manusia seakan tidak

terbendung lagi5. peperangan ataupun anacaman keamaanan dianggap hanya berasal dari

militer negara lain, namun dengan adanya globalisasi yang memunculkan aktor-kator baru,

ancaman keamanan suatu negara pun bertambah, contohnya seperti adanya terorisme.

Contoh nyata adalah lahirnya jaringan teroris yang terstruktur dan hampir tersebar di

seluruh dunia. Kelompok teroris ini menjadi fokus utama dunia terlebih setelah peristiwa

penyerangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, teroris telah menjadi musuh bersama

hampir di seluruh dunia. Pergeseran peran pengganggu stabilitas keamanan kepada

organisasi-organisasi fundamental kemudian banyak dinilai sebagai dampak besar dari

perkembangan terorisme internasional. Selain itu tantangan kemanan sebuah negara tidak

hanya datang dari luar negara seperti persaingan kekuatan, tetapi juga datang dari dalam

negara seperti perbedaan etnis atau kebijakan yang disalahgunakan (Campbell, 2003: 141).

Penulis setuju akan hal ini, dengan adanya globalisasi dapat memunculkan aktor-aktor baru

yang dapat mengancam keamanan nasional. Dengan adanya perkembangan teknologi dan

peranan media komunikasi yang begitu kuat semakin memudahkan munculnya aktor-aktor

baru yang mengancam keamanan global.

Sebagai menteri pertahanan Amerika Serikat, sesuai dengan tugas seorang Menteri

Pertahanan Amerika Serikat bertugas sebagai penasehat tertinggi kebijakan pertahanan bagi

sang Presiden, menyusun kebijakan pertahanan secara umum dan segala kebijakan yang

terkait dengan Dephan, serta menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan. Menteri

Pertahanan dipilih oleh Presiden dengan persetujuan Senat dan merupakan anggota kabinet.

Saya berpandangan bahwa perlua adanya suatu rezim keamanan internasional, Pembentukan

rezim keamanan internasional juga akan menjadi lebih komplit jika didalamnya terdapat

peran serta dari epistemic community. Oleh karena abilitasnya dalam ranah keamanan dan

perdamaian, komunitas tersebut akan memberi sumbangsih dan perhatiannya terhadap impact

yang mungkin muncul dalam hubungan kerjasama internasional. Sumbangsih ang dapat

diberikannya dapat berupa gagasan, ide, dan maupun persepsi yang dapat digunakan sebagai

solusi pemecahan. Epistemic Community juga dapat memberikan pengaruh yang besar dalam

peregulasian sebuah kebijakan terkait isu keamanan dan perdamaian dunia.

5 Angga Nurdin, Keamanan Global: transformasi isu keamanan pasca perang dingin, hal: 14

17

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari berbagai penjelasan dan beberapa pandangan penulis mengenai “apa yang akan

dilakukan untuk menciptakan keamanan global, apabila saya menjadi seorang menteri

pertahanan Amerika Serikat” bahwa kita harus menguasai berbagai aspek keamanan secara

struktural mulai dari keamanan nasional, regional, internasional, dan global. Apabila

keamanan nasional telah terpenuhi maka konsep keamanan selanjutnya akan dapat dengan

mudah untuk di kuasai. Dan juga penulis menekankan lebih kepada kerjasama antar negara

18

dan pendekatan – pendekatan dalam menciptakan keamanan global, tidak langsung

mengerahkan kekuatan secara agresif, hal ini tentunya agar mencegah terjadinya sikap balas

dendam/serangan balasan yang tidak kunjung berakhir dari pihak yang merasa dirugikan oleh

sikap agresif Amerika Serikat atas serangan menyelesaikan konflik. Penulis juga

berpandangan bahwa perlu adanya suatu rezim keamanan internasional demi menciptakan

stabilitas keamanan global, Kebanyakan peperangan yang terjadi pada abad dua puluh ini

adalah peperangan antar suku atau klan, dalam maupun antar negara.

Peperangan yang terjadi juga lebih kepada peperangan yang sifatnya lebih

membahayakan pada sisi kemanusiaan. Oleh karena itulah humanitarian security menjadi

prioritas utama para peace-keeping dibanding dengan keamanan pemerintah ataupun negara.

Sanksi yang diberikan-pun bukan lagi seperti sanksi yang diberikan kepada Jerman yang

dilabeli sebagai penjahat perang dengan semua sanksi berat yang harus ditanggungnya. Tidak

juga seperti sanksi yang diterima Jepang sebagai salah satu negara poros yang kalah dalam

Perang Dunia kedua. Salah satu contoh sanksi yang diberikan adalah embargo pada beberapa

sektor yang diterima Korea Utara. Pemberian sanksi telah menjadi ‘favorite tool in state’s

effort to get others to do what they wanted them to do’ (Karns & Mingst. 2004: 299).

Selain itu enforcement juga merupakan cara lain yang digunakan negara. Namun

pemberian enforcement ini tidak dapat dilaksanakan oleh regional agenciestanpa otorisasi

Dewan Keamanan. Beberapa negara juga membentuk collective security untuk menghadapi

pihak-pihak yang dianggap potensial dan menciptakan keamanan pada suatu kawasan. Upaya

tersebut dilakukan melalui dialog, konsultasi, pembentukan rasa saling percaya tanpa melalui

pendekatan formal institusional.

Pembentukan rezim keamanan internasional juga akan menjadi lebih komplit jika

didalamnya terdapat peran serta dari epistemic community. Oleh karena abilitasnya dalam

ranah keamanan dan perdamaian, komunitas tersebut akan memberi sumbangsih dan

perhatiannya terhadap impact yang mungkin muncul dalam hubungan kerjasama

internasional. Sumbangsih ang dapat diberikannya dapat berupa gagasan, ide, dan maupun

persepsi yang dapat digunakan sebagai solusi pemecahan. Epistemic Community juga dapat

memberikan pengaruh yang besar dalam peregulasian sebuah kebijakan terkait isu keamanan

dan perdamaian dunia.

B. DAFTAR PUSTAKA

19

Callinicos, Alex. 2007. “Globalization, Imperialism and the Capitalist World System”, dalam

Held, David dan Anthony McGrew., Globalization Theory: Approaches and Controversies,

Polity. Paul, T. V. 2003. “States, Security Function and Global Social Forces” dalam Paul,

Ikenberry dan Hall eds., The Nation State in Question, Princeton University Press, 139-165.

http://avicenna06.blogspot.co.id/2013/02/eksistensi-rezim-keamanan-internasional.html

The United States and Southeast Asia: A Policy Agenda for the New Administration, Mei

2001, hal.1

Nurdin Angga, Keamanan Global : Transportasi Isu Keamanan Pasca Perang Dingin, hal: 6-

14

luthfiana12unairacid-fisip12.web.unair.ac.id

https://dewitri.wordpress.com/2008/02/01/globalisasi-dan-keamanan-negara/

https://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Secretary_of_Defense

https://www.academia.edu/6559705/

Konsepsi_Keamanan_dalam_Studi_Hubungan_Internasional

20