ancaman dan potensi gempabumi di kalimantan

13
Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017 1 ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN Oleh: Dr. Supartoyo*) *) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Sari Sebagian besar orang beranggapan bahwa Pulau Kalimantan aman dari ancaman bencana gempabumi, karena jarang terjadi gempabumi di pulau tersebut. Namun kenyataannya tidak demikian. Berdasarkan catatan sejarah, terdapat beberapa kejadian gempabumi di Pulau Kalimantan. Beberapa kejadian gempabumi tersebut bersifat merusak, artinya mengakibatkan adanya korban dan kerusakan bangunan. Kejadian gempabumi merusak telah terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir telah terjadi gempabumi merusak di daerah Tarakan, Kalimantan Timur tahun 2015 dan di daerah Kendawangan, Kalimantan Barat tahun 2016. Berdasarkan analisis data sebaran kegempaan, struktur geologi, dan kondisi tektonik, sumber gempabumi di Pulau Kalimantan berasal dari pergerakan sesar aktif. Meskipun magnitudo yang dihasilkan tidak terlalu besar, namun mempunyai kedalaman dangkal sehingga bersifat merusak. Hingga kini karakteristik dari sesar aktif tersebut belum banyak diketahui. Oleh karena itu diperlukan upaya penelitian untuk melakukan pemetaan sesar aktif di Pulau Kalimantan dalam skala detil. Oleh karena Pulau Kalimantan rawan terhadap gempabumi, maka diperlukan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Upaya mitigasi tersebut bertujuan untuk meminimalkan risiko bencana gempabumi yang mungkin akan terulang di kemudian hari. Kata kunci : gempabumi merusak, sesar aktif, upaya mitigasi Abstract Mostly people assume that the Kalimantan island is safe from earthquake disaster, because earthquake rarely occurrence in the island, but in the fact is not. Based on historical records, there are several earthquake events on the Kalimantan island. Some of the earthquake events are destructively, meaning that the earthquake result casualties and damage to buildings. The destructive earthquake has occurred in West Kalimantan, East Kalimantan and North Kalimantan. There were two events of destructive earthquake since 2015, which occured in Tarakan, East Kalimantan in 2015 and in the Kendawangan, West Kalimantan in 2016. Based on analysis of the seismicity distribution, the geological structure,and tectonic setting, the earthquake source on the Kalimantan island comes from active faults. The characterize of earthquake source from active fault on the land is destructively, although the magnitude not big, but the depth is shallow. Until now the characteristics of active faults on the Kalimantan island are not well known yet. Therefore is necessary to conduct active faults mapping of Kalimantan island in the scale of detail. Therefore Kalimantan island is prone to earthquakes, it is necessary mitigation efforts through structural and non structural mitigation. The mitigation efforts aimed to minimize risk of earthquake disaster in the future. Keywords : destructive earthquake, active fault, mitigation efforts

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

1

ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Oleh: Dr. Supartoyo*)

*) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi

Sari

Sebagian besar orang beranggapan bahwa Pulau Kalimantan aman dari ancaman bencana gempabumi, karena jarang terjadi gempabumi di pulau tersebut. Namun kenyataannya tidak demikian. Berdasarkan catatan sejarah, terdapat beberapa kejadian gempabumi di Pulau Kalimantan. Beberapa kejadian gempabumi tersebut bersifat merusak, artinya mengakibatkan adanya korban dan kerusakan bangunan. Kejadian gempabumi merusak telah terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir telah terjadi gempabumi merusak di daerah Tarakan, Kalimantan Timur tahun 2015 dan di daerah Kendawangan, Kalimantan Barat tahun 2016. Berdasarkan analisis data sebaran kegempaan, struktur geologi, dan kondisi tektonik, sumber gempabumi di Pulau Kalimantan berasal dari pergerakan sesar aktif. Meskipun magnitudo yang dihasilkan tidak terlalu besar, namun mempunyai kedalaman dangkal sehingga bersifat merusak. Hingga kini karakteristik dari sesar aktif tersebut belum banyak diketahui. Oleh karena itu diperlukan upaya penelitian untuk melakukan pemetaan sesar aktif di Pulau Kalimantan dalam skala detil. Oleh karena Pulau Kalimantan rawan terhadap gempabumi, maka diperlukan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Upaya mitigasi tersebut bertujuan untuk meminimalkan risiko bencana gempabumi yang mungkin akan terulang di kemudian hari.

Kata kunci : gempabumi merusak, sesar aktif, upaya mitigasi

Abstract

Mostly people assume that the Kalimantan island is safe from earthquake disaster, because earthquake rarely occurrence in the island, but in the fact is not. Based on historical records, there are several earthquake events on the Kalimantan island. Some of the earthquake events are destructively, meaning that the earthquake result casualties and damage to buildings. The destructive earthquake has occurred in West Kalimantan, East Kalimantan and North Kalimantan. There were two events of destructive earthquake since 2015, which occured in Tarakan, East Kalimantan in 2015 and in the Kendawangan, West Kalimantan in 2016. Based on analysis of the seismicity distribution, the geological structure,and tectonic setting, the earthquake source on the Kalimantan island comes from active faults. The characterize of earthquake source from active fault on the land is destructively, although the magnitude not big, but the depth is shallow. Until now the characteristics of active faults on the Kalimantan island are not well known yet. Therefore is necessary to conduct active faults mapping of Kalimantan island in the scale of detail. Therefore Kalimantan island is prone to earthquakes, it is necessary mitigation efforts through structural and non structural mitigation. The mitigation efforts aimed to minimize risk of earthquake disaster in the future.

Keywords : destructive earthquake, active fault, mitigation efforts

Page 2: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

2

1. Pendahuluan “Apakah Pulau Kalimantan aman terhadap gempabumi ?” Pertanyaan tersebut sering muncul tidak hanya bagi orang awam, namun juga di kalangan para ahli kebumian. Gempabumi memang relatif jarang terjadi di Pulau Kalimantan. Namun dalam kurun dua tahun terakhir terjadi beberapa gempabumi di Pulau Kalimantan, bahkan beberapa kejadian gempabumi tersebut ada yang bersifat gempabumi merusak (destructive earthquake), artinya kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan terjadinya bencana. Pada tanggal 24 Juni 2016 terjadi gempabumi merusak yang mengakibatkan beberapa rumah penduduk mengalami kerusakan di Daerah Kandawangan, Provinsi Kalimantan Barat. Pada tanggal 21 Desember 2015 Daerah Tarakan dan sekitarnya diguncang gempabumi kuat yang mengakibatkan kerusakan tidak hanya rumah penduduk namun juga bangunan pemerintah. Kejadian gempabumi tersebut sangat mengagetkan masyarakat di Pulau Tarakan. Mereka panik karena ada isu tsunami. Sebelumnya pada pada tanggal 5 Juni 2015 juga terjadi gempabumi kuat melanda daerah Ranau, Sabah dengan magnitudo 6 SR (Skala Richter) yang mengakibatkan bencana. Gempabumi tersebut mengakibatkan korban jiwa sebanyak 19 orang, longsoran di Gunung Kinibalu dan kerusakan sejumlah bangunan di Kota Ranau. Korban jiwa dominan karena tertimbun longsoran. Ketiga kejadian gempabumi merusak tersebut setidaknya dapat menjawab pertanyaan di atas, bahwa Pulau kalimantan tidak sepenuhnya aman dari gempabumi. Pertanyaan berikutnya yang muncul terutama bagi para ahli kebumian adalah dari manakah kira-kira sumber gempabumi di Pulau Kalimantan ? Hingga kini pertanyaan tersebut masih sulit untuk dijawab secara pasti, karena minimnya data penelitian kegempaan di Kalimantan. Namun pada kesempatan ini penulis mencoba untuk menguraikannya berdasarkan data kegempaan yang diperoleh. Adanya tiga kejadian gempabumi merusak tersebut setidaknya telah memberikan pelajaran kepada masyarakat Pulau Kalimantan yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan

bencana gempabumi, bahwa mereka tetap perlu untuk melakukan upaya mitigasi gempabumi. Upaya mitigasi tersebut harus dilakukan secara menerus yang bertujuan untuk meminimalkan risiko apabila Pulau Kalimantan kembali terulang kejadian gempabumi di kemudian hari.

Hingga kini tulisan tentang kegempaan di Pulau Kalimantan masih jarang. Oleh karena itu tulisan ini diharapkan dapat menambah data berkaitan dengan kegempaan dan sumber gempabumi di Pulau Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang ancaman dan potensi gempa bumi di Kalimantan berdasarkan analisis sebaran gempabumi, struktur geologi, tektonik, dan beberapa kejadian gempabumi merusak di Pulau Kalimantan. Adapun tujuan dari tulisan ini untuk memberikan informasi tentang gempabumi di Pulau Kalimantan terutama tentang sumber gempabumi, potensi dan ancamannya.

2. Metodologi Metode yang dipergunakan pada tulisan ini adalah mengumpulkan parameter kejadian gempabumi dan gempabumi merusak, struktur geologi dan tektonik di Kalimantan. Data parameter gempabumi diperoleh dari katalog Engdahl (Engdahl dkk., 2007) dan USGS (United States of Geological Survey). Data kejadian gempabumi merusak diperoleh dari buku katalog gempabumi merusak di Indonesia bersumber dari Supartoyo dkk. (2014). Data struktur geologi diperoleh dari peta geologi yang dikompilasi dalam Peta Seismotektonik Indonesia (Soehaimi dkk 1998). Adapun data tektonik diperoleh dari beberapa referensi yaitu Hall dan Nichols (2002), Hamilton (1979), Hutchison (2007), Moss dan Chambers (1999), Simon dkk. (2007), Irsyam dkk (2010). Kemudian dianalisis sumber gempabumi berdasarkan data sebaran kegempaan, tektonik dan struktur geologi. Selanjutnya dianalisis ancaman dan potensinya. 3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Tektonik, Batuan dan Struktur Geologi Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan merupakan bagian dari kerak Sunda (Sundaland), dan kerak Sunda ini merupakan bagian dari lempeng benua Eurasia (Hall, 2002). Menurut Minster dan Jordan (1978

Page 3: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

3

dalam Yeats, 1997), Lempeng Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/ tahun dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/ tahun. Tumbukan tersebut telah terjadi sejak Jaman Kapur (sekitar 66 juta tahun yang lalu) dan masih berlangsung hingga kini. Zona tumbukan tersebut membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membelok di Kepulauan Maluku, yang membentuk palung laut dan dikenal sebagai zona subduksi. Zona subduksi merupakan sumber gempabumi dan juga sumber pembangkit tsunami. Pulau Kalimantan posisinya terletak jauh dari zona tumbukan tersebut, sehingga relatif stabil secara tektonik (Gambar 1). Namun demikian akibat proses tektonik yang terjadi telah mengakibatkan terbentuknya struktur geologi, yaitu lipatan dan sesar. Beberapa sesar tersebut merupakan sesar aktif dan dibuktikan terjadinya gempabumi. Morfologi Pulau Kalimantan sebagian tersusun oleh perbukitan hingga perbukitan terjal pada bagian tengahnya, sebagian lagi merupakan dataran hingga dataran bergelombang. Daerah pantai didominasi oleh morfologi dataran hingga dataran bergelombang. Morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier, sedangkan morfologi dataran hingga dataran bergelombang pada umumnya tersusun oleh endapan berumur Kuarter berupa endapan aluvial, endapan sungai, endapan rawa, dan endapan pantai. Sebagian besar Pulau kalimantan tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier. Batuan Pra Tersier terdiri – dari kompleks batuan bancuh atau melange, yaitu percampuran batuan beku, sedimen, metamorf dengan massa dasar lempung dan batuan sedimen. Batuan Tersier terdiri - dari batuan sedimen dan batuan gunungapi. Endapan Kuarter pada umumnya menempati morfologi dataran di daerah pantai,

lembah, dan kanan kiri sungai. Sebagian batuan Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan sedimen Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lepas, belum kompak (unconsolidated), lunak, dan memperkuat efek goncangan atau amplifikasi, sehingga rawan terhadap goncangan gempabumi. Kerusakan bangunan yang terjadi akibat goncangan gempabumi pada umumnya ditempati oleh endapan Kuarter. Apabila endapan Kuarter tersebut bersifat jenuh air dengan muka air tanah dangkal, maka akan berpotensi mengalami proses likuifaksi (liquefaction) bila digoncang gempabumi. Struktur geologi Pulau Kalimantan didominasi oleh sesar dan lipatan. Secara umum sesar – sesar di Pulau kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut (Gambar 2). Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut. Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya. Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss dan Chamber, 1999; Hall dan Nichols, 2002; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007,), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan, yaitu Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar (Gambar 3). Disamping itu juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Wilayah timur perairan Kalimantan khususnya Selat Makassar terjadi bukaan tektonik, dan pada bagian barat Sulawesi terdapat sesar naik berarah utara – selatan.

Page 4: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

4

Gambar 1. Tataan tektonik kawasan Indonesia bagian barat (Hall, 2002).

Gambar 2. Tektonik dan struktur geologi Pulau Kalimantan. Data dikompilasi dari peta geologi Pulau

Kalimantan (Kertapati dkk., 1998).

Page 5: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

5

Gambar 3. Tektonik dan struktur geologi Pulau Kalimantan. Data dikompilasi dari beberapa sumber

(Hamilton, 1979; Moss dan Chambers, 1999; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007).

3.2. Kegempaan di Kalimantan Sebaran kegempaan di Pulau Kalimantan tidak sebanyak di daerah lainnya di Indonesia, seperti yang terdapat di, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Maluku dan Papua. Namun demikian terdapat beberapa kejadian gempa terutama yang terdapat di daratan Pulau Kalimantan, khususnya di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur (Gambar 4 dan 5). Beberapa pusat gempabumi juga terdapat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Kejadian gempabumi tersebut pada umumnya mempunyai kedalaman dangkal (kurang dari 50 km) dan diperkirakan berasosiasi dengan sesar aktif (Supartoyo, 2015). Pertanyaan yang muncul adalah apakah beberapa sesar di Kalimantan yang telah

diidentifikasi oleh para ahli kebumian yaitu Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar, tergolong sebagai sesar aktif ? Hal ini yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

Berdasarkan peta bahaya gempabumi Indonesia tahun 2010 semua sesar tersebut tidak/ belum diperhitungkan sebagai sumber gempabumi (Irsyam dkk., 2010). Sumber gempabumi yang diperhitungkan untuk penyusunan peta bahaya gempabumi di Kalimantan adalah yang terletak di sekitar Pulau Sulawesi, yaitu penunjaman Sulawesi Utara, Sesar Palu Koro dan Sesar naik Makassar.

Page 6: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

6

Gambar 4. Peta sebaran kegempaan Pulau Kalimantan bersumber dari Engdahl dkk. (2007). Bulatan merah kedalaman 0 – 50 km, bulatan hijau kedalaman 50 – 100 km, dan bulatan biru

kedalaman > 100 km. Tanda bintang merah merupakan pusat gempabumi merusak.

Gambar 5. Peta sebaran kegempaan Pulau Kalimantan tahun 1900 – 2014 bersumber dari USGS.

Bulatan merah kedalaman 0 – 50 km, bulatan hijau kedalaman 50 – 100 km, dan bulatan biru kedalaman > 100 km. Tanda bintang merah merupakan pusat gempabumi merusak.

Page 7: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

7

Hal ini mengakibatkan besarnya nilai percepatan gempabumi pada batuan dasar di Pulau Kalimantan dominan kurang dari 0,05 G (Gravitasi). Hanya sebagian daerah di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang mempunyai nilai percepatan gempabumi berkisar antara 0,05 G hingga 0,2 G. Nilai percepatan gempabumi ini relatif kecil, sangat kontras dengan nilai percepatan gempabumi yang terdapat di sekitar Sesar Sumatera, Sesar Palu Koro, Sesar di Pegunungan Jaya Wijaya yang mencapai lebih besar dari 0,5 G. Hal ini mengakibatkan sebagian besar orang menganggap bahwa Pulau Kalimantan relatif aman atau tidak terlalu besar terhadap ancaman gempabumi. Berdasarkan catatan kejadian gempabumi merusak di Pulau Kalimantan, ternyata daerah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur mempunyai sejarah beberapa kejadian gempabumi merusak (Supartoyo dkk., 2014; Supartoyo, 2015). Gempabumi merusak artinya kejadian gempabumi yang mengakibatkan terjadinya bencana. Daerah Kalimantan Utara paling tidak telah mengalami empat kejadian gempa merusak yaitu tahun 1923, 1925, 1936, dan 2015. Skala intensitas kejadian gempa merusak tersebut berkisar VI hingga VIII MMI (Modified Mercally Intensity) yang menandakan goncangan gempabumi cukup kuat. Adapun parameter kejadian gempabumi merusak tersebut belum tercatat dengan baik, karena peralatan

pemantau gempa pada saat itu belum baik, sehingga posisi pusat gempabumi dan kedalaman diperkirakan, kecuali kejadian gempabumi tahun 2015. Daerah Kalimantan Timur paling tidak telah mengalami empat kejadian gempabumi merusak yaitu tahun 1921, 1924, 1957, dan 2009. Bahkan kejadian gempa tahun 1921 dan 1957 diikuti oleh tsunami yang melanda pantai Sangkulirang dan Balikpapan. Kejadian gempabumi merusak terakhir daerah Kalimantan Timur terjadi pada tanggal 22 Nopember 2009 dengan magnitudo 4,7 SR (Skala Richter). Kejadian gempa tersebut mengakibatkan beberapa rumah, sekolah, dan tempat ibadah rusak di Kecamatan Longikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Tidak tercatat adanya korban jiwa. Kejadian gempa tersebut terjadi selama dua kali pada tanggal 22 Nopember 2009, yakni pukul 04:34:31 WITA dan 18:59:42 WITA. Adapun daerah Kandawangan, Provinsi Kalimantan Barat mengalami kejadian gempabumi merusak pada tanggal 24 Juni 2016 dengan magnitudo 4,9 SR dan kedalaman 10 km. Kejadian gempabumi ini mengakibatkan beberapa rumah penduduk rusak ringan di daerah Kandawangan, Kalimantan Barat. Sejarah kejadian gempabumi merusak selengkapnya di Pulau Kalimantan ditampilkan pada Tabel 1 hingga 3. Gambar 6 menampilkan peta sebaran pusat gempabumi merusak di Pulau Kalimantan.

Tabel 1. Kejadian gempabumi merusak daerah Kalimantan Utara (Supartoyo dkk., 2014; Supartoyo, 2015).

NO

NAMA GEMPA

TANGGAL

PUSAT GEMPA

KDLM (KM)

MAG

SKALA

MMI

KERUSAKAN

1.

2.

Tarakan Tarakan

19/04/1923

14/02/1925

- -

40 -

7 SR

-

VIII

VII

Beberapa rumah roboh, terjadi longsoran dan retakan tanah di Tarakan. 1 buah dapur rumah bergeser ke arah barat. Terdengar suara gemuruh di Tarakan dan Lungkas. Beberapa rumah penduduk rusak.

Page 8: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

8

3.

4.

Tarakan Tarakan

28/02/1936

21/12/2015 01:47:37

WIB

-

117,67°BT dan

3,61°LU

-

10

6,5 SR

6,1 SR

VI

VI

Diperkirakan beberapa rumah penduduk rusak. 1 orang luka-luka di Tana Lia, Kab. Tana Tidung, 16 rumah penduduk dan bangunan rusak berat, 13 rusak ringan di Pulau Tarakan.

Tabel 2. Kejadian gempabumi merusak daerah Kalimantan Barat

(Supartoyo dkk., 2014; Supartoyo, 2015). .

NO

NAMA

GEMPA

TANGGAL

PUSAT GEMPA

KDLM (KM)

MAG

SKALA

MMI

KERUSAKAN

1.

Kendawa-ngan

24/6/2016 07:41:00

WIB

110,19° BT

dan 2,52° LS

10

4,9 SR

V

Beberapa rumah penduduk rusak ringan di daerah Kandawangan, Kalimantan Barat.

Tabel 3. Kejadian gempabumi merusak daerah Kalimantan Timur

(Supartoyo dkk., 2014; Supartoyo, 2015). .

NO

NAMA

GEMPA

TANGGAL

PUSAT GEMPA

KDLM (KM)

MAG

SKALA

MMI

KERUSAKAN

1.

2.

3.

4.

Sangkulirang (Tsunami) Kalimantan Timur Balikpapan (Tsunami) Paser

14/05/1921

13/04/1924

1957

22/11/2009 04:34:31

WITA

-

0,3 LU –

118,2 BT -

1,5953° LS-

116,1333°BT

- - -

10

- - -

4,7 SR

VIII

VII

VI

V

Beberapa rumah penduduk roboh, terjadi retakan tanah dan tsunami. Goncangan terasa di Pulau Rending, Kariorang, dan Sekuran. Tsunami menghancurkan daerah Sekuran. 7 rumah penduduk roboh. Tsunami melanda pantai Balikpapan (run up < 2 m). 1 org pingsan. Beberapa rumah, sekolah, dan tempat ibadah rusak di Kecamatan Longikis, Kab. Paser. Gempabumi kedua terjadi pada pukul 18:59:42 WITA, pusat gempabumi 1°76' LS dan 116°08' BT, kedalaman 10 km, dan magnitudo 4,3 SR.

Page 9: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

9

Gambar 6. Tanda bintang merah memperlihatkan pusat gempabumi merusak di Pulau Kalimantan.

3.3. Karakteristik Potensi Sumber

Gempabumi di Kalimantan Untuk mengetahui ancaman dan potensi gempabumi terhadap suatu daerah dilakukan analisis sumber gempabumi. Daerah yang terletak dekat dengan sumber gempabumi akan menerima goncangan gempabumi yang lebih kuat dibandingkan daerah yang terletak jauh dari sumber gempabumi, sehingga akan rawan terhadap goncangan gempabumi. Hingga kini masih jarang yang menganalisis sumber gempabumi di Pulau Kalimantan. Analisis sumber gempabumi di Pulau Kalimantan berdasarkan data sebaran kegempaan, struktur geologi dan tektonik.

Berdasarkan hasil analisis terdapat beberapa sumber gempabumi di Pulau Kalimantan dan sekitarnya yang terletak di darat maupun di laut. Sumber gempabumi di darat bersumber dari sesar aktif karena mempunyai kedalaman dangkal (kurang dari 50 km). Beberapa sesar aktif yang terdapat di daratan Pulau Kalimantan di wilayah Indonesia adalah:

Sesar aktif di daerah Tarakan. Sesar ini berarah NW-SE dan sebarannya mulai dari Laut Sulawesi, Pulau Tarakan hingga daratan Kalimantan Utara. Sesar ini bergerak terakhir dan mengakibatkan bencana gempabumi pada tanggal 21 Desember 2015 dengan magnitude 6,1 Mw (moment magnitude). Oleh karena itu besarnya nilai MPE (maximum probable

Page 10: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

10

earthquake) adalah 6,1 Mw. Berdasarkan data mekanisme sumber dari USGS (United State of Geological Survey), kejadian gempabumi ini diakibatkan oleh pergerakan sesar mendatar dengan komponen oblique berarah barat laut – tenggara dengan kedudukan N 291oE, dip 70o, dan rake 31o. Skala intensitas di daerah sekitar pusat

gempabumi mencapai skala VI MMI (Modified Mercally Intensity) (Gambar 7) yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan dengan struktur kuat (Gambar 8). Kejadian gempabumi merusak yang melanda Pulau Tarakan tahun 1923, 1925 dan 1936 diperkirakan berkaitan dengan aktivitas sesar ini.

Gambar 7. Peta intensitas gempabumi tanggal 21 Desember 2015 (Supartoyo dkk., 2016). Bulat merah

merupakan pusat gempabumi menurut BMKG, tanda bintang merah menurut USGS. Garis merah merupakan struktur geologi. Garis biru putus – putus merupakan kontur isoseismal. Persegi merah

merupakan lokasi kerusakan bangunan.

Gambar 8. Kerusakan pada kolom praktis kantor pelabuhan penyeberangan Daerah Juata, akibat

kejadian gempabumi 21 Desember 2015 (Supartoyo dkk., 2016).

Page 11: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

11

Sesar aktif Sangkulirang.

Sesar ini berarah NW-SE, penyebarannya dimulai dari Selat Makassar dan menerus hingga ke Pulau Kalimantan. Hingga kini belum diketahui sejarah kegempaan di Sesar Sangkulirang.

Sesar aktif Mangkalihat. Sesar ini berarah NW-SE, penyebarannya dimulai dari Selat Makassar dan menerus hingga tanjung Mangkalihat. Hingga kini belum diketahui sejarah kegempaan di Sesar Mangkalihat.

Sesar aktif Paternoster. Sesar ini berarah NW-SE, penyebarannya dimulai dari Selat Makassar dan menerus hingga daerah Kabupaten Paser. Kejadian gempabumi pada tanggal 22 Nopember 2009 yang mengakibatkan kerusakan bangunan di Kabupaten Paser diperkirakan berkaitan dengan aktivitas Sesar Paternoster.

Sesar aktif Adang. Sesar ini berarah NW-SE dan terletak di daratan Pulau Kalimantan. Penyebarannya di daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga kini belum diketahui sejarah kegempaan di Sesar Adang.

Sesar aktif di daerah Kandawangan Sesar ini berarah NE-SW, penyebarannya dimulai dari daerah pesisir Kandawangan dan menerus ke darat. Berdasarkan kenampakan data citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) terlihat adanya kelurusan berarah NE-SW di daerah Kandawangan. Kejadian gempabumi pada tanggal 24 Juni 2016 yang mengakibatkan kerusakan bangunan di daerah Kandawangan, Provinsi Kalimantan Barat diperkirakan berkaitan dengan aktivitas sesar ini.

Hingga kini karakteristik sumber gempabumi sesar aktif – sesar aktif tersebut yang meliputi sebaran sesar, nilai magnitudo maksimum dan laju geser (slip rate), belum sepenuhnya diketahui. Adapun nilai laju gesernya diperkirakan nilainya kecil, karena jarangnya terjadi gempabumi pada jalur atau zona sesar aktif tersebut. Sumber - sumber gempabumi pada sesar aktif tersebut jarang melepaskan energi, dan diperkirakan belum dilepas seluruhnya. Kejadian

gempabumi terakhir dengan magnitudo cukup besar terjadi pada tahun 2015 yaitu pada sesar di sekitar Tarakan. Adapun pada sesar lainnya belum diketahui secara detil aktivitasnya, sehingga harus diwaspadai kemungkinan untuk terjadi gempabumi pada masa yang akan datang. Berdasarkan analisis sumber gempabumi yang terletak di laut di sekitar Pulau Kalimantan adalah :

Penunjaman Borneo yang terdapat di barat laut Brunei dan Sabah dan berarah NE-SW.

Penunjaman Sulu yang terdapat di timur Sabah dan berarah NE-SW.

Penunjaman Sulawesi Utara yang terdapat di timur Kalimantan Utara dan berarah E-W.

Sesar naik di barat Sulawesi, terletak di timur provinsi Kalimantan Timur dan berarah N-S.

Sesar naik sebelah barat Sulawesi dan terletak di timur provinsi Kalimantan Timur pernah mengakibatkan terjadinya tsunami pada tahun 1967, 1969, 1984 yang melanda daerah pantai Sulawesi Barat. Tidak diketahui secara pasti apakah kejadian tsunami tersebut juga melanda pantai Kalimantan Timur. Potensi tsunami di daerah Kalimantan di negara kita diperkirakan bersumber dari penunjaman Sulawesi Utara dan sesar naik di barat Sulawesi. Nilai magnitudo maksimum dari penunjaman Sulawesi Utara yang terdapat di timur Kalimantan Utara adalah 8,2 Mw (Irsyam dkk., 2010), dan bila terjadi akan berpotensi mengakibatkan tsunami. Disamping itu juga potensi sesar naik sebelah barat Sulawesi dan terletak di timur provinsi Kalimantan Timur. Apalagi arah sebarannya adalah N-S dan potensi penjalaran tsunami mengarah ke Sulawesi Barat dan Kalimantan.

3.4. Pentingnya Upaya Mitigasi

Serangkaian kejadian gempabumi merusak yang terjadi di Pulau Kalimantan pada tanggal 24 Juni 2016 yang melanda Daerah Kandawangan Kalimantan Barat, tanggal 21 Desember 2015 yang melanda Daerah Tarakan Kalimantan Utara dan 5 Juni 2015 yang melanda Daerah Sabah, telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa Pulau Kalimantan

Page 12: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

12

tidak bebas dari ancaman gempa. Kejadian gempabumi merusak tersebut membuktikan bahwa daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara tergolong rawan bencana gempabumi. Pembelajaran lainnya adalah perlu dilakukan upaya mitigasi bencana gempabumi di Pulau Kalimantan. Apalagi di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur banyak infrastruktur strategis yang perlu dilindungi dari ancaman goncangan gempa. Bagi para ahli gempabumi, Pulau Kalimantan merupakan tantangan tersendiri untuk menguak lebih detil adanya karakteristik sumber gempabumi di wilayah ini. Kegiatan penyelidikan harus dimulai untuk mengidentifikasi sumber gempabumi di Pulau Kalimantan. Demikian juga dengan sumber pembangkit tsunami, karena berdasarkan catatan, pantai Kalimantan Timur pernah terlanda tsunami yakni tahun 1921 dan 1957 (Supartoyo dkk., 2014). Upaya mitigasi gempabumi pada prinsipnya adalah mencegah agar bahaya gempabumi tidak mengakibatkan terjadinya bencana. Upaya mitigasi ini dilakukan secara fisik atau struktural dan non fisik atau non struktural. Upaya mitigasi struktural dilakukan melalui pembangunan fisik yang mampu mengurangi dampak goncangan gempabumi. Upaya mitigasi non struktural dilakukan dengan penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempabumi. Selain penyebarluasan informasi gempabumi, pelatihan dan simulalasi, upaya mitigasi non struktural lainnya adalah dengan memasukkan materi kebencanaan geologi untuk semua tingkatan pendidikan di Pulau Kalimantan. Dengan upaya mitigasi ini diharapkan risiko dari kejadian gempabumi, juga tsunami, di kemudian hari dapat diminimalkan. Hingga kini belum ada teknologi yang mampu untuk meramalkan kejadian gempabumi atau tsunami dengan tepat. Tak ada seorang pun yang mampu memperkirakan dengan tepat baik waktu, tempat atau lokasi, maupun besaran gempabumi yang akan terjadi. Oleh karena itu upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah mitigasi yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari kejadian gempabumi dan tsunami.

4. Penutup

4.1. Kesimpulan

Pulau Kalimantan, khususnya wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat tergolong rawan gempabumi.

Sumber gempabumi di daratan Pulau Kalimantan berasal dari sesar aktif, yaitu sesar aktif di daerah Tarakan, sesar aktif Sangkulirang, sesar aktif Mangkalihat, sesar aktif Paternoster, sesar aktif Adang dan sesar aktif di daerah Kandawangan.

Sumber pembangkit tsunami wilayah Kalimantan berasal dari Penunjaman Borneo, Penunjaman Sulu, Penunjaman Sulawesi Utara dan sesar naik di barat Sulawesi. Adapun sumber pembangkit tsunami yang mengancam wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan berasal dari Penunjaman Sulawesi Utara dan sesar naik di barat Sulawesi.

Hingga kini belum diketahui tentang karakteristik sumber gempabumi sesar aktif di Pulau Kalimantan dan juga karakteristik pembangkit tsunami di sekitar Pulau Kalimantan.

4.2. Saran

Oleh karena wilayah Pulau Kalimantan tergolong rawan gempabumi dan tsunami, maka harus dilakukan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural secara menerus.

Data potensi gempabumi dan tsunami harus dipertimbangkan sebagai salah satu parameter pada perencanaan revisi penataan ruang di Pulau Kalimantan.

Untuk mengetahui karakteristik sumber gempabumi dan juga sumber pembangkit tsunami di Pulau Kalimantan, maka perlu untuk melakukan penyelidikan dengan menggunakan metode terpadu meliputi metode geologi, geofisika dan geodesi. Karakteristik sumber gempabumi dan sumber pembangkit tsunami tersebut sangat diperlukan untuk menyusun peta sebaran sesar aktif, peta bahaya gempabumi dan peta bahaya tsunami.

Page 13: ANCAMAN DAN POTENSI GEMPABUMI DI KALIMANTAN

Prosiding PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN RISET KEBENCANAAN KE 4 – 2017 Universitas Indonesia Depok, 08-10 Mei 2017 2017

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Engdahl, E.R., Villasenor, A., Deshon, H.R., dan Thurber, C.H., 2007, Teleseismic Relocation and Assessment of Seismicity (1918 – 2005) in the Region of the 2004 Mw 9,0 Sumatra-Andaman and 2005 Mw 8,6 Nias Island Great Earthquakes, Bulletin of the Seismological Society of America, 97, S 43-61.

2. Hall, R., 2002, Cenozoic Geological and Plate Tectonic Evolution of SE Asia and the SW Pacific: Computer Based Reconstruction, Model and Animation, Journal of Asian Earth Science (20) 2002, 353 – 431.

3. Hall, R., dan Nichols, G., 2002, Cenozoic sedimentation and tectonics in Borneo : climatic influences on orogenesis, The Geological Society of London, Special Publications of 191. 5-22 pp.

4. Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region, United States Government Printing Office, Washington: 344 pp.

5. Hutchison, C.S., 2007, Geological Evolution of South – East Asia, Second Edition, ISBN 978-983-99102-5-4, Geological Society of Malaysia: 433 pp.

6. Moss, S.J., dan Chambers J.L.C., 1999, Tertiary facies architecture in the Kutai Basin, Kalimantan, Indonesia, Journal of Asian Earth Sciences 17 (1999), Pergamon, P. 157-181.

7. Irsyam, M., Sengara, W., Aldiamar, F., Widiyantoro, S., Triyoso, W., Natawidjaja, D.H., Kertapati, E.K., Meilano, I.,

Suhardjono, Asrurifak, M., dan Ridwan, M., 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, Kementerian Pekerjaaan Umum.

8. Kertapati, E.K., Soehaimi A., Djuanda A.,

dan Effendi I., 1998, Peta Seismotektonik

Indonesia, (edisi kedua), Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi.

9. Simons, W.J.F., Socquet, A., Vigny, C., Ambrosius, B.A.C, Haji Abu, S., Chaiwat Promthong, Subarya, C., Sarsito, D.A., Matheussen, S., Morgan, P. & Spakman, W., 2007, A decade of GPS in Southeast Asia: Resolving Sundaland motion and boundaries. J. Geophys. Reas., 112, 20 pp.

10. Supartoyo, Pratiwi, W., Junaedi, D., 2016, Laporan penyelidikan pasca bencana gempabumi Daerah Tarakan, Kalimantan Utara, Laporan kegiatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Bandung.

11. Supartoyo, 2015, Mitos Tiada Gempa di Kalimantan, Geomagz Vol. 5 No. 3, Edisi September 2015, ISSN 2088 7906, Hal. 82-85.

12. Supartoyo, Surono, dan Putranto, E.T., 2014, Katalog Gempabumi Merusak Indonesia Tahun 1612 – 2014 (Edisi Kelima), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral: 131 hal.

13. Yeats, R.S., Sieh, K., dan Allen, C.R., 1997, The Geology of Earthquakes, Oxford University Press: 567 pp.