anatomi dan faal kulit

7
ANATOMI DAN FAAL KULIT Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain, kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus menerus mengamati organ ini. Dari kulit, muncul berbagai asesori yang terindera manusia; rambut ( kasar dan halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam kondisi sehat, kulit beserta aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam keadaan sakit, mereka mungkin menjadi sumber keresahan. Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2 m 2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti, terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tida berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada kedua lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di permukaannya yang disebut dermatoglyphics. Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat etapi miskin kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki banyak folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit ( subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar. Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah dilihat pada kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick berdasarkan pada kemampuan kulit untuk berpigmentasi ( tanning ) dan kemungkinan terbakar ( sunbum) pasca pajanan sinar ultraviolet. Terdapat pula variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi tubuh. Kulit ( dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu: 1) Perlindungan fisik ( terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia) 2) Perlindungan imunologik 3) Ekskresi

Upload: prita-utami

Post on 03-Dec-2015

266 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

anatomi dan faal kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Dan Faal Kulit

ANATOMI DAN FAAL KULIT

Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain, kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus menerus mengamati organ ini. Dari kulit, muncul berbagai asesori yang terindera manusia; rambut ( kasar dan halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam kondisi sehat, kulit beserta aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam keadaan sakit, mereka mungkin menjadi sumber keresahan.

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti, terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tida berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada kedua lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di permukaannya yang disebut dermatoglyphics.

Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat etapi miskin kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki banyak folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit ( subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar.

Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah dilihat pada kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick berdasarkan pada kemampuan kulit untuk berpigmentasi ( tanning ) dan kemungkinan terbakar ( sunbum) pasca pajanan sinar ultraviolet. Terdapat pula variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi tubuh.

Kulit ( dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu:

1) Perlindungan fisik ( terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia)2) Perlindungan imunologik3) Ekskresi4) Pengindera5) Pengaturan suhu tubuh6) Pembentukan vitamin D7) Kosmetis

Fungsi- fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik kulit yang terbagi menjadi 3 lapisan : epidermis, dermis, subkutis.

Dalam menjalankan berbagai fungsi diatas ketiga lapisan tersebut bertindak sebagai satu kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain. Sebagai contoh, perlindungan imonologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh keratinosit dan sel penyaji antigen di epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang beredar disekitar pembuluh darah dermis

I. EPIDERMIS

Page 2: Anatomi Dan Faal Kulit

Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia . tebalnya bervariasi antara 0,4 – 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Terselip diantara keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-kadang juga sel merkel dan limfosit.

Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah disebut stratum basalis, diatasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan stratum granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini di kenal sebagai stratum korneum yang tersusun oleh keratinosit yang telah mati ( korneosit)

Susunan epidermis yang berlapis-lapis ini menggambarkan proses diferensiasi (keratinisasi ) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyediakan sawar kulit pelindung tubuh dari ancaman di permukaan.

a. Stratum basalis

Keratinosit stratum basalis berbentuk toraks, berjajar di atas lapisan struktural yang disebut basal membran zone (BMZ). Keratinosit basal berdiri kokoh di atas BMZ karena protein struktural yang memaku membran sitoplasma keratinosit pada BMZ yang disebut hemidesmosom.

Terdapat berbagai jenis hemidesmosom, yang penting diantaranya adalag BPAg dan integrin. Gangguan pada struktur hemidesmososm akan menyebabkan kulit tidak dapat menahan trauma mekanik. Pada penyakit pemfigoid bulosa misalnya, reaksi autoimun yang menghancurkan BPAg akan menyebabkan timbulnya celah subepidermal yang terletak antara keratinosit basal dan BMZ.

Erdapat tiga subpopulasi keratinosit di stratum basalis, yaitu:

1. Sel punca (stem cells)2. Transient amplifing cells (TAC)3. Sel pascamitosis (postmitotic cells)

Sel punca lambat membela diri, biasanya aktif saat terjadi kerusakan luas epidermis yang membutuhkan regenerasi cepat. TAC, sesuai dengan namanya, aktif bermitosis dan merupakan subpopulasi terbesar stratum basalis. Sel –sel ini tidak lama tinggal di stratum basalis;setelah beberapa kali membelah diri ( pascamitosis ) dan berkomitmen untuk berdiferensiasi, mereka pindah ke atas lapisan stratum basalis ( suprabasal).

Keratinosit memiliki struktur intrasitoplasma yang disebut keratine intermediate filament (KIF). Terdapat berbagai macam jenis keratine dengan keasaman dan berat molekul yang berbeda. Dua macam keratine akan berpasangan dan terpilih dalam ikatan α-heliks, yang kokoh dan berfungsi sebagai sitoskeleton ( cytoskeleton). DNA keratinosit basal menyandi protein keratine 5 dan 14, sedangkan keratinosit di stratum spinosom menyandi protein K1/K10.

Sitoskeleton memberi kekuatan pada keratinosit untuk menahan gaya mekanik pada kulit. Pada genodermatosis ( kelainan kulit akibat gangguan genetik ) tertentu, misalnya epidermolisis bulosa simpleks (EBS), terjadi mutasi DNA sedimikian rupa sehingga KIF tidak terbentuk atau tidak dapat membentuk ikatan α-helik yang sempurna. Akibatnya, kulit bayi yang menyandang EBS sangat rentan dengan gesekan sehingga mudah terjadi lepuh saat bayi belajar bergerak. Kelak, saat

Page 3: Anatomi Dan Faal Kulit

keratinosit mati dan mencapai stratum korneum, KIF akan mengalami penataan ulang guna membentuk sawar kulit.

Sitoplasma keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang tersimpan dalam melanososm. Melanosit mensintesis melanin dan mendistribusikannya pada sekitar 36 keratinosit di stratum basalis. Melanin yang tersebar dalam keratinosit memberikan warna secara keseluruhan pada kulit seseorang. Melanin dapat menyerap sinar ultraviolet yang berbahaya bagi DNA. Tidak mengherankan warna kulit manusia meninjukkan variasi geografis; populasi asli dengan kondisi alam dengan intensitas sinar ultraviolet tinggi memiliki warna kulit yang lebih gelap. Keganasan kulit terkait sinar matahari lebih banyak dijumpai pada orang Kaukasia yang tinggal di Australia. Selain merusak DNA sinar ultraviolet juga mampu mepercepat penuaan dan timbulnya kerutan. Sedikit ironis, kini banyak orang berlomba-lomba menghilangkan pigmen alami mereka demi obsesi akan kecantikan.

Sel merkel berfungsi sebagai reseptor mekanik (mechanoreceptors), terutama berlokasi pada kulit dengan sensitivitas raba yang tinggi, termasuk kulit yang berambut maupun glabrosa ( bibir dan jari ).

b. Stratum spinosom

Keratinosit stratum spinosom memilikibentuk poligonal, berukuran lebih besar daripada keratinosit stratum basale. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat struktur mirip taji (spina) pada permukaan keratinosit yang sebenarnya merupakan penyambung antar keratinosit yang disebut desmosom. Desmosom terdiri dari berbagai protein struktural, misalnya desmoglein dan desmokolin. Struktur ini memberikan kekuatan pada epidermis untuk menahan trauma fisis di permukaan kulit. Pada beberapa penyakit autoimun , misalnya Pemfigus, terjadi gangguan terhadap pembentukan desmoglein sehingga keratinosit tidak lagi terhubung satu dengan yang lain ( akantolisis). Pada epidermis berbentuk celah yang berisi keratinosit yang terlepas dari kesatuan, yang disebut sel akantolitik. Celah tersebut secara klinis akan tampak sebagai vesikel atau bula. Ekspresi KIF pada lapisan ini berubah menjadi Keratin 1 /K10; pada keadaan hiperproliferasi, misalnya psoriasis, ekspresinya berubah menjadi K6/K16.

Keratinosit stratum spinosom mulai membentuk struktur khusus yang disebut lamellar granules (LG) yang dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron. Struktur ini terdiri dari barbagai protein dan lipid, misalnya glikoprotein, glikolipid, fosfolipid, dan yang terpenting gukoseramid yang merupakan cikal bakal seramid, yang kelak akan berperan dalam pembentukan sawar lipid pada stratum korneum. Sawar lipid akan bersinergi dengan sawar struktural yang terbentuk oleh KIF pada lapisan stratum korneum.

Pada stratum spinosom dan granulosum terdapat sel Langerhans (SL), sel dendiritik yang merupakan sel penyaji antigen. Antigen yang menerobos sawar kulit akan difagosit dan diproses oleh SL, untuk kemudian dibawa dan disajikan kepada limfosit untuk dikenali. Dengan demikian, SL berperan penting dalam pertahanan imonologik manusia. Keratinosit sendiri hingga derajat tertentu juga mampu membangkitkan respons imonologik dengan cara melepaskan sitokin proinflamasi, jika terjadi jejas yang mengancam.

Page 4: Anatomi Dan Faal Kulit

c. Stratum granulosum

Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline granules (KG) yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa. KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dalam pembentukan cornified cell envelope (CCE). Secara sederhana, keratinosit distratum granulosum memulai program kematiannya sendiri (apoptosis), sehingga kehilangan inti dan organel sel penunjang hidupnya. Profilagrin akan dipecah menjadi filagrin yang akan bergabung dengan KIF menjadi makrofilamen. Beberapa molekul filagen kelak akan dipecah menjadi molekul asam urokanat yang memberikan kelembaban stratum korneum dan menyaring sinar ultraviolet. Loricrin akan bergabung dengan protein-protein struktural dermosom, dan berikatan dengan membran plasma keratinosit. Proses –proses tersebut menghasilkan CCE yang akan menjadi bagian dari sawar kulit di stratum korneum.

Waktu yang diperlukan bagi keratinosit basal untuk mencapai stratum korneum kira-kira 14 hari, dan dapat lebih singkat pada keadaan hiperproliferasi misalnya psoriasis dan dermatitis kronik.

d. Stratum korneum

CCE yang mulai dibentuk pada stratum korneum akan mengalami penataan bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG. Susunan kedua komponen sawar kulit tersebut sering dikiaskan sebagai brick and mortar, CCE menjadi batu bata yang diliputi oleh lipid sebagai semen di sekitarnya. Matrik lipid ektraselular ampuh menahan kehilangan air dan juga mengatur permeabilitas , deskuamasi, akitivitas peptida antimikroba, eksklusi toksin dan penyerapan kimia secaraselektif. Korneosit lebih berperan dalam memberi penguatan terhadapa trauma mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan serta perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu yang diperlukan bagi korneosit untuk melepaskan diri (shedding) dari epidermis kira-kira 14 hari.

II. DERMIS

Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan imonologik, dan ekskresi. Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa, groud substance , dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.

Serabut kolagen (collagen bundles ) membentuk sebagian besar dermis, bersama-sam serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya. Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground substance yang terbentuk dari proteoglikans ( PG) dan glikosaminoglikans ( GAG ). PG dan GAG dapat menyerap dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan growth faktors dalam jumlah besar.

Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis. Fibroblas adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imonologik pada kulit yang mampu bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan tumorisidal.

Page 5: Anatomi Dan Faal Kulit

III. Subkutis

Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposis lemak menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus satu sama lain dipisahkan oleh spta.

ADNEKSA KULIT

Yang tergolong adneksa kulit adalah ekrin dan apokrin, serta kuku. Folikel rambut sering di sebut sebagai unit polisebase karena terdiri atas bagian rambut dan kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang disebut ismus. Rambut yang tebal dan berpigmen disebut rambut terminal, misalnya rambut kulit kepala dan janggut. Rambut yang halus, panjangnya kurang dari 1 cm dan tidak berpigmen disebut velus, terdapat pada sebagian besar permukaan kuliat kecuali kulit glabrosa. Unit pilosebasea pada aksila dan inguinal mengandung kelenjar apokrin, dan pada dada, punggung atas dan wajah memiliki kelenjar sebasea yang besar. Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagen ( pertumbuhan ), katagen (involusi ) dan telogen (istirahat). Panjang masing –masing fase berbeda pada lokasi kulit yang berbeda. Pada kulit kepala, fase anagen berlangsung kira-kira selam 3 tahun, fase katagen 3 minggu dan fase telogen 3 bulan. Pada suatu waktu pada kulit kepala 85% rambut berada pada fase anagen, sekitar 10% berada pada fase telogen dan sisanya pada tahap katagen maka, pada keadaan normal dapat ditemukan rambut yang rontok.

Kelnjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis daisebut akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dermis dalam, dekat perbatasan dengan subkutis. Kelenjar ini tersebar di seluruh permukaan kulit kecuali di daerah ujung penis, klitoris, dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi tubuh berbeda-beda.

Fungsi utama kelenjar eksrin adalah

1. Mengatur penglepasan panas2. Ekskresi air dan elektrolit 3. Mempertahankan keasaman pemukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi kuman patogen

Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; sekret yang dihasilkannya akan diuraikan oleh kuman sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada manusia tidak jelas tetapi mungkin sekret kelenjar ini mengandung semacam feromon.