anatomi bunga buah biji
DESCRIPTION
anatomi bunga buah bijiTRANSCRIPT
ANATOMI BUAH
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan
dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan
bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji
tumbuhan.
Perkembangan Buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah
berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji
itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni
berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala
putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang berisi
sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi
persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam
bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini
melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan kariogami,
yakni persatuan inti sel keduanya.
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji
tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging
(pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada
buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal), benangsari
(stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi.
Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah
berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji
yang terbuahi.
Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah yang terdiri dari 2 lapis
meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang yang tiga lapis meliputi eksokarpium,
mesokarpium, dan endokarpium. Endokarpium berbatasan dengan kulit biji. Eksokarpium
umumnya satu lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium
dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang terdiri dari sel batu.
Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya mesokarpium.
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak,
mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk
buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu disebut
buah semu.
Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu, dapat
dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:
Buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah, yang berisi satu
biji atau lebih.
Buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-
masing bakal buah tumbuh menjadi buah tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan
buah yang nampak seperti satu buah. Contohnya adalah sirsak (Annona).
· Buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk. Dengan demikian buah ini berasal
dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah
saja. Contohnya adalah nanas (Ananas), bunga matahari (Helianthus).
Buah ada yang berdaging dan ada yang kering. Buah berdaging jika memiliki dinding
buah tebal dan mengandung air, buah demikian disebut dengan buah buni. Buah kering ada
yang kulit buahnya terpisah dengan kulit bijinya atau bersatu dengan kulit bijinya. Buah yang
kulit bijinya bersatu dengan kulit buahnya dinamakan akenium.
Pemencaran Biji
Variasi dalam bentuk dan struktur buah terkait dengan upaya-upaya pemencaran biji.
Pemencaran ini bisa terjadi dengan bantuan hewan, angin, aliran air, atau proses pecahnya
buah yang sedemikian rupa sehingga melontarkan biji-bijinya sampai jauh.
· Pemencaran oleh binatang (zookori)
Pemencaran oleh binatang biasa terjadi pada buah-buah yang memiliki bagian-bagian
yang banyak mengandung gula atau bahan makanan lainnya. Musang, misalnya, menyukai
buah-buah yang manis atau mengandung tepung dan minyak yang menghasilkan energi.
Aneka macam buah, termasuk pepaya, kopi dan aren, dimakannya namun biji-bijinya tidak
tercerna dalam perutnya. Biji-biji itu, setelah terbawa ke mana-mana dalam tubuh musang,
akhirnya dikeluarkan bersama tinja, di tempat yang bisa jadi cukup jauh dari pohon asalnya.
Demikian pula yang terjadi pada beberapa macam biji-biji rumput dan semak yang dimakan
oleh ruminansia. Pemencaran seperti itu disebut endozoik.
Dari golongan burung, telah diketahui sejak lama bahwa burung cabe (Dicaeidae)
memiliki keterkaitan yang erat dengan penyebaran beberapa jenis pasilan atau benalu
(Loranthaceae); yang buah-buahnya menjadi makanan burung tersebut dan bijinya yang amat
lengket terbawa pindah ke pohon-pohon lain.
Cara lain adalah apa yang disebut epizoik, yakni pemencaran dengan cara menempel
di bagian luar tubuh binatang. Buah atau biji yang epizoik biasanya memiliki kait atau duri, agar
mudah melekat dan terbawa pada rambut, kulit atau bagian badan binatang lainnya.
Misalnya pada buah-buah rumput jarum (Andropogon), sangketan (Achyranthes),
pulutan (Urena) dan lain-lain.
· Pemencaran oleh angin (anemokori)
Di kawasan hutan hujan tropika, pemencaran oleh angin merupakan cara yang efektif
untuk menyebarkan buah dan biji, nomor dua setelah pemencaran oleh binatang. Tidak
mengherankan jikaDipterocarpaceae, kebanyakan memiliki bentuk buah samara, menjadi salah
satu suku pohon yang mendominasi tegakan hutan di Kalimantan dan Sumatra. Tumbuhan lain
yang memanfaatkan angin, yang juga melimpah keberadaannya di hutan hujan ini, adalah jenis-
jenis anggrek (Orchidaceae). Buah anggrek merupakan buah kotak yang memecah dengan
celah-celah, untuk melepaskan biji-bijinya yang halus dan mudah diterbangkan angin.
Alih-alih buahnya, pada jenis-jenis tumbuhan tertentu adalah bijinya yang memiliki
sayap atau alat melayang yang lain.
Biji-biji bersayap ini misalnya adalah biji bayur (Pterospermum),
mahoni(Swietenia) ,atau tusam (Pinus), Biji kapas (Gossypium) dan kapok (Ceiba) memiliki
serat-serat yang membantunya melayang bersama angin.
· Pemencaran oleh air (hidrokori)
Buah-buah yang dipencarkan oleh air pada umumnya memiliki jaringan pengapung
(seperti gabus) yang terisi udara atau jaringan yang tak basah oleh air. Misalnya
adalah jaringan sabut pada buah kelapa (Cocos), ketapang (Terminalia) atau putat
(Barringtonia).
Buah bakau (Rhizophora) telah berkecambah semasa masih melekat di batangnya
(vivipar). Akar lembaga dan hipokotilnya tumbuh memanjang keluar dari buah dan
menggantung di ujung ranting, hingga pada saatnya kecambah terlepas dan jatuh ke lumpur
atau air di bawahnya. Kecambah yang jatuh ke lumpur mungkin langsung menancap dan
seterusnya tumbuh di situ; namun yang jatuh ke air akan terapung dan bisa jadi terbawa arus
air sungai atau laut hingga ke tempat yang baru, di mana kecambah itu tersangkut dan tumbuh
menjadi pohon.
· Pemencaran sendiri
Beberapa banyak macam buah, melemparkan sendiri biji-bijinya melalui berbagai
mekanisme pecahnya dinding buah, yang sebagian besar berdasarkan pada peristiwa
higroskopi atau turgesensi.
Buah-buah kering yang memecah sendiri (dehiscens), di saat masak kehilangan kadar
airnya, hingga pada lengas tertentu bagian-bagian yang terkait melenting secara tiba-tiba,
memecah kampuh, dan melontarkan biji-biji di dalamnya ke kejauhan. Contohnya adalah
buah para (Hevea), yang sering terdengar ‘meletus’ di kala hari panas. Demikian pula berbagai
macam polong-polongan (Fabaceae), yang dapat melontarkan biji hingga beberapa
puluhmeter jauhnya. Buah pacar air (Impatiens), karena sifat lentingnya, bahkan sering
digunakan anak-anak untuk bermain.
ANATOMI BIJI
Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Mempunyai biji
merupakan salah satu ciri tumbuhan spermatophyta. Bagi tumbuhan spermatophyta biji ini
merupakan alat perkembangbiakan yang utama. Karena biji mengandung calon tumbuhan baru atau
lembaga. Biji berkembang dari bakal biji. Dengan dihasilkannya biji tumbuhan dapat
mempertahankan jenisnya. Biji yang terlihat sempurna tentunya mempunyai bagian – bagian
tertentu. Namun dalam biji dikotil dan monokotil jumlah dan bagian – bagian tersebut tidak selalu
sama.
Dalam proses perkembangbiakan biasanya biji mengalami proses yang dinamakan
perkecambahan. Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
1.Pengertian Biji
Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon
individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang
diikuti oleh pembuahan.
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah
masak. Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi
sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
2.Bagian – Bagian Biji
a.Kulit Biji (Testa)
Kulit biji terletak paling luar. Testa berasal dari intergumen ovule yang mengalami modifikasi
selama pembentukan biji berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan dalam
pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada kebanyakan biji sebagian besar dari jaringan intergumen itu
dihancurkan dan diserap oleh jaringan berkembang lain pada biji itu. Pada kulit biji beberapa
tumbuhan dapat dijumpai suatu lapisan sel memanjang secara radial, yang menyerupai palisade
tetapi tanpa ruang – ruang interseluler yang dinamakan sel malpighi. Lapisan itu terdiri atas
selulosa, lignin dan juga kitin. Lapisan testa terdiri dari :
Sarkotesta : Lapisan terluar
Sklerotesta : Lapisan bagian tengah, tebal dan keras
Endotesta : Lapisan terdalam, selaput tipis & berdaging
Ada bagian – bagian yang sering menyertai permukaan biji, yang pada masing – masing biji
mempunyai bagian yang berbeda. Bagian – bagian itu adalah:
· Sayap (Ala)
Merupakan pelebaran dari kulit luar sehingga membentuk sayap.
· Bulu (Coma)
Merupakan penonjolan sel – sel kulit luar biji yang berupa rambut – rambut halus.
· Salut Biji (Arillus)
Merupakan pertumbuhan dari tali pusar.
· Salut Biji Semu (Arillodium)
Merupakan pertumbuhan di sekitar liang bakal biji (Microphyle).
· Pusar Biji (Hilus)
Merupakan berkas perlekatan dengan tali pusar.
· Liang Biji (Microphyle)
Liang kecil berkas masuknya buluh serbuk sari kedalam bakal biji pada peristiwa
pembuahan. Tepi liang ini sering tumbuh menjadi badan berwarna keputih – putihan dan
lunak yang disebut karankula.
· Berkas – Berkas Pembuluh Pengangkutan (Chalaza)
Merupakan tempat pertemuan antara intergumen dengan nukleus.
· Tulang Biji (Raphe)
Terusan tali pusar pada biji. Biasanya terdapat pada biji yang berasal dari bakal biji.
Pada biji – biji tertentu ada lapisan luar yang menjadi berlendir apabila terkena air. Lendir
merupakan bagian berpektin pada lapisan dinding selnya yang akan mengembung bila terkena air
dan akan memperlihatkan tekstur bergaris – garis. Lamela tengah tidak cukup elastik untuk
menampung pembengkakan sehingga menjadi robek dan lapisan dinding luar yang berkutin tertutup
kutikula, terangkat dan pecah – pecah. Dibawah epidermis terdapat 1 atau 2 lapisan sel. Dibawah
lapisan sel – sel tersebut ada lapisan sel – sel sklerenkim memanjang yang bernoktah. Sklerenkim
ini letaknya sejajar tegak lurus terhadap sel – sel parenkim. Sel parenkim ini mengandung banyak
pati yang diserap oleh jaringan lain selama perkembangan biji itu.
b.Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan kandungan yang ada dalam biji, baik dalam jumlah sedikit
maupun banyak. Biji yang sedikit atau bahkan tidak ada Cadangan makanan disebut biji
eskalbumin. Cadangan makanan berfungsi sebagai jaringan penyimpan.
Cadangan makanan memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan
dalam perkembangannya. Cadangan makanan bersel kecil berwarna putih agak kelabu, berdinding
tipis, mengandung butir aleuron dan tetes minyak serta bahan cadangan tersimpan di dalam selnya.
Perkembangan cadangan makanan umunya dimulai sebelum perkembangan embrio. Cadangan
makanan berkembang dari pembelahan mitosis inti endosperm yang dihasilkan dari peleburan salah
satu gamet jantan dengan 2 inti kutub atau dengan inti sekunder.
Cadangan makanan tersebut kaya akan zat – zat makanan, yang disediakan bagi embrio
yang sedang berkembang. Pada sebagian besar monokotil, cadangan makanan memupuk zat – zat
makanan yang digunakan oleh biji setelah perkecambahan yang biasa disebut dengan endosperm.
Pada banyak dikotil, cadangan makanan diangkut ke Cotyledon (keping biji) sebelum biji itu
menyelesaikan perkembangannya dan sebagai akibatnya biji dewasa ini tidak mengandung
endosperma.
Jaringan cadangan makanan pada biji yang bertumbuh dapat terjadi dari sel – sel berdinding tipis
dengan vakuola besar – besar yang mengandung substansi cadangan.
Cadangan makanan mempunyai 2 tipe dinding sel, yaitu :
Dinding tipis : cadangan makanannya disimpan didalam selnya
Dinding tebal : cadangan makanannya disimpan didindingnya
c.Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet jantan dan betina
pada suatu proses tumbuhan. Embrio merupakan sporofit muda, pada beberapa tumbuhan
embrionya mempunyai kloroplas dan berwarna hijau. Embrio dikelilingi oleh kotiledon dan
endosperma yang merupakan persediaan makanan. Calon tumbuhan baru yang akan tumbuh
menjadi tumbuhan baru terdiri dari :
· Radikula (akar lembaga atau calon akar)
Dikotil : berkembang menjadi akar tunggang
Monokotil : berkembang menjadi akar serabut
· Cotyledon (daun lembaga)
Merupakan daun kecil yang terletak di bawah daun pertama kecambah
· Cauliculus (batang lembaga)
Ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum)
Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum)
3.Struktur Anatomi Biji
Keterangan struktur anatomi biji, yaitu :
a.Kulit biji : terletak di bagian luar biji dan melapisi seluruh bagian biji.
b.Hipokotil : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
c.Radikula : bagian terminal (ujung).
d.Epikotil : bagian atas pangkal.
e.Plumula : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
f.Kotiledon : bagian cadangan makanan
4.Perkecambahan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji
akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Perkecambahan biji bergantung
pada imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh biji. Air yang berimbibisi menyebabkan biji
mengembang, memecahkan kulit biji, dan memicu perubahan metabolic pada embrio yang
menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhannya. Munculnya plantula (tumbuhan kecil) dari
dalam biji merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Fase perkecambahan diikuti pertumbuhan 3 jaringan meristem primer, yaitu :
a.Protodrem : lapisan terluar yang akan membentuk jaringan epidermis
b.Meristem dasar akan berkembang menjadi jaringan dasar yang mengisi lapisan korteks pada akar
diantara stele dan epidermis
c.Prokambium : lapisan dalam yang akan berkembang menjadi silinder pusat, yaitu floem dan xylem
Tahapan dan perkembangan
a.Pembelahan : sel (cleavage) : Jumlah bertambah banyak
b.Spesialisasi : sel-sel yang sejenis berkelompok
c.Diferensiasi sel : Sel-sel mengalami perbedaan bentuk dan fungsi
d.Organogenesis sel : proses pembentukkan organ-organ tumbuhan
e.Morfogenesis sel : Organ satu dengan yang yang lain memiliki kekhususan dalam bentuk dan
fungsi
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.Perkecambahan Epigeal
Merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat keatas tanah. Ruas batang di
bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan
demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai
daun pertamanya. Sedang kotiledon akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah
habis oleh embrio yang berkecambah. Contohnya pada perkecambahan kacang hijau dan kacang
tanah.
b.Perkecambahan Hypogeal
Merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya
epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan
tanah, sedangkan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Contohnya pada perkecambahan kacang
kapri dan jagung.
Urutan proses perkecambahan:
a.Masuknya air kedalam biji atau imbibisi
b.Aktifnya enzim-enzim untuk proses metabolisme, membongkar cadangan makanan dalam
kotiledon / endosperm
c.Hasil pembongkaran berupa sumber energi sebagai bahan penyusun komponen sel, dan
pertumbuhan embrio.
d.Embrio tumbuh dan berkembang
Bagian – bagian perkecambahan :
a.Radikula
Adalah bakal calon akar yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya untuk menyokong
dan menyuplai bahan – bahan makanan untuk di proses pada bagian tanaman lainnya.
b.Kotiledon
Adalah daun kecil yang terletak di bawah daun pertama kecambah. Fungsinya untuk menyimpan
cadangan makanan dan asimilasi.
c.Cauliculus
Adalah bakal calon batang yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya sebagai bagian
tanaman yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang.
Hipokotil : Batang yang terletak di bagian bawah kotiledon
Epikotil : Batang yang terletak di bagian atas kotiledon
d.Testa
Adalah bagian yang melindungi bagian dalam biji.
ANATOMI BUNGA
Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan Angiospermae. Berbagai
pendapat mengemukakan bahwa organ-organ bunga berasal langsung dari daun lebar. Akan tetapi
dalam pengertian umum yang diterima pada saat ini bahwa daun dan batang merupakan unit
tunggal yang diistilahkan sebagai pucuk dan dapat kita lihat perkembangan dari bunga yang paralel
dengan perkembangan vegetative bukanlah berasal dari keduanya.
Struktur dan Bagian Bunga
1. Struktur Bunga
Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertil yang melekat pada
sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum. Bagian sumbu merupakan ruas batang yang di akhiri
dengan tangkai bunga atau pedisel. Bagian steril dari bunga terdiri atas sejumlah helai daun kelopak
atau sepala dan sejumlah helai daun mahkota atau petala. Keseluruhan sepala dalam bunga
disebut kaliks, dan keseluruhan petala disebut korola. Kaliks dan korola bersama-sama disebut
perhiasan bunga atau periantium. Jika periantium tidak terbagi menjadi kaliks dan korola, maka
setiap helainya disebut tepala.
Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan daun buah atau
karpela (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut androesium dan keseluruhan karpela disebut
ginoesium.
2. Bagian Bunga
a. Bagian Steril
Terdiri dari sepala dan petala. Stuktur sepala dan petala seperti struktur daun. Apabila
bagian dalamnya berwarna atau ber hijau, sepala mirip helaian daun, sedangkan apabila berwarna
selain hijau, jelas berbeda dengan petala. Dinding antiklin pada kebanyakan bunga terlipat atau
berombak. Dinding luar sel epidermis biasanya mempunyai papilla yang membuat petala tampak
mengkilap. Banyak papilla terdapat pada epidermis abaksial dan tidak berkembang pada dasar
petala. Stomata,apabila ada, jarang dan tidak berfungsi. Trikoma sering kali ada pada sepala dan
petala. Seringkali ruang antar sel di tutupi oleh kutikula. Ketebalan kutikula beragam pada tumbuhan
yang berbeda.
Bermacam pigmen ditemukan dalam sel epidermis sepala dan petala. Petala, pada
umumnya mempunyai struktur dalam yang mirip dengan helaian daun, yaitu tulang daun dan
mesofilnya berkembang lebih baik, memiliki jaringan palisade, epidermis tidak mempunyai papilla,
dan memiliki banyak stomata. Sepala dan petala dapat berlekatan membentuk suatu tutup atau
operculum yang dapat terbuka sekelilingnya. Sepala dan petala dapat membentuk dua operkulum
yang tepisah, atau mungkin berlekatan, dan membentuk operkulum biasa.
b. Bagian Reproduktif
1. Stamen (Benang sari)
Stamen atau benang sari terdiri atas filamen atau tangkai sari dan anthera (kotak sari) di
bagian distalnya. Anthera terdiri atas dua ruangan (lobus) yang menempel dan bersambungan
dengan lanjutan filamen. Setiap lobus berisi serbuk sari. Epidermis filamen mempunyai kutikula dan
pada spesies tertentu mempunyai trikoma. Filamen terdiri atas parenkim dengan vakuola yang
berkembang baik dan ruang antarsel kecil. Sering kali dalam cairan sel terdapat pigmen. Ukuran
dan bentuk luar stamen Angiospermae sangat besar. Anther umumnya berisi 4 kantong sari
(mikrosporangia) yang berpasangan dalam 2 lobus. Di antara kedua lobus terdapat jaringan steril,
yaitu konektivum. Pada tiap daerah terdapat sederetan pemula hipodermis yang membelah periklin
membentuk dua lapisan:
Lapisan dalam pemula ini merupakan sel sporogen primer yang membelah mitosis
membentuk sel induk serbuk sari atau mikrosporofit. Setiap sel induk serbuk sari membelah meiosis
membentuk tetrad butir serbuk sari, yaitu 4 mikrospora haploid. Lapisan luar pemula merupakan sel
parietal primer, yang dinding kantong serbuk sari dan bagian besar tapetum berkembang sebagai
hasil pembelahan sel antiklin dan periklin. Tapetum membantu dalam penyaluran makanan saat
perkembangan sel induk serbuk sari dan butir serbuk sari.
Tapetum dibedakan menjadi dua tipe: Tapetum kelenjar atau tapetum sekretori: apabila sel
masih tetap dalam posisi aslinya, kemudian hancur, isinya diserap oleh sel induk serbuk dan butir
serbuk yang berkembang. Tapetum ameboid: apabila protoplas dan sel tapetum mengadakan
pemantakan di antara sel induk serbuk dan butir serbuk yang berkembang, mereka saling
berlekatan membentuk tapetum peri plasmodium.Lapisan paling luar dari sel parietal disebut
endotesium. Pembukaan kantong sari dilakukan oleh lapisan ini.
Mekanisme pembukaan kantong sari:
Diawali pada saat atau selama antera endotesium kehilangan air. Oleh karena isi air sel
menurun/berkurang, dinding sel mati karena respirasi terhenti. Karena semua sel endotesium
kehilangan air pada waktu yang hampir sama dan semua dinding luar melipat dan mengerut,
endotesium mengecil sehingga antera terbuka.
2. Karpela (bakal buah)
Menurut teori telome, tumbuhan yang paling primitif seluruhnya dibangun dari sistem telome.
Telome adalah bagian palinh akhir dari sumbu yang bercabang-cabang dikotomi yang menyangga
sporangium (disebut telome fertil) atau tidak menyangga sporangium (disebut telome steril).
Menurut Wilson (1942), karpela seperti stamen, berkembang dari telome fertil, yaitu telome yang
membawa sporangium berlekatan membentuk organ seperti daun yang membawa ovulum pada
bagian tepinya.
Ada beberapa teori tentang asal usul karpela:
· Teori gonofil oleh Melville (1961) mengatakan bahwa ovarium terdiri atas daun steril dan cabang
pembawa ovulum yang biasanya epifil daun. Setiap daun bersama dengan cabang fertile dianggap
sebagai suatu unit yang disebut gonofil sebagai pengganti karpela.
· Teori/konsep sui generis, yaitu stamen dan karpela tidak homolog dengan daun. Menurut Meeuse
(1966), bunga Angiospermae dapat ditafsirkan berdasarkan konsep umum yang diasumsikan bahwa
ovulum lahir pada sumbu atau homolognya dan tidak pada homolog daun.
Evolusi dari ginoesium Angiospermae juga melibatkan perlekatan antara dua atau lebuih
karpela bunga tunggal. Perlekatan ini terjadi dengan berbagai cara. Bagian tepi dari kapela
berlekatan pada reseptakulum atau berlekatan satu dengan yang lain sepanjang bgian ventral atau
lateralnya. Kasus terakhir, karpela tetap terbuka membentuk unilokula. Perlekatan bagian tepi dan
karpela terjadi di tengah ovarium, dan dibentuk sejumlah lokula dan karpela yang sama banyaknya.
Carr (1961), membedakan tiga tipe ginoesium, yaitu:
· Apokarpi: setiap karpela mempunyai stilus tunggal Pseudo-sinkarpi: ginoesiumnya merupakan
karpela yang berlekatan membentuk struktur tunggal, tetapi jalur buluh serbuk sari secara fungsional
seperti apokarpi.
· Eu-sinkarpi: buluh serbuk dari semua bagian stigma dapat mencapai ovulum dari semua
karpela,bahkan dalam ovarium multilokula.
Histology Karpela
Dinding ovarium terdiri atas jaringan parenkim dan pembuluh yang ditutupi oleh epidermis
yang ada kutikulanya. Stigma dan stilus mempunyai struktur khusus dan sifat fisiologi yang dapat
membuat butir serbuk sari berkecambah pada stigma dan buluh serbuk sari mengadakan
pemantakan ke ovulum. Protoderm stigma menjadi epidermis berkelenjar dengan sel kaya
protoplasma. Epidermis biasanya mempunyai papilla dan dilapisi kutikula. Pada kebanyakan
tumbuhan, sel epidermis stigma berkembang menjadi rambut pendek yang banyak atau
berkembang memanjang membentuk serabut yang bercabang, misalnya pada Gramineae atau
tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh angin. Antara jaringan stigma dan ovarium terdapat
jaringan khusus, tempat pemantakan butir serbuk sari yang berkecambah. Jaringan ini member
makanan pada buluh serbuk sari untuk tumbuh selama melalui stilus ke ovarium. Jaringan ini oleh
Arber (1937) disebut jaringan trasnmiting (pemindah).
Sebagian besar Angiospermae mempunyai stilus padat dan jaringan pemindah merupakan
untaian sel memanjang yang kaya sitoplasma. Sel ini menunjukkan dinding samping yang tebal dan
dinding mendatar yang relatif tipis. Dinding samping tebal terdiri atas beberapa lapisan sebagai
berikut:
Lapisan paling dalam tersusun atas senyawa pectin dan hemiselulosa. Di sebelah luarnya
terdapat lapisan yang tampak lebih gelap, lebih tipis, dan kaya hemiselulosa. Di sebelah luarnya
terdapat dinding tebal dengan tekstur yang longgar, menunjukkan cincin terpusat dari bahan
serabut, relatif miskin hemiselulosa tetapi kaya pectin, serta berisi selulosa dan polisakarida
nonselulosa.
Lamela tengah tebal, terutama terdiri atas senyawa pectin. Lamella tengah dan lapisan dinding
paling luar berisi protein. Pada dinding terluar terdapat massa gelembung kecil. Buluh serbuk sari
tumbuh melalui lapisan dinding paling luar.
Megasporogenesis
Ada sel tumbuhan yang mempunyai beberapa sel induk megaspore di dalam ovulum
tunggal, tetapi biasanya hanya sebuah sel induk yang berkembang dalam tiap nukleus. Sel ini dapat
dibedakan dari sel tetangganya karena ukuran sel, ukuran inti, dan kepadatan sitoplasmanya. Sel
hypodermis pertama kali membelah menjadi sel parietal, bagian luar bisanya lebih kecil, dan sebuah
sel di dalam yang lebih besar merupakan sel sporogen primer. Selanjutnya, sel tersebut
berkembang menjadi sel induk megaspora, dan sel parietal membelah membentuk sejumlah sel
sehingga sel induk megaspora ditekan ke dalam.
Gametofit jantan
Gametofit jantan masak terdiri atas tiga sel yang dihasilkan dari dua kali pembelahan mitosis
yang terjadi di dalam butir serbuk sari. Pada pembelahan mitosis pertama, nuselus butir serbuk sari
(mikrospora) muda mengambil tempat di dekat dinding. Pembelahan pertama menghasilkan dua sel,
yaitu sel vegetatif dan sel generatif. Sel generatif muda mempunyai sebuah kalosa atau dinding
selulosa. Selanjutnya, sel generatif terpisah dari dinding butir serbuk sari dan kehilangan dinding
kalosanya, dikelilingi oleh sitoplasma sel vegetatif, kemudian menjadi oval atau berbentuk lensa.
Pada tahap ini, butir serbuk sari gugur dari anteradan sel generative membelah sekali untuk
membentuk dua gamet jantan sebelum pembukaan antera. Lamella bagian dalam dinding buluh
serbuk sari terdiri atas kalosa dan selulosa. Protoplas hanya terdapat pada bagian distal pembuluh
dan terpisah dari bagian proksimal oleh pembentukan sumbat kalosa yang dibentuk dari waktu ke
waktu oleh protoplas.
Gametofit betina
Megaspora yang hidup akan membesar dan mengalami tiga kali pembelahan mitosis berurutan,
sehingga kantong embrio berisi gametofit betina dengan 8 inti membesar.
Pembuahan ganda
Pada angiospermae terjadi pembuahan ganda, yaitu terjadi dua macam peleburan: peleburan gamet
jantan dengan sel telur yang menghasilkan zigot yang akan tumbuh mennjadi embrio dan peleburan
gamet jantan yang lain dengan inti kandung lembaga sekunder menghasilkan endosperm.
Perkembangan Anatomi Bunga
1. Pembentukan Endosperm dan Embrio
Endosperm adalah cadangan makanan untuk embrio. Embrio adalah calon tumbuhan muda.
Proses pembentukan endosperm dan embrio meliputi proses fertilisasi atau pembuahan yang dapat
terjadi setelah proses polinasi atau penyerbukan. Polinasi adalah peristiwa menempelnya butir
serbuk sari di atas kepala putik. Polinasi tidak selalu di ikuti dengan proses fertilisasi.
Fertilisasi dapat terjadi jika: (a) butir serbuk sari dan kepala putik berasal dari jenis yang sama, dan
(b) butir serbuk sari dan kepala putik sama-sama dalam keadaan masak, siap untuk fertisasi.
2. Pembuahan
Butir serbuk sari berkecambah menghasilkan buluh serbuk sari pada stigma. Di dalam buluh
serbuk terdapat dua gamet jantan yang menembus stilus dan mencapai ovulum. Pada kebanyakan
tumbuhan, buluh serbuk sari memantak ke dalam ovulum melalui mikropil. Pada beberapa
tumbuhan buluh serbuk sari memantak melalui khalaza, dan disebut khalazogami. Sifat ini terjadi
pada Casurina dan spesies dari Pistacia. Setelah masuk ke dalam ovulum , butir serbuk sari
memantak ke dalam kantong embrio melalui sinergid.
Dengan adanya pemantakan buluh serbuk sari, biasanya satu dari sinergid rusak.
Selanjutnya ujung buluh serbuk sari robek dan dua gamet jantan bersama dengan sel vegetatif
masuk ke dalam sitoplasma kantong embrio. Satu dari gamet jantan melebur dengan sel telur.
Gamet jantan yang kedua melebur dengan inti sekunder. Pembuahan seperti ini disebut fertilisasi
ganda. Hasil peleburan gamet jantan dengan sel telur adalah zigot yang kemudian berkembang
menjadi embrio. Hasil peleburan gamet jantan dengan inti sekunder akan membentuk endosperm.
3. Perkembangan Embrio
Setelah fertilisasi, zigot terbentuk. Selanjutnya, zigot mengalami dorman selama periode tertentu.
Pada saat yang sama, vokuola besar yang terdapat dalam telur menghilang dan sitoplasma menjadi
homogen. Zigot kemudian membelah setelah pembelaha inti endo.