anastesi pada ileus obstruktif
TRANSCRIPT
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
1/33
ILEUS OBSTRUKTIF
DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus di mana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus, yaitu olehkarena kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan.
Hambatan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di
bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi
distensi atau dilatasi usus. Dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar.6
Pada ileus obstruksi dapat dibedakan lagi menjadi obstruksi sederhana dan obstruksi
strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum
berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasimemperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin
dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.1
ETIOLOGI
Tabel 1.
Ekstraluminal Intrinsik Intraluminal
Adhesi Intususepsi Batu empedu
Hernia inkarserata Penyakit Crohn
Neoplasma Kongenital (volvulus)
Abses, hematoma Striktur
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh: 1
Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh
adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam
hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
2/33
Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.
Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow)
juga bisa menyebabkan hernia.
Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat
sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus.
Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.
Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi,
atau trauma operasi.
Hernia Oklusi mesentrial Volvulus Adhesi Tumor Invaginasi
Gambar 4. Etiologi obstruksi usus
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
3/33
PATOFISIOLOGI
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja
atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Sehingga terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada bagian
proksimal tempat penyumbatan yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intraluminal sehingga terjadi hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas semakin bertambah sehingga menyebabkan distensi usus
sebelah proksimal sumbatan. Selain hipersekresi meningkat, kemampuan absorbsi usus
pun menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif.
Hal ini dapat menyebabkan tejadinya syok hipovolemik. 3,4
Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai kompensasi
adanya sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan
tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan
baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal
dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena. Dinding
usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin
yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorbsi
toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Hal ini
biasanya terjadi pada obstruksi usus dengan strangulasi. Bahaya umum dari keadaan ini
adalah sepsis. 3,4
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan
udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan
absorbsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi edema dan
kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan
progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan
risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian. 3,4
MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya
terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka
gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi. 5
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
4/33
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa
mengalami diare. Kadang kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi
pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir
pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi.5
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah yang terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini dalam perjalanan. Usus
didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal
di dalam usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul
distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan
bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnansi. 1
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika
obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.
Gambar 5. Manifestasi klinis obstruksi usus halus
PEMERIKSAAN FISIK
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang kadang dapat
meningkat.1
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
Inspeksi
Abdomen tampak distensi
Dapat ditemukan Darm Contour (gambaran usus) dan Darm Steifung (gambaran
gerakan usus). Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu
hernia inkarserata Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis Bilaada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya adhesi
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
5/33
Auskultasi
Hiperperistaltik, berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi
metalik (klinken) / metallic sound. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah
sampai hilang. 4,6
Perkusi
Hipertimpani. Pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Dan pada obstruksi usus
dengan strangulasi dapat ditemukan ascites. Pada obstruksi usus dengan strangulasi
didapatkan adanya rasa nyeri abdomen yang hebat dan bersifat menetap makin lama
makin hebat, demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, didapatkan ascites dan
peristaltik meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut di mana obstruksi terus
berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada
pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi. 3,7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi
sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam
resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit
yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosisbila ada tandatanda shock, dehidrasi dan ketosis. 2,4
Radiologik
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak di beberapa
tempat (multiple air fluid level) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step
ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak kosong.
Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat
obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi,
sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka obstruksi usus halus letaknya rendah.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
6/33
Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan
tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step ladder appearance. 2,7
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya
berbentuk huruf U terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal kolon
sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian
proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus
halus bagian proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga tidak. Dugaan tumor kolon
dapat dibuat foto barium enema. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas
66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon. Foto
thoraks PA diperlukan untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah
diafragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi. 2,7
CT scan kadang kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi
usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan
pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan. 2,4,7
PENATALAKSANAAN
Pre-operatif.6
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian
tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati
pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan
laboratorium berurutan.
Dekompresi traktus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan
tujuan untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus,
dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga
mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.
Pemberian obat obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi.
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah
yang dikerjakan pada obstruksi ileus. 6Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini
merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
7/33
pada hernia inkarserata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal, Crohn disease,
dan sebagainya.6
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung- ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Post-operatif
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik
Tinjauan Umum Anestesi
2.3.1 Definisi
Anestesi berasal dari bahasa Yunani an yang berarti tidak dan esthesia yang berarti rasa,
sehingga dapat berarti hilangnya rasa atau sensasi. Kata anesthesiadiperkenlakan oleh
Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara karena pemberian obat, dengan tujuan untuk menghilangkan sensasi rasa
nyeri pada saat pembedahan. Sedangkan analgesi ialah pemberian obat untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien.11
2.3.2.1 General Anestesi
Anestesi umum atau general anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri atau
sakit secara sentral yang disertai hilangnya kesadaran dan dapat putih
kembali.2Hilangnya segala sensasi perasaan panas, dingin, rabaan, kedudukan tubuh
(posture), nyeri dan disertai hilangnya kesadaran. Anestesi umumnya terdiri dari tiga
komponen yaitu : Hipnotik, analgesi dan relaksasi. Cara pemberian obat untuk anestesi
umum dapat melalui; pertama, Parentetal (Intramuskural / Intravena), pemberian ini
digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi.12
Yang kedua bisa melalui Perrectal (peranus), diberikan pada anak untuk induksi
anestesi atau tindakan singkat/ diagnostik pada pemeriksaan mata, telinga, penyinaran,rontgen foto. Ketiga, dapat melalui inhalasi/ anestesi inhalasi (valatile agent), yaitu
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
8/33
menggunakan gas/cairan anestesi sebagai zat anestetik yang mudah menguap melalui
udara pernafasan.10
Teknik ini digunakan untuk pembedahan abdomen yang luas, intraperitoneum, toraks,
intrakranial, pembedahan yang berlangsung lama, dan operasi dengan posisi tertentu
yang memerluakn pengendalian pernafasan.10
Penatalaksaan Perioperatif
3.1.1 Manajemen Perioperatif
Pada tahap ini petugas anestesi melakukan kunjungan kepada penderita untuk
berinteraksi dengan penderita dan keluarganya, tahap ini juga diperlukan untuk
mengurangi tingkat kecemasan serta menanamkan rasa kepercayaan penderita kepada
petugas. Evaluasi dan persiapan penderita dilakukan pada saat kunjungan.3
3.1.1.1 Anamnesa
Yang pertama adalah melakukan anamnesa untuk mengetahui identifikasi penderita
yang terdiri dari nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, status perkawinan, dll.
Menanyakan juga keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi. Adakah
riwayat penyakit yang sedang/ pernah diderita yang dapat menjadi penyulit anestesi
seperti, diabetes melitus, penyakit paru-paru kronis, (asma bronkial, pneumnia, dan
bronkitis), penyakit jantung (infark miokard, angina pektoris dan gagal jantung),
hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.10
Riwayat obat-obatan yag meliputi alergi obat, obat yang sedang digunakan dan dapat
menimbulkan interaksi dengan obat anestesi seperti, korsikosteroid, obat antihipertensi,
antidiabetik, golongan aminoglikosida, digitalis, dieuretikal, obat anti alergi, obat
penenang dan bronkodilator. Adakah riwayat anestesi/ operasi sebelumnya yang terdiri
dari tanggal, jenis pembedahan dan anestesi, komplikasi, dan perawatan intensif
pascaoperatif untuk menjadi acuhan dalam pertimbangan anestesi. Ditanyakan juga
riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi, seperti
merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik, riwayat keluarga yang mendrita
kelainan seperti hipertermia maligna. Ditanyakan pula berdasarkan sistem organ yang
meliputi keadaan umum, pernapasan, kardiovaskular, ginjal, gastrointensinal,
hematologi, endokrin, psikiatrik, ortopedi, dan dermatologi.10
Pada anak-anak yang belum bisa bicara dilakukan alloanemnesa, yaitu komunikasi
dilakukan dengan orang tua, atau keluarga yang mengantarnya. Apabila perlu,
konsultasikan dengan pediatri. Bila anak ditemukan demam, batuk-batuk, kelainan
hidung (rhinitis), atau gastroenteritis (diare), pembedahan sebaiknya diundurkan.10
3.1.1.2 Pemeriksaan fisik
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
9/33
Pemeriksaan yang kedua adalah melakukan pemeriksaan fisik, yang dapat dilakukan
dengan pengukuran tinggi badan, menimbang berat badan, yang diperlukan untuk
menghitung dosis obat, terapi pemberian cairan, serta jumlah urin selama dan sesudah
pembedahan. Menghitung frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernapasan,
serta suhu tubuh karena dengan kenaikkan maupun penurunan suhu tubuh dapat
mempengaruhi pola dan frekuensi napas serta nadi.
Pemeriksaan jalan napas (airway), diperiksa juga pada daerah kepala dan leher untuk
mengetahui adanya trismus, keadaan gigi geligi, apakah ada gigi palsu, atau gangguan
fleksi, ekstensi leher, devisiasi trakea, dan massa untuk menilai apakah ada kesulitan
intubasi. Lakukan pemeriksaan jantung, untuk mengevaluasi kondisi jantung, apakah
ada kelainan jantung yang didapat pada orang dewasa dan pada anak-anak sebagai
penyakit bawaan (congenital). Pemeriksaan pada Paru-paru, untuk mengetahui adanya
dispnu, ronki, dan mengi yang dapat menggangu frekuensi dan pola pernapasan. Pada
abdomen lakukan palpasi untuk mengetahui adanya distensi, massa, asites, atauhernia.10
Pemeriksaan daerah ekstremitas terutama untuk melihat perpusi distal, adanya jari
tumbuh, sianosis, atau infeksi kulit, dan juga untuk melihat tempat-tempat fungsi vena
atau daerah blok saraf regional. Daerah punggung juga diperiksa bila ditemukan
adanya deformitas, memar atau infeksi terutama dengan pemilihan anestesi regional.
Neurologis, misalnya status mental, fungsi saraf kranial, kesadaran dan fungsi sensasi
motorik, yang diperlukan untuk menentukan status fisik pasien.10
3.1.1.3 Pemeriksaan laboratium
Pemeriksaan Laboratium, ada yang dilakukan pemeriksaan rutin seperti, darah
(hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, masa perdarahan,dan masa
pembekuan), urin (protein, reduksi, dan sedimen), foto dada terutama (untuk bedah
mayor), elektrokardiografi (untuk pasien berusia diatas 40 tahun). Ada juga yang
dilakukan secara khusus, yang dilakukan bila terdapat riwayat atau indikasi,
Elektrokardiohrafi pada anak, bronkospirometri pada pasien tumor paru, fungsi hati
pada pasien ikterus, fungsi ginjal pada pasien hipertensi atau pasien yang mengalami
gangguan miksi.10
3.1.1.4 Konsultasi dengan bagian medis lain
Lakukan konsultasi kepada bagian medis lain bila di temukan adanya kelainan atau
gangguan dari sistem tubuh, selain penyakit bedah yang dapat mempengaruhi
keselamatan penderita. Misalnya, penyakit dalam, neurologi, psikiatri, dll.
3.1.1.5 Klasifikasi Status Fisik (ASA)
Berdasarkan hasil pemeriksaan kita dapat menentukan status fisik pasien,AmericanSociety Of Anestesiologists (ASA) membuat klasifikasi pasien menjadi kelas-kelas :10
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
10/33
Kelas / ASA I Pasien normal sehat fisik dan mental Kelas / ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada
keterbatasan fungsional.
Kelas / ASA III Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yangmenyebabkan keterbatasan fungsi.
Kelas / ASA IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidupdan menyebabkan ketidakmampuan fungsi.
Kelas / ASA V Pasien yang tidak dapat hidup / bertahan dalam 24 jam denganatau tanpa operasi.
Kelas / ASA VI Pasien mati batang otak yang organ tubuhnya dapat diambil.NB : E, Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka penggolongan
ASA di ikuti huruf E (misalnya I E atau 2 E).
3.1.2 Pemilihan tehnik anestesi
Pemilihan anestesi berdasarkan atas usia penderita, status fisik penderita (adakah
penyakit sistemik yang diderita, bentuk fisik penderita), jenis pembedahan (kecil atau
besar, terncana atau darurat, lokasi pembedahan serta posisi penderita), keterampilan
dan pengalaman ahli bedah serta keterampilan dan pengalaman dokter dan perawat
anestesi.11
3.1.2.1 Indikasi anestesi umum
Anestesi umum digunakan untuk bayi dan anak-anak, dewasa yang ingin dianestesi
umum, prosedur operasi yang lama dan rumit seperti, pembedahan abdomen yang luas,
intraperitoneum, toraks, intrakranial, pembedahan yang berlangsung lama, dan operasi
dengan posisi tertentu yang memerlukan pengendalian pernafasan, serta penderita
dengan gangguan mental.11
Bila pemilihan anestesi umum dengan tindakan laringoskopi dan intubasi trakea, maka
dapat menimbulkan komplikasi. Laringoskopi adalah alat yang digunakan untuk melihat
laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan
benar. Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui
rima glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita
suara dan bifurkasio trakea. Komplikasi yang timbul selama intubasi antara lain, trauma
gigi-geligi, laserasi pada bibir, gusi, laring, dapat merangsang saraf simpatis sehingga
terjadi hipertensi atau takikardi, aspirasi, dan spasme bronkus. Komplikasi yang timbul
setelah ekstubasi adalah, spasme laring, aspirasi, gangguan fonasi, edema gotis-
subglotis, dapat juga menimbulkan infeksi pada laring, faring dan trakea.11
3.1.3 Persiapan alat dan obat anestesi
3.1.3.1 Persiapan alat
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
11/33
Alat-alat harus dipersiapkan lebih dulu sebelum tindakan anestesi dilakukan, hal ini
untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama anestesi
berlangsung. Persiapan alat-alat ini meliputi :10
1. Persiapan mesin anestesi antara lain, Canester yang berisi sodalime berfungsi
sebagai absorber untuk mengikat karbondioksida yang dikeluarkan oleh pasien waktu
ekspirasi, cairan volatil seperti isofluran, halotan, enfluran, atau secofluran, nitorus
oksida, dan oksigen.
Pastikan flow meter berfungsi dengan baik, vaporiser tidak bocor dan terisi dengan baik
oleh cairan volatil halotan, enfluran, isofluran, atau sevofluran, pastikan sirkuit aliran
oksigen dan nitrous oksida berfungsi dan tidak bocor.10
2. Persiapan alat-alat intubasi antara lain, Scope yang terdiri dari Stetoskop, untuk
mendengarkan suara paru dan jantung dan laringo-scope untuk melihat laring. Pilih
bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Blade lurus (Manchintos) untukbayi atau anak-anak dan blade lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar dan orang
dewasa, serta lampunya harus cukup terang. Tubesatau pipa trakea, pilih nomor sesuai
usia yaitu usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
Menjaga agar airway atau jalan nafas tetap bebas dengan menggunakan pipa mulut-
faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa
ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar sehingga lidah tidak menyumbat jalan
napas, dan juga agar pipa trakea tidak tergigit.
Diperlukan juga tape atau plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut. Introducer yaitu dipakai mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik
(kabel), yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah
dimasukkan ke dalam trakea. Connector sebagai penyambung antara pipa dan peralatan
anestesi. Suction untuk penyedot lendir, ludah dan lain-lain.Spuit 10 cc untuk pengisian
udara pada caff pipa trakea.
Face mask atau sungkup muka untuk mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi
atau sistem anestesi ke jalan napas pasien dengan napas spontan atau dengan tekanan
positif, tidak bocor sehingga gas masuk semua ke trakea lewat mulut atau hidung.
Ukuran untuk anak 1,2, dan 3, sedangkan pada orang dewasa no 4 dan 5. Sungkup
laring atau LMA (laringeal mask airway) adalah alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok, yang pinggirnya
dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Ukuran untuk anak no
1,dan 2. pada orang dewasa no 3, 4, dan 5.6
3. Alat-alat intravena line yang terdiri dari abocath dengan ukuran yang sesuai
dengan jenis operasi. Umumnya pada anak-anak digunakan no besar yaitu no 22 dan
24, tetapi untuk terapi cairan intravena jangka lama dipasang kanul besar no 18 atau
20. Sedangkan orang dewasa dapat menggunakan no 14, 16, 18 dan 20. Untuk terapi
cairan intravena jangka lama sebaiknya dipasang kanul 18 atau 16.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
12/33
Untuk tranfusi darah atau dalam keadaan syok sebaiknya dipakai kanul besar No. 14
atau 16 agar dapat memasukkan cairan yang banyak dan cepat. Selang tranfusi set /
infusion set yang digunakan untuk mengalirkan cairan ataupun darah dari flabotnya ke
tubuh pasien. Cairan infus berupa cairan kristaloid dan cairan koloid serta darah bila
diperlukan.
3.1.3.2 Persiapan Obat
3.1.3.2.1 Obat Anestesi Intravena
Natrium tiopental (tiopental, pentotal). Tiopental adalah Tiopental berupa bubuk
kuning, yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%.
Indikasi pemberian tiopental adalah induksi anestesi umum., operasi/tindakan yang
singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, dan kuretase), sedasi pada
anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang eklamsia atau epilepsi.10
Kontraindikasinya adalah status asmatikus, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnu berat,
asma bronkial, miastenia gravis, dan riwayat alergi terhadap tiopental. Keuntungan
penggunaan tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, tidak ada
iritasi mukosa jalan napas, masa pemulihan cepat, sedangkan kerugiannya adalah dapat
menyebabkan depresi pernapasan, depresi kardiovaskuler, cenderung menyebabkan
spasme laring, relaksasi otot perut kurang, dan bukan analgetik. Dosis induksi tiopental
adalah 3-6 mg/kgBB intravena, dosis sedasi 0,5-1,5 mg/kgBB.10
Propofol (diprivan 1%, fresofol 1%, recofol). Propofol adalah campuran 1% obat dalam
air dan emulsi berisi 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofolsebagai obat anestesi umum yang bekerja cepat, efek obatnya dicapai dalam waktu 30
detik.3 Secara umum, propofol dapat menimbulkan penurunan tekanan darah dan
sedikit perubahan frekuensi denyut jantung pada saat induksi maupun maintenance.10
Akan tetapi gangguan hemodinamik yang serius jarang terjadi. Depresi pernapasan
dapat terjadi, tetapi bila dosis dan cara penberian sesuai dengan yang dianjurkan maka
hal ini masih dalam batas yang bisa di kendalikan. Propofol dapat menurunkan tekanan
intrakranial. Pemulihan cepat, tanpa rasa pusing atau sakit kepala dan tanpa rasa mual
dan muntah. Indikasi adalah untuk penberian induksi dan maintenance anestesi umum,
juga untuk sedasi pada pasien dewasa yang mendapat perawatan intensive dengan
bantuan ventilasi. Propofol tidak dianjurkan untuk anak-anak-anak dibawah umur 3
tahun.8 Sebaikknya pemberian obat ini pada vena besar karena dapat menimbulkan
nyeri. Dosis induksi 1-2,5 mg/kgBB. Dosis sedasi 25-100 mg/kgBB/menit infus.Dosis
maintenance 4-12 mg/kgBB/jam.10
Ketamin (ketalar, anesject). Ketamin adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat,
bukan barbiturat. Menyebabkan Perubahan kesadaran yang disertai analgesik kuat yang
disebut anestesi disosiatif. Ketamin menimbulkan produksi saliva meningkat, sehingga
bahaya aspirasi dapat terjadi. Indikasi pemakaian adalah prosedur diagnostik, tindakan
ortopedi, pasien resiko tinggi, untuk analgesi dan anestesi pada obstetric, dan pasien
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
13/33
asam.8 Kontraindikasi adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg,
riwayat penyakit serebrovaskular, gagal jantung, penderita alkoholisme, dan pada
kasus-kasus dengan tekanan intrakranial yang tinggi. Ketamin menimbulkan efek
halusinasi dan bila penggunaan yang lama pada pasien epilepsi, dapat meningkatkan
frekuensi serangan.
Diperingatkan untuk pemberian secara intravena dilakukan secara perlahan-lahan
karena dapat menimbulkan depresi pernafasan atau apnoe, ketamin dan barbiturat tidak
boleh bergabung karena akan menimbulkan gumpalan dan dapat memperpanjang masa
pemulihan.8 Dosis induksi 1-4 mg/kgBB intravena, rata-rata 2 mg/kgBB, dosis
tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6-13
mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB.10
Midazolam (dormikum). Midazolam adalah golongan benzodiazepine obat induksi tidur
jangkah pendek untuk premedeksi, induksi, dan pemeliharaan anestesi. Midazolam
bekerja kuat menimbulkan sedasi dan juga ada efek ansiolitik, antikonvulsan, serta
relaksasi otot. Midazolma dapat menembus plasenta dan memasuki sirkulasi janin,
menyebabkan setelah persalinan denyut jantung janin tidak teratur, susah menghisap
susu serta hypotermia, sehingga midazolam tidak dianjurkan untuk ibu hamil, juga
penderita insufisiensi paru-paru akut, dan depresi pernafasan. Dosis premedikasi 0,07-
0,10 mg/kgBB. Dosis sedasi 2,5 mg diberikan 5-10 menit sebelum tindakan, selanjutnya
1 mg dapat diberikan jika diperlukan.13
Diazepam (valium). Diazepam adalah golongan obat benzodiazepine yang berkhasiat
ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, antikonvulsi dan amnesia. Diazepam diindikasikanuntuk sedasi sebelum melakukan tindakan pengobatan utama atau intervensi seperti
kardioversi, kateterisasi jantung, endoscopi, prosedur radiologi, bedah minor.
Dikontrainidikasikan pada pasien depresi pernapasan, psikosis kronis, serta glaukoma.
Diazepam dapat menimbulkan reaksi withdrawal pada pasien yang ketergantugan obat-
obat dan alkohol. Tanda-tanda withdrawal bervariasi antara beberapa jam hingga satu
minggu atau lebih. Pada kasus ringan biasanya tremor, gelisah, insomnia, ansietas, sakit
kepala, dan ketidakmampuan konsentrasi. Bila sudah berat dapat terjadi spasme otot dan
abdomen, berkeringat, perubahan persepsi, delirium, dan konvulsi. Dosis premedikasi
10-20 mg intramuskukar, anak-anak 0,1-0,2 mg/kgBB diberikan 1 jam sebelum induksianestesi.13
3.1.3.2.2 Obat anestesi Inhalasi
Obat anestesi dihirup bersama udara pernapasan kedalam paru-paru, masuk kedalam
darah dan sampai di jaringan otak dan mengakibatkan anestesia.
Obat anestesi yang dipakai dengan cara ini, berupa gas yaitu N20 dan cyclopropane
(tidak dipergunakan lagi karena toksisitas terlalu besar). Dan berupa cairan yang
menguap yaitu ether (chloraethyl, trilene, sekarang sudah tidak digunakan), halotan,
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
14/33
enfluran, isofluran, cevofluran, dan defluran (jarang digunakan karena strukturnya
menyerupai isofluran).
Gas anestesi (N2O gas gelak)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak iritatif, tidak berasa, lebihberat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak bereaksi dengan soda lime
absorber (Pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dengan
kombinasi N2O : O2 yaitu 60% : 40%, 70% : 30%, dan 50% : 50%. Dosis untuk
mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi
80% :20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada
pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti.
Dosis normal 104-105 volume %.10
Obat Anestesi Inhalasi (volatile)
Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi cepat dan lancar, tidak
mengiritasi jalan nafas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap shock, jarang
menyebabkan mual/muntah. Harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan.
Dapat menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil
pascaanestesi dan hepatotoksik. Dosis, 0,72 volume %.10
Enfluran
Enfluran merupakan obat anestesik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,
tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat
dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihan cepat.
Dosis : 1,7 volume %.
Isofluran
Isofluran merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau subanestetik
merupakan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah
otak dan tekanan intra kranial. Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimalsehingga digemari untuk anestesi pada pasien dengan gangguan koroner. Dosis : 1,2
volume %.10
Desfulran
Desfluran (suprane) merupakan halogensi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya
mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestetik volatil lain,
sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC 6). Titik didihnya mendekati
suhu ruang (23,50C). Potensi rendah (MAC 6,0%) bersifat simpatmimetik
menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek depresi nafasnya seperti isofluran dan
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
15/33
etran. Desfluran merangsang jalan nafas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi
anestesi. Dosis : 6 volume %
Sevofluran
Sevofluran merupakan halogenasi eter. Induksi dan pasien pulih dari anestesi lebihcepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya enak,tidak menyengat dan tidak
merangsang jalan nafas sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi. Efek
terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap
sistem syaraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar.
Setelah dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh tubuh. Walaupun dirusak oleh
kapur soda (soda lime, baralime), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap
manusia. Dosis : 2 volume %.10
3.1.3.2.3 Obat pelumpuh otot
Obat golongan ini menghambat transmisi neromuskular sehingga menimbulkan
kelumpuhan pada otot rangka. Mekanisme kerja obat ini dibagi menjadi dua golongan,
yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten (misalnya suksinil kolin), dan obat
penghambat kompetitif atau nondepolarisasi (misalnya kurarin). Pada anestesi umum
obat ini memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakes,
serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dab ventilasi
kendali.10
Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi
Pavulon (pankuronium bromida). Pavulon merupakan obat relaksan yang tidak pernah
menimbulkan reaksi anafilaktik yang berat, sedikit menembus sawar plasenta sehingga
sangat bermanfaat pada bedah obstetrik. Obat ini sebagian dikeluarkan melalui ginjal
dan sebagian masuk kedalam cairan empedu, sehingga obat ini jangan diberikan kepada
pasien gagal ginjal dan pasien dengan obstruksi total cairan empedu. Sebagian obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hepatik, untuk itu pemberian pada pasien
cirrosis hepatis perlu dosis yang lebih besar tetapi dengan resiko apnoe yang
memanjang sampai pascaoperatif.8 Mula kerja obat ini pada menit kedua-ketiga selama
20-40 menit. Dosis dewasa 0,06-0,1 mg/kgBB. Dosis bayi 0,13 mg/kgBB. Kemasan
ampul 2 ml berisi pavulon.10
Vekuronium (norkuron). Vekuronium merupakan hormolog pankuronium bromida yang
berkekuatan lebih besar dan lama kerjanya singkat. Zat anestetik ini tidak memiliki efek
akumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna. Di metabolisme dalam liver dan dikeluarkan melalui
ginjal. Mula kerja pada menit kedua-ketiga dengan masa kerja selama 30 menit. Dosis
0,1-0,2 mg/kgBB. Kemasan berupa ampul berisi 4 mg bubuk vekuronium. Pelarutnya
dapat berupa akuades, garam fisiologik, ringer laktat, atau dekstrose 5% sebanyak 2
ml.10
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
16/33
Rokuronium (esmeron). Zat rocuronium merupakan analog vekuronium dengan awal
kerja lebih cepat dan efek kerjanya lebih lama. Dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi hati, tetapi tidak mengganggu fungsi ginjal. Obat ini dapat menembus sawar
plasenta tetapi tidak menimbulkan efek yang bermakna. Pada anestesi dengan tehnik
hipotermi dapat memperpanjang efek obat. Mula kerja obat 60-90 detik dan masa kerja
40-50 menit. Dosis 0,6-1 mg/kgBB. Kemasan berupa flakon, tiap ml mengandung 10
mg rokuronium bromide.13
Trakrium (atrakurium besilat). Atrakurium tidak mempunyai efek akumulasi pasa
pemberian berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang
bermakna. Keunggulan obat ini metabolisme terjadi di dalam darah, sehingga tidak
tergantung fungsi hati dan ginjal. Mula kerja obat ini menit kedua-ketiga dan lama kerja
15-30 menit. Dosis 0,3-0,6 mg/kgBB. Kemasan dalam ampul 5 ml berisi 50 mg
trakurium.10
Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi
Suksametonium (suksinil kolin). Suksametonium mempengaruhi sistem kardiovaskuler
yang dapat menyebabkan bradikardi dan cardiac arrest pada pemberian ulangan ataupun
pada suntikan pertama. Hal ini dapat dicegah dengan pembetian atropin sebelumnya.
Cardiac arrest akibat hiperkalemi setelah pemberian suksametonium dapat terjadi pada
pasien yang sebelumnya telah ada hiperkalemi, seperti pasca luka bakar, tetanus, dan
juga multiple trauma.
Setelah pemberian obat ini terjadi fasikulasi yang diperkuat dengan isoflurance,
anticholinesterase, dan magnesium. Fasikulasi yang terjadi menyebabkan rasa sakit
pada otot 3-4 hari pascaoperatif.8 Mula kerja obat ini 30-60 detik dan lama kerja 3-5
menit. Dosis 1-1,5 mg/kgBB intravena. Kemasan dalam flakon 20, 50 atau 100 mg/ml.10
3.1.3.2.4 Obat Analgetik Narkotik
Morfin. Morfin dapat digunakan sebagai untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan
pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar
anestesi dapat berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadiperpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta kadang-kadang terjadi konstipasi,
retensi urin, hipotensi, dan depresi napas, ini dapat dilawan dengan pemberian atropin
secara intravena.3 Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB). Diberikan 90
menit sebelum anestesi dimulai. Pada orang tua dan anak-anak dosisnya dikurangi dan
tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun karena membahayakan.13
Pethidin. Daya kerja Pethidin menyerupai morfin tetapi efek yang ditimbulkan lebih
rendah dari morfin. Tujuan dari pemberian Pethidin dapat menekan tekanan darah danpernapasan serta merangsang otot polos. Selain itu, efek samping yang dapat timbul
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
17/33
antara lain berkeringat, hipotensi, vertigo dan lengan terasa kesemutan. Dapat juga
menimbulkan mual-muntah pada masa pascaoperatif sama seperti morfin.8 Dosis untuk
premedikasi 25 100 mg/kgBB. Dosis analgesik pascaoperatif 50 100 mg
intramuskuler atau per infus. Kemasan dalam ampul 2 ml / 100 mg.10
Fentanyl. Fentanyl adalah obat analgesik yang kuat berupa cairan isotonik steril. Dapat
dipakai sebagai suplemen narkotik-analgesik dalam anestesi umum atau regional. Efek
yang ditimbulkan adalah depresi pernapasan yang dapat berlanjut sampai masa
pascaoperatif, dimana efek ini dapat dinetralkan dengan antagonis narkotik yaitu
naloxone, dosisnya 0.1 0.4 mg/ intravena. Untuk menjaga terjadinya bradikardi
dianjurkan memberikan obat anticholinergis dosis rendah secara intravena sebelum
induksi anestesi. Dosis 15 g/kgBB. Kemasan dalam bentuk ampul 2 ml/ 100 g.13
Analgetik nonnarkotik
Ketorolak (Toradol, Remopain). Obat ini dapat mengatasi nyeri ringan sampai berat
pada kasus-kasus emergensi, muskuloskeletal, pascabedah minor dan mayor, kolik
ginjal dan nyeri pada kanker. Obat ini baik untuk pemberian pascaoperatif dengan dosistunggal intravena 30 mg dan dapat diulangi tiap enam jam, maksimum 120 mg atau
tidak boleh lebih dari lima hari.13
Obat Anestesi Regional
Penggolongan Obat Anestesi Reegional diantaranya yaitu Bupivacaine 0,5% ( Marcaine
0,5% ), Dosis sampai 4 ml dan pada usia lanut dosisnya dikurangi. Lignocaine HCL, BP
5%, obat ini dicampur dengan dextrose 3% dan 7%. Dosis : 1,5 ml dapat memberikan
analgesia kira-kira 2 jam, blockade sampai umbilicus. Prilocaine 5% dalam larutan 5%
durasi efeknya sama dengan lignocaine. Amethocaine HCl, BP dalam bentuk puder
isinya 20 mg dalam ampul, dan dalam bentuk cair 1% berisi 10 mg/ml. dosis maksimum
20 mg. Procaine HCl, BP 5% atau kurang durasi efek : 4080 menit. Mepivacaine HCl
4% durasi efek kirakira 1 jam.11
Obat Resuitasi
Obat Anticholinergik yaitu sulfas atropine , dosis umumnya 0,1 mg/kgBB, anak-anak
dosis 0,015 mg/kgBB dan hyoscine buytlbromide (buscopan), dosis 10 20 mg. Vaso
Pressor / Vaso dilator yaitu adrenalin, untuk cardiac arresdosis 0,5mg (0,5 ml dari
larutan 1/1000); untuk anafilaktik shock 0,1 mg dan ephedrine, Bp, Dosis 15-30 mg.
Oksitosin, metergin dan magnesium dipersiapkan untuk pasien obsertik. Untuk pasien
hipoglikemia dapat diberikan dekstrose 40%. Dan untuk pasien gangguan respiratorik
dapat diberikan aminofilin. Bila pasien mengalami alergi maka dapat diberikan
kortikosteroid antara lain deksametason, dosis 4-100 mg, Prednisone, dosisnya 20 mg,
Hydrocotisone hemisuccitane, dosisnya 100 mg.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
18/33
Obat furosemid/Lasix; Mannitol, dosisnya 0,5-1mg/ kgBB secara infus digunakan
larutan 10% dan 20% digunakan untuk dieuretik. Oba anticholinesterase yaitu
neostigmine (Prostigmen), dosisnya 2,5 mg memiliki efek antagonis terhadap relaksan
nondepolarizing. Naloxone, dosis dewasa 0,1-0,4 mg/intravena; Neonatus, dosis 0,01
mg/kgBB sebagai narkotik antagonis.13
3.1.4 Persiapan pasien Sebelum hari operasi
Pembersihan dan pengosongan saluran pencernaan untuk mencegah aspirasi isi
lambung, karena regurgitasi/muntah. Pada operasi elektif, pasien dewasa puasa 6-8 jam,
pada anak cukup 3-5 jam. Dan gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan (cincin, gelang,
kalung) dilepas serta bahan kosmetik (lipstik, cat kuku), di bersihkan sehingga tidak
mengganggu pemeriksaan.
Kosongkan juga kandung kemih dan bila peelu lakukan katerisasi, bersihkan lendir dari
saluran napas. Jangan lupa memberikan informed consent kepada keluarga dan
membuat izin pembedahan/anestesi secara tertulis. Sebelum pasien masuk kamar
operasi harus mengenakan pakaian khusus (diberi tanda dan label, terutama pada bayi).
Pemeriksaan tentang fisik pasien dapat diulangi di ruang operasi.10
3.1.4.1 Premedikasi
Premedikasi adalah penberian obat-obatan 1 atau 2 jam sebelum induksi secara oral,
intramuskular, intravena maupun perrektal. Adapun tujuan dari pemberian premedikasi
adalah, menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekuatiran,
memberikan ketenangan, membuat amnesia dan memberikan analgesi), juga untuk
memudahkan/memperlancar induksi, rumatan dan sadar dari anestesi serta mengurangi
jumlah obat-obatan anestesi. Dapat mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi,
mual dan muntah pascaoperatif, stress fisiologis (takikardi, napas cepat) dan keasaman
lambung.
Adapun obat-obat yang dapat diberikan antara lain :
Sulfas atropin, 0,1 mg/kgBB dipakai untuk pengobatan bradikardi dan sebagai therapi
tambahan pada pengobatan bronkhospasme serta tukak lambung. Atropin secara
kompetisi mengantagonisir aksi asetil kolin pada reseptor muskarinik, menurunkan
sekresi saliva, bronkhus dan lambung serta merelaksasi otot polos.13
Diazepam per oral 10-15 mg untuk pereda kecemasan.
Pethidin 50 mg untuk mengurangi nyeri atau kesakitan. Simethidin/ranithidin 150 mg
untuk mengurangi ph asam cairan lambung, Ondacetron, 2-4 mg untuk mengurangi
mual-muntah pascabedah.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
19/33
3.1.5 Penatalaksanaan Tindakan Anestesi Terhadap Pasien yang Menjalani Operasi .
Berikan pre-oksigenisasi dengan oksigen 100% 2-3 liter selama 3-5 menit sebelum
induksi. Untuk Induksi dan intubasi di lakukan bila operator yaitu dokter bedah sudah
siap. Setelah induksi dan intubasi maka operasi dilakukan. Induksi dilakukan dengan
menggunakan penthotal 4 6 mg / kgBB atau propofol 2 2,5 mg / kgBB. Untuk
inhalasi diberikan nitrous oksida: oksigen dipakai 50:50 dengan konsentrasi volatile
yang rendah. Berikan pelumouh otot nondepolarisasi yaitu, atrakurium 0,3-0,6
mg/kgBB atau esmerron 0,6 mg/kgBB, bila pasien sudah rileks maka dapat lakukan
intubasi.
Pada operasi darurat dilakukan induksi cepat (crush induction) untuk mencegah aspirasi
selama tindakan intubasi. Diindikasikan terutama pada pasien dengan lambung penuh.
Selain peralatan intubasi dipersiapkan pula alat pengisap lendir dan pipa lambung.
Pasien dipersiapkan dalam posisi setengah duduk atau telentang dengan posisi kepala
lebih rendah. Awali dengan penberian 02 100% (praoksigenisasi) selama tiga sampai
lima menit kemudian berikan obat pelumpuh otot nondepolarisasi dosis (prekurarisasi).
Suntikan obat induksi cepat diberikan sampai refleks bulu mata hilang. Tulang krikoid
ditekan ke arah posterior (sellick manouver) dan kemudian obat pelumpuh otot
depolarisasi diberikan. Setelah itu dilakukan tindakan laringoskopi dan intubasi. Bila
pipa endotrakeal telah masuk, balon pipa (cuff) segera dikembangkan.12
3.1.6 Monitoring Intraoperatif
Kontrol tekanan darah systole dan diastole tidak boleh naik diatas 20% baseline atau
turun 20% dibawah baseline, dapat dilakukan dengan menggunakan alat monitor
automatik atau dengan tensimeter manual. Monitoring pada nadi dapat dilakukan
dengan, tehnik palpasi (merasakan dengan tangan) dan dibantu dengan alat elektronika /
pulse oximetri dan juga stethoscope untuk mendengarkan detak jantung. Pernapasan
dapat dilihat pada monitor,bila ada gangguan dapat di pantau dengan pemasangan
saturasi, dapat dilakukan melalui suatu monitor dengan alat sensor yang dipasang pada
jari utuk melihat nadi dan saturasi oksigen. Monitoring Diuresis dilakukan untuk
mengetahui adanya kekurangan cairan atau gangguan pada ginjal. Monitoring
pemberian cairan infus perlu dilakukan agar pasien tidak mengalami kekurangan cairan
akibat puasa maupun pembedahan.Monitoring suhu badan dengan menggunakan
thermometer secara manual atau dengan monitor outomatik.12
3.1.7 Ekstubasi
Setelah operasi selesai, obat anestesi dihentikan pemberiannya. Berikan oksigen 4-6
liter dalam waktu 5-15menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir. Bila perlu
berikan obat anticholinesterase (prostigmin 0,04 mg/kgbb) dan atropin 0,02 mg/kgbb.Jika masih ada depresi nafas oleh narkotik-analgesik berikan Narkotik Antagonis
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
20/33
(Nalolxone) 0,1-0,4 mg secara intravena. Ekstubasi dilakuakan saat pasien masih
teranastesi/tidur dalam, untuk mengurangi traumatis dan mencegah batuk. Dikerjakan
bila nafas spontannya adekuat, keadaan umumnya baik serta tidak ada resiko aspirasi
pulmonal dan tidak memerlukan intubasi awake atau rapid sequence induction.
3.1.8 Penatalaksanaan Pascaanestesi di recovery room.
Ruang pemulihan atau Recovery room (RR) disebut juga unit perawatan pascaanestesi
atau postanesthesia care unit ( PACU ). Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang
pemuluhan atau ke ruang rawat intensif bila ada indikasi. Di ruang pemulihan dilakukan
pemantauan atau monitor sampai pasien sadar betul. Yang harus di monitor antara lain,
keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri,
perdarahan dari drain, dll.14
Awasi keadaan vital penderita secara saksama, periksa tekanan darah, frekuensi nadi
dan frekuensi pernapsan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertamaatau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Perbaiki defisit yang masih ada
(cairan, darah, nyeri, mualmuntah,menggigil karena hipotermia,dll). Seluruh pasien
yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40%
selama pemulihan.
Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat
dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi postoperatif menilai keadaan umum
sebelum pasien dipindahkan ke ruang perawatan, dapat dipakaialdrete score untuk orang
dewasa dan steward Score untuk anak dengan berbagai kriteria penilaian.
Nilai score yang normal 8 -10, pasien dapat di pindahkan ke ruang perawatan
ataupun pulang bila pasien rawat jalan, tetapi atas ijin dokter anestesi yang
bertugas.9 Score tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
21/33
Tabel Aldrete Score, 3.1.
Parameter Kriteria Score
Warna- Merah muda 2
- Pucat 1
- Sianosis 0
Pernapasan
- Mampu bernafas dalam dan batuk 2
- Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
- Apnoe atau ada sumbatan jalan nafas 0
Sirkulasi
- Tekanan darah menyimpang
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
22/33
dari cincin, kantong dan isi hernia itu sendiri, dimana pilihan terapi untuk
hernia ireponible yaitu melalui operasi.
Pembedahan dapat dilakukan terencana, tidak harus segera yang meliputi tahap,
praoperatif, intraoperatif dan postoperatif. Khusus untuk hernia inkarserata
penatalaksanaan ditujukan untuk mengatasi nyeri penderita dan mencegah terjadinya
strangulata, sehingga tindakan operasi harus segera dilakuakan. Bila tidak, bagian isi
yang terjepit akan membusuk dan bisa menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus,
yang dapat berakibat buruk yaitu kematian bagi penderita tersebut.
Tindakan pembedahan membutuhkan pemberian anestesi. Anestesi adalah keadaan
tidak sadar yang bersifat sementara karena pemberian obat, ataupun tidak disertai
dengan hilangnya kesadaran, dengan tujuan untuk menghilangkan sensasi rasa nyeri
pada saat pembedahan. Penatalaksanaan anestesi terhadap pasien yang menjalani
operasi herniorafi pada hernia inginal lateralis incarserata yaitu operasinya bersifat
segera, oleh karena itu anestesi disesuaikan dengan kondisi umum penderita, maka
anamnesa, pameriksaan fisik serta analisis penunjang (laboratorium) mutlak dilakukan
dengan teliti, hal ini menuntut pengetahuan dan keterampilan dari tenaga anestesi untuk
menghasilkan suatu kondisi anestesi yang aman dan efektif.
Daftar
1 Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. p. 623-31.
2 Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L,Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of Adult Emergency Medicine. 2nd
ed. New York: Churchill Livingstone; 2004 . p. 306-9.
3 Anonymous. Ileus. September 13, 2008. Available from URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.Accessed July 11, 2011.
4 Mukherjee S. Ileus. December 28, 2009. Available from URL:http://www.emedicine.medscape.com.Accessed July 11, 2011.
5 Ansari p. Intestinal Obstruction. 2007 September. Available from URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.Accessed July 13, 2011.
6 Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah SakitUmum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994.
7 Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,Mttox
8 KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The biological basis of modernsurgical practice. 17th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p. 1323-42.
9 Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Hambatan Pasase Usus. Buku Ajar IlmuBedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. p. 841-5.
10 Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3. 2000.
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.htmlhttp://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.htmlhttp://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.htmlhttp://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.htmlhttp://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.htmlhttp://www.emedicine.medscape.com/http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html -
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
23/33
11 Said A Latif, dkk, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Ed. 2, FKUI Jakarta 200212 Wargahadibrata, A. Himendra, Anestesiologi Untuk Mahasiswa
KedokteranSAGA, Bandung, 2008
13 Yuswana, farmokologi obat-obat anestesi dan obat-obat bantuan dalam anestesi,Bandung 2005
14 Morgan G Edward, Mikhail, Maged S.Clinical Anesthesiologi. Edisi ke4.2007.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
24/33
PEMBAHASAN
ANESTESI REGIONAL
Definisi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
Tetapi pasien tetap sadar.
Pembagian anestesi regional
1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan,
blok saraf, dan regional intravena
Obat analgetik lokal/regional
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan esterumumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan
amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai
prototip.
Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
Absorbsi obat:
Absorbsi melewati mukosa, tapi tidak dapat melewati kulit yang utuh, harus disuntikkejaringan subkutis.
Obat vasokonstriktor yang ditambahkan pada larutan analgetik lokal memperlambat
absorbsi sistemik dengan akibat memperpanjang masa kerja dan mempertinggi dosis
maksimum.
Mempengaruhi semua sel tubuh, dengan pedileksi khusus memblokir hantaran saraf
sensorik
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
25/33
Kecepatan detoksikasi tergantung jenis obat berlangsung dengan pertolongan enzim
dalam darah dan hat. Sebagian dikeluarkan dalam bentuk bahan-bahan degradasi dan
sebagian dalam bentuk asal melalui ginjal (urin)
Untuk daerah yang diperdahari oleh arteri buntu (end artery) seperti jari dan penis
dilarang menambah vasokonstriktor. Penambahan vasokonstriktor hanya dilakukan
untuk daerah tanpa arteri buntu umumnya digunakan adrenalin dengan konsentrasi
1:200 000.
Komplikasi obat anestesi lokal
Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap
jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat
lokal atau sistemik
Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan
antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan
pada daerah dengan arteri buntu.
Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa
perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi
miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.
Persiapan Anesthesia Regional
Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan GA karena untuk mengantisipasiterjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi.
Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah kolaps
kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan,
sehingga operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.
Keuntungan Anestesia Regional
Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.
Relatif aman untung pasien yg tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena
penderita sadar.
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
26/33
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional
Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
Sulit diterapkan pada anak-anak.
Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
BLOK SENTRAL
Spinal dan Epidural Anestesi
Neuroaksial blok (spinal dan epidural anestesi) akan menyebabkan blok simpatis,analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat
anestesi lokal).
Terdapat perbedaan fisiologis dan farmakologis bermakna antara keduanya.
Anestesi Spinal
http://1.bp.blogspot.com/_HDtJ2VDkQzU/SmDE2SQtwnI/AAAAAAAAACs/X6dyfCfvG9U/s1600-h/Picture1.png -
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
27/33
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid.
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis
subkutislig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural
durameterruang subarachnoid.
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa
berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3.
Indikasi Anestesi Spinal
Bedah ekstremitas bawah.
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetri ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Kontra Indikasi Anestesi Spinal
Terdapat kontra indikasi absolut dan kontra indikasi relatif dalam penggunaan anestesi
spinal
Kontra indikasi absolut :
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
28/33
Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
Terdapat infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat sampai syok
Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi
antikoagulan
Tekanan intrakranial yang meningkat
Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi
Kontra indikasi relatif :
Menderita infeksi sistemik ( sepsis, bakteremi )
Terdapat infeksi disekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Menderita penyakit jantung
Hipovolemia
Nyeri punggung kronis.
Persiapan anestesi spinal
Persiapan anestesi spinal seperti persiapan pada anestesi umum. Daerah disekitar tempat
tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis
tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesusspinosus. Selain itu harus puladilakukan :
Informed consent
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium anjuran
Peralatan anestesi spinal
Peralatan monitor, untuk memonitor tekanan darah, nadi, oksimeter denyut dan EKG
Peralatan resusitasi /anestesia umum
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
29/33
Jarum spinal
Teknik analgesia spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah
posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa
dipindahkan lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan
posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat
pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atauL4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.
Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, atau
25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc.
Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid.
Jarum pinsil (whitecare)
Jarum tajam (Quincke-
Babcock
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
30/33
Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes keluar.
Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid
tersebut.
Keuntungan anestesi spinal dibandingkan anestesi epidural :
Obat anestesi lokal lebih sedikit
Onset lebih singkat
Level anestesi lebih pasti
Teknik lebih mudah
B. Anestesi Epidural
Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara
ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian
posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akarsaraf spinal yang
terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal,
sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.
Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
Bisa segmental
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
31/33
Tidak terjadi headache post op
Hypotensi lambat terjadi
Efek motoris lebih kurang
Dapat 12 hari dengan kateter post op pain
Kerugian epidural dibandingkan spinal :
Teknik lebih sulit
Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
Reaksi sistemis
Total spinal anestesi
Obat 510x lebih banyak untuk level analgesi yang sama
Anestesi Caudal
Indikasi : operasi perineal
Cara :
Cari cornu sacralis kanan-kiri
Diantaranya adalah membran sacro coccygeal hiatus sacralis
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
32/33
Efek Fisiologis Neuroaxial Block
Efek Kardiovaskuler
Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek
simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas level blok
sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama.
Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk mengurangi
hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi, dan
apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan vasopressor
seperti efedrin.
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-T4),
dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.
Efek Respirasi
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5) mengakibatkan
hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan terjadinya respiratory
arrest.
Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan
gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.
Efek Gastrointestinal
Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan
hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan oleh simpatis
yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena kontraksi usus dapat
menyebabkan kondisi operasi maksimal.
Mual muntah juga bisa akibat hipotensi, dikarenakan oleh hipoksia otak yg merangsang
pusat muntah di CTZ (dasar ventrikel ke IV)
-
8/22/2019 Anastesi Pada Ileus Obstruktif
33/33