analisis yuridis dan argumentasi china terhadap pengenaan bea masuk anti-dumping terhadap produk...

Upload: denny-sulistyo

Post on 02-Mar-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan yuridis dan pembelaan pihak cina terkait penerapan bea masuk anti dumping yang mereka kenakan terhadap produk pipa baja dari Jepang

TRANSCRIPT

Argmentasi dan Analisis Yuridis terhadap Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping oleh Pemerintah Cina terhadap Pipa Baja dari JepangDalam Perekonomian Internasional khususnya dalam sektor perdagangan pasti sangat tidak asing lagi dengan istilah Dumping. Dumping dapat diartikan sebagai suatu tindakan penetapan harga yang mematikan. Istilah tersebut biasa digunakan dalam perdagangan internasional dimana diartikan sebagai suatu tindakan produsen suatu negara yang mengekspor produknya ke negara lain dengan harga di bawah harga pasaran dalam negeri atau bisa juga dengan harga di bawah biaya produksinya. Dengan demikian dumping dapat dimaksud pula sebagai suatu cara berdagang yang dilakukan dengan menjual barang hasil produksinya pada harga yang lebih rendah dari harga normal negerinya di negara pengimpor. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang besar dari negara pengimpor tersebut. Jika hal ini dilakukan oleh negara pengekspor kepada negara pengimpor, maka tentu saja keuntungan yang didapatkan akan sangat besar dan bahkan akan membahayakan perusahaan-perusahaan di dalam negeri si pengimpor seperti kalah bersaingnya barang sejenis yang dikirim oleh negara pengekspor yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu upaya perlindungan terhadap industri dalam negeri salah satunya melalui penerapan ketentuan anti dumping. Anti dumping ini dilakukan dengan cara menetapkan bea masuk anti dumping terhadap suatu barang yang terbukti sebagai barang dumping. Penetapan bea masuk semacam ini merupakan suatu bentuk upaya tindakan represif dan juga sebagai suatu sanksi balasan berupa bea masuk tambahan yang dikenakan atas suatu produk yang dijual di bawah harga normal dari produk yang sama di negara pengekspor maupun pengimpor.Dalam perdagangan internasional, persoalan anti-dumping ini merupakan persoalan yang mendapat perhatian sangat besar oleh berbagai negara karena berkaitan dengan usaha untuk mewujudkan fair free trade. Mengenai hal ini, WTO sebagai badan yang mengatur perdagangan dunia telah mengaturnya melalui persetujuan Anti-Dumping yang tertuang dalam Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article IV of GATT 1994. Selain itu, isu terkait mengenai dumping juga menjadi salah satu isu dalam persetujuan WTO. Persetujuan ini dikenal dengan Persetujuan Anti-Dumping (Anti-Dumping Agreement) atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994.Dalam persetujuan ini pemerintah diperbolehkan untuk mengambil tindakan sebagai reaksi terhadap dumping jika benar benar terbukti terjadi kerugian (material injury) terhadap industri domestik, dan inilah yang dimaksud dengan anti-dumping, yaitu tindakan atau kebijaksanaan pemerintah negara pengimpor terhadap barang dumping yang merugikan industri dalam negeri. Untuk melakukan hal ini, pemerintah harus dapat membuktikan terjadinya dumping dengan memperhitungkan tingkat dumping, yaitu membandingkannya terhadap tingkat harga ekspor suatu produk dengan harga jual produk tersebut di negara asalnya.Pengaturan Anti Dumping dalam GATT termuat dalam Pasal VI yang memuat aturan tentang Anti-Dumping an Countervailing Duties. Ketentuan Pasal VI GATT tersebut adalah sebagai berikut :

the contracting parties recognize that dumping, by which products of one country are introduced into one commerce of another country at less than the normal value of the products, is to be comdemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a contracting party or materially retards the establishment of a domestic industry Maksud pasal ini adalah bahwa negara pengimpor dapat melakukan tindakan perlawanan berupa pengenaan Bea Masuk Anti Dumping untuk mengurangi kerugian industri dalam negerinya. Ketentuan ini pada dasarnya mengharuskan negara anggota untuk mengimplementasikan ketentuan anti dumping GATT dalam hukum nasional masing-masing. Mengingat ketentuan dalam Pasal VI tersebut hanya merupakan garis besar pengaturan anti dumping, maka untuk pelaksanaannya dibuat aturan yang lebih rinci yakni dalam Antidumping Code yang mulai disepakati dalam Tokyo Round tahun 1979. Ketentuan pelaksanaan ini kemudian diganti dengan Antidumping Code tahun 1994 dengan judul Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994. Antidumping Code 1994 ini pada dasarnya merupakan salah satu Multilateral Trade Agreement yang ditandatangani bersamaan dengan perjanjian pendirian WTTO yakni Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO) di Marrakesh tahun 1994. Dengan demikian Anti dumping Code tidak lagi perjanjian tambahan melainkan sudah menjadi bagian dari perjanjian WTO itu sendiri. Dalam kasus antara China dan Jepang terkait pengenaan bea masuk anti dumping oleh pihak China terhadap Pipa baja dari Jepang yang mana pihak Jepang merasa pihaknya dirugikan karena kebijakan pengenaan bea masuk tersebut. Pada dasarnya, kebijakan untuk memberikan bea masuk anti dumping tidaklah dilarang. Dalam ketentuan Pasal VI ayat 1 GATT merumuskan definisi dumping sebagai : Product of one country are introduce into the commerce of another country at less than normal value of the product is to be condemned if it causes or threated material injury to an estabilished industry in the teritority of contracting party or matrially rertard the estabilishment of a domestic industry.34

Berdasarkan ketentuan diatas, maka artikel VI GATT 1994 ini mengijinkan otoritas di suatu negara untuk mengenakan biaya tambahan dalam bentuk bea masuk anti dumping terhadap produk-produk impor yang diduga dijual dibawah harga normal atau harga lebih murah dari harga pasar di pasar domestik dari negara asal barang, sehingga praktik yang demikian menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri. Pada dasarnya tindakan yang dilakukan oleh pihak Cina dengan kebijakan pengenaan bea masuk anti dumping ini merupakan bentuk upaya perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Cina terhadap industri pipa baja dalam negerinya dan sebagai bentuk tindakan perlawanan untuk mengurangi kerugian yang diderita oleh industri dalam negeri Cina akibat barang dumping tersebut.

Kebijakan pemerintah Cina dalam pengenaan bea masuk anti dumping terhadap pipa baja import dari Jepang tersebut sangatlah berdasar. Perlu diketahui bahwa di Cina ada sekitar 50 % produk pipa baja impor, bahkan untuk beberapa jenis produk baja tertentu hampir mencapai 90 persen dari pasar domestik yang mayoritas diimpor dari Eropa dan Jepang. Apabila produk tersebut terbukti dumping, maka sangat jelas bahwa pihak Cina akan mengalami kerugian dalam jumlah yang tidak main-main. Berdasarkan penelusuran dan berdasar pada data yang dihimpun oleh Pemerintah Cina, pihak Jepang terbukti telah melakukan tindakan dumping atas pipa baja produksi mereka di Cina. Pipa baja impor yang dijual murah di pasar Cina ini mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan terhadap industri baja domestik. Departemen Perdagangan Cina juga menunjukkan bahwa berdasarkan survei produk yang telah dilakukan diketahui bahwa telah terjadi penurunan harga-harga impor yaitu harga per ton pada tahun 2008 menjadi 125.100 yuan , 107.300 yuan pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 adalah 86.700 yuan, periode 2008-2010 ringkat penurunan tiap tahunnya adalah sebesar 16,74 %.

Berdasarkan data, pipa baja yang diimpor tersebut berupa pipa atau tabung baja yang biasa dipergunakan sebagai boiler pada pembangkit listrik yang mana produk tersebut tidak jauh berbeda dengan produk pipa baja buatan industri Cina sendiri. Menghadapi persaingan impor murah seperti ini mengakibatkan produsen dalam negeri juga harus memotong harga produk serupa agar tidak kalah saing dengan pipa baja impor tersebut yang berakibat kembali pada menurunnya nilai keuntungan bagi produsen dalam negeri.Sebagai bentuk tindakan represif atas dumping yang dilakukan oleh Jepang tersebut makan Pemerintah Cina membuat kebijakan yang mengharuskan dikenakannya bea masuk anti dumping terhadap pipa baja impor tersebut dengan margin dumping perusahaan yang berbeda-beda berkisar dari 9,2 hingga 14,4 persen untuk membantu produsen baja dalam negeri mengurangi kerugian. Bea masuk tersebut dirasa tidak terlalu besar dibanding dengan nilai kerugian yang telah dirasakan oleh pihak Cina atas praktek dumping yang dilakukan oleh Jepang. Rita Erlina, Anti Dumping Dalam Perdagangan Internasional : Sinkronisasi Peraturan Anti Dumping Indonesia Terhadap WTO Anti Dumping Agreement , Tesis, (Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara,Medan, 2007), Hal. iv.