analisis wacana kritis, annisa meidiana, fikom, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/lampiran.pdf ·...

85
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: others

Post on 18-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 3: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 4: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 5: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

ARTIKEL-ARTIKEL REKLAMASI PANTAI JAKARTA

PERIODE APRIL 2016 MONGABAY.CO.ID

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 6: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Koalisi: Reklamasi Teluk Jakarta Sarat Korupsi April 2, 2016 Indra Nugraha, Jakarta Hutan, Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Kamis malam (31/3/16) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) operasi tangkap tangan Ketua Komisi D DPRD Jakarta Mohamad Sanusi, terkait suap proyek reklamasi Teluk Jakarta. Dia ditangkap tak lama setelah menerima uang suap dari Trinanda Prihantoro, karyawan PT Agung Podomoro Land (APL).

Uang suap Rp1,14 miliar jadi alat bukti. Terdiri pecahan Rp100.000 sebanyak 11.400 lembar dan US$100 sebanyak 80 lembar. Sanusi juga dianggap menerima uang Rp1 miliar pada 28 Maret 2016.

Uang suap diberikan APL diduga untuk memuluskan pembahasan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RZWP3K) Jakarta periode 2015-2035 dan Raperda Rencana Kawasan Tata Ruang Strategis Pantai Jakarta Utara. Belakangan, Presiden Direktur APL Ariesman Widjaya menyerahkan diri ke KPK. Ariesman mengakui ihwal pemberian uang itu.

Aktivis lingkungan hidup tergabung dalam Koalisi Selamatkan Jakarta menilai, operasi tangkap tangan ini bukti proyek reklamasi sarat korupsi.

“Bagi kami, ada penyuapan atau korupsi ini sekaligus mengkonfirmasi apa yang jadi keberatan dan konsen kami selama ini terkait reklamasi Teluk Jakarta. Substansi paling mendasar praktik korupsi melibatkan DPRD dan swasta tak lepas dari kebijakan izin Reklamasi Teluk Jakarta,” kata Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Riza Damanik di Kantor YLBHI Jakarta, Sabtu (2/4/16).

Riza mengatakan, sejak awal keberatan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama mengeluarkan izin reklamasi. Reklamasi, katanya, bukan solusi pembangunan Jakarta.

“Izin reklamasi menabrak sejumlah kebijakan Pulau Kecil dan pesisir, tata ruang, lingkungan hidup dan lain-lain.”

Seharusnya reklamasi diawali Perda Zonasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Namun, Gubernur mengeluarkan izin reklamasi pulau G, F, I dan K tanpa ada perda. “Itu maladminsitrasi.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 7: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Ahok bersegera mengirimkan surat ke DPRD mengusulkan raperda. Ketika DPRD menerima usulan, sebenarnya sudah salah kaprah. “DPRD seharusnya bisa meluruskan. Izin reklamasi keluar sebelum perda.”

Riza mengapresiasi tangkap tangan KPK. Dengan begitu, KPK mengambil isu reklamasi Teluk Jakarta sebagai hal strategis. Dia mendesak KPK mengungkap tuntas kasus ini, tak hanya berhenti pada Sanusi.

Muhamad Isnur dari LBH Jakarta berharap KPK bisa menyasar korporasi lain, tak berhenti di APL. “Jangan cuma dipidana tapi izin harus dicabut. Jokowi harus tegas pada Gubernur Jakarta.”

Reklamasi Teluk Jakarta, katanya, sebenarnya ditentang Menteri Susi Pudjiastuti dan Menko Maritim Rizal Ramli. Namun tak ada upaya tegas Presiden menghentikan proyek.

Wahyu Nandang Herawan dari YLBHI mengatakan, Sanusi harus bekerjasama dan tak menghambat proses hukum. “Bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk membongkar semua. Pasti yang terlibat banyak.”

Kondisi Jakarta Utara dari udara. Foto: Aji Wihardandi

Kejanggalan pembahasan Raperda

Syamsuddin Alimsyah dari Komite Pemantau Legislatif mengatakan, ada banyak kejanggalan dalam pembahasan raperda. Raperda ini murni usulan eksekutif yang masuk program legislasi 2015. Raperda ini resmi disampaikan 23 April 2015 pada rapat paripurna. Tak langsung dibahas. Saat itu mayoritas tak setuju meskipun lolos prolegda. Ada banyak persoalan harus dijawab Pemprov Jakarta.

“Raperda dibuat toh izin reklamasi sudah selesai. Apa tujuan dibuat Perda? Apakah untuk melegalkan yang lalu? Atau menghilangkan yang lama dan memunculkan yang baru? Ini tak bisa dijawab pemprov saat itu,” katanya. Pembahasan raperda baru mulai lagi Juni tahun lalu.

Edo Rahman, dari Walhi Nasional mendesak Presiden menghentikan seluruh proyek reklamasi Teluk Jakarta karena diduga dilakukan dengan cara-cara salah.

Raperda dibahas setelah izin reklamasi keluar. Seharusnya, izin reklamasi tak bisa keluar sebelum ada RZWP3K. Setelah ada perda itu, lalu menentukan izin lokasi dan sumber material reklamasi, menyusun rencana induk, studi kelayakan dan penyusunan rencana detil.

“Yang terjadi sebaliknya, pengembang menyusun rencana detil penggunaan ruang pulau sebelum RZWP3K. Bahkan anak usaha APL, PT Muara Wisesa sudah memasarkan hunian kelas atas di Pulau G,” kata Edo.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 8: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Dampak lingkungan

Moestadiem Dahlan dari Walhi Jakarta mengatakan, reklamasi akan mengubah bentang alam hingga kawasan sepanjang 32 km sepanjang Teluk Jakarta berpotensi tenggelam.

“Kami jelas menolak. Saat ini empat pulau di Kepulauan Seribu hilang. Nelayan hanya bisa menjerit dan menangis.”

Dengan reklamasi, berarti ada relokasi. Penggusuran sekarang dampak reklamasi. “Berarti ada korporasi menginginkan itu terjadi menggunakan izin Gubernur.”

Aktivis Kiara Parid Ridwanuddin mendesak proyek reklamasi dihentikan. Tak perlu ada negosiasi. “Kalau dihentikan, 30 wilayah lain yang sedang menjalankan reklamasi akan mengikuti. Jakarta punya efek psikologi sangat besar. Kita akan mengawal persoalan ini,” katanya.

Rayhan Dudayev dari Indonesia Centre for Environmental Law tak begitu terkejut dengan penangkapan ini. Sejak awal proyek reklamasi itu tak transparan dan tak partisipatif.

“Kajian Lingkungan Hidup Srategis dan Amdal harus ada. Proyek reklamasi keseluruhan harus mencantumkan dokumen KLHS, kami belum lihat. Tak transparan. Katanya sudah dibuat, tapi legal substantif tak terpenuhi.”

Arieska Kurniawaty dari Solidaritas Perempuan mengatakan, beberapa waktu lalu hadir dalam rapat Baleg DPRD, membahas ranperda bersama aktivis dan nelayan.

“Dalam pertemuan terlihat nyata anggota DPRD ambisi mengalihkan nelayan menjadi „pelayan‟ bagi penghuni di pulau-pulau yang akan direklamasi,” katanya.

Saat ini saja, katanya, alih kerja nelayan sudah terjadi. Perempuan pesisir mengeluhkan suami harus jadi pemulung, satpam pegawai mal dan lain-lain. “Mendorong perempuan nelayan bermigrasi bekerja ke luar negeri dengan perlindungan sangat minim.”

Bola Panas Reklamasi Jakarta Terus Bergulir di KPK April 8, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Bola panas kasus reklamasi Teluk Jakarta terus menggelinding tanpa bisa dicegah lagi. Terbaru, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil mantan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (P3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sudirman Saad. Dia diperiksa terkait kasus yang mendapat penolakan dari banyak pihak itu.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 9: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha menjelaskan, kapasitas Sudirman Saad berperan sebagai saksi untuk tersangka Direktur Utama PT Agung Podomoro Land (APL) Ariesman Widjaja (AWJ).

Selain Sudirman Saad, KPK juga memeriksa sejumlah saksi lain dari Pemprov DKI Jakarta, seperti Heru Budi Hartono, Kepala BAPPEDA DKI Jakarta Tuti Kusumastuti. Kemudian, ada juga Budi Nurwono dan Hardy Halim yang mewakili pihak swasta.

Bersamaan dengan pemanggilan sejumlah saksi, KPK juga secara resmi mengajukan surat pencegahan atas nama Sunny Tanuwidjaja yang tidak lain adalah Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Surat tersebut diajukan kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

Proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Foto: bumn.go.id

Priharsa Nugraha menjelaskan, surat pencegahan tersebut diajukan terhitung pada Rabu (06/04/2016) dan berlaku hingga enam bulan ke depan. Pencegahan dilakukan, karena KPK saat ini sedang mengusut dugaan suap kasus dua rancangan peraturan daerah (Raperda) yang berkaitan dengan reklamasi Teluk Jakarta.

Namun, pencegahan tersebut ternyata tak hanya untuk Sunny saja. Menurut Priharsa, pihaknya juga sudah mengajukan surat pencegahan untuk Direktur Agung Sedayu Group Richard Halim Kusuma.

“Baik Sunny maupun Richard, dicegah untuk bepergian ke luar negeri hingga enam bulan ke depan. Mereka sudah dicegah sejak kemarin (Rabu, 06/04/2016). Keduanya dicegah, karena untuk kepentingan penyidikan dan jika diperlukan bisa diminta keterangan kapan pun,” tutur dia di gedung KPK.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 10: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Dalam kasus reklamasi Teluk Jakarta, KPK sudah menetapkan tiga orang tersangka, termasuk Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi, Presiden Direktur PT APL Ariesman Widjaja, dan Personal Assistant di PT APL, Trinanda Prihantoro.

Untuk diketahui, dalam kasus tersebut, Trinanda berperan sebagai perantara antara Sanusi dengan Wijaja. Sudah dua kali dia melakukan transaksi dengan Sanusi dan setiap transaksi disertai dengan penyerahan uang sebesar Rp1 miliar. Menurut Priharsa, uang tersebut diberikan untuk menyuap keperluan pembahasan dua Raperda.

Adapun, dua raperda tersebut, adalah Raperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2035 dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kawasan Pantai Jakarta Utara.

Sidang Gugatan Warga Teluk Jakarta

Pada hari yang sama, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) DKI Jakarta di Pulogebang, Jakarta Timur, kembali menggelar sidang lanjutan kasus gugatan warga Teluk Jakarta terhadap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait surat izin reklamasi Pulau G. Agenda sidang yaitu mendengarkan keterangan saksi ahli tergugat intervensi, yaitu PT Muara Wisesa Samudra (MWS).

Kuasa Hukum PT MWS Ibnu Akhyat, di depan majelis hakim menjelaskan bahwa pihaknya sudah melengkapi peraturan terkait reklamasi pulau. Termasuk, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) lokasi yang akan direklamasi.

Seusai sidang, Ibnu Khayat memaparkan, sebelum SK dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta, pihaknya terlebih dahulu memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan. Makanya, dia mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata dia, justru semua izin dan Amdal sudah ada.

Saat sidang berlangsung, nelayan yang tergabung dalam Forum Kerukunan Masyarakat (Forkeman) Muara Angke menggelar aksi demontrasi berupa penolakan reklamasi Teluk Jakarta. Aksi tersebut dilakukan di depan gedung PTUN DKI Jakarta.

KKP Minta Semua Tenang

Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi menegaskan, kasus reklamasi yang terjadi saat ini sebaiknya disikapi bersama secara bijak. Dia yakin, dalam kerumitan masalah tersebut, pasti ada jalan keluar yang bisa menjadi solusi.

“Artinya, kalau ada yang mendahului, bisa dibicarakan, karena kita sama-sama Pemerintah. Koreksinya ya nanti akan sama-sama kita diskusikan,” ungkap Brahmantya menyebut nama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mengeluarkan izin pembangunan reklamasi.

Meski bersikap tenang, Brahmantya menegaskan, dalam kasus reklamasi Teluk Jakarta, KKP memiliki peranan penting karena kewenangan untuk memberikan rekomendasi izin ada di tangan mereka. Kewenangan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden tentang Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), salah satunya adalah DKI Jakarta.

“Apa yang dibutuhkan peraturan Undang-Undang, itu yang akan kita jalanin,” tegas dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 11: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Soal Reklamasi Teluk Jakarta, Berikut Tanggapan Kementerian Lingkungan April 8, 2016 Lusia Arumingtyas, Jakarta Hutan, Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 12: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Peta reklamasi Teluk Jakarta

Reklamasi Teluk Jakarta sejak awal sudah menuai banyak kritikan terutama dari nelayan dan pegiat lingkungan. Proyek reklamasi yang akan menciptakan 17 pulau baru atau lahan tambahan sekitar 5.200 hektar ini dinilai bakal bikin susah nelayan dan berpotensi memunculkan beragam masalah lingkungan.

Kini, isu ini menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan termasuk di sosial media media pasca anggota DPRD Jakarta, Sanusi, tertangkap KPK terkait kasus dugaan suap pembahasan rencana peraturan daerah reklamasi ini.

Sejak awal beberapa aturan terkait menjadi sorotan dari soal perizinan, analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), sampai izin lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananpun angkat bicara.

San Avri Awang, Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan mengatakan, proyek reklamasi Teluk Jakarta, menggunakan Amdal tunggal alias per pulau. KLHK menilai, sebaiknya proyek ini menggunakan Amdal regional yang mengkaji wilayah sebagai satu ekosistem, terlebih melibatkan provinsi lain, seperti Banten dan Jawa Barat.”Menurut kami, sebaiknya Amdal regional bukan Amdal tunggal,” katanya di Jakarta, Kamis (7/4/16).

Dari rencana 17 pulau buatan di Teluk Jakarta, baru empat memiliki Amdal. Izin lingkungan juga sudah keluar. Semua izin-izin ini dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta (BLHD).

Penyusunan Amdal satu per satu pulau ini, katanya, menyebabkan sulit melihat dampak secara keseluruhan. ”Kalau main di Amdal tunggal, itu sulit. Satu Amdal hanya bicara pulau itu saja.”

KLHK, katanya, melakukan analisis dampak komulatif yang akan berpotensi muncul kala pakai Amdal tunggal, misal, terkait dampak sedimentasi dari 13 sungai, sampai kabel laut (PLTU Muara Karang), maupun sumber air bersih. “Ini persoalan kalo gak pakai Amdal regional.”

Dia mencontohkan, PT Kapuk Naga Indah, akan mengerjakan tiga pulau. KLHK mencatat ada banyak persoalan, seperti limpasan sedimentasi, sampai back water. “Sedimentasi pengaruhi sentra-sentra perikanan Teluk Jakarta, akan terjadi penurunan kualitas air secara umum di sepanjang perairan pantai dan reklamasi. Kita sudah petakan.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 13: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Nelayan Teluk Jakarta, salah satu yang bakal terdampak kala reklamasi terlaksana. Apakah pemerintah sudah menjamin kehidupan mereka tak akan terganggu kala reklamasi ada? Foto: Sapariah Saturi

Meskipun begitu, kata Awang, Amdal tunggal tak menyalahi aturan tetapi yang menjadi masalah dampak komulatif itu. “Jadi sebaiknya (Amdal) regional.”

Dia mengusulkan, bahasan reklamasi Teluk Jakarta termasuk Amdal ini dikaitkan langsung dengan program National Capital Intergrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul raksasa lepas pantai (giant sea wall). Hingga bisa melihat secara utuh.

“Kalau ini, saya rasa, KLHK akan mulai lagi dari awal. Sekaligus lihat ekosistem. Kekurangan-kekurangan buka lagi dan lihat mana yang paling baik, termasuk nelayan.”

Mengenai dampak lingkungan, sosial, ekonomi terhadap nelayan, katanya, seharusnya ada detil dalam rencana kelola lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL/RPL).

“Apakah persoalan nelayan ditulis baik dalam RPL/RKL. KLHK akan cek itu. Posisi kami lihat Amdal, lihat metode benar atau gak? Kami punya pendapat akan berikan pada BLHD. Kita beritahu. Tugas BLHD, memakai masukan KLHK buat memantau. Koordinasi dengan BLHD Jakarta bagus,” katanya.

Dokumen RPL/RPL ini dinamis. “Jika ada sesuatu berubah, ubah RLK/RPL.”

Pintu masuk

Ilyas Asaad, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, KLHK bisa masuk menghentikan proyek pembangunan jika ada terjadi pelanggaran serius. “Tindakan melanggar hukum yang sebabkan pencemaran lingkungan hidup dan timbulkan keresahan masyarakat,” katanya. Hal ini, termaktub dalam Padal 73 UU UU Nomor 32 Tahun 2009.

Soal penolakan pemerintah pusat terhadap proyek reklamasi Jakarta ini pernah terjadi pada awal 2000-an. Pada 2003, kata Ilyas, Kementerian Lingkungan Hidup menolak reklamasi Teluk Jakarta dengan beberapa

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 14: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

pertimbangan, antara lain, reklamasi mengancam keragamanhayati, asal tanah reklamasi tak jelas (kala itu, pemerintah Jakarta tak bisa menjelaskan asal tanah dari mana). Lalu, ada PLTU, bagaimana desain penanganan masalah air (tak ada jawaban darimana asal air tawar), dan reklamasi bisa perluas banjir Kakarta. Kala itu, rencana reklamasi sepanjang 30 km x 1 km.

Penolakan ini muncul dengan keluar Keputusan Menteri (Kepmen) No 14/2003 yang menilai rencana reklamasi dan revitalisasi Pantai Utara tak layak. Para pengembang beraksi dengan mengajukan gugatan hukum. Pada pengadilan tingkat pertama dan tinggi, para pengembang menang. KLH kasasi dan menang pada 2009. Reklamasi Teluk Jakarta, tak layak.

Pengembang mengajukan peninjauan kembali (PK). “Pada 2011 putusan Mahkamah Agung berbalik. PK mereka diterima. (Putusan MA), yang menetapkan penghentian reklamasi bukan menteri harus presiden. Kita kalah.”

Alhasil, reklamasi kembali jalan. “Setelah 2011, mulai diteruskan izin oleh (Gubernur) Fauzi Bowo. Ini di luar kontrol Lingkungan Hidup,” katanya.

DPR Minta Pemerintah Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta April 14, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akhirnya meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengeluarkan kebijakan penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta yang saat ini sedang berlangsung. Kesepakatan tersebut dicapai bersama KKP yang ikut hadir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (13/4/2016).

Kesepakatan tersebut dibacakan Pimpinan Sidang yang diketuai Ketua Komisi IV Herman Khaeron. Saat membacakan kesimpulan tersebut, Herman sempat meminta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti apakah menyetujuinya atau tidak. Dia bahkan meminta ketegasan lagi apakah kesimpulan tersebut iya atau tidak.

“Ibu Susi, bagaimana? Sepakat?” ucap Herman meminta ketegasan Susi yang saat itu terlihat kurang ceria.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 15: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Foto: bumn.go.id

Munculnya kesimpulan akhir kasus reklamasi dari RDP yang dimulai pukul 11.00 WIB itu, memang menjadi harapan semua orang yang hadir dalam pertemuan tersebut. Hal itu, karena hampir seluruh anggota Komisi IV mempertanyakan perkembangan kasus reklamasi yang kini menjerat sejumlah nama dan ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi mengungkapkan, kejelasan tentang respon KKP atas kasus reklamasi, sangat ditunggu oleh masyarakat luas. Meski sebelumnya sudah pernah mengatakan bahwa KKP menilai ada pelanggaran yang dilakukan dalam reklamasi Teluk Jakarta, tetapi itu hanya berupa tanggapan saja.

“Sementara untuk tertulis alias yang resmi berupa surat atau pun keputusan itu belum dilakukan oleh KKP. Apakah KKP sudah mengeluarkan surat yang meminta proyek reklamasi dihentikan? Hingga saat ini kan belum ada,” ucap dia.

Revisi Peraturan Menteri KP

Selain menyoroti proyek reklamasi di Teluk Jakarta yang bermasalah, RDP tersebut juga menyoroti implementasi Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan yang dinilai masih bermasalah dan berdampak negatif untuk nelayan dan pelaku usaha di industri perikanan dan kelautan.

Salah satu kebijakan yang dinilai merugikan nelayan, adalah Permen No.01 dan No.02 Tahun 2015. Kedua Permen tersebut dinilai menjadi sumber masalah yang saat ini terjadi di lingkup nelayan Indonesia. Permen No.1 Tahun 2015 adalah tentang pembatasan penangkapan lobster, kepiting, rajungan. Sementara, Permen No.2 Tahun 2015 adalah tentang larangan pengguanaan alat tangkap pukat hela (trawl) dan pukat tarik (seinenets).

Wakil Ketua Komisi IV Titiek Soeharto sampai mengeluarkan pandangan bahwa kedua Permen tersebut menjadi Permen yang paling banyak dibicarakan saat dia melakukan kunjungan kerja ke daerah. Kedua Permen tersebut, dinilainya harus direvisi oleh KKP sesegera mungkin.

“Saya paham kalau Ibu Menteri bermaksud baik dengan dikeluarkan Permen tersebut. Tapi, sebaiknya memang direvisi, karena itu berdampak negatif. Nelayan yang sudah susah, janganlah lagi dibuat semakin susah,” tutur dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 16: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sementara itu, Anggota Komisi IV dari Fraksi PKB Daniel Johan mengungkapkan, kebijakan Permen No.2 Tahun 2015 terbukti sudah memakan korban di kalangan nelayan. Hal itu, karena hingga sekarang sudah banyak nelayan yang ditangkap di laut saat sedang mencari ikan. Mereka semua, masuk dalam kelompok kriminalisasi dari Permen tersebut.

“Nelayan yang ditangkap itu adalah mereka yang menggunakan alat tangkap dilarang. Mereka tidak tahu dan mereka tidak punya biaya untuk mengganti alat tangkap kalaupun tahu. Mereka adalah korban,” sebut dia.

Yang membuat Daniel heran, meski sudah ada nelayan yang ditangkap oleh kepolisian perairan (Polari) karena menggunakan alat tangkap cantrang, tapi sebenarnya aturan larangan tersebut masih belum berlaku. Sesuai dengan kesepakatan antara Ombusdman RI dan KKP, larangan tersebut akan berlaku setelah melalui masa sosialisasi selama dua tahun hingga akhir 2016.

“Ini yang aneh. Jadi, yang salah siapa? Apakah Polair atau memang KKP? Tapi, korbannya tetap saja nelayan kan? Ini harus segera dicarikan solusinya. Nelayan itu adalah nelayan tradisional yang melaut dengan menggunakan kapal kecil,” papar dia.

Sosialisasi Cantrang Hanya untuk Jawa Tengah

Menanggapi tentang keluhan nelayan yang disampaikan anggota Komisi IV, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa pelarangan Cantrang memang sudah disepakati berlaku mulai awal 2017 atau setelah masa dua tahun sosialisasi selesai dilaksanakan pada akhir 2016 mendatang.

Namun, dia mengaku, pemberitahuan tersebut hanya diberikan kepada Provinsi Jawa Tengah yang memang selama ini menjadi basis utama nelayan yang menggunakan alat tangkap cantrang. Kata dia, informasi tersebut dikirimkan langsung kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sementara, terkait dengan penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta, Susi yang dimintai komentarnya setelah sidang, menyebut itu sebagai hasil keputusan sidang saja. Karena, secara internal di tubuh KKP belum ada pembahasan mengenai proyek reklamasi akan seperti apa.

“Saya mengeluarkan izin untuk reklamasi, bukan untuk apa-apa, tapi hanya untuk pembuatan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) saja. Jadi, kalau saya diminta untuk menghentikan, saya tidak tahu. Saya belum bicara dengan tim saya,” tandas dia.

Susi Pudjiastusi: Reklamasi Teluk Jakarta Dilakukan Tanpa Rekomendasi KKP April 16, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Pernyataan tegas dan jelas akhirnya diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait proyek reklamasi di Teluk Jakarta yang sedang berpolemik saat ini. Susi mengungkapkan, proyek tersebut dilakukan tidak sesuai prosedur yang seharusnya. Bahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Pernyataan Susi tersebut diungkapkan di kediamannya di Jakarta, Jumat (15/4/2016). Dia kembali menjelaskan tentang reklamasi Teluk Jakarta, karena menurutnya saat ini masih banyak pihak yang merasa belum paham. Termasuk, Komisi IV DPR RI yang baru saja melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan KKP, beberapa hari lalu.

“Faktanya, itu dilakukan tanpa rekomendasi (dari) KKP,” ucap Susi tegas. Selain itu, dia menyebut, reklamasi yang bermasalah saat ini, dilakukan juga tanpa dipayungi peraturan daerah (perda) tetang zonasi wilayah pesisir.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 17: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Gambaran reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau buatan. Foto : Fisip UI

Susi mengatakan, sebelum ada Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pesisir, tidak ada satu pun aturan yang mengatur tentang reklamasi secara nasional. Karena tidak ada aturan, menurut dia, saat Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan izin reklamasi pada 1995. Acuan hukumnya hanya pada Keputusan Presiden (Keppres) No 52 Tahun 1995 tentang Tata Ruang Pantai Utara Jawa.

Kemudian, pada 2008, keluar Peraturan Presiden (Perpres) No.54 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Jabodetabekpunjur yang berarti langsung membatalkan aturan tata ruang pada Keppres No.52 Tahun 1995. Tetapi, meski batal, kewenangan reklamasi Pantura tetap ada di tangan Gubernur DKI Jakarta.

“Kemudian, pada 2012, keluar Perpres No.122 Tahun 2012 yang menjadi turunan dari Undang-Undang Pesisir 2007, yang mengatur bahwa kewenangan izin reklamasi untuk Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) adalah milik Menteri Kelautan dan Perikanan,” papar dia.

Susi menambahkan, karena Jakarta masuk dalam bagian KSNT, maka sudah seharusnya jika pembangunan reklamasi kewenangannya ada di tangan dia, dan tidak lagi Gubernur DKI Jakarta. Regulasi tersebut, kata dia, harus dilaksanakan jika mengacu pada aturan yang berlaku sekarang dan paling mutakhir.

“Tetapi, saya dan Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta) kan sama-sama bagian dari Pemerintah. Jadi, masalah serumit apapun masih bisa dibicarakan dan dicari solusinya. Nah sekarang, kita harus duduk bersama untuk memecahkan persoalan ini,” cetus dia.

Penghentian Sementara

Susi Pudjiastuti yang berbicara di hadapan media didampingi Sekretaris Jenderal Sjarief Widjaja dan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Brahmantya Satyamurti Poerwadi, menjelaskan, setelah menimbang dan mengacu pada hasil pertemuan dengan Komisi IV DPR RI, maka dia meminta proyek reklamasi dihentikan sementara.

“Kita minta proyek di sana dihentikan dulu sementara sampai semua persyaratan dipenuhi. Reklamasi itu baik, jika dilaksanakan dengan benar dan mengikuti prosedur,” ungkap dia menjelaskan tentang proyek seluas 5.100 hektare itu.

Menurut Susi, reklamasi harus dihentikan karena banyak aspek yang terabaikan dan itu menimbulkan polemik tak berkesudahan. Dia akan segera membahas secara teknis dengan pihak terkait, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pertemuan itu menyangkut penghentian sementara reklamasi.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 18: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Nanti kita bahas teknisnya, apakah nanti harus dikeluarkan payung hukum atau tidak. Termasuk, bagaimana selama penghentian sementara berjalan, berbagai persyaratan bisa dilengkapi. Tadi malam (Kamis, 14/4/2016) kita sudah bertemu dengan KLHK membicarakan ini,” kata dia.

Selain bertemu, dari pihak KLHK, sudah dikeluarkan Keputusan Menteri No.301 Tahun 2016 untuk melakukan kajian dan pengawasan pada reklamasi Pantura.

Nasib Nelayan

Di antara persyaratan yang harus dipenuhi, menurut Susi adalah pengembang harus bisa menjamin keberlangungan kehidupan dan profesi nelayan di sekitar Teluk Jakarta. Kata dia, bukan saja harus menjamin tempat tinggal yang nyaman, nelayan juga harus dijamin lokasi tempat mencari ikan yang selama ini sudah menjadi mata pencaharian mereka.

“Ini yang akan dikawal oleh kami. Rekomendasi kami akan saya jaga sebaik mungkin. Untuk bisa menjamin tempat nelayan menjalankan profesinya, di antaranya adalah dengan menjaga ekosistem di sekitar reklamasi,” jelas dia.

Susi mencontohkan, jika akibat reklamasi laut mengalami pendangkalan, maka itu harus dilakukan pendalaman oleh pengembang. Kalaupun sudah selesai reklamasi, dia meminta pengembang untuk tetap menjaga ekosistem hingga dipastikan nelayan bisa beraktivitas dengan normal.

“Ini adalah mega konstruksi. Harus jelas koordinasinya. Livelihood nelayan harus terjamin sampai kapan pun. Begitu juga dengan teknis pembangunannya harus jelas. Jangan sampai ada pulau yang hilang karena pasirnya diambil untuk reklamasi,” tandas dia.

Di atas semua itu, Susi mengakui bahwa kewenangan pembangunan reklamasi Teluk Jakarta saat ini ada di tangan Gubernur DKI Jakarta. Hanya saja, perlu ada rekomendasi dari Menteri KP dan Perda Zonasi Wilayah Pesisir di DKI Jakarta.

Organisasi Lingkungan Dorong Pergub Reklamasi Pasca Tambang, Gubernur: Saya Setuju April 19, 2016 Andika Dhika, Palu Hutan, Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup, xPertanian

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 19: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Hutan-hutan di pebukitan botak di Kabupaten Morowali, seperti di Kecamatan Bungku Timur, dan Bahodopi, bukan pemandangan asing lagi. Setelah mengeruk biji nikel (ore), kini perusahaan sudah menghilang, tinggalkan lubang-lubang tambang yang siap memberi masalah pada wilayah sekitar. Foto: Sapariah Saturi

Sejak pemerintah pusat memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2014 tentang larangan ekspor mineral mentah, banyak perusahaan tambang di Sulawesi Tengah, setop operasi. Mereka menghentikan operasi bukan tanpa masalah, kerusakan lingkungan ditinggal begitu saja. Untuk itu, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan Yayasan Tanah Merdeka (YTM) mendorong pembuatan peraturan gubernur soal reklamasi pasca tambang ini.

”Terjadi pembiaran kerusakan lingkungan areal pengerukan tanpa reklamasi. Lokasi pengerukan rawan longsor, dan banjir jika musim hujan,” kata Adriansya Manu, Manager Kampanye dan Jaringan YTM saat konferensi pers bersama Jatam Sulteng di Palu, Senin (18/4/16).

Kadi , sapaan akrab Manu mengatakan, data berhasil dihimpun konsorsium YTM dan Jatam Sulteng sejauh ini, beberapa daerah belum reklamasi pascatambang, lubang-lubang galian masih menganga.

Hasil penelusuran Jatam Sulteng dan YTM menemukan, di Morowali ada 130 izin usaha pertambangan (IUP) baik dicabut maupun masih aktif. Dari keseluruhan IUP 32, menyetor uang jaminan reklamasi (jamrek) kepada pemerintah daerah Rp7,7 miliar. Mereka menguasai lahan 82.777 hektar di Morowali.

Di Kabupaten Banggai, IUP 61, lima menyetor jamrek Rp6,09 miliar dengan penguasaan luas tanah 207.840 hektar. Di Kabupaten Tojo Una-una ada 24 IUP, baru PT Arthaindo Jaya Abadi menyetor jaminan reklamasi Rp275 juta. Total areal kuasa tambang 484.633 hektar.

“Di Kabupaten Sigi, 11 IUP eksplorasi dikeluarkan pemerintah daerah, semua izin telah dicabut,” katanya.

Meskipun perusahaan sudah menyetor jamrek namun belum ada satupun areal pertambangan direklamasi. Fakta ini, katanya, mengkonfirmasi kejanggalan hukum pengusaha dan pemerintah.

Kadi mengatakan, pemegang IUP Eksplorasi, IUP operasi produksi wajib reklamasi pasca tambang meliputi lahan bekas tambang dan lahan luar bekas tambang yang terganggu akibat pertambangan. “Jika proses reklamasi tak dilakukan, pemerintah wajib rehabilitasi areal rusak menggunakan uang jamrek,” katanya.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 20: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Direktur Jaringan Advokasi Tambang Sulawesi Tengah, Syahrudin Ariestal Douw, menyampaikan, Jatam Sulteng dan YTM investigasi di Morowali dan beberapa daerah di Sulteng. “Ini berdasarkan Korsup mineral KPK kemarin. Pemprov Sulteng dianggap paling bagus dalam mengontrol perusahaan, dari ratusan izin itu. Di Morowali 92 IUP, Morowali Utara 29 IUP, Banggai dan Tojo Una-una ada pencabutan.”

Etal mengatakan, banyak perusahaan bermasalah secara dokumen, tak memiliki NPWP dan beberapa persyaratan lain. “Dari situ kita fokus invetigasi wilayah yang sudah dieksploitasi, jumlah uang disetorkan kepada pemerintah. Faktanya, perusahaan pergi dan meninggalkan lubang.” Jadi, katanya, dana di pemerintah daerah dari perusahaan tambang harus segera buat reklamasi.

Kedua lembaga ini mendorong gubernur mengeluarkan Pergub soal reklamasi pasca tambang guna menyelamatkan uang negara dan memulihkan wilayah bekas tambang.

Etal mendorong Pemerintah Sulteng mengambil uang jamrek untuk reklamasi. “Kami khawatir uang ini disalahgunakan. Sebenarnya disimpan pada rekening bersama hingga pemerintah punya hak menunjuk pihak ketiga untuk reklamasi.”

Hasil perhitungan investigasi lapangan pada tujuh perusahasan diperkirakan rata-rata areal rusak sekitar 27 hektar baik Morowali maupun Banggai.

Direktur YTM, Lahmudin Yoto mengingatkan, Pemerintah Sulteng lebih mengepankan dialog penyelesaian masalah lingkungan agar masalah yang timbul dari pengelolaan sumber daya alam bisa segera diatasi. Pemerintah Sulteng, harus bersedia menerima masukan berbagai pihak.

Direktur Jaringan Advokasi Tambang Sulawesi Tengah, Syahrudin Ariestal Douw (berbaju putih), bersama Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola. Foto: Andika Dhika

Gubernur dukung reklamasi pasca tambang

Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola setuju masukan Jatam dan YTM. “Saya dukung mendorong reklamasi pasca tambang,” katanya saat menerima kunjungan YTM dan Jatam dan Celebes Institut di Palu (18/4/16).

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 21: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Pemerintah Sulteng, katanya, mendukung gagasan Jatam dan YTM mendorong tata laksana reklamasi pasca tambang. Berdasarkan kewenangan UU, pemerintah provinsi berwenang dalam perizinan. “Memang kewenangan izin ada pada kami, bukan berarti pemerintah kabupaten menutup mata. Sebab, tambang di wilayah mereka, seharusnya pengawasan oleh bupati masing-masing,” katanya.

Sejauh ini, dana jamrek belum diketahui persis berapa jumlahnya. “Ada isu kalau dana jamrek masuk APBD. Ada pula bilang sudah raib.”

Dia mendorong evaluasi realisasi dan serapan dana jamrek. “Kita akan mencari tahu data berkaitan jamrek ini, agar dana bisa untuk perbaikan pascatambang.”

Pengalaman beberapa perusahaan yang menggunakan metode meratakan gunung untuk menutup galian tambang, katanya, akan menjadi salah satu opsi dalam reklamasi pascatambang ini. “Kita akan menuntut semua perusahaan pertambangan reklamasi dan perbaikan lubang galian.”

Protes besaran pendapatan ke daerah

Longki juga mengkritik metode penghitungan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima Sulteng. Target dalam R-ABPB Sulteng Rp400 miliar dengan asumsi pendekatan barang hasil pengolahan smelter. Dalam realisasi, Sulteng hanya mendapatkan Rp10 miliar.

”Ini soal penerapan regulasi. Dulu kita diming-imingi nilai tambah hingga kita rame-rame tutup tambang yang hanya mengirim raw material. Kita dorong pembangunan smelter. Hasilnya sama saja dengan ekspor ore. Apa untungnya daerah mendorong pembangunan smelter?”

Longki telah mengirimkan nota keberatan pada pemerintah pusat. “Bulan lalu saya sudah mendatangi Kementerian Keuangan, menanyakan masalah ini.”

Setelah izin massif diberikan, tambang-tambang nikel marak beroperasi. Bahkan, di tepi jalan raya dan dekat pemukiman, izin bisa keluar. Foto: Sapariah Saturi

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 22: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Akhirnya, Gubernur Ahok Terima Penghentian Reklamasi Teluk Jakarta April 19, 2016 M Ambari dan Lusia Arumingtyas, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya menerima rekomendasi penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta yang saat ini sedang berpolemik. Rekomendasi itu dikeluarkan secara mufakat oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ketiga instansi tersebut menggelar pertemuan tertutup bersama Pemprov DKI Jakarta yang dihadiri langsung Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di gedung Kementerian Kemaritiman dan Sumber Daya, Jakarta, Senin (18/04/2016) sore.

Selain Ahok, dalam pertemuan tersebut hadir juga Menteri KSD Rizal Ramli, Menteri LHK Siti Nurbaya, dan Menteri KP yang diwakili Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi. Keempat pimpinan tersebut bertemu dalam ruangan tertutup sejak pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 23: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 24: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli (tengah), didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya (dua kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (dua kanan) memberikan keterangan pers tentang reklamasi Teluk Jakarta di gedung Kementerian Kemaritiman dan Sumber Daya, Jakarta, Senin (18/04/2016) sore. Foto : M Ambari

Gubernur Ahok yang memberikan pernyataan setelah pertemuan, mengaku menerima kesepakatan penghentian karena memang untuk mengakhiri polemik yang sekarang sedang mengusik reklamasi di Teluk Jakarta.

“Supaya polemik ini selesai, kita sepakat reklamasi dihentikan sementara. Tapi, kita sepakat (pembangunan) reklamasi tidak salah. Tidak ada cerita Jakarta mau tenggelam atau ikan-ikan sudah tidak ada (sehingga reklamasi dilaksanakan),” ujar Ahok.

Menurut Ahok, yang menjadi masalah saat ini, adalah bahwa ada tumpang tindih peraturan menyangkut pembangunan reklamasi. Karena itu, dia sepakat, melalui pertemuan tersebut polemik di Teluk Jakarta harus segera diakhiri. “Melalui (pertemuan) ini kita luruskan,” sebut dia.

Joint Committe

Sementara itu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, mengungkapkan, masalah yang terjadi di Teluk Jakarta saat ini memang sangat pelik. Namun, itu tidak berarti kasus tersebut tidak bisa diselesaikan hingga tuntas.

“Kita tidak boleh terlalu emosional, karena ini semua ada ilmunya. Kalau ada resiko apapun, itu bisa diselesaikan secara teknis. Dalam hal itu, reklamasi merupakan pilihan pembangunan,” ucap dia.

Rizal menjelaskan, langkah nyata untuk menyelesaikan polemik dalam pembangunan reklamasi Teluk Jakarta, adalah dengan membentuk tim khusus (joint committe) yang di dalamnya ada pejabat dari empat instansi yang terlibat.

Adapun, disebutkan dia, pejabat yang terlibat dalam joint committe tersebut adalah 4 (empat) orang dari KLHK, 4 (empat) orang dari KKP, 2 (dua) orang pejabat Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, 2 (dua) orang pejabat di Sekretaris Kabinet, 2 (dua) pejabat deputi di Kemenkomar SD.

Dan dari Pemprov DKI, ada Deputi Gubernur, Kepala BAPPEDA, Asisten Pembangunan, dan juga tim percepatan Gubernur.

“Tim tersebut akan mulai bekerja mulai Kamis (21/04/2016) mendatang. Akan ada rapat untuk menyeleraskan dari aturan-aturan yang ada. Nanti akan ada audit tentang aturan yang ada. Apa yang masih bolong dan apa yang harus diperbaiki,” papar dia.

Akan tetapi, Rizal menyebutkan, tim tersebut tidak hanya akan membahas tentang reklamasi di Teluk Jakarta, tapi juga proyek reklamasi yang sudah dan akan berjalan di daerah lain. Diharapkan, semua daerah nanti bisa belajar dari Teluk Jakarta, karena aturan yang akan dibuat nantinya akan menjadi referensi.

Amdal Masih Belum Cukup

Sementara, Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) untuk proyek pembangunan pulau-pulau yang sifatnya tunggal, dinilainya masih belum

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 25: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

cukup kuat. Menurut dia, dibutuhkan kajian kewilayahan yang lebih mendalam lagi jika ingin proyek reklamasi berjalan tanpa hambatan dan polemik.

Pembangunan yang sedang dilakukan di Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Pemerintah akhirnya memutuskan menunda reklamasi Teluk Jakarta setelah ditemukan berbagai pelanggaran aturan dan hukum. Foto : Sapariah Saturi

Selain akan membahas masalah reklamasi Teluk Jakarta, Siti mengungkapkan, pihaknya juga akan membahas proyek serupa yang dilaksanakan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, dan Kabupaten Bekasi di Provinsi Jawa Barat.

“Nanti akan kita lihat kaitannya dengan Banten dan Jabar. Nanti harus dikomunikasikan terkait kelengkapan prasyarat untuk raperda zonasi, raperda itu yang distop oleh DPRD DKI. Ini harus dikomunikasikan rancangannya kepada pusat,” tutur dia.

Selain Amdal, reklamasi Teluk Jakarta dinilai belum layak dilaksanakan karena tidak ada rekomendasi dari KKP. Hal itu ditegaskan Dirjen PRL KKP Brahmantya. Menurut dia, KKP berpendirian bahwa rekomendasi itu sangatlah penting.

“Selain itu, harus ada rencana zonasi untuk wilayah dan pulau-pulau kecil,” tandas dia.

Melanggar Hukum

Sebelumnya Menteri LHK menyatakan akan Isu reklamasi masih terus bergulir akan mengeluarkan keputusan moratorium sementara untuk seluruh kegiatan reklamasi, setelah Surat Keputusan Menteri keluar.

Menteri LHK, Siti Nurbaya menegaskan bahwa proyek reklamasi harus dihentikan. Pasalnya, proyek tersebut diduga melanggar sejumlah aturan dan terkait masalah hukum. ”Kita lihat dahulu

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 26: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

prosesnya nanti bagaimana, fakta-fakta lapangan dan sesuai penemuan, itu harus dihentikan sementara,” tuturnya saat Rapat Kerja bersama komisi IV DPR, di Senayan, Jakarta, Senin (18/04/2015).

Sejauh ini, KLHK menemukan identifikasi awal dan indikasi kelemahan di pemenuhan persyaratan. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pendalaman atau investigasi untuk menjalankan wewenng dalam mengawasi dan mengontrol lingkungannya.

Siti, pun menyebutkan akan ada keputusan penghentian sementara seluruh kegiatan reklamasi Pantura Jakarta untuk penyempurnaan seluruh dokumen perencanaan terkait reklamasi. Diantaranya, rencana tata ruang laut nasional berikut KLHS (kajian lingkungan hidup strategis), penetapan status strategis nasionel perairan dengan pertimbangan rencana pulau A, B, O, P, Q atau rencana tata ruang strategis Provinsi Pantura DKI dan Jabodetabek berikut KLHS-nya, revisi rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi DKI, Banten, dan Provinsi Jawa Barat berikut KLHS-nya.

Nantinya, ketiga KLHS dari ketiga provinsi tersebut harus dikaji dan dianalisis secara stimultan dan dimuat dalam satu dokumen yang berlaku di tiga wilayah tersebut. Pemerintah daerah juga penyelesaian Perda KSP dan Perda RZWP3K untuk keperluan perizinan.

”Nanti kita akan mengeluarkan Kepmen penghentian,” ujar Siti. Adapun Kepmen tersebut dikeluarkan untuk memperkuat analisis dan dokumen terkait. Tak hanya itu, akan ada sanksi administrasi yang harus dipenuhi oleh para pengembang untuk memperbaikinya. Yakni, pencabutan ataupun pembekuan ijin lingkungan.

Sejumlah nelayan menyegel Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka menyegel pulau buatan tersebut karena menolak reklamasi Teluk Jakarta yang merugikan mereka, Foto : Sapariah Saturi

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 27: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Meski demikian, Kepmen tersebut akan keluar seiring dengan terselesaikannya prosedur poin yang ada di lapangan. ”Nanti ada tim lapangan yang mengecek apa saja dampak di reklamasi,” tuturnya.

Waktu yang diberikan dalam moratorium tersebut pun tergantung pada temuan lapangan, begitu juga dari penyusun amdal atau pengembang dalam menyelesaikan prasyarat yang harus dipenuhi. Diantaranya menjawab terkait air bersih, keresahan manusia, kajian sedimentasi, indikasi pencemaran, kerusahan lingkungan dan keresahan lingkungan,

”Masalah air juga ternyata tidak ada dalam kajian mereka,” tutur San Afri Awang, Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang KLHK. Padahal itu sangatlah penting, begitu juga dengan kondisi ekosistem mangrove.

Langkah moratorium nantinya pun dilihat berdasarkan kasus di lapangan. Tidak serta merta melakukan pencabutan. Pasalnya, banyak dampak yang ditimbulkan secara kompleks. Terkait tenaga kerja, investasi ataupun masyatakat sekitar. ”Kita kan berlakukan penghentian sementara, pembekuan dan kemudian pencabutan,” jelasnya.

Pencabutan ijin lingkungan itu sendiri dapat dilakukan jika terjadi pelanggaran yang keras. Saat ditanya terkait hal tersebut, San hanya menyebutkan jika pengembang tidak mampu memenuhi prasyarat dan dampak terhadap masyarakat yang cukup besar.

Soal Reklamasi Jakarta, Berikut Temuan Kementerian Lingkungan Hidup April 20, 2016 Sapariah Saturi Hutan, Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 28: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Pulau G. Kapal nelayan sandar di Pulau reklamasi G, untuk aksi penyegelan akhir pekan lalu. tampak petugas keamanan pengembang menjaga kawasan. Foto: Sapariah Saturi

Dari beragam temuan, antara lain ada dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan reklamasi Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun menyiapkan langkah-langkah penegakan hukum.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan temuan-temuan mencengangkan dalam proses dan pelaksanaan reklamasi Teluk Jakarta. Dari soal perizinan tak lengkap, sampai sumber-sumber pasir urukan tak jelas asal usul. Beragam temuan inilah yang mendorong, penghentian sementara proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta ini. Hal ini terungkap kala Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (20/4/16).

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, KLHK diminta studi komprehensif di lapangan terhadap reklamasi pantai Jakarta dan review ketentuan terkait.

KLHKpun, katanya, merumuskan langkah-langkah dengan mengeluarkan surat keputusan penyelesaian reklamasi pantura. “Bentuk tim kerja, dipimpin Dirjen Planologi dan Dirjen Penegakan Hukum. Sertakan unsur independen. Lalu rapat dengan pemda dan kementerian lembaga, dan pengembang. Juga identifikasi lapangan, sebagai pengawasan pendahuluan,” katanya.

Dari pertemuan-pertemuan, analisis dokumen Amdal dan turun ke lapangan, KLHK menemukan beberapa fakta. Dari sisi dampak lingkungan, rekomendasi-rekomendasi KLHK dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 2011, banyak belum dilaksanakan.

Dia mencontohkan, soal kerusakan lingkungan di sumber tanah urukan tak dibahas dalam KLHS. Dari hasil diskusi, katanya, tak diketahui penanganan dampak di sumber. “Semua pengembang yang ditanya ambil pasir Pulau Tunda di Banten. Ada Amdal gak di sana? Kita gak mendapatkan,” katanya.

Soal pencemaran di Teluk Jakarta dan sungai, rekomendasi KLHK terhadap KLHS, lewat penanganan limbah terpadu di air permukaan dan pengelolaan sedimentasi. “Mitigasi belum terlaksana,” ucap Siti.

Begitu juga soal degradasi ekosistem pesisir dan mangrove, belum ditangani. Indikasi muncul, katanya, mangrove tertekan dan makin hilang. “Di Muara Angke, indikasi lapangan, ada kemungkinan mangrove mati karena air tersumbat. Alur air laut tak jalan baik.”

Hal penting lain, masih minim dalam KLHS, katanya, terkait ancaman dan dampak sosial yang akan muncul. “Sangat kurang dilakukan. Mitigasi dampak sosial tak memadai. Ini indikasi-indikasi awal,” ujar dia. Begitu juga persoalan pencegahan kemiskinan dan ancaman kehidupan nelayan masih tak memadai.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 29: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Berkaitan dengan aturan hukum, KLHK juga menemukan banyak dugaan pelanggaran. Dia memaparkan, dalam peraturan Gubernur tahun 2012, menyebutkan ada dua tahap Amdal, yakni Amdal reklamasi dan Amdal infrastruktur.

Catatan KLHK, katanya, Amdal reklamasi, ada yang sudah jadi, sedang dilaksanakan, selesai dan masih rencana. Namun, Amdal infrastruktur, untuk jempatan, jaringan listrik, pengolahan limbah, dermaga, maupun gedung-gedung baik hotel, sampai pemukiman, tak ada.

“Pulau D reklamasi sudah terbangun, sudah banyak infrastruktur dan gedung-gedung. Dalam catatan kami tanpa dilengkapi Amdal, UKL/UPL dan izin lingkungan. Bahkan tak ada IMB.”

KLHK juga mengkaji kelengkapan Amdal berdasarkan enam kriteria, ternyata banyak tak masuk kajian. Enam kriteria itu, yakni ketersediaan air bersih, kegiatan vital yang akan terpengaruh, banjir, kebutuhan bahan bangunan, dan keberadaan PLTU Muara Karang dan PLTU Tanjung Priok. Serta kabel dan pipa bawah laut terancam terganggu.

“Kami identifikasi sampai Pulau N. Amdal lemah betul. Tentang kesediaan air bersih tak dikasih pada seluruh dokumen Amdal,” katanya.

Reklamasi Teluk Jakarta. Foto: KLHK

Mengenai kegiatan vital yang akan terpengaruh seperti listrik, gas dan lain-lain, ternyata tak dikaji. “Kecuali Pulau G dan H memang disebutkan dan menimbulkan dampak penting. Banjir Pulau H-L tak dikaji,” katanya.

Sama juga soal pemenuhan kebutuhan bahan urukan, keseluruhan pulau tak melakukan kajian. “Bilang Pulau Benda. Gitu aja.”

Mengenai PLTU Muara Karang dan Tanjung Priok, Pulau C,D dan E, I, L, tak dikaji. Hanya Pulau G dan H melakukan kajian dalam Amdal dan disebutkan menimbulkan dampak penting. “Mereka katakan, kabel-kabel kalau bisa digeser. Kalau gak bisa, pulau yang digeser. Rata-rata tak dikaji (dalam Amdal pulau).”

KLHK, katanya, juga melakukan kajian menyeluruh sebagai satu ekosistem, baik Jakarta mapun Tangerang. Dalam penelitian aspek lingkungan dari dokumen Amdal, kata Siti, konflik kabel, Tangerang dan Jakarta, tak ada

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 30: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

kajian. Soal limpasan sedimen terhadap ekosistem terumbu karang, Tangerang mencatat timbulkan dampak penting tetapi tak masuk kajian di Pulau F dan G.

Mengenai dampak sedimentasi terhadap sentra perikanan di Teluk Jakarta dan Pelabuhan Marina, juga tak dikaji. “Dampak sedimentasi muara sungai dan perendaman air tawar di kawasan reklamasi, Tangerang catat dampak penting. DKI tak mengkaji.” (lihat grafis)

Dari lapangan, katanya, KLHK juga menemukan beberapa fakta seperti, reklamasi di Pulau C dan D. Saat ini, luas Pulau C 109 hektar dan Pulau D 300 hektar, sudah memiliki izin lingkungan untuk reklamasi tetapi pembangunan di lahan reklamasi tak ada izin lingkungan. Di Pulau D, katanya, sudah terbangun sekitar 104 ruko dan beberapa rumah tinggal.

Sumber: KLHK

Pulau ini, menggunakan tanggul batu gunung tak sesuai dokumen Amdal. Sumber batu gunungpun, katanya, tak jelas. “Perusahaan tak dapat menunjukkan bukti kontrak dengan supplier batu gunung.” Bukan itu saja, Pulau C dan D, tak dipisahkan kanal sesuai RTRW Jakarta. Dalam dokumen Amdal, juga tak disebutkan detil rencana pemisahan Pulau C dan D.

Sumber pasir laut material reklamasi juga berbeda. Volume mereka pakai 35 juta meter kubik, dalam Amdal disebutkan perlu pasir 20 juta meter kubik.

Di sekitar Pulau C dan D juga terjadi pendangkalan. Kala tim KLHK mewawancarai nelayan, kata Siti, mereka mengeluhkan jarak tempuh melaut lebih jauh hingga khawatir pendapatan berkurang.

Di Pulau D, yang digarap PT Jakarta Propertindo, tampak belum ada kegiatan reklamasi. Perusahaan memiliki sisa waktu enam bulan untuk mereklamasi berdasarkan SK Gubernur yang keluar 2015. Namun, surat izin membangun prasarana sudah habis masa berlaku, surat izin membangun prasarana terbit sebelum ada izin lingkungan.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 31: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Di Pulau G, yang dipegang PT Muara Wisesa Samudra, perusahaan menolak pengawasan. Bahkan, tak mau memberikan dokumen perizinan lingkungan. Untuk peninjauan lapangan, katanya, perusahaan menyatakan, perlu satu dua hari berkoodinasi dengan kontraktor reklamasi.

Adapun temuan lapangan di Pulau I-Barat, oleh PT Jaladri Kartika Pakci, tampak Pulau I-Timur dan I-Barat, menyatu seluas 405 hektar. Jaladri Kartika Pakci di Pulau I-Barat, seluas 202,5 hektar dan belum kontruksi.

Lalu, temuan di Pulau L selatan dikerjakan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, terlihat izin prinsip sudah tak berlaku sejak 2013. Perusahaan sudah mengajukan perpanjangan tetapi belum terbit yang baru. Perusahaan, katanya, tak dapat menunjukkan izin reklamasi.

Di Pulau L ini, perusahaan sudah bikin tanggul sepanjang sekitar 1.800 meter sisi utara sejak Juni 2014 dan selesai Januari 2015. Tanggul area proyek selesai kesekuruhan 2.923 meteran.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 32: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sumber: KLHK

Pindahkan masalah

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, dalam rapat mengatakan, kajian lingkungan proyek reklamasi ini harus menyeluruh mencakup Jabar dan Banten.

Dia mengatakan, dampak buruk reklamasi terasa di wilayah mereka. Belum lama ini, Pemerintah Jabar, mengumpulkan para penambang, sekitar 80% mengakui memasok bahan buat reklamasi Jakarta.

Dia mencontohkan, di Rumpin, Parung, Bogor, ada sekitar 115 penambangan. Sekitar 3.000 ret truk bermuatan 40-45 ton tiap hari. Hampir tiap truk bermasalah, terlihat kala ada operasi, sekitar 5.000 an kertas tilang habis.

“Ini tak ada jalan tambang, jalan pakai jalan masyarakat, jalan kabupaten dan provinsi hancur. Timbulkan keresahan masyarakat. Pungli di mana-mana akibat reklamasi Jakarta ini.”

Seharusnya, kata Deddy, proyek pembangunan seperti reklamasi ini ada kajian menyeluruh. “Ada jalan tambang, jangan sampai jalan rakyat hancur, bikin orang sesak nafas. Jadi harus dipikirkan menyeluruh. Jangan pindahkan bencana dari Jakarta Utara ke Jabar. Begitu juga Banten,” ujar dia.

Dari paparan Menteri Siti, pengembang mengatakan, pasir dari Pulau Tunda. “Batu dari mana? Tak ada atupun perusahaan jawab darimana batu? Dari hulu ke hilir kemaksiatan terjadi.”

Jabar, katanya, tak keberatan ada reklamasi, asal ada penyelesaian dampak. “Jangan sampai memindahkan musibah Rob di Jakut, dipindahkan ke Jabar dan Banten, yang jadi penambangan buat material itu.”

Dia mengingatkan, jangan sampai reklamasi Pantai Utara Jakarta, yang bakal menjadi industri perdagangan malah mengusir orang miskin dari Jakarta. “Kalo usir, pasti pelarian ke Jabar dan Banten. Karena industri manufaktur 60% di Jabar. Kami tak keberatan tampung orang miskin Jakarta, tapi ini harus dijawab. Bukan hanya peraturan yang mendukung pembangunan.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 33: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Irman Gusman, Ketua Komisi VII mengatakan, Komisi VII mendorong penegakan hukum lingkungan terkait temuan pelanggaran pada reklamasi pantura Jakarta. Dia juga miris, ada korporasi yang menolak pengawasan pemerintah. “Ada yang memberikan jawaban seadanya. Negara mesti hadir. Kita mendorong. Nanti kita akan diskusikan, terkait kelautan dengan Komisi IV, penegakan hukum Komisi III.”

Sumber: KLHK

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 34: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sumber: KLHK

Tindak lanjut

Siti mengatakan, langkah penyelesaian dari berbagai temuan ini dengan perbaikan tata kelola pemerintahan, penaatan sampai penegakan hukum.

Dari reklamasi yang sudah berjalan, sedang dan masih perencanaan, katanya, KLHK memandang secara keseluruhan belum berjalan baik. “Jadi kami menyarankan, ada KLHS, melengkapi subtansi raperda. Raperda harus diselesaikan. Kami berkepentingan buat memperkaya dengan KLHS. Dalam raperda ini, selain KLHK, juga unsur-unsur pemerintah pusat lain, misal Kementerian Kelautan dan Perikanan, angkatan laut dan lain-lain.” Kini, rancangan peraturan daerah soal reklamasi dalam bahasan Pemerintah Jakarta bersama DPRD Jakarta.

Pemerintah Jakarta, kata Siti, cukup kooperatif kala pemerintah pusat meminta setop seluruh kegiatan. “Seluruh kegiatan, atau perencanaan dan lain-lain harus hentikan dulu sampai seluruh pendekatan, isi dan mengurai kompilasi hukum bisa selesai.”

Penegakan hukum

Siti mengatakan, tindaklanjut dari temuan ini KLHK akan mengambil langkah-langkah penegakan hukum. “Saya mau dekati dulu dari sanksi administrasi,” katanya usai rapat.

Untuk penetapan sanksi dan penyetopan operasi pascamoratorium, KLHK akan berjalan sesuai prosedur. “Harus turun di berita acara, analisis lalu keluarkan SK (surat keputusan),” katanya.

Untuk itu, sesegera mungkin, tim penegakan hukum KLHK turun ke lapangan. Sebenarnya, langkah ini tak dari nol, karena sebelum ini sudah ada kajian awal.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 35: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Hari ini rapat dengan Dirjen Penegakan Hukum. Ingin tegaskan, ini bukan investigasi biasa, tapi investigasi strategis. Bekerja dengan tim KLHK yang dibentuk dan tim Kementerian Koordinator Maritim. Kita punya laporan terlapis juga, lapor KLHK dan Menko Maritim.”

Rapat kerja ini berlangsung lebih tiga jam, dihiasi interupsi para anggota komisi. Ada yang keberatan rapat berlangsung karena para Gubernur tak hadir, hanya diwakilkan. Bahkan, sempat ada usul anggota Komisi agar perwakilan Pemerintah Jakarta, keluar tak mengikuti rapat karena yang hadir hanya deputi, Gubernur tak hadir. Meskipun, tetap diberi kesempatan berbicara oleh pimpinan rapat, perwakilan Pemerintah Jakarta, memilih sedikit bicara.

Tampak urukan pasir di Pulau G, dengan latar belakang gedung di Kota Jakarta. Foto: Sapariah Saturi

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 36: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Kontruksi bangunan di Pulau D, tampak dari kejauhan. Foto: Sapariah Saturi

Pulau Tunda, berada di tengah-tengah lingkaran merah (eksploitasi pasir laut). Sumber: Pemda Banten

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 37: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Akibat Reklamasi Teluk Jakarta, Nelayan dan Perempuan Nelayan Terkena Getahnya April 26, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Status penghentian sementara proyek reklamasi di Teluk Jakarta yang saat ini sedang berlaku, sebaiknya diperkuat dengan perangkat hukum berupa peraturan dari Pemerintah Indonesia. Dukungan tersebut sangat penting, karena proyek reklamasi sudah menggusur profesi nelayan yang dimiliki warga di sekitarnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul Halim di Jakarta, Senin (25/4/2016). Menurut dia, sedikitnya ada 56.309 rumah tangga nelayan yang akan terdampak pembangunan reklamasi di Teluk Jakarta.

“Kondisi tersebut jelas akan merugikan nelayan di sana. Pilihan yang harus diambil adalah bagaimana memecahkan persoalan ini. Diteruskan atau dihentikan sama sekali,” jelas dia.

Sejumlah nelayan menyegel Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka menyegel pulau buatan tersebut karena menolak reklamasi Teluk Jakarta yang merugikan mereka, Foto : Sapariah Saturi

Halim menyebutkan, kerugian yang dirasa sangat signifikan oleh para nelayan, adalah semakin menghilangnya akses melintasi laut (melaut) untuk melakukan kegiatan mencari nafkah di laut. Padahal, sesuai dengan Putusan Mahkamah Konsitutsi No.3 Tahun 2010 tentang Uji Materi UU No.27 Tahun 2007 tentang PWP3K terhadap UUD 1945, nelayan seharusnya mendapatkan hak atas akses melaut.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 38: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Dan, tak kalah sulitnya bagi nelayan, setelah reklamasi dilaksanakan, adalah terjadinya peningkatan ongkos produksi yang berdampak negatif pada resiko meningkatnya utang nelayan. Ini sangat riskan,” tutur dia.

Pendapatan Menurun

Masalah lain yang muncul akibat berlangsungnya reklamasi di Teluk Jakarta, menurut Halim, adalah terjadinya penurunan perempuan nelayan. Mereka yang menjadi perempuan nelayan, sebagian besar adalah para istri nelayan yang biasa melaut menggunakan kapal kecil.

Pusat Data dan Informasi KIARA pada April 2016 merilis data dan fakta tentang perempuan nelayan. Dari data tersebut, diketahui kalau perempuan nelayan mengalami penurunan pendapatan hingga 90 persen. Kondisi itu sangat menyulitkan, karena perempuan nelayan biasa menopang kehidupan ekonomi dari rumah tangga nelayan.

“Setelah reklamasi berjalan, penghasilan nelayan mulai menurun dan bisa saja tidak ada sama sekali jika reklamasi terus dilaksanakan. Sementara, dalam waktu yang bersamaan, para perempuan nelayan juga mengalami hal yang sama,” ucap dia.

Aktivitas nelayan perempuan.

Halim menjelaskan, selain di Teluk Jakarta, saat ini di daerah lain juga sudah ada yang bersiap melaksanakn reklamasi. Di antara yang sudah bersiap itu, adalah Semarang (Jawa Tengah) dan Teluk Benoa (Bali). Menurut dia, daerah lain harus bisa belajar dari kasus di Teluk Jakarta.

Hentikan Reklamasi atau Bunuh Nelayan?

Sementara itu salah satu perempuan nelayan dari kawasan Marunda di Jakarta Utara, Habibah (51 tahun), berharap proyek reklamasi dihentikan secara permanen. Hal itu, karena jika terus dilanjutkan, dia takut mata pencaharian suaminya sebagai nelayan harus berganti.

“Sekarang itu nelayan di Marunda pada kebingungan karena sudah tidak memiliki dermaga lagi. Perahu yang biasa buat melaut jadi ditambatkan di sembarang tempat. Itu juga membuat kami pusing,” tutur dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 39: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Infografik biaya dan keuntungan reklamasi Pantai utara Jakarta. Sumber : KIARA (April 2016)

Saat ini saja, kata Habibah, walau reklamasi belum selesai seluruhnya, namun penghasilan suaminya sudah mengalami penurunan drastis. Dalam tiga tahun terakhir, penghasilan bersih untuk sekali melaut paling banyak hanya Rp100.000 saja.

“Padahal, sebelumnya, suami saya bisa mendapatkan sejuta (rupiah) sekali melaut. Tapi sekarang, jumlahnya paling besar juga Rp500.000 dan itu juga penghasilan kotor yang harus dipotong ongkos produksi dan dibagi dengan ABK (anak buah kapal) yang berjumlah tiga orang,” papar dia.

Habibah menjelaskan, terus memburuknya penghasilan nelayan, mulai terasa sejak reklamasi berjalan pada 2000 dan kemudian puncaknya mulai tiga tahun terakhir mengalami paceklik karena ikan harus ditangkap lebih jauh lagi.

Namun, menurut dia, jika nelayan ingin menangkap ikan lebih jauh, maka armada perahu harus ditingkatkan lagi menjadi kapal dengan tonase besar. Kendala besar itu masih ditambah lagi dengan buruknya kualitas air di pesisir pantai yang biasa digunakan nelayan Marunda dan sekitarnya untuk mencari tangkapan laut.

“Kalau air laut kena limbah kiriman dari sungai, maka sama sekali tidak bisa melaut. Bisa sebulan itu kami berhenti, dan bahkan bisa lebih. Jika sudah begitu, maka kami mencari pekerjaan lain supaya bisa tetap mendapatkan penghasilan,” tandas dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 40: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Presiden : Jika Jakarta Tak Mau Tenggelam, Teluk Jakarta Harus Reklamasi April 29, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Presiden RI Joko Widodo mengingatkan kepada semua pihak bahwa saat ini kondisi DKI Jakarta sudah semakin rentan terhadap perubahan alam. Di antaranya, setiap tahun sudah terjadi penurunan permukaan tanah rata-rata 7,5 cm sampai 12 cm dan itu terjadi di wilayah Jakarta Utara yang berbatasan langsung dengan lautan.

Untuk itu, semua pihak yang terlibat dalam pembangunan, harus bisa mengedepankan konsep yang berkelanjutan dengan memerhatikan aspek ketahanan dan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan. Kata dia, konsep tersebut bisa diwujudkan dalam hal penyediaan kualitas air bersih dan air minum, mitigasi penurunan permukaan tanah, pengelolaan air limbah, revitalisasi alur sungai, dan pengendalian banjir.

Pernyataan Joko Widodo tersebut diungkapkan saat memimpin rapat terbatas (ratas) yang digelar di Kantor Presiden RI, Jakarta, Rabu (27/4/2016). Ratas tersebut digelar untuk membahas tentang perkembangan kasus reklamasi Teluk Jakarta yang saat ini sedang berpolemik.

Gambaran reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau buatan. Foto : Fisip UI

Jika dalam setiap pembangunan tidak mengedepankan konsep berkelanjutan, Joko Widodo menyebut, pada 2030 nanti Jakarta Utara seluruhnya akan berada di bawah permukaan laut.

“Akibatnya, pada saat tersebut 13 sungai yang melewati Jakarta tidak bisa mengalirkan airnya secara gravitasi ke teluk Jakarta,” ujar Presiden.

Agar prediksi tersebut tidak terjadi, Joko Widodo mengatakan, semua pihak harus terlibat aktif dalam setiap pembangunan yang ada dan harus bisa melaksanakan pengendalian sumber daya air dan lingkungan di DKI Jakarta secara terpadu, terintegrasi dari hulu ke hilir.

Bagi Presiden, untuk bisa memecahkan persoalan tersebut, jalan satu-satunya adalah dengan melakukan reklamasi di kawasan pesisir Jakarta. Menurut dia, konsep yang disebut dengan National Capital Coastal Development (NCICD) itu merupakan jawaban yang paling pas dari semua pertanyaan tersebut.

“Jangan dipersempit yang berkaitan dengan reklamasi Jakarta. Sekarang kita tidak berbicara masalah hukum yang berkaitan dengan reklamasi meskipun kita undang Ketua KPK,” ujar Presiden.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 41: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Visioner 2030

Secara terperinci, Joko Widodo melanjutkan, melihat kondisi yang terjadi saat ini, yang harus dikedepankan adalah hal-hal strategis, besar dan visioner ke depan untuk mengantisipasi yang mungkin terjadi pada 2030 mendatang, yaitu dimana Jakarta Utara berpotensi berada di bawah permukaan laut.

Presiden kemudian mengungkapkan, saat dia berkunjung ke Belanda pada pekan lalu, saat itu yang menjadi fokus adalah bagaimana mempelajari keunggulan negeri Kincir Angin itu untuk mengelola air. Termasuk, water supply and sanitation, water for food and ecosystem, water governance, serta water safety.

“Tentunya dalam konsep pengembangan perkotaan, infrastruktur pengelolaan air harus terintegrasi dengan infrastruktur pembangunan. Pengembangan pelabuhan, bandara, jalan tol, perumahan, perkantoran dan sistem transportasi massal harus betul-betul terintegrasi dengan baik,” jelas dia.

Dalam ratas, Presiden menekankan tiga hal yang harus dipenuhi dalam pembangunan pesisir Ibukota negara. Pertama, dari aspek lingkungan, baik biota laut maupun mangrove. Kedua, aspek hukum, mengikuti kaidah-kaidah serta aturan-aturan hukum yang berlaku. Ketiga, aspek sosial, khususnya berkaitan dengan kehidupan nelayan.

Presiden juga menegaskan bahwa proses pembangunan pesisir ibukota negara harus dikendalikan sepenuhnya oleh Pemerintah bukan oleh swasta. Untuk itu, Bappenas diperintahkan untuk menyelesaikan desain besar pembangunan pesisir yang terintegrasi sehingga jadi pegangan dalam implementasinya.

Joint Committe

Sementara itu, Pemerintah Indonesia di bawah koordinasi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, mulai mengintensifkan kerja tim joint committe yang sengaja dibentuk untuk menyelesaikan persoalan reklamasi Teluk Jakarta yang terganjal peraturan hukum. Tim tersebut bekerja mulai pekan ini.

Deputi IV Kemenko Maritim dan Sumber Daya Safri Burhanuddin mengatakan, tim akan bekerja setiap hari secara maraton untuk mengejar setiap masalah yang ada hingga ditemukan solusinya. Untuk evaluasi, setiap Kamis akan digelar rapat tertutup yang dihadiri seluruh anggota tim.

Adapun, tim yang dimaksud terdiri dari tim yang menangani kajian lingkungan dan diketuai oleh Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang KLHK San Afri Awang. Kemudian tim kedua yang bertugas menyelesaikan bidang teknis dan kebijakan reklamasi, dipimpin Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP Bramantya Satyamurti Poerwadi.

“Sementara tim tiga membidangi perizinan dan penyelarasan peraturan perundang-undangan, dengan Deputi II Bidang Sumber Daya dan Jasa Kemenko Maritim dan Sumber Daya ketua Agus Kuswandono,” ucap dia.

Masing-masing tim nantinya akan dibantu kementerian-kementerian terkait, seperti KLHK, KKP, Kemendagri, Sekretariat Kabinet, dan Kemenko Maritim. Termasuk juga Pemprov DKI, ada deputi gubernur, kepala BAPPEDA, asisten pembangunan, dan juga tim percepatan Gubernur.

Safri juga mengatakan dalam tiga tim yang terbentuk dan yang sudah mulai bekerja tetap melibatkan Pemprov DKI. “Kita akan selalu libatkan Pemprov DKI Jakarta, karena mereka memiliki data yang lebih akurat. Jadi mereka bertugas menyuplai data buat tim,” tandas dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 42: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

ARTIKEL-ARTIKEL

REKLAMASI PANTAI JAKARTA PERIODE MEI 2016 MONGABAY.CO.ID

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 43: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Tinjau Pulau Reklamasi Teluk Jakarta, Ini Kata Para Menteri May 5, 2016 Indra Nugraha, Jakarta Laut, xLingkungan Hidup

Pulau reklamasi yang sudah dibangun beragam properti tanpa IMB. Foto: Indra Nugraha

Menteri Koordinator bidang Maritim Rizal Ramli, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar serta Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) mengunjungi beberapa pulau buatan hasil reklamasi Teluk Jakarta, Rabu (4/5/16). Mereka pergi ke Pulau C dan D, dekat Pantai Indah Kapuk. “Pulau C, D dari sisi Amdal ada beberapa persoalan harus koreksi. Dari analisis dokumen, tak dikaji baik potensi ketersediaan air bersih seperti apa? Termasuk bagaimana kegiatan vital terpengaruh misal, kabel, pipa gas bawah laut dan lain-lain,” kata Siti Nurbaya. Dia mengatakan, sudah kajian lapangan dan beberapa hari ke depan akan mengeluarkan hasilnya. “Kalau gaknanti malam atau Senin surat keputusan terhadap izin lingkungan itu akan diterbitkan,” katanya. Soal moratorium, ada dua bentuk penerapan. Pertama, moratorium hingga ada penyesuaian rencana keseluruhan. “Sampai selesai seluruh analisis dikaitkan dengan yang disiapkan Bappenas.” Kedua, soal praktik lapangan per pulau, selama syarat-syarat belum terpenuhi, reklamasi harus setop. Menteri KKP Susi Pudjiastuti mengatakan, pemerintah akan membereskan carut marut seputar reklamasi ini. “Kalau dibiarkan seolah kita pembiaran. Kita ingin koreksi. Walaupun putusan di pengadilan kalah. Ini niat baik pemerintah. Kita ingin membuktikan pemerintah mau hadir,” katanya. Reklamasi, sebenarnya hal biasa tetapi pemerintah harus mengatur dan memastikan tak menyalahi aturan. “Kalau reklamasi komersil, harus dipastikan apapun yang dibuat tak menjadikan degradasi lingkungan, stakeholder terganggu, terutama arus laut, kehidupan biota laut dan variasi ekosistem sekitar.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 44: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Dari 17 pulau, katanya, sebagian tak berupa pulau, tetapi sudah menyatu dengan daratan. Jadi semacam penambahan wilayah pesisir. “Contoh pulau C dan D, dari pulau ke daratan harus ada jarak 300 meter. Kedalaman delapan meter. Ada ketentuan itu agar tak mengganggu arus laut. Untuk memastikan jalan air tak terganggu.”

Menteri LHK, Siti Nurbaya, (paling kiri), Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, Menteri Maritim, Rizal Ramli, Menteri KKP, Susi Pudjiastuti, kala kunjungan ke pulau

reklamasi. Foto: Indra Nugraha Jika pengembang tetap memaksakan Pulau C, D bersatu, harus memperbaiki izin dari awal. Kalau tidak, wilayah lebih 500 hektar, izin dari pusat. Reklamasi 17 pulau, katanya, datang belakangan. Awalnya, pemerintah fokus membangun giant sea wall. Karena sudah terjadi, pemerintah ingin memperbaiki agar dampak lingkungan tak makin meluas. Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli angkat bicara. Dia mengatakan, penegakan hukum reklamasi terus berjalan agar menjadi „pengingat‟ bagi proyek di daerah lain. “Kami akan review proyek reklamasi di wilayah lain,” katanya. Rizal mengatakan, reklamasi hal biasa tetapi ada risiko, misal, bagi lingkungan hidup, kemungkinan banjir, jalur lalu lintas laut dan lain-lain. Juga kehidupan nelayan. Untuk itu, perencanaan harus betul-betul baik dan benar. “Masa nelayan mau disingkirkan lagi? Sudah empat kali digusur. Itu gak bener. Rakyat kita punya hak hidup. Apalagi kehidupan nelayan Indonesia termasuk paling miskin.” Dia tak mau dalam reklamasi, semua dikendalikan swasta. Negara, katanya, menentukan aturan, UU dan pengembang harus melaksanakan. “Kalau gak, mau jadi apa negara jika dikendalikan swasta?” Gubernur Jakarta Ahok mengatakan, dalam reklamasi ini ada Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Hanya, yang tercantum dalam dokumen dengan terjadi di lapangan berbeda.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 45: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Di Pulau C, D, sudah berdiri beberapa bangunan seperti ruko dan rumah tanpa izin mendirikan bangunan. Menurut Ahok, masih ada perdebatan terkait IMB. Apakah IMB bisa atas dasar perda lama atau harus menunggu aturan baru. “Itu yang kita enggak tahu, maka nunggu petunjuk pusat.” Jika mengacu aturan yang ada di Jakarta, kalau bangunan tak ber-IMB bisa kena denda. Kalau dibangun di zona hijau akan dibongkar. “Contoh Agung Sedayu membangun golf di Kemayoran, ya kita bongkar. Terus bangun lagi di Fatmawati, kita bongkar. Kalau masyarakat, punya bangunan luas enggak sampai 100 meter itu kita bebaskan. Malahan untuk gambar arsitek kami bantu gambarkan. Enggak mungkin masyarakat bisa bayar arsitek buat gambar IMB. Kami bantu.” Mengenai pulau reklamasi, katanya, kemungkinan besar pengembang kena denda dengan besaran dan rumusan tersendiri. Namun, soal Pulau C, D, menyatu, kata Ahok, harus segera dibongkar. Pengembang wajib membangun kanal sesuai persyaratan. Semua pulau reklamasi, katanya, harus punya settifikat hak penggunaan lahan atas nama Pemda Jakarta dan menyerahkan 45-48% untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial. “Dari 5% pulau yang bisa dijual harus dikasih ke DKI. Tanah diatas pulau ini, 15% dari NJOP (nilai jual obyek pajak-red) harus untuk membantu pemda membereskan infrastruktur. Jadi, harapan pulau ini dihuni masyarakat miskin dan kaya itu akan terjadi,” katanya. Ahok mengatakana, 15% luasan pulau akan dibangun rusun terpadu untuk mereka yang bekerja di dalam pulau. Direktur III PT Kapuknaga Indah Nono Sampono mengatakan, perihal tak ada kanal pemisah antara Pulau C,D, hanya sementara. Jika reklamasi selesai, pembangunan kanal dimulai. “Soal harus ada kanal, kondisi di lapangan berbeda. Kami di depan ada hutan. Sekarang sudah bertambah penebalan 17 hektar hutan bakau. Ada sedikit masalah teknis. Menurut pemahaman kami, Pulau C,D kita lekatkan sementara. Sampai proses ini menguat lalu kita gali lagi untuk pembangunan kanal,” katanya. Jadi, katanya, harus menunggu tiga tahun agar tanah padat, baru bisa dikeruk kembali untuk kanal. Namun, dia bersedia langsung membangun kanal manakala izin beroperasi terbit. Pulau D 100% selesai, Pulau C baru 30%. “Ini masalah teknis, kalau diambil tanah di depan laut, pulau kecil gak begitu labil, jadi harus ditempelkan abis itu dibelah. Masalah teknis saja.” Setelah moratorium ini, katanya, semua aktivitas terhenti. Di Pulau itu, bekerja 20.000 orang, sekarang berhenti total hampir sebulan. Warung-warung dan tempat sewa kamar juga setop. Terkait ketiadaan IMB, tetapi ada pembangunan, Nono mengaku siap menerima konsekuensi jikapun Pemprov Jakarta memberikan denda.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 46: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Kita juga instropeksi apa yang masih kurang. Ini momen paling bagus hingga semua terbuka. Jadi tak ada main belakang.” Nono berharap, Gubernur Jakarta segera mengeluarkan IMB. Mereka mengajukan IMB sejak dua tahun lalu.

Protes nelayan Muara Angke, beberapa waktu lalu. Mereka minta hentikan reklamasi karena makin sulit kala laut wilayah tangkap mereka menjadi pulau-pulau reklamasi. Foto: Sapariah

Saturi Curhat nelayan Setelah mengunjungi Pulau C,D, Menko Maritim Rizal dan Menteri KKP bertandang ke Muara Angke. Keduanya dialog bersama nelayan terkena dampak reklamasi Teluk Jakarta. Syarifudin Baso, Ketua Forum Kerukunan Masyarakat Nelayan Muara Ange (Forkeman) mengatakan, pada 18 April pemerintah sudah menyatakan reklamasi dihentikan sementara. “Ini bagaikan angin lewat karena tak ada yang berhenti. Kapal pasir terus hilir mudik, backhoe terus bergerak. Pulau makin membesar,” katanya. Nelayan Teluk Jakarta, terutama Muara Angke, menolak keras reklamasi karena membuat daerah tangkapan ikan hilang, mengubah rute melaut, air keruh dan lain-lain. “Hanya ada segelintir menerima reklamasi. iIupun mengaku-ngaku nelayan. Mereka ngomong begitu karena diberangkatkan umroh oleh pengembang” ujar Iwan, Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI). Iyan M Winatasasmita Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jakarta mengatakan, aspirasi masyarakat tak didengar. Masyarakat meminta tak hanya moratorium, juga penghentian permanen. Dia meminta, reklamasi tak merugikan siapapun termasuk nelayan. “Jangan hanya dibego-begoin. Sama sekali Ahok gak ngajak diskusi nelayan. Diundang kesini gak pernah mau datang.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 47: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Kuat, Ketua KNTI Jakarta mengatakan, reklamasi menyiksa nelayan. Awalnya, mereka mencari ikan mudah dan membawa tangkapan 10 kilogram ikan, setelah reklamasi hanya dua kilogram. Mustakim Dahlan, Walhi Jakarta menambahkan, meski ada moratorium, reklamasi terus berlangsung. Kapal-kapal besar tetap mengeruk. Di Pulau Tunda (Serang, Banten), depan Pulau Pari Kepulauan Seribu kapal tetap beroperasi. “Artinya perusahaan melawan keputusan negara. Seharusnya, pemerintah segera menggugat perusahaan merusak lingkungan.” Menanggapi keluhan nelayan dan aktivis lingkungan ini, Susi mengatakan, dalam rapat terbatas bersama Presiden, diputuskan reklamasi dikaji dan koreksi ulang dan harus sesuai peraturan. “Kita kaji mana boleh diteruskan dengan koreksi, mana harus dihentikan. Dari 17 pulau, tak mungkin dihentikan semua.” Dia menyadari, nelayan tradisional pencari ikan di Teluk Jakarta, pasti susah karena laut diaduk-aduk. “Kita akan koreksi. Harus kaji bersama. Kita peduli nelayan.” Terkait kekhawatiran penggusuran karena reklamasi, kata Susi, harus terlebih dahulu disiapkan lahan dan bangunan pengganti. “Kalau pemerintah mau menutup Muara Angke, saya akan meminta dibuat pelabuhan baru, rumah baru, dermaga baru. Itu kalau loh. Warga juga harus memperjuangkan kepentingannya.” Rizal Ramli mendapat laporan PT Muara Wisesa, menolak pengawasan. “Agung Podomoro, sebagai pemilik perusahaan harus mau diawasin. Saya kasih waktu buat Podomoro. Minggu depan harus mau menerima tim pengawas. Jangan ada yang sok jago,” katanya. Dia juga mengatakan, nelayan jangan dianggap virus tetapi harus didekati dan diberdayakan. “Di luar negeri justru nelayan dibangunkan perumahan nyaman dan hijau. Jadi kekuatan. Obyek turisme. Jangan dianggap nelayan ini virus. Itu gak bener. Kita akan atur supaya ada integrasi sosial dan nelayan diakomodasi.”

Bangunan sudah berdiri di pulau reklamasi Jakarta. Foto: Indra Nugraha

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 48: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Moratorium Reklamasi Teluk Jakarta, Para Aktivis: Kok Tetap Jalan? May 10, 2016 Indra Nugraha, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Kapal nelayan sandar, protes reklamasi dengan menyegel Pulau G–yang masih dalam proses

penimbunan, beberapa pekan lalu. Foto: Sapariah Saturi Pemerintah melalui Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli, bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya serta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti sepakat mengeluarkan kebijakan moratorium reklamasi Teluk Jakarta. Kenyataan di lapangan, hingga reklamasi terus berjalan. Riza Damanik Direktur Eksekutif Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (8/5/16) merasa prihatin terhadap moratorium reklamasi yang tak jelas. “Kita melihat, jangankan mencabut izin atas berbagai prlanggaran, upaya menghentikan kegiatan juga tak terlihat,” katanya. Dia menilai, penegakan hukum bagi pelanggaran juga tak dilakukan. Audit kepatuhan pengembang Dia berharap Gubernur Jakarta segera audit kepatuhan terhadap perusahaan-perusahaan yang mendapatkan konsesi reklamasi Teluk Jakarta tanpa pandang bulu. “Audit kepatuhan referensi jelas. KLHK jelas menggambarkan berbagai pelanggaran-pelanggaran. Ini bisa jadi rujukan check and recheck oleh Gubernur Jakarta. Hasil audit kepatuhan dapat untuk mengevaluasi seluruh proyek termasuk bila perlu penyegelan, sampai pencabutan izin,” katanya. Desakan lain, Presiden segera mengeluarkan Inpres tentang moratorium reklamasi di seluruh Indonesia. Di dalam Inpres, katanya, ada tiga kepentingan. Pertama, Presiden instruksikan penghentian reklamasi seluruh Indonesia. Penghentian ini diharapkan memperjelas atau mencegah perluasan kerusakan lingkungan maupun penggusuran masyarakat pesisir. Kedua,

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 49: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

memperjelas status hukum pelanggaran-pelanggaran dan sanksi terhadap pelaku usaha ataupun pemerintah daerah dan aparatur negara lain yang melanggar. Ketiga, untuk mendudukkan strategi poros maritim membangun kota-kota pantai di Indonesia. Dimana, nelayan di wilayah pesisir bisa bermusyawarah, gotong-royong, menyiapkan strategi pembangunan di wilayah mereka. Juga pembangunan lebih adil, beradab, berbasis kearifan lokal. Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Institut Hijau Indonesia mengatakan, dengan reklamasi masih berlangsung menunjukkan negara tak berdaya terhadap korporasi. Presiden, katanya, harus tegas memerintahkan Mendagri berikan teguran keras kepada Gubernur Jakarta supaya moratorium reklamasi dipatuhi. Dia juga meminta pemerintah pusat segera meningkatkan status bukan hanya moratorium tetapi penegakan hukum terhadap kerusakan lingkungan dan pelanggaran.

Sumber: KLHK

Pengacara publik LBH Jakarta Tigor Hutapea mengatakan, moratorium langkah awal baik dalam menangani permasalahan reklamasi tetapi ada catatan-catatan khusus. Dia melihat, dalam moratorium ini tak melibatkan warga dan kurang terbuka.”Kita tak tahu bagaimana, siapa tim, apa langkah-langkah tim?” Dia merasa tak ada guna moratorium kala pembangunan pulau masih berjalan. “Ini jadi pertanyaan bagaimana daya kekuatan moratorium. Jangan sampai hanya alat menghentikan gerakan nelayan penolak reklamasi,” katanya. Ketua KNTI Jakarta Muhammad Tahir mengatakan, reklamasi sama sekali bukan untuk nelayan. Nelayan kesulitan akses. Reklamasi, katanya, membuat penderitaan nelayan. “Wilayah tangkap ikan diurug. Kualitas air makin pekat, arus makin berkurang. Lingkungan rusak. Sebagian hutan mangrove untuk pembangunan mal. Memang reklamasi menghalalkan segala cara.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 50: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Solusi salah Mengenai keputusan pemerintah pusat akan mengintegrasikan reklamasi dengan Giant Sea Wall (GSW), Tigor menilai, sebagai solusi salah, tak memperhatikan lingkungan Jakarta. Ia akan menghabiskan Rp500 triliun. Padahal, ada solusi murah dan berperspektif lingkungan dalam menanggulangi banjir di Jakarta, seperti pembenahan sungai-sungai dan hulu Jakarta. Riza juga menyayangkan Presiden, tak menerima informasi lengkap terkait proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau GSW. Tanggul raksasa ini, katanya, setidaknya membutuhkan 300 juta metrik ton pasir, 17 pulau reklamasi 500 juta metrik ton. Jika digabungkan, lebih 800 juta metrik ton pasir dikeruk buat mengamankan kedua proyek ini. “GSW solusi tak sejalan dengan substansi yang diharapkan yakni tak banjir lagi Jakarta.” Hasil studi, katanya, menyebutkan banjir dan penggenangan di Jakarta lebih karena penurunan muka tanah. Ia berpotensi menggenangi sekitar 32.000 hektar lahan pada 2100 jika dibiarkan terus. Sedang akibat kebaikan muka air laut, mendapati genangan lahan sekitar 1.000 hektar. Dua menyebutkan dua skenario bisa dilakukan pemerintah mengatasi masalah lingkungan Jakarta daripada bikin GSW. Pertama, kurangi beban bangunan-bangunan di Jakarta. Kedua, hentikan atau kurangi pengambilan air tanah yang makin tak terkendali. “Pemerintah tak boleh lagi berpura-pura seolah-olah situasi baik-baik saja. Kerusakan lingkungan terus terjadi, pemiskinan masyarakat nelayan, akses terhadap laut makin jauh. Itu realitas yang terjadi.” Reklamasi 17 pulau hanya satu bagian dari rencana besar bernama Garuda Project. Dalam rancangan itu, lebih satu juta keluarga bermukim di pulau-pulau reklamasi. Ada juga GSW. Chalid mengatakan, kalau itu terjadi, urbanisasi akan makin banyak ke Jakarta. Pemakaian air tanah makin besar, penurunan permukaan tanah smakin cepat. baniir makin luas. Garuda Project sedang dalam kajian Bappenas selama enam bulan ke depan. Bappenas, katanya, harus membuka debat publik melibatkan banyak pihak yang konsen lingkungan hidup Jakarta. “Agar seluruh masukan jadi bahan pertimbangan mengambil keputusan.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 51: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 52: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Kementerian Lingkungan Hidup Segel Pulau Reklamasi, Berikut Pelanggaran Para Pengembang Itu May 12, 2016 Sapariah Saturi Laut, xLingkungan Hidup

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyegel Pulau C,D dan G, serta meminta

Gubernur Jakarta, membatalkan PUlau E. Foto: Sapariah Saturi Dalam surat Menteri LHK, Siti Nurbaya juga meminta pembatalan Pulau E. Setelah sanksi administrasi pemaksaan pemerintah keluar, pengembang wajib menyetop semua operasi, kecuali kegiatan yang diperintahkan dalam keputusan menteri. Sore itu, Rabu (11/5/16), mobil rombongan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hendak melewati jembatan menuju Pulau reklamasi C dan D. Petugas keamanan menyetop kendaraan rombongan, mobil berlabel media dilarang masuk. Akhirnya, awak media keluar mobil dan masuk bus rombongan. Iring-iringan mobilpun lanjut melewati jembatan. Dari kejauhan tampak bangunan-bangunan mulai berdiri. Ada semacam kompek pertokoan. Makin ke dalam pulau, tampak beberapa gedung sudah jadi. Sebagian baru kontruksi. Alat-alat berat dari truk, sampai eskavator tampak berjejer. Ada juga yang mangkal tak beraturan. Tak terlihat alat berat itu beroperasi. Dalam rombongan KLHK hadir Direktur Jenderal Penegakan Hukum, Rasio Rido Sani, Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan, San Avri Awang, Staf Alhi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ilyas Saad, serta beberapa direktur. Mereka datang untuk menyegel pulau reklamasi C dan D sekaligus membatalkan Pulau E karena berbagai pelanggaran. Penyegelan ini bagian sanksi administratif pemaksaan pemerintah sesuai keputusan Menteri LHK yang keluar 10 Mei 2016. Dengan keputusan ini, seluruh operasi reklamasi dan kontruksi, harus setop sementara, kecuali perbaikan sesuai perintah dalam surat menteri. Sesampaikan di daratan reklamasi, rombongan ditemui Manager Lingkungan PT Kapuk Naga Indah, Kosasih. Para dirjen menyampaikan keputusan menteri lalu plang segel dipasang.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 53: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penghentian Sementara Seluruh Kegiatan Berdasarkan…….” Demikian plang putih bertuliskan merah itu terpasang.

Salah satu properti yang sudah berdiri di Pulau C dan D dengan tak memiliki Amdal

peruntukan di atas lahan reklamasi. Foto: Sapariah Saturi Roy, sapaan akrab Rasio Rido menjelaskan kedatangan mereka untuk memberitahukan keputusan menteri itu dan meminta perusahaan setop beroperasi. Dalam putusan sanksi administratif, menteri menjabarkan soal pelanggaran Pulau C dan D itu, antara lain terkait izin lingkungan. Di mana material melebihi kapasitas , tercantum dalam izin 20.900.000 meter kubik, sebenarnya dipakai 23.789.816 meter kubik. Lalu tak dapat menjelaskan rinci sumber dan jumlah material pasir iurug serta batu untuk reklamasi, dan ada perbedaan perusahaan penyedia pasir urug tercantum dalam dokumen lingkungan dan perusahaan penyedia di lapangan. Pengembang, juga tak dapat menjelaskan rinci sumber, jumlah material tanah urug (tanah merah) untuk reklamasi. Perusahaan juga tak menyampaikan pengamatan maupun pencatatan lapangan tentang tanah mereka dalam laporan pelaksanaan rencana rencana pemantauan lingkungan (RPL). Pelanggaran lain, katanya, perusahaan melaksanakan reklamasi Pulau C dan D, tak sesuai urutan seharusnya. Juga tak membuat kanal alur keluar yang memisahkan Pulau C dan D, dan ditemukan pendangkalan sekitar Pulau C dan D. Perusahaan juga membangun turap penahan gelombang di sisi utara dan sebagian timur, menggunakan batu gunung bukan tetrapod. Bukan itu saja. Kewajiban lain dalam izin lingkunganpun tak dijalankan seperti, kerjasama dengan kontraktor tanah urug atau tanah merah sesuai ketentuan berlaku. Yakni, kontraktor yang memiliki perizinan, memeriksa kebenaran lokasi dan dokumen upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UPL/UKL) kontraktor tanah urug.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 54: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Kapuk Naga juga tak melakukan pencatatan tonase truk pengangkut tanah agar tak melebihi tonase daya dukung kapasitas jalan. Juga tak menganalisis disktriptif terhadap dampak reklamasi pada nelayan, serta tak mengelola sampah sesuai aturan perundang-undangan.

Direktur Jenderal Penegakan Hukum, Rasio Rido Sani, menyampaikan surat keputusan menteri kepada Kosasih, perwakilan pengembang Pulau C dan D. Foto: Sapariah Saturi

Atas beragam pelanggaran itu, ucap Roy, Meteri LHK memerintahkan perusahaan menghentikan seluruh aktivitas dengan memerintahkan perbaikan-perbaikan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan perusahaan, yakni perubahan dokumen dan izin lingkungan Pulau C dan D atas ketidaksesuaian paling lambat 120 hari. Perubahan itu, katanya, mencakup unsur-unsur, perbaikan kajian prediksi dampak, rencana meyeluruh reklamasi dan rencana di atasnya dengan pertimbangan integrasi sosial, mitigasi sumber material urug, mengeluarkan rencana Pulau E dari lingkup kajian serta menyertakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Menteri juga memerintahkan perusahaan membatalkan rencana kegiatan reklamasi Pulau E dan memperbaiki pengelolaan pasir urug agar tak terlepas ke perairan paling lama 30 hari kalender. Perusahaan juga diperintahkan memberikan data rinci sumber pasir urug dan batu untuk reklamasi dan perusahaan penyedia paling lambat 14 hari. Juga memberikan data rinci sumber dan jumlah material tanah urug (merah) untuk reklamasi dan menyampaikan pengamatan maupun pencatatan dalam laporan RKL-RPL, paling lambat 14 hari kalender. Perusahaan juga wajib menggunakan beton teteapod untuk membangun turap penahan gelombang sisi Utara dan Timur, paling lama 60 hari. Perusahaan juga diperintahkan melakukan kewajiban lain dalam izin lingkungan aling lama 30 hari. Kewajiban-kewajiban itu antara lain meninjau ulang, dan menata kerja samasama dengan kontraktor tanah urug (merah), mencatat tonase kendaraan, dan mengkaji dampak reklamasi terhadap nelayan. Menteri Siti juga memerintahkan, perusahaan mengelola lingkungan hidup untuk mencegah dampak lingkungan lebih lanjut selama operasi perusahaan terhenti.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 55: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

“Perusahaan wajib melaporkan pelaksanaan perintah menteri kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Gubernur Jakarta,” kata Roy.

Jembatan memasuki Pulau C dan D, dari plang penunjuk sudah diberi nama,” Pulau Golf”. Foto: Sapariah Saturi San Avri Awang menimpali, dalam keputusan menteri ini menegaskan pembatalan reklamasi Pulau E. “Karena Pulau E itu Amdal satu dengan C,D. Ada beberapa pelanggaran di dalamnya. Karena itu, kebetulan belum dikerjakan, dibatalkan saja. Jadi kita tegas untuk Pulau E.” Kala bertemu para pejabat KLHK, Kosasih tampak berusaha membela diri dan mencari jawaban, meskipun sekaligus mengakui kekurangan dan bersedia menjalankan perintah menteri. Bahkan dia sempat berdebat dengan Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan, San Avri Awang terkait hal-hal yang tak ada dalam Amdal, seperti sumber air bersih. Kosasih berkelit kalau itu baru Amdal reklamasi, belum peruntukan. Awang dan Ilyas mengatakan, justru, pengembang harus melengkapi Amdal sekalian menjadi satu paket. Soal pasir urug-an saja jawaban Kosasih mencla mencle. Sekali bilang mereka sudah jauh hari mengecek ke lapangan soal ketersediaan pasir penyuplai mereka, bahkan mengecek dokumen-dokumen. Tawaran penjual pasir banyak, katanya, dan mereka memeriksa terlebih dahulu. Sekali bilang tak perlu mengecek lebih jauh soal dampak dari pengurug-an sumber pasir reklamasi karena bukan ranah pengembang. Dia bilang, sebagai pembeli bukan urusan, kalau mereka lakukan malah melampaui kewenangan. Dia malah mengandaikan, kalau membeli produk di supermarket tak akan menanyakan dampak dari barang yang dibeli. Perusahaan, katanya, banyak pemasok pasir yang semua berasal dari perairan di Kabupaten Serang. “Asal dari Serang, di perairan Pulau Tunda. Intinya semua sumber pasir laut berdasarkan dari penyuplai yang sudah ada izin pertambangan daerah, surat izin golongan C yang diterbitkan kabupaten maupun provinsi di Banten.” Temuan KLHK menyebutkan sebaliknya, tak ada kejelasan sumber material. Ini menjadi poin bagi perusahaan untuk memberikan rincian jelas soal data ini.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 56: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Selesai di Pulau C dan D, rombongan bertolak ke Pulau G menggunakan tiga speedboat. Pulau dengan pengembang PT Muara Wisesa Samudra ini masih tahap reklamasi, belum ada kontruksi bangunan di atasnya. Di sana, KLHK sempat mengambil sampel pasir urug dan menancapkan plang penyegelan.

Pemda Jakarta, juga sudah menyegel bangunan-bangunan yang berdiri tanpa IMB maupun

Amdal ini. Foto: Sapariah Saturi Sama dengan Pulau C dan D, pengembang Pulau G juga kena sanksi administratif paksaan pemerintah berupa penghentian sementara seluruh kegiatan reklamasi dan konstruksi. Pengembang dinilai melanggar izin lingkungan. Adapun pelanggaran-pelanggaran itu, antara lain, memobilisasi peralatan dan pengangkutan material reklamasi tak sesuai pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. Tak dapat menjelaskan rinci mengenai sumber dan jumlah material pasir urug, batu dan tanah untuk reklamasi. Pengembang juga menggelar material reklamasi dari sisi tengah, ke utara. Seharusnya, diawali bagian selatan ke arah timur, lalu ke barat, dilanjutkan bertahap ke Utara. Lalu, tak melakukan kewajiban lain tercantum dalam izin lingkungan seperti koordinasi dengan PT PLN, PT Nusantara Regas dan PT Pertamina Energi terkait pengawasan dan evaluasi bersama kinerja penggelaran material reklamasi, maupun perbaikan teknik penanggulangan sedimen. Pelanggaran lain terkait proses penerimaan tenaga kerja tahap prakontruksi, sosialisasi rencana reklamasi Pulau G, pengukuran debit Kali Karang, pengukuran arah dan kecepatan arus serta kualitas air laut sesuai koordinat titik. Dengan berbagai pelanggaran itu, Menteri LHK memerintahkan perusahaan membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan izin lingkungan, paling lambat 14 hari kalender. Pengembang wajib melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk mencegah dampak lingkungan lebih lanjut selama operasional berhenti.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 57: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Wasesa juga wajib melaporkan hasil pelaksanaan perintah Menteri LHK dan Guberur Ahok. Bila perusahaan tak melaksanakan, akan kena sanksi lebih berat.

Pulau G, yang masih proses reklamasi belum kontruksi bangunan juga kena segel KLHK.

Foto: Sapariah Saturi San Avri Awang menambahkan, mengatakan, prinsipnya, dengan keluar sanksi ini semua kegiatan berhenti. Terkecuali, kegiatan-kegiatan sesuai perintah keputusan menteri. Menteri LHK, katanya, mengeluarkan tiga surat keputusan, yakni, kepada pengembang Pulau C dan D dan pengembang Pulau G serta buat pemerintah Jakarta. Surat keputusan kepada pemerintah Jakarta, katanya, untuk pengawasan terhadap dua pengembang dalam melaksanakan perintah sanksi. “Kalau tak jalan akan ada sanksi lebih keras. KLHK lakukan supervisi dan pengawasan.” Senada dikatakan Ilyas Asaad. Dia mengatakan, dua surat keputusan menteri kepada pengembang sedangkan satu keputusan ditujukan kepada pemerintah (Pemda Jakarta juga KLHK). Tujuannya, untuk supervisi dan pengawasan pada pengembang. Pemerintah Jakarta, katanya, harus memperbaiki izin lingkungan yang sudah dikeluarkan. Perbaikan itu, berdasarkan kajian lingkungan meyeluruh yang melihat semua aspek bukan hanya reklamasi. Juga melaksanakan supervisi dan pengawasan terhadap pekerjaan yang harus dijalankan pengembang. Pemda Jakarta dan KLHK, kata Ilyas, diminta mengawasi bahkan mengambil langkah hukum terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan material.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 58: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Bangunan di muka Pulau C. Kini semua operasi pengembang harus setop, kecuali yang diperintahkan menteri dalam surat keputusan. Foto: Sapariah Saturi

Pulau G, tampak dari kejauhan. Foto: Sapariah Saturi

Alat berat mangkal di Pulau C dan D. Foto: Sapariah Saturi.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 59: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

ARTIKEL-ARTIKEL REKLAMASI PANTAI JAKARTA

PERIODE JUNI 2016 MONGABAY.CO.ID

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 60: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Gugatan Dikabulkan PTUN, Gubernur DKI Harus Hentikan Reklamasi di Pulau G June 1, 2016 M Ambari dan Jay Fajar Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Pembangunan reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta, yang dilaksanakan PT Muara Wisesa Samudera, dipastikan harus dihentikan. Hal itu, menyusul keluarnya putusan akhir kasus gugatan nelayan atas Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Nomor 2.238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin Reklamasi Pulau. Putusan tersebut dibacakan langsung oleh majelis hakim yang diketuai Adhi Budhi Sulistyo dalam sidang yang digelar di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Pulogeban, Jakarta Timur, Selasa (31/5/2016). “Memerintahkan tergugat untuk menunda pelaksanaan keputusan Gubernur Daerah Provinsi Ibu Kota DKI Jakarta Nomor 2.238 Tahun 2014 kepada PT Muara Wisesa Samudra tertanggal 23 Desember 2014 sampai putusan ini berkekuatan hukum tetap,” ujar Adhi di ruang sidang Kartika PTUN DKI Jakarta. Meski mengabulkan gugatan yang dilayangkan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta yang digawangi Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, namun majelis hakim juga mengabulkan sebagian pembelaan tergugat.

Gambaran reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau buatan. Foto : Fisip UI

Hakim ketua, mengabulkan sebagian pembelaan tergugat, yakni Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Muara Wisesa Samudera, dan menyatakan salah satu penggugat, yakni organisasi Kiara, tidak berbadan hukum. Hakim juga menerima pembelaan Pemprov DKI Jakarta dan PT Muara Wisesa Samudera bahwa gugatan yang diajukan nelayan telah lewat waktu. Namun, pembelaan yang diterima tersebut hanya sebagian. Selebihnya, majelis hakim menolaknya dengan tegas.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 61: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Dengan dikabullkannya gugatan tersebut, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta wajib untuk menunda pembangungunan dan memenuhi prasyarat hukum yang diperlukan. Hal itu, didukung dengan pembacaan pokok perkara yang dikabulkan majelis hakim. “Mewajibkan tergugat untuk mencabut keputusan Gubernur Daerah Provinsi Ibu kota DKI Jakarta Nomor 2.238 Tahun 2014 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra,” ujar Adhi. Selain keputusan tersebut, majelis hakim kemudian memutuskan beban biaya perkara sebesar Rp315.000 dibebankan kepada tergugat dan tergugat intervensi, yakni PT Muara Wisesa Samudra. Hentikan Reklamasi Dengan keluarnya putusan dari majelis hakim di PTUN Jakarta, Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Nelayaan KNTI Martin Hadiwinata, meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk mengentikan segala bentuk pembangunan di Pulau G. Hal itu, karena dasar hukum yang menjadi rujukan mereka tidak sah. “Kami berharap keputusan ini dapat segera diimplementasikan di lapangan. Kegiatan reklamasi dihentikan, perbaikan lingkungan disegerakan, dan pemulihan sosial ekonomi nelayan di Teluk Jakarta menjadi prioritas,” ungkap dia kepada Mongabay Indonesia. Menurut Martin, dengan dikabulkannya gugatan, maka Hakim PTUN setuju dengan nelayan bahwa reklamasi Pulau G bertentangan dengan UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan tanpa adanya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Termasuk, karena tidak adanya partisipasi masyarakat dalam hak atas lingkungan yang bersih dan sehat. “Reklamasi juga memberi dampak buruk kepada arus laut yang mengakibatkan sedimentasi dan pencucian alami perairan teluk yang berdampak buruk kepada ekosistem dan akses nelayan untuk melaut,” ucap dia. “Kami mendukung perbaikan dan pemulihan Teluk Jakarta dengan pembangunan partisipatif. Kita berharap putusan ini juga memberi inspirasi kepada kepada daerah lain untuk segera menghentikan kegiatan reklamasi di daerahnya, seperti Bali, Makassar, dan lain-lain,” tambah dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 62: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sejumlah nelayan menyegel Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka menyegel pulau buatan tersebut karena menolak reklamasi Teluk Jakarta yang

merugikan mereka, Foto : Sapariah Saturi Sementara itu, terkait dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyatakan akan tetap melanjutkan reklamasi, dinilai sebagai langkah yang salah. Karena, menurut pengacara publik Lembaga bantuan Hukum (LBH) Jakarta Tigor Hutapea, Gubernur seharusnya paham dengan putusan majelis hakim di PTUN. “Kan keputusan yang dibacakan hakim tadi sudah jelas, maka proses harus dihentikan, kalau masih ada pernyataan bahwa reklamasi akan dilanjutkan, itu namanya melawan perintah putusan hakim, putusan pengadilan,” ucap dia. Karena sudah ada putusan dari majelis hakim, Tigor mengatakan, apapun langkah yang diambil Gubernur, termasuk jika akan melakukan banding atau kasasi, itu sama sekali tak menghapuskan putusan bahwa reklamasi harus dihentikan. Terkait dengan pernyataan Gubernur yang menyebut bahwa reklamasi akan berlanjut namun dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), menurut Tigor juga itu tidak beralasan karena hingga saat ini tidak ada dasar hukum yang menyebutkan BUMD bisa melaksanakan mega proyek tersebut. “Pengembangkan bekerja berdasarkan SK yang dikeluarkan oleh pemerinta provinsi kan, ketika pengadilan menyatakan SK tersebut tidak berlaku lagi maka tidak ada dasarnya pengembang menjalankan proyek itu,” pungkas dia. Apresiasi Hakim Lingkungan Sedangkan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) mengapresiasi Putusan PTUN Jakarta Timur dan bisa menjadi preseden yang baik dalam penegakan hukum lingkungan ke depan. “Putusan ini merupakan preseden yang baik. Pertimbangan hakim dalam memutus sudah tepat dan progresif. Patut diapresiasi dan dicontoh oleh hakim-hakim lainnya yang menangani perkara lingkungan hidup,” tegas Direktur ICEL, Henri Subagiyo, di Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 63: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Henri melihat dalam pertimbangannya hakim menyebutkan bahwa terbitnya izin pelaksanaan reklamasi tidak partisipatif dan transparan yang mana tidak sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hakim menyatakan bahwa objek gugatan (izin pelaksanaan reklamasi Pulau G) bertentangan dengan ketentuan pasal 31 dan 39 Undang-Undang No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, karena dalam proses penilaian AMDAL, pihak pengembang maupun pemerintah daerah tidak melibatkan masyarakat dan organisasi lingkungan hidup sebagai bagian dari pihak yang menilai AMDAL. Selain itu, proses penerbitan izin lingkungan dianggap tidak sesuai prosedur karena diterbitkan tanpa mengumumkannya pada media yang mudah diakses oleh masyarakat. Henri melihat putusan hakim mempertimbangan asas kehati-hatian. Walaupun belum terasa secara langsung dampak lingkungan secara masif, hakim menyatakan kerugian lingkungan hidup perlu diantisipasi sejak dini. Artinya, kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup tidak dapat dipersamakan dengan kerugian materiil langsung. Selanjutnya, kata Henri, Izin pelaksanaan reklamasi tidak sesuai dengan prosedur karena tidak didahului dengan perencanaan ruang yaitu Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K). Dengan tidak adanya perencanaan ini, dapat terjadi konflik di wilayah pesisir. Perencanaan di wilayah pesisir tersebut juga harus didahului dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) supaya pembangunan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, tidak melebih daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup. Tidak hanya itu, pertimbangan berupa kerugian yang dialami nelayan merupakan tanda bahwa pertimbangan hakim sejalan dengan prinsip pembanguan berkelanjutan, terutama elemen keadilan sosial. “Dalam pertimbangannya, hakim menyatakan proyek reklamasi mengakibatkan kerugian berupa hilangnya sumber penghidupan para nelayan,” tegasnya. ICEL melihat putusan ini semakin menegaskan pentingnya hakim bersertifikasi lingkungan hidup agar melahirkan putusan-putusan yang berkualitas. “Ketua majelis hakim, Adhi Budhi Sulistyo yang merupakan hakim bersertifikasi lingkungan hidup, membatalkan SK yang dikeluarkan gubernur dengan menggunakan perspektif lingkungan di atas. Ini perlu dicontoh dalam kasus-kasus lingkungan hidup lainnya,” tambah Henri. Terkait Reklamasi Teluk Jakarta, Ahok Disarankan Buat Penyesuaian Ketetapan June 10, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 64: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Walaupun izin pelaksanaan reklamasi di Pulau G, Teluk Jakarta sudah resmi dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, namun hal itu dinilai masih ada kejanggalan. Karena, seharusnya wewenang pencabutan izin itu ada di tangan pembuat wewenang, yaitu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Demikian disampaikan Ketua Studi Hukum Administrasi Negara Universitas Indonesia Dian Puji Simatupang dalam diskusi The Indonesian Institute yang berlangsung di Jakarta, Kamis (9/6/2016) petang. Karena itu bersifat esensial, Dian menyarankan kepada Ahok untuk mengambil langkah bijak terkait keputusan tersebut dengan melakukan penyesuaian terhadap kebijakan sebelumnya. Penyesuaian itu perubahan surat keputusan (SK) lama, kata dia, diatur resmi dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. “Cara paling sederhana dan bijakasana adalah dengan cara seperti itu. Apalagi, putusan PTUN itu kanprosedural. Jadi harus memperhatikan keseimbangan antara warga dengan investor. Itu harus dijaga dan Pemerintah yang harus melakukannya,” ucap dia. Dalam perubahan itu, ungkap Dian, nanti dinyatakan ada perubahan SK lama dan tujuan dari penyesuaian terhadap putusan PTUN dalam SK baru nanti. Selain itu, penerbitan SK penyesuaian juga harus mempertimbangkan kesiapan pengembang dalam memenuhi putusan PTUN. “Misalnya tetap diberikan izin kepada mereka (pengembang) apabila menenuhi sesuai dengan harapan PTUN. Jadi ini untuk menjaga keseimbangan juga,” kata dia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyegel Pulau C,D dan G, serta meminta

Gubernur Jakarta, membatalkan PUlau E. Foto: Sapariah Saturi Senada dengan Dian, pernyatan serupa juga diungkapkan mantan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Harjono. Menurut dia, dalam kasus reklamasi, harus ada koordinasi yang berjalan baik antara satu dengan pihak yang lain.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 65: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Namun, satu hal yang pasti, Harjono mengatakan, terkait reklamasi tersebut, sebenarnya tidak ada satu pihak pun yang melarangnya dan itu kuat karena tidak ada ketetapan yang mengaturnya secara hukum. “Tetapi, memang saat ini masih ada persoalan berkaitan dengan siapa sebenarnya yang menentukan pelaksanaan reklamasi, termasuk lokasi detilnya. Untuk Pantai Utara Jakarta saja, ada sengketa antara Gubernur DKI Jakarta, Menteri Kelautan dan Perikanan, serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” papar dia. “Kalau ada persoalan antara kementerian dan gubernur, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 (UU tentang Administrasi Pemerintahan) mengatakan koordinasi dalam dulu. Jangan keluar. Namun, jika timbul sengketa, maka selesaikan di dalam dulu. Jika tidak selesai, baru ditentukan Presiden,” tambah dia. Selain itu, Harjono mengungkapkan, terkait dengan persoalan yang saat ini masih ada tentang siapa pihak yang berhak menentukan reklamasi, itu harus diselesaikan dan ditinjau melalui jalur hukum. Kata dia, Pengadilan hanya bisa menganulir, dengan catatan syarat reklamasi belum terpenuhi. Banyak Rezim Hukum dalam Proyek Reklamasi Sementara Peneliti The Indonesian Institute Zihan Syahayani menyatakan, dalam reklamasi ada banyak sekali rezim hukum yang berlaku. Saat ini, benteng kuat yang mendasari adalah Keputusan Presiden RI (Keppres) Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. “Dimana, Gubernur diberikan wewenang untuk memberikan izin reklamasi. Namun karena banyaknya perubahan peraturan perundang-undangan, kemudian lahir Perpres No.122 Tahun 2012 (tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil) yang memberikan KKP kewenangan untuk memberikan rekomendasi dalam hal izin reklamasi,” jelas dia. Disisi lain, menurut Zihan, KLHK juga berwenang dalam hal izin lingkungan yang menilai dampak penting dari reklamasi. Karenanya, secara normatif atau hirarkis, kekuatan Perpres dapat dikatakan lebih kuat dibandingkan dengan Permen. “Sehingga posisi kewenangan sebenarnya bisa diperjelas yakni Gubernur memiliki wewenang untuk mengeluarkan izin reklamasi, KKP memberikan rekomendasi dan KLH menilai dampak penting melalui evalusi izin lingkungan,” sebut dia. Tidak hanya itu, Zihan menambahkan, inovasi administrasi juga harus berorientasi pada kepentingan umum. Terkait masalah PTUN, bukan berarti bahwa reklamasi harus dibatalkan, namun kegiatan ini harus disertai dengan syarat-syarat demi kepentingan publik kembali, contohnya seperti amdal dan sebagainya.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 66: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sejumlah nelayan menyegel Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka menyegel pulau buatan tersebut karena menolak reklamasi Teluk Jakarta yang

merugikan mereka, Foto : Sapariah Saturi Seperti diketahui, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta sebelumnya resmi mengabulkan gugatan nelayan atas Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Nomor 2.238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta kepada PT Muara Wisesa Samudra. Dalam pokok perkara, hakim mengabulkan gugatan para penggugat. Hakim menyatakan batal atau tidak sah keputusan Gubernur DKI Nomor 2.238 Tahun 2014 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra tertanggal 23 Desember 2014. Inilah Permasalahan di Darat dan Laut dalam Reklamasi Jakarta June 12, 2016 M Ambari, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup Setelah bekerja selama dua bulan sejak 18 April 2016, Komite Bersama Reklamasi Teluk Jakarta yang dibentuk Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya akhirnya menemukan sejumlah catatan penting. Catatan tersebut nantinya akan dijadikan dalam bentuk rekomendasi yang akan disampaikan dalam rapat konsinyasi.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 67: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) San Afri Awang saat memimpin Forum Group Discussion (FGD) pembahasan reklamasi Teluk Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu (11/6/2016).

Proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Foto: bumn.go.id

Menurut Awang, selama dua bulan bekerja bersama tim yang terdiri dari gabungan Kemenko Maritim dan Sumber Daya, KLHK, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, pihaknya bisa mengumpulkan fakta-fakta reklamasi di daratan maupun di pesisir. Dari rangkuman catatan yang berhasil dikumpulkan itu, kata dia, untuk masalah di daratan sekitar Teluk Jakarta, adalah terjadinya penurunan permukaan tanah, penurunan muka air bawah tanah, terbatasnya lahan pembangunan, banjir dan buruknya genangan saat air pasang (rob), serta struktur tanah yang relatif empuk. Permasalahan yang ada di darat tersebut, dijelaskan Awang, langsung dirasakan oleh warga yang tinggal di sekitar Teluk Jakarta. Dampaknya, di antaranya muncul kekumuhan, kualitas sungai memburuk, dan air tanah juga memburuk. Selain di darat, Awang melanjutkan, masalah juga ditemukan di sekitar pesisir dan laut, di antaranya adalah munculnya abrasi pantai dan sedimentasi yang sangat tinggi. Selain itu, juga ada pencemaran di dasar pesisir dan juga munculnya pencemaran secara menyeluruh di air laut Teluk Jakarta. Namun, Awang memastikan, dari masalah-masalah yang ditemukan itu, dia bersama tim lebih banyak menyoroti persoalan sedimentasi di Teluk Jakarta. Hal itu, karena sedimentasi sangat memengaruhi kondisi 13 sungai yang ada di Jakarta dan sekitarnya. “Karena, memang 13 sungai ini menampung semua buangan (limbah) dari industri yang ada di sekitar sungai dan dibawa ke Teluk Jakarta,” tutur dia. Awang menjanjikan, seluruh catatan penting itu akan disampaikan secara resmi dalam rapat konsinyasi yang rencananya akan dilaksanakan pada 16 Juni mendatang. Dalam rapat tersebut, semua pihak yang berkaitan akan hadir untuk kembali membahas reklamasi Teluk Jakarta.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 68: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sebelum Reklamasi Salah satu warga yang juga nelayan di Teluk Jakarta, Muhammad Taher, dalam FGD menyebut bahwa kondisi Teluk Jakarta saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi pada tahun 1980-an hingga 1990-an. Kondisi tersebut terasa jelas perbedaannya setelah reklamasi mulai dilaksanakan pada tahun 2000-an. “Kalau tahun 90-an itu air laut belum tercemar, bahkan pada tahun 80-an itu air laut masih biru dan jernih. Tapi beda dengan sekarang, lautnya sudah tercemar karena ada perusahaan-perusahaan yang berdiri dekat pantai dan membuang limbahnya langsung ke laut,” jelas dia.

Gambaran reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau buatan. Foto : Fisip UI

Sementara itu menurut Sukirno, warga di Kelurahan Ancol, Jakarta Utara, persoalan yang ada setelah reklamasi, tidak hanya menyangkut pada masalah teknis saja, tetapi juga terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Salah satunya, adalah mengenai permukiman warga di sekitar Teluk Jakarta. “Warga jangan asal dipindahkan jika memang akan ada relokasi. Sebaiknya itu dibicarakan secara baik-baik. Karena, jangan sampai kasus di Pasar Ikan (Jakarta Utara) terulang lagi. Dimana, warga disuruh pindah begitu saja padahal mereka sudah lama tinggal,” ungkap dia. Tidak hanya itu, menurut Sukirno yang asli dari Jawa Tengah dan datang ke Jakarta pada 1978 itu, jika warga dipindah, sebaiknya jangan diberi pilihan tempat tinggal sewa, melainkan tempat tinggal hak milik sendiri. Misalnya, jangan memberi Rumah Susun Sewa (Rusunawa), tetapi Rumah Susun Milik (Rusunami). “Itu pun, belum tentu menjadi solusi jika diberi Rusunami. Karena, warga itu untuk mendapat mata pencaharian yang baru tidak gampang. Butuh masa adaptasi yang lama. Saya sendiri butuh dua tahun untuk bisa nyaman,” tandas dia. Peran Kementerian Agraria Tata Ruang Dipertanyakan Sementara itu, ketidakhadiran Kementerian Agraria Tata ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam FGD, disesalkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAI)

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 69: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Bernardus Djonoputro. Menurut dia, seharusnya Kemen ATR terlibat dalam FGD dan memberi masukan. “Bahkan tidak hanya dalam diskusi ini, seharusnya mereka juga masuk dalam tim bersama. Karena, tata ruang reklamasi itu faktanya diurus oleh kementerian Agraria,” ucap dia. Pertanyaan itu diajukan Bernadus, karena dalam Undang-Undang nomor 26 Taun 2007 termaktub tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota mencakup ruang darat, laut, udara dan dalam bumi. Dan, itu ada dalam wewenang Kementerian ATR/BPN. Namun, San Arif Awang terbuka di dalam forum membantah tentang ketidakhadiran wakil dari Kemen ATR tersebut. Menurutnya, komite secara resmi sudah mengundang kehadiran mereka. Tetapi, ternyata memang saat forum dilaksanakan, tidak ada satu pun wakil mereka yang hadir. “ATR/BPN itu sudah jadi anggota di Komite Bersama ini. Perlu digarisbawahi bahwa tidak hadir saat ini bukan berarti tidak terlibat,” pungkas dia. Berikut Putusan Pemerintah Soal Pulau-pulau Reklamasi Teluk Jakarta June 30, 2016 Indra Nugraha, Jakarta Laut, xkonservasi, xLingkungan Hidup

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 70: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Pulau G, yang masih proses reklamasi belum kontruksi bangunan juga kena segel KLHK. Pemerintah Pusat memutuskan penghentian reklamasi Pulau G karena dinilai melakukan pelanggaran berat. Foto: Sapariah Saturi Akhirnya, memerintah memutuskan menghentikan reklamasi di Pulau G di Pantai utara Jakarta karena melakukan pelanggaran berat. Area reklamasi ada pipa bawah laut, kabel listrik PLN, membahayakan lingkungan hidup, ganggu proyek vital dan strategis, dan ganggu lalu lintas kapal nelayan. Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli saat konferensi Pers di Jakarta, Kamis (30/6/16) mengatakan, sebelum ada pulau, kapal nelayan mudah parkir di Pelabuhan Muara Angke. Ketika pulau ada, ditutup sampai daratan hingga kapal harus berputar lebih jauh dan menghabiskan solar lebih banyak. “Tata cara pembangunan juga sembarangan hingga merusak lingkungan, mematikan biota laut. Kesimpulan kami Pulau G masuk pelanggaran berat. Harus dibatalkan dibatalkan untuk waktu seterusnya,” katanya. Pembatalan reklamasi Pulau G, katanya, risiko pengembang karena dianggap melakukan langkah-langkah membahayakan berbagai kepentingan. Dia menyarankan, sembari menunggu dibongkar, Pulau G diambil alih pemerintah untuk reboisasi atau konversi jadi kawasan konservasi.“Sembari dibenahi dan dikoreksi. Intinya tetap kita bongkar. Tetapi untuk kehutanan dan lingkungan hidup, why not?” katanya. Sedang Pulau C, D dan N masuk kategori pelanggaran sedang. Sebagai contoh, Pulau C dan D, harus pisah dengan kanal selebar 100 meter, kedalaman delapan meter, kenyataan digabung. Dianggap meningkatkan risiko banjir dan mengganggu lalu lintas kapal. “Pengembang hanya mengejar keuntungan hingga Pulau C dan D digabung. Pengembang sudah komitmen untuk pembongkaran agar dibangun kanal. Sebagian sudah dilakukan. Memang mahal karena harus angkat batu-batu dan material lain sebanyak 300.000 meter kubik. Habiskan miliaran rupiah. Risiko pengembang karena melanggar.” Begitu juga Pulau N untuk pembangunan pelabuhan baru milik Pelindo II ditemui ada pelanggaran. Pulau ini bisa lanjut dengan catatan, memperbaiki aspek lingkungan hidup. “Kami minta pengembang yang diberikan izin di setiap loaksi dialokasikan puluhan hektar khusus untuk nelayan dan umum. Kalua ada kampung nelayan bagus, dibuat konsep wisata sebenarnya nilai tanah akan naik jangka panjang.” Rizal mengatakan, sudah mendapatkan laporan dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, bahwa kementerian sejak 2,5 bulan lalu, tak lagi mengeluarkan izin kapal pengeruk beroperasi di area reklamasi. “Kalua ada kapal masih bekerja, dalam konteks membongkar. Misal di Pulau C dan D, dan N. Jadi jangan salah mengerti seolah-olah reklamasi masih berjalan.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 71: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Pemprov Jakarta, katanya sedang revisi RTRW. Meski ada hambatan dari DPRD Jakarta. DPRD, katanya, masih enggan membahas revisi RTRW. Dia akan membantu meluruskan. Hingga kini masih ada 13 pulau lain belum dievaluasi. Dia meminta komite gabungan kembali bekerja dan membereskan ini. Dia mengatakan, dua minggu setelah Lebaran komite gabungan mulai kerja lagi. “Kami minta tiga bulan lagi. Dengan tugas sinkronisasi dan harmonisasi peraturan maupun kebijakan reklamasi. Nanti tak saling rebut kewenangan. Kami minta dibuatkan drafting perubahan Kepres atau peraturan lain. Komite gabungan harus evaluasi menyeluruh pulau-pulau lain yang belum sempat diteliti langsung,” katanya. Dia menyadari, dalam reklamasi ada tumpang tindih peraturan hingga beberapa lembaga merasa memiliki kewenangan khusus memutuskan. “Batas kewenangan harus jelas. Kalau soal pelabuhan yang membahayakan lalu lintas kapal, wilayah sepenuhnya di bawah kewenangan Kemenhub. Jika ada yang bikin pulau di pelabuhan, tak boleh jika tak ada izin Kemenhub.” Begitu juga, katanya, wilayah laut bukan bagian pelabuhan, wewenang Kementerian Kelautan dan Perikanan. Soal dampak lingkungan, tata ruang, wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Pemerintah Jakarta dalam konteks implemenatsi, enforcement kebijakan strategis dari tiga kementerian ini. Ini ingin kita harmonisasikan, integrasikan hingga ke depan tak ada ribut-ribut lagi,” katanya. Beberapa kasus reklamasi juga masuk ranah KPK. Rizal mempersilakan KPK mengusut siapa terlibat dalam korupsi di proyek itu. Hanya, katanya, menyangkut urusan pengembangan, sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. “Kami atas nama pemerintah akan rapat bersama mengeluarkan surat keputusan bersama yang akan ditandatangani menteri-menteri terkait. Saya gak mau ribet. Saya ingin ini dilaksanakan. Tak mau hanya mengandalkan proses hukum. Bisa lama dan ada permainan. Sederhana, pengembang mau manut negara atau tidak? kalua mau laksanakan, kalau gak mau manut, gua sikat.” Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, rekomendasi itu merupakan terbaik “Walaupun tim bekerja sesuai ahli masing-masing, kesimpulan sama. Ini rekomendasi terbaik. Saya pikir sangat relevan, sepatutnya rekomendasi dilaksanakan. Pulau lain masih dievaluasi. Bukan berarti akan dilanjutkan.” Dirjen Planologi KLHK San Afri Awang mengatakan, urusan cabut izin, nanti pemerintah akan meminta Gubernur Jakarta. “Hasil keputusan kami untuk menghentikan reklamasi Pulau G. Mencabut izin ada di Pemda. Harus nurut dong. Banyak utilitas penting disitu,” katanya. Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridha Sani mengatakan, bisa saja Pulau G jadi kawasan konservasi. “Dihentikan, kegiatan dibatalkan. Pengelolaan lebih lanjut seperti apa

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 72: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

nanti dibicarakan kembali. Itu baru salah satu alternatif. Bisa saja dibongkar, kita lihat lagi. Belum memutuskan pengelolaan lebih lanjut.” Roy mengatakan, rekomendasi dari Kemenko Maritim itu dipastikan ditindaklanjuti KLHK. Perihal surat keputusan atau produk hukum lain yang menandakan penghentian reklamasi Pulau G keluar segera.

Bangunan di muka Pulau C. Pemerintah menetapkan Pulau C, D dan N melakukan

pelangggaran sedang. Foto: Sapariah Saturi

ARTIKEL-ARTIKEL REKLAMASI PANTAI JAKARTA

PERIODE JULI 2016 MONGABAY.CO.ID

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 73: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Ada Potensi Kerugian Rp178,1 M pada Reklamasi Teluk Jakarta

July 7, 2016 M Ambari, Jakarta Laut Proyek reklamasi dan pembuatan tanggul laut raksasa (giant sea wall) yang dilaksanakan di perairan Teluk Jakarta, diduga menelan kerugian sangat besar hingga mencapai Rp178,1 miliar. Taksiran kerugian itu didukung dengan alat bukti yang dimiliki Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta. Koalisi yang diinisiasi Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Solidaritas Perempuan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, YLBHI, KPI, ICEL, KIARA, dan WALHI itu, mengajukan bukti kerugian tersebut dalam sidang gugatan izin reklamasi Pulau F, I, dan K di Teluk Jakarta. Ketua Pengembangan Hukum dan Pengembangan Nelayan KNTI Marthin Hadiwinata menjelaskan, meski sudah ada nilai potensi kerugian akibat pembangunan proyek reklamasi dan tanggul laut raksasa, namun sebenarnya itu bukan jumlah sebenarnya. “Karena, kerugian tersebut dapat lebih parah jika terjadi gangguan terhadap empat pembangkit listrik yang ada di sepanjang Teluk Jakarta. Kerugian per jam dari empat pembangkit listrik tersebut mencapai jumlah Rp126,1 miliar,” ungkap dia.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 74: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Alat berat mangkal di Pulau C dan D. Foto: Sapariah Saturi

Penghitungan kerugian potensial tersebut, menurut Marthin, dilihat dari empat komponen utama yaitu hilangnya wilayah kegiatan perikanan, meningkatnya potensi resiko banjir, hilangnya habitat mangrove, dan menurunnya kapasitas pembangkit listrik. Marthin memaparkan, komponen pertama, yaitu hilangnya wilayah kegiatan perikanan di Teluk Jakarta, diperkirakan menghilangkan lokasi tangkapan ikan (fishing ground) seluas 586,3 hektare. Kondisi itu bisa berdampak pada kehilangan sumber penghidupan dan upah perikanan yang mencapai USD1,3 juta atau ekuivalen Rp16,9 milliar per tahun. Kemudian, komponen kedua, yaitu meningkatnya potensi resiko banjir di Teluk Jakarta, diperkirakan akan menambah kerugian akibat banjir yang ditaksir bisa mencapai USD9,7 juta atau ekuivalen Rp126,1 milliar per tahun. Selanjutnya, komponen ketiga, kata Marthin, adalah hilangnya habitat mangrove. Dari komponen tersebut, berpotensi bisa menghilangkan jasa-jasa ekosistem mangrove yang penting, dan itu ditaksir bisa menelan kerugian hingga USD2,7 juta atau ekuivalen Rp35,1 milliar. Terakhir, komponen keempat, yaitu menurunnya kapasitas pembangkit listrik, menurut Marthin, diperkirakan bisa menelan kerugian hingga mencapai USD26,78 juta per jam atau ekuivalen Rp126,1 milliar. “Jika kegiatan pelayanan kelistrikan bagi Muara Karang dan Muara Tawar terganggu, maka itu berarti sama dengan pelayanan untuk 53 persen kebutuhan listrik di Jakarta. Apabila diakumulasikan setiap tahunnya maka kerugian akibat reklamasi sangat besar,” sebut dia. Marthin menuturkan, penilaian kerugian tersebut didapat dari dokumen “Jakarta Bay Recommendation Paper” yang diterbitkan sekitar Oktober 2012 lalu. Dokumen tersebut ditulis oleh Danish Hidraulic Institute (DHI) Water & Environment, yaitu sebuah lembaga konsultan teknik asal Denmark yang telah berpengalaman melakukan jasa konsultasi terkait pengelolaan pesisir dan laut.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 75: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Gambaran reklamasi Teluk Jakarta dengan 17 pulau buatan. Foto : Fisip UI

DHI Water & Environment melakukan penilaian tersebut untuk membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan (KLHK) dalam melakukan penilaian terhadap Teluk Jakarta. Namun sangat disayangkan, penilaian komprehensif yang dilakukan oleh DHI tersebut tidak pernah menjadi pertimbangan untuk menghentikan proyek reklamasi Jakarta. Pembatalan Pulau G Sementara itu dalam rapat koordinasi Penanganan Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang digelar Kamis (30/6/2016), Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli dengan tegas menyebutkan bahwa Pulau G yang dikelola PT Muara Wisesa Samudera (MWS) untuk menghentikan proses reklamasi secara permanen. Keputusan tersebut keluar, karena anak usaha Agung Podomoro Land (APL) tersebut melakukan pelanggaran berat karena melaksanakan pembangunan di atas kabel bawah laut PLN. Selain itu, PT MWS juga terbukti melakukan pembangunan yang mengganggu lalu lintas kapal di sekitarnya. “Komite Gabungan menilai, keberadaan pulau tersebut membahayakan lingkungan hidup, proyek vital strategis, pelabuhan, dan lalu lintas laut,” ucap Rizal Ramli. PT Muara Wisesa Samudra merupakan anak usaha PT Agung Podomoro Land Tbk. Izin reklamasi pulau tersebut dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Desember 2014. Selain Pulau G, Rizal menjelaskan, ada pelanggaran yang dilakukan pengembang untuk pembangunan Pulau C, D, dan N. Meski itu bentuknya pelanggaran sedang, namun dia menilai, itu bisa membahayakan jika tidak segera dilakukan koreksi pembongkaran. “Yang terjadi adalah harusnya Pulau C itu dipisahkan antara pulau harus ada kanal 100 meter dengan kedalaman 8 meter agar arus lalu lintas kapal tidak terganggu. Kedua kalau banjir airnya bisa langsung pindah ke laut bebas,” imbuhnya. Selain mempublikasikan hasil evaluasi, Rizal Ramli pada kesempatan yang sama juga memaparkan, Tim Gabungan yang terdiri dari Kemenko Maritim, Kementerian Lingkungan

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 76: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mengaku masih belum menyelesaikan evaluasi untuk 13 pulau lainnya.

ARTIKEL-ARTIKEL REKLAMASI PANTAI JAKARTA

PERIODE SEPTEMBER 2016 MONGABAY.CO.ID

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 77: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Reklamasi Teluk Jakarta Lanjut. Kementerian LHK: Sempurnakan Dulu Dokumen Lingkungan September 14, 2016 Lusia Arumingtyas, Jakarta Laut

Aksi nelayan Muara Angke, April 2016, diikuti gugatan ke PTUN dan diputus agar izin

dicabut. Sejalan dengan itu hasil tim gabungan diketuai Menteri Kemaritiman saat itu, Rizal Ramli, memutuskan menghentikan permanen pulau ini. Foto: Sapariah Saturi

Setelah penghentian sementara sejak beberapa bulan lalu, akhirnya pemerintah memutuskan reklamasi Teluk Jakarta, kembali berjalan. Bahkan, pembangunan Pulau G, yang sudah dinyatakan batal permanen oleh tim gabungan yang dikepalai Menteri Maritim era Rizal Ramli, pun bakal lanjut. ”Sementara tak ada alasan kami untuk tak meneruskan reklamasi di Pantai Utara Jakarta. Surat akan dikeluarkan Kamis (15/9/16-red),” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 78: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Luhut Binsar Pandjaitan usai rapat tertutup terkait Reklamasi Teluk Jakarta di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta (13/9/16). Dia mengklaim keputusan itu, berdasarkan pandangan lintas kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemeritah Jakarta, Kementerian Perhubungan, Perusahaan Listrik Negara, dan para nelayan. Rapat ini diikuti Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang San Afri Awang, Gubernur Jakarta Basuki T. Purnama, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta Tuty Kusumawati dan beberapa perwakilan kementerian dan lembaga terkait. Pembahasan rapat sudah lebih teknis baik sisi lingkungan hidup, listrik hingga nelayan dan fasilitas yang akan ditawarkan. Sebelumnya, atas gugatan nelayan yang tergabung dalam Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KTNI), PTUN Jakarta pada 31 Mei 2016 memutuskan pemerintah untuk mencabut izin reklamasi Pulau G. Bahkan, keputusan Menteri Koordinator Kemaritiman juga menyebutkan, pembangunan Pulau G, berhenti permanen karena melakukan pelanggaran berat. Menurut Luhut, gugatan belum berkekuatan hukum. ”Tetap bekerja, belum inkrah.” Dia berpandangan, reklamasi ini menjadi salah satu langkah mengantisipasi dampak besar bagi masyarakat, seperti penetrasi air asin dan rob. Adapun mitigasi-penanganan reklamasi juga berdasarkan rekayasa-rekayasa teknik. Tunggu perbaikan pengembang Meskipun begitu, KLHK menegaskan harus ada perbaikan dokumen lingkungan dari pengembang berdasarkan temuan terdahulu. ”Beberapa kewajiban pengembang sudah ditaati, beberapa belum dilengkapi hingga sanksi belum bisa dicabut sekarang. Harus penyempurnaan dokumen lingkungan yang menjawab berbagai permasalahan,” kata Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kala diminta tanggapan. San Afri Awang, Direktur Planologi dan Tata Ruang KLHK menegaskan, kelanjutan proyek reklamasi ini ditentukan kewajiban pengembang dalam menjalankan penyempurnaan Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 79: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Pulau G, yang sudah diputus agar izin dicabut oleh PTUN Jakarta dan pembangunan sudah dihentikan permanen oleh Menteri Koordinator Maritim, Rizal Ramli, bakal „hidup‟ lagi era

Menko Maritim Luhut P. Foto: Sapariah Saturi Hal itu, katanya, terkait hasil keputusan Komite Gabungan yang dibentuk Mei lalu dari temuan-temuan yang berdampak sosial, ekonomi dan lingkungan. ”Masalah lingkungan tak boleh diabaikan, Kajian-kajian lingkungan sifatnya wajib, Jika ada yang menyimpang, menjadi sebuah syarat untuk perbaikan,” katanya. Adapun beberapa poin yang wajib dilaksanakan, seperti gangguan alur pelayaran, gangguan obyek vital Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), tanah urukan, aspek sosial dan ekonomi masyarakat dan lain-lain. Siti mengatakan, reklamasi harus sejalan dengan kepentingan nasional dengan konsep National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) “Ini harus dianalisis oleh Bappenas,” katanya kepada Mongabay. Luhut juga menekankan, pengembang harus taat aturan. “Semua ketentuan peraturan yang dibuat, pengembang harus menaati, kalau tidak akan dipinalti,” katanya. Terkait mitigasi bencana, kata Siti, ada beberapa fokus penjabaran. Pertama, desain teknis terkait pipa-pipa air pendingin kondensasi PLTG dan PLTGU dan mitigasi sedimentasi Muara Karang dan penggunaan alur oleh nelayan. Kedua, perencanaan harus menyelaraskan dengan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) dengan provinsi terkait, yakni Jakarta, Jawa Barat dan Banten serta regional pantai utara Jawa dan konsep NCICD. ”Keduanya harus masuk dalam dokumen perubahan lingkungan yang perlu dibuat pengembang,” kata Siti. Dokumen itu akan menjawab dampak lingkungan yang menjamin permasalahan mampu teratasi. Desain teknologi pun perlu masuk. Secara keseluruhan, KLHK memastikan mengawasi atas potensi kerusakan. Hal ini, menjadi gugatan masyarakat di PTUN.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 80: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Properti yang sudah dibangun di Pulau C. Pulau C, yang juga dihentikan sementara karena

beberapa pelanggaran. Foto: Sapariah Saturi Dampak bagi masyarakat Luhut menyatakan, walau reklamasi berlanjut, kepentingan nelayan menjadi prioritas. “Presiden menegaskan itu.” Prioritas kepada 12.000 nelayan, katanya, dipastikan mendapatkan kehidupan lebih layak dibandingkan saat ini. Pemprov Jakarta pun akan menyiapkan rusun bagi para nelayan agar tetap mempunyai akses ke laut dan dapat hidup dengan layak. Dalam pertemuan itu Tuty mengatakan, pemprov menyiapkan sekitar 1.900 kapal untuk berlayar. ”Mereka sudah bisa berlayar ke air yang bersih 12-13 km ke Pulau Jawa,” ucap Luhut. Abaikan putusan hukum Arya Ardiansyah, Ketua BEM UI 2016 menanggapi upaya ini belum dapat dipastikan. Pasalnya, pembicaraan dan pemaparan di rapat tertutup hanya dari satu arah, yakni pemerintah sendiri. ”Ini juga menabrak putusan PTUN, ini menjadi pengabaian keputusan hukum yang ada sama dengan melecehkan dan melanggar hukum,” katanya yang hadir dalam rapat tertutup itu. Pemaparan pembangunan hingga mitigasi bencana juga dibahas dalam rapat tetapi belum konkrit. Khusus nelayan, kebijakan satu arah ini mampu memiskinkan masyarakat pelahan. ”Dalam pemaparan ini Menko Luhut tak menjawab soal keterlibatan nelayan dalam proyek reklamasi.” Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, angkat bicara. Menurut dia, keputusan melanjutkan reklamasi Pulau G menunjukkan kekuasaan yang merawat nalar rente dengan mengabaikan nilai kemanusiaan, keadaban dan hukum. “Pembangunan ekonomi sekadar dimaknai memperoleh uang dan melindungi investor besar.”

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 81: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Melanjutkan Pulau G, katanya, mengabaikan keputusan PTUN yang memerintahkan pencabutan izin. Walhi: Lihat Ketetapan Hukumnya Dulu, Baru Reklamasi Teluk Jakarta Dilanjutkan September 16, 2016 M Ambari, Jakarta Laut Kredibilitas Pemerintah dipertanyakan dalam penyelesaian kasus reklamasi di Teluk Jakarta. Tidak seharusnya reklamasi dilanjutkan pembangunannya, sementara proses hukumnya masih terus berjalan. Jalan paling aman, seharusnya Pemerintah menunda reklamasi sampai ketetapan hukumnya jelas. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menilai, jika reklamasi kembali dilanjutkan, akan banyak masalah yang timbul. Di antaranya, karena ketetapan hukumnya tidak ada. Padahal, untuk bisa melaksanakan reklamasi, ketetapan hukum harus jelas. Direktur Eksekutif WALHI Nasional Nur Hidayati mengatakan, ketetapan hukum yang menjadi acuan utama dalam reklamasi, adalah peraturan daerah (Perda) tentang zonasi kawasan pesisir dan pulau-pulau terpencil. “Jika perda zonasi sudah ada, reklamasi bisa terus dilanjutkan. Tentu saja, dengan memenuhi segala ketentuan yang menjadi syarat,” ungkap dia kepada Mongabay, Kamis (15/9/2016).

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 82: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Alat berat mangkal di Pulau C dan D. Foto: Sapariah Saturi

Nur Hidayati menjelaskan, selain perda zonasi, reklamasi yang dilakukan di Teluk Jakarta, khususnya yang sudah berjalan di Pulau G, F, I, dan K, dinyatakan melanggar ketentuan yang berlaku di Indonesia. Yaitu, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan UU No 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Tidak hanya itu, proyek reklamasi Teluk Jakarta, ditengarai juga sudah melanggar tata aturan yang lain. Menurut Nur Hidayati, pengembang dalam melakukan penyusunan analisis mengendai dampak lingkungan (AMDAL) tidak partisipati dan tidak melibatkan nelayan. “Yang juga sudah dilanggar, dalam proyek reklamasi di Teluk Jakarta, itu ditemukan kepentingan untuk bisnis jauh lebih besar dibanding kepentingan untuk umum atau rakyat. Karenanya, reklamasi tidak benar. Itu semua kata Majelis Hakim PTUN Jakarta ya,” sebut dia. Karena itu, WALHI menilai, apa yang dilakukan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Luhut Pandjaitan dengan membuat pernyataan proyek reklamasi di Teluk Jakarta dilanjutkan, itu adalah kesalahan besar dan patut dipertanyakan kebenarannya. “Kemenkomar mengklaim dalam pernyataannya bahwa itu sudah disepakati oleh instansi lain, namun itu juga patut ditelusuri lagi kebenarannya,” jelas dia. Ungkapan penuh keraguan tersebut sangat beralasan. Karena Nur Hidayati mencatat, hingga saat ini dua instansi sentral, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diketahui masih memiliki sikap yang sama yakni merekomendasikan reklamasi dihentikan. “Tapi bisa apa jika Luhut sudah mengeluarkan pernyataan seperti itu. Tinggal tunggu waktu saja sekarang apakah kekuatan hukumnya akan ada atau tidak,” jelas dia. Ultimatum kepada Presiden

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 83: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Melihat kondisi yang ada di lapangan, WALHI menilai ada upaya perlawanan terhadap hukum yang dilakukan Pemerintah RI, dalam hal ini Presiden RI Joko Widodo. Menurutnya, Presiden jangan sembarangan dalam mengambil kebijakan terkait reklamasi di Teluk Jakarta. “Kami peringatkan kepada Pemerintah dan khususnya kepada Presiden RI untuk tidak melakukan perlawanan terhadap hukum,” tegas dia. Nur Hidayati menilai, jika Pemerintah Pusat berani melawan hukum, dia meyakini tindakan serupa akan dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Itu artinya, Jakarta sebagai percontohan akan memberi contoh yang buruk.

Sejumlah nelayan menyegel Pulau G, salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka menyegel pulau buatan tersebut karena menolak reklamasi Teluk Jakarta yang

merugikan mereka, Foto : Sapariah Saturi Nur Hidayati mengatakan, jika memang Pemerintah RI peduli dengan kondisi Teluk Jakarta sekarang, maka langkah yang harus diambl tidak dengan melakukan reklamasi, melainkan dengan melakukan rehabilitasi. “Reklamasi ini akal-akalan saja untuk bisa melanjutkan proyek bisnis. Ada kondisi sosial budaya yang diabaikan dalam kebijakan ini. Seolah-olah masyarakat itu bisa diselesaikan dengan gampang hanya melalui relokasi ataupun disediakan fasilitas publik,” ucap dia. “Intinya, Pemerintah tidak boleh membuat kegaduhan lagi, tapi justru harus membuat ketenangan dan kenteraman,” tambah dia. Tunggu Finalisasi NCICD Saat perda zonasi tak kunjung hadir, reklamasi seharusnya bisa berhenti karena itu berarti ada pelanggaran berat dan harus diperbaiki lebih dulu. Tetapi, nyatanya itu tidak terjadi. Bersamaan koalisi yang dipimpin Menteri Komar dan SD Rizal Ramli mengeluarkan pernyataan penghentian reklamasi untuk sementara, ditengarai ada upaya dari pihak berkepentingan untuk tetap melanjutkannya.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 84: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Nur Hidayati pernah mendengar, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama langsung mendatangi Presiden RI Joko Widodo terkait reklamasi. Tak lama setelah pertemuan itu, Presiden kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa reklamasi masuk dalam proyek strategis yang harus dibahas dalam National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). “NCICD ini dikerjakan oleh Bapenas (Badan Perencanan Pembangunan Nasional) dan di dalamnya ada juga pembahasan tentang proyek giant sea wall atau tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Nah, reklamasi juga masuk di dalamnya,” papar dia. Meski dinilai tidak ada korelasi dengan NCICD, namun Nur Hidayati memandang, saat ini Pemerintah sudah mengelompokannya dalam proyek strategis nasional. Itu artinya, reklamasi dipastikan akan tetap berjalan ada ataupun tiada hambatan. “Masalahnya, NCICD ini dijadwalkan baru rampung pada November nanti. Nah sekarang, karena belum rampung, seharusnya reklamasi juga tidak boleh dilanjutkan. Karena, itu tidak ada panduannya,” jelas dia. Pentingnya reklamasi menunggu NCICD, menurut Nur Hidayati, karena itu bisa menjadi panduan KLHK untuk mengeluarkan rekomendasi AMDAL proyek pembangunan pulau-pulau di Teluk Jakarta. Dengan kata lain, Amdal untuk seluruh proyek reklamasi nantinya akan bergantung pada hasil akhir dari NCICD. Rakyat Bisa Menggugat Di sisi lain, walau sudah ada pernyataan dari Menko Maritim dan Sumber Daya Luhut Pandjaitan, WALHI menilai pernyataan tersebut tidak kuat untuk melanjutkan proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Karenanya, perlu ada payung hukum yang kuat jika memang akan melanjutkan proyek. “Tapi, jika payung hukum tersebut diterbitkan, WALHI tidak akan tinggal diam. Kita akan menggugatnya. Karena, bagaimanapun proyek reklamasi ini masih bermasalah, baik secara hukum maupun sosial budaya,” ungkap Manajer Penanganan Kasus dan Emergency Response WALHI Nasional Edo Rakhman kepada Mongabay. Edo menilai, pernyataan yang dirilis Luhut Pandjaitan tersebut bisa jadi semacam test case kepada publik. Atau, bisa jadi karena memang ada desakan dari pengembang untuk segera melanjutkan proyek yang ada di utara Jakarta itu. “Ini aneh makanya. Koalisi bersama saja kerjanya belum selesai, tapi tiba-tiba sudah ada pernyataan reklamasi dilanjutkan. Ada apa ini?” pungkas dia. Karena itu, Edo menghimbau kepada masyarakat umum untuk bisa memahami kasus reklamasi di Teluk Jakarta dengan seksama. Selain itu, pihaknya juga akan terus berupaya untuk membongkar kasus tersebut hingga tahu siapa sebenarnya yang sedang “bekerja”.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018

Page 85: Analisis Wacana Kritis, Annisa Meidiana, FIKOM, 2018kc.umn.ac.id/5085/7/LAMPIRAN.pdf · mempertanyakan jika ada pihak yang menyebut proyek Pulau G tidak punya Amdal. Karena, kata

Sebelumnya, Majelis Hakim PTUN Jakarta pada 31 Mei lalu mengabulkan gugatan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta dengan mengeluarkan putusan agar Pemerintah mencabut izin untuk reklamasi di Pulau G. Keputusan tersebut kemudian diikuti dengan keputusan dari koalisi bersama yang dipimpin Kemenko Maritim dan Sumber Daya yang meminta reklamasi berhenti secara permanen.

Analisis Wacana Kritis..., Annisa Meidiana, FIKOM, 2018