analisis wacana gaya hidup a+ dalam naskah …elibrary.unisba.ac.id/files/08-6271_fulltext.pdf ·...
TRANSCRIPT
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
GAYA HIDUP “HIGHCLASS” DALAM NASKAH PROGRAM
ACARA PARTY TO GO SE RADIO 88,1 FM
Studi Analisis Wacana Gaya Hidup “Highclass” dalam Naskah
Program Acara Party To Go SE Radio 88,1 FM Bandung dengan
Pendekatan Van Dijk
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Usulan Penelitian pada Bidang
Kajian Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung
Disusun Oleh :
Lovana Andayani
10080000005
Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2005
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gaya Hidup “Highclass” dalam Naskah Program Acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM
Sub Judul : Studi Analisis Wacana Gaya Hidup “Highclass” dalam Naskah
Program Acara Party To Go SE Radio 88,1 FM Bandung
Pendekatan Van Dijk
Nama : Lovana Andayani
NPM : 10080000005
Bidang Kajian : Manajemen Komunikasi
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Aning Sofyan, Drs, M.Si) (Dede Lilis, Dra)
Mengetahui,
Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
(Anne Maryani, Dra., M.Si)
ABSTRAK
Sejauh apapun berjalan di muka bumi ini, di kanan kiri tidak ubahnya bagaikan etalase besar yang menampilkan berbagai pesona dunia. Termasuk di dalamnya kebahagiaan semu yang ditawarkan oleh ide-ide yang banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang selalu menyampaikan dan menyerukan paradigma dengan tujuan persuasif dalam rangka menanamkan ide-idenya tersebut. Media massa sebagai media propaganda telah sukses menghembuskan advertorialnya ke khalayak banyak. Sebagai contoh, yang senantiasa dihadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi khalayaknya melalui lifestyle atau gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan melalui media massa bagaikan fast food. Segala daya upaya dilakukan dalam rangka menawarkan pada gaya hidup untuk pencapaian kenikmatan. Salah satunya dengan munculnya gaya hidup highclass yang mengungkap gaya hidup yang dijalani oleh orang-orang yang termasuk dalam kelas atas atau orang-orang berada. Tidak lain tujuan dari gaya hidup highclass ini adalah juga untuk mencapai sebuah kenikmatan hidup menurut penganutnya. Manusiawi memang, tatkala manusia hidup untuk mencari kenikmatan dan kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain dan bermain dilakukan untuk mencari kesenangan. Allah SWT mengaruniakan nikmat yang tidak terhingga untuk digunakan umatNya dalam kehidupan, hanya saja dalam ayatNya Allah juga berfirman agar manusia tidak berlebih-lebihan dalam memanfaatkan nikmat tersebut. Walaupun sudah sangat jelas sekali bahwa gaya hidup highclass termasuk menyimpang dari aturan Allah, tetapi fenomena yang terjadi bahwa gaya hidup seperti ini memang ada dan memang dijalani oleh golongan orang-orang highclasstersebut. Dan media massa seperti radio, dalam hal ini adalah SE Radio 88,1 FM, merupakan salah satu sarana yang sangat berperan sebagai wadah dalam menyebarluaskan perkembangan gaya hidup highclass. Melalui metode analisis wacana dengan pendekatan Teun A. van Dijk, penulis mencoba untuk mengetahui pandangan penulis naskah melalui bahasa yang digunakan dalam naskah program acara Party To Go SE Radio 88,1 FM, dimana radio ini mengklaim dirinya sebagai radio orang-orang A Plus atau Highclass dan program acara Party To Go merupakan salah satu program acara di SE Radio 88,1 FM yang bertujuan mengangkat tentang gaya hidup kaum A Plus atau Highclass.Penggunaan bahasa dalam naskah program acara Party To Go ini dianggap dapat mewakili pandangan penulis naskah mengenai gaya hidup highclass yang sedang berkembang saat ini. Naskah tersebut dianalisis secara tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris. Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pada naskah Party To Go yang diambil sebagai sample penelitian memang menyiratkan pandangan bahwa naskah tersebut benar-benar mengangkat tema gaya hidup Highclass dan sedikit bersifat persusif atau mengajak pendengar radio untuk ikut mencoba gaya hidup tersebut. Seluruh pandangan penulis naskah didukung oleh pemaparan pernyataan-pernyataan yang memperkuat tema.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalmu’alaikum Wr.Wb,
Syukur Alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan karunia-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul :
“Gaya Hidup Highclass dalam Naskah Program Acara PartyTo Go SE
Radio 88,1 FM”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
program Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan dan
penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari kalimat
maupun materinya dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki. Walaupun demikian agaknya penulis telah berupaya semaksimal
mungkin dalam pengerjaannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dengan
harapan semoga memenuhi apa yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Hj. DR. Neni Yulianita, Dra., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung, yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.
ii
2. Ibu Anne Maryani, Dra., M.Si, selaku Ketua Bidang Kajian Manajemen
Komunikasi yang telah memberikan dukungan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Aning Sofyan, Drs, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak
memberikan pengarahan, masukan, serta perhatian yang besar hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Dede Lilis, Dra., selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
memberikan dorongan serta masukan-masukan yang sangat berarti
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa hambatan.
5. Ibu Wulan Trigartanti, S.Sos, selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menjadi
mahasiswinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sesuai
waktunya.
6. Segenap staf serta pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis
menempuh pendidikan, Bapak Djajang dan Bapak Tamroni terima kasih
banyak.
7. Seluruh karyawan serta staf SE Radio 88,1 FM, khususnya Mbak Ayu,
selaku penulis naskah “Cerutu adalah Gaya Hidup” dan “Red Wine,
Champagne or Whiyte Wine” atas segala kemudahan yang diberikan
kepada penulis sehingga dalam pengerjaan skripsi ini penulis tidak
mengalami kendala yang berarti dalam mengumpulkan data-data penelitian
ini.
iii
8. Sobat-sobatku tercinta, Novi, Mindri, Uki, Imma, Delly, Erna (yang
semuanya udah jadi S.Sos), Atok dan Uti (Ti,ternyata kita bareng
sidangnya ya..), Indah dan Sonny (kapan sidang??), Ani (kerjain
skripsinya!!) Terima kasih atas dukungan, perhatian dan suka duka yang
sudah kita lewati bersama. Ade, Yusi, Wika (Trio Mankom) dan Ryan
makasih atas semua bantuan, kebersamaan dalam perkuliahan juga saat-saat
yang menyenangkan selama ini.
9. Anak-anak ‘Student Centre’ kampus : Ijot, Piza, Eko, Ipan, Ijey, Buuk,
Kodok, Ekek, Adi Tole, Hana, Pepeng, Asep yang selalu setia hadir di
student center.
10. Teman-teman FIKOM angkatan 2000 terutama bidang kajian Manajemen
Komunikasi, atas kebersamaan dan dukungannya selama penulis berada di
Kampus Biru UNISBA.
11. Keluarga besar Dago Asri, Tante Tommy, Bonny, Ayu dan Maalik, A
Bogie, Teh Ade, Toriq, Erwin, Isan yang selalu mendukung dan
menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Opa tercinta Yuskar Ys.(alm) dan Ibu tercinta Hj.Enarna Hamidah terima
kasih atas semua doa-doanya. Adikku Riri yang selalu memberi semangat
dan Mbak Yem yang selalu setia menemani dan membantu penulis selama
ini.
13. Hernadi A, terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan dukungan yang
diberikan serta setiap detik kebersamaan yang penuh arti.
iv
14. Semau pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, pernah
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, namun tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu.
Terima kasih yang terdalam penulis sampaikan kepada kedua orangtua,
Oyang Andawarneri dan Yanherri Yusmarelda yang telah memberikan kasih
sayang, pengertian, dan doa kepada penulis. Terakhir terima kasih yang tulus
kepada orang-orang yang telah meninggalakan kesan terdalam di kehidupan
penulis.
Semoga amal kebaikannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT kepada seluruh pihak yang membantu penulis. Amin.
Wassalam Wr. Wb,
Bandung, Desember 2005
Lovana Andayani
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR SKEMA x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Perumusan Masalah 6
1.3 Identifikasi Masalah 6
1.4 Pembatasan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Kegunaan Penelitian 8
1.7 Alasan Pemilihan Masalah 9
1.8 Pengertian Istilah 10
1.9 Kerangka Pikiran 10
1.10 Metode Penelitian 13
1.11 Teknik Pengumpulan Data 19
1.12 Langkah dan Tahap Penelitian 20
1.13 Organisasi Karangan 21
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 23
2.1.1 Ciri Komunikasi Massa 25
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa 27
2.1.3 Media Massa 28
2.2 Radio Siaran 30
2.2.1 Pengertian Radio Siaran 31
2.2.2 Karakteristik Radio Siaran 31
2.3 Penataan Acara Siaran (Radio Programming) 33
2.3.1 Penggolongan Jenis-jenis Acara Siaran 33
2.4 Naskah Siaran Radio 34
2.4.1 Pengertian Naskah 35
2.4.2 Prinsip penulisan Naskah 35
2.4.3 Karakteristik Naskah 36
2.5 Tinjauan tentang Bahasa 37
2.5.1 Fungsi Penggunaan Bahasa 38
2.6 Bahasa dan Wacana 39
2.7 Tinjauan tentang Gaya Hidup 40
2.8 Tinjauan tentang Highclassi 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
3.1 Metodologi Penelitian 46
3.1.1 Peneltian Kualitatif 46
vii
3.1.2 Analisis Wacana 48
3.1.3 Analisis Wacana Kritis 50
3.1.3.1 Karakteristik Analisis Wacana Kritis 51
3.1.4 Model van Dijk 52
3.2 Teknik Pengumpulan Data 62
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1 Sekilas tentang SE Radio 88,1 FM 63
4.2 Sejarah Singkat Berdirinya SE Radio 88,1 FM 63
4.3 Visi dan Misi Perusahaan 69
4.3.1 Visi perusahaan 69
4.3.2 Misi Perusahaan 69
4.4 Struktur Organisasi SE Radio 88,1 FM 69
4.5 Program Acara SE Radio 88,1 FM 74
4.5.1 Reguler Programme SE Radio 88,1 FM 74
4.5.2 Weekly Programme SE Radio 88,1 FM 76
4.6 Tinjauan Mengenai Program Acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM 78
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Naskah Program Acara Party To Go
SE Radio 88,1FM 80
5.2 Analisis Teks 83
5.2.1 Analisis Tematik 83
5.2.2 Analisis Skematik 96
viii
5.2.3 Analisis Semantik 108
5.2.3.1 Analisis Semantik Latar 108
5.2.3.2 Analisis Semantik Detail 111
5.2.3.3 Analisis Semantik Praanggapan 116
5.2.4 Analisis Sintaksis 118
5.2.4.1 Analisis Sintaksis Bentuk Kalimat 118
5.2.4.2 Analisis Sentaksis Koherensi 121
5.2.5 Analisis Stilistik 123
5.2.6 Analisis Retoris 127
BAB VI PENUTUP
6.1 Rangkuman 133
6.2 Kesimpulan 140
6.3 Saran 143
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Analisis Model van Dijk 14
Skema 2. Skema Penelitian van Dijk 15
Skema 3. Struktur Teks Model van Dijk 17
Skema 4. Analisis Model van Dijk 53
Skema 5. Struktur Teks Model van Dijk 54
x
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Rubrik Gaya Hidup Pria “Pria-pria yang makin Cantik”
Naskah Wawancara
Surat Keterangan Riset
Surat Keterangan Pengajuan Masalah
Surat Keterangan Menyusun Skripsi
Permohonan Ijin Pra-Riset
CurriculumVitae Kania Rahayu
Daftar Riwayat Hidup Peneliti
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perilaku masyarakat Indonesia yang semakin konsumtif tampaknya mulai
tumbuh seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi. Masyarakat
Indonesia kini sudah tidak malu-malu lagi untuk menunjukkan harta benda yang
mereka miliki. Mereka tidak sungkan lagi membangun rumah mewah, memakai
mobil mewah atau menggunakan perhiasan mahal dalam kehidupan sehari-hari.
Menjamurnya kebiasaan-kebiasaan seperti berbelanja di pusat perbelanjaan
bergaya semacam Shopping Mall, membeli produk-produk fashion dan kecantikan
merek terkenal, tinggal di kawasan hunian mewah seperti real estate atau
apartment, sering melakukan perjalanan wisata dan berlibur keluar negeri, memilih
sekolah-sekolah mahal dengan label plus, kegandrungan terhadap merek-merek
asing atau ketergantungan terhadap barang-barang elektronik seperti handphone,
PDA, notebook dan sebagainya telah menjadi sebuah fenomena gaya hidup di
tengah-tengah masyarakat.
Hampir 65% karyawati di ibukota Jakarta lebih senang mendatangi tempat-tempat relaksasi seperti spa dan beauty center yang memberikan pelayanan serba mewah untuk memanjakan diri mereka, walaupun mereka harus mengeruk kocek cukup besar.Alasannya hanya karena gengsi apabila mereka mendatangi tempat-tempat yang lebih murah. (Cosmopolitan, edisi November 2004) Gaya hidup seperti yang disebutkan tadi di atas bukan hanya berlaku pada
golongan menengah ke atas saja, tetapi akhir-akhir ini tidak sedikit golongan
masyarakat kelas bawah yang juga terpengaruh menjalaninya. “Urusan gaya hidup
bukan melulu monopoli orang berduit. Orang yang miskin sekalipun masih bisa
2
memakai gaya hidup tertentu. Meskipun mungkin hanya bersandiwara, meniru-
niru atau berpura-pura”(Subandy dalam Chaney, 1996:11). Dalam masyarakat
modern seringkali soal gaya hidup sudah tidak jelas lagi batasannya. Gaya hidup
bukan lagi monopoli suatu kelas tetapi sudah lintaskelas.
Menurut Chaney (1996 : 40-41) :
Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapapun yang hidup pada masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern, gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Kalau menyelami kehidupan sehari-hari, ternyata pilihan gaya hidup yang
dipilih dari sekian banyak model gaya hidup yang ditawarkan dalam masyarakat,
merupakan hasil proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Dalam
sebuah proses sosial pada masyarakat pasti terjadi interaksi sosial, dan di sanalah
terjadi proses pertukaran serta saling mempengaruhi dalam menjalankan gaya
hidup tertentu melalui komunikasi.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu dan berkomunikasi, maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. (Soekanto, 2000:67) “Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat berkeinginan
mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui
komunikasi”(Wright, 1988:1).
3
Gaya hidup merupakan sebuah fenomena yang melibatkan masyarakat
sosial, sehingga komunikasi yang dipakai untuk menghadapi masyarakat sosial ini
adalah komunikasi massa. Menurut Onong U.Effendy, “komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat khabar yang
mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada
umum, dan film-film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop”(Effendy,
1993:79).
Peranan media massa sebagai alat bantu penyampaian komunikasi massa
sangat mempengaruhi perkembangan gaya hidup dalam masyarakat. Serbuan
majalah-majalah gaya hidup dari mancanegara yang terbit dalam edisi khusus
bahasa Indonesia, misalnya, menawarkan pilihan gaya hidup yang diperuntukkan
bagi kelas menengah ke atas dengan cara menanamkan nilai, cita rasa, dan gaya
yang terlihat jelas dari kemasan, rubrik, atau kolom, dan dengan ideologi yang bisa
dilihat dari slogannya yang menawarkan fantasi hidup seperti “Be smarter, richer
and sexier!”.
Televisi dan radio yang merupakan media massa elektronik populer juga
menawarkan berbagai pilihan gaya hidup melalui program-program acara yang
disiarkan. Gaya hidup yang ditawarkan melalui media elektronik dirasa lebih
efektif dan mampu masuk sampai ke ruang-ruang kehidupan masyarakat, bahkan
yang paling pribadi sekalipun. Hal ini disebabkan karena media elektronik mampu
menghadirkan informasi dengan cepat dan aktual bahkan menghadirkan kelebihan-
kelebihan audio bahkan visual di tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan
media massa lain. Bila akses informasi dilakukan media cetak dengan berbagai
proses yang cukup memakan waktu yang tidak sedikit, maka media elektronik
4
dapat dengan mudah menyampaikan pesan informasi dalam hitungan waktu yang
singkat.
“Radio sebagai salah satu media massa elektronik berperan aktif sebagai
penyalur informasi”(Mc Quail, 1987 : 5). Potensi dan pengaruh radio luar biasa
untuk pendengarnya, hal ini dikarenakan 3 faktor, yaitu : “sifatnya yang langsung
pada sasaran; dapat menembus jarak dan rintangan; serta musik, kata-kata dan efek
suara yang menjadi daya tariknya”(Effendy, 2003 : 137). Agar sebuah radio bisa
tetap terus menjalankan fungsinya maka harus dapat bertahan dan mampu bersaing
dengan radio-radio lain atau media massa lainnya. Hal yang mendasar yang sangat
mempengaruhi eksistensi sebuah radio adalah dari program-program acara yang
disajikan, dan program acara radio tidak terlepas dari sebuah naskah yang
dibacakan oleh seorang penyiar radio. Karena inti dari sebuah program acara
terletak dari naskah program tersebut.
Naskah siaran radio berbentuk sebuah wacana/teks, untuk itu dalam
meneliti sebuah naskah perlu digunakan metode penelitian dengan analisis wacana.
Analisis wacana yang digunakan untuk meneliti naskah siaran radio dalam
penelitian ini adalah analisis wacana Van Dijk karena analisis wacana Van Dijk
dianggap memiliki unsur-unsur yang cukup lengkap untuk bisa meneliti sebuah
naskah siaran radio. Analisis Van Dijk ini memiliki 3 aspek dalam meneliti sebuah
wacana, yaitu: teks, kognisi sosial dan konteks.
Gejala tumbuhnya pusat-pusat pemekaran gaya hidup, terutama gaya hidup
kelas atas/highclass, sudah tidak bisa dianggap sepele. Apalagi dengan bantuan
media massa elektronik seperti radio sebagai media sosialisasinya. Jika suatu
masyarakat memang mampu mengikuti gaya hidup highclass maka hal tersebut
5
tidak menimbulkan masalah, hanya saja dalam masyarakat Indonesia masih banyak
terdapat golongan kelas menengah ke bawah yang dari segi finansial sudah pasti
tidak bisa mengikuti gaya hidup highclass. Akhirnya akan menimbulkan
kecemburuan sosial dalam masyarakat Indonesia.
“Highclass atau kelas atas adalah golongan masyarakat yang paling atas
berdasarkan kekayaan atau tingkat kehidupan sosial”(Yandianto, 2001:247).
Adapun kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan masyarakat
kedalam suatu kelas adalah berdasarkan “ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan”(Soekanto,1990:263). Akhir-
akhir ini banyak media massa dengan gencarnya menyorot tentang gaya hidup
highclass (kelas atas). Gaya hidup highclass ini tidak jauh dari gaya hidup yang
mencerminkan konsumerisme, hura-hura, dan segala sesuatu yang identik dengan
materi dan kedudukan sosial yang tinggi. Munculnya gaya hidup highclass ini
awalnya karena hanya kalangan yang menganggap dirinya kelas atas lah yang
menganut budaya atau gaya hidup ini. Gaya Hidup highclass merupakan sebuah
trend gaya hidup yang merefleksikan perilaku sekelompok orang yang disebut
dengan kalangan highclass yang memposisikan dirinya sebagai golongan kelas atas
pada suatu masyarakat. Sebenarnya seperti apakah gaya hidup highclass dan
apakah yang menjadi ciri khasnya adalah suatu fenomena yang cukup menarik
untuk diteliti.
SE Radio adalah salah satu radio swasta di Bandung yang menjadikan
kalangan highclass sebagai segmen pendengarnya, hanya saja SE memberikan
istilah khusus untuk kalangan highclass ini dengan sebutan A Plus dan berkisar
umur 20-35 tahun. “Berdasarkan hasil survey AC Nielsen menyebutkan bahwa
6
total pendengar dewasa muda (20-35tahun) berjumlah 378.000 orang dari total
pendengar kurang lebih 1,799 juta orang”(www.kompas.co.id,2004). SE Radio
berdiri pada tanggal 8 September 2003 dan mengusung konsep “Party” sebagai
mottonya. Dengan mengudara pada gelombang 88,1 FM (sebelumnya 88 FM),
radio ini mencoba untuk memberikan informasi-informasi penting untuk
pendengarnya, terutama kalangan highclass.
SE Radio menyajikan sebuah program acara bernama Party To Go yang
konsep acaranya banyak mengulas gaya hidup highclass. Sehingga menurut
peneliti, dengan meneliti naskah program acara Party To Go dapat mewakili
apakah benar sebuah naskah tentang gaya hidup highclass yang disiarkan melalui
SE Radio dapat berpotensi dalam mempengaruhi pendengar untuk menganut gaya
hidup highclass.
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian kualitatif, masalah yang akan diteliti dan dibahas tidak
dapat dirimuskan secara jelas seperti halnya pada penelitian kuantitatif. Tetapi
masih bersifat gambaran umum sementara yang bisa berubah seiring berjalannya
penelitian. Oleh karena itu sebagai gambaran awal, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : “Gaya Hidup Highclass dalam Naskah Program Acara
Party To Go SE Radio 88,1 FM”.
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari tematik?
7
2. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari skematik?
3. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari semantik?
4. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari sintaksis?
5. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari stilistik?
6. Bagaimana gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go
SE Radio 88,1 FM ditinjau dari retoris?
1.4 Pembatasan Masalah
1. Masalah yang akan dibahas adalah gaya hidup highclass dalam sebuah
naskah program acara radio tanggal 7 September 2005 dan 13 September
2005
2. Penulis membatasi media yang diteliti adalah naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM.
3. Objek yang diteliti berupa naskah program acara Party To Go SE Radio
khususnya bagian party topik.
4. Penulis menggunakan pendekatan analisis wacana Teun A. Van Dijk,
dengan meneliti elemen-elemen teks.
5. Elemen-elemen teks yang diteliti yang dianggap mewakili teks, yaitu topik,
skema, latar, detail, praanggapan, bentuk kalimat, koherensi, leksikon dan
retoris.
8
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari tematik.
2. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari skematik.
3. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari semantik.
4. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari sintaksis.
5. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari stilistik.
6. Untuk mengetahui gaya hidup highclass pada naskah program acara Party
To Go SE Radio 88,1 FM ditinjau dari retoris.
1.6 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :
a. Secara teoretis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baik terhadap
perkembangan ilmu komunikasi pada umumnya maupun produksi siaran
radio pada khususnya.
b. Secara praktis
9
Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran baik bagi para praktisi
media khususnya praktisi dan manajemen stasiun radio.
1.7 Alasan Pemilihan Masalah
SE Radio adalah salah satu stasiun radio swasta di Bandung yang acaranya
dikhususkan untuk segmen highclass. Siaran-siaran SE Radio berisikan tentang
gaya hidup highclass yang meliputi pergaulan, hobi, fashion, kehidupan seks,
percintaan dan lain-lain.
Ketertarikan penulis untuk mengungkap fenomena gaya hidup highclass
yang dinilai sedang trend saat ini membuat penulis ingin meneliti dan menganalisis
naskah siaran SE Radio pada program acara Party To Go tentang gaya hidup
highclass tersebut. Sebenarnya seperti apakah gaya hidup highclass itu, mengapa
bisa muncul gaya hidup kalangan highclass ini dan apakah gaya hidup highclass
ini memang terungkap pada naskah siaran Party To Go SE Radio yang
segmentasinya dikhususkan untuk kalangan highclass.
Di samping itu gejala tumbuhnya pusat-pusat pemekaran gaya hidup
highclass sudah tidak bisa dianggap sepele lagi. Gejala yang cukup serius dan
kompleks ini memerlukan pengamatan dan kajian sistematis. Harus diakui bahwa
studi mengenai gaya hidup highclass masih tergolong minim. Gaya hidup
highclass hanya banyak dijadikan rubrik di media atau tabloid dan majalah popular
untuk menampung gossip, hobi, kebiasaan, busana dan aktivitas waktu santai dari
orang-orang yang dianggap keren dan beken.
10
1.8 Pengertian Istilah
1. Gaya hidup adalah sebuah aturan dalam kehidupan yang merefleksikan isi
dan perilaku seseorang. (urbandictionaty.com)
2. Highclass (kelas atas) adalah golongan masyarakat yang paling atas
berdasarkan kekayaan atau tingkat kehidupan sosial. (Yandianto, 2001:247)
3. Naskah adalah karangan yaitu susunan, uraian tentang suatu hal, buatan
(Poerwadarminta, 1976:672).
4. Program acara adalah rancangan mengenai segala sesuatu yang akan
dipertunjukkan (disiarkan lewat radio, dsb) (Poerwadarminta, 1976 : 769).
5. Radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari
sesuatu stasion dan dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di
rumah, mobil, kapal dan sebagainya (Palapah, 1983 : 74).
1.9 Kerangka Pikiran
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut berupa pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya”(Effendy,2003 : 28).
Perasaan atau pikiran itu dapat disampaikan melalui sarana komunikasi
yaitu media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan
pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar,radio,televisi dan film.
“Radio sebagai salah satu media massa elektronik berperan aktif sebagai
penyalur informasi”(Mc Quail, 1987 : 5). Potensi dan pengaruh radio luar biasa
11
untuk pendengarnya, hal ini dikarenakan 3 faktor, yaitu : “sifatnya yang langsung
pada sasaran; dapat menembus jarak dan rintangan; serta musik, kata-kata dan efek
suara yang menjadi daya tariknya”(Effendy, 2003 : 137). Agar sebuah radio bisa
tetap terus menjalankan fungsinya maka harus dapat bertahan dan mampu bersaing
dengan radio-radio lain atau media massa lainnya melalui program-program acara
yang disajikan kepada pendengarnya.
“Program acara adalah rancangan mengenai segala sesuatu yang akan
dipertunjukkan (disiarkan lewat radio, dsb)”(Poerwadarminta, 1976 : 769). Dalam
setiap program acara radio pastilah ada naskah yang dibacakan oleh penyiar radio,
dan naskah ini merupakan inti dari setiap siaran radio.
Acara yang berisi kata-kata ini bisa dituangkan dalam berbagai bentuk misalnya: uraian, reportase, dialog, wawancara, diskusi, feature, majalah udara, bahkan sampai kepada drama radio (sandiwara). Semua bentuk siaran kata tersebut berbeda-beda dalam pengolahan dan penyajiannya. Namun kesemuanya mempunyai kesamaan prinsip, yaitu harus dituangkan terlebih dahulu ke dalam naskah siaran. (Baskara, 2002:1) “Naskah dalam hubungannya dengan siaran radio, adalah “scenario” atau
teks, yaitu apa yang dikatakan oleh si pembaca naskah dan dituangkan dalam
bentuk tulisan”(Baskara, 2002:2). Naskah memberikan kemudahan kepada penyiar
agar tidak keluar dari format acara serta format radio yang telah disepakati baik
secara materi maupun pengarahan waktu siaran.
Naskah siaran (script) adalah materi siaran yang akan disampaikan penyiar dalam siaran dengan teknik “membaca naskah”. Selain berfungsi sebagai materi atau bahan siaran, naskah juga berfungsi sebagai pengendalian siaran agar tepat waktu dan sesuai dengan visi-misi program, penyeragaman tata bahasa bagi penyiar (standarisasi kata) dan pembentuk image radio di benak pendengar. (Romli, 2004:76) Naskah siaran radio biasanya digunakan sebagai alat penyampaian visi dan
misi dari program acara. Untuk meneliti apakah pesan yang ingin disampaikan
melalui naskah siaran radio ini efektif maka dibutuhkan alat analisisnya. Analisis
12
wacana adalah alat analisis yang tepat untuk meneliti naskah siaran radio, sebab
naskah siaran terdiri dari susunan bahasa yang membentuk sebuah teks atau
wacana.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan wacana yang bersifat antar kalimat dan suprakalimat maka kita sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama lain. (Tarigan, 1993 : 24)
Analisis wacana dengan pendekatan Van Dijk dianggap bisa digunakan
untuk meneliti naskah siaran karena ada tiga struktur yang diteliti yaitu teks yang
terdiri dari tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris serta kognisi
sosial dan konteks. Dalam dimensi teks, ruang diteliti adalah bagaimana struktur
teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada
level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana
yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktek produksi yang juga harus diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi,sehingga kita memperoleh pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu (Eriyanto, 2001 : 221). Teks yang diteliti adalah naskah siaran Party To Go SE radio 88,1 FM. SE
Radio adalah sebuah station radio swasta yang berada di Bandung. Khalayak
pendengar dari radio ini ditujukan untuk segmen kalangan highclass yang usianya
berkisar antara 20-35 tahun. Adapun konsep dari siaran Party To Go SE Radio
adalah mengangkat tema-tema tentang gaya hidup highclass baik itu tentang
pergaulan, hobi, kesehatan, dunia kerja, kehidupan seks, percintaan, fashion, dll.
Highclass adalah sebuah istilah untuk mendeskripsikan kalangan yang memiliki
13
kelas sosial tinggi dari tingkat ekonomi atas, dimana orang-orang yang termasuk
dalam kalangan ini memiliki gaya hidup tersendiri untuk mendeskripsikan
kalangannya. Oleh sebab itu gaya hidup highclass yang terdapat pada naskah
siaran Party To Go diteliti dan dianalisis karena gaya hidup highclass dianggap
sebagai masalah yang sedang trend saat ini dan menarik untuk diteliti.
1.10 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
wacana. Penulis menggunakan analisis wacana karena penulis meneliti tentang
teks yaitu naskah siaran di Radio SE pada program Party to Go. Dimana teks
siaran radio termasuk ke dalam wacana. Penulis juga memilih analisis wacana van
Dijk karena elemen-elemen yang disajikan pada analisis wacana van Dijk memiliki
srtuktur yang lengkap. Yang terdiri dari tiga struktur yaitu teks, kognisi sosial dan
konteks.
Dalam wacana van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya
didasarkan pada teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi
yang harus diamati. Disini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi,
sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu. Analisis
wacana bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan tata aturan
dari wacana.
Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora seperti apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa menganalisis makna yang tersembunyi dari sebuah teks. (Eriyanto dalam Sobur, 2001 : 68)
14
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis wacana dengan merujuk pada
tingkatan atau struktur Van Dijk. Menurut Van Dijk “penelitian atas wacana tidak
cukup hanyalah hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati”(Eriyanto, 2001 : 7).
Skema 1 Analisis Model Van Dijk
Teks
Kognisi Sosial
Konteks
(Eriyanto, 2001:225)
Teks adalah sebuah objek kenikmatan, dimana sebuah kenikmatan dalam
pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyelusuri halaman demi
halaman objek yang dibaca. Teks yang diteliti dalam penelitian ini adalah naskah
siaran Party To Go SE Radio yang menampilkan gaya hidup highclass.
Van Dijk menawarkan suatu analisis yang disebut sebagai kognisi sosial.
Dalam kerangka analisis wacana Van Dijk , perlu ada penelitian mengenai kognisi
sosial yaitu mengenai kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut.
Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana
teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Konteks itu
15
untuk menentukan makna suatu ujaran atau teks. Dan bila konteks berubah maka
berubahlah pula makna itu.
Skema penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van
Dijk sebagai berikut :
Skema 2 Skema Penelitian Van Dijk
STRUKTUR METODE
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang
dipakai untuk menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk
menyingkirkan atau memarjinalkan suatu
kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.
Critical Linguistics
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan
dalam memahami seseorang atau peristiwa
tertentu yang akan ditulis.
Wawancara mendalam
Analisis Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat, proses
produksi dan reproduksi seseorang atau
peristiwa digambarkan.
Studi pustaka,
Penelusuran,
Sejarah
(Eriyanto, 2001:275)
16
Penelitian ini dibatasi pada dimensi teks saja, dimana yang diteliti adalah
bagaimana teks naskah mengenai gaya hidup highclass dan strategi wacana yang
dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
Dengan meneliti teks, kita juga dapat mengetahui kognisi sosial dan
konteks, hanya tidak secara mendalam. Dan teks adalah sesuatu yang disajikan di
ruang publik. Yaitu sesuatu yang disajikan kepada pendengar untuk didengar dan
dinikmati oleh pendengar radio yang dibuat oleh produser dan disajikan dengan
menarik oleh penyiar.
Teks dipahami oleh Van Dijk sebagai suatu strategi dalam mempengaruhi
pendapat umum untuk memperoleh dukungan dan tujuan lainnya yang diinginkan
komunikator. Oleh sebab itu teks tidak hanya semata-mata sebagai cara untuk
berkomunikasi, tetapi terkandung maksud di dalamnya.
17
Struktur elemen teks pada analisis wacana model Van Dijk adalah sebagai
berikut :
Skema 3 Struktur Teks Model Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro
Tematik(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur
Skematik(Bagaimana pendapat disusun
dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro Semantik(Makna yang ingin ditekankan
dalam teks)
Latar,detail,maksud, pra-anggapan, nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis
(Bagaimana pendapat disampaikan?)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Grafis, metafora, ekspresi
(Eriyanto, 2001 : 228-229)
Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada
akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai.
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga
disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Dalam tematik
elemen yang di dalamnya adalah topik, sedangkan topik itu sendiri adalah
penggambaran tema umum dari suatu teks.
18
Skematik merupakan strategi komunikator untuk mendukung makna
umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung. Pada skematik elemen
yang dicari adalah skema. Skema tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian
dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.
Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal
(Local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat,
hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan
teks. Elemen-elemen yang terdapat dalam semantik yaitu :
1. Latar, latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan latar belakang hendak kemanakah suatu teks itu dibawa. (Eriyanto, 2001:235)
2. Detail, merupakan strategi bagaimana seseorang mengekspresikan sikapnya dengan cara implisit. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. (Eriyanto, 2001:238)
3. Maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. (Eriyanto, 2001:240)
4. Pra-anggapan (presupposotion) merupakan pernyataan yang mendukung makna suatu teks. (Eriyanto, 2001:256)
Sintaksis ditampilkan untuk mengetahui bagaimana pendapat disampaikan
dilihat melalui pemakaian kalimat. Didalamnya mengandung beberapa elemen,
yaitu :
1. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip kausalitas. (Eriyanto, 2001:251)
2. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kalimat, atau kalimat dalam teks. (Eriyanto, 2001:242)
3. Kata ganti, merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. (Eriyanto, 2001:253)
Stilistik memusatkan perhatian pada stilistika adalah style, yaitu cara yang
digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana, yang disebut juga gaya bahasa. Elemen yang
terdapat di dalam stilistik adalah leksikon, “pada dasarnya elemen ini menandakan
19
bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas kemungkinan kata yang
tersedia”(Eriyanto, 2001:255).
Retoris adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau
menulis. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan
bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak. Elemen yang terdapat di
dalamnya yaitu :
1. Grafis, merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. (Eriyanto, 2001:257)
2. Metafora yaitu dalam seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan. (Eriyanto, 2001:259)
1.11 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Teks naskah adalah kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teks
naskah siaran radio dan kemudian menganalisis naskah tersebut
menggunakan teknik analisis wacana, dalam penelitian ini menggunakan
analisis wacana Van Dijk.
2. Wawancara adalah mengadakan tanya jawab kepada bagian-bagian yang
berhubungan dengan penelitian ini yang dimaksudkan untuk memperoleh
data yang benar dan jelas. Pada laporan ini, penulis mewawancarai pihak-
pihak tertentu di lingkungan perusahaan radio SE 88 FM.
3. Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara mengamati
objek yang diteliti. Dalam Hal ini penulis melakukan pengamatan di tempat
penelitian dilakukan.
20
1.12 Langkah dan Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif, karena pada penelitian kualitatif tahap-tahapnya tidak mempunyai
batasan yang tegas dan jelas. Fokus pada penelitian kualitatif bersifat ‘emergent’
dan bisa berubah seiring dengan jalannya penelitian. Tetapi dalam penelitian
kulitatif dapat dibedakan dalam 3 fase, yaitu :
a. Tahap Orientasi
Pada awal penelitian penulis sendiri belum mengetahui dengan jelas apa
yang tidak diketahuinya, yakni apa sebenarnya yang harus dicarinya, karena
belum nyata benar apa yang akan dipilihnya sebagai fokus penelitian,
walaupun ia mempunyai satu gambaran umum.
b. Tahap Eksplorasi
Dalam tahap ini fokus telah lebih jelas, sehingga dapat dikumpulkan data
yang lebih terarah dan spesifik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal
yang dianggap ada hubungannya dengan fokus.
c. Tahap ‘Member Check’
Hasil pengamatan dan wawancara yang terkumpul, segera dianalisis,
dituangkan dalam bentuk laporan, diperbanyak, kesalahan dan kekeliruan
dikoreksi. “Tujuan ‘member check’ ini adalah untuk mengecek kebenaran
laporan itu, agar hasil penelitian dapat dipercaya”(Nasution, 1996 : 33).
21
1.13 Organisasi Karangan
Penulisan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjabarkan tentang masalah apa yang muncul, apa yang
melatarbelakangi munculnya masalah tersebut samapai kepada metode
penelitian apa yang dipakai untuk meneliti masalah ini. Pada bab ini
terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, alas an
pemilihan masalah, pengertian istilah, kerangka pemikiran, metode
penelitian, teknik pengumpulan data, tahap penelitian dan organisasi
karangan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendukung
penelitian,antara lain tinjauan tentang analisis wacana, pengertian
komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, pengertian radio, dan
pengertian gaya hidup highclass.
Bab III Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian kualitatif yang digunakan
penulis yaitu analisis wacana model Van Dijk beserta teknik pengumpulan
data yang dilakukan.
Bab IV Objek Penelitian
Bab ini menjabarkan objek penelitian secara sekilas yang antara lain berisi
sejarah singkat, visi misi, dan tujuan SE Radio 88,1 FM serta sekilas
tentang naskah siaran yang dijadikan bahan penelitian.
22
Bab V Pembahasan
Pada bab ini penulis menjelaskan deskripsi hasil penelitian dan analisis
hasil penelitian, meliputi struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Bab VI Penutup
Bab ini berisikan rangkuman,kesimpulan dan saran yang dibuat penulis
setelah melakukan penelitian.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa
Setiap manusia dalam mejalankan kehidupannya sangat membutuhkan
komunikasi. Karena komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sudah
mendasar dalam kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan komunikasi sangat
beragam dan akhirnya hal tersebut yang menyebabkan munculnya berbagai bentuk
komunikasi, yaitu komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa.
Awalnya untuk memenuhi kebutuhannya dalam berkomunikasi, manusia
melakukan dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan pembicaraan dari
mulut ke mulut. Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan kehidupan
manusia, cara tersebut tidak lagi dianggap memadai untuk itu. Bahkan rasa ingin
tahu, tidak lagi terpaku pada sebatas lingkungan rumah. Orang ingin tahu, apa yang
sedang terjadi dalam kotanya, di kota-kota lainnya, di negaranya dan kemudian
meluas menjadi keingintahuan pada apa yang sedang terjadi di dunia.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia-baik primitif maupun modern-berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. (Rakhmat, 1986:1)
Pernyataan yang diucapkan oleh Jalaluddin Rakhmat tersebut, didukung
pula oleh pernyataan lain, yaitu “90% kehidupan manusia dilakukan dengan
berkomunikasi” (Soesanto, 1977:2). Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan
bagaimana komunikasi menjadi salah satu kebutuhan manusia yang hakiki, dan
24
bagaimana komunikasi menjadi ajang memperoleh sekaligus sarana penyampai
gagasan dan isi kepala kepada orang lain.
Maka lahirlah sebuah perangkat komunikasi yang membantu proses
tersebut. Setelah penyampaian informasi lewat mulut dianggap kurang memadai
karena menghabiskan waktu lama, apalagi harus disampaikan kepada sejumlah
besar manusia, maka kemudian bermunculan perangkat bantu komunikasi kepada
sejumlah besar orang, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya
Para ahli komunikasi menyebut komunikasi massa sebagai komunikasi
melalui media massa dan ditujukan kepada sejumlah massa yang banyak.
Menurut Effendy (2000 : 79) yang dimaksud komunikasi massa adalah
“komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar, majalah,
radio, televisi dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop”,
sedangkan menururt Devito, yang dikutip oleh Effendy mengatakan :
First, mass communication is communication addressed to the masses, to an extremely large audience. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined.Second, mass communication is communication mediate by audio and or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by it’s forms : television, radio, newspapaer, magazines, films, books and tapes. (Effendy,1993:21)
Devito menerangkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi
disalurkan melalui pemancar baik audio dan atau visual. Komunikasi lebih mudah
dan lebih logis didefinisikan menurut bentuknya yaitu televisi, radio, surat kabar,
majalah dan film.
Severin dan Tankard, yang dikutip oleh Effendy, mengatakan bahwa:
25
Mass communication is part skill, part art, and part science. It is a skill in that it involves certain fundamental learnable technique such as focusing a television camera, operating a tape recoder or taking notes during an interview. It is art in the sense that it involves creative challenges such as writing a script for a television program, developing an aesthetic layout for a magazine and or coming up with a catchy lead for a new story. It is a science in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verieved and used to make things work better. (Effendy, 1993:21)
Pernyataan di atas mengatakan, bahwa komunikasi massa adalah sebagian
keterampilan, seni dan ilmu. Disebut keterampilan dalam pengertian bahwa ia
meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari, misalnya
memfokuskan kamera, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika sedang
wawancara. Dikatakan seni dalam pengertian ada tantangan kreatif seperti
misalnya menulis skrip untuk acara televisi, membuat tata letak untuk iklan
majalah, menampilkan berita yang memikat. Dan dikatakan sebagai ilmu pada saat
ia menggunakan prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya
komunikasi yang dapat dikukuhkan dan digunakan untuk membuat segala hal
menjadi lebih baik.
2.1.1 Ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki ciri khusus yang membedakan komunikasi ini
dengan jenis komunikasi lainnya. Ciri-ciri komunikasi massa menurut Liliweri
disebut juga sebagai “sifat yang melekat” dalam komunikasi massa. Ciri sifat
tersebut bisa dilihat dari beberapa segi:
1. KomunikatorSesuai dengan hakikatnya dalam sifat penggunaan media atau saluran secara profesional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka pemilikan media massa bersifat melembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Oleh karenanya maka berbagaii pesan yang terbit dari satu
26
media massa senenarnya bukan lagi milik perorangan tetapi hasil rembukan, olahan redaksi tahu keputusan dari kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya. 2. PesanPesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal tempat di muka bumi. Isi media massa tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum. 3. Media massa Sifat ini merupakan sifat yang khas dari komunikasi massa. Komunikasi massa bertumpu pada andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak dan melipat gandakannya. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau titik-titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama. 4. KomunikanSifat ini merupakan sifat khalayak masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis maupun psikografis. 5. Efek Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, berdasarkan teori hirearki efek yaitu: a) efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. c) efek konatif, pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 6. Umpan balik Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. (Liliweri, 1991:37-39)
Menurut Effendy, ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, berbeda dengan komunikasi antar persona yang berbentuk two way communication, komunikasi massa berlangsung satu arah atau one way communication. Tidak terdapat arus balik secara langsung dari komunikan feed back nya bersifat delayed atau tertunda.
2. Komunikatornya melembaga, media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, pesannya bersifat umum karena disebarkan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
27
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri lain dari media massa adalah kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran komunikasi. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen atau dalam keadaan terpencar-pencar. Dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi. (Effendy, 1993:22-25)
Dari paparan di atas mengenai sifat-sifat dan ciri komunikasi massa jelaslah
sudah perbedaan mendasar antara komunikasi massa dengan bentuk komunikasi
lainnya, baik dari segi komunikator, komunikan, media maupun cara penyampaian
pesannya.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Seperti telah diterangkan di atas bahwa komunikasi massa merupakan
komunikasi massa modern dimana dibutuhkan media sebagai salurannya. Dengan
menggunakan media ini, komunikasi massa berfungsi sebagai alat yang
menghubungkan komunikator dengan komunikan. Fungsi dari komunikasi massa
terdiri dari empat, yaitu :
1. Fungsi Menyiarkan Informasi (to inform)Menyampaikan informasi adalah fungsi media massa yang utama. Khalayak memerlukan informasi mengenai berbagai hal, berbagai peristiwa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain dan sebagainya.
2. Fungsi Mendidik (to educate)Mendidik merupakan sarana pendidikan massa (mass education), pers memberi tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga pengetahuan pembaca bertambah. Fungsi mendidik ini dapat secara implisit dalam bentuk berita, juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana.
3. Fungsi Menghibur (to entertain)Menghibur adalah hal yang sifatnya penambahan dari fungsi lain di atas, biasanya dilakukan untuk mengimbangi berita-berita yang berat (hardnews), dengan selingan hiburan.
28
4. Fungsi Mempengaruhi (to influence)Merupakan fungsi yang menyebabkan pers memegang peranan penting. Pers yang ditakuti adalah pers yang independen yang bebas menyatakan pendapat atau bebas melakukan kontrol sosial. Secara implisit terdapat pada berita sedangkan eksplisit terdapat pada artikel atau tajuk rencana. (Effendy, 2000:93-94) Selain keempat fungsi komunikasi massa di atas, ada dua fungsi tambahan
menurut beberapa ahli, yang pertama sebagai “fungsi membimbing (to guide) yaitu
media membimbing khalayak untuk melakukan sesuatu atau bersikap tertentu dan
fungsi komunikasi massa yang lain yaitu sebagai pengkritik (to criticize) pers bisa
mengkritik siapapun melalui medianya”(Effendy, 1993:54).
2.1.3 Media Massa
“Media massa atau mass media adalah media (alat penyampaian pesan)
yang khusus digunakan oleh komunikasi massa”(Palapah, 1983:77). Media ini
disebut media massa karena memiliki karakteristik massa, seperti yang telah
dijelaskan pada bagian ciri komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah,
melembaga, bersifat umum, menimbulkan keserempakan dan bersifat heterogen.
Media massa yang telah disepakati oleh para ahli, karena benar-benar
memiliki karakteristik massa yaitu :
a. Pers
“Segala sesuatu barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau
untuk suatu publik tertentu dikategorikan sebagai
pers”(Palapah,1983:78). Nama lain dari pers adalah The Printed Page.
Kekuatan pers terletak pada bentuknya yang dicetak sehingga tidak
dikuasai oleh “waktu”. Pembaca bisa lebih bebas membacanya, bisa
29
dibaca pelan-pelan, bisa dibaca cepat, bisa berulang-ulang
membacanya, bahkan bisa disimpan sebagai dokumentasi.
b. Radio
“Radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan
dari sesuatu stasiun dan yang dapat diterima oleh pesawat-pesawat
penerima di rumah, di mobil, dan sebagainya”(Palapah,1983:81). Bagi
radio, layarnya terletak pada imajinasi pendengarnya dan
penyalurannya lebih cepat dibandingkan media massa lainnya.
c. Film
“Film adalah keseluruhan daripada pita celluloid atau yang
semacamnya yang mengandung gambar-gambar yang kemudian dapat
diproyeksikan”(Palapah,1983:86). Kelebihan film terletak pada
kesempurnaannya menyampaikan pesan karena penonton dapat
menyaksikan sesuatu peristiwa atau kejadian seolah-olah seperti yang
sesungguhnya, dan penontonnya lebih terpusat perhatiannya ketika
menonton.
d. Televisi
“Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang memancarkan
suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang
disiarkannya, melalui gelombang-gelombang elektromagnetik, sehingga
dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah”(Palapah,
1983”92). Dalam televisi, menonton bisa melihat dan mendengar
peristiwa yang sedang berlangsung (live), penonton televisi seolah-olah
berhadapan langsung dengan kejadian.
30
Media yang termasuk kedalam media massa ini harus jelas, karena ada
sementara pakar di antaranya Everett M. Rogers yang menyatakan bahwa “selain
media massa modern terdapat pula media massa tradisional yang meliputi teater
rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan lain-lain”(Effendy, 2000:79).
Lazimnya media massa modern pasti menunjukkan seluruh system dimana pesan-
pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan, diterima dan ditanggapi oleh massa.
2.2 Radio Siaran
Radio mengalami proses perkembangan yang sangat panjang sebelum
menjadi media komunikasi massa yang cukup penting seperti saat ini. Sebelumnya
radio hanya berupa pengiriman pesan dengan kawat dalam jarak pendek hingga
menjadi bentuk siaran yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas.
“Radio pada awalnya merupakan teknologi yang mencari kegunaan,
bukannya sesuatu yang lahir sebagai respons terhadap suatu kebutuhan pelayanan
baru”(McQuail, 1987: 15). Ketika radio siaran ditemukan, fungsinya hanya untuk
memberi hiburan, penerangan dan pendidikan kepada khalayak. “Tetapi ternyata
kemudian oleh beberapa negara besar dipergunakan untuk propaganda, sehingga
radio siaran ternyata menimbulkan dampak yang besar terhadap politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan militer”(Effendy, 1990:34).
Kesadaran akan efeknya yang luar biasa, menyebabkan berubahnya
peranan radio dari sekedar teknologi menjadi alat pelayanan yang dijuluki the fifth
estate.
Dikarenakan kekuatannya yang luar biasa, media radio dipandang sebagai “kekuatan kelima” (the fifth estate) setelah lembaga eksekutif (pemerintah), legislative (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan) dan pers/surat kabar. Kekuatannya itu antara lain karena radio memiliki
31
kekuatan langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan dan memiliki daya tarik sendiri, seperti kekuatan suara, musik dan efek suara. (Romli, 2004:19).
2.2.1 Pengertian Radio Siaran
Radio merupakan salah satu media massa elektronik, yang memiliki
kekhasan sifat dibanding media massa lainnya.
Radio tepatnya radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of communication, seperti halnya surat kabar, majalah, atau televisi. Ciri khas utama radio adalah auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. (Romli, 2004 : 19). Karena kekhasan sifat itulah, radio dapat mudah diterima oleh pesawat-
pesawat penerima dimanapun berada. Gelombang electromagnetik radio dapat
menempuh jarak ratusan mil bahkan ruangan tertutup tidak jadi halangan dalam
penerimaan sinyal radio.
Menurut M.O. Palapah, “radio merupakan keseluruhan system gelombang
suara yang dipancarkan dari suatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat-pesawat
penerima di rumah, mobil, kapal, dan sebagainya”(Palapah, 1983:107).
Eksistensi radio tidak dapat diartikan secara terpisah, namun antara bentuk
fisik, yaitu pemancar, studio, stasiun dan pesawat penerima serta kegiatan siaran
udara, radio merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah satu sama lainnya.
2.2.2 Karakteristik Radio Siaran
Radio memiliki karakter berbeda dibandingkan media massa lainnya yang
membuatnya memiliki keunggulan untuk dapat andil dalam perubahan dan
percepatan perubahan.
32
Karakteristik radio siaran adalah :
1. LangsungRadio merupakan satu-satunya media yang memiliki kemampuan menyampaikan isi programnya secara langsung ke hadapan pendengar dan secara instan pendengar bisa langsung menangkap dan mencerna keseluruhan informasinya.
2. CepatKecepatan menjadi satu karakter radio yang sulit ditandingi media lain. Radio secara fleksibel dapat lebih mudah menyelipkan ataupun “menggusur” program yang sedang ditayangkan demi sebuah laporan penting.
3. Menciptakan gambaran dalam ruang imajinasi pendengar Radio makes picture, kekuatan suara justru membuka ruang yang lebar bagi penggambaran imajinasi dan membiarkan pendengar menciptakan gambar dalam ruang imajinasi mereka.
4. Tanpa Batas Radio praktis tidak memiliki batas, baik batas geografis (lewat gelombang software kita bisa mendengar radio Jerman, Inggris, Rusia, dan sebagainya; lewat radio satelit batas geografis ini praktis tidak menjadi kendala) maupun batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan, maupun gender.
5. MurahRadio adalah media yang jauh lebih murah dibandingkan dengan televisi dan media cetak. Satu kali investasi murah dengan membeli sebuah pesawat radio, pemiliknya bisa menikmati radio, bahkan sampai puluhan tahun.
6. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain Radio bisa dinikmati oleh pendengarnya, sementara sang pendengar melakukan aktivitas lain seperti membaca, menyetir mobil, memasak, mengetik, menjahit dan berbagai aktivitas lainnya.
7. Hangat dan dekat Media radio dapat dikatakan sebagai satu-satunya media yang memiliki kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya. Konsep hubungan antara penyiar dan pendengarnya adalah konsep hubungan one by one, pendengar merasa seolah penyiar hadir dan berhadapan langsung padahal sebenarnya dipisahkan oleh jarak berpuluh bahkan beribu kilometer. Dengan demikian, radio siaran menjadi akrab, rileks dan intim.
8. Memberi manfaat bagi individu dan masyarakat Karena karakternya yang intim dan hangat, radio memiliki kemampuan untuk lekas diakrabi oleh individu-individu pendengarnya. Radio kemudian juga menjadi tumpuan bagi pribadi-pribadi pendengarnya untuk mencari informasi yang berharga bagi mereka. Selain sebagai media pribadi yang hangat dan intim, radio tetaplah menjangkau massa. ( Kusumaningrum, 2003:27-31)
33
2.3 Penataan Acara Siaran (Radio Programming)
Programming atau “penataan acara siaran” tidak mempunyai pola yang
baku. Ini banyak tergantung dari sistem pemerintahan di mana badan radio siaran
itu berada dan tergantung dari bentuk organisasi badan radio siaran itu.
2.3.1 Penggolongan Jenis-jenis Acara Siaran
Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran (Programme type
classification) :
a. Siaran Pemberitaan dan Penerangan (News and Information Programmes): 1) Warta berita (Straight news) 2) Reportase (Current affairs) 3) Penerangan Umum (General information) 4) Pengumuman (Public service)
b. Siaran Pendidikan (Educational Programme): 1) Siaran anak-anak (Children’s hour) 2) Siaran remaja (Youth programme) 3) Siaran sekolah (School broadcasting) 4) Siaran pedesaan (Rural broadcasting) 5) Siaran keluarga berencana (Family planning programme) 6) Siaran agama (Religious Programme) 7) Ruangan wanita (Women’s hour) 8) Pengetahuan umum (Adult education)
c. Siaran Kebudayaan (Culture Programme): 1) Kesusastraan (Literature) 2) Kesenian daerah/tradisional (Folklore) 3) Apresiasi seni (Art appreciation)
d. Siaran Hiburan (Entertainments): 1) Musik daerah (Local music) 2) Musik Indonesia (Populer music) 3) Musik asing (Foreign music) 4) Hiburan ringan (Light entertainment)
e. Siaran lain-lain (Miscellaneous): 1) Ruangan iklan (Commercial spot announcement) 2) Pembukaan/penutup (Opening/closing tune) (Effendy, 1990:117)
“Meskipun penggolongan acara siaran didasarkan atas maksud dan tujuan,
namun dalam penyajiannya terdapat berbagai bentuk yang unsur-unsurnya terdiri
34
dari kata-kata (spoken words), musik (music) dan efek suara (sound effect)”
(Effendy, 1990: 117-118).
Setiap radio memiliki jenis program masing-masing, hal ini dimaksudkan
untuk memberikan cirri khas bagi radio itu sendiri. Program-program tersebut
disesuaikan dengan segmen pendengar serta visi dan misi radio tersebut. Namun
pada dasarnya, setiap program radio tidak akan terlepas dari tiga unsure utama,
yaitu kata-kata, musik dan efek suara.
2.4 Naskah Siaran Radio
Radio siaran mempunyai kemampuan besar selaku media massa, guna
menyiarkan atau mengudarakan apa saja yang bersifat auditif (diterima dengan
indera telinga). Tiga unsur yang pasti dihadirkan dalam penyajian radio yaitu: kata-
kata, musik, dan efek suara.
“Diantara berbagai macam program atau acara yang disiarkan, siaran kata
merupakan acara paling penting untuk tujuan penyampaian informasi atau
penerangan dan pendidikan. Bahkan sebenarnya, tanpa “kata-kata” siaran apapun
melalui radio tidak berarti banyak” (Baskara, 2002:1).
Sebagai media auditif, setiap kata-kata dalam siaran radio harus dapat
mewakili pesan, gagasan, dan informasi yang akan disampaikan. Kata-kata
tersebut dapat membangkitkan imajinasi pendengar, membuatnya tidak beralih
frekuensi dan yang terpenting menanamkan kesan dalam benak komunikan.
Acara yang berisi kata-kata ini bisa dituangkan dalam berbagai bentuk misalnya: uraian, reportase, dialog, wawncara, diskusi, feature, majalah udara, bahkan sampai kepada drama radio (sandiwara). Semua bentuk siaran kata tersebut berbeda-beda dalam pengolahan dan penyajiannya. Namun kesemuanya mempunyai kesamaan prinsip, yaitu harus dituangkan terlebih dahulu ke dalam naskah siaran. (Baskara, 2002:1).
35
2.4.1 Pengertian Naskah
Setiap acara yang akan diudarakan akan lebih baik apabila dibuat dahulu
naskahnya. Naskah ini digunakan sebagai panduan agar materi siaran tidak meluas
terlalu jauh. Pembuatan naskah untuk kepentingan siaran tidak semudah yang
diperkirakan. Masalahnya siaran radio bersifat auditif, jadi naskah untuk
siaranradio harus ditulis dengan cara sedemikian rupa, sehingga isinya dapat
dengan mudah dimengerti oleh pendengar.
Setiap radio memiliki segmen tersendiri, karena itu setiap penulis naskah
sebelum memilih tema naskah siaran dan membuat naskah siaran harus mengenal
dan memahami dulu siapa pendengar acara tersebut.
“Naskah dalam hubungannya dengan siaran radio, adalah “scenario” atau
teks, yaitu apa yang dikatakan oleh si pembaca naskah dan dituangkan dalam
bentuk tulisan”(Baskara, 2002:2).
Teks tertulis ini memberikan kemudahan kepada penyiar agar tidak keluar
dari format acara serta format radio yang telah disepakati baik secara materi
maupun pengarahan waktu siaran.
Naskah siaran (script) adalah materi siaran yang akan disampaikan penyiar dalam siaran dengan teknik “membaca naskah”. Selain berfungsi sebagai materi atau bahan siaran, naskah juga berfungsi sebagai pengendalian siaran agar tepat waktu dan sesuai dengan visi-misi program, penyeragaman tata bahasa bagi penyiar (standarisasi kata) dan pembentuk image radio di benak pendengar. (Romli, 2004:76).
2.4.2 Prinsip Penulisan Naskah Siaran
Penulisan naskah siaran harus diiringi kesadaran penuh bahwa naskah itu akan dibacakan penyiar namun terdengar penyiar “tidak membaca”, tapi “berbicara”, dan dikonsumsi oleh “telinga”. Dengan kata lain, penulisan naskah radio adalah “menulis untuk telinga”, “layak dengar” (hearable), bukan untuk mata atau dibaca (readable), dan karenanya harus: 1) Mudah dibaca oleh penyiar
36
2) Mudah dimengerti oleh pendengar (Romli,2004:76-77) Penulisan naskah ini mengusahakan agar penyiar lebih mudah dalam
membawakan program acara tanpa pendengar mengetahui bahwa sesungguhnya
materi siaran telah terlebih dahulu dipersiapkan dan sesungguhnya dibaca,
pendengar hanya merasakan keterlibatan dirinya dalam program radio tersebut.
Untuk mencapai hal itu,penulis naskah siaran hendaknya memperhatikan
tiga hal utama berikut ini,
1. Bahasa tutur Gunakan bahasa tutur (spoken language,conversational language), yakni bahasa percakapan, informal, atau kata-kata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam obrolan sehari-hari
2. KISS- Keep It Simple and Short Gunakan kata-kata dan kalimat yang sederhana dan singkat sehingga mudah dimengerti.
3. ELF-Easy Listening Formula Gunakan “rumus enak didengar”, yaitu susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama.Naskah siaran haruslah “sekali ucap langsung dimengerti”. (Romli, 2004:77)
Oleh karena itu, penulis naskah siaran harus berusaha agar tulisannya
tersebut ditujukan untuk berkata atau lebih tepatnya ia menulis seperti layaknya
sedang berbicara.
Menurut Vernon A. Stone, “naskah siaran tidak hanya mengizinkan, tapi
memerlukan bentuk ekspresi yang mungkin sekali alamiah bagi anda
berbicara”(Stone, 1987, dalam Romli, 2004:77).
2.4.3 Karakteristik Naskah
Agar penyiar mengerti teks tertulis dari naskah siaran, maka naskah siaran
harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
37
1. Jelas Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus “sekali ucap langsung dimengerti”. Pendengar hanya memiliki satu kesempatan untuk memahami sebuah pesan.
2. Ringkas Satu ide untuk satu kalimat. Hindari pemakaian anak kalimat. Naskah harus disusun dengan kalimat-kalimat yang biasa diucapkan saat bercakap-cakap.
3. Sederhana Kata-kata yang digunakan harus sederhana, umum digunakan dalam percakapan keseharian, tidak rumit, atau tidak teknis ilmiah yang kurang dikenal di kalangan awam.
4. Aktif Gunakan kalimat aktif, bukan pasif.
5. Imajinatif Naskah harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara dan dukungan musik.
6. Hindari Akronim Kalaupun harus menggunakannya, beri keterangan sesudah atau sebelum dikemukakan.
7. Pembulatan angka Informasi radio sifatnya global, tidak detil, karenanya angka-angka sebaiknya dibulatkan.
8. Global Hindari sedapat mungkin detil yang tidak perlu, sederhanakan fakta.
9. Logis Hindari susunan kalimat yang terbalik. Susunan kalimat yang baik mengikuti kaidah SPOK-Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan.
10. Bercerita Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus “bercerita”, yakni “menceritakan” orang berbicara apa, di mana, bagaimana, kenapa, dan sebagainya.
11. Sign Posting Gunakan tanda-tanda baca (punctuation) dalam kalimat untuk membantu penyiar dalam membacanya (spoken reading), seperti tanda-tanda pemenggalan kalimat dan ejaan (Romli, 2004:80-83).
2.5 Tinjauan tentang Bahasa
Segala sesuatu yang berbentuk wacana atau teks pasti menggunakan bahasa
sebagai alat pengantar yang berupa tanda-tanda atau lambang-lambang agar
penulis dapat menyampaikan suatu maksud tertentu.
38
Bahasa adalah alat berpikir dan bernalar, dan tidak berbahasa merupakan pengantar untuk mangungkapkan apa yang kita pikirkan dan rasakan, pernyataan ini mengisyaratkan fungsi bahasa yang penting, yakni tidak saja sebagai alat komunikasi, malainkan juga alat untuk berpikir sekaligus menghasilkan sebuah pikiran. Bahasa yang tumbuh tanpa perencanaan dapat menghalangi system berkomunikasi secara lancar antara pemakai-pemakai bahasa, dapat menyulitkan konseptualisasi dan juga perwujudan konsep-konsep hasil pemikiran. (Omar dalam Djuhari dan Suherli, 2001 : 72)
“Bahasa Indonesia adalah suatu sistem bahasa yang homogen, apabila
seseorang menggunakan bahasa Indonesia berarti ia menggunakan bahasa
Indonesia sebagai satu sistem yang merupakan alat untuk mengungkapkan
gagasannya itu agar dipahami oleh orang lain”(Djuhari dan Suherli, 2001 : 29).
Dengan demikian bahasa Indonesia berkaitan dengan penggunaan dan
pemakaiannya.
Kaitan bahasa dengan penggunaanya akan menimbulkan variasi bahasa pula berdasarkan asal usul pemakaiannya, yang dinamakan dialek disebabkan oleh latar belakang geografis atau tempat tinggal pamakai bahasanya. Sementara idiolek timbul karena kondis alat-alat ucap pemakai bahasa yang bersangkutan. Variasi register atau variasi bahasa yang muncul akibat konteks kabahasaannya, seperti tujuan, fungsi, peserta dan latar balakang menimbulakan variasi atau yang disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang dimaksud adalah ragam kaku (frozen style), ragam resmi (formal style), ragam usaha (consultative), ragam santai (casual style), dan ragam akrab (intimate style). (Djuhari dan Suherli, 2001:30)
Dari penjelasan diatas maka masih banyak lagi variasi bahasa yang lain
yang disesuaikan dengan penggunaan bahasa dan tujuannya. Dengan demikian
penggunaan bahasa dalam majalah memilki variasi tersendiri yaitu variasi majalah
atau variasi jurnalistik.
2.5.1 Fungsi Penggunaan Bahasa
Berdasarakan penggunaan bahasa ada beberapa fungsi (dalam Djuhari dan
Suherli, 2001 ; 33) yaitu :
39
1. Fungsi reseptif bahasa adalah penggunaaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap, melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi pemakai bahasa tidak hanya diam melaikan memberikan respon kepada pengguna bahasa, baik respon yang tampak maupun tidak tampak.
2. Fungsi pasif adalah pengguna bahasa yang tidak melibatkan orang nlain dalam kegiatan tersebut. Misalnya menghitung, mengutuk, menggumam atau berdoa.
3. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan pengguna atau pemakai bahasa lainnya. Misalnya pengggunaan bahasa pada kegiatan belajar-mangajar. Penggunaan bahasa secara aktif dalam surat kabar tidak hanya satu jenis, melainkan heterogen ada yang bersifat informatif, sugestif, emotif, estetis dan dinamis. (Djuhari dan Suherli, 2001:33)
Dalam penggunaan bahasa dalam naskah harus menghindari sekecil
mungkin ketidakjelasan sesuatu atau kesalahtafsiran dari pembaca yang beragam
latar belakangnya.
2.6 Bahasa dan wacana
Jika mengaitkan bahasa dengan wacana, perlu diuraikan dahulu
pemahaman mengenai wacana. Secara sederhana, wacana selalu mengandaikan
pembicara/ penulis, apa yangdibicarakan, dan pendengar/pembaca. Dan bahasa
merupkan mediasi dalam proses ini. Wacana itu sendiri dalam buku “Analisis Teks
Media”, mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu “ekspresi diri sendiri,
eksposisi, sastra dan persuasi”(Tarigan dalam Sobur, 2001 : 11).
Wacana dipandang sebagai aksi, cara melakukannya biasanya dengan
bahasa. Bahasa bukan hanya sebagi alat komunikasi, secara tidak sadar bahasa
merupakan alat politik seseorang. Seseorang tak mungkin berbicara tanpa memilih
posisi atau sikap tertentu, tanpa menyatakan perasaan yang dinyatakan dalam suatu
masalah penting, hal itu telah mencerminkan politik seseorang.
40
Pada dasarnya tidak ada bahasa yang netral, bahasa dapat dijadikan media
pembebasan, media perlawanan, atau bahkan media kekuasaan. Bahasa merupakan
bentuk tindakan dalam hubungannya dengan realitas sosial.
Oleh karena itulah bahasa dijadikan fokus utama dalam wacana, karena
melalui bahasa dapat merepresentasikan posisi atau menampilkan seseorang,
kelompok atau sesuatu dalam wacana dan mengaitkannya dengan peristiwa yang
terjadi di masyarakat.
2.7 Tinjauan tentang Gaya Hidup
Dalam dunia modern, gaya hidup kita membantu mendefisikan sikap, nilai-
nilai, dan menunjukkan kekayaan serta posisi kita. Gaya hidup (lifestyles)
mengungkapkan bagaimana kita harus mengklasifikasikannya, bagaimana istilah
tersebut menjadi semakin penting, dan apa persisnya gaya hidup itu. “Gaya hidup
adalah aturan dalam kehidupan yang merefleksikan isi dan perilaku
seseorang”(urbandictionary.com).
Biasanya kecenderungan kepada gaya hidup tertentu berpangkal pada
kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme adalah
kecenderungan seseorang kepada gaya hidup mewah. Jika ditinjau dari segi
perspektif Islam, sebetulnya Allah SWT telah mengaruniakan kepada manusia
kecenderungan kepada keindahan dan kecenderungan untuk memiliki kecantikan.
Dengan begitu manusia akan berbuat untuk memiliki kehidupan materi dan spritual
yang lebih baik.
41
Imam Ridha As berkata : “Allah SWT indah dan mencintai keindahan. Dia
senang menyaksikan kenikmatan yang Dia karuniakan pada diri hamba-Nya. Allah
tidak menyukai keburukan”.
Faktor penting lainnya adalah pandangan materialistis dan cinta dunia. Hal
inilah pernah disinggung oleh Rasulllah SAW dalam sebuah hadisnya. Beliau
bersabda bahwa menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan dan
kesalahan, dalam hal ini adalah kecintaan terhadap sebuah gaya hidup.
Walaupun dalam Surat Ali Imran ayat 14 dinyatakan : “ Dijadikanlah indah
pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak, sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah tempat kembali yang baik (syurga)”. Dari ayat ini sebenarnya sudah
dapat dilihat bahwa Allah memang memberikan nikmat duniawi berupa materi
kepada umatNya, hanya saja pada jaman globalisasi saat ini ketetapan Allah
tersebut telah salah diartikan dengan menganut gaya hidup yang banyak
dipengaruhi budaya konsumerisme, dimana segala sesuatu yang mencirikan nilai
materi yang tinggi dan berasal dari Barat berarti baik dan dapat memberikan nilai
tambah bagi penganutnya.
Masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tampaknya tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya semacam Shooping Mall, industri waktu luang, industri mode, industri gosip, kawasan hunian mewah, apartemen, real estate, gencarnya iklan barang-barang super mewah dan liburan wisata ke luar negeri, berdirinya sekolah-sekolah mahal (dengan label “plus”), kegandrungan terhadap merek asing, makanan serba instant (fastfood), telepon seluler (HP), dan tentu saja serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi, dan bahkan mungkin ke relung-relung jiwa kita yang paling dalam. (Subandy dalam Channey, 1996:8)
42
Dalam masyarakat modern seringkali soal gaya hidup sudah tidak jelas lagi
batasannya. Gaya hidup bukan lagi monopoli suatu kelas tetapi sudah lintaskelas.
Menurut Chaney (1996 : 40-41) :
Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapapun yang hidup pada masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern, gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern.
2.8 Tinjauan tentang Highclass
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap
hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih
tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan
yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai
kekayaan material, misalnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai
kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Dan akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan menunjukkan kekayaan materi hanya untuk
menyatakan eksistensi diri dalam suatu kelas sosial, dan ingin dianggap ke dalam
kelas sosial tertentu.
Padahal menurut yang telah difirmankan Allah pada Surat ThaaHaa ayat
131 bahwa : “Dan janganlah kamu tunjukan kedua matamu kepada apa yang telah
Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih
baik dan lebih kekal.” Ayat tersebut menyatakan bahwa manusia-manusia yang
43
diberi kenikmatan dunia sesungguhnya hanya merupakan cobaan yang diberikan
Allah kepada mereka, dan orang-orang beriman sebaiknya jangan terkesima
dengan apa yang diberikan kepada golongan yang sedang diuji keimanannya
tersebut.
Adanya golongan orang-orang yang sangat memuja harta dan materi
akhirnya menjadi penyebab munculnya kelas-kelas sosial dalam masyarakat, yang
merupakan pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kelas-kelas yang
berbeda.
“Pada zaman kuno dahulu, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan di
dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali (kelas atas), yang
melarat (kelas bawah), dan yang berada di tengah-tengahnya (kelas
menengah)”(Soekanto, 1990:251).
Seorang sosiolog terkemuka Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa kelas-
kelas sosial merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang
hidup teratur. Adapun ukuran atau kriteria yang digunakan untuk membedakan
masyarakat ke dalam kelas sosial tertentu adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, bisa dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya berpakaian serta apa yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan teratas.
3. Ukuran kehormatan Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas.
4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran biasanya dilihat dari gelar kesarjanaan yang dimiliki (Soekanto, 1990:263).
44
Akhir-akhir ini sepertinya istilah untuk kelas sosial tertentu dijadikan acuan
sebuah gaya hidup. Misalnya saja gaya hidup kelas atas yang lebih dikenal dengan
istilah gaya hidup highclass. Sebenarnya istilah highclass sendiri awalnya adalah
istilah dalam Bahasa Inggris, high artinya tinggi/atas dan class artinya kelas.
“Highclass atau kelas atas adalah golongan masyarakat yang paling atas
berdasarkan kekayaan atau tingkat kehidupan sosial”(Yandianto, 2001:247).
Golongan masyarakat highclass sering diidentikkan dengan budaya
konsumerisme, hura-hura, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan materi dan
kedudukan sosial yang tinggi. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari golongan
highclass ini dapat dilambangkan oleh golongan selebritis dan pengusaha. Hal
tersebut dilihat dari tingkat kehidupan sosial mereka yang memang mencirikan
masyarakat kelas atas.
Seiring dengan perkembangan zaman, golongan masyarakat yang semakin
sukses dan sangat mapan dilihat dari tingkat ekonominya ini semakin banyak
terangkat kisah kehidupannya dengan bantuan media massa. Menurut Moammar
Emka seorang penulis dan pengamat gaya hidup modern mengatakan bahwa,
belum ada parameter pasti yang bisa menyatakan seseorang termasuk golongan
highclass, masyarakat biasanya menyatakan seseorang highclass karena dilihat dari
gaya hidupnya sehari-hari, misalnya dari barang-barang bermerek yang dipakai,
mobilnya yang banyak atau mungkin dari rumahnya yang megah berdiri yang
kalau dirupiahkan bisa bermilyar-milyar harganya (hasil wawancara via e-mail,
tanggal 16 September 2005).
Memang gaya hidup highclass ini sangat mencirikan sekali gaya hidup
yang sangat berlebih-lebihan. Seseorang sebenarnya bisa saja mencukupi
45
kebutuhannya secara wajar tanpa harus membuang-buang materi yang banyak
hanya untuk mendapatkan sebuah prestige. Hal seperti inilah yang saat ini semakin
banyak bermunculan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Allah SWT
memang mengkaruniai umatNya dengan kenikmatan yang berlimpah, hanya saja
dalam Surat Al A’raaf ayat 31, mengingatkan manusia untuk tidak berlebih-lebihan
dalam memanfaatkan nikmat Allah SWT, adapun bunyi firmanNya : “…Makan
dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis juga bersabda : “Barangsiapa
yang memakai pakaian dan merasa besar dengan pakaian itu, maka Allah SWT
akan menyaratnya ke neraka dan dia akan bersama dengan Qarun.” Hal ini juga
dikuatkan oleh Surat Al Qhashash ayat 76, yang berisi : “…Janganlah kamu terlalu
bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri.”
Dalam perspektif Islam, orang yang bergaya hidup seperti ini memang
dianggap memubazirkan anugerah Allah, hanya saja orang-orang dengan gaya
hidup highclass mungkin termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sangat
mencintai dunia, sehingga mereka terkesima dengan kenikmatan dunia semata.
Dan membuang-buang harta hanya untuk membeli barang-barang mahal yang
hanya dimaksudkan untuk berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret
negara kepada budaya Barat yang setiap waktu gencar memasarkan produk-produk
baru untuk di konsumsi.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.1 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan metode yang dipakai peneliti dalam
melakukan penelitian. Metode penelitian dijadikan panduan penelitian untuk itu
metode yang dipilih oleh seorang peneliti harus sesuai. Para peneliti harus bisa
menentukan metode sesuai dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang
digunakan.
3.1.1 Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang tergolong baru dalam
khasanah metode penelitian di Indonesia. Selama ini hanya metode kuantitatif yang
banyak dipakai oleh para peneliti. Untuk itu sebelum diuraikan mengenai
penelitian kualitatif, akan diberi sedikit perbandingan dengan penjelasan dari
metode penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif lahir dari tradisi pemikiran positivisme. Dalam tradisi ini manusia dipandang sebagai makhluk jasmaniah biasa, yang sehari-hari berperilaku (melakukan respons) bergantung kepada stimulus yang menerpa dirinya dan atau bergantung pada tuntutan organismik yang secara alamiah (kodrati) tersimpan dalam diri manusia itu sendiri. Itu berarti, perilaku manusia tidak lebih dari suatu respon yang sifatnya otomatis dan mekanistik. (Burhanbungin, 2003:26) Penelitian kuantitatif tidak menyadari bahwa tidak semua individu akan
berlaku sama. Banyak hal yang tidak dapat begitu saja dianggap seragam dan
ditandai dengan angka. Perilaku manusia dan realitasnya senantiasa berkembang
47
karena manusia adalah makhluk yang istimewa. Lain halnya dengan pada
paradigma penelitian kuantitatif.
Pada metode penelitian kualitatif, yang didasarkan pada tradisi ilmu sosial interpretevisme, memandang manusia sebagai makhluk rohaniah. Dalam pandangan ini, manusia selaku makhluk sosial, sehari-hari bukanlah “berperilaku” melainkan “bertindak”. Sebab, istilah “perilaku” berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis. Padahal “tingkah laku sosial” manusia senantiasa melibatkan niat tertentu, pertimbangan tertentu, atau alas an-alasan tertentu. Dengan kata lain, “tingkah laku sosial” manusia senantiasa kesadaran sosial. Ia melibatkan makna dan interpretasi yang tersimpan di dalam diri sang manusia pelaku sesuatu tindakan. (Burhanbungin, 2003:27) Untuk itulah dalam penelitian kualitatif, manusia sebagai pelaku dianggap
sadar ketika mengambil tindakan tertentu. Dengan penelitian kualitatif mencoba
untuk mengetahui alasan tindakan dan mencari factor apapun yang tersembunyi
sebelumnya, dan membahasnya secara menyeluruh, karena setiap individu atau
fenomena dianggap istimewa dan berbeda.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. “Penelitian
kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungannya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya”(Nasution, 1996 : 5).
Berdasarkan pandangan tersebut bisa diketahui mengapa interpretasi
sebagai metode pengungkapan makna yang terdapat dalam wacana, perilaku dan
tindakan manusia menjadi demikian penting dalam upaya mengetahui subjektivitas
dan intersubjektivitas. Berikut ini pernyataan Alfred Schutz yang dikutip Hikam :
Untuk dapat memahami tindakan manusia dengan baik, kita harus memahami pula motif dasarnya dengan cara menempatkan diri kita pada posisi sang pembicara. Pengucapan tidak dapat diterima secara apa adanya kendati barangkali ia telah memenuhi kaidah-kaidah sintaksis dan semantik. Tetapi ia masih memerlukan penafsiran-penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicaranya. Hanya dengan cara ilmiah hubungan simbolik antara pendengar dan pembicara dapat menempati
48
posisi sentral dalam rangka pengungkapan makna yang tersembunyi dari suatu wacana (Hikam, dalam Latif dan Ibrahim, Ed. 1996 : 81). Pernyataan lain yang mendukung juga dikatakan oleh Devito bahwa
“makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan
kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan“(Sobur, 2001 :
19).
3.1.2 Analisis Wacana
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian melalui analisis wacana. Di
mana analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. “Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisasiannya
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagai ahli bahasa
memalingkan perhatiannya kepada penganalisasiannya wacana”(Lubis, 1993 : 12).
Syamsuddin, misalnya menyatakan, “Pembahasan dan analisis wacana
merupakan suatu bidang yang relatif baru dan masih kurang mendapat perhatian
para ahli bahasa (linguistik) pada umumnya”(Syamsuddin, 1992 : 4). Pernyataan
senada dikatakan oleh Harris (Syamsuddin, 1992 : 4) bahwa “discourse analysis is
fact disappointing”. Ungkapan seperti itu didukung oleh kenyataan bahwa pada
mulanya pembahasan wacana itu dilakukan oleh para ahli sosiologi, antropologi,
serta filsafat, bukan oleh ahli bahasa.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.
Lebih tepatnya lagi, “analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi
(pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian
wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan wacana yang bersifat antar
49
kalimat dan suprakalimat maka kita sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama
lain”(Tarigan, 1993 : 24).
Pertama, seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Ahli analisis wacana melihat pada pembicaraan nyata dan bentuk-bentuk nonverbal seperti mendengar dan melihat, dan mereka melakukan studi makna dari bentuk-bentuk yang teramati di dalam konteks. Beberapa teori melihat bagaimana pesan tunggal terstruktur untuk membuat pernyataan koheren. Teori lainnya melihat pola bercakap-cakap di antara orang-orang dalam suatu percakapan. Kedua, wacana dipandang sebagai aksi adalah cara melakukan segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli analisis wacana berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya aturan-aturan untuk menggunakan unit-unit yang lebih besar dalam menyelasaikan tujuan-tujuan pragmatik dalam situasi sosial. Bahasa digunakan seperti memuat suatu permohonan, mendapat giliran, bersikap sopan atau memperoleh kerjasama. Ketiga, analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator aktual dari perspektif mereka, ia tidak memperdulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang kita kelola dan pecahkan. (Sobur, 2001 : 48) Seiring perkembangan ilmu, para ahli menyadari bahwa terdapat “sesuatu”
yang terlibat dalam penggunaan bahasa di luar analisis linguistik tradisional, yang
menganalisis penggunaan bahasa sekedar permukaan.
“Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam
komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi
ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inhern yang
disebut wacana”(Littlejohn,1996:84).
Namun tentunya, dalam upaya menganalisa unit bahasa yang lebih besar
dari kalimat tersebut, analisis wacana tidak terlepas dari pemakaian kaidah
berbagai cabang ilmu bahasa, seperti halnya semantik, sintaksis, morfologi dan
fonologi.
50
3.1. 3 Analisis Wacana Kritis
Dari sekian banyak definisi mengenai wacana, dikarenakan berbagai
disiplin ilmu memakai istilah ini, namun rangkuman wacana Alex Sobur dapat
mewakili, bahwa “wacana adalah rangkaian ujar atau tindak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam
satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non segmental
bahasa“(Sobur, 2001 : 11).
Wacana dirangkai dengan mengikuti metode gramatikal bahasa, seperti unit
frase, kalimat, dan aspek kebahasaan lainnya. Namun aturan tersebut merupakan
ruang lingkup dari linguistik tradisional, karena tuturan bahasa tidak hanya
terbentuk oleh kebenaran gramatikal semata, tapi dipengaruhi oleh realitas sosial.
Inilah yang melatarbelakangi pemikiran wacana kritis.
Analisis wacana dalam pandangan kritis tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme. Analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa : batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. (Eriyanto, 2001 : 6)
Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto (2001 : 7), melihat “wacana dalam
analisis kritis sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk
dari praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa
diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang
membentuknya”. Sehingga analisis wacana kritis memandang bahasa sebagai
faktor penting yang digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi
di masyarakat.
51
3.1. 3.1 Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Untuk membedakannya dengan analisis wacana tradisional, analisis wacana
kritis memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. TindakanPrinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action), wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran. 2. Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa-latar siapa yang memproduksi wacana, situasi/setting sosial di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. Oleh karena itu wacana harus dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya. 3. Historis Pemahaman menganai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mangapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa itu yang dipakai seperti itu, dan seterusnya. 4. Kekuasaan Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Di sini, setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan bentuk kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara, penulis, pendengar atau pembaca, ia juga bagian dari anggota kategorial sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas, atau masyarakat tertentu. 5. IdeologiIdeologi adalah juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada di masyarakat berperan dalam membentuk wacana. (Eriyanto. 2001 : 8-14).
52
3.1.4 Model van Dijk
Peneliti menggunakan analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk
teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang
mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik wacana.
Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses tersebut diproduksi oleh wartawan atau media. Di sisi lain ia menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita. (Eriyanto, 2001:222) Analisis wacana model Van Dijk adalah model yang banyak sekali dipakai
karena elemen-elemen yang terdapat dalam Van Dijk sangat lengkap untuk
menganalisis berbagai masalah yang kompleks dan bisa didayagunakan secara
praktis.
Berbagai masalah yang kompleks dan rumit itulah yang coba digambarkan dalam model van Dijk. Oleh karena itu, van Dijk tidak mengekslusi modelnya semata-mata dengan menganalisa teks semata. Ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Dalam dimensi teks, ruang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. (Eriyanto, 2001:224) Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang memusatkan
perhatian melulu pada teks ke arah analisis yang koprehensif bagaimana teks berita
itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari
masyarakat.
53
Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 4
Analisis Model van Dijk
Teks
Kognisi Sosial
Konteks
(Eriyanto, 2001:225)
A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang di kedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. (Eriyanto, 2001:226) Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan
suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna
global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya
pilihan kata dan kalimat yang dipakai.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi
yang dipakai. Kita tidak cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga
elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf dan proposisi.
54
Struktur elemen teks pada analisis wacana model Van Dijk adalah sebagai
berikut:
Skema 5
Struktur Teks Model Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro
Tematik(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur
Skematik(Bagaimana pendapat disusun
dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro Semantik(Makna yang ingin ditekankan
dalam teks)
Latar,detail,maksud, pra-anggapan, nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis
(Bagaimana pendapat disampaikan?)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Grafis, metafora, ekspresi
(Eriyanto, 2001 : 228-229)
1. Struktur Makro
� Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjuk konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik. (Eriyanto, 2001:229)
55
Topik menggambarkan gagasan apa yang di kedepankan atau gagasan inti
dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.
Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan
didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang
ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan sub-
bagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lain , teks secara
keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.
3. Superstruktur
� Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita mempunyai skematik meskipun tidak disusun dengan kerangka yang linear seperti halnya tulisan dalam jurnal ilmiah. (Eriyanto, 2001:231-232) Menurut van Dijk, “arti penting dari skematik adalah strategi wartawan
untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-
bagian dengan urutan tertentu”(Eriyanto, 2001:234). Skematik memberikan
tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai
strategi untuk menyembunyikan informasi penting wartawan untuk mendukung
topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan
urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian
mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian
akhir agar berkesan kurang menonjol. Karena dengan menampilkan di bagian
56
tertentu suatu bagian merupakan proses penonjolan tertentu dan menyembunyikan
bagian yang lain.
3. Struktur Mikro
� Semantik
“Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan
lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah
makna untuk semantik yang terkecil yang disebut leksem. Sedangkan makna
gramatikal adalah makna yang berbentuk dari penggabungan satuan-satuan
kebahasaan”(Wijana, 1996:1).
Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local
meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar
proposisi yang membangun makna tertentu dalam bangunan teks.
Elemen dari Semantik adalah :
a. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. (Eriyanto, 2001:235)
b. Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan manampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak dismpaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. (Eriyanto, 2001:238) Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan
sikapnya dengan cara yang implisit.
57
c. Maksud
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implist dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. (Eriyanto, 2001:240) Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana secara
implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa
tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula
menyingkirkan versi kebenaran lain.
d. Praanggapan
Elemen wacana praanggapan (preposition) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. “Praanggapan adalah
upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan”(Eriyanto, 2001:256).
Praanggapan dibuat oleh seorang penulis untuk mengemukakan
pernyataan yang dipandang dapat dipercaya sehingga tidak perlu
dipertanyakan lagi.
� Sintaksis
Bagaimana pendapat disampaikan, bagaimana kalimat (bentuk susunan)
yang dipilih sintaksis. “Sintaksis secara berarti menempatkan bersama-sama kata-
kata menjadi kelompok kata atau kalimat”(Pateda, 1994 : 85). Ramlan (Pateda,
1994 : 85) mengatakan, “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase”.
58
Elemen dalam sintaksis adalah :
a. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menayakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). (Eriyanto, 2001:251) Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari
pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek
dari pernyataannya.
b. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkalimat, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga nampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. (Eriyanto, 2001:242) Koherensi ini amat mudah diamati, hal tersebut bisa dilihat dari kata
hubung yang yang dipakai untuk menghubungkan fakta-fakta, antara
lain hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi
dan sebagainya. Koherensi menggambarkan apakah peristiwa saling
berhubungan atau tidak dipandang oleh penulis.
Koherensi ada dua yaitu :
� Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat, dimana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti ”yang”, atau “di mana”. (Eriyanto, 2001:244)
59
� Koherensi Pembeda
“Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan
bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua
buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan
berseberangan (kontras) dengan menggunakan koherensi
ini”(Eriyanto, 2001:247)
c. Kata Ganti
“Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan
alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi
seseorang dalam wacana”(Eriyanto, 2001:253). Batas antara
komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk
menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap
komunitas secara keseluruhan.
� Stilistik
“Pusat perhatian strilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang
pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan
bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya
bahasa”(Sudjiman, 1993:13).
Elemen dalam stilistik adalah :
Leksikon
“Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang
tersedia”(Eriyanto, 2001:255) Pilihan kata-kata yang dipakai
60
menunjukan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat
digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. Misalnya untuk
kata “meninggal” mempunyai kata lain mati, tewas, gugur,
menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya.
� Retoris
“Retoris adalah bagaimana dan dengan cara apa penekanan dalam wacana
dilakukan”(Eriyanto, 2001:229). Dengan kata lain, strategi dalam level retoris di
sini adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis.
Misalnya, dengan pemakaian kata yang berlebihan (hiperbolik), atau bertele-tele
retoris mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana
pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak.
Elemen dari Retoris adalah :
a. Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakain huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. (Eriyanto, 2001:257-258)
b. Metafora
Dalam suatu wacana, seseorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. (Eriyanto, 2001:259)
61
B. Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis wacana van Dijk, perlu ada penelitian Kognisi
Sosial yaitu “kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut”(Eriyanto,
2001:260). Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak
mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih
tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa.
Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideology. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks, tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. (Eriyanto, 2001:260)
C. Konteks
“Konteks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat”(Eriyanto, 2001:271).
Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang wacana yang berkembang
dalam masyarakat walaupun secara tersendiri teks berita secara otomatis
mengandung konteks dan pemikiran atau kognisi dari wartawan pembuat berita
tersebut. Tetapi kita tetap perlu melakukan penelitian bagaimana suatu wacana
diproduksi dalam masyarakat.
62
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Teks naskah adalah kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan
teks naskah siaran radio dan kemudian menganalisis naskah tersebut
menggunakan teknik analisis wacana, dalam penelitian ini
menggunakan analisis wacana Van Dijk.
2. Wawancara adalah mengadakan tanya jawab kepada bagian-bagian
yang berhubungan dengan penelitian ini yang dimaksudkan untuk
memperoleh data yang benar dan jelas. Pada laporan ini, penulis
mewawancarai pihak-pihak tertentu di lingkungan perusahaan radio SE
88 FM.
3. Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara
mengamati objek yang diteliti. Dalam Hal ini penulis melakukan
pengamatan di tempat penelitian dilakukan.
63
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1 Sekilas tentang SE Radio 88,1 FM
PT. Suara Emas Radio adalah salah satu radio swasta yang berada di
Bandung. Radio ini tepatnya berlokasi di jalan Cihampelas, lantai 6 Premiere
Plaza, Bandung. SE Radio yang mengudara pada frekuensi 88,1 FM bergerak
dalam bidang jasa penyiaran informasi dan juga sebagai media promosi
produk atau jasa dari perusahaan atau lembaga-lembaga lainnya. Walaupun
radio ini masih tergolong muda dari segi umur tetapi SE Radio memiliki
kelebihan-kelebihan dari segi ekonomi yang bisa dijadikan kekuatan untuk
mempu bersaing dengan stasiun-stasiun radio lain yang berada di Bandung.,
yang diantaranya adalah :
� Karena memiliki lokasi yang berada di pusat kota Bandung, maka
dapat menjangkau daerah pemasaran
� Mudah dijangkau oleh konsumen atau perusahaan-perusahaan yang
akan menyewa jasa sebagai media promosi
� Kebutuhan akan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan mudah
didapat
4.2 Sejarah Singkat Berdirinya SE Radio 88,1 FM
SE Radio 88,1 FM ini pada mulanya berasal dari sebuah gagasan untuk
mendirikan sebuah stasiun radio yang dikemukakan Bpk. Bhakti Desta Alamsyah
yang kini menjabat sebagai General Manager SE Radio. Karena melihat suatu
64
peluang untuk membuat sinergi antar holding entertainment yang sudah berkibar
yaitu Studio East discotique & club dengan gagasan tersebut maka terbentuklah
konsep awal untuk mendirikan sebuah stasiun radio pada tanggal 8 Agustus 2002.
Setelah konsep tersebut diolah secara matang, pada tanggal 8 Agustus 2003
akhirnya konsep tersebut dapat terealisasikan, pada pukul 08.00 mulailah SE Radio
mengudara untuk pertama kalinya pada frekuensi 88 FM. Dipilihnya frekuensi ini
adalah untuk mencirikan bahwa ide mendirikan SE Radio tercetus pada tanggal 8
bulan 8.Di malam hari pada hari yang sama, tepat pukul 20.00 atau jam 8 malam
SE Radio melakukan party yang pertama kali yaitu pesta Grand Launchingnya.
Hanya saja pada tanggal 3 Mei 2004, diantara sekian banyak stasiun radio di
Bandung yang mengalami pergeseran frekuensi, SE Radio termasuk salah satunya.
Yang awalnya mengudara pada frekuensi 88 FM akhirnya berubah menjadi 88,1
FM hingga sekarang.
Bandung memiliki sekitar 60 stasiun radio yang 40 diantaranya berada pada
jalur FM dengan konsep format bervariasi yang secara umum bisa
dikelompokkan sebagai : radio anak muda, radio anak-anak, radio dewasa,
radio wanita, radio berita, radio tradisional sunda, radio dangdut, serta radio
sport. Peluang radio baru, ditentukan oleh tepatnya membidik segmen yang
belum terwadahi atau belum maksimal tergarap. SE radio merupakan party
station pertama yang mengkhususkan diri pada segmentasi kalangan A+ atau
party goers di Bandung. Sebagai party station, SE Radio 88,1 FM mencoba
memenuhi kebutuhan para party goers. Melalui musik, bahasa, gaya hidup,
dan pola pikir party goers yang maju.
65
Pemaksimalan sinergy venue dari Studio East, Tropicana Café serta
PREMIER Supermarket menjadi kekuatan utama SE RADIO 88 FM. Konsep
“the party station” diharapkan turut mendongkrak popularitas mengingat brand
Studio East & Tropicana Café yang sudah sangat populer diantara para clubbers/
party people Bandung, Jakarta dan sekitarnya.
SE Radio 88,1 FM memiliki segmentasi pendengar sebagai berikut:
� Jenis Kelamin : 50% Pria, 50% Wanita
� Usia : 20 sd. 35 tahun (prime)
� Penghasilan : Menengah ke Atas
� Segmentasi kelas sosial : A+ dan A
� Pendidikan : Perguruan Tinggi ke atas
� Gaya Hidup : Highclass, Kosmopolitan, Clubbers
� Psikografi : Pendengar SE Radio adalah pria dan
wanita dewasa muda yang dinamis,
mapan, intelek, berwawasan luas,
menikmati gaya hidup kota besar menuju
gaya kosmopolitan memiliki
keingintahuan yang besar terhadap
berbagai produk baru dan berdaya beli
tinggi.
Adapun tujuan utamanya didirikan radio ini adalah money oriented atau
menghasilkan keuntungan. Namun mereka juga memiliki misi untuk
memasyarakatkan istilah “party”. Istilah Party yang mereka maksud disini adalah
bahwa segala sesuatu itu bisa disebut ‘party’ asalkan menjadikan diri kita enjoy
66
atau senang dengan cara sendiri. Menurut General Manager radio SE Bhakti D A,
party yang mereka maksud intinya adalah party itu tidak selalu berhubungan
dengan dunia gemerlap.
SE RADIO 88 FM adalah stasiun radio dengan slogan ‘party station’ yang
beroperasi 24 jam non-stop dan memberikan hiburan serta informasi seputar gaya
hidup, showbiz, culture, art & party event, kepada pendengarnya yang disebut
Party People. Party People yang dimaksud adalah orang yang berwawasan luas,
yang menikmati kebersamaan dalam sebuah komunitas dengan tujuan sama:
menikmati hidup dengan riang & bersemangat.
Satu-satunya “the party station” yang memberikan alternatif hiburan
memadukan on-air programme & live entertainment on the air secara konsisten
(bahkan tiap hari) bagi audiens radio serta pengunjung Studio East & Tropicana
merupakan positioning radio ini. Disamping itu ada beberapa hal lain yang juga
menjadi kekuatan dari SE Radio 88,1 FM:
1. Saat ini belum ada radio di Bandung dengan brand, frekuensi, lokasi
dan target pendengar yang sama kuatnya dengan brand SE (Studio East)
2. Saat ini belum ada radio dengan fasilitas ‘one stop service’ bagi
pemasang iklan untuk kebutuhan tempat direct selling & building
promo (PREMIER) kegiatan promosi & pertunjukkan (STUDIO EAST
& TROPICANA) serta promosi radio (SE RADIO 88 FM) bahkan
promo cetak (Mesin Cetak Flyers/ Poster/ Brosur)
3. Pemutaran lagu di radio dengan konsep “Studio East & Tropicana”
yaitu lagu-lagu SE RADIO 88 FM adalah lagu-lagu ekslusive yang
tidak mudah didapat radio lain mengingat versi ‘disco’ (ph/ grab) hanya
67
dikonsumsi oleh entertaintment club. Misalnya : two step (garage U.K)
filtered
4. Penayangan program siaran dari lokasi hall Lt.5 STUDIO EAST &
TROPICANA dengan setting aquarium menciptakan kemudahan akses
untuk menghadirkan artist/ selebritis sebagai nara-sumber siaran sesaat
sebelum tampil .
5. Siaran langsung dari lokasi STUDIO EAST & TROPICANA akan
mengukuhkan imej “the party station” yang dimiliki SE RADIO 88 FM
6. Keberadaan PREMIER Supermarket memudahkan supply hadiah bagi
pendengar dalam program interaktif berhadiah : quiz/ games telpon,
sms, e-mail, surat, kartu pos dan banyak kreasi program lainnya.
Dengan segmen pendengarnya yang party people, maka musik yang
disajikan radio ini pun memiliki format sebagai berikut:
� Jenis : Contemporary Hits Top 40, Dance Music, R&B dan
Classic
� Prosentase : 60% Contemporary Hits Radio & 40% Dance Music
70% Barat & 30% Indonesia (Pop Kreatif/ Dance)
Disamping format musik, SE Radio 88,1 FM juga memiliki format siaran
dan konsep penyajian sebagai berikut:
1. DJ Style
Menampilkan DJ Studio East & Tropicana Café sebagai penyiar radio
tentunya menciptakan ketertarikan tinggi bagi clubbers yang sekaligus
akan menjadi pendengarnya.
2. Live Entertaintment on 88 FM
68
Live entertaintent dari Studio East & Tropicana Café yang disiarkan
langsung di 88 FM mengesankan “the party station” yang
sesungguhnya dengan live relay, live interview, backsound dan
reportase penyiar dari lokasi.
3. Interaktif & Live from tenant PREMIER
Seringkali Studio East & Tropicana café dikunjungi oleh artist/
selebritis dan public figure ini akan di exposure secara maksimum oleh
SE Radio 88,1 FM sebagai daya tarik dalam setiap program interaktif
baik dari lokasi studio maupun dari outlet tenent PREMIER tentunya
dengan hadiah bagi pendengar.
Di bawah ini terdapat keterangan mengenai profil stasiun siaran dan data
teknik nya:
� STATION PROFILE
Badan Hukum : PT. Radio Suara Emas - SE RADIO 88,1 FM
Frekuensi : FM 88.10 MHz
Call Station : SE RADIO 88 FM
Call Sign : PM 3 FHW
Statement Positioning : PARTY STATION
Audience Call : PARTY PEOPLE
On Air Character : PARTY STYLE
� DATA TEKNIK
Pemancar : RVR 5 KW Digital Exciter Italy
Audio Processor : ORBAN D 2200 Digital Series
Antena : MS-1 4 Bay
69
Tower : Lantai 6 Premier Plaza
Jangkauan Siar : Kota & Kabupaten Bandung/Bandung Raya dan
daerah-daerah potensial di Jawa Barat.
4.3 Visi dan Misi Perusahaan
4.3.1 Visi Perusahaan
Sebagai alternatif baru media hiburan radio bagi masyarakat Bandung pada
umumnya serta bagi para clubbers/ party people pada khususnya. Sebagai
sarana penciptaan lapangan kerja bagi sumber daya manusia muda, kreatif
serta berdedikasi tinggi serta upaya pencapaian kesejahteraan bersama antara
pemilik, pimpinan serta karyawan. Sebagai media promosi bagi holding serta
building (Studio East, Tropicana, PREMIER Supermarket, Daishogun,
Karaoke, Hotel, Landmark, Caesar Palace, tenant PREMIER, dll)
4.3.2 Misi Perusahaan
Menciptakan sebuah radio station SE RADIO 88 FM the party station
dengan segmentasi pasar (20 sd 35 tahun) yang mengolaborasikan program siaran
on-air dengan kegiatan live entertaintment dari Studio East dan Tropicana Café
secara konsisten untuk selanjutnya ditawarkan kepada pengiklan/ advertiser yang
memiliki produk untuk audience venue & pendengar dengan segmen A+ dan A.
4.4 Struktur Organisasi SE Radio 88,1 FM
Suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan untuk menjalankan kerjasama secara
baik diperlukan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas serta sesuai
dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki dimana pembagian tugas atau
70
distribusi orang-orang pada posisi tertentu ini dinyatakan dalam satu bagan yang
disebut struktur organisasi.
Job description tiap bagian dalam struktur organisasi dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Nama jabatan : General Manager
- menyusun rencana kerja SE radio 88 FM, baik jangka pendek maupun
jangka menengah.
- Mengarahkan dan mengelola pengembangan dan penerapan rencana kerja
Mengawasi dan mengevaluasi kerja radio SE secara menyeluruh untuk
memenuhi pencapaian sasaran pendengar dan sasaran penjualan dengan
memperhatikan efektivitas dan efisiensi operasional radio SE 88 FM.
2. Nama jabatan : Marketing dan Sales Manager
- melakukan perencanaan dan pengelolaan kegiatan pemasaran dan penjualan
SE radio 88 FM sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan
- mengarahkan segala aktifitas penjualan untuk mencapai target yang telah
ditetapkan perusahaan.
3. Nama jabatan : Public Relations dan Promotion Department
- Bertanggung jawab terhadap filling arsip-arsip PR&Promotion Department
- Membuat laporan pelaksanaan kehumasan.
4. Nama jabatan : Account Executive
- menyelenggarakan kegiatan dalam aspek keuangan yang meliputi
pencatan/pembukuan anggaran evaluasi serta pelaporan guna mendukung
pengendalian keuangan SE Radio
71
5. Nama jabatan : Sales Representative
- Memasarkan produk radio terutama spot iklan kepada pengiklan atau
produsen untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan oleh Head
of Marketing & Sales
- Memahami situasi langsung di pasar terutama dalam hal perkembangan
iklan radio dan kondisi pesaing.
6. Nama jabatan : Program Manager / Director
- Merumuskan dan menetapkan strategi program radio (on air dan off air)
yang memenuhi kebutuhan pendengar sekaligus mendukung pencapaian
sasaran penjualan.
- Memastikan terselenggaranya operasional siaran yang lancar dan sesuai
dengan rencana
- Menyusun rencana kerja program siaran jangka pendek atau menengah
- Mengarahkan dan mengelola pengembangan dan penerapan rencana kerja
tersebut
- Mengawasi dan mengevaluasi kualitas kreatif siaran
7. Nama jabatan : Music Director
- Mencari, memilih, menentukan dan juga menyediakan lagu-lagu/musik
yang sesuai dengan format siaran radio yang telah ditetapkan.
- Mengarahkan dan mengawasi pemutaran lagu-lagu agar senantiasa sesuai
dengan kebutuhan pendengar dalam rangka mempertahankan dan meraih
jumlah pendengar baru dalam lingkup sasaran khalayak yang telah
ditetapkan.
72
8. Nama jabatan : Production
- Bertanggung jawab atas kualitas karya dan suara yang dihasilkan serta
inventarisasi jingle, bumper dan sound effect SE Radio 88,1 FM.
9. Nama jabatan : Announcer / Penyiar
- mempersiapkan dan menyiarkan program acara / program siaran sesuai
dengan format radio yang telah ditetapkan menurut jadwal tugas yang telah
ditentukan oleh Program Director.
10. Nama jabatan : Operator
- Bertanggung jawab atas pencatatan data-data pendengar SE Radio 88,1
FM.
- Bertanggung jawab menjembatani penelpon dengan penyiar di dalam ruang
siaran.
11. Nama jabatan : Traffic Marketing
- Memastikan penjadwalan spot/iklan/adlibs promo bagi pengiklan.
- Menciptakan data penjadwalan kepada PR & Marketing manager.
- Memonitor kegiatan traffic iklan pesaing, dipelajari kelemahan pesaing.
12. Nama jabatan : Office & Finance Manager
- Merencanakan pelaksanaan pelayanan operasional radio SE dan
pengarahan yang mencakup keuangan, administrasi, dan rumah tangga
umum.
- Menyusun laporan keuangan dan realisasi anggaran bulanan SE radio.
- Membuat susunan kebutuhan seluruh departemen di SE radio yang berguna
untuk merinci anggaran
73
13. Nama jabatan : General affair & Administrasi Officer
- menyelenggarakan dan mengerjakan urusan rumah tangga, pemeliharaan /
perawatan, pengadaan dan penyampaiaan barang-barang fasilitas kerja serta
menginventarisnya guna menunjang segala kegiatan divisi.
14. Nama jabatan : Teknisi
- Bertanggung jawab atas kualitas suara (output) siaran.
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana
teknis, serta seluruh aset operasional SE Radio 88,1 FM.
Berikut ini struktur organisasi SE Radio 88,1 FM :
DEWAN KOMISARIS
GENERAL MANAGER
MARKETING & SALES MGR PROGRAM MANAGER FINANCE & GA MANAGER
PR & PROMO SALES/ AD M.D OPD & TRAFIC GA & ADM FO
ACCOUNT EXC PRODUCTION O P P TEKNISI
PENYIAR/ ANNOUNCER
74
4.5 Program Acara SE Radio 88,1 FM
Program acara SE Radio 88,1 FM terdiri dari ON AIR dan OFF AIR
Programme. Berdasarkan data On Air Programme SE Radio 88,1 FM, Reguler
Programme atau program acara yang disiarkan setiap hari terdapat 8 program.
Weekly Programme atau program acara mingguan ini disiarkan setiap seminggu
sekali dengan jumlah program acara berjumlah 10 program. Disini akan dijabarkan
beberapa program acara beserta deskriptifnya baik itu program acara Reguler atau
Weekly Programme. Sedangkan untuk OFF AIR Programme, team Off Air SE
RADIO 88 FM selalu siap menyajikan sajian dan pagelaran aneka party dari
advocate beach, barbeque hingga garden party serta party all around the world
yang rutin setiap bulannya di Tropicana Café, Studio East Club serta di keindahan
alam terbuka (taman, pantai, bukit dll) sebagai pelepas kepenatan party people
disela aktivitas rutin mereka.
4.5.1 Reguler Programme SE Radio 88,1 FM
a. Program acara : Morning Party
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat jam 06.00-09.00,
menyajikan rubrik menarik yaitu party headlines yang berisi berita-
berita yang baru terjadi atau up to date, kemudian mengulas tentang last
night report party.
b. Program acara : Party Line
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat jam 09.00-
12.00, menyajikan topik-topik ringan dan menemani pendengar
75
melakukan aktivitas dengan memutarkan lagu yang bisa di request
melalui SMS dan telepon.
c. Program acara : Break Party
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat jam 12.00-15.00,
menyajikan lagu-lagu slow yang menemani party poeplo beristirahat
siang. Dalam program acara ini juga disajikan info seputar event, art
dan hobi.
d. Program acara : Afternoon Party
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat jam 15.00-18.00,
menyajikan tips, trick serta info event atau tempat-tempat gaul untuk
party people bersenang-senang.
e. Program acara : Party To Go
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat jam 18.00-21.00,
menyajikan info seputar kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk
party atau bersenang-senang. Selain itu program ini juga berisi tentang
the do and the do not in a party.
f. Program acara : Party DJ’S Room
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Minggu jam 21.00-
00.00, membongkar total tentang DJ-DJ kondang serta tempat-tempat
clubbing, sehingga walaupun party people sedang tidak berada di
tempat clubbing mereka tetap merasa enjoy seperti sedang clubbing.
76
g. Program acara : Party Zone
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Minggu jam 00.00-
03.00, menyajikan on-air games, obrolan tentang dugem dan live band
yang disiarkan langsung dari Tropicana Café atau Studio East.
h. Program acara : Lovely Party
Program acara yang disiarkan setiap hari Senin-Minggu jam 03.00-
06.00, menyajikan lagu-lagu slow untuk menemani party people yang
belum tidur atau baru pulang dugem. Pada program acara ini digunakan
untuk para penyiar baru training.
4.5.2 Weekly Programme SE Radio 88,1 FM
a. Party Sport
Spesial program acara setiap hari Sabtu dan Minggu jam 06.00-08.00,
hampir mirip dengan reguler morning party menyajikan party report,
berita tetapi ditambah lagi dengan info-info tentang olah raga.
b. Party Bursa
Spesial program acara setiap hari Sabtu jam 08.00-09.00, menyajikan
info-info tentang gadget dan bursa jual beli barang-barang elektronik,
dimana party people bisa mengiklan barang-barang yang akan dijual
dengan cara menelpon SE Radio yang nantinya disiarkan secara ON-
AIR.
c. Party Request
Spesial program acara setiap hari Sabtu jam 09.00-12.00, dimana pada
program ini party people bebas untuk request lagu apa saja yang
diinginkan serta bisa menitip pesan lewar radio
77
d. Classic Party
Spesial program acara setiap hari Sabtu jam 12.00-14.00, menyajikan
lagu-lagu classic era 80 dan info atau biografi artis yang terkenal di era
tersebut.
e. Party 40
Spesial program acara setiap hari Sabtu jam 14.00-18.00, menyajikan
40 tangga urutan lagu-lagu terpopuler, dimana penyiar pada program
acara ini diwajibkan siaran dalam Bahasa Inggris.
f. Party Patrol
Spesial program acara setiap Sabtu jam 18.00-21.00, menyajikan live
report dari tempat-tempat hang out yang ada di Bandung. Dimana
penyiar memberikan laporan tentang apa saja yang sedang terjadi di
lapangan.
g. SE Murni Indonesia
Spesial program acara setiap Minggu jam 09.00-12.00, menyajikan
lagu-lagu Indonesia, info dan gossip seputar artis Indonesia.
h. SE Top 10 Dance Music
Spesial program acara setiap Minggu jam 12.00-14.00, menyajikan 10
urutan Dance Music terpopuler di tempat-tempat clubbing beserta info
tentang artis atau DJ yang membawakan lagu tersebut.
i. Party Talk
Spesial program acara setiap Minggu jam 14.00-16.00, menyajikan live
talk show dengan artis atau bisa juga dengan orang-orang yang
78
berhubungan dengan topik yang diangkat pada saat itu, misalnya
tentang narkoba.
j. Party Game
Spesial program acara hari Minggu jam 16.00-18.00, menyajikan game-
game menarik untuk party people dimana hadiah-hadiah yang diberikan
disediakan oleh pemasang iklan di SE Radio.
k. Black Party
Spesial program acara hari Minggu jam 18.00-21.00, menyajikan lagu-
lagu R&B atau black music beserta info-info dan gossip terbaru tentang
artis-artis R&B dan hip hop.
4.6 Tinjauan Mengenai Program Acara Party To Go SE Radio 88,1 FM
Acara Party To Go merupakan salah satu nama siaran acara di SE Radio.
Dimana isi siarannya berupa informasi-informasi mengenai hal-hal seputar
bersenang-senang atau party (menurut istilah SE Radio 88,1 FM). Misalnya
tentang menghabiskan waktu luang, tips dandanan untuk pergi ke suatu acara, dan
banyak hal lain yang identik dengan bersenang-senang. Karena seperti yang telah
diuraikan diatas, bahwa party disini tidak hanya selalu clubbing atau pergi ke club-
club, tapi segala sesuatunya bisa disebut party selama kita merasa senang atau
enjoy terhadap diri sendiri. Misalnya sendirian di kamar sambil mendengarkan
radio bisa disebut party, makan malam keluarga di kebun belakang bisa disebut
party dan masih banyak lagi kegiatan sederhana lainnya yang bisa disebut party.
79
Musik yang terdapat dalam acara ini juga adalah musik yang membuat kita
semangat dan senang. Karena dalam acara Party To Go khusus diputarkan musik-
musik yang berirama cepat atau bisa kita sebut Dance music atau remix.
Acara Party To Go disiarkan setiap hari dari Senin sampai dengan Jumat dari
mulai pukul 18.00 sampai pukul 21.00. Dimana setiap harinya tentu saja selalu
menyajikan event info karena event info ini khusus terdapat dalam acara Party To
Go, tidak terdapat dalam siaran acara lainnya.
Berikut ini adalah run down program acara party to go:
18.00 Opening
18.15 Event Info
18.30 Gossip
18.45 Adlibs
19.00 Buka Topic 1
19.15 DJ info
19.30 Baca sms topic
19.45 Buka topic 2
20.00 Buka request, baca sms topic
20.15 Request on air, buka invitation
20.30 Baca sms, jokes
20.45 Movie info
21.00 Closing
80
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Naskah Program Acara Party To Go SE Radio 88,1 FM
Menurut Kleden dan Probonegoro menyebutkan bahwa, teks adalah wacana
(berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan (dalam Sobur, 2001 : 53),
karena tulisan adalah bahasa lisan yang difisasikan (ke dalam bentuk tulisan).
Penelitian ini menggunakan naskah program acara Party To Go SE Radio
88,1 FM sebagai sasaran penelitian. Metode penelitian yang dipakai adalah analisis
wacana karena naskah sebuah program acara radio berupa teks (wacana yang
difiksasi ke dalam bentuk tulisan).
Wacana yang diangkat tersebut adalah mengenai gaya hidup highclass yang
ditampilkan melalui naskah siaran. Sebelum penulis masuk pada pembahasan, ada
baiknya naskah siaran tersebut penulis tuliskan dengan tujuan mempermudah,
memahami dan mengerti isi wacana tersebut.
Teks 1 : “Cerutu adalah Gaya Hidup”
Cerutu adalah Gaya Hidup
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya.
Sejarah awalnya cerutu berasal dari penemuan Columbus terhadap suku Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482 di Kepulauan Karibia. Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang menjadi kegiatan membuat “rokok” dari daun tembakau yang digulung. Dari situlah cerutu berkembang sampai saat ini ke seluruh dunia bahkan sampai ke
81
Indonesia. Dan akhirnya tahun 2001 dibukalah cigar outlet pertama, yaitu Club Macanudo di Hotel Shangri-La Jakarta. Tapi buat Party Poeple di Bandung ga usah kecewa…soalnya untuk di Bandung Party Poeple bisa menemukannya di The Peak.
Saat ini penjualan cerutu alias cigar, baru mencapai 7.000 batang per bulan dan nilainya sekitar Rp 500 juta. Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian, Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff. Yang jelas Party People, cerutu memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena harganya yang relatif mahal, Rp 15-500 ribu per batang. Malah, untuk kelas kolektor (limited edition) ada juga yang harganya US$ 1.000/batang. Memang mahal Party Poeple, karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual dengan dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik. Kalau ada permintaan khusus, harganya jadi tambah mahal. Orang nomor satu Kuba, Fidel Castro, misalnya, konon hanya mau mengisap cerutu yang pembuatannya dilinting di atas paha wanita.
Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis, sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F. Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu. Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya??
Buat Party Poeple yang belum tahu, dibanding merokok, ternyata cerutu lebih sehat. Soalnya kalau asap rokok biasanya masuk ke paru-paru, asap cerutu cukup dikulum di mulut saja. Selain itu untuk menikmati cerutu perlu waktu khusus, karena untuk menghabiskan satu batang membutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Seperti wine, para penggemar cerutu biasanya memuaskan hobinya dengan berkumpul di klub khusus atau di restoran mewah dan disertai makan malam yang disebut cigar dinner. Tapi tidak sedikit juga lho orang-orang yang menikmati cerutu hanya untuk pergaulan dan status sosial saja.
Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal. JikaParty People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal dan anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan perokok cobalah yang ringan dulu. Selain itu untuk memilih cerutu yang bagus, seorang ahli biasanya meremas-remas lembut dekat telinganya. Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah itu barulah ujung cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk menyalakannya, memakai kayu cedar, akan menambah nikmat aroma cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih mendalam lagi, beberapa orang suka memasangkannya dengan
82
minuman, misalnya wine, cognac, wiski atau cappucino. Gimana Party People...Udah ready to party dengan cerutu?? Tapi saya kok jadi keingetan sama cerita Columbus waktu nemuin Indian merokok di Kepulauan Karibia ya…Gimana jadinya kalau Columbus mendarat di Indonesia dan ketemu sekelompok nenek-nenek sedang nyirih. Wah jangan-jangan…sekarang ini lounge-lounge bakal penuh ama Party People yang sedang nyirih? Hahahaha…..
Teks 2 : Red Wine, Champagne or White Wine
Red Wine, Champagne or White Wine
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya. Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata PartyPeople…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%., Wah…lumayang juga nih buat kepala jadi pusing??!Secara umum, minuman ini terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah table wine, yang terdiri dari red wine, white wine, rose wine dan sparkling wine. Sedangkan kelopok keduanya disebut fotified wine, yakni port dan sherry dan kadar alkohol yang dimiliki wine di kelompok kedua ini lebih tinggi dibandingin sama yang di kelompok pertama. Perbedaan warna dan kadar gas (CO2) yang terkandung di setiap jenis wine sangat dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasinya. Misalnya, red wine terbuat terbuat dari sari buah anggur merah yang dicampur dengan bagian kulit dan bijinya. Sedangkan, white wine terbuat dari sari buah anggur hijau murni tanpa mencampur bagian kulit serta biji. Saat proses fermentasi sparkling wine atau champagne, kandungan gas CO2 dalam sari buah anggur merah atau putih tidak dikeluarkan. Pada fortified wine, sari buah anggur merah atau putih dicampur dengan spirit (sejenis minuman alkohol). Red wine dan white wine memiliki berbagai karakter rasa dan aroma. Keluarga red wine terdiri dari tipe Cabernet Sauvignon, Shiraz/Syirah, Merlot, danPinot Noir. Di dalam keluarga white wine ada tipe Chardonnay, Riesling, Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Nama tipe ini biasanya tercantum pada label botol, hingga Party People yang mau meminum wine mudah mencarinya!
Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma
83
wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati winesekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
5.2 Analisis Teks
5.2.1 Analisis Tematik
“Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga
disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dati suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan penulis dalam pemberitaannya.
Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu
berita”(Eriyanto, 2001:229).Topik ini merupakan makna global yang didukung
oleh sub-sub topik tertentu. Sub-sub topik ini menyiratkan pandangan pembuat
teks akan suatu hal menurut mental/pikiran yang semuanya mengacu pada topik
utama.
Analisis teks pertama :
Pada paragraf pertama, penulis coba memberitahukan bahwa cerutu yang
berupa gulungan tembakau merupakan sebuah produk gaya hidup yang banyak
dikonsumsi oleh pemakainya hanya untuk mendapatkan citra dan gengsi. Produk
84
gaya hidup maksudnya adalah sebuah produk yang banyak digunakan untuk
mencirikan sebuah gaya hidup tertentu yang dianut pemakainya. Dalam hal ini,
gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup kelas atas atau highclass karena
terdapat penjelasan dari penulis bahwa pemakaian cerutu untuk mendapatkan citra
dan gengsi di masyarakat sosial. Selain itu penulis juga memberitahukan bahwa
produk gaya hidup tadi dapat dinikmati oleh semua jenis, baik pria atau wanita dan
bagi pemakainya akan menimbulkan efek-efek yang baik. Pada bab ini, penulis
juga memperjelas bahwa mengkonsumsi cerutu adalah sebuah gaya hidup
highclass dengan menunjukkan bahwa mengkonsumsi cerutu sama dengan
mengkonsumsi wine, cognag, liquor, champagne yang merupakan produk budaya
untuk menunjukkan identitas sosial pemakainya.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali bagian pendahuluan teks pertama :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya. Sedangkan pada paragraf kedua, masih terdapat unsur tematik di sini. Pada
paragraf ini penulis menceritakan tentang sejarah ditemukannya cerutu yang saat
ini menjadi produk untuk mencirikan gaya hidup highclass dan juga dijelaskan
tentang perkembangan cerutu yang menjadi sejarah awal berkembangnya gaya
hidup cerutu di dunia bahkan di Indonesia. Pada paragraf ini, penulis juga
memberitahukan mengenai keberadaan tempat-tempat untuk menikmati cerutu
yang terdapat di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan
85
Bandung, yang letaknya antara lain di hotel berbintang dan di restoran terkenal.
Dari sini juga bisa dilihat bahwa tema tentang gaya hidup highclass masih tetap
disampaikan penulis teks, sebab hanya orang-orang dari kalangan highclass atau
yang bergaya hidup highclass yang bisa datang ke hotel berbintang ataupun
restoran terkenal.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraph kedua teks pertama :
Sejarah awalnya cerutu berasal dari penemuan Columbus terhadap suku Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482 di Kepulauan Karibia. Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang menjadi kegiatan membuat “rokok” dari daun tembakau yang digulung. Dari situlah cerutu berkembang sampai saat ini ke seluruh dunia bahkan sampai ke Indonesia. Dan akhirnya tahun 2001 dibukalah cigaroutlet pertama, yaitu Club Macanudo di Hotel Shangri-La Jakarta. Tapi buat Party Poeple di Bandung ga usah kecewa…soalnya untuk di BandungParty Poeple bisa menemukannya di The Peak.
Secara jelas sudah mulai terlihat dari kedua paragraf di atas bahwa naskah
atau teks ini memperlihatkan gagasan penulis teks untuk mengangkat gaya hidup
highclass yang akhir-akhir ini marak menjadi trend dalam kehidupan
bermasyarakat, yaitu seperti trend menghisap cerutu yang banyak dilakukan kaum
highclass sebagai media untuk mengaktualisasikan status sosial mereka dalam
kehidupan sosial. Tema tentang kehidupan highclass ini akan semakin ditekankan
secara jelas pada paragraf-paragraf berikutnya.
Saat ini orang semakin yang berlomba-lomba untuk menunjukkan identitas
diri kepada masayarakat. Mereka ingin dipandang sebagai orang yang berada dan
memilki harkat dan martabat yang tinggi di masyarakat. Hal ini dikenal sebagi
gaya hidup mewah dan hura-hura di masyarakat. Dimana gaya hidup seperti itu
berpangkal pada kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme
86
adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan mewah. Orang
sombong selalu membanggakan kekayaan dan kedudukan yang dimilkinya untuk
menunjukkan keunggulannya atas orang lain.
Semua ini terjadi sebagai dampak bahwa setiap manusia mempunyai
berbagai keinginan di dalam dirinya, yang diantaranya adalah keinginan atau
kecenderungaan kepada spiritual, keadilan, membantu kepada sesama dan
kesenangan kepada keindahan. Seperti yang terdapat dalam hadist dari Imam
Ridha as : “Bahwa Allah SWT indah dan mencintai keindahan. Dia senang
menyaksikan kenikmatan yang dikaruniakan pada diri hamba-Nya. Allah tidak
menyukai keburukan”. Hanya untuk saat sekarang, sebagian orang terlalu
berlebihan dalam memandang keindahan sehingga terprosok kedalam lembah
kemewahan.
Pada paragraf ketiga terdapat penjabaran-penjabaran selanjutnya tentang
cerutu, antara lain mengenai rata-rata penjualan per bulannya di Indonesia dan
pendapatan dari penjualan cerutu tersebut yang mencapai sekitar 500 juta rupiah
per bulannya. Dijelaskan pula bahwa cerutu-cerutu yang banyak digemari adalah
cerutu yang berasal dari daerah Kuba dan Dominika, daerah asal mula cerutu,
dimana cerutu tersebut adalah cerutu import. Cerutu memang produk yang tepat
untuk mencirikan gaya hidup highclass, sebab dari harga per batangnya saja relatif
mahal bahkan ada yang sampai 500 ribu rupiah, padahal hanya untuk mendapatkan
kenikmatan sesaat. Harga yang mahal ini disebabkan karena pembuatannya
memang rumit, bahkan harganya bisa bertambah beberapa kali lipat jika ada
permintaan khusus dalam pembuatannya. Karena harga mahal inilah, hanya orang-
orang dari kalangan tertentu atau highclass yang bisa menikmatinya, sebab kalau
87
orang-orang dari kelas sosial menengah ke bawah mungkin akan berpikir berkali-
kali untuk mendapatkan kenikmatan sesaat ini dan harus membayarnya dengan
harga yang mahal pula.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraph ketiga teks pertama :
Saat ini penjualan cerutu alias cigar, baru mencapai 7.000 batang per bulan dan nilainya sekitar Rp 500 juta. Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian, Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff. Yang jelas Party People, cerutu memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena harganya yang relatif mahal, Rp 15-500 ribu per batang. Malah, untuk kelas kolektor (limited edition) ada juga yang harganya US$ 1.000/batang. Memang mahal Party Poeple, karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual dengan dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik. Kalau ada permintaan khusus, harganya jadi tambah mahal. Orang nomor satu Kuba, Fidel Castro, misalnya, konon hanya mau mengisap cerutu yang pembuatannya dilinting di atas paha wanita.
Di paragraf keempat, penulis teks kembali ingin mengemukakan tema
naskah yaitu tentang gaya hidup highclass dengan cara menjabarkan tokoh-tokoh
atau orang-orang yang termasuk dalam kalangan highclass yang memiliki gaya
hidup highclass, dalam hal ini penikmat cerutu. Bisa dilihat dalam naskah bahwa
penulis teks menyebutkan antara lain PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston
Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS
John F. Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill
Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di
Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William
Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi,
arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis
88
sinetron Adjie Pangestu. Lalu untuk wanitanya ada selebriti Hollywood seperti
Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer. Dengan mengemukakan nama-
nama di atas, penulis teks dengan jelas bermaksud memberitahukan bahwa yang
menghisap cerutu adalah kaum highclass atau kelas atas. Karena menurut
Soekanto, ukuran-ukuran yang termasuk dalam kelas atas atau highclass dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, bisa dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya berpakaian serta apa yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan teratas.
3. Ukuran kehormatan Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas.
4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran biasanya dilihat dari gelar kesarjanaan yang dimiliki (Soekanto, 1990:263).
Sedangkan menurut SE Radio sendiri, kaum highclass bisa dilihat dari
tampilan fisik, hobi, gadget yang digunakan, disamping itu kaum highclass yang
dinilai SE Radio adalah mereka-mereka yang termasuk dalam eksekutif muda yang
memiliki pendapatan puluhan juta per bulannya dan dari pendapatan tersebut, bisa
digunakan untuk memenuhi gaya hidup highclass yang memerlukan biaya besar.
Pada penjabaran orang-orang penting dalam paragraph empat, dari
Indonesia tidak terlihat tokoh wanitanya. Menurut penulis teks, wanita penikmat
cerutu di Indonesia kurang dari 10% karena masih adanya pandangan negatif
terhadap wanita pencerutu.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraph keempat teks pertama :
89
Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis, sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F. Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu. Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya??
Sedangkan pada paragraf kelima penulis teks mengemukakan hal-hal yang
perlu diketahui lainnya tentang cerutu seperti menghisap cerutu yang ternyata lebih
sehat dibandingkan dengan merokok karena cara menghisap cerutu yang asapnya
hanya dikulum di mulut saja, kemudian untuk menghabiskan satu batang cerutu
ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama antara 30 menit hingga satu jam.
Di samping itu, biasanya penikmat cerutu memuaskan hobi mereka ini dibarengi
dengan kegiatan-kegiatan lainnya seperti berkumpul di klub-klub khusus atau
tempat-tempat mewah untuk menikmati cerutu, dan tak sedikit yang juga dibarengi
dengan kegiatan makan malam di restoran mahal sambil menikmati produk-produk
gaya hidup lainnya seperti segelas wine. Biasanya kegiatan ini memang banyak
dilakukan oleh kalangan highclass saja, menikmati cerutu sambil berkumpul untuk
membicarakan bisnis atau hanya untuk sekedar menunjukkan status sosial yang
dimiliki.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraph kelima teks pertama :
Buat Party Poeple yang belum tahu, dibanding merokok, ternyata cerutu lebih sehat. Soalnya kalau asap rokok biasanya masuk ke paru-paru, asap cerutu cukup dikulum di mulut saja. Selain itu untuk menikmati cerutu
90
perlu waktu khusus, karena untuk menghabiskan satu batang membutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Seperti wine, para penggemar cerutu biasanya memuaskan hobinya dengan berkumpul di klub khusus atau di restoran mewah dan disertai makan malam yang disebut cigar dinner. Tapi tidak sedikit juga lho orang-orang yang menikmati cerutu hanya untuk pergaulan dan status sosial saja.
Lalu pada paragraf keenam, penulis teks memberikan informasi kepada
sasarannya bahwa ada berbagai jenis cerutu, teknik memilih cerutu yang bagus,
mengguntingnya, sampai teknik menyalakannya. Ternyata buat yang awalnya
adalah perokok bisa mencoba dari jenis medium sebab langit-langit dalam mulut
seorang perokok dianggap cukup kebal untuk mencicipi rasa dari cerutu.
Sedangkan bagi yang awalnya bukan perokok, dianjurkan memulainya dari yang
jenis ringan. Selain itu mendeteksi kualitas cerutu pun ada tekniknya, yaitu dengan
meremas-remas lembut dekat telinga. Sebab cerutu yang baik dapat terdeteksi dari
suaranya. Kemudian penikmat cerutu bisa memulai menikmati cerutu dengan
menggunting ujung cerutu dengan cutter khusus dan membakarnya dengan kayu
cedar, konon aroma kayu cedar akan menambah nikmat rasa dari cerutu tersebut.
Pada paragraf keenam ini, penulis teks juga menambahkan tips-tips untuk bisa
lebih menikmati cerutu yang menurutnya apabila dipasangkan dengan minuman
seperti wine, cognag, wisky atau cappucino akan mendapatkan kenikmatan yang
lebih mendalam lagi. Pada bagian ini penulis kembali mengangkat tema teks, sebab
untuk menikamati cerutu saja membutuhkan biaya yang besar dan hal tersebut
mungkin hanya bisa dinikmati oleh kaum bergaya highclass saja, apalagi
menikmatinya juga bisa dipasangkan dengan minuman-minuman yang mahal yang
tentunya juga harus mengeluarkan dana yang cukup besar pula. Sedangkan pada
bagian penutup di paragraf keenam yang sekaligus merupakan penutup teks,
91
penulis mengingatkan sedikit kepada sejarah awal ditemukannya cerutu. Dengan
gaya bercanda, penulis mengatakan bahwa apabila dulu Columbus mendarat di
Indonesia dan menemukan sekelompok nenek-nenek sedang nyirih, maka mungkin
saja lounge-lounge di kota-kota besar bukan dipenuhi oleh para kaum highclass
yang sedang menikmati cerutu melainkan sedang nyirih.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf keenam teks pertama :
Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal. Jika Party People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal dan anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan perokok cobalah yang ringan dulu. Selain itu untuk memilih cerutu yang bagus, seorang ahli biasanya meremas-remas lembut dekat telinganya. Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah itu barulah ujung cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk menyalakannya, memakai kayu cedar, akan menambah nikmat aroma cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih mendalam lagi, beberapa orang suka memasangkannya dengan minuman, misalnya wine, cognac, wiski atau cappucino. Gimana Party People...Udah ready to party dengan cerutu?? Tapi saya kok jadi keingetan sama cerita Columbus waktu nemuin Indian merokok di Kepulauan Karibia ya…Gimana jadinya kalau Columbus mendarat di Indonesia dan ketemu sekelompok nenek-nenek sedang nyirih. Wah jangan-jangan…sekarang ini lounge-lounge bakal penuh ama Party People yang sedang nyirih? Hahahaha…..
Analisis teks kedua :
Pada paragraf pertama ini, penulis mencoba menggunakan kalimat
pembuka yang memiliki maksud minum wine sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat kota besar terutama mereka penikmat gaya hidup highclass. Sepertinya
ungkapan bahwa orang-orang takut akan menjadi mabuk karena minum wine tidak
berlaku lagi. Tradisi minum wine yang awalnya dilakukan oleh kaum bangsawan
Eropa, sekarang mulai menjadi kegemaran masyarakat modern Indonesia.
Awalnya wine yang hanya disajikan pada acara makan malam orang-orang
92
berkelas, kini sudah mulai di perkenalkan di kafe-kafe dan banyak dinikmati oleh
orang-orang bergaya hidup highclass sebagai pelengkap acara saat kumpul-kumpul
atau sekedar untuk ngobrol-ngobrol bersama teman-teman. Kafe-kafe kota besar
seperti Jakarta, Bandung ataupun kota-kota besar lainnya merupakan tempat yang
tempat sebagai penyebaran gaya hidup minum wine ini. Di paragraf pertama ini
juga mulai terlihat tema yang dimaksud penulis teks yaitu mengemukakan tentang
gaya hidup highclass melalui budaya minum wine.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf pertama dari teks kedua :
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Pada paragraf kedua, penulis teks menjelaskan tentang asal-usul wine yang
terbuat dari hasil fermentasi anggur dan memiliki kadar alkohol yang cukup besar
antara 8% sampai dengan 20,5%. Penulis masih tetap mencoba menyampaikan
tema tentang gaya hidup highclass, dengan menjelaskan kadar alkohol yang
terkandung dalam wine. Sebab banyak orang pasti sudah mengetahui bahwa
minuman yang memiliki kadar alkohol memiliki harga jual yang cukup tinggi dan
tidak semua kalangan bisa menikmatinya. Selain itu penulis juga menjelaskan
bahwa wine terdiri dari dua jenis yaitu table wine dan fotified wine. Untuk table
wine terdiri dari bermacam-macam jenis pula seperti red wine, white wine, rose
93
wine dan sparkling wine. Hanya saja untuk table wine biasanya cara menikmatinya
dengan digabungkan pada sebuah acara makan malam dan kandungan alkoholnya
pun cenderung lebih rendah dan kebiasaan melakukan jamuan makan malam
dengan wine banyak dilakukan oleh orang-orang dari golongan kelas ekonomi atas.
Sedangkan jenis fotified wine memiliki kandungan alkohol cukup tinggi dan para
penikmat jenis ini biasanya adalah para pecinta alkohol dari golongan highclass.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf kedua dari teks kedua :
Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata PartyPeople…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%., Wah…lumayang juga nih buat kepala jadi pusing??!Secara umum, minuman ini terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah table wine, yang terdiri dari red wine, white wine, rose wine dan sparkling wine. Sedangkan kelopok keduanya disebut fotified wine, yakni port dan sherrydan kadar alkohol yang dimiliki wine di kelompok kedua ini lebih tinggi dibandingin sama yang di kelompok pertama.
Paragraf ketiga masih berupa penjelasan lanjutan dari paragraf kedua
tentang jenis wine dan cara pembuatannya. Dimana perbedaan warna dan
kandungan gas (CO2) yang terkandung dalam wine tergantung proses
fermentasinya. Misalnya saja red wine terbuat dari sari angggur merah yang
dicampur kulit dan bijinya dan white wine terbuat dari sari anggur hijau tanpa kulit
dan biji. Kemudian untuk jenis sparkling wine atau champagne kandungan gas
CO2 dalam sari buah anggurnya tidak dibuang, sedangkan pada jenis fortified wine
sari buah anggurnya dicampur dengan alkohol.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf ketiga dari teks kedua :
Perbedaan warna dan kadar gas (CO2) yang terkandung di setiap jenis wine sangat dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasinya. Misalnya, red wine terbuat terbuat dari sari buah anggur merah yang
94
dicampur dengan bagian kulit dan bijinya. Sedangkan, white wine terbuat dari sari buah anggur hijau murni tanpa mencampur bagian kulit serta biji. Saat proses fermentasi sparkling wine atau champagne, kandungan gas CO2 dalam sari buah anggur merah atau putih tidak dikeluarkan. Pada fortified wine, sari buah anggur merah atau putih dicampur dengan spirit (sejenis minuman alkohol).
Pada paragraf keempat, penulis teks berusaha memberitahu tentang
berbagai nama-nama wine, dimana masing-masing wine memiliki karakter rasa dan
aroma yang berbeda. Di samping itu ada juga keterangan lain yang coba
disampaikan oleh penulis teks pada paragraf ini untuk memudahkan para penikmat
gaya hidup highclass ketika ingin mencoba wine, dimana tipe-tipe dari wine pasti
terdapat pada label botolnya sehingga memudahkan peminum wine untuk mencari
jenis wine yang ingin mereka nikmati.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf keempat dari teks kedua :
Red wine dan white wine memiliki berbagai karakter rasa dan aroma. Keluarga red wine terdiri dari tipe Cabernet Sauvignon, Shiraz/Syirah, Merlot, dan Pinot Noir. Di dalam keluarga white wine ada tipeChardonnay, Riesling, Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Nama tipe ini biasanya tercantum pada label botol, hingga Party People yang mau meminum wine mudah mencarinya!
Untuk paragraph kelima, terdapat penjelasan mengenai aturan-aturan
minum wine, mulai dari penyajian wine yang lebih nikmat bila dingin, penuangan
wine yang tidak boleh memenuhi gelas, gelas yang digunakan untuk minum wine
juga berbeda dan masing-masing jenis wine memiliki jenis gelas masing-masing
pula, sampai pada cara memegang gelas yang berbeda dari biasanya. Aturan-aturan
tersebut biasanya hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang berasal dari kelas
atas, karena mereka sudah terbiasa dengan table manner. Selain itu juga wine
biasanya banyak dinikmati dalam acara dinner atau makan malam orang-orang
95
yang berasal dari golongan highclass, sebab jenis wine apapun dapat dipadukan
dengan menu makanan apa saja.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf kelima dari teks kedua :
Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
Sedangkan pada paragraph terakhir yaitu paragraf keenam, penulis teks
memberikan informasi penting bagi para penikmat wine bahwa walaupun wine
termasuk dalam minuman beralkohol yang memiliki nilai jual tinggi tetapi wine
memberikan manfaat yang positif untuk kesehatan para penikmatnya. Wine
dianggap dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah
tinggi, disamping itu kadar alcohol dan asam dalam wine mampu membunuh
bakteri-bakteri jaht yang hidup dalam tubuh. Pada bagian penutup ini, penulis teks
berusaha memberikan solusi bahwa wine dapat dijadikan satu pilihan kenikmatan
sambil berkumpul dan ngobrol-ngobrol bersama teman-teman sekaligus juga untuk
menjaga kesehatan tubuh.
Untuk memperjelas pernyataan dari penulis teks, maka penulis akan
menulis kembali paragraf keenam dari teks kedua :
96
Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
5.2.2 Analisis Skematik
“Teks atau wacana umumnya skema atau alur dari pendahuluan sampai
akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun
atau diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti”(Eriyanto,2001:232). Pada
setiap pemikiran dalam teks terdapat alur atau rangkaian. Hal ini ditujukan agar
pesan dapat tersampaikan dengan lancar, sistematis, dan terorganisir. Alur dapat
memperlihatkan bagaimana penulis teks menyusun pemikiran berdasarkan
pengamatannya yang dikaitkan dengan pengalamannya ke dalam alur tulisan.
Walaupun pada setiap wacana memiliki bentuk dan skema yang beragam
namun pada dasarnya setiap wacana mengandung tiga unsure utama, yaitu
pembukaan atau pendahuluan, isi dan penutup.
Analisis Teks Pertama :
Teks pertama berisi tentang tradisi orang-orang kelas atas dalam menikmati
cerutu. Dimana cerutu disini adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar
gulungan tembakau. Malah gulungan tembakau mempunyai sebutan khusus yaitu
emas cokelat.
Analisis skematik pada naskah pertama ini ada tiga unsur utama yaitu
pendahuan, isi, dan penutup. Menurut penulis, terdapat kesamaan dari teks pertama
dan kedua dalam alur pembuatan naskah siaran yang ditulis oleh penulis naskah.
97
Dimana pada paragraf pertama, penulis naskah menggambarkan secara umum
bahwa cerutu merupakan gaya hidup kaum highclass.
Pendahuluan bisa dilihat dari paragraph pertama naskah siaran kedua. Disni
penulis menceritakan bahwa menghisap cerutu akan mendapatkan citra dan gengsi
bagi penghisapnya. Seorang pria yang sedang menikmati cerutu akan terlihat lebih
gagah dan beribawa dengan cerutunya. Sedangkan seorang wanita akan terlihat
lebih seksi dan lux. Dengan perbawaan ini maka cerutu sangat tepat digunakan
untuk menunjukkan identitas sosial pemakainya.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah, maka penulis akan
menuliskan kembali paragraf pertama pada teks pertama ini, sebagai berikut :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya. “Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan
sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya”.
Isi naskah siaran pertama ini, menutut penulis terdapat pada paragaraf
pertama dan keempat. Seperti yasng telah disebutkan diatas, pada paragaraf
pertama, penulis naskah menginformasikan gaya hidup highclass yaitu menghisap
cerutu. Bahwa dengan mengisap cerutu dapat menunjukkan identitas sosial bagi
pemakainya. Seorang pria akan terlihat lebih gagah dan berwibawa sedangkan
wanita akan terlihat lebih seksi dan lux.
98
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis akan
menuliskan kembali paragaraf pertama dari teks pertama, sebagai berikut :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya.
Untuk paragaraf keempat, penulis naskah siaran menginformasikan siapa-
siapa saja para penikmat cerutu yang terkenal. Diantaranya ada dari kalanagan
politikus dunia seperti Winston Chuchill, John F. Kennedy. Dari kaum selebritis
dunia, penulis naskah siaran menyebutkan beberapa bintang Hollywood ternama,
seperti Bill Cosby dan Luciano Pavaroti. Selebritis Indonesia pun tak kalah dengan
selebitis dunia, arranger muda dan konduktor musik seperti addie M.S juga
pembawa acara terkenal sekelas Tantowi Yahya pun gemar menikmati emas
cokelat ini.
Pada paragaraf keempat, dapat dilihat bahwa bagaimana tidak highclass
tradisi menghisap cerutu ini, karena orang-orang penikmat cerutu ini juga bukan
dari kalangan biasa. Dengan adanya penikmat cerutu yang dikenal masyarakat,
semakin memantapkan simbol bahwa menghisap cerutu merupakan suatu gaya
hidup eksklusif yang tidak bisa dinikamati oleh semua orang. Artinya hanya dapat
dinikmati oleh kalangan berkocek tebal juga kalangan highclass lainnya.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis akan
menuliskan kembali paragaraf keempat dari tekas pertama, sebagai berikut :
Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis, sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F.
99
Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu. Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya?? Untuk penutup, pada naskah siaran kedua, dapat dilihat pada paragraf
terakhir. Pada paragaraf terakhir ini, penulis naskah kembali mengajak Party
People SE Radio untuk mencoba gaya hidup highclass yang satu ini yaitu
menghisap emas cokelat atau lebih familiar disebut cerutu.
Penulis nasakah siaran tidak hanya mengajak Party People untuk
menghisap cerutu. Disini juga disebutkan bagaimana cara menghisap cerutu, dan
tidak semua orang tahu bagaimana cara menghisap cerutu karena cerutu bukan
sekedar rokok biasa. Untuk menikmatinya saja perlu peralatan khusus, dan
dituliskan disana biasanya cerutu dinikmati dengan sebuah minuman, seperti wine,
cognac dan wisky. Dimana minuman itupun termasuk minuman berkelas dan
harganya tentunya saja cukup mahal. Semakin menunjukkan saja identitas bagi
penikmat emas cokelat ini.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah, maka penulis akan
menuliskan kembali yang menjadi isi di paragraf terakhir ini, sebagai berikut :
Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal. Jika Party People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal dan anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan perokok cobalah yang ringan dulu. Selain itu untuk memilih cerutu yang bagus, seorang ahli biasanya meremas-remas lembut dekat telinganya. Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah itu barulah ujung cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk menyalakannya, memakai kayu cedar, akan menambah nikmat aroma
100
cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih mendalam lagi, beberapa orang suka memasangkannya dengan minuman, misalnya wine, cognac, wiski atau cappucino. Gimana Party People...Udah ready to party dengan cerutu?? Tapi saya kok jadi keingetan sama cerita Columbus waktu nemuin Indian merokok di Kepulauan Karibia ya…Gimana jadinya kalau Columbus mendarat di Indonesia dan ketemu sekelompok nenek-nenek sedang nyirih. Wah jangan-jangan…sekarang ini lounge-lounge bakal penuh ama Party People yang sedang nyirih? Hahahaha…..
Analisis Teks Kedua :
Dalam teks kedua, penulis ingin memperkenalkan kembali kepada
pendengarnya bahwa ada suatau tradisi yg termasuk dalam kelas sosial pertama
atau high class, yaitu minum anggur. Dimana tradisi minum anggur, sudah ada
sejak zaman Romawi, dan identik dengan golongan highclass. Tradisi ini juga
telah masuk ke Indonesia, dan kembali di identikkan dengan kaum highclass.
Kenapa kaum highclass? Karena tidak semua orang dapat menikmati minuman ini,
disamping harganya mahal, dengan menikmati minuman inipun orang ingin
menunjukkan kelasnya kepada masyarakat. Siapa dirinya, golongan apa, memiliki
apa.
Salah satu cara untuk menunjukkan kelasnya kepada khalayak, golongan
highclass memiliki gaya hidup yang mungkin bisa dibilang biasa tapi luar biasa,
atau bisa dibilang eksklusif atau mewah. Cara menunjukkan kelas atau golongan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah
dengan menikmati minuman anggur tersebut.
Kebiasaan atau tradisi highclass ini ini masuk ke Indonesia dan hinggap
pada golongan highclass yang kebayakan tinggal di kota-kota besar. Mereka
membuat suatu komunitas penikmat wine. Sebenarnya bukan komunitas, hanya
saja bisa dibilang seperti komunitas dilihat dari makanan dan tempat dimana
101
mereka menikmati wine ini. Seperti disebutkan didalam teks, wine merupakan
minuman pelengkap hidangan. Setelah menyantap sebuah hidangan, maka mereka
biasa menutupnya dengan segelas wine. Highclass-nya minuman ini bisa
ditunjukkan dengan tempat dimana mereka menikamati santapan dan segelas
anggur. Tidak semua tempat makan menyediakan minuman anggur. Minuman ini
biasanya hanya dihidangkan di tempat-tempat yang berkelas, misalnya hotel atau
lounge khusus untukl menikmati minuman, atau café-café tau bar-bar, restoran-
restoran berkelas yang tidak sembarang atau semua orang bisa masuk ke dalamnya.
Hanya orang yang berkocek tebal yang mampu menikmati minuman
anggur ini. Disamping harganya mahal, tempatnya juga biasanya eksklusif.
Biasanya eksekutif-eksekutif muda atau para businessman, atau para selebritis
yang selalu sibuk dengan segala rutinitas yang padat. Mereka melepas penat
mereka dengan menikmati segelas anggur.
Orang-orang kalangan atas itu, tidak semuanya menjadi penikmat wine.
Ada juga yang ingin menunjukkan identitas mereka, bahwa mereka adalah
golongan highclass atau bisa juga disebut A Plus, julukan popular pada golongan
atas saat ini seperti yang identik sering dikatakan oleh penyiar SE radio kepada
pendengarnya. Mengingat sasaran pendengar SE Radio adalah golongan highclass.
Jadi disini sudah sangatlah tepat, penulis naskah menyebutkan bahwa wine
adalah salah satu tradisi dari golongan Highclass.
Ketika memasuki pendahuluan atau lead, dapat dilihat bahwa penulis naskah siaran
menuliskan bahwa minum anggur merupakan gaya hidup highclass. Tradisi ini
digemari sejak zaman Romawi dan sekarang juga banyak digemari oleh kalangan
modern di Indonesia. Bisa dilihat pada lead atau pendahuluan berikut ini :
102
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Sebetulnya lead atau pendahuluan pada naskah yang dibuat oleh penulis
naskah siaran SE Radio ini, menurut penulis telah mencakup seluruh lead, isi dan
penutup. Karena disitu dituliskan secara singkat asal mula tradisi menikmati wine
sampai adanya golongan yang oleh penulis naskah dikatakan sebagai penikmat
wine.
Menurut penulis, isi dari teks kedua ini juga bisa dilihat di paragaraf
pertama. Isi teks kedua bisa dilihat dari paragraph pertama pada kalimat kedua
sampai akhir kalimat. Disini ditunjukkan bahwa minum wine adalah gaya hidup
highclass, untuk memperjelas pernyataan penulis naskah, maka penulis akan
menuliskan kembali, bisa dilihat pada kalimat kedua dan ketiga, yaitu :
Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wineyang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia.
Penulis naskah tidak hanya menyebutkan bahwa minum wine adalah tradisi
dari masyarakat kelas atas. Penulis naskah juga menuliskan bahwa tradisi minum
wine telah ada sejak zaman Romawi yang dilakukan oleh masyarakat Eropa dan
kaum modern Indonesia juga mulai menggemari dan menikmati minuman ini.
Penulis juga menggunakan kata-kata “kaum modern Indonesia” pada
paragaraf pertama pada kalimat ketiga. Kata-kata kaum modern Indonesia dipilih
103
oleh penulis naskah, karena menurut penulis kaum modern identik dengan
golongan highclass yang selalu up to date dalam masalah pergaulan terutama
pergaulan kalagan kelas atas yang konon oleh SE Radio dijuluki A Plus.
Untuk memperjelas kembali pernyataan penulis naskah, maka penulis akan
menuliskan kembali yang menjadi isi dari naskah siaran ini, yang terdapat pada
paragraph pertama, kalimat ketiga, yaitu :
Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari di Indonesia sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia.
Kegemaran kaum highclass dalam menengak wine juga ditunjukkan oleh
penulis naskah siaran dengan menunjukkan tempat-tempat yang biasa ditangi
untuk menikmati wine. Yaitu ditunjukkan dengan dengan semakin manjemurnya
kafe-kafe atau tempat untuk menikmati minuman dan salah satunya terdapat di
kota Bandung.
Tempat merupakan salah satu identitas kaum highclass. Disana dapat
dilihat bukan sembarang orang yang dapat masuk kedalamnya hanya untuk
menikmati segelas wine, tapi hanya kalangan tertentu saja, yang tentunya berkocek
tebal, ditunjukkan dengan tempat yang eksklusif seperti kafe-kafe yang semakin
menjemur terutama di kota-kota besar di kalangan kaum modern.
Karena kaum modern menganggap bahwa menikmati wine adalah sesuatu
hal biasa tapi tidak semua ornag dapat menikmatinya sehingga tradisi ini hanya
bisa dinikmati oleh kelangan mereka saja. Dengan begitu penulis naskah telah
begitu tepat menunjukkan identitas kaum Highclass.
104
Untuk menunjukkannya penulis akan menuliskan kembali apa yang tersurat
dalam naskah siaran itu. Masih terdapat pada paragraph pertama, kalimat kelima,
yaitu :
Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tastingyang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Makna yang tersurat dalam paragaraf pertama memang sudah mewakili
semua yang ingin disampaikan oleh penulis naskah siaran. Hanya saja masih di
permukaaan, jadi paragaraf pertama menurut penulis bisa dibilang mempunyai dua
bagian yaitu sebagai pendahuluan dan isi.
Namun dalam paragaraf kedua hingga kelima, penulis naskah lebih
mendalami isi dari cara menikmati segelas wine. Pada paragaraf kedua, penulias
naskah menuliiskan asal-muasal minuman anggur disana juga ditulisakan disana
beberapa kelompok dari wine, yang terdiri dari empat kelompok pertama yaitu, red
wine, white wine, rose wine, dan sparkling wine. Sedangkan untuk kelompok
keduanya terdiri dari dua kelompok yaitu port dan sherry.
Penulis naskah juga mengatakan bahwa wine merupakan minuman
beralkohol yang terbuat dari fermentasi sari buah anggur.yang mempunyai kadar
alkohol 8% sampai 20,5%.
Dengan adanya kelompok-kelompok dalam wine juga telah menunjukkan
adanya makna tersirat dalam teks ini. Bahwa minuman ini merupakan minuman
eksklusif yang tidak bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah, maka penulis akan
menuliskan kembali paragraf kedua, yaitu :
105
Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata PartyPeople…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%., Wah…lumayang juga nih buat kepala jadi pusing??!Secara umum, minuman ini terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah table wine, yang terdiri dari red wine, white wine, rose wine dan sparkling wine. Sedangkan kelopok keduanya disebut fotified wine, yakni port dan sherrydan kadar alkohol yang dimiliki wine di kelompok kedua ini lebih tinggi dibandingin sama yang di kelompok pertama. Dalam paragaraf ketiga, penulis naskah lebih menerangkan teknik
pembuatan wine. Penulis mengatakan bahwa cita rasa yang tinggi dari wine sangat
dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasi. Pemilihan bahan juga
sangat berpengaruh yang menjadikan minuman ini eksklusif di kalanagan kaum
highclass. Dari sini saja menurut penulis telah ada makna tersurat dan tersirat
bahwa dari pembuatannya saja sudah sangat berbeda dengan pembuatan minuman
lain, maka disana menyiratkan bahwa minuman ini karena teknik pembuatan yang
tidaklah mudah maka hasil diinginkan juga memiliki cita rasa yang tinggi, oleh
karena itu dijual dengan harga yang cukup tinggi. Harga yang tinggi ini
menunjukkan bahwa bukan hanya sekedar kualitas yang ingin dijual oleh si
pembuat wine tapi juga gengsi dalam menikmati minuman ini juga didapatkan bagi
sebagian kaum penikmat wine.
Itulah yang menjadikan minuman ini bisa dikatakan sebagai gaya hidup
Highclass. Karena cita rasa, kualitas, dan gengsi tidak bisa didapatkan oleh semua
kalangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya yaitu
kalangan highclass.
Paragraf keempat dan kelima penulis naskah ingin menginformasikan tipe
dan karakter rasa yang bisa didapat dari wine. Pada paragraf kelima penulis naskah
menyajikan bagaimana cara-cara dalam menikmati segelas anggur. Disana, dapat
dilihat betapa eksklusifnya minuman anggur.bisa dilihat dengan cara penyajiannya
106
tidak memakai gelas sembaragan seperti gelas minum biasa. Tetapi menggunakan
tipe gelas tertentu.
Cara menikmati wine ini juga tidak sembarangan. Bagi orang awam yang
belum terbiasa untuk menengak minuman mahal ini, mungkin tidak akan terasa
bagaimana eksklusifnya minuman ini. Oleh karena itu diperlukan suatu keahlian
dan kejelian dalam menikmati cita rasa yang tinggi dari wine ini.
Dari sini sudah jelah tersurat dan tersirat bagaimana makna yang ada dalam
naskah siaran yang ingin disampaikan oleh penulis naskah. Bahwa minuman ini
memang minuman high class yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan highclass.
Tapi untuk menikmati segelas wine juga diperlukan teknik khusus. Hanya orang-
orang tertentu saja yang bisa merasakan cita rasa tinggi dari minuman ini.
Hal ini secara langsung telah menyimpulkan bahwa wine adalah gaya hidup
yang eksklusif atau highclass. Maka menikmati wine menurut penulis telah sangat
tepat disajikan oleh penulis naskah siaran untuk disampaiakan pada pendengar SE
Radio. Dimana sasaran radio ini adalah kaum highclass atau A Plus tersebut.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah maka penulis akan
menuliskan kembali paragaraf ketiga, keempat dan kelima dalam naskah pertama,
berikut ini :
Perbedaan warna dan kadar gas (CO2) yang terkandung di setiap jenis wine sangat dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasinya. Misalnya, red wine terbuat terbuat dari sari buah anggur merah yang dicampur dengan bagian kulit dan bijinya. Sedangkan, white wine terbuat dari sari buah anggur hijau murni tanpa mencampur bagian kulit serta biji. Saat proses fermentasi sparkling wine atau champagne, kandungan gas CO2 dalam sari buah anggur merah atau putih tidak dikeluarkan. Pada fortified wine, sari buah anggur merah atau putih dicampur dengan spirit (sejenis minuman alkohol). Red wine dan white wine memiliki berbagai karakter rasa dan aroma. Keluarga red wine terdiri dari tipe Cabernet Sauvignon, Shiraz/Syirah, Merlot, dan Pinot Noir. Di dalam keluarga white wine ada tipe
107
Chardonnay, Riesling, Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Nama tipe ini biasanya tercantum pada label botol, hingga Party People yang mau meminum wine mudah mencarinya! Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
Untuk penutup pada naskah siaran, dapat dilihat pada paragaraf terakhir.
Penulis naskah siaran mengatakan bahwa tidak hanya gengsi yang didapat dalam
menikmati segelas wine tetapi juga terdapat manfaat positif. Yaitu manfaat
kesehatan. Menurut penulis naskah menikmati wine dapat melancarkan peredaran
darah dan menurunkan penyakit darah tinggi juga mampu membunuh bakteri-
bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia sehingga kesehatan tubuh dapat
terjaga.
Jadi, tradisi highclass ini tidak hanya gengsi yang didapat tapi sekaligus
manfaat kesehatan asal mengikuti aturan pakai. Dengan manfaat yang didapat ini
maka semakin menunjukkan bahwa tradisi minum wine memanglah eksklusif.
Karena selain harganya mahal, cita rasanya tinggi, tempatnya eksklusif, manfaat
yang didapat juga positif asal mengikuti aturan.
108
Pada akhir kalimat akhirnya penulis naskah mengajak pendengar SE Radio
untuk menikmati tardisi minum wine kepada semua Party People. Khususnya
kalangan kaum highclass.
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis akan
menuliskan kembali paragaraf terakhir dari naskah siaran yang dibuat oleh penulis
naskah siaran, sebagai berikut :
Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
5.2.3 Analisis Semantik
Semantik merupakan bagian dari struktur mikro, yang dikategorikan oleh
Van Dijk sebagai makna lokal. Makna ini muncul dari hubungan antar kalimat.
Hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam bangunan teks.
Semantik menggiring pada “makna yang ingin ditampilkan penulis teks, misalnya
dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan
mengurangi detil sisi lain”(Eriyanto, 2001:228).
5.2.3.1 Analisis Semantik Latar
Latar merupakan sebuah alasan pembenaran bagi suatu peristiwa yang
dihadirkan dalam penyajian teks berita. Latar biasanya dijadikan penguat gagasan,
agar makna yang hendak disampaikan tertransformasikan dengan jelas. Latar
merupakan sebuah keharusan dalam penyajian berita, karena tanpa latar
pemberitaan tampak kososng dan tidak kuat. Latar diperlukan terutama untuk
109
memberi penekanan terhadap makna yang ingin disampaikan dalam sebuah
konstruksi berita.
Analisis Teks Pertama :
Pada teks pertama, latar terdapat pada paragraph kedua yaitu sebagai
berikut :
Sejarah awalnya cerutu berasal dari penemuan Columbus terhadap suku Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482 di Kepulauan Karibia. Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang menjadi kegiatan membuat “rokok” dari daun tembakau yang digulung. Dari situlah cerutu berkembang sampai saat ini ke seluruh dunia bahkan sampai ke Indonesia. Dan akhirnya tahun 2001 dibukalah cigaroutlet pertama, yaitu Club Macanudo di Hotel Shangri-La Jakarta. Tapi buat Party Poeple di Bandung ga usah kecewa…soalnya untuk di BandungParty Poeple bisa menemukannya di The Peak.
Paragraf pertama dipilih sebagai latar dari naskah siaran SE radio ini karena
disini diceritakan bahwa cerutu berawal dari penemuan Columbus terhadap suku
Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482
di Kepulauan Karibia. Sekitar tahun 1800-an kegiatan ini akhir digemari dengan
merokok dari tembakau yang digulung. Itulah cikal bakal gaya hidup highclass
cerutu yang digemari oleh orang-orang berkelas.
Kegiatan menghisap cerutu di Indonesia juga ditandai dengan munculnya
Club Macanudo di Hotel Shangri-la Jakarta dan di Bandung bisa ditemuai di kafe
The Peak yang terletak di daerah utara kota Bandung.
Dengan adanya club-club khusus penikmat cerutu, maka dapat disimpulkan
bahwa cerutu adalah tradisi dari gaya hidup highclass. Karena tidak semua orang
dapat masuk ke dalamnya, hanya orang tertentu saja yang tentunya siap merogoh
koceknya demi menunjukkan identitas sosial mereka.
110
Gaya hidup menghisap cerutu juga termasuk dalam gaya hidup hura-hura
karena hanya untuk menikmati sebatang cerutu seseorang haus mengeluarkan dana
yang tidak sedikit. Padahal Allah tidak menyukai hal-hal yang berlebihan seperti
yang diriwayatkan dalam surat Al A’raaf ayat 31, mengingat manusia untuk tidak
berlebih-lebihan dalam manfaatkan nikmat Allah SWT : “...Makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan”.
Analisis Teks Kedua :
Latar diperoleh pada paragaraf pertama. Disini penulis naskah siaran
menyebutkan bahwa menegak wine adalah gaya hidup highclass yang sudah lama
digemari di kalangan masyarakat Eropa hingga akhirnya bisa hinggap di kalangan
kaum modern di Indonesia. Kaum modern disini diidentikkan dengan masyarakat
kelas atas yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.
Untuk memperjelas pernyataan tersebut, penulis akan menuliskan kembali
yang menjadi latar pada teks kedua, sebagai berikut :
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
111
5.2.3.2 Analisis Semantik Detail
Pada elemen semantik juga terdapat unsur detil. Elemen wacana detil
berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator
akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau
citra yang baik.
Elemen detil merupakan startegi bagaimana wartawan mengekspresikan
sikapnya secara implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan
kadangkala tidak perlu dikembangkan secara terbuka, tetapi detil dari bagian mana
yang akan dikembangkan dan mana yang akan diberitakan dengan detil yang besar,
akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.
Analisis Teks Pertama :
Unsur detil pada teks pertama terdapat dalam paragraf kesatu. Untuk lebih
jelas penulis akan menjabarkan kembali paragraf kedua, yaitu :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya.
Pada paragraf pertama ini, penulis naskah siaran menerangkan bahwa ada
sebuah gaya hidup di kalangan highclass, yaitu menghisap cerutu. Gaya hidup ini
dapat menampilkan citra dan gengsi bagi pengisapnya atau secara lebih global
dapat menunjukkan kelas sosial di kalangan masyarat. Seorang pria yang gemar
mengisap cerutu akan kelihatan lebih gagah dan berwibawa, sedangkan bagi
wanita akan terlihat lebih elegan dan berkesan seksi. Semua pernyataan diatas
112
merupakan pernyataan penulis naskah tentang cerutu yang telah menjadi gaya
hidup di kalangan highclass.
Unsur detil juga terdapat pada paragraf ketiga. Untuk memperjelas
pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis terlebih dahulu akan menjabarkan
paragraf ketiga, yakni :
Saat ini penjualan cerutu alias cigar, baru mencapai 7.000 batang per bulan dan nilainya sekitar Rp 500 juta. Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian, Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff. Yang jelas Party People, cerutu memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena harganya yang relatif mahal, Rp 15-500 ribu per batang. Malah, untuk kelas kolektor (limited edition) ada juga yang harganya US$ 1.000/batang. Memang mahal Party Poeple, karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual dengan dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik. Kalau ada permintaan khusus, harganya jadi tambah mahal. Orang nomor satu Kuba, Fidel Castro, misalnya, konon hanya mau mengisap cerutu yang pembuatannya dilinting di atas paha wanita.
Penulis naskah siaran disini lebih menerangkan tentang harga serta kualitas
dari sebatang emas cokelat, yang lebih populer disebut cerutu. Penulis naskah
siaran menerangkan bahwa harga sebatang cerutu itu mulai dari tujuh ribu rupiah
perbatang hingga ada yang mencapai lima ratus ribu rupiah satu batangnya. Coba
bayangkan, saking istimewanya untuk sebatang cerutu kita harus merogoh kocek
sebesar lima ratus ribu rupiah?
Jenis-jenis cerutu juga diterangkan di paragaraf ketiga ini, bahkan karena
sangat eksklusif, orang nomor satu di Kuba, Fidel castro, konon hanya mau
menghisap cerutu yang pembuatannya dilinting diatas paha wanita. Tidak semua
orang bisa melakukan hal seperti itu bukan? Apalagi merogoh kocek yang besar
untuk menghisap sebatang cerutu. Melalui keterangan yang dijelaskan oleh penulis
113
naskah siaran, maka sudah jelaslah bahwa menghisap cerutu adalah suatu gaya
hidup di kalangan kelas atas yang dapat menunjukkan kelas sosial di masyarakat.
Unsur detil yang lain juga terdapat dalam paragaraf keempat. Untuk
memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, penulis terlebih dahulu akan
menuliskan kembali paragraf keempat, yakni :
Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis, sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F. Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu. Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya?? Di paragaraf keempat ini penulis naskah siaran menyebutkan beberapa
tokoh terkenal di dunia juga di Indonesia yang gemar menghisap cerutu. Berasal
dari kalangan politikus dan kalangan selebritis lokal maupun dunia. Dengan
menambahkan tokoh-tokoh terkenal, penulis naskah siaran semakin menguatkan
anggapan bahwa gaya hidup menghisap cerutu merupakan gaya hidup kelas atas
karena orang yang disebutkan penulis naskah siaran bukanlah orang dari kalangan
biasa, sebetulnya juga banyak dari masyarakat biasa juga gemar menghisap cerutu.
Tapi itupun didukung oleh dana yang tidak sedikit. Karena, seperti yang telah
penulis naskah sebutkan di paragraf ketiga, bahwa menghisap cerutu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit bahkan harga sebatang cerutu ada yang
mencapai ratusan ribu rupiah. Dari nilai nominal yang disebutkan maka sangatlah
tepat bahwa mengisap cerutu termasuk ke dalam gaya hidup highclass, yang sesuai
114
dengan target pendengar SE Radio yaitu Party People yang senang dengan gaya
hidup tersebut.
Analisis Teks Kedua :
Unsur detil pada teks kedua terdapat pada paragaraf pertama. Agar
pernyataan si penulis naskah lebih lebih jelas maka penulis akan menulis terlebih
dahulu paragaraf pertama, sebagai berikut :
Mnum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya. Unsur detil pada naskah siaran yang kedua terdapat pada paragaraf
pertama. Disana penulis naskah menyebutkan bahwa terdapat suatu gaya hidup
yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat Eropa yaitu minum anggur. Minuman
ini di Indonesia digemari oleh kaum modern, yang dimaksud kaum modern disini
adalah orang-orang yang tinggal di kota-kota besar yang berasal dari kalangan
kelas atas. Bahkan di kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta dan Bandung
terdapat komunitas khusus untuk orang- orang yang gemar minum wine. Biasanya
ada tempat khusus untuk menikmati segelas wine, misalnya kafe atau lounge. Dan
untuk masuk kesana hanya untuk menikmati segelas wine. Gaya hidup minum
anggur sangat jelas menunjukkan kelas sosial yang ada di masyarakat. Bisa dilihat
dari harga juga tempat yang digunakan untuk menikmati segelas wine.
115
Unsur detil pada naskah siaran kedua menurut penulis juga terdapat pada
paragraf kelima. Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, penulis
terlebih dahulu akan menuliskan paragraf kelima, sebagai berikut :
Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
Penulis naskah disini menerangkan pada pendengar SE Radio cara
menikmati segelas wine. Penikmat wine menggunakan gelas khusus bukan gelas
minum biasa. Cara memegang gelasnya pun memiliki cara tersendiri. Dan tidak
semua orang mengetahui cara menikmati segelas wine itu. Perlu keahlian khusus
agar para penikmat wine mengetahui cita rasa wine.
Cara-cara menikmati wine ini menurut penulis sangat menunjukkan kelas
sosial di masyarakat. Karena tidak semua orang dapat mengetahui cara-cara
menikmati segelas wine. Jadi menurut penulis, penulis naskah telah cukup detil di
paragraf kelima ini untuk menunjukkan pada pendengar SE Radio bahwa wine
adalah gaya hidup highclass.
116
5.2.3.3 Analisis Semantik Praanggapan
Dalam semantik juga terdapat unsur pra-anggapan. Praanggapan
merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga perlu
dipertanyakan.
Analisis Teks Pertama :
Untuk memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis terlebih
dahulu akan menjabarkan kembali kalimat pertama pada paragraf pertama :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya.
Penulis naskah siaran membuat argumen bahwa menghisap cerutu bukan
sekedar gaya hidup tapi dapat menunjukkan citra dan gengsi bagi pengisapnya.
Padahal anggapan penulis naskah siaran tersebut belum tentu benar adanya, tidak
semua orang yang menghisap cerutu ingin menunjukkan citra dan gengsi. Bisa
saja mereka memang lebih gemar menghisap emas cokelat itu dibandingkan
dengan menghisap rokok biasa.
Praaggapan pada naskah siaran pertama tidak hanya terdapat pada kalimat
pertama. Masih pada pargraf pertama, tapi pada kalimat kedua. Untuk
memperjelas penulis akan menuliskan kembali kalimat kedua, sebagai berikut :
Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi.
Penulis naskah siaran ingin menginformasikan pada Party People bahwa
bahwa cerutu tidak hanya dinikmati oleh kaum pria, wanita pun dapat
menikmatinya. Bahkan dengan menghisap cerutu dapat lebih mengeluarkan
identitas diri para penikmatnya. Seorang pria yang menikmati cerutu menurut
117
penulis naskah siran, dapat terlebih gagah dan berwibawa. Seorang wanita pun
dapat terlihat elegan dan seksi apabila sedang menikmati sebatang cerutu.
Pernyataan penulis naskah siaran diatas menurut penulis dapat dilihat dari
gerakan tubuh para penikmat cerutu. misalnya dari cara memegang cerutu, cara
menghisapnya, bahkan waktu dan tempat untuk menikamti sebatang cerutu. soal
harga, sudah bukan pertanyaan lagi, pastilah harga sebatang cerutu jauh lebih
tinggi dibandingkan sebatang rokok biasa. Perbandingannya, membeli sebatang
cerutu kelas rendah saja. Harganya sama dengan membeli satu bungkus rokok
biasa bahkan lebih. Malahan harga sebatang cerutu yang kualitasnya sangat tinggi
akan dihargai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.
Anggapan penulis naskah siaran itu belum tentu benar. Tidak semua
penikmat cerutu dapat terlihat gagah atau berwibawa atau terlihat seksi dan elegan.
Semua itu tergantung pada gerak tubuh dan aura yang dimiliki oleh masing-masing
pribadi penikmat cerutu.
Analisis Teks Kedua :
Unsur praggapan pada naskah siaran kedua terdapat pada paragaraf
pertama, kalimat pertama hingga kalimat ketiga. Agar pernyataan penulis naskah
lebih jelas, terlebih dahulu penulis naskah menuliskan kembali kalimat-kalimat
tersebut, sebagai berikut :
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia.
118
Penulis naskah siaran disini menyatakan bahwa minum anggur sudah sudah
menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota besar. Padahal belum tentu semua
masyarakat kota besar menjadi penikmat wine. Hanya orang-orang tertentu saja.
Bahakan penulis naskah disini menyatakan, di Indonesia penikmat wine ada di
kalangan kaum modern. Padahal belum tentu semua kaum modern di Indonesia
menyukai minuman ini. Penggunaan kata kaum modern juga kurang jelas
diterangkan oleh penulis naskah siaran, sehingga menurut penulis dapat
menimbulkan berbagai anggapan bagi pendengar SE Radio yang sedang menyimak
info yang diperdengarkan oleh Part DJ yang sedang mengiformasikan info tentang
anggur ini.
5.2.4 Analisis Sintaksis
Dalam sintaksis, pendapat disampaikan dilihat melalui bagaimana kalimat
(bentuk,susunan) yang dipilih.
5.2.4.1 Bentuk Kalimat
Analisis teks pertama :
� Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya.
Pada kalimat ini menunjukkan sebab akibat. Citra diri dan gengsi
merupakan akibat yang ditimbulkan dari gaya hidup menghisap cerutu bagi para
penikmatnya.
� Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya.
Pada kalimat ini juga menunjukkan sebab akibat. Dahulu cerutu merupakan
gaya hidup yang identik dengan kaum pria. Karena merasa dimonopoli oleh kaum
119
pria akhirnya kaum wanita pun tidak segan lagi untuk menghisap cerutu sehingga
menjdi akibat dari adanya monopoli tersebut.
� Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal kelihatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi.
Pada kalimat ini menunjukkan sebab akibat. Pria terlihat lebih gagah dan
berwibawa menjadi akibat dari gaya hidup menghisap cerutu. Begitupun pada
wanita. Seorang wanita yang menghisap cerutu akan tampak seksi dan elegan
menjadi akbat dari gaya hidup menghisap cerutu.
� Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukkin identitas sosial pemakainya.
Pada kalimat ini juga menunjukkan sebab akibat. Identitas sosial para
penikmat seperangkat budaya kelas atas, seperti cerutu, wine, cognac, liquor,
champagne, dan sejenisnya akan terlihat di masyarakat dan menjadi salah satu
sebab akan munculnya kelas-kelas sosial di masyarakat.
Analisis Teks Kedua :
� Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia.
Pada kalimat ini juga menunjukkan sebab akibat.gaya hidup minum anggur
sudah tidak asing lagi menimbulkan akibat mulai digemari oleh kaum modern di
Indonesia.
� Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
120
Dengan semakin bertambahnya penikmat wine menjadi akibat semakin
menjamurnya kafe-kafe untuk menikamtgi minuman ini. Apalagi di kota-kota
besar seperti Bandung salah satunya.
� Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
Pada kalimat ini juga terdapat hubungan sebab akibat. Penulis naskah
siaran memberikan informasi yang bersifat positif. Walaupun wine merupakan
minuman beralkohol tapi mempunyai dampak positif bagi kesehatan manusia, itu
menjadi akibat yang disebakan oleh gaya hidup menikamati wine. Tidak hanya
kesenangan saja yang didapat tapi kesehatan tubuh juga diperoleh asal
meminumnya sesuai aturan.
Walaupun minuman beralkohol termasuk kedalam minuman keras dan
dapat memabukkan seperti yang diriwiyatkan dalam Ibnu Umar, bahwasannya
Nabi SAW telah bersabda : “Tiap-tiap yang memabukkan itu arak, dan tiap-tiap
yang memabukkan itu haram”. Ada juga hadist lain dari Anas. Ia berkata :
“Sesungguhnya Allah telah turunkan (ayat) pengaharam arak, sedang di Madinah
tidak ada minuman (keras) yang diminum melainkan dari kurma”. Hanya saja
mungkin orang-orang masa sekarang sudah tidak terlalu perduli lagi, walaupun
mereka tau agama, tapi karena rasa kecintaannya yang berlebihan terhadap dunia,
halal dan haram bukan masalah lagi. Hal ini pernah diriwayatkan oleh HR Bukhari
dan Nasa’i dari Abu Hurairah dimana : “Akan datang suatu masa kepada manusia,
121
dimana pada masa itu seseorang tidak lagi memperdulikan apa yang diambilnya,
apakah dari harta halal atau haram”.
Tapi dalam naskah ini penulis naskah menerangkan bahwa wine adalah
minuman beralkohol sebagi pelengkap rasa dalam suatu hidangan. Tapi juga
mempunyai manfaat positif untuk kesehatan yaitu dapat melancarkan perdaran
darah dan menurunkan penyakit darah tinggi.
5.2.4.2 Koherensi
Analisis Teks Pertama :
� Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya.
Kalimat ini menunjukkan koherensi pembeda sebab-akibat, karena dua
fakta secara terpisah dihubungkan, citra dan gengsi bagi penikmat cerutu
menerangkan produk gaya hidup menghisap cerutu.
� Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal kelihatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi.
Kalimat ini menuinjukkan koherensi pembeda sebab-akibat, karena dua
fakta secara terpisah dihubungkan.
� Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukkin identitas sosial pemakainya.
Kalimat ini menunjukkan koherensi kondisional sebab-akibat, karena dua
fakta secara terpisah dihubungkan.
� Seperti wine, para penggemar cerutu biasanya memuaskan hobinya dengan berkumpul di klub khusus atau di restoran mewah dan disertai makan malam yang disebut cigar dinner. Tapi tidak sedikit juga lho
122
orang-orang yang menikmati cerutu hanya untuk pergaulan dan status sosial saja.
Kalimat ini menunjukkan koherensi kondisional sebab-akibat, keran dua
fakta secara terpisah dihubungkan dan kalimat pertama menerangkan kalimat
kedua dan semakin memperjelas pernyataan dari kalimat kedua.
Analisis Teks Kedua :
� Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Kalimat ini menunjukkan koherensi sebab-akibat. Karena dua fakta secra
terpisah dihubungkan, dan kalimat pertama menjelaskan kalimat kedua.
� Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Kalimat ini menunjukkan koherensi kondisional sebab-akibat. Karena dua
fakta yang terpisah dihubungkan dan kalimat kedua dan ketiga menerangkan
kalimat pertama.
� Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga.
Kalimat ini menunjukkan koherensi konsional sebab-akibat, karena dua
fakta secara terpisah dihubungkan, dan kalimat kedua menerangkan kalimat
pertama.
123
5.2.5 Analisis Stilistik
Stilistik merupakan pilihan kata apa yang dipakai, atau dengan kata lain
cara yang digunakan wartawan untuk menyatakan maksudnya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana.
Stilistik dapat dilihat dari elemen leksikon, yaitu pilihan kata. Di sini
pilihan kata –kata yang dipergunakan untuk menunjukkan sikap dan ideologi
tertentu.
Analisis Teks Pertama :
Kata-kata yang terdapat dalam naskah siaran radio yang penulis teliti
adalah party people, monopoli, artefak, emas coklat, primadona, dan dideteksi.
Pada paragraph pertama, ketiga, keempat, kelima, dan keenam terdapat
elemen leksikon, bisa terlihat pada penjabaran di bawah ini :
� Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya.
� Tapi buat Party People di Bandung ga usah kecewa…soalnya untuk di Bandung Party People bisa menemukannya di The Peak.
� Yang jelas Party People, cerutu memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena
� Memang mahal Party People, karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual dengan dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik.
� Buat Party People yang belum tahu, dibanding merokok, ternyata cerutu lebih sehat.
� Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal. Jika Party People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal dan anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan perokok cobalah yang ringan dulu.
� Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. � Gimana Party People...Udah ready to party dengan cerutu???
Jadi, ‘party people’ yang dimaksud penulis naskah siaran adalah panggilan
yang ditujukan pada para pendengar SE Radio. Sesuai dengan konteks yang
dimiliki oleh SE Radio yaitu Party Station. Party disini memiliki berbagai arti.
124
Kata party disini lebih bermakna luas, bukan dalam arti yang sesungguhnya yaitu
pesta atau hura-hura.
Kata party dipakai oleh SE Radio. Karena disesuaikan dengan target
pendengarnya. Yaitu kalangan yang berjiwa muda, energik, mempunyai semangat
tinggi untuk melakukan hal-hal yang inovatif. Itulah maksud kata party disini.
Disesuaikan juga dengan pilihan musik yang ada di SE Radio. Selain musik TOP
40 yang paling ditonjolkan di SE Radio adalah musik party. Musik party porsinya
lebih besar dibandingkan musik yang lain.
Pada paragraf pertama juga terdapat elemen leksikon, bisa terlihat dari
kalimat dibawah ini :
� Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya.
Kata ‘monopoli’ disini biasanya dipakai pada istilah-istilah ekonomi atau
politik. Tetapi, karena adanya perluasan makna, maka kata monopoli bisa dipakai
oleh berbagai bidang kajian. Monopoli yang dimaksud oleh penulis naskah disini
adalah bahwa cerutu pada jaman dulu hanya dinikmati oleh kaum pria, sedangkan
wanita yang menghisap cerutu dipandang negatif oleh masyarakat.
Disini terdapat makna yang tersirat dari kata monopoli. Yaitu adanya
perbandingan gender antara pria dan wanita. Tetapi seiring dengan berjalannya
waktu dan perjalanan sejarah juga, wanita melakukan dobrakan. Dan salah satunya
yaitu menghisap cerutu. Bahkan sekarang, wanita yang menghisap cerutu
dipandang seksi dan elegan.
Paragraph pertama dan keempat terdapat elemen leksikon, untuk
memperjelas pernyataan penulis naskah siaran, maka penulis akan menjabarkan
kembali, sebagai berikut :
125
� Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal kelihatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lenbih seksi.
� Beberapa selebritis Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas coklat itu.
Penulis naskah siaran menggunakan kata emas coklat. Menurut penulis, ini
diidentikkan dengan harga dari sebatang cerutu. Emas coklat menandakan batang
cerutu, dan coklat menandakan warna dari cerutu itu sendiri. Karena harganya
mahal, kualitas bahan-bahannya pun bermutu tinggi dan memiliki cita rasa yang
tinggi. Maka penulis naskah siaran disini menggunakan kata-kata emas coklat
sebagi pengganti cerutu.
Masih di paragraf pertama, terkandung lagi makna leksikon didalamnya,
penulis akan menjabarkannya terlebih dahulu, sebagai berikut :
� Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukkin identitas sosial pemakainya.
Kata ‘artefak’ dipakai oleh penulis naskah siaran. Disini bermakna bahwa
cerutu merupakan sebuah benda. Kata artefak biasanya dipakai untuk barang-
barang atau penemuan-penemuan barang-barang jaman dulu.
Di paragraf ketiga terdapat pula elemen leksikon yaitu primadona, untuk
memperjelas penulis akan menjabarkan kembali, sebagi berikut :
� Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian, Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff.
Kata ‘primadona’ dipakai oleh penulis naskah siaran. Primadona biasanya
identik dengan idola, favorit, panutan. Kata primadona disini diartukan penulis
sebagai cerutu yang laris dan digemari oleh para penikmat cerutu.
126
Di paragraf keenam terdapat elemen leksikon yaitu dideteksi. Penulis akan
menjabarkan kembali paragaraf keenam sebagi berikut :
� Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah itu barulah ujung cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk menyalakannya, memakai kayu cedar, akan menambah nikmat aroma cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih mendalam lagi, beberapa orang suka memasangkannya dengan minuman, misalnya wine, cognac, wisky atau cappucino.
Untuk memeriksa kualitas dari cerutu yang baik biasanya penikmat bisa
mengetahuinya dari suara. Kata deteksi biasa diapakai di istilah kedokteran,
misalnya mendeteksi penyakit. Disini terdapat perluasan makna, sehingga kata
deteksi dapat dipakai dalam naskah siaran ini.
Analisis Teks kedua :
Kata-kata yang diteliti oleh penulis pada naskah siaran kedua adalah party
people, kaum modern, menjamur.
Kata party people kembali dipakai oleh penulis naskah siaran. Elemen
leksikon terdapat dalam paragraf kesatu, kedua, keempat, kelima, keenam. Penulis
akan menjabarkan kembali, sebagi berikut :
� Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People.
� Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata PartyPeople…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%.
� Nama tipe ini biasanya tercantum pada label botol, hingga Party Peopleyang mau meminum wine mudah mencarinya!
� Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba?
� Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja.
� Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jeniswine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
� Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi.
127
� Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
Party people tentu saja dipakai oleh penulis naskah siaran di SE Radio.
Karena itulah yang dipakai Party DJ untuk memanggil para pendengarnya.
Disesuikan dengan target pendengar dan segala segmen yang ada di SE Radio.
Elemen leksikon juga terdapat pada paragraph pertama, penulis akan
menjabarkannya sebagi berikut :
� Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia.
Kata ‘kaum modern’ yang dipakai oleh penulis naskah siaran disini
mempunyai arti kaum highclass yang sebagian besar tinggal di kota-kota besar,
yang mempunyai gaya hidup modern atau lebih tepatnya lagi highclass.
Elemen leksikon yang berikut masih terdapat dalam paragraph pertama.
Penulis kembali akan menjabarkannya terlebih dahulu sebagai berikut :
� Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Kata menjamur diartikan penulis sebagai semakin bermunculannya kafe-
kafe, tempat untk menikmati segelas wine. Biasanya menjamur dipakai pada
istilah kesehatan untuk penyakit atau istilah kehutanan.
5.2.6 Analisis Retoris
Retoris adalah mengenai bagaimana dan cara apa penekanan dilakukan
dengan gaya yang diungkapkan ketika seorang wartawan menulis. Sedangkan
128
elemen-elemen retoris dapat dilihat melalui grafis yakni apa yang ditonjolkan atau
apa yang dianggap penting oleh wartawan dapat diamati dari konteks melalui
contohnya pemakaian huruf tebal, garis bawah, huruf miring, huruf besar,
pemakaian gambar dan table. Yang menunjukkan pada pembaca tentang
pentingnya bagian tersebut.
Analisis Teks Pertama :
� Pada paragraf pertama terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac, liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial pemakainya. � Pada paragraf kedua terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Sejarah awalnya cerutu berasal dari penemuan Columbus terhadap suku Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482 di Kepulauan Karibia. Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang menjadi kegiatan membuat “rokok” dari daun tembakau yang digulung. Dari situlah cerutu berkembang sampai saat ini ke seluruh dunia bahkan sampai ke Indonesia. Dan akhirnya tahun 2001 dibukalah cigaroutlet pertama, yaitu Club Macanudo di Hotel Shangri-La Jakarta. Tapi buat Party Poeple di Bandung ga usah kecewa…soalnya untuk di BandungParty Poeple bisa menemukannya di The Peak. � Pada paragraf ketiga terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Saat ini penjualan cerutu alias cigar, baru mencapai 7.000 batang per bulan dan nilainya sekitar Rp 500 juta. Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian, Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff. Yang jelas Party People, cerutu memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena harganya yang relatif mahal, Rp 15-500 ribu per batang. Malah, untuk kelas kolektor (limited edition) ada juga yang harganya US$ 1.000/batang. Memang mahal Party Poeple, karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual
129
dengan dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik. Kalau ada permintaan khusus, harganya jadi tambah mahal. Orang nomor satu Kuba, Fidel Castro, misalnya, konon hanya mau mengisap cerutu yang pembuatannya dilinting di atas paha wanita. � Pada paragraf keempat terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis, sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F. Kennedy, gembong mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S., MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu. Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya?? � Pada paragraf kelima terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Buat Party Poeple yang belum tahu, dibanding merokok, ternyata cerutu lebih sehat. Soalnya kalau asap rokok biasanya masuk ke paru-paru, asap cerutu cukup dikulum di mulut saja. Selain itu untuk menikmati cerutu perlu waktu khusus, karena untuk menghabiskan satu batang membutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Seperti wine, para penggemar cerutu biasanya memuaskan hobinya dengan berkumpul di klub khusus atau di restoran mewah dan disertai makan malam yang disebut cigar dinner. Tapi tidak sedikit juga lho orang-orang yang menikmati cerutu hanya untuk pergaulan dan status sosial saja.
� Pada paragraf keenam terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal.
Jika Party People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal
dan anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan
perokok cobalah yang ringan dulu. Selain itu untuk memilih cerutu yang
bagus, seorang ahli biasanya meremas-remas lembut dekat telinganya.
Soalnya Party People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah
itu barulah ujung cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk
menyalakannya, memakai kayu cedar, akan menambah nikmat aroma
130
cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih mendalam lagi,
beberapa orang suka memasangkannya dengan minuman, misalnya wine,
cognac, wisky atau cappucino. Gimana Party People...Udah ready to party
dengan cerutu?? Tapi saya kok jadi keingetan sama cerita Columbus waktu
nemuin Indian merokok di Kepulauan Karibia ya…Gimana jadinya kalau
Columbus mendarat di Indonesia dan ketemu sekelompok nenek-nenek
sedang nyirih. Wah jangan-jangan…sekarang ini lounge-lounge bakal
penuh ama Party People yang sedang nyirih? Hahahaha…..
Analisis Teks Kedua :
� Pada paragraf pertama terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di kota besar, seperti Bandung salah satunya. � Pada paragraf kedua terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut : Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata PartyPeople…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%., Wah…lumayang juga nih buat kepala jadi pusing??!Secara umum, minuman ini terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah tablewine, yang terdiri dari red wine, white wine, rose wine dan sparkling wine.Sedangkan kelopok keduanya disebut fotified wine, yakni port dan sherrydan kadar alkohol yang dimiliki wine di kelompok kedua ini lebih tinggi dibandingin sama yang di kelompok pertama.
� Pada paragraf ketiga terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Perbedaan warna dan kadar gas (CO2) yang terkandung di setiap jenis wine sangat dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasinya. Misalnya, red wine terbuat terbuat dari sari buah anggur merah yang dicampur dengan bagian kulit dan bijinya. Sedangkan, white wine terbuat
131
dari sari buah anggur hijau murni tanpa mencampur bagian kulit serta biji. Saat proses fermentasi sparkling wine atau champagne, kandungan gas CO2 dalam sari buah anggur merah atau putih tidak dikeluarkan. Pada fortified wine, sari buah anggur merah atau putih dicampur dengan spirit (sejenis minuman alkohol).
� Pada paragraf keempat terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Red wine dan white wine memiliki berbagai karakter rasa dan aroma.
Keluarga red wine terdiri dari tipe Cabernet Sauvignon, Shiraz/Syirah, Merlot, dan Pinot Noir. Di dalam keluarga white wine ada tipeChardonnay, Riesling, Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon.Nama tipe ini biasanya tercantum pada label botol, hingga Party People yang mau meminum wine mudah mencarinya!
� Pada paragraf kelima terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
� Pada paragraf keenam terdapat kata dalam kalimat sebagai berikut :
Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
132
Dalam kedua naskah di atas, penulis naskah menulis kata-kata yang diberi
garis bawah dengan cetakan yang miring. Hal ini dimaksudkan untuk menandakan
bahwa kata-kata tersebut menggunakan ejaan dalam Bahasa Inggris dan dalam
Ejaan Yang Disempurnakan menyatakan bahwa kata-kata yang diserap dari bahasa
asing harus ditulis dengan cetakan miring.
Pada teks pertama paragraf kedua terdapat kata dalam kalimat sebagai
berikut :
� Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang menjadi kegiatan membuat ‘rokok’ dari daun tembakau yang digulung.
Dari kedua naskah, hanya terdapat satu kata yang diberi tanda petik oleh
penulis naskah, yaitu kata ‘rokok’ pada naskah pertama. Kata rokok yang
dimaksud penulis naskah disini bukan rokok biasa seperti yang dihisap oleh orang-
orang kebanyakan, tetapi merupakan gulungan daun tembakau yang dihisap Indian
pada jaman dulu sebagai cikal bakal dari cerutu.
133
BAB VI
PENUTUP
6.1 Rangkuman
Pola hidup konsumtif sepertinya semakin menjamur di masyarakat
Indonesia. Mereka sudah tidak sungkan lagi untuk menunjukkan harta benda yang
mereka miliki. Bahkan sepertinya mereka berlomba-lomba untuk menujukkan apa
yang mereka punya, hanya demi membuktikan kelas sosialnya kepada masyarakat
Pola hidup konsumtif itu ditunjang lagi dengan semakin banyak
dibangunnya pusat-pusat perbelanjaan, misalnya mall-mall. Bahkan Kota Bandung
sekarang lebih terkenal dengan Kota Wisata Belanja dibandingkan dengan
Bandung Kota Kembang. Seperti julukan Paris van Java sudah diramalkan sejak
jaman dahulu dan memang benar adanya.
Sekitar dua tahun ke belakang ini saja sudah berdiri beberapa mall besar
yang dapat dijadikan tempat pilihan belanja. Belum lagi factory-factory outlet yang
setiap weekend dipadati pengunjung dari luar kota terutama dari Jakarta.
Kegandrungan pada merek-merek asing juga menjadikan peluang bagi
pengusaha fashion, butik,kafe,dan travel. Banyak yang menyediakan paket hemat
pulang-pergi misalnya Jakarta-Singapura-Jakarta atau Jakarta-Hongkong-Jakarta.
Aneka produk fesyen dan gaya hidup misalnya handphone,PDA, notebook dan
sebagainya menjadi fenomena gaya hidup di tengah-tengah masyarakat.
Belum lagi dari produk kecantikan, ditandai dengan semakin menjamurnya
tempat-tempat yang memberikan kenikmatan dan kesehatan ragawi yaitu health
134
spa. Setiap spa dan salon berlomba-lomba memberikan diskon untuk menarik
minat para pelanggannya terutama kaum wanita.
Perilaku masyarakat yang seperti itu banyak disebabkan penyebaran
informasi oleh media massa. Baik itu media massa cetak maupun elektronik.
Sebuah media sangat besar pengaruhnya untuk mengubah pola pikir seseorang.
Oleh karena itu, gaya idup masyarakat juga bisa berubah karena adanya media.
Masyarakat sekarang cenderung hidup konsumtif. Kenapa tidak? Iklan-
iklan yang ditayangkan di televisi setiap jeda waktu suatu acara sangat
menghipnotis pemirsanya untuk membeli produk yang diiklan. Padahal belum
tentu produk itu sesuai dengan yang diinformasikan oleh media. Belum lagi media
cetak, sekarang semakin menjamur majalah-majalah yang menawarkan tentang
lifestyle atau gaya hidup. Majalah-majalah tersebut memberikan info-info seputar
gaya hidup dari masalah keluarga, karir, kesehatan, olahraga, agama, gadget, dan
yang paling menarik pastilah fesyen.
Majalah-majalah tersebut memberikan berbagai pilihan gaya hidup, tapi
kalau kita telaah lebih dalam lagi majalah-majalah tersebut menawarkan gaya
hidup yang sama yaitu gaya hidup highclass. Dilihat dari tampilan covernya saja
kebanyakan menampilkan selebritis-slebritis dunia maupun lokal. Karena tidak
bisa dipungkiri kiblat gaya hidup manusia Indonesia sekarang lebih berkiblat ke
gaya hidup Barat.
Media lain yang sangat berpengaruh untuk gaya hidup adalah radio.
Dimana dan kapan saja orang pasti senang mendengarkan radio. Di tengah
macetnya jalur lalu-lintas kebayakan orang senang mendengarkan radio, agar
pikiran mereka tidak pusing melihat kemacetan di jalan.
135
Radio merupakan salah satu media yang dapat memberikan pengaruh yang
cepat untuk perkembangan gaya hidup. Radio memberikan feedback yang sangat
cepat. Salah satu radio yang memberikan pilihan gaya hidup itu adalah SE Radiuo.
SE Radio lahir di daerah utara kota Bandung. Mereka memberikan suatu pilihan
gaya hidup kepada pendengarnya yang disebut Party People yaitu gaya hidup
highclass.
SE Radio adalah salah satu radio swasta di Bandung yang menjadikan
kalangan highclass sebagai segmen pendengarnya, hanya saja SE memberikan
istilah khusus untuk kalangan highclass ini dengan sebutan A Plus dan berkisar
umur 20-35 tahun.
Highclass atau kelas atas adalah golongan masyarakat yang paling atas
berdasarkan kekayaan atau tingkat kehidupan sosial (Yandianto, 2001:247).
Adapun kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan masyarakat
kedalam suatu kelas adalah berdasarkan ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan (Soekanto,1990:263).
Gaya hidup highclass ini tidak jauh dari gaya hidup yang mencerminkan
konsumerisme, hura-hura, dan segala sesuatu yang identik dengan materi dan
kedudukan sosial yang tinggi. Munculnya gaya hidup highclass ini awalnya karena
hanya kalangan yang menganggap dirinya kelas atas lah yang menganut budaya
atau gaya hidup ini. Gaya Hidup highclass merupakan sebuah trend gaya hidup
yang merefleksikan perilaku sekelompok orang yang disebut dengan kalangan
highclass yang memposisikan dirinya sebagai golongan kelas atas pada suatu
masyarakat.
136
Pada saat ini gaya hidup highclass sering diidentikkan dengan gaya hidup
hura-hura. Biasanya kecenderungan kepada kehidupan hura-hura ini berpangkal
pada kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme adalah
kecenderungan seseorang kepada kehidupan mewah. Jika ditinjau dari segi
perspektif islami, sebetulnya Allah SWT telah mengaruniakan kepada manusia
kecenderungan kepada keindahan dan kecenderungan untuk memiliki kecantikan.
Dengan begitu manusia akan berbuat untuk memiliki kehidupan materi dan spritual
yang lebih baik.
Imam Ridha As berkata : “Allah SWT indah dan mencintai keindahan. Dia
senang menyaksikan kenikmatan yang Dia karuniakan pada diri hamba-Nya. Allah
tidak menyukai keburukan”.
Penyebab lain penyakit yang menyebabkan muncul budaya hura-hura dan
bermewah-mewah ialah, kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang.
Dari pandangan psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha
menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan spritual. Pada
sebagian kasus, kita menyaksikan orang-rang kaya yang tidak tahu bagaimana
membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan barang-
barang mewah dan pakaian-pakaian mahal.
Faktor penting lainnya adalah pandangan materialistis dan cinta dunia. Hal
inilah pernah disinggung oleh Rasulllah SAW dalam sebuah hadisnya. Beliau
bersabda. Menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan dan
kesalahan.
137
Orang yang tidak beriman kepada alam akhirat dan tidak memperdulikan
nilai-nilai moral seperti kesederhanaan, kedermawanan dan persahabatan, tidak
akan memikirkan nasib orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup.
Ada pula faktor luar yang menjadi penyebab kecenderungan kepada
kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat. Dalam hal ini, kemewahan
para pejabat dan tokoh masyarakat akan memberikan pengaruh yang sangat besar
pada gaya kehidupan.
Salah satu gaya hidup highclass yang pernah dibahas dalam naskah siaran
SE Radio adalah minuman anggur dan cerutu. Menikmati cerutu termasuk kedalam
gaya hidup highclass. Cerutu terbuat dari gulungan tembakau pilihan yang
memiliki cita rasa tinggi dan tentu saja memiliki harga yang tinggi. Hanya orang-
orang kalangan atas yang bisa menikmati tembakau kelas atas ini. Sedangkan
minuman anggur adalah minuman beralkohol yang terbuat dari hasil fermentasi
sari buah anggur dan lebih akrab dikenal oleh masayarakat umum dengan sebutan
‘wine’.
Wine yang termasuk minuman beralkohol, banyak digemari oleh orang-
orang kalangan atas. Karena harganya yang mahal biasanya para penikmat wine,
menikmati minuman ini di kafe atau lounge. Dari harga dan tempat untuk sudah
terlihat jelas, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmati gaya hidup ini
yaitu golongan high class.
Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut diatas yang termasuk kedalam
gaya hidup highclass ini maka media massa pun tidak tinggal diam untuk ikut
ambil bagian dalam fenomena gaya hidup highclass tersebut. Adapun tujuan dari
pemuatan pemberitaan ini beragam tergantung dari pemilik media itu sendiri tapi
138
tujuan yang paling mendasar adalah untuk memberikan informasi pada
masyarakat luas.
Dalam penelitian ini yang disorot adalah pemberitaan dalam media
elektronik yaitu naskah siaran radio. Dimana radio boleh dikatakan sebagai salah
satu jenis madia massa yang amat digemari oleh masyarakat. Radio sendiri
memiliki keterbatasan dimana radio hanya bisa didengar saja tapi tidak bisa dilihat.
Dan memiliki fungsi secara umum agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi.
Berita bisa dibilang merupakan sajian kedua dalam siaran radio. Apalagi
dalam radio hiburan atau entertaint, berita menjadi sajian pelengkap. Tapi berita
bisa merupakan unsur penting juga dalam sebuah siaran radio karena tidak hanya
musik yang disajikan dalam siaran radio.
Penulis merasa dengan adanya fenomena gaya hidup highclass, media
banyak mengangkat masalah gaya hidup high class dan dengan kehadiran media
yang banyak memuat berita gaya hidup high class semakin bertebaran. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana gaya hidup highclass. Sedangkan
berita yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah naskah siaran di SE Radio
dalam acara Party to Go.
Ketika membahas tentang naskah, tentulah membahas tentang bahasa
dalam naskah siaran. Bahasa adalah alat berpikir dan bernalar, tidak berbahasa
merupakan pengantar untuk mengungkapkan apa yang kita pikirkan dan rasakan,
pernyataan ini mengisyaratkan fungsi bahasa yang penting, yakni tidak saja
sebagai alat komunikasi, melainkan juga alat untuk berpikir sekaligus
menghasilkan buah pikiran.
139
Secara tidak langsung bahasa yang terdapat dalam naskah siaran radio
merupakan alat berpikir dan bernalar serta pengantar untuk mengungkapkan apa
yang penulis rasakan. Dari kata yang digunakan oleh penulis naskah siaran kita
dapat mengungkap makna apa yang tersembunyi dalam berita tersebut. Dimata
para fenomelog, bahasa bukan hanya diterima secara apa adanya, tetapi ditanggapi
sebagai perantara bagi pengungkapan-pengungkapan maksud-maksud tertentu.
Bagi mereka, wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari
sang subjek yang mengungkapkan suatu pernyataan. Jadi, masuk akal apabila
mereka mengatakan bahwa untuk “memahami si pencipta lebih baik daripada ia
memahami diri sendiri adalah dengan cara menampilkan kekuatan-kekuatan
pengungkapan yang tersirat dalam wacana melampaui cakrawala keberadaannya”
(Hikam, dalam Latif dan Ibrahim, Ed., 1996 : 81).
Hal inilah yang diketahui penulis melalui penelitian kualitatif yang pada
hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya
(Nasution, 1996 : 5). Penelitian ini termasuk dalam kategori analisis wacana,
model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model van Dijk sebagai alat
bedah dalam penelitian ini.
Menggunakan model van Dijk sangat cocok dengan apa yang diungkapkan
oleh penulis. Dimana dalam model ini makna diungkapkan melalui struktur makro
yaitu berupa tema global dari naskah siaran radio, dapat kita lihat dari unsur
tematik. Sedangkan unsur kedua yaitu disebut superstruktur yaitu dari skematik
adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan
140
tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai
strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Dan struktur mikro yaitu dari
semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris yang lebih menekankan pada pemaknaan
kata. Hanya dalam penelitian dibagi kedalam enam bentuk yaitu tematik, skematik,
semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis pada naskah siaran berita radio
yang dijadikan sampel penelitian diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan.
1. Gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go SE Radio
88,1 ditinjau dari tematik adalah :
Pada analisis naskah siaran pertama diungkapkan oleh penulis naskah siaran
bahwa ada suatu gaya hidup di masyarakat. Gaya hidup tersebut muncul
sejak jaman dahulu dan termasuk kedalam gaya hidup highclass. Gaya
hidup itu adalah menghisap cerutu dan termasuk kedalam gaya hidup
highclass. Cerutu termasuk kedalam gaya hidup highclass bisa dilihat dari
pilihan tembakau yang dipilih. Cara menikmati tembakau ini juga tidak
semua orang dapat merasakan karena harus meiliki keahlian tersendiri untuk
menikmatinya. Dengan hadirnya gaya hidup ini juga lahirlah tempat-tempat
untuk menikmati cerutu bahkan ada juga perkumpulan orang-orang yang
menikmatgi cerutu. Dan semua itu tidak bisa dinikmati oleh ‘orang biasa’,
dalam artian orang yang tidak mempunyai uang banyak tidak akan bisa
menikmati cita rasa yang tinggi dari cerutu ini.
141
Analisis dari naskah siaran kedua juga hampir sama dengan naskah siaran
pertama. Disana dapat diambil kesimpulan bahwa gaya hidup highclass
yang ditawarkan kepada masyarakat adalah menikmati minuman anggur
atau yang lebih akrab disebut wine. Wine adalah minuman yang dibuat dari
fermentasi buah anggur yang memiliki cita rasa yang tinggi. Tentu saja
harganya mahal karena terbuat dari anggur pilihan. Apabila kita ingin
menikmati segelas wine kita harus mengeluarkan dana yang cukup tinggi
dan hanya sebagian orang bisa melakukannya. Tentu saja orang dari
kalangan atas yaitu golongan highclass.
Dari kedua naskah itu dapat disimpulakan bahwa kedua gaya hidup tersebut
termasuk kedalam gaya hidup highclass.
2. Gaya hidup highclass pada nasakah program acara Party To Go SE Radio
88,1 ditinjau dari skematik adalah :
Pada analisis skematik, penulis naskah siaran menuturkan pemikirannya ke
dalam alur pendahuluan dan isi. Pada kedua naskah siaran ini terdapat
penutup yang menjadi akhir dari suatu cerita seperti biasanya. Sebetulnya
pada kedua naskah siaran pendahuluan dan isi cerita sudah dapat diambil
dari paragraf pertama. Paragraf yang lain hanya sebagi pelengkap saja.
Dengan menerangkan sejarah dari pembuatan cerutu dan wine. Tapi
paragraf lain juga sangat mendukung untuk melengkapi isi dari berita yang
ingin disampaikan kepada pendengar SE Radio. Intinya penulis naskah
siaran ingin menawarkan suatu pilihan gaya hidup highclass yang semakin
banyak digemari oleh masyarakat yaitu mengisap cerutu dan menikmati
wine.
142
3. Gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go SE Radio
88,1 ditinjau dari semantik adalah :
Menekankan pada penyebab lahirnya kedua gaya hidup highclass ini.
Cerutu awalnya lahir di Eropa, berawal dari Columbus yang melihat
kebiasaan orang Indian yang menghisap gulungan tembakau. Itu merupakn
cikal bakal dari cerutu. Dengan bahan-bahan pilihan dan cara tertentu untuk
menikmati tembakau ditunjang dengan harga yang tinggi maka cerutu
termasuk kedalam gaya hidup highclass. Begitu juga dengan wine.
Minuman ini terbuat dari fermentasi buah anggur pilihan. Harganya juga
tinggi karena memiliki kualitas cita rasa yang tinggi. Kedua gaya hidup ini
dapat memberikan ciri kepada masyarakat di kelas sosial mana mereka
berada. Disni juga terdapat sedikit perbandingan gender. Pada naskah siaran
yang mengangkat tentang cerutu. Dijelaskan bahwa carutu dahulu
dimonopoli oleh kaum pria., sekarang , wanita pun tidak segan lagi untuk
menghisap cerutu. Bahkan , wanita yang menghisap cerutu diidentikan
dengan wanita yang berkelas dan memiliki karisma tertentu bagi
penghisapnya. Kaum pria akan terlihat lebih gagah dan berwibawa apabila
sedang mengisap cerutu.
4. Gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go Se Radio
ditinjau dari sintaksis adalah :
Lebih mengarah pada sebab akibat. Penulis naskah memberikan bahwa gaya
hidup highclass timbul karena masyarakat ingin menunjukkan identitas diri
pada masyarakat. Identitas diri bahwa dia adalah orang yang berasal dari
kalangan atas.
143
5. Gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go SE Radio
ditinjau dari stilistik adalah :
Naskah ini tidak banyak menggunakan kata-kata yang memiliki perluasan,
penyempitan atau persamaan kata. Hanya ada beberapa kata saja. Misalnya
emas coklat dan artefak. Selebihnya penulis naskah banyak menggunakan
istilah-isrttilah asing yang berhubungan dengan naskah siaran yang terkait.
Untuk naskah siaran ini penulis juga banyak menggunakan istilah asing dan
kata serapan. Bahasa yang digunakan penulis naskah siaran adalah adalah
bahasa non formal. Mengingat radio harus menggunakan yang bahsa yang
enak didengar dan mudah dicerna oleh pendengarnya.
6. Gaya hidup highclass pada naskah program acara Party To Go SE Radio
ditinjau dari retoris :
Tidak banyak unsur retoris dalam naskah siaran ini. Penulis banyak
menggunakan bahasa asing yang sesuai dengan berita yang ingin
disampaikan. Kata-kata tsb banyak diserap dari bahasa Inggris. Dikarenakan
sumber-sumber tulisan yang didapat penulis naskah siaran banyak berasal
dari luar.
6.3 Saran
Berdasarkan penelirtian yang dilakukan penulis maka penulis mencoba
untuk memberikan saran kepada beberapa pihak yang terkait dalam
penelitian ini yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan :
1. Penulis naskah hanya menawarkan kepada pendengarnya bahwa ada
suatu bgaya hidup di masyarakat yaitu gaya hidup high class. Penulis
144
tidak memberikan pilihan-pilihan positif yang didapat dalam naskah
siaran ini. Masyarakat kita tidak semuanya dapat mencerna apa yang
dikatakan oleh seseoran. Bisa saja dengan berita yang disampikan oleh
SE Radio dapat memberikan dampak negatif bagi pendengarnya yaitu
semakin banyaknya oorang yang mengkonsumsi cerutu atau semakin
banyak orang yang mabuk karena minuman beralkohol seperti wine.
Padahal kedua barang itu memiliki nilai positif jika kita dapat
menggunakan sesuai dengan aturan.
2. Dalam penelitian ini menggunakan model van Dijk. Dan diharapkan
bagi penelitian selanjutnya yang menggunakan model van Dijk, agar
dalam penelitiannya lebih diperdalam, dengan meneliti kognisi sosial
dan konteks yang mempengaruhi bagaimana suatu naskah diproduksi.
145
DAFTAR PUSTAKA
Burhanbungin. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta. Rja Grafindo Persada.
Channey, David. 1996. Lifestyle : Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta.
Jalasutra.
Djuharie, O Setiawan & Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung.
Yrama Widya.
Effendy, Onong Uchyana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
---------------------------------.1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung. Mandar
Maju.
---------------------------------. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. Citra
Aditya Bakti.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LkiS.
McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, edisi kedua.
Jakarta. Erlangga.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1996. MetodePenelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Palapah, MO, dan Syamsuddin. 1983. Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Komunikasi UNPAD. Bandung.
Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism, Panduan menjadi Penyiar,
Reporter dan Scriptwriter. Bandung. Nuansa.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Wacana. Bandung. Angkasa.
Sumber lain :
Baskara, R. 2002. Pokok-Pokok Petunjuk Menyusun Naskah untuk Siaran Radio, Materi
Kusumaningrum, Ade. 2003. “Radio, Media Alternatif Suara Perempuan?”, dalam Jurnal Perempuan No.28 Maret. Hlm 24-39.
NASKAH WAWANCARA
Ditujukan kepada : Penulis naskah (scriptwriter) Program Acara Party To
Go SE Radio 88,1 FM – Kania Rahayu
Tanggal wawancara : 26 September 2005
Tempat wawancara : SE Radio 88,1 FM, Premiere Plaza Lt.5, Jl. Cihampelas
Bandung
1. Apakah yang menjadi konsep dan latar belakang dari program acara Party To
Go?
2. Apakah yang menjadi tujuan dari program acara Party To Go?
3. Apakah yang sering diangkat menjadi topik harian setiap program acara Party
To Go?
4. Bagaimana cara pemilihan judul dan gaya bahasa dalam naskah program acara
Party To Go?
5. Mengapa waktu yang dipilih untuk penyiaran program acara Party To Go
adalah jam 18.00-21.00?
6. Apakah ada cara dalam menentukan penyiar yang tepat untuk menyiarkan
program acara Party To Go?
7. Apakah keseluruhan naskah siaran dibacakan seperti yang tertulis atau ada
improvisasi dari penyiar?
8. Darimana sajakah bahan yang anda jadikan sumber dalam membuat naskah
program acara Party To Go?
9. Apakah terjadi proses pengeditan dalam penulisan naskah program acara Party
To Go?
10. Apakah seorang scriptwriter juga merangkap bertugas sebagai produser
program acara Party To Go?
11. Apakah seorang scriptwriter juga bertanggung jawab atas isi naskah program
acara Party To Go?
12. Apakah program acara Party To Go selalu mengangkat tentang kehidupan
kalangan Highclass atau A Plus yang dijadikan target pendengar SE Radio 88,1
FM?
13. Menurut anda seperti apakah cirri-ciri yang termasuk sebagai kaum Highclass
atau A Plus tersebut?
14. Menurut anda seperti apakah yang disebut dengan gaya hidup Highclass atau A
Plus itu?
15. Apakah anda merasa bahwa anda termasuk kedalam kaum Highclass atau A
Plus dan mengikuti gaya hidup yang dilakukan oleh kaum Highclass atau A
Plus tersebut?
Teks 1 : “Cerutu adalah Gaya Hidup”
Cerutu adalah Gaya Hidup
Party People…Cerutu adalah sebuah produk gaya hidup yang bukan
sekedar gulungan tembakau, tapi ada citra dan gengsi bagi pengisapnya. Cerutu
bukan lagi monopoli pria, wanita pun bisa ikut menikmatinya. Dengan emas
cokelat itu, katanya sih pria bakal keliatan gagah dan berwibawa trus yang wanita
terlihat lebih seksi. Menikmati cerutu mirip dengan mengapresiasi wine, cognac,
liquor, champagne, dan sejenisnya karena si produk gaya hidup yang satu ini
hanya semacam artefak budaya material yang nunjukin identitas sosial
pemakainya.
Sejarah awalnya cerutu berasal dari penemuan Columbus terhadap suku
Indian yang menghisap asap dari tumpukan daun tembakau lewat pipa, tahun 1482
di Kepulauan Karibia. Lalu sekitar tahun 1800-an kegiatan itu berkembang
menjadi kegiatan membuat “rokok” dari daun tembakau yang digulung. Dari
situlah cerutu berkembang sampai saat ini ke seluruh dunia bahkan sampai ke
Indonesia. Dan akhirnya tahun 2001 dibukalah cigar outlet pertama, yaitu Club
Macanudo di Hotel Shangri-La Jakarta. Tapi buat Party Poeple di Bandung ga
usah kecewa…soalnya untuk di Bandung Party Poeple bisa menemukannya di The
Peak.
Saat ini penjualan cerutu alias cigar, baru mencapai 7.000 batang per bulan
dan nilainya sekitar Rp 500 juta. Cerutu-cerutu primadona adalah cerutu-cerutu
asal Kuba seperti Cohiba, Montecristo, Partagas, Hoyo de Monterrey, Romeo Y
Julieta, H Upmann, Puch, Sancho Panza, Trinidad, Vegas Robaina, dan Bolivar
dan cerutu yang berasal dari Dominika, seperti merek Macanudo, Don Sebastian,
Aurora, Leon Jimenes, El Credito, dan Davidoff. Yang jelas Party People, cerutu
memang sering dicitrakan sebagai produk eksklusif. Maklum, karena harganya
yang relatif mahal, Rp 15-500 ribu per batang. Malah, untuk kelas kolektor (limited
edition) ada juga yang harganya US$ 1.000/batang. Memang mahal Party Poeple,
karena bahan bakunya terbatas, produksinya tidak massal dan manual dengan
dilinting, serta butuh keahlian khusus untuk meracik. Kalau ada permintaan
khusus, harganya jadi tambah mahal. Orang nomor satu Kuba, Fidel Castro,
misalnya, konon hanya mau mengisap cerutu yang pembuatannya dilinting di atas
paha wanita.
Faktanya cerutu memang disukai tokoh-tokoh dunia yang karismatis,
sebutlah PM Inggris pada Perang Dunia II, Winston Churchill, pemimpin revolusi
Amerika Latin Che Guevara, tokoh legendaris AS John F. Kennedy, gembong
mafioso Don Corleone, bintang Hollywood Bill Cosby, Tom Selleck, hingga
penyanyi seriosa Luciano Pavaroti. Sementara itu, di Indonesia tidak kurang dari
mantan Presiden Soeharto, pengusaha William Soeryadjaya, Sabam Siagian, dan
tokoh-tokoh yang lebih muda seperti musisi, arranger dan konduktor Addie M.S.,
MC kondang Tantowi Yahya dan artis sinetron Adjie Pangestu. Trus gimana
dengan wanitanya? Kalau di Amrik nih Party People…konsumen cerutu pria dan
wanita sama banyaknya. Beberapa selebriti Hollywood seperti Demi Moore dan
supermodel Claudia Schiffer, mengaku sebagai pengisap berat emas cokelat itu.
Tapi di Indonesia, ternyata tidak lebih dari 10% mungkin karena masih ada
pandangan negatif terhadap wanita pencerutu kali ya??
Buat Party Poeple yang belum tahu, dibanding merokok, ternyata cerutu
lebih sehat. Soalnya kalau asap rokok biasanya masuk ke paru-paru, asap cerutu
cukup dikulum di mulut saja. Selain itu untuk menikmati cerutu perlu waktu
khusus, karena untuk menghabiskan satu batang membutuhkan waktu 30 menit
hingga satu jam. Seperti wine, para penggemar cerutu biasanya memuaskan
hobinya dengan berkumpul di klub khusus atau di restoran mewah dan disertai
makan malam yang disebut cigar dinner. Tapi tidak sedikit juga lho orang-orang
yang menikmati cerutu hanya untuk pergaulan dan status sosial saja.
Kalau Party People minat untuk mencoba, mesti belajar beberapa hal. Jika
Party People sudah biasa merokok maka langit-langitnya sudah kebal dan
anjurannya adalah jenis cerutu yang medium, tapi bagi yang bukan perokok
cobalah yang ringan dulu. Selain itu untuk memilih cerutu yang bagus, seorang
ahli biasanya meremas-remas lembut dekat telinganya. Soalnya Party
People...kualitas cerutu bisa dideteksi dari suaranya. Setelah itu barulah ujung
cerutu digunting dengan cutter khusus dan untuk menyalakannya, memakai kayu
cedar, akan menambah nikmat aroma cerutu. Untuk bisa mendapatkan kenikmatan
yang lebih mendalam lagi, beberapa orang suka memasangkannya dengan
minuman, misalnya wine, cognac, wiski atau cappucino. Gimana Party
People...Udah ready to party dengan cerutu?? Tapi saya kok jadi keingetan sama
cerita Columbus waktu nemuin Indian merokok di Kepulauan Karibia ya…Gimana
jadinya kalau Columbus mendarat di Indonesia dan ketemu sekelompok nenek-
nenek sedang nyirih. Wah jangan-jangan…sekarang ini lounge-lounge bakal penuh
ama Party People yang sedang nyirih? Hahahaha…..
(Party To Go, 7 September 2005)
Teks 2 : Red Wine, Champagne or White Wine
Red Wine, Champagne or White Wine
Minum anggur??Takut mabuk, ah!! Mungkin kata-kata ini udah jarang
banget kita dengar…Party People. Buat masyarakat kota besar kayaknya minum
anggur udah nggak asing lagi bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Tradisi minum wine yang udah lama banget dilakukan masyarakat di Eropa, dari
sejak zaman Romawi ini ternyata mulai digemari banyak kaum modern di
Indonesia. Segelas wine sebenarnya lebih sering disajikan sebagai pelengkap
hidangan pada acara makan malam. Tapi akhir-akhir ini mulai banyak penikmat
wine yang menikmatinya bersama teman-teman di kafe dan acara wine tasting
yang bertujuan memperkenalkan minuman ini pun makin menjamur di kafe-kafe di
kota besar, seperti Bandung salah satunya.
Wine terbuat dari hasil fermentasi sari buah anggur dan ternyata Party
People…kadar alkoholnya berkisar antara 8% sampai 20,5%., Wah…lumayang
juga nih buat kepala jadi pusing??!Secara umum, minuman ini terbagi dalam dua
kelompok. Kelompok pertama adalah table wine, yang terdiri dari red wine, white
wine, rose wine dan sparkling wine. Sedangkan kelopok keduanya disebut fotified
wine, yakni port dan sherry dan kadar alkohol yang dimiliki wine di kelompok
kedua ini lebih tinggi dibandingin sama yang di kelompok pertama.
Perbedaan warna dan kadar gas (CO2) yang terkandung di setiap jenis wine
sangat dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan proses fermentasinya. Misalnya, red
wine terbuat terbuat dari sari buah anggur merah yang dicampur dengan bagian
kulit dan bijinya. Sedangkan, white wine terbuat dari sari buah anggur hijau murni
tanpa mencampur bagian kulit serta biji. Saat proses fermentasi sparkling wine
atau champagne, kandungan gas CO2 dalam sari buah anggur merah atau putih
tidak dikeluarkan. Pada fortified wine, sari buah anggur merah atau putih dicampur
dengan spirit (sejenis minuman alkohol).
Red wine dan white wine memiliki berbagai karakter rasa dan aroma.
Keluarga red wine terdiri dari tipe Cabernet Sauvignon, Shiraz/Syirah, Merlot, dan
Pinot Noir. Di dalam keluarga white wine ada tipe Chardonnay, Riesling,
Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Nama tipe ini biasanya tercantum
pada label botol, hingga Party People yang mau meminum wine mudah
mencarinya!
Lalu bagaimana dengan aturan minum anggur jika Party People ingin
mencoba? Wine akan terasa lebih nikmat bila diminum saat dingin, yaitu dengan
suhu 7-12 derajat Celcius. Waktu menuang wine ke gelas, Party People tidak perlu
mengisinya sampai penuh, hanya cukup dua pertiga gelas saja. Katanya biar aroma
wine yang dituang tadi dapat tercium oleh peminumnya saat si peminum
menggoyang-goyangkan gelas. Gelas yang dipakai bukan gelas biasa, tapi ada
berbagai macam jenis gelas yang digunakan dan semuanya adalah jenis gelas yang
memiliki batang. Untuk jenis white wine, jenis gelas yang digunakan adalah gelas
berbentuk tulip. Untuk jenis sparkling wine atau champagne, jenis gelas yang
digunakan adalah gelas berbentuk lonjong. Dan untuk jenis red wine, jenis gelas
yang dipakai adalah gelas yang berbentuk bulat seperti lonceng. Cara memegang
gelasnya pun ada tekniknya, yaitu dengan cara menggenggam batang gelas bukan
badan gelas. Untuk Party People yang ingin memadukan wine dengan menu
makanan, ternyata Party People tidak usah pusing-pusing memilih jenis wine
karena semua jenis wine cocok untuk makanan apapun.
Meski termasuk minuman beralkohol, ternyata wine punya manfaat positif
bagi kesehatan manusia. Katanya nih Party People...wine dapat melancarkan
peredaran darah dan menurunkan penyakit darah tinggi Trus...kadar alkohol dan
asam yang terkandung dalam wine mampu membunuh bakteri-bakteri jahat yang
hidup dalam tubuh manusia dan kesehatan tubuh pun jadi terjaga. Jadi buat Party
People yang nggak tau mau ngapain sekarang...mendingan telpon deh temen-
temen trus kalian bias ngumpul dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati wine
sekaligus menjaga kesehatan tubuh, bener ga?
(Party To Go, 13 September 2005)
SURAT PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN WAWANCARA
Tanggal : 26 September 2005
Waktu : 13.00 - selesai
Tempat : SE Radio 88,1 FM
Premiere Plaza Lt 5. , Jl. Cihampelas, Bandung
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh memiliki identitas
sebagai berikut :
Nama : Lovana Andayani
NPM : 10080000005
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Bidang Kajian : Manajemen Komunikasi
Maka dengan ini saya menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
melakukan wawancara dengan saya sebagai responden dari penelititan tersebut.
Bandung, 26 September 2005
Responden Peneliti
( Kania Rahayu ) ( Lovana Andayani )
CURRICULUM VITAE
Nama : Kania Rahayu
Tempat tanggal lahir : Bandung, 18 Juni 1979
Alamat : Komplek Kawasaki no.19, Jl. Padasuka, Bandung
Telepon : (022) 7209352
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S-1 Ars International University
Pekerjaan : Scriptwriter SE Radio 88,1 FM
E-mail : [email protected]
Hobi : traveling, clubbing, music, movies
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Lovana Andayani
Tempat tanggal lahir : Leuven – Belgia, 23 Januari 1983
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dago Asri I no.1 Bandung
Telepon / HP : (022) 2509703 - 08562231418
II. Riwayat Pendidikan
1. SD Don Bosko Semarang Tahun 1988 - 1994
2. SMP Frater Padang Tahun 1994 - 1997
3. SMU Don Bosko Padang Tahun 1997-2000
4. Universitas Islam Bandung (UNISBA), Fakultas Ilmu Komunikasi, Bidang
Kajian Manajemen Komunikasi Tahun 2000