analisis vitamin a

9
ANALISIS VITAMIN A Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA Metode dan Bahan Sampel yang digunakan berardasarkan jurnal ini adalah minyak sawit kasar (CPO) yang diperoleh dari salah satu pabrik pengolahan CPO PT. Sinar Mas Agro Research and Technology, Tbk (PT. SMART Tbk), yang berlokasi di Kabupaten Siak, Riau. Bahan yang digunakan adalah aseton, etanol, petroleum eter, dietileter, heksan, KOH, asam askorbat, metanol, marker karoten (E-Merck No. Kat. 1.02236), asetonitril, diklorometan, isopropanol. Persiapan Fraksi Cair dan Padat CPO. Sampel CPO pada suhu ruang disaring menggunakan kertas saring whatman 42 dengan bantuan pompa vakum sehingga fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein) terpisah. Penentuan Kadar Karotenoid Kasar (Gross 1987;1991) 0,1 g CPO (fraksi padat/cair) dilarutkan dalam pelarut heksan dalam labu ukur 25 ml hingga tanda batas. Selanjutnya diukur menggunakan Spektrofotometer Varian Carry pada panjang gelombang 470 nm. Konversi Karotenoid-Vitamin A (Gross 1987;1991).

Upload: lukas-kusuma-triyono

Post on 29-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Vitamin A

ANALISIS VITAMIN A

Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair

dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA

Metode dan Bahan

Sampel yang digunakan berardasarkan jurnal ini adalah minyak sawit kasar (CPO)

yang diperoleh dari salah satu pabrik pengolahan CPO PT. Sinar Mas Agro Research and

Technology, Tbk (PT. SMART Tbk), yang berlokasi di Kabupaten Siak, Riau. Bahan yang

digunakan adalah aseton, etanol, petroleum eter, dietileter, heksan, KOH, asam askorbat,

metanol, marker karoten (E-Merck No. Kat. 1.02236), asetonitril, diklorometan, isopropanol.

Persiapan Fraksi Cair dan Padat CPO.

Sampel CPO pada suhu ruang disaring menggunakan kertas saring whatman 42

dengan bantuan pompa vakum sehingga fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein)

terpisah. Penentuan Kadar Karotenoid Kasar (Gross 1987;1991) 0,1 g CPO (fraksi padat/cair)

dilarutkan dalam pelarut heksan dalam labu ukur 25 ml hingga tanda batas. Selanjutnya

diukur menggunakan Spektrofotometer Varian Carry pada panjang gelombang 470 nm.

Konversi Karotenoid-Vitamin A (Gross 1987;1991).

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi yang diperoleh, jumlah karotenoid dalam

mikrogram per gram sampel olein dan stearin dapat dihitung dengan persamaan Gross

(Gross 1991). Kandungan total vitamin A dihitung dengan mengkonversi total karotenoid

dengan rumusan NAS-NRC (NAS-NRC, 1974), di mana 1 IU (International Unit) setara dengan

0,3 mg retinol (Gross 1987).

Ekstraksi dan Saponifikasi (AOAC 1984).

1 g CPO (fraksi padat/cair) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan

ditambahkan 1 g askorbat serta 25 ml akuades. Larutan kemudian diaduk menggunakan

pengaduk magnet sampai semua askorbat larut.Setelah itu 50 ml etanol dan 10 ml larutan KOH

60% ditambahkan dan diaduk selama satu jam. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan

60 ml petroleum eter : dietil eter (1 : 1, v/v) dan diaduk kembali selama satu jam dan

Page 2: Analisis Vitamin A

kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah 500 ml. Campuran dikocok dan kemudian

dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan yang terpisah sempurna. Lapisan bagian atas

(larutan 1) dipindahkan ke dalam corong pisah lain, sedangkan lapisan bawah kembali

ditambahkan 25 ml petroleum eter dan dietil eter (1 : 1, v/v), kemudian diaduk kembali

menggunakan pengaduk magnet selama 30 menit. Campuran yang terbentuk dimasukkan

ke dalam corong pisah, dikocok dan kemudian dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan yang

terpisah sempurna.

Lapisan bagian atas (larutan2) digabungkan dengan larutan 1. Perlakuan yang sama

dilakukan kembali untuk lapisan bawah sehingga diperoleh gabungan larutan 1, 2, dan 3.

Gabungan larutan di atas dicuci dengan air hingga bebas basa. Setelah itu larutan

dipindahkan ke dalam labu dasar bulat dan diuapkan dengan menggunakan evaporator

vakum hingga kering.

Metode Langsung.

Sebanyak 0,1 g CPO (fraksi padat/cair) dilarutkan dalam pelarut heksan dalam labu

ukur 25 ml hingga tanda batas. Larutan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan KCKT

Shimadzu

LC-20A.

Identifikasi Komposisi Karotenoid denganKCKT (Bonnie & Choo 2000).

Sampel hasil kedua metoda, saponifikasi dan metoda langsung dari masingmasing

fraksi CPO disaring menggunakan filter polytetrafluoroethylene (PTFE) 0,20 m. Kemudian

larutan hasil filtrasi dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Shimadzu LC- 20AB yang dilengkapi dengan detektor Photodiode Array (PDA) pada panjang

gelombang 190-800 nm, dengan sistem gradien menggunakan kolom VP ODS C18 RP (4.6

mm i.d. × 250 mm, 5 µm) dan campuran pelarut asetonitril : diklorometan (89 : 11, v/v)

dengan laju alir 1,0 ml menit-1.

Page 3: Analisis Vitamin A

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Total Karotenoid Provitamin A. Kandungan karotenoid provitamin A

berhubungan erat dengan aktivitas vitamin A, sehingga kandungan karotenoid yang ada

dalam fraksi padat maupun cair.pada CPO dapat dikonversi ke vitamin A.Karotenoid

tersebut terdistribusi dalam kedua fraksi. Kandungan karotenoid total CPO fraksi cair lebih

tinggi daripada fraksi padatnya. Sebenarnya hal ini dapat terlihat dari warna fraksi cair yang

lebih merah dibandingkan fraksi padat. Perbedaan kandungan karotenoid tersebut

dipengaruhi oleh perbedaan komposisi asam lemak penyusun CPO pada fraksi cair dan

padat, fraksi cair lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan fraksi padat

banyak mengandung asam lemak jenuh.

Gambar 1. Pola spektra fraksi cair dan fraksi padat, CPO dalam pelarut heksan

Penentuan Komposisi Karotenoid dengan KCKT.Kromatogram KCKT ekstrak dari

kedua fraksi cair dan padat CPO dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Kromatogram

ditampilkan pada panjang gelombang 444 nm, karena hasil yang diperoleh dari beberapa

kromatogram menunjukkan karotenoid CPO memiliki penyerapan maksimum pada panjang

gelombang tersebut.

Page 4: Analisis Vitamin A

Gambar 2. Kromatogram KCKT fraksi cair dengan deteksi pada panjang gelombang 444nm

dan pola spektra dari karotenoid yang dapat diidentifikasi

Gambar 3. Kromatogram KCKT fraksi padat CPO dengan deteksi pada panjang gelombang

444 nm dan pola spektra masing-masingkarotenoid

PENGUKURAN VITAMIN B 12 KONSENTRASI

Metode Electroluminescence (ECL)

Sistem kerja Electroluminescence (ECL)

Electroluminescence (ECL) adalah sebuah proses di mana reaksi molekul yang sangat

reaktif yang dihasilkan dari negara yang stabil elektrokimia oleh sel aliran elektron

membentuk sangat bereaksi spesies pada permukaan elektroda platenium menghasilkan

cahaya [21]. Metode ini menggunakan ruthenium (II)-tris (bipyridyl) [Ru (bpy)3] 2 +

kompleks dan triproplamine (TPA) dan bereaksi mereka dengan masing-masing lainnya

untuk memancarkan cahaya.

Tegangan yang diberikan menciptakan medan listrik yang menyebabkan reaksi dari semua

bahan. Tripropylamine (TPA) teroksidasi pada permukaan elektroda, melepaskan elektron

dan membentuk perantara yang selanjutnya dapat bereaksi dengan merilis sebuah

proton. Pada gilirannya kompleks ruthenium melepaskan elektron di permukaan elektroda

membentuk bentuk teroksidasi Ru (bpy) 33+ kation, yang merupakan komponen reaksi

Page 5: Analisis Vitamin A

kedua untuk chemiluminescent reaksi. Kemudian kation ini akan mengurangi dan Bentuk Ru

(bpy) 32+ dan keluar melalui transfer energi yang tidak stabil dan meluruh dengan emisi

foton pada 620 nm sampai nya keadaan semula [21, 22]. The kemekaran dipancarkan oleh

Ru (bpy)32+ terdeteksi oleh standar photomultiplier, dan hasilnya dinyatakan sebagai

intensitas ECL, yang merupakan pengukuran pendaran seluruh dipancarkan dari

sampel [23]. Metode ini menggunakan berbagai tes prinsip-prinsip (seperti prinsip

kompetitif, sandwich dan bridging) untuk pengukuran [22].

Yang paling penting dalam mengukur konsentrasi vitamin B12 adalah prinsip

kompetitif. Itu Prinsip kompetitif diterapkan pada berat molekul rendah

molekul. Menggunakan antibodi (faktor intrinsik) untuk vitamin B12 berlabel dengan

kompleks ruthenium. Antibodi ini diinkubasi dengan sampel, kemudian biotinylated vitamin

B12 dan streptavidin yang dilapisi dengan miroparticles paramagnetik ditambahkan ke

campuran. Situs mengikat bebas dari antibodi berlabel menjadi sibuk dengan pembentukan

kompleks antigen-hapten. Kemudian seluruh kompleks terikat pada biotin dan

streptavidin. Setelah inkubasi campuran reaksi diangkut ke ukurnya sel dimana kompleks

imun yang magnetis terperangkap pada elektroda kerja dan reagen terikat kelebihan dan

sampel hanyut. Kemudian reaksi dirangsang elektrik untuk menghasilkan cahaya yang tidak

langsung sebanding dengan jumlah vitamin B12 yang diukur.

Metode electroluminescence prinsip, kompetitif untuk mengukur vitamin B12

Langkah

1. Vitamin B12 dari sampel serummasuk ke saluran aliran

2.Vitamin B12 partikel dari reagen yang terikat streptavidin-biotin untuk membantu mereka

dalam lampiranke bagian magnet

3. faktor intrinsik (yang bertindak sebagai antibodi) dibatasi untuk ECL partikel untuk

meningkatkan reaksi

4.Vitamin B12 dari sampel dengan partikel dari mengikat reagen untuk faktor intrinsik

5.Faktor intrinsik Hanya yang terikatdengan vitamin B12 berlabel dengan Streptavidin-biotin

partikel melekat ke elektroda kerja (dengan tindakan magnetik) adalah ECL reaksi akan

berlangsung dan sinyal akan diukur.

Page 6: Analisis Vitamin A

Uji sampel yang dibutuhkan adalah serum, dan waktu durasi sampel adalah 27

menit, tes ini sangat sensitif. Ia bahkan bisa mendeteksi 22 pmol / L (30 pg / ml). Hal ini juga

sangat tepat (% CV adalah> 10%), dan sangat reaktivitas spesifik dan silang jarang

terjadi. Tes ini memiliki tinggi reproduktifitas, dan dapat diproses dengan mudah. Mesin

yang digunakan dalam Teknik ini memiliki rentang hidup yang sangat panjang tanpa biaya

pemeliharaan. Contoh dari mesin tersebut adalah Elecsys 2010 dan Cobas e 411.Teknik ini

sering digunakan dalam penelitian farmakologi, industri, klinis dan kimia.

Daftar pustaka

Ferry F,.K. Leenawaty L and M. Rio Syahputra.2008. Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA. Jurnal Natur Indonesia, Volum 10 (2):3-5.

Ashraf Z. Muhammad Q. Ola K and Rasha G.2010. Review: Medikal Lab Teknologi Pengukuran Vitamin B 12 Konsentrasi: A Review on Tersedia Metode. The Journal IIOAB,Volum 2, Issue 2, 2011: 23-32