analisis video peristiwa tanjung priok tahun 2010

2
Analisis Video Peristiwa Tanjung Priok Tahun 2010 Peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 April 2010 ini ternyata merupakan peristiwa kali kedua kerusuhan yang terjadi di Tanjung Priok., namun dengan motif yang berbeda. Jika pada tahun 1984 karena politik rperesif rezim orde baru terhadap Islam, maka tragedi Priok kali ini bermotif ekonomi bisnis. Lalu bagaimana psikologi massa memandang peristiwa ini? Gustava Le Bon (tahun 1940an), mengatakan bahwa orang dalam konteks massa tidak lagi dikendalikan oleh kepribadiannya sendiri, melainkan oleh “jiwa massa” (group mind) yang sama sekali berbeda sifatnya dari jiwa individual (lebih kekanak- kanakan, lebih agresif, lebih irasional dari jiwa individual) yang mana tiap orang, bahkan yang paling normal sekalipun akan berubah menjadi irasional, primitif, emosional dan agresif ketika masuk ke situasi massa. Maka dari itulah individu dapat berubah seratus delapan puluh derajat dari pribadinya semula ketika individu tersebut sudah berada dalam suatu kelompok dengan maksud dan tujuan yang sama. Individu tersebut seperti telah kehilangan akal sehat nya bahkan ketakutannya sekalipun jika ia berada dalam massa yang memiliki satu pikiran dan satu tujuan dengan dirinya. Menurut Brown tahun1954 (dalam Milgram & Touch, 1985) kerusuhan massa Tanjung Priok yang berujung anarkisme ini merupakan tipe crowd mob yaitu crowd yang mengacu pada tindakan yang cenderung melanggar hukum dan bisa menyakiti orang lain karena dalam kerusuhan tersebut melibatkan warga, satpol PP,

Upload: aulan-putri-anggraini

Post on 19-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis video

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Video Peristiwa Tanjung Priok Tahun 2010

Analisis Video Peristiwa Tanjung Priok Tahun 2010

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 April 2010 ini ternyata merupakan peristiwa

kali kedua kerusuhan yang terjadi di Tanjung Priok., namun dengan motif yang berbeda. Jika

pada tahun 1984 karena politik rperesif rezim orde baru terhadap Islam, maka tragedi Priok

kali ini bermotif ekonomi bisnis.

Lalu bagaimana psikologi massa memandang peristiwa ini? Gustava Le Bon (tahun

1940an), mengatakan bahwa orang dalam konteks massa tidak lagi dikendalikan oleh

kepribadiannya sendiri, melainkan oleh “jiwa massa” (group mind) yang sama sekali berbeda

sifatnya dari jiwa individual (lebih kekanak-kanakan, lebih agresif, lebih irasional dari jiwa

individual) yang mana tiap orang, bahkan yang paling normal sekalipun akan berubah

menjadi irasional, primitif, emosional dan agresif ketika masuk ke situasi massa. Maka dari

itulah individu dapat berubah seratus delapan puluh derajat dari pribadinya semula ketika

individu tersebut sudah berada dalam suatu kelompok dengan maksud dan tujuan yang sama.

Individu tersebut seperti telah kehilangan akal sehat nya bahkan ketakutannya sekalipun jika

ia berada dalam massa yang memiliki satu pikiran dan satu tujuan dengan dirinya.

Menurut Brown tahun1954 (dalam Milgram & Touch, 1985) kerusuhan massa

Tanjung Priok yang berujung anarkisme ini merupakan tipe crowd mob yaitu crowd yang

mengacu pada tindakan yang cenderung melanggar hukum dan bisa menyakiti orang lain

karena dalam kerusuhan tersebut melibatkan warga, satpol PP, dan polisi dan mengakibatkan

mereka luka-luka bahkan sampai adanya korban jiwa.

Menurut Le Bon, kerusuhan yang diduga karena pengalihan isu ini pada akhirnya

membentuk crowd mob, yakni merupakan hasil dari remote factors yaitu ide-ide atau isu-isu

yang telah berkembang sejak lama. Yakni dipicu dari isu awal pada kerusuhan Koja Tanjung

Priok tahun 1984. Isu baru ini dapat disebut sebagai immediate factors, karena isu ini makin

memantapkan isu sebelumnya yang juga tidak terselesaikan.

Tugas Psikologi Massa

Aulandari Putri A. 1511411100