analisis valuasi ekonomi menggunakan travel cost method dan faktor

12
ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN KE HUTAN WISATA SUNGAI DUMAI Iwan Victor Leonardo Sitindaon, SH, MH Pendahuluan Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekwensi bertambahnya kewenangan pemerintah daerah sebagai akibat dari pelimpahan beberapa urusan yang semula oleh pemerintah pusat dan kemudian dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (Aset Pemerintah). Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah sangat terkait erat dengan kualitas perencanaan pembangunan daerah dalam upaya memanfaatkan serta mengelola sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai daerah otonom Kota Dumai dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan daerah. Kota Dumai yang dikenal sebagai Kota Pengantin (Perdagangan, Tourizem dan industri) memiliki letak geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang Provinsi Riau bagian Utara yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Luas wilayahnya 1.727.385 km2, berdekatan dengan Selat Malaka .yang menjadi urat nadi perekonomian di era perdagangan bebas. Oleh karena faktor geografis yang strategis tersebut, tidak sedikit wisatawan lokal maupun mancangera yang datang mengunjungi kota pengantin ini. Jumlah pengunjung lokal dan mancanegara untuk berekreasi ke kota Dumai pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2008, 2009, 2010 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA TAHUN 2008 2009 2010

Upload: canra-sun

Post on 27-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN KE HUTAN WISATA SUNGAI DUMAI

Iwan Victor Leonardo Sitindaon, SH, MH

Pendahuluan

Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekwensi bertambahnya kewenangan pemerintah

daerah sebagai akibat dari pelimpahan beberapa urusan yang semula oleh pemerintah pusat dan

kemudian dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah perubahan kewenangan dalam

hal pengelolaan aset negara (Aset Pemerintah).

Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah sangat terkait erat

dengan  kualitas perencanaan pembangunan daerah dalam upaya memanfaatkan serta mengelola

sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai daerah

otonom Kota Dumai dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal menggali dan

mengelola sumber-sumber keuangan daerah.

Kota Dumai yang dikenal sebagai Kota Pengantin (Perdagangan, Tourizem dan industri) memiliki

letak geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang Provinsi Riau bagian Utara yang

memiliki aksesibilitas tinggi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Luas wilayahnya

1.727.385 km2, berdekatan dengan Selat Malaka .yang menjadi urat nadi perekonomian di era

perdagangan bebas.

Oleh karena faktor geografis yang strategis tersebut, tidak sedikit wisatawan lokal maupun

mancangera yang datang mengunjungi kota pengantin ini. Jumlah pengunjung lokal dan

mancanegara untuk berekreasi ke kota Dumai pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Tahun 2008, 2009, 2010

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA  

PADA TAHUN

2008 2009 2010

15.206 12.641 14.338

Page 2: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai

Para wisatawan tersebut mengunjungi beberapa objek wisata yang ditawarkan oleh Pemda Kota

Dumai. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota Dumai bahwa aset daerah

berupa objek wisata yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Dumai dapat dikategorikan

sebagai berikut :

Tabel 2. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kota Dumai

NOJenis Wisata Nama Objek Wisata

2

3

4

5

Wisata Alam 

Wisata Sejarah

Wisata Agama

Wisata Olahraga

Wisata Tirta

Pantai Teluk Makmur 

Pantai Purnama

Hutan Wisata Sungai Dumai

Penangkaran Harimau Hutan Senepis

Kuala Sungai Dumai

Danau Buatan Putri Tujuh Pesanggrahan Putri

Tujuh

Makam Siti Laut

Klenteng Hoch Liong Kiong

Page 3: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

Masjid Raya Dumai

Lapangan Golf

 

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai

Hutan Wisata Sungai Dumai yang terletak di Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Dumai Barat  yang

merupakan salah satu aset Pemerintah Daerah Kota Dumai yang perlu dioptimalkan

pengelolaannya (Hendry Fasial, 2006 : 54).

Hutan Wisata Sungai Dumai yang ditunjuk sebagai taman wisata alam berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Provinsi Riau Nomor SK.Gubernur KDH Tk.I Riau No.85/I/1985 tanggal 23

Januari 1985 dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.Menhut

No.154/Kpts-II/1990 tanggal 10 April 1990. Luas kawasan Hutan Wisata Sungai Dumai ini seluas

4.712, 50 Ha (Temu Gelang), 1˚31ˈ-1˚38ˈ LU dan 100˚31ˈ-101˚28ˈ BT. Terletak secara administrasi

pemerintahan di Kota Dumai (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau BBKSDA :

2010).

Jumlah pengunjung yang datang ke lokasi objek rekreasi ini berdasarkan data yang diperoleh dari

pengelola hutan wisata sungai dumai adalah :

Tabel 3  Jumlah Pengunjung Hutan Wisata Sungai Dumai

No Hari Jumlah Pengunjung

1  Senin-Jumat  Antara     20-30 orang per hari 

Page 4: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

2

3

Sabtu dan Minggu

Hari Libur Nasional

Antara 150-250 orang per hari

Antara 500-700 orang per hari

Sumber : Pengelola Hutan Wisata Sungai Dumai

Dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata maka Pemerintah

Kota Dumai berusaha mengoptimalkan potensi daerah khususnya dari obyek wisata yang

merupakan aset daerah di wilayah Kota Dumai seperti  Hutan Wisata dan kawasan danau bunga

tujuh yang jaraknya berdekatan dengan kawasan hutan wisata sungai kota dumai. Namun

sebaliknya Hutan Wisata Sungai Kota Dumai karena kurang optimal dalam pengelolaannya

mengakibatkan banyaknya fasilitas yang tersedia menjadi kurang terurus bahkan terbengkalai

(Surat Kabar Harian Dumai Pos tanggal 24 Januari 2011, hal 4).

Sebagai salah satu aset daerah Kota Dumai, Hutan Wisata Sungai Dumai merupakan salah satau

sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi apabila dikembangkan dengan baik. Oleh karena

itu sangat penting untuk bisa mengetahui nilai ekonomi dari Hutan wisata Sungai Dumai.

Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan

dengan pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan (travel cost method) ini dilakukan

dengan menggunakan informasi  tentang  jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu  yang

digunakan untuk mencapai  tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai  benefit dari 

upaya perubahan kualitas lingkungan  dari tempat rekreasi yang  dikunjungi (Yakkin,1997 dalam

Sahlan, 2008).

Bulov dan Lundgren (2007:1) menyebutkan bahwa jasa lingkungan seringkali tidak dihargai oleh

pasar, sehingga kerap dinilai jauh di bawah nilai sesungguhnya dan dianggap sebagai sumber daya

yang tidak layak dihargai sebagai aset. Pendekatan travel cost adalah suatu metode yang

didasarkan pada survei atas biaya perjalanan responden sebagai dasar perhitungan atas kesediaan

membayar (willingness to pay) ketika berkunjung ke suatu objek wisata.

Kesediaan membayar tersebut menjadi dasar untuk mengetahui permintaan terhadap hutan

wisata. Besarnya permintaan (demand) inilah yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi

jasa rekreasi hutan wisata sungai Dumai.

Masyarakat/konsumen  datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat rekreasi

tentu akan mengeluarkan biaya perjalanan ke tempat rekreasi tersebut. Disini pendekatan biaya

perjalanan mulai berfungsi. Karena makin jauh  tempat tinggal seseorang yang datang 

memanfaatkan fasilitas  tempat rekreasi maka makin kurang harapan pemanfaatan atau

permintaan tempat rekreasi  tersebut.

Metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi

tempat-tempat rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing, seorang konsumen akan

Page 5: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

mengorbankan biaya untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran

dari konsumen ini,  dapat dikaji berapa nilai (value)  yang diberikan konsumen kepada sumber

daya alam dan lingkungan.

Metode Biaya Perjalanan  (Travel Cost Method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi

tentang jumlah uang yang dikeluarkan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi

besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang

dikunjungi.

Sampai saat ini pihak pengelola Hutan Wisata maupun pemerintah daerah kota Dumai belum

mengetahui berapa besar nilai ekonomi dari Hutan Wisata Sungai Dumai ini dan  dari data serta

fakta dilapangan diketahui bahwa jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini bisa

dikatakan relatif minim pengunjung.

Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu

berapakah estimasi nilai ekonomi Hutan Wisata Sungai Dumai yang diharapkan dapat menjadi

acuan pihak Pemerintah Daerah Kota Dumai untuk menentukan besarnya anggaran pengelolaan

aset sesuai nilai ekonominya sebagai salah satu aset publik yang dikunjungi masyarakat

khususnya masyarakat Kota Dumai untuk pengembangan/optimalisasi lebih lanjut dimasa

mendatang sehingga diperoleh pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) dan mengidentifikasi

faktor-faktor  yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Hutan Wisata Sungai Dumai sehingga

berguna dalam optimalisasi pengelolaan aset dan pengembangan fasilitas selanjutnya.

Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang valuasi ekonomi jasa rekreasi wisata alam yang

bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi (value economic) Hutan Wisata Sungai Dumai dengan

pendekatan metode travel cost.

Pembahasan

A. Valuasi Ekonomi

Dalam menentukan kontribusi suatu sektor kegiatan ekonomi terhadap pembangunan nasional

pada umumnya  dinyatakan dalam nilai uang yang kemudian dikonversi dalam nilai persentase.

Setiap sektor kegiatan ekonomi pasti menghasilkan  produksi barang atau pun  jasa yang diukur

secara fisik. Untuk menyatakan seluruh hasil barang dan jasa kemudian menyatakannya dalam

satu nilai diperlukan valuasi ekonomi yang menyatakan semua produksi barang dan jasa  itu dalam

nilai moneter.

Setelah Pemerintah daerah menginventarisasi dan memasukkan ke dalam database kepemilikan

seluruh aset yang ada didaerah otonomnya, Pemerintah Daerah perlu mengetahui nilai ekonomi

seluruh aset yang berada dalam kekuasaannya.

Page 6: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

Pemerintah Daerah dalam hal mengelola hutan wisata sebagai salah satu sumber daya alam

sangat perlu mengupayakan pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan (suistanableI) Untuk

mencapai tujuan tersebut, kiranya Pemerintah Daerah perlu mengetahui manfaat sumber daya

alam secara menyeluruh, baik manfaat yang tangible(nyata) maupun manfaat

yang intangible (secara langsung tidak dapat dirasakan). Dimana kedua manfaat tersebut perlu

pengelolaan yang baik agar memberikan kontribusi manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kemaslahatan masyarakat secara berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-

Undang Dasar 1945.

Untuk mengejar ketinggalan dalam usaha pemanfaatan manfaat intangible sumber daya alam

perlu suatu cara menilai manfaat intangible sumber daya alam khususnya manfaat rekreasi hutan

wisata yang ditujukan untuk mendapatkan kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi

sumber daya alam dalam hal ini Hutan Wisata Sungai Dumai.

B. Pendekatan Penilaian

Penilaian sumberdaya alam sangat kompleks, karena penilaian ini memang tidak semata-mata

menilai besarnya nilai eksisting maupun nilai aset yang dikandungnya/yang melekat padanya (nilai

potensi), tetapi juga meliputi nilai berapa besarnya kompensasi terhadap dampak kerusakan yang

diakibatkan oleh eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam sebagai kekayaan publik. Negara

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar dalam hal sumberdaya alam. Mungkin hal ini yang

banyak dilupakan oleh orang dalam menilai suatu aset sumberdaya alam.

Pasar dimana kekayaan publik itu berada yang meliputi lokasi dan pelayanan jasa yang mereka

berikan langsung saling berkaitan. Misalnya dengan pasar real estat setempat. Observasi terhadap

jumlah dan nilai dari suatu transaksi yang terjadi memberikan informasi tentang daya beli

masyarakat untuk membeli tanah (properti) serta kuantitas perpindahan kepemilikan. Data pasar

ini dapat memberikan kesimpulan tentang kurva  teknik penilaian yang menggunakan data pasar 

(market based techniques) relatif mudah untuk diterapkan.  Teknik penilaian ini termasuk di

dalamnya :

Metode harga pasar (the market price method);

Metode penilaian (the appraisal method);

Metode penggantian biaya (the replacement cost method).

Sedangkan apabila tidak cukup / tidak tersedia data pasar, penilaian dapat dilakukan dengan

metode  penilaian yang tidak berbasis data pasar (nonmarket techniques) dengan cara menilai

kesediaan perorangan untuk membayar (individual williingness to pay). Secara umum metode

yang dikenal dalam teknik penilaian ini meliputi :

The Travel Cost Method;

The Hedonic Price Method;

Page 7: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

The Contingent Valuation Method.

C. Penilaian Hutan Wisata

Secara umum, nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin

mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut

sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan.

Dengan menggunakan pengukuran ini,  nilai ekologis ekosistem misalnya bisa “diterjemahkan”

kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. Keinginan membayar

juga dapat diukur dalam bentuk kenaikan pendapatan yang menyebabkan seseorang berada

dalam posisi indifferent terhadap perubahan exogenous. Perubahanexogenous ini bisa terjadi

karena perubahan harga (misalnya akibat sumber daya makin langka) atau karena perubahan

kualitas sumber daya. Konsep willingness to pay / WTP ini terkait erat dengan

konsep Compensating Variation (CV)dan Equivalent Variation (EV) dalam teori permintaan. Jadi,

WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari

terjadinya penurunan terhadap sesuatu.

Menurut Fauzi (2004), secara umum teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat

dipasarkan (non market valuation) dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kelompok. Kelompok

pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana willingness to pay (WTP)

terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini disebut teknik yang mengandalkan harga

implisit dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini

disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan untuk membayar yang terungkap).

Beberapa teknik yang masuk kelompok ini adalah travel cost method, hedonic pricing, dan

teknik random utility model.

D. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Metode ini populer untuk menggambarkan permintaan untuk sumberdaya alam dan pelayanan

jasa yang berkaitan dengan daerah rekreasi (recreational sites). Contohnya seperti daerah

margasatwa, taman ekologi, pemancingan dan perburuan, panorama alam, dan lain-lain. Orang

datang ke lokasi tersebut dari berbagai jarak yang berbeda.  Metode ini meneliti perilaku

perjalanan (travel behavior) yang digunakan untuk mengevaluasi kesediaan orang untuk

mengeluarkan uang dalam rangka mengunjungi wilayah tersebut. Secara intuitif bahwa atribut

yang dimiliki oleh sumberdaya alam akan mempengaruhi kegunaan dari tapak tersebut. Perubahan

kadar kunjungan akan merefleksikan perubahan dalam kualitas sumberdaya alam tersebut. Untuk

itu kajian ini perlu dilakukan untuk dapat mengestimasi nilainya.

Dengan mengumpulkan informasi dari besarnya jumlah kunjungan terhadap sumberdaya alam

yang ada, para analisis akan mengestimasi fungsi permintaan dari tapak yang berhubungan

dengan kunjungan terhadap biaya yang timbul untuk setiap kunjungan. Jika informasi utama tidak

bisa diperoleh secara lengkap, para analisis dapat mengelompokkan ke dalam zona sekitar lokasi

tersebut. Kadar variasi kunjungan terhadap zona itulah yang akan digunakan untuk mengestimasi

Page 8: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

fungsi permintaan terhadap lokasi tersebut. Dengan kemajuan teknologi yang ada, pengumpulan

data untuk metode  ini dapat diimplementasikan melalui telpon, website atau e-mail dan data

registrasi. Dalam beberapa kasus, data juga bisa diperoleh dari pemerintah setempat, untuk

mencari estimasi biaya perjalanan ke lokasi tersebut.

Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa biaya perjalanan merefleksikan harga suatu

tempat rekreasi. Menurut Fauzi (2004), metode biaya perjalanan digunakan untuk menganalisis

permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka seperti memancing, berburu, hiking dan lain-lain.

Secara prinsip metode ini mengkaji biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi

tempat-tempat rekreasi tersebut. Metode biaya ini dapat digunakan untuk mengatur manfaat dan

biaya akibat (Fauzi; 2004) :

a.         Perubahan biaya akses (tiket) masuk bagi suatu tempat rekreasi

b.        Penambahan tempat rekreasi baru

c.         Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi

d.        Pengunjung akan memberi respon yang sama terhadap perubahan harga karcis, dan jumlah

biaya perjalanan

e.         Perjalanan tidak merupakan suatu kepuasan, kepuasan di tempat rekreasi sama untuk

setiap pengunjung tanpa melihat asal pengunjung

f.         Setiap rekreasi alternatif mempunyai kepuasan maksimum

g.        Selera, preferensi dan pendapatan pengunjung dianggap sama

Travel Cost Method (TCM) diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotteling pada

tahun 1931, yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta

Clawson dan Knetsch (1996). Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan

terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan

sebagainya.

Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi

tempat-tempat rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing, seorang konsumen akan

mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan

mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan

konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan.

Penelitian tentang valuasi ekonomi taman publik maupun hutan wisata telah banyak dilakukan

baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

Page 9: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

Tabel 4  Penelitian Sebelumnya

Penulis/Tahun Lokasi Metode Variabel Hasil Penelitian

Nugroho (2008)

hutan kota tipe

rekreasi di

Kebon Rojo,

Blitar

Travel Cost

Method

travel cost,

pendapatan

keluarga,

persepsi

kualitas, ada

tidaknya tempat

wisata lain

(substitusi)

nilai ekonomi

Kebon Rojo di

Blitar berada

dalam interval

Rp6.983.297.635,

- –

Rp9.346.906.217,

-.

Mayor dkk.

(2007)

hutan wisata di

Irlandia

Travel Cost

Method da

nContingent

Valuation Method

biaya,

preferensi dan

data sosial

ekonomis

responden

Nilai ekonomi

yang diperoleh

dari WTP adalah

IR£1 per individu/

kunjungan, nilai

ekonomi

diperoleh dari

TCM adalah

IR£5.95 per

individu/kunjunga

n

Bulov dan

Lundgren

(2007)

Taman

Nasional

Periyar di India

Travel Cost

Method

travel cost,

pendapatan,

umur, jenis

kelamin,

kebangsaan &

substitusi

Nilai surplus

konsumen indvidu

adalah US

$36.178

sedangkan nilai

ekonomi adalah

US$15.145.633.7

66

Rahmawati dkk.

(2006)

Taman Hutan

Raya Dr.

Muhammad

Hatta,

Sumatera

Barat

Travel Cost

Method

asal

pengunjung,

jumlah

penduduk,

biaya

perjalanan dan

jumlah

kunjungan dari

tiap zonasi

jumlah

pengunjung per

1000 penduduk

serta penerimaan

hasil penjualan

karcis pada

berbagai tingkat

harga karcis.

Page 10: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

Paudel dkk.

(2005)

Elmer’s Island,

New Orleans

Travel Cost

Method

Jumlah

pengunjung,

biaya

perjalanan

Responden

memberikan nilai

WTP rata-rata

6,80 dollar AS

sehinggafee yang

diperoleh 96.685

dollar AS.

McKean dkk.

(2005)

Snake River,

Idaho

Travel Cost

Method

travel cost,

travel time,

free time

available da

nincome

nilai ekonomi

sebesar

7.200.000 dollar

AS per tahun

Djijono (2002)

Taman Wisata

Hutan Wan

Abdul Rahman

di Lampung

Travel Cost

Method

biaya

perjalanan,

pendapatan,

pendidikan

nilai total surplus

konsumen adalah

Rp9.357.513,- per

tahun.

 

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan Travel Cost Method dengan

variabel independentantara lain biaya perjalanan ke tempat wisata (travel cost),

pendapatan (income), travel time, free time available, preferensi pengunjung, persepsi pengunjung

terhadap kualitas obyek penelitian, ada tidaknya  substitusi atas obyek penelitian dan data sosial

ekonomis responden (umur, jenis kelamin, kebangsaan, jumlah penduduk asal kecamatan

pengunjung), maka Travel Cost Method dapat diterapkan untuk melakukan valuasi ekonomi

terhadap hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya, taman publik, area rekreasi terbuka

maupun taman wisata hutan.

Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat

rekreasi untuk mengetahui pola expenditure dari konsumen sehingga peneliti bisa mengkaji

berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Dengan

demikian Travel Cost Method sangat tepat diterapkan dalam penelitian untuk mengestimasi

valuasi ekonomi Hutan  Wisata  Sungai Dumai dilihat dari sisi intangible aset.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam metode yang digunakan

untuk menentukan nilai ekonomi rekreasi yaitu travel cost method. Namun demikian, ada

beberapa perbedaan pada penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Page 11: Analisis Valuasi Ekonomi Menggunakan Travel Cost Method Dan Faktor

1.      Dalam melakukan valuasi ekonomi intangible aset Hutan Wisata dilakukan dengan

pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) yang menggambarkan permintaan untuk

sumberdaya alam dan pelayanan jasa yang berkaitan dengan daerah rekreasi (recreational sites).

2.      Biaya perjalanan/travel cost, pendapatan, usia, substitusi, persepsi terhadap fasilitas sebagai

variabelindependent, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke lokasi

Hutan Wisata Sungai Dumai.Variabel dependent dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan.

Kedua variabel ini berguna dalam menentukan estimasi nilai ekonomi hutan wisata sungai dumai

dengan pendekatan travel cost method.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat hal-hal yang disarankan yaitu :

1.      Dengan mengetahui estimasi nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

kunjungan ke Hutan Wisata Sungai Dumai, pihak pengelola harus meningkatkan daya saing

dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas objek wisata ini.

2.      Model dalam penelitian ini dapat dikembangkan untuk acuan penelitian berikutnya dengan

kemungkinan memperluas variabel.