analisis usaha ternak itik di kabupaten sukoharjo/analisis... · tabel 4. komposisi penduduk...

75
i ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis Oleh : Agung Ary W ibowo H 0304047 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: voquynh

Post on 15-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

i

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat sarjana pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis

Oleh :

Agung Ary W ibowo

H 0304047

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERS ITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

ii

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Agung Ary W ibowo

H 0304047

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 Desember 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret,

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS. NIP. 19551217 198203 1 003

Ketua

Wiwit Rahayu, SP. MP. NIP. 19711109 199703 2 004

Anggota I

Umi Barokah, SP. MP. NIP. 19730129 200604 2 001

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198003 2 001

Page 3: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI

KABUPATEN SUKO HARJO .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat

Sarjana S1 Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal B.J.P, MS. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta, sekaligus Pembimbing Akademik yang sabar memberikan

pengarahan.

3. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP. Selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar

memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yaitu dari awal hingga akhir.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP. Selaku Pembimbing Pendamping yang telah m em-

berikan bantuan, bimbingan serta pengarahan bagi penulis dalam penyusunan

sampai menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. Yang telah memberikan saran dan

masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa

perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 4: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

iv

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo serta Kecamatan Gatak yang telah

memberikan ijin penelitian kepada penulis guna menyesaikan penelitian.

8. Ibu, bapak, budhe, kakak, adhek, yang selalu setia memberikanku motivasi

dan dorongan serta dengan ikhlas mendoakan di setiap langkah penyusun.

9. Teman-teman Agrobisnis 2004, yang telah menjadikanku bagian dari kalian

serta telah memberiku inspirasi dalam menyusun laporan penelitian ini.

10. Teman-teman Agrobisnis 2005, yang telah menemani serta membantuku pada

akhir masa perkuliahanku.

11. Teman-teman HIMASETA angkatan 2003/2004, aku pernah kerja bareng

dengan kalian dan terima kasih telah memperkenalkan tentang organisasi.

12. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, yang telah

memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis. Ayo lanjutkan perjungan

kita yang tinggal selangkah lagi!

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir penyusunan

laporan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan

laporan penelitian ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Untuk itu,

penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya

dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Desember 2009

Penulis

Page 5: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ii

KATA PENGANTAR …………………………………………..…....... iii

DAFTAR ISI…………………………………………………..………... v

DAFTAR TABEL…………………………….………….……………... vii

DAFTAR GAMBAR………………………….………….…………….. ix

DAFTAR LAMPIRAN…………………….………….………………... x

RINGKASAN…………………………………….……………………... xi

SUMMARY……………………………….……………….……………. xii

I. PENDAHULUAN…………………………..…………………….

A. Latar Belakang………………………….……………………... 1

B. Perumusan Masalah ……………………….………………….. 2

C. Tujuan Penelitian ……………………………...……………… 3

D. Kegunaan Penelitian …………………….……………………. 3

II. LANDASAN TEORI ………………………….………………...

A. Penelitian Terdahulu................................................................... 4

B. Tinjauan Pustaka ……………………………......…... ………... 5

C. Kerangka Teoritis Pendekatan Masalah..................................... 12

D. Hipotesis..................................................................................... 15

E. Asumsi......................................................................................... 15

F. Pembatasan Masalah.................................................................... 15

G. Definisi Operasional Variabel..................................................... 15

III. METO DE PENELITIAN………………………………………..

A. Metode Dasar Penelitian………………………………………. 17

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian……………………….. 17

C. Jenis dan Sumber Data……………………………………….... 19

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 20

E. Metode Analisis Data…..……………………………………… 20

Page 6: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN………………...

A. Keadaan Geografis…..………………………………………… 25

B. Keadaan Penduduk…………………………………………….. 26

C. Keadaan Sarana Perekonomian………………………………... 30

D. Keadaan Usaha ternak itik.……………………………………. 32

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………..….

A. Hasil Penelitian 35

1. Kondisi Usaha Ternak Itik………………………………….

2. Karakteristik Responden…....................................................

35

36

3. Sumber Modal Usaha………………………………............ 39

4. Sarana Produksi.......................................……….................. 39

5. Proses Produksi.........................................……………….....

6. Analisis Usaha........................................................................

41

44

B. Pembahasan..................................................………………….. 52

C. Permasalahan Usaha Ternak It ik.................................................

D. Solusi...........................................................................................

55

56

VII. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................

A. Kesimpulan…………………………………………………… 58

B. Saran…………………………………………………………... 59

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…… 60

LAMPIRAN …………………………………………..………………... 62

Page 7: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008......................................................................................

2

Tabel 2. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008......................................................................................

17

Tabel 3. Jumlah Peternak Itik dan Populasi It ik di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008............................

18

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007......................................................................................

25

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007............................................

27

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007.

28

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007.....................................

29

Tabel 8. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007…..

30

Tabel 9. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007.....................................................................................

31

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kecamatan Gatak Tahun 2007.....................................................................................

31

Tabel 11. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007..........................................................................

33

Tabel 12. Jenis Ternak dan Jumlah Peternak di Kecamatan Gatak Tahun 2007..........................................................................

34

Tabel 13. Karakteristik Responden Usaha Ternak It ik……………… 36

Tabel 14. Alasan Responden Mengusahakan Usaha Ternak Itik……. 37

Tabel 15. Status Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo……….. 38

Tabel 16. Sumber Modal Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo 39

Tabel 17. Jenis Pakan dan Jumlah Rata-Rata Pemberian Pakan Per Hari.......................................................................................

40

Tabel 18. Biaya Indukan Pada Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................

45

Page 8: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

viii

Tabel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................

46

Tabel 20. Biaya Rata-rata Usaha Ternak It ik Pada Bulan Mei 2009 per 297 Ekor It ik dan 12 Mesin Tetas..................................

46

Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo...........................................................

48

Tabel 22. Keuntungan Rata-Rata Peternak It ik Selama Bulan Mei 2009......................................................................................

49

Tabel 23. Profitabilitas Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Bulan Mei 2009....................................................................

50

Tabel 24. Efisiensi Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo.......... 51

Tabel 25. Simpangan baku, Koefisien variasi, dan Batas bawah keuntungan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo........

52

Page 9: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

ix

DAFTAR GAMBAR

Nom or Judul Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah.................................. 14

Page 10: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nom or Judul Halaman

Lampiran 1. Kerangka Sampel................................................................ 62

Lampiran 2. Karakteristik Responden Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo............................................................................

63

Lampiran 3. Rata-Rata Biaya Pakan....................................................... 64

Lampiran 4. Input Telur Tetas ................................................................ 65

Lampiran 5. Biaya Penyusutan................................................................ 66

Lampiran 6. Input Total........................................................................... 67

Lampiran 7. Rata-Rata Hasil Produksi.................................................... 68

Lampiran 8. Rata-Rata Keuntungan dan Efisiensi Usaha Ternak It ik.......................................................................................

69

Page 11: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

xi

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Agung Ary W ibowo

H 0304047

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya, penerimaan, keuntungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya total rata-rata dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan. Usaha ini mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalami kerugian. Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat profitabilitas 7,2% berarti usaha itik menguntung-kan, nilai efisiensi 1,13 berart i usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berart i usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian.

Berdasarkan hasil penelitian ini, usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien menguntungkan untuk diusahakan serta memiliki risiko usaha yang kecil sehingga diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat menjadikan usaha ternak itik ini merupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan di daerah mereka serta sebagai penghasil keuntungan. Agar masyarakat sekitar terjamin kesehatannya, disarankan kepada peternak agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar, dibuat saluran pembuangan/parit agar pada saat musim hujan air tidak mencemari karena kotoran ternak terbawa air menyebar di lingkungan sekitar. Selain itu Pemerintah juga harus dapat menjaga harga pakan ternak agar tidak membumbung tinggi, hal tersebut akan sangat memberatkan peternak mengingat biaya terbesar pada usaha ternak itik ini adalah biaya untuk kebutuhan pakan ternak.

Page 12: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

xii

ANALYSIS O F DUC K LIVESTOC K IN SUKOHARJO REGENCY

Agung Ary W ibowo

H 0304047

SUMMARY

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. The research took place in Sukoharjo regency. The data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis, revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.

The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per month. The efficiency value is more than one (efficient) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss. For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The provit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

From the result of this research, the duck livestock business in Sukoharjo regency is efficient and has no risk so its suggested that the government and the society can make duck breeding as a business they can rely on in their own regency. For a good breeding, it is suggested that the breeders care about the cleanness of the livestock area, the health of the duck, and the placement of the cage not too near with the house so that it will not distract the air circulation. The breeders also need moats so that when it is rainy season the water is not flooding and contaminat ing the environment. Beside that, the government has to stabilize the woof price because the biggest cost in the duck livestock is for the woof.

Page 13: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Agung Ary Wibowo

1)

Wiwit Rahayu, SP. MP.2)

Umi Barokah, SP. MP.3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan,

keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya, penerimaan, keuntungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya total rata-rata dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan. Usaha ini mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan

nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalami kerugian.

Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-

rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat profitabilitas 7,2% berarti usaha itik menguntungkan, nilai efisiensi 1,13 berarti usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berarti usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian. Kata kunci : Ternak Itik, Keuntungan, Efisiensi, Risiko. Ketera ngan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonom i Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Mare t Surakarta denga n NIM H 0304047 2. Dosen Pembim bing Utam a 3. Dosen Pembim bing Penda mping

Page 14: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

ANALYSIS OF DUCK LIVESTOC K IN SUKOHARJO REGENCY

Agung Ary Wibowo

1)

Wiwit Rahayu, SP. MP.2)

Umi Barokah, SP. MP.3)

ABSTRACT

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. The research took place in Sukoharjo regency. The

data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis, revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.

The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per month. The

efficiency value is more than one (efficient) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss.

For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so

that the profit is Rp 699.944,00. The profit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

Key Words : Duck livestock, Profit, Efficiency level, Risk. Personal ide ntification : 1. Student of Soc ial Ec onom ic Agr iculture P rogram/ Agrobisnis, Agriculture Faculty of Sebelas Maret

University Surakarta , SRN (Student Registration Num ber) H0304047 2. Consultant 1 3. Consultant 2

Page 15: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian dalam art i luas terdiri dari lima sektor, yaitu tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Pemerintah melalui

departemen pertanian sebagai penanggungjawab dan simpul koordinasi dalam

pembangunan pertanian telah menetapkan strategi untuk berpartisipasi meng-

gerakkan perekonomian nasional. Salah satunya adalah pembangunan

subsistem usahatani yaitu pembangunan dalam kegiatan yang menggunakan

barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas

pertanian primer. Termasuk dalam hal ini adalah usaha tanaman pangan dan

peternakan (Saragih, 2003).

Komoditas ternak khususnya unggas mempunyai prospek pasar yang

sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat

diterima oleh masyarakat Indonesia, harga relatif murah dengan akses yang

mudah diperoleh. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan

protein hewani nasional, serta merupakan kontributor terbanyak dalam

penyediaan daging nasional sekitar 65,46 % dari total produksi daging (TPD)

(BPS, 2006).

Ternak itik merupakan komoditi ternak unggas yang potensial sebagai

penghasil telur dan daging. Sumbangan ternak itik terhadap produksi telur

nasional cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah

ayam ras, dengan produksi telur itik dalam negeri sekitar 245 ribu ton/tahun.

Disamping ukuran telurnya yang lebih besar dari telur ayam, ternak itik

mudah pemeliharaannya, mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta

merupakan bagian dari kehidupan masyarakat tani pedesaan (Rusfidra, 2006).

Perkembangan populasi itik di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan

mengalami kenaikan sebesar 4,9 %. Produksi telur meningkat rata-rata 7,7%

per tahun (Ditjen Peternakan, 2007). Perkembangan ternak itik berjalan

perlahan namun dapat dikatakan mempunyai prospek yang cerah dimasa yang

akan datang. Indonesia belum menggarap pasar ekspor mengingat selama ini

1

Page 16: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

2

pemasaran telur itik di dalam negeri masih mampu menyerap produksi yang

dihasilkan oleh peternak.

Pada umumnya populasi itik dalam jumlah besar banyak terdapat di

Pulau Jawa dan sekaligus merupakan pusat pemasaran telur itik yang sangat

menguntungkan bagi petani peternak yang memeliharanya. Oleh karena itu

daerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sumber air banyak mem-

punyai peternak-peternak itik, salah satunya Kabupaten Sukoharjo.

Perkembangan populasi itik selama lima tahun terakhir di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 1,

Tabel 1. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008

Tahun Populasi (ekor)

2004 2005 2006 2007 2008

85.432 85.974 98.589 99.485

128.047

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Data populasi itik di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004-2008

menunjukkan perkembangan. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti

untuk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Peningkatan populasi itik di Kabupaten Sukoharjo selama tahun 2004-

2008 menunjukkan perkembangan yang baik. Pada tahun 2004 jumlah itik

yang di pelihara di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 85.432 ekor, tahun 2005

jumlah itik 85.974 ekor, tahun 2006 ada sebanyak 98.589 ekor, tahun 2007

sebanyak 99.485 ekor, dan pada tahun 2008 jumlah itik di Kabupaten

Sukoharjo sebanyak 128.047. Usaha peternakan itik ini bertujuan untuk

mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya, di dalam pelaksanaanya

peternak menghadapi kendala antara lain semakin tinggi harga pakan ternak

dan bahan bakar untuk mesin tetas, adanya kendala saat produksi maupun

pemasaran hasil.

Page 17: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

3

Adanya kendala diatas menyebabkan para peternak itik menghadapi

risiko dalam menjalankan usahanya. Berkaitan dengan uraian diatas maka

dalam penelitian ini mengangkat beberapa permasalahan antara lain :

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas dari

usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo?

3. Berapa besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas

dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo.

3. Mengetahui besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha ternak

itik, serta merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pemikiran dalam peningkatan usaha untuk mencapai keuntungan

yang maksimal.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pert imbangan dalam penyusunan kebijakan terutama

dalam pengembangan usaha ternak itik.

4. Bagi pihak lain yang membutuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan

pustaka/referensi dan informasi untuk masalah yang sama di masa datang.

Page 18: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Sri (2003) tentang Analisis Usaha Peternak Ayam Ras

Petelur di Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa

usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten memiliki jumlah rata-rata ayam yang dipelihara 1.513 ekor dengan

mengeluarkan biaya total sebesar Rp 80.901.925 selama proses produksi dua

tahun sedangkan penerimaannya sebesar Rp 94.296.389,00 dengan demikian

keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 13.394.463,00. Usaha peternakan ayam

ras di Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten sudah dilakukan secara

efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 1,2.

Hasil penelitian Andriyani (2004) mengenai Analisis Usaha Ternak

Puyuh di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, menunjukkan bahwa

hasil yang dapat diambil dari usaha ternak puyuh adalah telur, puyuh afkir,

dan kotoran puyuh. Biaya dalam usaha ternak puyuh selama periode produksi

per 1000 ekor puyuh sebesar Rp 7.556.200,00 dengan keuntungan yang

diperoleh sebesar Rp 15.992.400,00. Usaha ternak puyuh di Kecamatan

Colomadu Kabupaten Karanganyar telah efisien dengan nilai R/C rasio

sebesar 3,12. Sedangkan nilai B/C rasio sebesar 2,12 maka usaha ternak puyuh

menguntungkan untuk diusahakan karena akan memberikan manfaat kepada

peternak dengan memberikan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan.

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa baik

usaha ternak puyuh maupun usaha ternak ayam ras petelur dapat

menghasilkan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh

besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu

besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan akan menunjukkan

tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut.

4

Page 19: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

5

B. Tinjauan Pustaka

1. Itik (Anas domesticus)

It ik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek

moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha)

atau Wild m allard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah

itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas dom esticus (itik ternak).

Unggas air terdiri dari berbagai macamnya, mulai dari unggas air liar

hingga unggas air yang sudah diternakkan. Dari serangkaian unggas air itu

terdapat unggas yang mempunyai arti pent ing bagi kehidupan manusia,

karena mampu memenuhi salah satu hasrat hidup manusia. Jajaran unggas

air ini adalah unggas air kecil berbadan ramping dan lincah yang dikenal

dengan “itik”, serta unggas air yang lebih gemuk dan bergerak lamban yang

kemudian diberi nama “bebek”. Sayang sekali banyak anggota masyarakat

yang tidak membedakan “itik” dengan “bebek”. Kata “bebek” berasal dari

bahasa daerah dan di banyak pedesaan Indonesia sama saja antara itik

dengan bebek dengan satu sebutan “bebek”(Rasyaf, 1993).

2. Usaha Ternak Itik

Ternak itik adalah salah satu usaha budidaya salah satu jenis unggas

air yang dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan protein hewani,

karena itik mem iliki keunggulan di antara unggas lokal lainnya yaitu ;

a. Produksi telurnya tinggi (200-250 butir pertahun).

b. Itik mulai bertelur ketika berumur 6 bulan dengan masa produksi

selama 11 bulan terus menerus setiap tahunnya, hanya memerlukan

waktu istirahat berproduksi pada masa rontok bulu.

c. Tidak mengerami telurnya sehingga efekt if dalam memproduksi telur.

d. Harga telur yang relatif tinggi dibandingkan dengan telur unggas yang

lain.

e. Pemasarannya mudah.

f. Hasil samping dari produksi itik seperti bulu dapat dimanfaatkan

sebagai bahan industri seperti kain, sikat halus, kemoceng, isi kasur dan

lain sebagainya (Rasyaf, 1993).

Page 20: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

6

3. Budidaya Itik

Berternak unggas mempunyai 3 macam tujuan yaitu berternak

unggas sebagai unggas potong, beternak unggas sebagai unggas petelur,

serta berternak unggas sebagai penghasil bibit (Marhijanto, 1993). Sebelum

seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri terutama

dalam hal pemahaman tentang budidaya beternak itik antara lain :

1. Lokasi

Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhat ikan adalah letak

lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak

transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi

lingkungan kandang yang kondusif bagi produktivitas ternak.

2. Penyiapan Sarana dan Peralatan

- Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.

- Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%.

- Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan

kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian

kandang.

Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup

sederhana asal tahan lama (kuat).

3. Pembibitan

Pemilihan bibit ada 3 ( t iga) cara untuk memperoleh bibit itik yang

baik adalah sebagai berikut :

a. Membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya

b. Memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk

mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok,

ayam atau mesin tetas

c. Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal

mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas

peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah t idak cacat (t idak

sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.

Page 21: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

7

4. Reproduksi dan Perkawinan

Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk

mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan.

Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand

m ating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating

(perkawinan itik secara alami).

5. Pemeliharaan

Sanitasi dan Tindakan Preventif, sanitasi kandang mutlak

diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan prevent if (pencegahan

penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya

penyakit.

Pemberian Pakan, pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase,

yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu)

dan fase layar (umur 18–72 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa

pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing

fase.

Pemeliharaan Kandang, kandang hendaknya selalu dijaga

kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari

kondisi kandang yang ada.

6. Penyakit

Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:

a. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri

dan protozoa.

b. Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata

laksana perkandangan yang kurang tepat.

7. Panen

a. Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik.

b. Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai pedaging.

Page 22: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

8

8. Penetasan

Itik memiliki sifat tidak mengerami telurnya sehingga efektif

dalam memproduksi telur, untuk menghasilkan bibit dapat dilakukan

dengan :

- penetasan alamiah rekayasa yaitu penetasan dengan bantuan unggas

lain.

- penetasan menggunakan alat tetas, pada umumnya mesin tetas

memiliki kapasitas 250-350 butir/unit dengan setiap periode penetasan

28 hari.

(Bappenas, 2008).

4. Biaya

Menurut Rasyaf (2000) biaya yang dikeluarkan oleh peternak

tergantung pada beberapa hal berikut :

a. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis ternak, dalam hal ini

spesifikasi tiap ternak jelas menghasilkan biaya yang berbeda-beda.

b. Biaya yang dikeluarkan tergantung besar kecilnya usaha peternakan.

c. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada kemampuan manajemen dan

administrasi peternakan.

Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan,

yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu pro-

duk. Analisis biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep

biaya alat luar, yaitu biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya

mengusahakan, yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga.

Konsep terakhir yaitu biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan di-

tambah biaya modal sendiri (Prasetyo, 1995). Biaya total adalah biaya total

untuk menghasilkan tingkat keluaran tertentu.

5. Penerimaan

Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerimaan

(revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya.

Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil

Page 23: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

9

produksi dikalikan dengan harga jual output. Secara matematis dapat

ditulis sebagai berikut:

TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total

Q = jumlah output/produk yang dihasilkan

P = harga jual

Semakin banyak jumlah hasil produksi maupun semakin tinggi harga

per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima

produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika hasil produksi sedikit dan

harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen

semakin kecil (Soedjarwanto dan Riswan, 1994).

6. Keuntungan

Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara

penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi

penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut:

π = TR – TC

dimana

π = keuntungan

TR = penerimaan total

TC = biaya total

Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara pendapatan bersih

dengan bunga dari seluruh modal yang dipergunakan dalam usahatani atau

merupakan perbedaan antara pendapatan kotor dengan biaya menghasil-

kan. Ini dapat dinyatakan sebagai persen dari pendapatan kotor atau dalam

persen dari biaya menghasilkan (Hadisapoetro, 1977).

Tujuan akhir perusahaan adalah keuntungan. Tingkat keuntungan

yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan. Keuntungan

juga menunjukkan betapa efektifnya sumber daya digunakan. Selain itu,

keuntungan dapat merangsang pemilik untuk menambah modal lebih besar

Page 24: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

10

lagi. Dengan keuntungan yang diperoleh, pengelola akan dapat melakukan

penyempurnaan mutu, pengembangan teknologi dan pelayanan lebih

bagus kepada konsumen. Dengan keuntungan pula usaha dapat diperluas,

produksi diperbanyak sehingga konsumen akan memperoleh jaminan

mutu, jumlah, dan harga yang memuaskan (Anonim, 2008).

7. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas

merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa

digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan

(Downey dan Erickson, 1992).

Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha

dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu

faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain,

profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan

dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosentase. Secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut:

Profitabilitas =

dimana :

π = keuntungan

TC = biaya total

8. Efisiensi

Keuntungan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang

tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari

investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya

produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh

keuntungan yang optimal (Rahardi, 1999).

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya pe-

nerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan

Page 25: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

11

menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio

atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

Secara matematis sebagai berikut:

Efisiensi =

keterangan :

R = penerimaan

C = biaya total

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berart i usaha yang dijalankan sudah efisien.

R/C = 1 berart i usaha belum efisien atau usaha baru mencapai

kondisi impas.

R/C < 1 berart i usaha yang dijalankan tidak efisien

(Soekartawi, 1995).

9. Risiko Usaha

Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas)

terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor menanamkan

modal untuk mendirikan usaha, tujuannya adalah untuk memperoleh keun-

tungan di masa depan, tetapi pada waktu yang sama juga memahami risi-

ko kurang dari yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rendahnya ke-

untungan atau bahkan rugi, dikatakan makin besar risiko usaha tersebut

(Soeharto, 1997).

Untuk menghitung besarnya risiko usaha adalah dengan mengguna-

kan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien

variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku usaha tersebut

dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh. Batas bawah keuntungan

(L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin diterima oleh pe-

ngusaha. Apabila nilai L≥ 0, maka pengusaha tidak akan mengalami keru-

gian. Sebaliknya apabila nilai L≤ 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam

proses produksi ada peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha

(Hernanto, 1993).

Page 26: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

12

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Seorang peternak dalam menjalankan usahanya pasti memiliki tujuan

untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bermacam-macam cara dapat

dilakukan oleh peternak seperti meminimalkan biaya produksi, meningkatkan

jumlah produksi. Akan tetapi setiap usaha mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda sehingga diperlukan suatu analisis usaha yang tepat supaya

tujuan dari peternak tersebut dapat tercapai.

Analisis biaya dimanfaatkan oleh peternak dalam mengambil suatu

keputusan. Biaya merupakan nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses

produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya mengusahakan dalam proses

produksi untuk menghasilkan produk meliputi biaya sarana produksi yaitu

pakan, bahan bakar, listrik, pengemasan, biaya tenaga kerja, dan biaya

penyusutan. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari

penjualan dengan biaya kesempatan dari sumber daya yang digunakan.

Keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (Revenue) atas biaya-biaya yang

dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

= Q.P – TC

Keterangan :

π = Keuntungan usaha (Rupiah)

TR = Penerimaan total usaha (Rupiah)

TC = Biaya total usaha (Rupiah)

Q = Jumlah produk hasil usaha (Ekor/Butir)

P = Harga produk hasil usaha (Rupiah)

Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau jasa

yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Yang dimaksud

usaha ternak itik ini adalah adalah usaha peternakan yang berupa unggas jenis

itik hasilnya adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir. Dari perhitungan data

akan diperoleh keuntungan dan profitabilitas. Keuntungan merupakan selisih

antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Sedangkan tingkat

keuntungan atau profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dari

Page 27: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

13

penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dalam prosentase. Secara

statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman

(variance) atau simpangan baku (standart deviation).

Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur

dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien va-

riasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung peternak

dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah

modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien

variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh peternak

semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan

(L) menunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh

peternak. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak

tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol maka

dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian

yang akan diderita peternak.

Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah

keuntungan adalah apabila nilai CV 0,5 dan nilai L 0 peternak akan

selalu untung atau impas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0

peternak akan mengalami kerugian.

Selain berusaha mencapai keuntungan yang besar, satu hal yang

seharus-nya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha

dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan

membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

untuk berproduksi. Apabila nilai R/C rasio > 1, berarti usaha sudah efisien,

R/C rasio = 1, berarti usaha masih impas dan bila R/C rasio < 1 berarti usaha

tidak efisien.

Page 28: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

14

Input

Pakan Vaksin/obat Tenaga kerja Bahan bakar Listrik

Biaya total

Analisis Usaha : - Keuntungan - Profitabilitas

- Efisiensi - Risiko

Risiko pasar

Limbah : 1. Kotoran 2. Cangkang telur

Risiko harga

Resiko produksi

Telur itik Bibit/ (DOD)

It ik afkir

Penerimaan

Adapun kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini :

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha

Ternak Itik. D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo

menguntungkan.

2. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah

efisien.

Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo

Produksi

Page 29: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

15

3. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo

mempunyai risiko.

E. Asumsi

1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga diasumsikan menerima upah

yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di daerah

penelitian.

2. Faktor iklim tidak berpengaruh terhadap usaha ternak itik.

3. Telur untuk pengisian mesin tetas dianggap didapat dari pembelian telur.

4. Telur yang diproduksi dijual semua.

F. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah peneli-

tian.

2. Usaha ternak itik yang diteliti adalah ternak itik yang pemeliharaannya di

dalam kandang (sistem kering).

3. Penelitian ini menggunakan data produksi selama 1 bulan yaitu pada bulan

Mei 2009.

4. Dalam analisis juga dihitung untuk setiap usaha ternak itik per 100 ekor

dan 4 mesin tetas.

G. Definisi O perasional dan Pengukuran Variabel

1. Usaha ternak adalah kegiatan memelihara hewan dan mengambil manfaat

dari hewan yang dipelihara.

2. Usaha ternak itik adalah usaha peternakan yang berupa unggas jenis itik

hasilnya adalah telur, bibit (DOD), itik afkir.

3. Telur itik adalah hasil produksi ternak itik yang berupa telur dan

dinyatakan dalam satuan butir.

4. Bibit (DOD) adalah itik yang sudah menetas dari hasil proses penetasan

telur m enggunakan mesin/alat tetas dan dinyatakan dalam satuan ekor.

Page 30: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

16

5. Itik afkir adalah itik yang sudah tidak produktif untuk diternakkan sehing-

ga hanya akan memperbesar biaya jika terus dipelihara dan dinyatakan

dalam satuan ekor.

6. Biaya total merupakan semua biaya yang dikeluarkan dan digunakan

dalam proses produksi dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya

indukan, tenaga kerja, pakan, bahan bakar, listrik, penyusutan mesin tetas,

pengemasan dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

7. Penerimaan usaha ternak itik adalah perkalian antara jumlah produk yang

terjual dengan harga per satuan produk dan dinyatakan dalam satuan

rupiah. Produk yang dihasilkan adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir.

8. Keuntungan usaha ternak itik adalah selisih antara penerimaan total

dengan biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah.

9. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh

dengan biaya total yang digunakan dalam usaha ternak itik, dinyatakan

dalam persen (%).

10. Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan

biaya total.

11. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan diterima oleh produsen.

Page 31: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

III. METO DE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif,

yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual

pada masa sekarang. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan,

kemudian dianalisis (metode ini sering disebut dengan metode analitik)

(Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengambilan Data

1. Metode Penentuan Daerah Sam pel

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo, penentuan kecamat-

an sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan

kecamatan yang memiliki populasi itik terbesar. Untuk mengetahui dimana

kecamatan yang memiki populasi itik terbesar di Kabupaten Sukoharjo,

peneliti mengambil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo

Tribulan IV tahun 2008 yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Kecamatan Populasi (ekor)

01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12.

Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura

1368 3428 5739

11.242 3217 4870 8202

14.565 4224

10.682 50.735

9.775 Total 128.047

Sumber : Sub Dinas Peternakan – Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tribulan IV Tahun 2008

17

Page 32: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

18

Dari Tabel 2 diketahui populasi itik yang dimiliki setiap kecamatan

di wilayah Kabupaten Sukoharjo, terpilih Kecamatan Gatak sebagai

kecamatan sampel karena miliki populasi itik yang terbesar.

Pengambilan desa sebagai lokasi sampel dilakukan secara

purposive sam pling dengan kriteria desa tersebut memiliki populasi itik

terbesar dan memiliki peternak itik terbanyak di Kecamatan Gatak. Untuk

mengetahui dimana populasi itik terbesar di tingkat desa, peneliti

mengambil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo Tribulan

IV tahun 2008, dalam data yang diambil di Sub Dinas Peternakan

Kabupaten Sukoharjo populasi itik disajikan mulai dari tingkat kecamatan

sampai tingkat desa yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Jumlah

peternak dan populasi itik di Kecamatan Gatak di sajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Peternak It ik dan Populasi Itik di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Desa Jum lah Peternak (KK)

Populasi Itik (ekor)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Sanggung Kagokan Blimbing Krajan Geneng Jati Trosemi Luwang Klaseman Tempel Sraten Wironanggan Trangsan Mayang

42 168

48 29 37 29 14 16 18 14 26 16 15 49

2.540 18.870

3.187 1.478 3.822 3.143 2.723 3.377 1.356 1.379 1.402 2.503 2.043 2.912

Total 521 50.735

Sumber : Sub Dinas Peternakan–Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa Desa Kagokan merupakan daerah

dengan peternak itik terbanyak yaitu sebanyak 168 kepala keluarga serta

terdapat populasi itik terbesar dengan jumlah 18.870 ekor. Oleh karena itu

Desa Kagokan dipilih sebagai desa sampel dalam penelitian ini.

Page 33: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

19

2. Metode Pengambilan Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), bila data dianalisis dengan

statistik parametrik maka jumlah data sampel harus besar, karena nilai-

nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal.

Sampel yang tergolong sampel besar yang distribusinya normal adalah

sampel yang jumlahnya ≥30 kasus yang diambil secara random. Dalam

penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 peternak.

Pemilihan sampel peternak itik dilakukan secara simple random

sam pling (sampel acak sederhana) maksudnya adalah semua individu

dalam populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi anggota

sampel (Singarimbun dan Efendi, 1995). Dalam penelitian ini sampel

adalah peternak itik yang memiliki mesin tetas, pengambilan sampel

peternak itik di dapat dari kerangka sampel yang disusun peneliti,

kerangkan disusun berdasar data dan keterangan di instansi pemerintahan

terkait dalam hal ini data dari kantor kelurahan Kagokan, dari data

pemerintah desa jumlah peternak yang memiki mesin tetas sebanyak 49

peternak kemudian diambil 30 peternak sebagai sampel secara acak

dengan cara undian.

C. Jenis Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)

yang sudah dipersiapkan. Sumber data primer dari penelitian ini adalah

peternak itik yang mengusahakan usaha ternak dengan sistem kandang dan

penetasan dengan mesin tetas.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari organisasi atau

instansi terkait sepert i kantor kepala desa, kecamatan, BPS atau lembaga

lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data yang di

ambil data pertumbuhan dan populasi ternak dari BPS Kabupaten

Sukoharjo, jumlah peternak unggas dan perkembangan populasi per tri

Page 34: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

20

bulan dari dinas peternakan, data monografi dan keterangan pengisian dari

Kecamatan Gatak, data sampel peternak dari Kelurahan Kagokan,

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan cara

pengamatan langsung pada daerah yang akan diteliti, sehingga akan

memperoleh gambaran yang jelas/sebenarnya mengenai objek yang diteliti.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan dengan

cara bertanya langsung kepada responden berdasarkan pada daftar

pertanyaan yang telah dibuat.

3. Pencatatan

Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, dengan cara

mencatat data yang ada pada instansi atau lembaga yang terkait dengan

penelitian.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data menggunakan analisis usaha

yaitu lebih mengutamakan bagaimana kemampuan suatu usaha untuk mempe-

roleh keuntungan dari usaha yang dijalankan dalam hal ini usaha ternak itik.

1. Analisis Usaha

Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan dari usaha ternak itik.

a. Konsep biaya yang dipergunakan adalah konsep biaya mengusahakan

yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga, dalam hal

ini biaya yang dihitung meliputi biaya tenaga kerja, pakan, minyak

tanah, listrik, pengemasan.

b. Untuk mengetahui penerimaan dari usaha ternak itik yaitu dengan

mengalikan jumlah produk (terjual) dengan harga produk tersebut.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TR = TRt + TRb

TR = Q x P

Page 35: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

21

TRt = Qt x Pt

TRb = Qb x Pb

Keterangan :

TR = Penerimaan total usaha ternak itik (Rupiah)

TRt = Penerimaan dari hasil penjualan telur (Rupiah)

TRb = Penerimaan dari hasil penjualan bibit (Rupiah)

Qt = Jumlah telur yang dijual (Butir)

Qb = Jumlah bibit yang dijual (Ekor)

Pt = Harga telur (Rupiah)

Pb = Harga bibit (Rupiah)

c. Keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya

total. Metode perhitungan keuntungan usaha ternak itik secara mate-

matis dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

TR = penerimaan total usaha ternak itik (Rupiah)

TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)

2. Profitabilitas Usaha

Untuk mengetahui nilai profitabilitas usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo adalah dengan membandingkan antara keuntungan usaha pada

ternak itik yang diperoleh dengan biaya total yang telah dikeluarkan dan

kemudian dikalikan 100%. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas =

dimana :

π = keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah).

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah sebagai

berikut :

Page 36: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

22

Profitabilitas > 0 berarti usaha ternak itik yang diusahakan menguntung-

kan

Profitabilitas = 0 berarti usaha pada ternak itik yang diusahakan mengala-

mi BEP (impas)

Profitabilitas < 0 berarti pada ternak itik yang diusahakan tidak meng-

untungkan.

3. Analisis Efisiensi Usaha

Untuk mengetahui efisiensi usaha ternak itik yang telah dijalankan

selama ini dengan menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah

singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara

penerimaan dan biaya.

Efisiensi usaha ternak itik dapat dihitung dengan membandingkan

besarnya penerimaan usaha ternak itik dengan biaya yang digunakan untuk

produksi yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi =

keterangan :

R = penerimaan usaha ternak itik (Rupiah)

C = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berart i usaha ternak itik yang dijalankan sudah efisien.

R/C = 1 berart i usaha ternak itik belum efisien atau baru mencapai kondisi

impas.

R/C < 1 berart i usaha ternak itik yang dijalankan tidak efisien.

4. Analisis Risiko Usaha

Untuk menghitung besarnya risiko usaha ternak itik adalah dengan

menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus

ditanggung oleh peternak itik dengan jumlah keuntungan rata-rata yang

akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam

proses produksi, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Page 37: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

23

CV =

keterangan :

CV = koefisien variasi usaha ternak itik

V = simpangan baku keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan rata-

rata usaha ternak itik dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai

berikut :

E =

keterangan :

E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah)

n = jumlah peternak itik (orang)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha ternak itik

selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode

analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V=

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

V2 =

Keterangan :

V2 = ragam

n = jumlah peternak itik (orang)

E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah)

Untuk mengetahui batas bawah keuntungan usaha ternak itik diguna-

kan rumus :

L = E – 2V

Page 38: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

24

keterangan :

L = batas bawah keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

E = keuntungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)

V = simpangan baku keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus

ditanggung peternak semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah

apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa peternak itik akan

selalu terhindar dari kerugian.Dan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0

berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh peternak itik.

Page 39: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kabupaten Sukoharjo dilihat dari segi koordinatnya terletak pada : 110°

57' 33,70" BT sampai 110° 42' 6,79" BT dan 7° 32' 7,00" LS sampai 7°49'

32,00" LS. Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kabupaten di wilayah

Propinsi Jawa Tengah, letaknya berbatasan dengan 6 (enam) kabupaten / kota,

yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungkidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten

Secara administratif, Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12

kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo yaitu seluas 46.666 Ha atau

sekitar 1,43 % luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang paling

luas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang

paling kecil adalah Kecamatan Kartasura seluas 1.923 Ha (4,12%).

(Kabupaten Sukoharjo dalam Angka, 2007).

Kecamatan Gatak merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten

Sukoharjo terletak di dataran tinggi, yaitu 118 meter di atas permukaan laut

dengan luas wilayah 1.947,2 Ha, yang mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Kartasura

Sebelah Timur : Kecamatan Baki

Sebelah Selatan : Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten

Sebelah Barat : Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

Luas wilayah yang ada di Kecamatan Gatak terdiri dari 1.271 Ha lahan

sawah, tegal 2,2 Ha, pekarangan 517 Ha, dan lainnya 157 Ha. Luas bukan

lahan sawah yang dipakai untuk pekarangan merupakan luas terbesar

dibandingkan dengan luas bukan sawah lainnya. Hal ini merupakan potensi

bagi pemilik lahan untuk menambah pendapatan keluarga dengan menjalan-

25

Page 40: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

26

kan usaha ditempat pekarangan mereka, salah satunya mengusahakan usaha

ternak itik.

B. Keadaan Penduduk

1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten

Sukoharjo adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak T ahun 2007

Daerah Jum lah Penduduk (Jiwa)

Sex Rasio Laki - laki Perempuan Jumlah

Sukoharjo Gatak

411.340 23.648

420.273 24.046

831.613 47.694

0,97 0,98

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007 Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Sukoharjo

pada tahun 2007 berjumlah 831.613 jiwa yang terdiri dari penduduk

laki-laki berjumlah 411.340 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah

420.273 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Sukoharjo pada tahun

2008 adalah sebesar 0,97 yang berart i bahwa dalam setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 97 penduduk laki–laki.

Penduduk Kecamatan Gatak pada tahun 2007 berjumlah 47.694

jiwa yang terdiri dari 23.648 jiwa penduduk laki-laki dan 24.046 jiwa

penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin di Kecamatan Gatak pada tahun

2008 adalah sebesar 0,98 yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 98 penduduk laki–laki.

Page 41: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

27

2. Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produkt if dan non

produkt if. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut umur dan jenis

kelamin adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007

No. Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki Perem puan (Jiwa) (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

0 - 4 5 - 9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74

75 +

26.310 24.840 30.808 30.043 32.111 31.221 36.054 36.812 38.221 41.504 38.202 40.811 34.412 34.621 31.623 31.380 29.070 30.215 24.372 25.203 20.054 23.050 15.011 15.637 12.065 12.050 12.100 13.030 6.862 8.122 13.134 12.234

51.150 60.851 63.332 72.812 79.725 79.013 69.033 63.003 59.285 49.575 43.104 30.648 24.115 25.130 14.984 25.368

Jum lah 411.340 420.273 831.613

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas

penduduk Kabupaten Sukoharjo merupakan penduduk dalam usia

produkt if yaitu penduduk yang berusia antara 15-59 tahun. Sebagian besar

penduduk yang berusia produkt if di Kabupaten Sukoharjo ini dapat

memberikan gambaran tentang keadaan tenaga kerjanya.

Keadaan penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo menurut

umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Page 42: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

28

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007

No. Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki Perem puan (Jiwa) (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

0 - 4 5 - 9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74

75 +

1.842 1.710 1.818 1.675 1.877 1.784 1.921 1.855 2.299 2.262 2.239 2.261 1.978 2.130 1.829 1.902 1.630 1.767 1.371 1.389 1.160 1.114 839 897 782 865 699 816 565 718 799 901

3.552 3.493 3.661 3.776 4.561 4.500 4.108 3.731 3.397 2.760 2.274 1.736 1.647 1.515 1.283 1.700

Jum lah 23.648 24.046 47.694

Sumber : Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penduduk

Kecamatan Gatak paling besar berada pada umur 20-24 tahun sebanyak

4561 jiwa. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk

Kecamatan Gatak merupakan penduduk dalam usia produkt if yaitu

penduduk yang berusia antara 15-59 tahun. Sebagian besar penduduk yang

berusia produkt if di Kecamatan Gatak ini dapat memberikan gambaran

mengenai keadaan tenaga kerja pada usaha ternak itik, yaitu bahwa tenaga

kerjanya berada pada usia produkt if, dari hasil penelitian diketahui bahwa

yang aktif dalam usaha ternak itik adalah penduduk dalam usia produkt if.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat menggam-

barkan kesejahteraan suatu penduduk. Keadaan mata pencaharian pen-

duduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya

yang tersedia, keadaaan sosial ekonomi masyarakat sepert i keterampilan

Page 43: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

29

yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan modal yang

tersedia.

Jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

No Lapangan Usaha Jum lah Penduduk

(jiwa)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa & Pemerintah Lainnya

95.123 883

102.531 294 26.849

118.730 17.304

5006 46.689

296.756

13,39 0,12

14,44 0,04 3,78

16,72 2,44 0,71 6,57

41,79 Jumlah Total 710.165 100,00

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa banyaknya penduduk di

Kabupaten Sukoharjo yang bekerja di sektor pertanian adalah 95.123

orang atau 13,39%, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri

sebesar 102.531 orang atau 14,44%. Penduduk di Kabupaten Sukoharjo

yang bekerja di sektor industri lebih besar daripada di sektor pertanian

karena semakin m eningkatnya jumlah industri di Kabupaten Sukoharjo.

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan

Gatak Kabupaten Sukoharjo ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini.

Page 44: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

30

Tabel 8. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)

1. Petani 13.498 44,2 2. Peternak 5.524 18,1 4. Pengrajin/ Industri Kecil 222 0,7 5. Buruh Tani 3.447 11,3 6. Buruh Industri 2.275 7,5 7. Buruh Bangunan 2.776 9,1 8. Pedagang 569 1,9 9. Pengangkutan 206 0,6

10. Pegawai Negeri Sipil 1.091 3,6 11. 12. 13.

ABRI Pensiunan (PNS/ ABRI) Pengusaha

250 461 225

0,8 1,5 0,7

Jum lah 30.544 100,0

Sumber : Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan

Gatak paling besar bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 13.498

jiwa dengan prosentase 44,2%. Hal ini disebabkan Kecamatan Gatak

memiliki lahan pertanian yang masih luas yaitu 1.271 Ha lahan sawah.

Sedangkan mata pencaharian sebagai peternak di Kecamatan Gatak

menduduki peringkat terbesar kedua setelah mata pencaharian sebagai

petani.

Luas bukan lahan sawah yang dipakai untuk pekarangan merupakan

luas terbesar dibandingkan dengan luas bukan sawah lainnya. Hal ini

merupakan potensi bagi pemilik lahan untuk menambah pendapatan

keluarga dengan menjalankan usaha di tempat pekarangan, usaha yang

cocok adalah dengan mengusahakan ternak, salah satunya usaha ternak

itik.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian

dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai. Sarana

perekonom ian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian baik

Page 45: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

31

yang disediakan pemerintah maupun pihak swasta serta dari swadaya

masyarakat setempat. Semakin baik sarana perekonomian suatu daerah, akan

mendorong kegiatan perekonom ian di daerah tersebut untuk tumbuh dan

berkembang. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan ekonomi dapat berjalan

lancar sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat .

Sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat

pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007

No Jenis Sarana Ekonom i Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4.

Pasar umum Toko Kios/ warung Bank

30 1962 2189

204

Jumlah 4.385

Sumber. Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka , 2007

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa sarana perekonom ian di

Kabupaten Sukoharjo adalah pasar umum sebanyak 30, toko sebanyak 1962

unit , Kios/warung sebanyak 2189 unit, serta sarana perekonom ian berupa

Bank sebanyak 204 buah.

Untuk mengetahui keadaan sarana perekonomian di Kecamatan Gatak

dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kecamatan Gatak T ahun 2007

No. Jenis Sarana Ekonomi Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pasar Umum Pasar Bangunan Permanen Koperasi Simpan Pinjam Toko Kios/Warung Bank

4 4

48 328 377

6

Sumber : Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Salah satu sarana yang dapat menunjang jalannya roda perekonomian

di suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jual beli

barang dan atau jasa. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa di

Kecamatan Gatak terdapat 4 pasar umum serta 4 pasar dengan bangunan

Page 46: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

32

permanen, sehingga sangat membantu kegiatan perekonomian penduduk

dalam hal ini pemasaran produk dari usaha ternak itik, banyak dari pedagang

yang menjual makanan dari hasil itik antara lain telur itik dan telur asin

(pengolahan dari telur itik), serta adanya pasar hewan untuk pemasaran DOD

maupun itik dewasa yang ada setiap hari Pon (hari jawa) yang ramai

dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Selain itu juga terdapat 328

toko, serta 377 kios/warung, koperasi simpan pinjam sebanyak 48 unit , dan 6

bank. Dengan adanya koperasi simpan pinjam serta bank maka sangat

berguna dalam penyediaan modal bagi setiap penduduk yang ingin

mendirikan usaha serta memperlancar proses perekonomian.

Dengan demikian maka Kecamatan Gatak telah mempunyai sarana dan

lembaga perekonomian yang dapat mendukung untuk menjalankan suatu

usaha salah satunya usaha ternak itik.

D. Keadaan Usaha Ternak Itik

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten penyumbang

kom oditas pangan di Jawa Tengah, Produktivitasnya terutama padi terus

meningkat. Pada tahun 2007 berhasil mencapai 69,86 Kw/Ha, luas panen padi

naik sebesar 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut penggunaan

lahan terdiri dari lahan sawah sebesar 21.111 Ha (45,24%) dan lahan bukan

sawah sebesar 25.555 Ha (54,76%). Lahan sawah terdiri dari sawah yang

mempunyai irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah

tadah hujan. Luas lahan sawah dengan irigasi teknis sebesar 14.813 Ha

(70,17%), irigasi setengah teknis sebesar 1.897 Ha (8,98%), irigasi sederhana

sebesar 1.937 Ha (9,18%), dan sawah tadah hujan sebesar 2.464 Ha (11,67%).

Peternakan di Kabupaten Sukoharjo dibedakan menjadi tiga kelompok

utama yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari

sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda. Jenis ternak kecil yang diusahakan

di Kabupaten Sukoharjo adalah kambing, domba, dan babi. Jenis unggas yang

diusahakan di Kabupaten Sukoharjo adalah ayam ras, ayam buras dan itik.

Jenis-jenis kom oditi peternakan tahun 2007 di Kabupaten Sukoharjo disajikan

dalam Tabel 11 di bawah ini.

Page 47: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

33

Tabel 11. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

No. Jenis Kom oditi Jum lah (Ekor)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Kuda Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Ras Ayam Buras Itik

207 26.116

612 1.590

37.445 35.383

8.421 2.695.350

697.198 99.485

Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jenis ternak dan jumlah

ternak yang diusahakan di Kabupaten Sukoharjo meliputi ternak besar yaitu

kuda sebanyak 207 ekor, sapi potong sebanyak 26.116, sapi perah 612, kerbau

1.590, ternak kecil yaitu berupa kambing sebanyak 37.445, domba 35.383,

babi 8.421, sedangkan untuk unggas meliputi ayam ras sebanyak 2.695.350,

ayam buras 697.198, dan itik sebanyak 99.485.

Usaha tani yang banyak berkembang di Kecamatan Gatak adalah usaha

pertanian tanaman pangan dan peternakan, seluruh tanah sawah di Kecamatan

Gatak berpengairan teknis yaitu seluas 1.271 Ha. Selain mengandalkan sektor

pertanian juga berkembang sektor peternakan, jenis ternak yang di usahakan

adalah ternak besar sepert i kuda, sapi, kerbau dan ternak kecil seperti babi,

domba, kambing. Disamping itu juga diusahakan ternak unggas sepert i ayam

kampung, ayam potong, dan itik. Pada Tabel 12 dibawah ini dapat dilihat

jumlah peternak sesuai dengan jenis ternak yang ada di Kecamatan Gatak.

Page 48: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

34

Tabel 12. Jenis Ternak dan Jumlah Peternak di Kecamatan Gatak Tahun 2007

No. Jenis Ternak Jumlah Peternak (orang)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sapi Kerbau Kambing Kuda Babi Ayam Itik

71 33

317 18

106 4458

521

Sumber : Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis ternak dan jumlah

peternak yang mengusahakan di Kecamatan Gatak adalah ternak sapi

sebanyak 71 orang, ternak kerbau 33 orang, ternak kambing 317 orang, ternak

kuda 18 orang, ternak babi 106 orang, ternak ayam 4.458 orang, ternak itik

521 orang.

Page 49: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Usaha Ternak Itik

Kecamatan Gatak merupakan salah satu sentra usaha ternak itik di

Kabupaten Sukoharjo. Penyebaran serta populasi itik semakin meningkat

dari tahun ke tahum, keberadaan ternak itik merupakan bagian dari

kehidupan masyarakat sekitar. Metode pengusahaan itik di Kecamatan

Gatak ada 3 tipe:

a. Umbaran (t ipe basah) : tipe basah diusahakan oleh masyarakat yang

dekat dengan sumber air/ sungai, cara memelihara dengan

mengeluarkan itik dari kandang pada siang hari untuk mandi dan

mencari makan.

b. Kandang (t ipe kering) : yaitu dengan memelihara itik di dalam

kandang terus-menerus, itik diberi makanan dari campuran pakan yang

di dapat dari penjual makanan ternak. Peternak dengan sistem ini juga

menggunakan mesin tetas untuk menghasilkan DOD. Kebutuhan telur

untuk mesin tetas dipenuhi dari hasil pemeliharaan itik.

c. Penetasan : yaitu hanya mengusahakan penetasan tanpa memelihara

itik untuk di ambil telur. Kebutuhan telur untuk mesin tetas yang

dimiliki di dapat dari pembelian telur dari peternak yang ada di

sekitarnya.

Peningkatan keuntungan menjadi alasan utama dijalankannya usaha

ini. Ternak itik ini membutuhkan lahan yang luas serta ketenangan, jauh

dari akt ifitas manusia hal ini menjadi potensi di daerah Kecamatan Gatak.

Pemeliharaan itik oleh peternak masih menggunakan lahan di

sekitar rumah mereka. Usaha ternak itik di Kecamatan Gatak ini sudah

berlangsung lama serta merupakan bagian dari kehidupan sebagian

masyarakat sekitar, baik dari hasil yang dapat diperoleh maupun limbah

yang dihasilkan yaitu berupa kotoran dan cangkang telur. Pemasaran hasil

35

Page 50: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

36

ternak barupa telur hanya untuk mencukupi daerah Sukoharjo akan tetapi

hasil berupa DOD pemasaranya lebih banyak ke luar daerah.

2. Karakteristik Responden

Ident itas responden merupakan keadaan yang menggambarkan

kondisi umum dari peternak itik yang masih aktif berproduksi pada saat

dilakukannya penelitian. Ident itas responden yang dikaji dalam penelitian

ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah

anggota yang akt if dalam usaha, jumlah tenaga kerja luar dan lama

mengusahakan.

Tabel 13. Karakteristik Responden Usaha Ternak Itik

No. Uraian Rata-rata per Responden 1. Umur responden (tahun) 42 2. Lama pendidikan (tahun) 10 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 4 4. Jumlah anggota keluarga yang akt if

dalam produksi (orang) 2

5. Jumlah tenaga kerja luar (orang) 1 6. 7. 8.

Lama mengusahakan (tahun) Jumlah itik Jumlah mesin tetas

12 297

12

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa umur rata–rata

responden adalah 42 tahun yang masih termasuk dalam kategori usia

produkt if, umur responden berpengaruh terhadap produktivitas responden

dalam menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan rata-rata responden

adalah 10 tahun atau sudah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun dalam

pendidikan formal. Sehingga dapat dikatakan wawasan ataupun penge-

tahuan yang dimiliki oleh para responden sudah cukup memadai.

Walaupun pendidikan formal kurang dibutuhkan dalam usaha ternak itik,

namun hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka

dalam mengelola usaha ternak itik.

Jumlah rata-rata anggota keluarga yang dimiliki oleh responden

adalah sebanyak 4 orang. Hal ini berpengaruh pada ketersediaan tenaga

kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut dalam

Page 51: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

37

proses produksi usaha ternak itik. Semakin banyak jumlah anggota

keluarga, maka kontribusi keterlibatan anggota keluarga dalam usaha

ternak itik akan semakin besar. Sedangkan jumlah rata–rata anggota

keluarga yang aktif dalam usaha ini hanya 2 orang. Hal tersebut

dikarenakan anggota keluarga yang lain dalam keluarga tersebut bekerja

pada sektor pekerjaan yang lain atau masuk dalam kategori usia yang tidak

produkt if dikarenakan masih anak-anak atau sudah tua. Sementara itu

rata–rata jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan dalam usaha ternak

itik oleh masing-masing responden adalah 1 orang. Semakin banyak

anggota keluarga yang terlibat dalam usaha ternak itik maka kebutuhan

akan t enaga kerja luar semakin sedikit .

Usaha ternak itik merupakan usaha yang sudah lama digeluti oleh

masyarakat di daerah tersebut. Hal ini dapat dibukt ikan dengan rata-rata

waktu mengusahakan usaha ternak itik oleh para responden yaitu selama

12 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para peternak itik

sudah memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan usahanya. Jumlah

itik rata-rata yang diusahakan sebanyak 297 ekor per responden, itik yang

diusahakan adalah itik petelur (indukan). Para peternak menetaskan telur

itik dengan mesin tetas dengan jumlah rata-rata mesin tetas yang mereka

miliki sebanyak 12 buah.

Alasan responden dalam menjalankan usahanya sebagai peternak itik

dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Alasan Responden Mengusahakan Usaha Ternak Itik

No. Alasan Usaha Jum lah (Responden)

Prosentase (%)

1. 2. 3.

Usaha warisan Tidak mempunyai pekerjaan lain Lebih menguntungkan daripada usaha lain

10 2 18

33,33 6,67

60,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 14 menunjukkan bahwa usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo diusahakan karena beberapa alasan. Alasan yang paling besar

Page 52: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

38

yaitu sebesar 60,00% (18 responden) mengusahakan ternak itik karena

lebih menguntungkan daripada usaha lain, hal ini dibuktikan sendiri oleh

para responden yaitu selama mengusahakan ternak itik hasil yang didapat

mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Usaha ternak itik di Kabu-

paten Sukoharjo telah berlangsung cukup lama dan sudah diwariskan turun

temurun kepada anak-anaknya, karena alasan responden menjalankan

usaha ternak itik ini adalah warisan dari orang tuanya yaitu sebanyak 10

responden (33,33%). Alasan lainnya yaitu tidak mempunyai pekerjaan lain

sebanyak 2 responden (6,67%), mereka mencoba mengusahakan usaha

ternak itik yang sudah berkembang di daerahnya untuk mendapatkan

penghasilan.

Setiap usaha yang dilakukan dapat merupakan usaha utama ataupun

usaha sampingan. Begitu juga dengan usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo. Berikut ini tabel mengenai status usaha ternak itik:

Tabel 15. Status Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo

No. Status Usaha Jumlah (Responden) Prosentase (%) 1. 2.

Utama Sampingan

24 6

80 20

Jum lah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa usaha ternak itik di Kabupaten

Sukoharjo, responden yang menjadikan ternak itik sebagai pekerjaan

utama yaitu sebanyak 24 responden (80%). Usaha utama karena mampu

memberikan penghasilan yang cukup untuk menopang kebutuhan hidup

sehari-hari, sedangkan yang menjadikan sebagai pekerjaan sampingan

sebanyak 6 responden (20%). Responden yang menjadikan usaha ternak

itik sebagai pekerjaan sampingan karena mereka sudah memiliki pekerjaan

utama yaitu sebagai PNS, karyawan, pedagang dan mengusahakan usaha

ternak itik sebagai penambah penghasilan dari pekerjaan utama yang telah

mereka miliki.

Page 53: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

39

3. Sumber Modal Usaha

Para peternak itik dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan

modal. Modal untuk melaksanakan proses produksi yang digunakan

disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Sumber Modal Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo

No Sumber Modal Jumlah Prosentase (%) 1. 2.

Modal sendiri Modal pinjaman

30 0

100 0

Total 30 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa 100% atau seluruh responden

yang dipilih menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri. Para

responden sudah lama mengusahakan usahanya, sehingga saat dilakukan

penelitian tidak ada modal pinjaman/bantuan dari pihak perkreditan

maupun bank.

4. Sarana Produksi

a. Pakan

Bahan utama yang digunakan dalam usaha ternak itik adalah

pakan ternak, dalam usaha ternak itik pakan ternak yang digunakan

antara lain bekatul, konsentrat (Pokpan 144), dan mineral (Turbo).

Pakan tersebut diperoleh dengan cara membeli dari pedagang pakan

ternak dan tempat penggilingan beras untuk bekatul. Peternak yang

membutuhkan pakan dalam jumlah yang banyak sudah berlangganan

sebelumnya, dengan sistem barang diantar sampai di tempat.

Jadwal pemberian pakan tidak sekehendak hati agar memperoleh

hasil produksi telur yang baik, mereka membagi jadwal pemberian

pakan itik tiga kali sehari yaitu pagi, siang, sore. Jam pemberian pakan

harus tepat dan tidak berubah-ubah setiap hari, jika biasanya pemberian

pakan pagi hari dilakukan antara jam 6-7 maka seterusnya pun

demikian. Jadi pemberian pakan pada itik dapat dibagi menjadi tiga

bagian waktu ;

Page 54: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

40

a. Pemberian pakan pagi hari pada jam 06.00-07.00

b. Pemberian pakan siang pada jam 12.00

c. Pemberian pakan pada sore hari jam 16.00

Pemberian pakan rata-rata responden per hari dengan jumlah

rata-rata itik yang dipelihara peternak yaitu 297 ekor dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini:

Tabel 17. Jenis Pakan dan Jumlah Rata-Rata Pemberian Pakan Per Hari Untuk 297 Ekor itik

No. Jenis Pakan Jumlah

(kg) Prosentase

(%) Per 100 Ekor

1. 2. 3.

Konsentrat Bekatul Mineral

17,0 72,0

0,4

19,0 80,5

0,5

5,5 24,0 0,1

Total 89,4 100,0 29,6

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 17 diketahui rata-rata pemberian pakan serta

komposisi campuran pakan itik per hari, pakan utama yang dikonsumsi

untuk itik petelur adalah konsentrat dengan campuran yang diberikan

adalah bekatul dan mineral. Untuk rata-rata itik yang dipelihara dengan

jumlah 297 ekor membutuhkan 72 kg bekatul, 17 kg konsentrat, dan 0,4

kg mineral.

Pemeliharaan itik sebanyak 100 ekor dibutuhkan kira-kira 24 kg

bekatul, 5,5 kg konsentrat, dan 0,1 kg mineral untuk pemberian pakan

setiap hari. Pemberian pakan harus teratur sedangkan untuk minuman

harus tersedia sepanjang hari di dalam kandang agar itik tidak lemas

karena kekurangan air minum.

b. Peralatan Usaha

Peralatan yang digunakan dalam usaha ternak itik di Kecamatan

Gatak :

a. Bangunan Kandang : tempat memelihara itik berupa tanah yang datar

yang sekelilingnya diberi batas yaitu anyaman bambu, agar itik tetap

tinggal di dalam dan tidak terganggu dari gangguan hewan lain

maupun kegiatan manusia.

Page 55: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

41

b. Tempat Pakan : sebagai wadah untuk menaruh pakan ternak terbuat

dari balok kayu.

c. Tempat Minum : sebagai wadah air yang selalu ada di dalam

kandang untuk minum ternak.

d. Ember: digunakan sebagai wadah untuk mencampur pakan.

e. Panci/rengkot : sebagai takaran/ukuran untuk campuran pakan yang

akan diberikan pada ternak.

f. Gayung : digunakan untuk menuang air pada tempat minum.

g. Keranjang Telur : alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk kotak

digunakan untuk menaruh telur yang telah diambil dari kandang.

h. Mesin Tetas : alat untuk menetaskan telur, merupakan rangkaian

bahan dari triplek, kayu, lampu, dimmer (instalasi listrik untuk

mengatur suhu), lampu minyak, engsel, kaca. Biasanya mampu

menampung 400 telur untuk diteteskan.

i. Termometer : untuk mengukur suhu pada mesin tetas.

j. Baki Pelembab : untuk menjaga kelembaban pada mesin tetas, baki

berisi air serta ditaruh di bawah mesin tetas.

5. Proses Produksi

a. Produksi Telur

Pemeliharaan itik disini merupakan jenis pemeliharaan sistem

kering yaitu itik berada di dalam kandang terus tanpa ada proses

dimandikan. It ik memiliki 2 kandang berbeda, kandang siang dan

malam untuk istirahat. Setiap pagi itik dikeluarkan dari kandang

istirahat menuju kandang siang dimana terjadi akt ivitas makan,

minum, dan berjemur.

Kandang siang lebih terbuka agar terkena sinar matahari untuk

membantu pertumbuhan dan daya tahan itik. Pakan itik diberikan di

kandang ini dengan campuran konsentrat, bekatul, mineral, dan air.

Makanan itik dijaga agar selalu ada sisanya karena itik akan makan

sebanyaknya jika tidak ada sisa makanan di tempat makan mereka.

Page 56: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

42

Jika sudah menjadi kebiasaan, itik akan makan secukupnya tanpa harus

kenyang karena sisa pakan masih ada.

Aktivitas itik dikandang siang selesai setelah pemberian pakan

terakhir yaitu sore hari, itik dipindahkan menuju kandang malam/

kandang istirahat. Kandang istirahat ini lebih teduh ruangnya dan lebih

hangat karena diberi seresah jerami, disini tidak ada perlakuan

terhadap itik. It ik beristirahat, serta melakukan proses bertelur.

Kebiasaan itik dalam melakukan proses bertelur yaitu memilih di

pojokan kandang, itik akan merasa hangat dan nyaman dengan

tumpukan jerami yang terkumpul.

Pagi hari itik dikeluarkan dari kandang istirahat menuju kandang

aktivitas, selanjutnya peternak mengumpulkan telur yang sudah ada.

Kegiatan ini berlangsung seterusnya, telur itik dapat diambil setiap hari

di kandang.

Peternak itik memiliki pedoman dalam menentukan itik layak di

masukkan dalam kategori itik penghasil telur, yaitu setiap 100 ekor itik

mampu menghasilkan minimal telur 60 butir/hari. Rata-rata peternak di

Kabupaten Sukoharjo memiliki 297 ekor itik dengan rata-rata produksi

telur per hari 215 butir, rata-rata produksi telur per bulan sebanyak

6.450 butir.

b. Produksi DOD (Day Old Duck)

Peternak untuk menghasilkan DOD menggunakan mesin tetas,

mereka memiliki rata-rata sebanyak 12 buah, kapasitas sebuah mesin

tetas dapat menampung 400 butir telur. Mesin tetas dibuat sedemikian

rupa sehingga suhu panas didalam mesin hampir sama dengan kondisi

jika telur dierami secara alamiah yaitu sekitar 390C.

Para peternak untuk proses pengisian mesin tetas biasanya tidak 1

mesin saja tetapi 3 mesin sekaligus. Rata-rata mesin tetas yang dimiliki

peternak sebanyak 12 buah dengan waktu pengisian mesin tetas 7 hari

sekali, karena dengan tujuan untuk ;

Page 57: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

43

1. Memenuhi kebutuhan pembeli dengan permintaan yang biasanya

lebih dari 300 ekor, itupun hanya satu jenis kelamin DOD.

2. Ada tenggang waktu untuk proses pengumpulan telur.

3. Ada tenggang waktu untuk menyiapkan telur dan membersihkan

mesin tetas.

Langkah-langkah yang dilakukan peternak untuk produksi DOD

adalah sebagai berikut;

i. Menyiapkan telur yang akan ditetaskan dengan jumlah sesuai

kapasitas mesin tetas serta sudah dibersihkan.

ii. Menyalakan lampu pada mesin tetas.

iii. Mengecek tingkat derajad panas didalam mesin ±390C, jika suhu

dirasa kurang panas maka nyala lampu minyak diperbesar atau

nyala bolam lampu diperbesar menggunakan dimmer, demikian

sebaliknya.

iv. Jika keadaan suhu sudah stabil kira-kira satu sampai dua jam

tidak berubah, maka telur yang sudah di siapkan ditata rapi di

tatakan kemudian dimasukkan, selanjutnya pintu mesin tetas

ditutup rapat.

v. Setelah 1 hari, telur diseleksi untuk mengetahui telur yang

berbibit dengan teropong buatan. Jika telur tidak berbibit maka

dikeluarkan dari mesin tetas.

vi. Setiap hari kontrol suhu, kelembaban, serta kondisi telur di dalam

mesin penetas.

vii. Telur di dalam mesin tetas dibalik empat kali sehari.

viii. Demikian seterusnya hingga telur menetas ± 30 hari.

ix. DOD akan menetas bersamaan pada hari tersebut, jika ada yang

terlambat menetas maka diikutkan mesin tetas lainnya.

Telur yang digunakan untuk memenuhi kapasitas mesin tetas

selama satu bulan rata-rata sebanyak 4.613 butir, dengan jumlah mesin

tetas yang ada menghasilkan DOD rata-rata sebanyak 1.434 ekor untuk

DOD jenis kelamin betina dan 1.841 ekor DOD jenis kelamin jantan.

Page 58: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

44

c. Pemasaran

Hasil ternak itik baik telur maupun DOD mudah dalam

pemasaran, hal ini terbukti dengan selalu terjual berapapun jumlah

yang dihasilkan. Telur dijual hanya untuk mencukupi kebutuhan di

wilayah Kabupaten Sukoharjo, sedangkan DOD dipasarkan di wilayah

Kabupaten Sukoharjo serta luar daerah. Untuk memudahkan proses

angkut, telur diletakkan pada trey sedangkan DOD pada kardus.

Sebuah trey memuat 30 telur dan 1 buah kardus untuk tempat DOD

dapat memuat 150 DOD.

Daerah pemasaran DOD di luar wilayah Kabupaten Sukoharjo,

antara lain Sragen, Ngawi, Boyolali, Semarang, Kudus, Purworejo,

Purwokerto, Brebes, Mojokerto, Malang, Jombang.

Pemasaran luar Kabupaten Sukoharjo, hasil produksi untuk DOD

biasanya sudah dipesan sebelumnya serta ongkos untuk kirim

dibebankan pada pemesan, pengiriman DOD dapat dititipkan lewat

jasa bus dan kereta api, ada juga pembeli yang datang langsung ke

peternak.

6. Analisis Usaha

a. Biaya

Biaya yang dikeluarkan peternak itik meliputi biaya indukan,

biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, biaya pengemasan,

biaya pembelian telur bibit untuk penetasan, dan biaya penyusutan

peralatan. Biaya indukan dihitung untuk mengetahui berapa besarnya

nilai uang yang harus dikeluarkan setiap peternak untuk kebutuhan

pembelian induk, dihitung dalam beban biaya per bulan yang harus

ditanggung peternak. Besarnya biaya indukan per bulan dapat dihitung

dengan rumus :

Biaya indukan per bulan =

Biaya indukan dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

Page 59: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

45

Tabel 18. Biaya Indukan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009

Jenis Jumlah (Ekor)

Harga (Rp) Awal Afkir

Um ur Ekonomis

Biaya Indukan (Rp) per per responden 100 ekor

Indukan

297

40.000

27.000

12 (bln)

321.389

107.130

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 18 diketahui biaya indukan pada usaha ternak itik di

Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 321.389,00 per bulan. Untuk

pengusahaan itik dengan jumlah 100 ekor diketahui biaya indukan per

bulan sebesar Rp 107.130,00.

Pakan merupakan biaya yang paling besar dalam usaha ternak

itik. Pamberian pakan yang sudah terjadwal serta harga pakan membuat

biaya ini paling besar dikeluarkan peternak. Tenaga kerja yang

digunakan meliputi tenaga kerja keluarga serta tenaga kerja luar, tugas

tenaga kerja dibedakan menjadi dua hal yaitu tenaga kerja pemeliharan

dan tenaga kerja penetasan. Tenaga kerja pemeliharaan mengurusi itik

sampai produksi telur, sedangkan tenaga kerja penetasan mengurusi

telur menjelang penetasan, sampai pasca telur menetas.

Minyak tanah dan lisrik digunakan untuk bahan bakar mesin

tetas, sedangkan saat penjualan menggunakan trey untuk telur serta

kardus untuk DOD. Peternak juga mengeluarkan biaya untuk pembelian

telur bibit untuk kebutuhan mesin tetasnya. Peternak menggunakan

peralatan dalam pelaksanaan proses produksi, peralatan yang digunakan

adalah mesin tetas. Besarnya biaya penyusutan peralatan dapat dihitung

dengan rumus :

Penyusutan per bulan =

Pada usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yang mengalami

penyusutan adalah mesin tetas sebagai alat untuk menghasilkan DOD.

Biaya penyusutan peralatan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo

dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Page 60: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

46

Tabel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009

Jenis Jumlah (Buah)

Harga (Rp) Awal Akhir

Um ur Ekonomis

Biaya Penyusutan (Rp) per per responden 4 mesin tetas

Mesin tetas

12

400.000

30.000

60 (bln)

71.122

23.707

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 19 diketahui biaya penyusutan pada usaha ternak itik

di Kabupaten Sukoharjo yaitu biaya penyusutan mesin tetas sebesar Rp

71.122,00 per bulan. Untuk mesin tetas sebanyak 4 buah mengalami

biaya penyusutan sebesar Rp 23.707,00 per bulan.

Macam dan besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh

peternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Rata-rata Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009

No. Macam Biaya Jumlah

Per Per responden 100 ekor

Harga (Rp)

Biaya (Rp) Per Per responden 100 ekor

1.

2.

3. 4.

5.

6. 7.

Biaya Indukan (ekor)

Biaya pakan a. Konsentrat (kg) b. Bekatul (kg) c. Mineral (kg) Biaya tenaga kerja Biaya bahan bakar

a. Minyak tanah (lt) b. Listrik (satuan) Biaya pengemasan a. Trey (sak) b. Kardus (buah) Biaya telur bibit(butir) Biaya Penyusutan Mesin tetas (buah)

297

510

2.157 12 2,3

14,8 11,7

4,9

32,7 4.613

12

100

170 719

4 0,8

4,9 3,9

1,6

10,9 1537

4

1082

320.000

2.000 1.200

650.000

6.000 25.000

5.000 1.250 1.100

5927

321.389

7.653.560 3.324.800 4.314.000

14.760 1.516.667

380.167

88.500 291.667 112.596

71.667 40.929

5.074.667

71.122

107.129

2.551.187 1.108.267 1.438.000

4.920 505.556 126.722

29.500 97.222 37.532 23.889 13.643

1.691.556

23.707

Biaya Total 15.130.167 5.043.389

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya yang

dikeluarkan peternak dalam mengusahakan ternak itik selama satu bulan

antara lain biaya indukan sebesar Rp 321.389,00, biaya pakan meliputi

konsentrat sebesar Rp 3.324.800,00, bekatul Rp 4.314.000,00 dan

mineral sebesar Rp 14.760,00, sedangkan biaya tenaga kerja yaitu

Page 61: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

47

sebesar Rp 1.516.667,00, biaya bahan bakar untuk mesin tetas yaitu

minyak tanah sebesar Rp 88.500,00 biaya listrik Rp 291.667,00 untuk

biaya pengemasan sebesar Rp 112.596,00, biaya untuk pembelian telur

bibit Rp 5.074.667,00 dan biaya penyusutan sebesar Rp 71.122,00.

Untuk pemeliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dapat diketahui

besarnya biaya rata-rata satu bulan yaitu biaya indukan Rp 107.129,00,

biaya pakan meliputi konsentrat sebesar Rp 1.108.267,00 untuk bekatul

sebesar Rp 1.108.267,00 dan mineral sebesar Rp 4.920,00, sedangkan

biaya tenaga kerja sebesar Rp 505.556,00, biaya bahan bakar mesin

tetas meliputi minyak tanah sebesar Rp 29.500,00 dan biaya kebutuhan

listrik Rp 97.222,00, sedangkan untuk biaya pengemasan Rp 37.532,00,

biaya untuk pembelian telur bibit Rp 1.691.556,00 dan biaya penyusut-

an sebesar Rp 23.707,00.

Pada saat penelitian, kebutuhan pasar akan DOD tinggi sehingga

mempengaruhi perlakuan DOD yang akan dikirim. Jika permintaan

tinggi peternak akan lebih menghemat biaya dalam hal ini biaya pakan

untuk DOD, karena DOD yang dikirim yaitu DOD yang baru menetas

atau berumur 1 hari untuk mencukupi kebutuhan konsumen. DOD yang

baru menetas atau berumur 1 hari belum mempunyai nafsu makan

sehingga peternak t idak memberikan pakan pada DOD umur tersebut.

b. Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh peternak itik merupakan penerimaan

yang berasal dari penjualan telur itik dan DOD yang dihasilkan.

Besarnya produksi dan penerimaan yang diterima oleh peternak itik

dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.

Page 62: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

48

Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo

No. Hasil Produksi

Rata-rata Jumlah

Per Per responden 100 itik

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

Per Per responden 100 itik

1. 2.

Telur (butir) DOD (ekor) : a. DOD betina b. DOD jantan

6.450

1.434 1.841

2.150

478 613

1.100

4.500 2.000

7.095.000

6.453.000 3.682.000

2.365.000

2.151.000 1.227.333

Total Penerimaan

17.230.000 5.743.333

Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 21 di atas dapat diketahui rata-rata hasil produksi

selama satu bulan untuk berupa telur sebanyak 6.450 butir. DOD

meliputi DOD betina sebanyak 1.434 ekor dan DOD jantan sebanyak

1.841 ekor. Harga jual rata-rata untuk telur Rp 1.100,00/butir, sedang-

kan untuk DOD betina Rp 4.500,00/ekor dan DOD jantan Rp 2.000,00

/ekor. Dari rata-rata produksi yang terjual dan harga rata-rata maka

dapat dihasilkan penerimaan, besarnya rata-rata penerimaan yang

diperoleh dari usaha ternak itik selama satu bulan adalah sebesar

Rp 17.230.000,00 per responden.

Untuk pemeliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dan 4 mesin

tetas diketahui rata-rata hasil produksi selama satu bulan untuk berupa

telur sebanyak 2.150 butir. DOD meliputi DOD betina sebanyak 478

ekor, dan DOD jantan sebanyak 613 ekor. Total penerimaan dari usaha

ternak itik yang memelihara itik dengan jumlah 100 ekor dan mesin

tetas 4 buah adalah sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan.

Harga DOD betina lebih mahal karena betina akan dapat

digunakan dalam peternakan selanjutnya untuk menghasilkan telur pada

masa produksi serta dapat diambil dagingnya untuk itik potong jika

sudah lewat masa produksi, sedangkan itik jantan seberapa besarnya

akan tetap hanya untuk diambil dagingnya/ itik potong.

Pada saat dilakukan penelitian tidak ada penerimaan dari penjual-

an itik afkir karena peternak tidak menjual itiknya jika dirasa masih

Page 63: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

49

produktif, dan juga saat dilakukan penelitian harga telur dan DOD

masih stabil pada level yang tinggi sehingga lebih baik mempertahan-

kan produksi itik untuk mendapatkan penerimaan daripada menjual itik

afkir. Limbah yang dihasilkan dapat juga menambah keuntungan yaitu

berupa kotoran ternak, akan tetapi saat dilakukan penelitian tidak ada

peternak yang membersihkan kotoran di kandang. Hasil dari kotoran

ternak dapat dinikmat i saat itik di afkir oleh peternak, kotoran di

kandang dibersihkan saat tidak ada ternak, dikumpulkan di jual per sak

sebagai campuran pupuk tanaman.

c. Keuntungan

Keuntungan yang diterima oleh peternak merupakan selisih antara

total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya

keuntungan rata-rata yang diterima peternak itik dapat dilihat pada

Tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22. Keuntungan Rata-Rata Peternak Itik Selama Bulan Mei 2009

No Uraian Rata-rata Per

Responden (Rp) Per 100 Ekor

1 Penerimaan 17.230.000 5.743.333 2 Biaya Total 15.130.167 5.043.389

Keuntungan 2.099.833 699.944

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 22 menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per peternak

itik adalah sebesar Rp 17.230.000,00 dengan biaya total yang

dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 15.130.167,00 sehingga rata-rata

keuntungan yang diperoleh setiap peternak itik di Kabupaten Sukoharjo

adalah sebesar Rp 2.099.833,00. Dengan demikian, keuntungan rata-

rata yang diperoleh setiap peternak itik selama satu bulan adalah

sebesar Rp 2.099.833,00.

Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik sebanyak 100

ekor dan 4 mesin tetas, penerimaan rata-rata per peternak itik adalah

sebesar Rp 5.743.333,00 dengan biaya total yang dikeluarkan rata-rata

Page 64: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

50

sebesar Rp 5.043.389,00 sehingga rata-rata keuntungan yang diperoleh

peternak itik selama satu bulan adalah sebesar Rp 699.944,00.

d. Profitabilitas usaha

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui

profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha ternak itik.

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan

biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya

profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 23 dibawah ini.

Tabel 23. Profitabilitas Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Bulan Mei 2009

No Uraian Rata-rata Per

Responden (Rp) Per 100 Ekor

1 Keuntungan 2.099.833 699.944

2 Biaya Total 15.130.167 5.043.389 Profitabilitas 13,87% 7,2%

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 23 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat

keuntungan dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo pada bulan

Mei 2009 adalah sebesar 13,87%. Hal ini berart i setiap modal sebesar

Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 13,87.

Usaha ini termasuk dalam kriteria menguntungkan, karena memiliki

nilai profitabilitas lebih dari nol. Profitabilitas ini merupakan hasil bagi

antara keuntungan usaha dengan biaya total.

Untuk pengusahaan dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin

tetas menunjukkan profitabilitas sebesar 7,2% hal ini berart i untuk

setiap Rp 100,00 yang diinvestasikan akan memperoleh keuntungan

Rp 7,20.

e. Efisiensi usaha ternak itik

Efisiensi usaha ternak itik merupakan perbandingan antara total

penerimaan rata-rata yang diterima oleh peternak dengan rata-rata

biaya total yang dikeluarkan dalam mengusahakan ternak. Besar

Page 65: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

51

efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada

Tabel 24 di bawah ini.

Tabel 24. Efisiensi Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Rata-rata Per

Responden (Rp) Per 100 Ekor

1 Penerimaan 17.230.000 5.743.333 2 Biaya Total 15.130.167 5.043.389

Efisiensi Usaha 1,14 1,13

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 24 menunjukkan bahwa efisiensi usaha ternak itik di

Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei 2009 sebesar 1,14 berart i bahwa

usaha ternak itik yang telah dijalankan sudah efisien, ditunjukkan

dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan pendugaan

yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha ternak itik yang

dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien.

Nilai R/C rasio ini menunjukkan keuntungan kotor yang diterima

untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C

rasio 1,14 berart i bahwa usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo

sudah efisien. Untuk pemeliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dan 4

mesin tetas nilai R/C rasio sebesar 1,13 berart i usaha ternak dengan

jumlah itik 100 dan 4 mesin tetas sudah efisien.

f. Risiko usaha ternak itik

Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan

koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien

variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung

dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan

sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin

besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus

ditanggung semakin besar dibanding dengan keuntungannya.

Sedangkan batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal

keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh responden

(Hernanto, 1993).

Page 66: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

52

Untuk mengetahui besarnya risiko usaha yang harus ditanggung

oleh setiap peternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada

Tabel 25 berikut ini.

Tabel 25. Simpangan baku, koefisien variasi, dan batas bawah keuntungan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Rata-rata per

Responden (Rp) Per 100 ekor

1. 2. 3. 4.

Keuntungan Simpangan baku Koefisien variasi Batas bawah keuntungan

2.099.833,00 509.453,00

0,24 1.080.928,00

699.944,00 169.817,00

0,24 360.310,00

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 25 menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata peternak itik

di Kabupaten Sukoharjo untuk satu bulan masa produksi sebesar Rp

2.099.833,00. Besarnya simpangan baku keuntungan Rp 509.453,00

dengan nilai koefisien variasi 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan

Rp 1.080.928,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas

bawah keuntungan, koefisien variasi kurang dari 0,5 dan nilai batas

bawah keuntungan lebih dari 0 dapat dikatakan bahwa para peternak

itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalami kerugian, atau

dengan kata lain usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo terhindar

dari mengalami risiko. Hal ini bertentangan dengan pendugaan awal

bahwa usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo memiliki risiko.

Pengusahaan ternak itik dengan jumlah 100 ekor dan 4 mesin

tetas, Besarnya simpangan baku keuntungan Rp 169.817,00 dengan

nilai koefisien variasi 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar

Rp 360.310,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas

bawah keuntungan, maka berart i usaha ini akan selalu terhindar dari

risiko kerugian.

B. Pembahasan

Biaya yang dikeluarkan oleh peternak meliputi biaya indukan, biaya

pakan antara lain berupa konsentrat, bekatul, dan mineral. Biaya bahan bakar

untuk mesin tetas yaitu minyak tanah dan listrik. Biaya tenaga kerja untuk

Page 67: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

53

proses produksi, biaya untuk pembelian telur bibit bagi peternak yang tidak

dapat memenuhi kapasitas mesin tetas hanya dari telur produksi ternaknya,

biaya untuk pengemasan meliputi biaya trey dan biaya kardus, dan biaya

penyusutan yaitu penyusutan mesin tetas.

Biaya indukan per bulan dengan jumlah induk 297 ekor yaitu sebesar

Rp 321.389,00. Proses pengangkutan untuk hasil berupa telur menggunakan

trey, 1 trey memuat 30 telur, untuk hasil berupa DOD menggunakan kardus

yang dibeli bekas pengemasan bibit ayam (DOC), 1 kardus dapat memuat 150

DOD. Biaya untuk pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha ternak itik

karena kebutuhan utama dari itik adalah pakan/nutrisi untuk tubuh. Harga

konsentrat per sak/50kg yaitu Rp 320.000,00, untuk bekatul menggunakan

harga per Kg yaitu Rp 2.000,00/kg sedangkan harga untuk mineral yaitu

sebesar Rp 1.200,00/kg.

Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya yang

dikeluarkan untuk kebutuhan pakan ternak, dimana dalam penelitian ini

menggunakan konsep biaya mengusahakan dalam hal ini tenaga kerja keluarga

juga diperhitungkan. Upah yang diterima tenaga kerja keluarga besarnya sama

dengan tenaga kerja luar yang dipekerjakan yaitu sebesar Rp 650.000,00

/bulan. Rata–rata tenaga kerja keluarga 2 orang hal ini lebih besar daripada

rata-rata tenaga kerja luar yaitu 1 orang.

Tenaga kerja dalam usaha ternak itik dibedakan menjadi dua tugas yaitu

tenaga pemeliharaan dan tenaga kerja penetasan. Tenaga kerja pemeliharaan

bertugas mengurusi semua hal berkaitan dengan itik serta produksi telurnya,

antara lain tugasnya memberi pakan setiap hari, menjaga kebersihan kandang,

mengambil telur yang ada dalam kandang. Tenaga kerja penetasan mengurusi

semua yang berkaitan dengan mesin tetas menjelang penetasan sampai pasca

penetasan antara lain tugasnya mengurusi telur saat akan dilakukan penetasan,

menjaga suhu panas dan kelembaban didalam mesin, membalik telur 4 kali

sehari, menjaga kebersihan mesin tetas sampai mengurusi saat penetasan.

Biaya telur bibit juga termasuk dalam pembiayaan peternak itik,

peternak dianggap melakukan pembelian telur untuk kebutuhan mesin tetas-

Page 68: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

54

nya. Kapasitas satu buah mesin tetas menampung 400 butir telur, peternak

membeli telur dengan harga per butir Rp 1.100,00.

Bahan bakar mesin tetas menggunakaan minyak tanah dan listrik.

Penggunaan listrik lebih mudah dalam proses mengontrol panas/suhu ruang di

dalam mesin tetas. Menggunakan minyak tanah, panas yang didapat dari

lampu minyak (teplok) akan lebih sulit dikontrol karena nyala api tidak stabil.

Menggunakan lampu listrik (bolam) mudah dalam mengontrol suhu panasnya,

jika siang hari suhu diluar panas cukup meredupkan nyala bolam dengan

dimmer demikian sebaliknya suhu ruang dijaga agar tetap berada pada ± 39oC.

Biaya penyusutan mesin tetas per bulan yang ditanggung peternak yaitu

sebesar Rp 71.122,00.

Penerimaaan yang diterima peternak berasal dari penjualan telur itik dan

DOD. Perputaran hasil yang cepat dapat dinikm ati yaitu dari hasil telur, hari

ini mengeluarkan biaya hari berikutnya dapat dinikm ati. Hasil dari DOD harus

menunggu satu bulan baru bisa dirasakan, akan tetapi hasil yang didapat lebih

besar dibandingkan hasil dari telur. Untuk telur itik memiliki harga jual rata-

rata Rp 1.100,00/butir sedangkan harga DOD, untuk DOD betina Rp 4.500,00/

ekor dan DOD jantan Rp 2.000,00/ekor.

Profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha ternak itik di

Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei 2009 adalah sebesar 13,87%. Hal ini

berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh

keuntungan Rp 13,87. Usaha ini termasuk dalam kriteria menguntungkan,

karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol. Profitabilitas ini merupakan

hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total.

Usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien

karena nilai efisiensinya lebih dari 1 dengan nilai efisiensi sebesar 1,14. Usaha

ternak itik ini menurut data selama penelitian dan perhitungan mengenai

analisis risiko usaha, usaha yang dijalankan akan terhindar dari mengalami

kerugian. Dari besarnya nilai koefisien variasi sebesar 0,24 dan nilai batas

bawah keuntungan sebesar Rp 1.080.928,00. Dilihat dari nilai koefisien

variasi kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah keuntungan lebih dari 0 dapat

Page 69: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

55

dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari

mengalami kerugian.

Untuk usaha ternak dengan jumlah itik yang diusahakan sebanyak 100

ekor dan 4 mesin tetas, dengan masa produksi selama satu bulan maka

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 5.743.333,00 dengan biaya yang

dikeluarkan Rp 5.043.389,00, dari besarnya penerimaan dan biaya didapat

keuntungan sebesar Rp 699.944,00. Pengusahaan ternak itik dengan jumlah

itik 100 ekor dan 4 mesin tetas sudah merupakan usaha yang menguntungkan

karena dilihat dari besarnya nilai profitabilitas sebesar 7,2%. Besarnya nilai

efisiensi 1,13 berart i usaha ini telah efisien. Besarnya simpangan baku

keuntungan Rp 169.817,00 dengan nilai koefisien variasi 0,24 dan batas

bawah keuntungan Rp 360.310,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan

nilai batas bawah keuntungan, maka berart i usaha ini akan selalu terhindar

dari risiko kerugian.

Setiap usaha juga menimbulkan limbah, demikian juga pada usaha

ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Limbah yang dihasilkan barupa kotoran

dan cangkang telur. Kotoran dibersihkan saat itik di afkir, kotoran dapat dijual

per sak untuk pupuk tanaman, sedangkan untuk cangkang telur biasanya hanya

dibuang ke sungai, akan tetapi ada juga peternak yang mencampurkan

cangkang telur yang sudah dihaluskan pada pakan ternak.

C. Permasalahan Usaha Ternak Itik

Setiap usaha memiliki permasalahan atau kendala yang dapat

menghambat kelancaran dalam mengembangkan usahanya. Kendala yang

dihadapi oleh peternak antara lain masalah harga pakan dan bahan bakar,

harga pakan naik hampir 50% per tahun, sedangkan harga minyak tanah yang

semakin tinggi. Kenaikan harga ini cenderung memberatkan peternak itik

dalam mengusahakan usahanya.

Usaha ternak itik juga memberikan dampak terhadap lingkungan

sekitar, dengan adanya ternak itik udara di lingkungan sekitar menjadi berbau

karena bekas pakan, dan kotoran itik. Kandang yang kurang beraturan

tempatnya membuat pandangan mata kurang nyaman, tidak adanya saluran

Page 70: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

56

irigasi/parit di sekitar kandang sehingga pada saat musim penghujan

dipastikan air menggenang di sekitar kandang serta pencemaran lingkungan

karena kotoran itik terbawa air keluar dari kandang. Saat musim penghujan

produksi telur itik akan berkurang, serta banyak telur yang cepat busuk.

It ik merupakan unggas yang memiliki daya tahan lebih kuat

dibandingakan jenis unggas lainnya, lebih tahan terhadap perubahan suhu,

lebih memiliki daya tahan terhadap penyakit. Itik jarang mengalami sakit

ataupun mati jika dilakukan pemeliharaan yang baik yaitu dengan sistem

pemeliharaan kering/kandang. Pola pemberian makan itik yang teratur

menjadikan itik terhindar dari makanan yang dapat menyebabkan kemat ian.

Itik sangat menyukai makanan yang berbau amis misalnya bangkai.

Pemeliharaan itik dengan sistem basah yaitu itik dilepas ke sungai untuk

mandi akan lebih berisiko, itik akan memakan apapun yang dia sukai salah

satunya bangkai, jika sudah memakan bangkai yang berbelatung itik akan

lemas dan akhirnya mati, tetapi hal ini tidak dikhawatirkan oleh peternak yang

mengusahakan itik dengan sistem kering.

Kekeringan pada lahan sawah juga dapat menghambat dalam proses pe-

masaran. Petani yang biasanya membeli DOD untuk dipelihara di lahan sawah

mereka, menjadi berkurang karena lahan untuk pemeliharaan sudah tidak ada.

Hal tersebut menyebabkan peternak itik tidak bisa menjual hasil produksi

sesuai waktu yang sudah ditergetkan sebelumnya sehingga penerimaan

berkurang dan keuntungan juga akan berkurang.

D. Solusi

Harga pakan dan bahan bakar yang semakin tinggi memberatkan

peternak diharapkan pemerintah ikut berperan dapat mengontrol lonjakan

harga pakan ternak dan bahan bakar. Ternak itik memberikan dampak

terhadap lingkungan sekitar, penataan kandang serta menjaga kebersihan

diharapkan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Membuat saluran irigasi/parit di sekitar kandang agar saar musim hujan

lingkungan tidak tercemar karena air hujan yang bercampur kotoran itik. Saat

musim penghujan produksi telur itik akan berkurang, serta banyak telur yang

Page 71: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

57

cepat busuk. Peternak harus menempatkan itik pada lahan yang kering, dengan

demikian dibutuhkan lagi biaya untuk perbaikan kandang.

Jika pasaran sepi dikarenakan kekeringan pada lahan sawah, peternak

dapat tidak mengurangi tingkat produksi dengan melakukan kerjasama dengan

pedagang tetapi harga menjadi lebih rendah, menurunkan harga jual agar lebih

menarik pembeli, jika hasil banyak dapat dihutangkan dulu ke teman yang

sudah dipercaya untuk memelihara, atau memelihara dahulu untuk menunggu

harga stabil baru dijual.

Page 72: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya total rata-rata usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo adalah

sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh

sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang

diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan.

Sedangkan tingkat profitabilitas usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo

adalah sebesar 13,87%, berarti usaha ternak itik menguntungkan. Untuk

pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas

biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh

penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga

keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat

profitabilitas 7,2% berarti usaha itik menguntungkan.

2. Usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien mempunyai nilai

efisiensi lebih dari satu yaitu sebesar 1,24. Usaha ternak itik dengan

jumlah ternak 100 ekor dan 4 mesin tetas memiliki nilai efisiensi 1,13

berarti usaha ini telah efisien.

3. Usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo memiliki nilai koefisien variasi

(CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp

1.080.928,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah

keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung

atau terhindar dari mengalami kerugian. Usaha ternak itik dengan jumlah

itik 100 ekor dan 4 mesin tetas nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24

dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00. Dari

besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat

dikatakan bahwa, para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari

mengalami kerugian.

58

Page 73: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

59

B. Saran

1. Dari hasil analisis, usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien,

menguntungkan untuk diusahakan serta memiliki risiko usaha yang kecil,

sehingga diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat menjadikan usaha

ternak itik ini merupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan di daerah

serta sebagai penghasil keuntungan bagi masyarakat sekitar.

2. Peternak diharapkan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar;

serta dibuat saluran pembuangan/parit agar pada saat musim hujan, air

tidak menggenangi kandang dan tidak mencemari lingkungan karena

kotoran ternak terbawa air menyebar di lingkungan sekitar. Dengan

demikian itik dapat terus berproduksi serta masyarakat sekitar terjamin

kesehatannya.

3. Pemerintah harus dapat menjaga harga pakan ternak agar tidak

membumbung tinggi, hal tersebut akan sangat memberatkan peternak

mengingat biaya terbesar pada usaha ternak itik ini adalah biaya untuk

kebutuhan pakan ternak.

Page 74: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Usaha Itik Petelur. www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4& no=30819.

Diakses tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 WIB.

______. 2008. Menghitung Keuntungan Usaha. Dalam http://tdasemarang.com. Diakses Rabu, 15 Oktober 2008 pukul 12.00 WIB.

Andriyani, R. 2004. Analisis Ekonom i Usaha Ternak Puyuh Di Kecam atan Colom adu Kabupaten Karanganyar. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Bappenas. 2008. Budidaya Ternak Itik. www.disnak.jawatengah.co.id. Diakses tanggal 10 Januari 2009 pukul 11.30 WIB.

Boediono. 2002. Ekonom i Mikro. BPFE. Yogyakarta.

BPS. 2006. Jateng Dalam Angka. jateng.bps.go.id/2006 /b0414.htm

BPS. 2007. Kecam atan Gatak Dalam Angka. BPS Kecamatan Gatak.

BPS. 2007. Sukoharjo Dalam Angka 2007. BPS Kabupaten Sukoharjo.

Dispertan. 2008. Laporan Tribulan Populasi Unggas. Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo.

Ditjen. 2007. Populasi dan Produksi Telur itik. Laporan Direktorat Jenderal Peternakan.

Downey, W. D dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agrobisnis. Erlangga. Jakarta.

Hadisapoetro, S. 1977. Biaya dan Pendapatan Dalam Usahatani. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta

Hernanto. F. 1993. Ilm u Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Juarini, E. dan Sumanto. 2000. Model usaha itik lokal di D.I. Yogyakarta untuk m enunjang pendapatan peternak. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor.

Marhijanto, B. 1993. Langkah Berternak Ayam Buras. Arkola. Surabaya.

Prasetyo, P. 1995. Ilm u Usaha Tani. BPK Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Page 75: ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO/Analisis... · Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007

Rahardi, F. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik Komersial. Kanisius. Yogyakarta.

------------. 2000. Mem asarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pem belanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.

Rusfidra. 2006. Pengembangan Ternak Itik. rusfidra.multiply.com/journ al/item/56 Diakses tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 WIB.

Saragih, B. 2003. Makalah : Pem bangunan Agribisnis dalam Menghadapi Pasar Global. Disampaikan pada Seminar Nasional HIMASETA FAPERTA UNS Surakarta 10 Mei 2003.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta

Soedjarwanto dan Riswan. 1994. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Batu-bata di Kabupaten Dati II Banyum as. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Ekonomi Unsoed. Purwokerto.

Soeharto, I. 1997. Manajem en Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Sri, Y. S. 2003. Analisis Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Suparmoko. 1992. Ekonomika Untuk Manajer BPFE. Yogyakarta

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilm iah: Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.